Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KODE: M-10

JUDUL PERCOBAAN
MODULUS YOUNG

DI SUSUN OLEH:

NAMA : BAGAS AL ARSYAD


NIM : 24040118130129
JURUSAN / PROGRAM STUDY : FISIKA
KELAS :B NO REGU : 30
HARI : SENIN TANGGAL : 15 MARET 2021
PRAKTIKUM KE :2 JAM : 07.30-09.10
ASISTEN : ALFI LUTHFIANA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1. Tentukan besaran (observabel) fisis apa saja yang dapat anda amati /ukur secara langsung terkait
dengan besaran yang hendak anda cari dalam percobaan anda (10 poin). -1

1. Besaran Fisis Percobaan Modulus Young

Tabel 1.1 Besaran Fisis Percobaan Modulus Young

No Besaran Simbol Satuan Dimensi Alat Ukur


1 Panjang l m [L] Mistar
2 Massa m Kg [M] Timbangan

Halaman | 1
2. Gambarkan set-up eksperimen dalam peralatan yang akan anda lakukan dan berilah keterangan
gambar dari set-up eksperimen anda (20 poin) .

Gambar 2.1 Set Up Alat Percobaan Modulus Young

Keterangan :
1. Kawat
berfungsi sebagai objek yang dihitung nilai modulus young nya.
2. Waterpass
berfungsi untuk memastikan dua titik acuan berada dalam kondisi rata atau seimbang.
3. Skala nonius
berfungsi untuk mengukur pertambahan panjang pada kawat.
4. Beban variasi
berfungsi untuk memberikan gaya pemberat yang bervariasi.
5. Beban standar
berfungsi untuk memberikan gaya pemberat.
6. Mikrometer Sekrup
berfungsi untuk mengukur diameter kawat.
7. Mistar Gulung
berfungsi untuk mengukur panjang awal kawat.

Halaman | 2
3. Berdasarkan persamaan persamaan yang ada dalam buku petunjuk praktikum, jabarkan perumusan
persamaan yang akan anda gunakan untuk mendapatkan hasil hasil yang akan anda cari dalam eksperimen
(nilai : 40 poin).
3.1 Persamaan Tegangan
𝐹
𝜎=
𝐴
𝑚𝑔
𝜎=
1 2
4 𝜋𝑑
4𝑚𝑔
𝜎=
𝜋𝑑2

3.2 Persamaan Regangan


∆𝐿
𝜀=
𝐿0

3.3 Rumus Modulus Young

𝐹
𝐸= 𝐴
∆𝐿1 𝐿0

𝐹𝐿0
𝐸=
𝐴∆𝐿
𝑚𝑔𝐿0
𝐸=1
𝜋𝑑 2 ∆𝐿
4

4𝑚𝑔𝐿0
𝐸=
𝜋𝑑 2 ∆𝐿

3.4 Turunan Parsial

∆𝐸 4.𝑔.𝐿0
=
∆𝑚 𝜋𝑑 2 ∆𝐿

∆𝐸 4.𝑚.𝑔
=
∆𝐿0 𝜋𝑑 2 ∆𝐿

∆𝐸 −8.𝑚.𝑔.𝐿0
=
∆𝑑 𝜋𝑑 2 ∆𝐿

∆𝐸 −4.𝑚.𝑔.𝐿0
=
∆∆𝐿 𝜋𝑑 2 ∆𝐿2

3.5 Ralat Perambatan

∆𝐸 ∆𝐸 ∆𝐸 ∆𝐸
∆𝐸 = √(∆𝑚 . ∆𝑚)2 + (∆𝐿 . ∆𝐿0 )2 + (∆𝑑 . ∆𝑑)2 + (∆∆𝐿 . ∆∆𝐿)2
0

Halaman | 3
Keterangan :

𝜎 = Tegangan
𝜀 = Regangan
F = Gaya (N)
A = Luas Permukaan (m2)
∆L = Pertambahan Panjang (m)
L0 = Panjang Semula (m)
m = Massa Beban (kg)
g = Gravitasi (m/s2)
w = Gaya Berat (N)
d = Diameter Kawat (m)
∆m = Ralat Pengamatan Massa (m)
∆L0 = Ralat Pengamatan Panjang Semula (m)
∆d = Ralat Pengamatan Diameter (m)
∆∆L = Ralat Pengamatan Pertambahan Panjang (m)
E = Modulus Young (N/m2)
∆E = Ralat Rambat Modulus Young (N/m2)

Halaman | 4
4. Sajikan data ke dalam tabel berikut dari hasil - hasil percobaan anda tambah/kurangi kolom yang
saudara anngap perlu (nilai : 30 poin).

4. Data Percobaan Modulus Young

Tabel 4.1 Data Percobaan Modulus Young


No Massa (kg) L0 (m) L1 (m) ∆L
1 0.2 0.613 0.613 0
2 0.3 0.613 0.614 0.001
3 0.4 0.613 0.614 0.001
4 0.5 0.613 0.615 0.002
5 0.6 0.613 0.617 0.004
6 0.7 0.613 0.618 0.005
7 0.8 0.613 0.619 0.006
8 0.9 0.613 0.619 0.006
9 1 0.613 0.622 0.009
10 1.1 0.613 0.630 0.017

Dengan :
d = 0.00005 m
g = 9.8 m/s2
π = 3.14
∆𝑚 = 0.00005 𝑘𝑔
∆𝐿0 = 0.0005 𝑚
∆𝑑 = 0.000005 𝑚
∆∆𝐿 = 0.0005 𝑚

Halaman | 5
5. Gambarkan grafik sesuai dengan data diatas pada kertas grafik yang tersedia (gunakan millimeter
blok)Ingat, pemilihan sumbu yang benar akan sangat mempengaruhi grafik linier yang anda buat.. (nilai: 40
poin).
5. Grafik Percobaan Modulus Young

Gambar 5.1 Grafik hubungan antara massa dan perubahan panjang kawat

0,0031 − 0 0,0031
𝑀 𝑚𝑎𝑥 = = = 0,00775
0,55 − 0,15 0,4

0,0031 − 0,001 0,0021


𝑀 𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0038
0,55 − 0 0,55

0,0031
𝑀 𝑏𝑒𝑠𝑡 = = 0,0056
0,55

𝑀𝑚𝑎𝑥 − 𝑀𝑚𝑖𝑛 0,00775 − 0,0038 0,00395


∆M = = = = 0,0019
2 2 2

𝑀𝑏𝑒𝑠𝑡 ± ∆M = (0,0056 ± 0,0019) 𝑘𝑔/𝑚

Halaman | 6
6.1 Perhitungan Massa 0.2 kg dengan ∆L = 0 m
6.1.1 Tegangan
4𝑚𝑔 4. (0,2). (9,8)
𝜎= 2
= = 998726116 𝑁/𝑚2
𝜋𝑑 (3,14). (0,00005)2

6.1.2 Regangan
∆𝐿 0
𝜀= = =0
𝐿0 0,613

6.1.3 Modulus Young


4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 4. (0,2). (9,8). (0,613)
𝐸= 2
= =0
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ). (0)

6.1.4 Turunan parsial dan Ralat perambatan

∆E 4. 𝑔. 𝐿0 4. (9,8). (0,613)
= 2
= =0
∆M 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0)

∆E 4. 𝑚. 𝑔 4. (0,2). (9,8)
= 2
= =0
∆L0 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0,001)

∆E −8. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −8. (0,2). (9,8). (0,613)


= = =0
∆d 𝜋. 𝑑3 . ∆L (3,14). (0.000053 ) . (0)

∆E −4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −4. (0,2). (9,8). (0,613)


= 2
= =0
∆∆L 𝜋. 𝑑2 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0)

∆E 2 ∆E 2 ∆E 2 ∆E 2
∆E = √(∆M . ∆M) + (∆L0 . ∆L0) + (∆d . ∆d) + (∆∆L . ∆∆L) = 0

𝐸 ± ∆E = (0 ± 0) 𝑁/𝑚2

6.2 Perhitungan Massa 0.3 kg dengan ∆L = 0,001 m


6.2.1 Tegangan
4𝑚𝑔 4. (0,3). (9,8)
𝜎= = = 1498089172 𝑁/𝑚2
𝜋𝑑 2 (3,14). (0,00005)2

6.2.2 Regangan
∆𝐿 0,001
𝜀= = = 0,001631
𝐿0 0,613

6.2.3 Modulus Young


4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 4. (0,3). (9,8). (0,613)
𝐸= 2
= = 9,183 𝑥 1011 𝑁/𝑚2
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ). (0,001)

6.2.4 Turunan parsial dan Ralat perambatan

∆E 4. 𝑔. 𝐿0 4. (9,8). (0,613)
= 2
= = 3,061 𝑥 1012 /𝑚𝑠2
∆M 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0,001)

Halaman | 7
∆E 4. 𝑚. 𝑔 4. (0,3). (9,8)
= 2
= = 1,498 𝑥 1012 𝑁/𝑚3
∆L0 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0,001)

∆E −8. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −8. (0,3). (9,8). (0,613)


= 3
= = −3,673 𝑥 1016 𝑁/𝑚3
∆d 𝜋. 𝑑 . ∆L 3
(3,14). (0.00005 ) . (0,001)

∆E −4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −4. (0,3). (9,8). (0,613)


= 2
= 2 2
= −9,183 𝑥 1014 𝑁/𝑚3
∆∆L 2
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,001 )
∆E 2 ∆E 2 ∆E 2 ∆E 2
∆E = √(∆M . ∆M) + (∆L0 . ∆L0) + (∆d . ∆d) + (∆∆L . ∆∆L) = 4,945 𝑥 1011 𝑁/𝑚2

𝐸 ± ∆E = (9,183 𝑥 1011 ± 4,945 x 1011 ) 𝑁/𝑚2

6.3 Perhitungan Massa 0.4 kg dengan ∆L = 0,001 m


6.3.1 Tegangan
4𝑚𝑔 4. (0,4). (9,8)
𝜎= 2
= = 1997452229 𝑁/𝑚2
𝜋𝑑 (3,14). (0,00005)2

6.3.2 Regangan
∆𝐿 0,001
𝜀= = = 0,001631
𝐿0 0,613

6.3.3 Modulus Young


4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 4. (0,4). (9,8). (0,613)
𝐸= = = 1,224 𝑥 1012 𝑁/𝑚2
𝜋. 𝑑 2 . ∆L (3,14). (0,000052 ). (0,001)

6.3.4 Turunan parsial dan Ralat perambatan

∆E 4. 𝑔. 𝐿0 4. (9,8). (0,613)
= 2
= = 3,061 𝑥 1012 /𝑚𝑠2
∆M 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0,001)

∆E 4. 𝑚. 𝑔 4. (0,4). (9,8)
= 2
= = 1,997 𝑥 1012 𝑁/𝑚3
∆L0 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,001)
2

∆E −8. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −8. (0,4). (9,8). (0,613)


= 3
= = −4,897 𝑥 1016 𝑁/𝑚3
∆d 𝜋. 𝑑 . ∆L 3
(3,14). (0.00005 ) . (0,001)

∆E −4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −4. (0,4). (9,8). (0,613)


= 2
= 2 2
= −1,224 𝑥 1015 𝑁/𝑚3
∆∆L 𝜋. 𝑑2 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,001 )

∆E 2 ∆E 2 ∆E 2 ∆E 2
∆E = √(∆M . ∆M) + (∆L0 . ∆L0) + (∆d . ∆d) + (∆∆L . ∆∆L) =6,593 x 1011 𝑁/𝑚2

𝐸 ± ∆E = (1,224 𝑥 1012 ± 6,593 x 1011 ) 𝑁/𝑚2

Halaman | 8
6.4 Perhitungan Massa 0.5 kg dengan ∆L = 0,002 m
6.4.1 Tegangan
4𝑚𝑔 4. (0,5). (9,8)
𝜎= 2
= = 2496815287 𝑁/𝑚2
𝜋𝑑 (3,14). (0,00005)2

6.4.2 Regangan
∆𝐿 0,002
𝜀= = = 0,003263
𝐿0 0,613

6.4.3 Modulus Young,


4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 4. (0,5). (9,8). (0,613)
𝐸= 2
= = 7,653 𝑥 1011 𝑁/𝑚2
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ). (0,002)

6.4.4 Turunan parsial dan Ralat perambatan

∆E 4. 𝑔. 𝐿0 4. (9,8). (0,613)
= 2
= = 1,530 𝑥 1012 /𝑚𝑠2
∆M 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0,002)

∆E 4. 𝑚. 𝑔 4. (0,5). (9,8)
= 2
= = 1,248 𝑥 1012 𝑁/𝑚3
∆L0 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ) . (0,002)

∆E −8. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −8. (0,5). (9,8). (0,613)


= 3
= = −3,061 𝑥 1016 𝑁/𝑚3
∆d 𝜋. 𝑑 . ∆L 3
(3,14). (0.00005 ) . (0,002)

∆E −4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −4. (0,5). (9,8). (0,613)


= 2
= 2 2
= −3,826 𝑥 1014 𝑁/𝑚3
∆∆L 2
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,002 )

∆E 2 ∆E 2 ∆E 2 ∆E 2
∆E = √(∆M . ∆M) + (∆L0 . ∆L0) + (∆d . ∆d) + (∆∆L . ∆∆L) = 2,45 𝑥 1011 𝑁/𝑚2

11 11
𝐸 ± ∆E = (7,653 𝑥 10 ± 2,45 𝑥 10 ) 𝑁/𝑚2

6.5 Perhitungan Massa 0.6 kg dengan ∆L = 0,004 m


6.5.1 Tegangan
4𝑚𝑔 4. (0,6). (9,8)
𝜎= 2
= = 2996178344 𝑁/𝑚2
𝜋𝑑 (3,14). (0,00005)2

6.5.2 Regangan
∆𝐿 0,006
𝜀= = = 0,006525
𝐿0 0,613

6.5.3 Modulus Young

4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 4. (0,6). (9,8). (0,613)


𝐸= 2
= = 4,591 𝑥 1011 𝑁/𝑚2
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,000052 ). (0,004)

Halaman | 9
6.5.4 Turunan parsial dan Ralat perambatan

∆E 4. 𝑔. 𝐿0 4. (9,8). (0,613)
= 2
= = 7,652 𝑥 1011 /𝑚𝑠2
∆M 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,004)
2

∆E 4. 𝑚. 𝑔 4. (0,6). (9,8)
= 2
= = 7,490 𝑥 1011 𝑁/𝑚3
∆L0 𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,004)
2

∆E −8. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −8. (0,6). (9,8). (0,613)


= 3
= = −1,836 𝑥 1016 𝑁/𝑚3
∆d 𝜋. 𝑑 . ∆L 3
(3,14). (0.00005 ) . (0,004)

∆E −4. 𝑚. 𝑔. 𝐿0 −4. (0,6). (9,8). (0,613)


= 2
= 2 2
= −1,148 𝑥 1014 𝑁/𝑚3
∆∆L 2
𝜋. 𝑑 . ∆L (3,14). (0,00005 ) . (0,004 )

∆E 2 ∆E 2 ∆E 2 ∆E 2
∆E = √(∆M . ∆M) + (∆L0 . ∆L0) + (∆d . ∆d) + (∆∆L . ∆∆L) = 1,082 𝑥 1011 𝑁/𝑚2

𝐸 ± ∆E = (4,591 𝑥 1011 ± 1,082 𝑥 1011 ) 𝑁/𝑚2

Tabel 6.1 Perhitungan Percobaan Modulus Young


No m ∆L 𝝈 𝜺 E ∆𝑬 ∆𝑬 ∆𝑬 ∆𝑬 ∆𝑬
∆𝒎 ∆𝑳𝟎 ∆𝒅 ∆∆𝑳
6 0,7 0,005 3495541401 0,008157 4,285 x 1011 6,122 x 1011 6,991 x 1011 -1,714 x 1016 -8,571 x 1013 9,582 x 1010
7 0,8 0,006 3994904459 0,009788 4,081 x 1011 5,102 x 1011 6,658 x 1011 -1,632 x 1016 -6,802 x 1013 8,843 x 1010
8 0,9 0,006 4494267516 0,009788 4,591 x 1011 5,102 x 1011 7,490 x 1011 -1,836 x 1016 -7,652 x 1013 9,948 x 1010
9 1 0,009 4993630573 0,014682 3,401 x 1011 3,401 x 1011 5,548 x 1011 -1,360 x 1016 -3,779 x 1013 7,06 x 1010
10 1,1 0,017 5492993631 0,027732 1,98 x 1011 1,8 x 1011 3,231 x 1011 -7,923 x 1015 -1,165 x 1013 4,004 x 1010

Halaman | 10
Pembahasan :

Pada hari senin tanggal 15 maret 2021 dilaksanakan Praktikum Fisika Dasar II secara daring dengan
kode percobaan M-10 yang berjudul “MODULUS YOUNG”. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah
untuk menentukan modulus young dari kawat. Pada percobaan ini menggunakan alat dan bahan yaitu kawat
yang berfungsi sebagai objek yang dihitung nilai modulus young nya, beban pemberat yang berfungsi untuk
untuk memberikan gaya pemberat pada kawat agar kawat mengalami pertambahan panjang, mikrometer
sekrup yang berfungsi untuk mengukur diameter kawat, mistar gulung yang berfungsi untuk mengukur
panjang awal kawat, waterpass yang berfungsi untuk memastikan dua titik acuan berada dalam kondisi rata
atau seimbang, dan skala nonius yang berfungsi untuk mengukur pertambahan panjang pada kawat.

Proses fisis pada perobaan ini dimulai saat beban digantungkan pada kawat maka kawat akan
mendapatkan gaya tarikan berupa gaya berat dari beban akibat adanya pengaruh percepatan gravitasi serta
massa beban, akibat dari gaya tersebut maka kawat akan mengalami pertambahan panjang sebesar ∆L.
Semakin besar massa beban maka pertumbuhan panjang kawat juga akan semakin besar, ketika beban pada
kawat dihilangkan, maka kawat akan kembali lagi kebentuk semula. Hal ini terjadi karena kawat memiliki
sifat elastis. Apabila gaya yang diberikan pada kawat melebihi batas elastisitasnya, maka kawat tidak dapat
kembali lagi kebentuk semula, bahkan kawat bisa putus.

Dari percobaan modulus young ini diperoleh data-data berupa variasi massa beban pemberat, panjang
awal kawat perubahan panjang kawat, serta diameter kawat. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan
nilai modulus young dan ralatnya sebesar (9,183 𝑥 1011 ± 4,945 𝑥 1011 ) 𝑁/𝑚2 , (1,224 𝑥 1012 ±
6,593 x 1011 ) 𝑁/𝑚2 , (7,653 𝑥 1011 ± 2,45 𝑥 1011 ) 𝑁/𝑚2 ,(4,591 𝑥 1011 ± 1,082 𝑥 1011 ) 𝑁/𝑚2 ,
(4,285 𝑥 1011 ± 9,582 𝑥 1010 ) 𝑁/𝑚2 , (4,081 𝑥 1011 ± 8,843 𝑥 1010 ) 𝑁/𝑚2 , (4,591 𝑥 1011 ±
9,948 𝑥 1010 ) 𝑁/𝑚2 , (3,401 𝑥 1011 ± 7,06 𝑥 1010 ) 𝑁/𝑚2 , dan (1,98 𝑥 1011 ± 4,004 𝑥 1010 ) 𝑁/𝑚2 .

Dari percobaan ini didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi nilai modulus young kawat antara
lain massa beban serta karakteristik bahan. Massa beban sangat berhubungan dengan gaya. Seperti yang
diketahui bahwa nilai modulus young berbanding lurus dengan gaya. Jadi semakin besar massa yang
diberikan pada kawat maka gaya tarikan yang bekerja akan semakin besar pula sehingga nilai modulus young
akan semakin besar. Selain massa beban, karakteristik bahan kawat juga sangat berpengaruh. Karakteristik
bahan meliputi jenis bahan yang digunakan serta diameter kawat yang erat kaitannya dengan luas
penampang dari kawat.

Halaman | 11
Kesimpulan :

Dapat disimpulkan dari pembahasan dan percobaan mengenai modulus young ini bahwa :
1) Modulus young merupakan suatu nilai yang menunjukkan kekuatan dan ketahanan suatu bahan
terjadinya deformasi elastis ketika suatu gaya diterapkan pada bahan.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai modulus young suatu bahan antara lain massa beban dan
karakteristik bahan tersebut. Semakin besar massa beban maka nilai modulus young akan semakin
besar.

Halaman | 12
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M-10
MODULUS YOUNG

Nama : Bagas Al Arsyad Anggota Kelompok :

NIM : 24040118130129 1. Ahmad Nurcahyo Dharmajati (24040120140109)

Jurusan : Fisika 2. Samuel Reza Pradipta (24040118140115)

Kelompok : 30 3. Mulyanti Sekar Lestari (24040120140120)

Hari/Tanggal : Senin, 15 Maret 2021

Waktu : 07.30

Tabel 1.1 Data Percobaan Modulus Young

No Massa (kg) L0 (m) L1 (m) ∆L


1 0.2 0.613 0.613 0
2 0.3 0.613 0.614 0.001
3 0.4 0.613 0.614 0.001
4 0.5 0.613 0.615 0.002
5 0.6 0.613 0.617 0.004
6 0.7 0.613 0.618 0.005
7 0.8 0.613 0.619 0.006
8 0.9 0.613 0.619 0.006
9 1 0.613 0.622 0.009
10 1.1 0.613 0.630 0.017

Purwakarta, 15 Maret 2021


Asisten Praktikan

Alfi Luthfiyani Bagas Al Arsyad

24040117120027 24040118130129
PERCOBAAN M-10
MODULUS YOUNG

I. Tujuan Percobaan
1.1 Menentukan modulus Young dari kawat.

II. Dasar Teori


2.1 Modulus Young
Modulus young merupakan besaran yang menyatakan sifat elastis suatu bahan
tertentu dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang atau kabel
atau pegas yang bersangkutan mengalami perubahan akibat pengaruh beban.
Konstanta k atau perbandingan gaya terhadap perpanjangan disebut konstanta
gaya atau kekuatan pegas. Bilangannya sama dengan gaya yang diperlukan untuk
menghasilkan perpanjangan satuan (Sears, 1984).
2.2 Tegangan
Tegangan adalah gaya-gaya yang merenggang per satuan luas penampang
yang dikenainya (Bahtiar, 2010). Secara kuantitatif tegangan dapat dinyatakan
dengan berbagai cara, yang paling sering adalah tegangan permukaan, yakni gaya
yang dikerahkan ke bidang permukaan per satuan panjang (Robert, 1991).
Tegangan permukaan dinyatakan sebagai gaya per satuan panjang yang
diperlukan untuk memperluas permukaan. Simbol yang digunakan untuk
tegangan permukaan adalah γ dan satuannya adalah dyne/cm (Sutrisno, 1992).
2.3 Regangan
Regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat tegangan, diukur sebagai rasio
perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal dimana perubahan
terjadi (Kanginan, 2005).
Jika suatu benda ditarik atau ditekan, gaya P yang diterima benda
mengakibatkan adanya ketegangan antarpartikel dalam material yang besarnya
berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan adanya
pergeseran struktur material regangan atau himpitan yang besarnya juga
berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah deformasi bentuk
material misalnya perubahan panjang menjadi L + ∆L (atau L - ∆L). Dimana L
adalah panjang awal benda dan ∆L adalah perubahan panjang yang terjadi. Rasio
perbandingan antara ∆L terhadap L inilah yang disebut strain (regangan) dan
epsilon dilambangkan dengan “ε” (Gandavi, 2010).
2.4 Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah
gaya luar dihilangkan. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa pertambahan atau
pengurangan panjang (Bueche, 2006).
Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab
perubahan bentuk dihilangkan. Sifat dari elastik adalah lentur, fleksibel, dapat
mengikuti bentuk dan tidak getas. Banyak benda yang hampir elastik sempurna,
yaitu sampai depormasi yang terbatas disebut limit elastiknya, dan apabila gaya-
gaya dihilangkan, maka benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula. Beberapa
bahan mendekati sifat tidak elastik sempurna dan menujukkan tidak ada
kecenderungan untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan. Bahan
ini disebut bersifat pelastik yakni getar, keras namun relatif mudah hancur
dibanding benda pejal atau solid (Soedojo, 2004).
2.5 Hukum Hooke
Hukum Hooke menjelaskan mengenai hubungan antara besarnya gaya tarik
yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjangnya. Jika gaya tarik yang
diberikan pada sebuah pegas tidak melampaui batas elastisitas bahan maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya. Jika gaya
yang diberikan melampaui batas elastisitasnya, maka benda tidak dapat kembali
ke bentuk semula. Saat ditarik maka pegas akan mengeluarkan gaya yang
besarnya sama dengan gaya luar yang menarik tetapi ke arah yang berlawanan.
Gaya ini disebut sebagai gaya pemulih (Giancoli, 2001).
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Kawat
Berfungsi sebagai objek yang dihitung nilai modulus young nya.
3.1.2 Beban Pemberat
Berfungsi untuk memberikan gaya pemberat pada kawat agar kawat
mengalami pertambahan panjang.
3.1.3 Mikrometer Sekrup
Berfungsi untuk mengukur diameter kawat.
3.1.4 Mistar Gulung
Berfungsi untuk mengukur panjang awal kawat.
3.1.5 Waterpass
Berfungsi untuk memastikan dua titik acuan berada dalam kondisi rata atau
seimbang.
3.1.6 Skala nonius
Berfungsi untuk mengukur pertambahan panjang pada kawat.

3.2 Gambar Alat dan Bahan


3.2.1 Kawat

Gambar 3.1 Kawat

3.2.2 Beban Pemberat

Gambar 3.2 Beban Pemberat


3.2.3 Mikrometer Sekrup

Gambar 3.3 Mikrometer Sekrup

3.2.4 Mistar Gulung

Gambar 3.4 Mistar Gulung

3.2.5 Waterpass

Gambar 3.5 Waterpass

3.2.6 Skala nonius

Gambar 3.6 Skala nonius


3.3 Skema Alat

4
5

Gambar 3.7 Skema Alat Percobaan Modulus Young

Keterangan :
1. Kawat
2. Waterpass
3. Skala nonius
4. Beban variasi
5. Beban standar
3.4 Diagram Alir

Mulai

Massa beban (kg), panjang awal


kawat (m), diameter kawat (m)

Memasang beban standar pada kawat pertama

Memasang beban variasi pada kawat kedua

Mengatur kedudukan waterpass menjadi


setimbang dengan memutar skala nonius
pada waterpass

Mencatat pertambahan panjang kawat

Ya
Variasi massa
beban

Tidak

Modulus Young kawat

Selesai

Gambar 3.8 Diagram Alir Percobaan Modulus Young


3.5 Diagram Fisis

Ketika beban digantungkan pada kawat maka kawat akan mendapatkan gaya tarikan
berupa gaya berat dari beban akibat adanya pengaruh percepatan gravitasi serta massa
beban.

Akibat dari gaya tersebut maka kawat akan mengalami pertambahan panjang sebesar
∆L. Semakin besar massa beban maka pertumbuhan panjang kawat juga akan semakin
besar.

Ketika beban pada kawat dihilangkan, maka kawat akan kembali lagi kebentuk semula.
Hal ini terjadi karena kawat memiliki sifat elastis. Apabila gaya yang diberikan pada
kawat melebihi batas elastisitasnya, maka kawat tidak dapat kembali lagi kebentuk
semula, bahkan kawat bisa putus.

Gambar 3.9 Diagram Fisis Percobaan Modulus Young


DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar., Nugroho N, dan Surjokusumo. 2010. Estimating Young’s Modulus and


Modulus of Rupture of Coconut Logs using Reconstruction Method. Jurnal Civil
Engineering Dimension Volume 12, Nomor 2.

Bueche, Frederick J dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.

Gandavi, Ariv. 2010. Pengaruh Perubahan Waktu Annealing Hingga 20 menit terhadap
Struktur Mikro dan Kuat Tarik Baja Tabung JIS G3116 SG 295.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Kanginan, Martin. 2005. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Robert C. Reid. 1991. Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sears, Francis W., Mark W. Zemansky, dan Hugh D. Young. 1984. University Physics
Sixth Edition Part I. Massachusetts : Addison-Wesley.

Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.

Anda mungkin juga menyukai