Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ELEKTROKIMIA

Disusun oleh :

Kelompok 2

Kelas A

Muhammad Iqbaal Arif Mirda 1707111277

Fena Nabila 1707113639

Monika Putriani 1707111366

Siti Arumnika 1707113836

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I TEORI
1.1 Elektrokimia .....................................................................................1
1.1.1 Sel Volta ..................................................................................2
1.1.2 Potensial Sel Standar ...............................................................4
1.1.3 Sel Elektrokimia ......................................................................6
1.1.4 Hukum Faraday .......................................................................8
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat-alat yang digunakan ...............................................................10
2.2 Bahan-bahan yang dipakai .............................................................10
2.3 Prosedur Percobaan ........................................................................10
2.4 Rangkaian Alat ...............................................................................12
2.5 Pengamatan ....................................................................................13
BAB III HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil ...............................................................................................14
3.2 Diskusi ...........................................................................................14
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ....................................................................................17
4.2 Saran ...............................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Tugas ..............................................................................................18
5.2 Pertanyaan ......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20
LAMPIRAN A LEMBAR PERHITUNGAN
LAMPIRAN B DOKUMENTASI

i
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................ 13

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sel Volta ............................................................................................. 2

Gambar 2.1 Rangkaian Alat ................................................................................. 12

iii
BAB I
TEORI
1.1 Elektrokimia

Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang menghasilkan arus
listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik
elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta, dan energy bebas system
kimianya berkurang; system itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan
motor. Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap
system kimia), dan energy bebas system kimia bertambah Elektrokimia adalah
didiplin ilmu kimia yang memperlajari tentang perubahan zat yang menghasilkan
arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik.

Dalam sebuah sel, energi listrik di hasilkan dengan jalan pelepasan elektron
pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada elektroda lainnya
(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda, sedangkan
elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Suatu sel elektrokimia, kedua
sel setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yang
ditimbulkan dapat digunakan. Salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel
elektrokimia adalah gaya gerak listrik (GGL) atau beda potensial listrik antara
anoda dan katoda (Oxtoby, 1999).

Elektron mengalir dari anoda seng ke katoda tembaga. Hal ini akan
menimbulkan perbedaan potensial antara ke-2 elektroda. Perbedaan potensial akan
mencapai maksimum ketika tidak ada arus yang mengalir. Perbedaan maksimum
ini dinamakan GGL sel atau Eo sel. Nilai E sel tergantung pada berbagai faktor. Bila
konsentrasi larutan seng dan tembaga 1,0 M dan suhu sistem 298 K (250C), E sel
berada dalam keadaan standar dan diberi simbol E0sel (Underwood, 1991).

1
2

1.1.1 Sel Volta


Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang
memberikan aliran electron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang
teroksidasi ke zat kimia yang direduksi. Pada reaksi reduksi, zat-zat yang
direaksikan dicampur dalam satu wadah sehingga terjadi reaksi yang disertai
pelepasan dan penyerapan kalor.

Gambar 1.1 Sel Volta (keenan, 1980)

I. Konsep-Konsep Sel Volta


a. Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca,Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni. Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Makin ke kanan, mudah direduksi atau sukar dioksidasi. Makin ke kiri
mudah dioksidasi, makin aktif dan sukar direduksi.
b. Notasi Sel
Contoh : Zn/Zn+2//Cu+2/Cu
Dimana : / = potensial ½ sel
// = potensial sambungan sel (jembatan garam)

II. Macam-Macam Sel Volta


1) Sel Kering atau Sel Leclance
Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll.
Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk
grafit) terlindungi oleh pasta karbon, MnO2 dan NH4Cl2 . Anodanya
adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul dibagian bawah
baterai sebagai terminal negatif.
3

Reaksi Anoda adalah oksidasi dari seng :


Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Reaksi Katoda :
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
Amonia yang terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn2+ yang
dihasilkan pada anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+
2) Sel Aki
a. Katoda : PbO2
b. Anoda : Pb
c. Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2H2O
(katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e-
(anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O
(total)
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang
karena ia terlibat dalam reaksi tersebut. Keuntungan dari baterai jenis ini
adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge) dengan memberinya tegangan
dari sumber luar:
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi
ia mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-
pindahkan.
3) Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah suatu sel Galvani dimana selalu tersedia pereaksi yang
dialirkan ke elektroda sehingga sel selalu bekerja secara kontinyu. Sel Bacon
terdiri dari anoda nikel dan katoda nikel. Nikel oksida dengan elektrolit larutan
KOH. Elektroda tersebut berpori dan gas- gas berdifusi sehingga bersentuhan
dengan eletroda.
Reaksi anoda (-) 2H2 + 4OH → 4H2O +4e-
4

Reaksi katoda (+) 2H2O+O2+4e- → 4OH-


Reaksi sel 2H2O+O2 → 2H2O
4) Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum
dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.
Katodanya adalah NiO2 dengan sedikit air
Anodanya adalah Cd
Reaksinya adalah sebagai beikut :
Cd(s) + 2OH- (aq) → Cd(OH)2(s) + 2e-
2e- + NiO2(s) + 2H2O → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.
1.1.2 Potensial Sel Standard an Konstanta Kesetimbangan Reaksi Sel
a. Potensial Sel Standar
Potensial sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron
melalui sirkuit eksternal. Elektroda tersusun dari elektroda itu sendiri dan bahan
kimia (reagents) yang terlibat. Sel elektrokimia umumnya tersusun atas dua
elektroda. Setiap elektroda disebut sebagai setengah sel (half cell). Reaksi yang
terjadi pada tiap elektroda disebut reaksi setengah sel atau reaksi elektroda.
Berdasarkan jenisnya, elektroda dapat digolongkan menjadi :
1. Elektroda Logam-ion logam
Yaitu elektroda yang berisi logam yang berada dalam kesetimbangan
dengan larutan ionnya, contohnya elektroda Cu | Cu2+.
2. Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan logam dalam Hg cair. Pada elektroda ini,
amalgam logam M akan berada dalam kesetimbangan dengan ionnya (M2+).
Logam – logam aktif seperti Na dan Ca dapat digunakan sebagai elektroda
amalgam.
3. Elektroda Redoks
Yaitu elektroda yang melibatkan reaksi reduksi – oksidasi di dalamnya,
contohnya elektroda Pt | Fe3+, Fe2+.
5

4. Elektroda Logam – Garam tak Larut


Elektroda ini berisi logam M yang berada dalam kesetimbangan dengan
garam sangat sedikit larutnya Mυ+Xυ- dan larutan yang jenuh dengan Mυ+Xυ-
serta mengandung garam atau asam terlarut dengan anion Xz-.
Contoh : elektroda Ag – AgCl yang terdiri dari logam Ag, padatan AgCl, dan
larutan yang mengandung ion Cl- dari KCl atau HCl.
5. Elektroda Gas
Yaitu elektroda yang berisi gas yang berada dalam kesetimbangan
dengan ion-ion dalam larutan, misalnya elektroda Pt | H2(g) | H+(aq).
6. Elektroda Non Logam – Non Gas
Yaitu elektroda yang berisi unsure selain logam dan gas, misalnya
elektroda Brom (Pt | Br2(l) | Br-(aq)) dan yodium (Pt | I2(s) | I-(aq)).
7. Elektroda Membran
Yaitu elektroda yang mengandung membrane semi permiabel. Untuk
menggerakkan muatan dari satu titik ke titik lain diperlukan beda potensila listrik
antara kedua muatan. Beda potensial diukur antara dua elektroda yanitu
elektroda pengukur dan elektroda pembanding. Sebgaai elektroda pembanding
umunya digunakan elektroda hydrogen (H+ | H2 | Pt) atau elektroda kolamel (Cl- |
Hg2Cl2(s) | Hg). Beda potensial inilah yang dinyatakan sebagai daya gerak listrik
(DGL).
Bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih besar dari elektroda
hidrogen (bernilai positif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan
untuk tereduksi (bersifat oksidator). Sedangkan bila elektroda pengukur
mempunyai nilai lebih kecil dari elektroda hidrogen (bernilai negatif), maka
elektroda tersebut mempunyai kecenderungan untuk teroksidasi (bersifat
reduktor). Karena reaksi setengah sel pada elektroda ditulis dalam bentuk
reduksi, maka nilai potensial elektroda standar juga dapat disebut potensial
reduksi standar.

Potensial sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial
gas dalam sel; Potensial sel standar E0 sel : potensial pada 25oC, konsentrasi ion
1 M dan tekanan parsial 1 atm. Potensial sel standar dihitung dengan
6

menggunakan potensial-potensial standar zat-zat yang mengalami redoks.


Diagram/ notasi sel dilambangkan : Oksidasi

Keterangan:

E0sel = E0red - E0oks

E0oks = potensial standar zat yang mengalami oksidasi

E0red = potensial standar zat yang mengalami reduksi

Kanan dan kiri disini hanya berhubungan dengan notasi sel, tidak berhubungan
dengan susunan fisik sel tersebut di laboratorium. Jadi yang diukur di
laboratorium dengan potensiometer adalah emf dari sel sebagai volta atau sel
galvani, dengan emf > 0.

a. Potensial Sel (EoSel)


Selain dengan menggunakan percobaan dan voltmeter, potensial sel (EoSel)
dapat juga ditentukan secara teoritis. Potensial sel (EoSel) adalah penjumlahan dari
potensial anoda dengan potensial katoda.

b. Potensial Elektroda
Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan karena elektron-elektron
mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif.

1.1.3 Sel Elektrokimia

Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani
(atau sel volta). Sel seperti ini mengubah energy kimia menjadi energy listrik yang
dapat digunakan untuk melakukan kerja. Elektrolisis adalah peristiwa elektrolit
dalam sel elektrolisis oleh arus listrik. Arus listrik berasal dari sumber arus
baterai/aki yang menghasilkan arus searah. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu
anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga
bilangan oksidasinya bertambah. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation
ditarik oleh katoda dan menerima tambahan elektron sehinggan bilangan
oksidasinya berkurang (Oxtoby, 1999).
7

Hubungan listrik antara dua setengah – sel harus dilakukan dengan cara
tertentu. Kedua electrode logam dan larutannya harus berhubungan, dengan
demikian lingkar arus yang sinambung terbentuk dan merupakan jalan agar partikel
bermuatan mengalir. Secara sederhana electrode saling dihubungkan dengan kawat
logam yang memungkinkan aliran electron (Petrucci, 1985).

Sel terdiri dari dua setengah – sel yang elektrodanya dihubungkan dengan
kawat dan larutannya dengan jembatan garam. (Ujung jembatan garam disumbat
dengan bahan berpori yang memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah aliran
cairan dalam jumlah besar). Potensiometer mengukur perbedaan potensial antara
dua electrode yaitu sebesar 0.463 Volt (V) (Petrucci, 1985).

Aliran listrik antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya
dapat dilakukan melalui larutan lain yang "menjembatani" kedua setengah – sel dan
tak dapat dengan kawat biasa: hubungan ini disebut jembatan garam (= salt bridge)
Elektroda Zn akan mengalami reaksi oksidasi, sedangkan electrode Cu akan
mengalami reduksi. Electron mengalir dari atom Zn ke kawat penghantar, dan
dengan terbentuknya ion-ion Zn2+ ini memasuki larutan dan berdifusi menjauhi
lembatan (Petrucci, 1985).

Ion negative berdifusi lewat jembatan garam menuju ke electrode Zn.


Electron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kawat penyambung dan
menyebabkan electron-elektron pada ujung lain berkumpul pada permukaan
electrode Cu. Electron-elektron ini bereaksi dengan ion Cu2+ untuk membentuk
atom Cu yang melekat pada elektroda.

Ion SO42- yang ditinggalkan oleh ion Cu2+ akan berdifusi menjauhi
electrode Cu. Dari jembatn garam NaCl, ion Na+ akan berdifusi keluar menuju ke
Cu. Jadi, sementara reaksi itu berjalan; terdapat gerakan keseluruhan dari ion
negative menuju electrode Zn dan gerakan keseluruhan ion positif menuju electrode
Cu. Jalan untuk aliran ion secara terarah lewat larutan ini dapat dibayangkan
sebagai rangkaian dalam, dan jalan untuk aliran electron lewat kawat penghantar
dibayangkan sebagai rangkaian luar.
8

Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada sel
elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada katoda,
terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:
a. Kation (K+)
b. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan).
Pada anoda, terdapat 3 (tiga) kemungkinan zat yang ada, yaitu :
a. Anion (A-)
b. Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan
atau lelehan)
c. Elektroda. Elektroda ada dua macam, antara lain inert (tidak mudah bereaksi,
seperti Platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tidak inert (mudah
bereaksi, zat lainnya selain Pt, C, dan Au).
Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu :
1) Reaksi yang terjadi pada katoda
a. Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be, Mg,
Cr, Sr, Ba, Ra), Al dan Mn.
b. Jika kationnya berupa H+.
c. Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe → (nama
logam)
2) Reaksi yang terjadi pada anoda
a. Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi :
Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya 2 H20 → 4H+
+ O2 + 4 e

Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- → 2H20 + O2 + 4 e

Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) → X
(halida)2 + 2e

b. Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe
1.1.4 Hukum Faraday
Akibat aliran arus listrik serarah kedalam larutan elektrolit akan terjadi
perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya
9

arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda
(anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).

1. Hukum Faraday I
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan.”
2. Hukum Faraday II
“ Jika 2 buah zat dielketrolisis dengan 2 buah arus yang sama dan
dihubungkan seri maka perbandingan massa zat larutan I dengan massa zat larutan
II sama dengan perbandingan massa ekivalennya.”
Diawal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang
mengalir dalam sel dan kuantitas klimia yang berubah dielektroda saat elektrolisis.
Ia merangkum hasil pengamatannya dalam dua hukum ditahun 1833 :
a. Jumlah zat yang dihasilkan dielektroda sebanding dengan jumlah arus listrik
yang melalui sel.
b. Bila jumlah tertentu atas listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah
dielektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat.
BAB II
PERCOBAAN
2.1. Alat-alat yang digunakan
a. Hot plate
b. Labu ukur 100 ml
c. Dua gelas piala 500 ml, 100 ml
d. Penjepit
e. Lembaran tembaga
f. Termometer
g. Sumber arus DC
h. Stopwatch / jam tangan
i. Pipet ukur 10 ml

2.2. Bahan-bahan yang dipakai


a. Kristal NaOH
b. Kristal NaCl
c. Aquadest

10
11

2.3. Prosedur percobaan


2.3.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro (N0)

Larutan A terdiri dari 10


gram NaCl & 0,1 gram
NaOH dalam 100 ml air.

Elektroda

Digunakan 2 buah Digunakan sebagai anoda Pada kedua tembaga


lempeng tembaga dan dan ditimbang dicelupkan ke dalam 80
dibersihkan dengan menggunakan neraca ml larutan A
amplas. analitik. ditempatkan dalam
gelas piala,disusun
rangkaian listriknya.

Pada larutan A, aliran listrik


Setelah 10 menit Larutan didalam gelas
dialiri dan dicatat waktunya
aliran litrik dimatikan. piala dipanaskan
menggunakan stopwatch smapai 75ºC hingga
hingga konstan dengan 3 A. konstan.

Anoda dibersihkan dengan air Kemudian, anoda


kemudian dikeringkan dengan ditimbang sekali lagi.
tisu.
12

1. Disiapkan larutan A ( terdiri dari 10 gram NaCl dan 0,1 gram NaOH
dalam 100 ml air).
2. Disiapkan dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai
elektroda, bersihkan dengan amplas.
3. Setelah elektroda digunakan sebagai anoda, ditimbang elektroda tersebut
pada neraca analitik
4. Kedua elektroda tembaga dicelupkan ke dalam 80 ml laritan A yang
ditempatkan dalam gelas piala, dan disusun rangkaian listrik
5. Panaskan larutan didalam gelas piala sampai suhu mencapai 75oC dan
suhu dijaga konstan
6. Aliran listrik dialiri pada larutan A. Catat waktu dengan stopwatch, arus
listrik harus dijaga kinstan dengan 3 ampere.
7. Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dengan tissue.
8. Timbang anoda sekali lagi.
2.4 Rangkaian Alat

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Elektrokimia


13

2.5 Pengamatan
Dari praktikum ini kita mengamati tentang reaksi elektrolisis yang terjadi pada
lempeng tembaga dengan larutan NaCl pada suasana basa, perubahan warna yang
terjadi pada larutan, endapan yang terbentuk setelah proses elektrolisis selesai, dan
berkurangnya massa lempeng tembaga yang bertindak sebagai anoda.
BAB III

HASIL DAN DISKUSI

3.1 Hasil
Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan.

No Pengamatan Satuan

1 Waktu percobaan 600 detik

2 Berat anoda awal 3,76 gram

3 Berat anoda akhir 3,14 gam

4 Perubahan berat anoda 0,62 gram

5 Aliran listrik 3 ampere

3.2 Diskusi
Pada percobaan ini dilakukan proses elektrolisis yang bertujuan untuk
menentukan bilangan Avogadro. Dalam hal ini digunakan NaCl sebagai larutan
elektrolit dimana 10 gram NaCl dan 0,1 gram NaOH dilarutkan dalam 100 ml
aquadest. Penggunaan NaOH bertujuan agar reaksi redoks berlangsung dalam
suasana basa. Kemudian disiapkan 2 keping tembaga yang telah ditimbang
menggunakan neraca analitik sebagai elektroda aktif dan diperoleh berat keping A
sebesar 3,76 gram dan berat keping B sebesar 3,33 gram dimana pada percobaan
ini keping A sebagai anoda dan keeping B sebagai katoda.
Selanjutnya kepingan dihubungkan ke ampermeter untuk menghasilkan
arus listrik yang diperlukan. Kemudian kepingan dicelupkan kedalam larutan
elektrolit dan dipanaskan hingga suhu 75o C pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi redoks. Setelah mencapai suhu 75o dialirkan arus
listrik sebesar 3 ampere dan suhu dijaga konstan hal ini bertujuan agar jumlah
molekul yang diperoleh hasilnya sama dengan bilangan Avogadro. Hal ini sesuai
dengan hukum Avogadro yang berbunyi : "Jika dua macam gas (atau lebih) sama
volumenya, maka gas-gas tersebut sama banyak pula jumlah molekul-molekulnya
masing-masing, asal temperatur dan tekanannya sama pula". Dari pernyataan
tersebut maka dalam melakukan praktikum ini diharapkan suhu dan tekanan sama
agar jumlah molekul yang diperoleh, hasilnya sama dengan bilangan Avogadro.

14
15

Setelah 10 menit larutan berubah warna menjadi merah bata hal ini
disebabkan karena adanya endapan Cu yang teroksidasi. Secara teoritis
terbentuknya endapan Cu dikarenakan pada proses elektrolisis pada anoda terjadi
peristiwa oksidasi, elektron akan mengalir dari anoda menuju sumber arus
kemudian diteruskan ke katoda, massa anoda setelah reaksi elektrolisis akan
semakin berkurang dan warnanya juga semakin terang karena mengalami oksidasi.
Sedangkan elektrolisis pada katoda terjadi peristiwa reduksi, ion positif pada katoda
akan mengikat elektron dari sumber arus sedangkan yang dari larutan elektrolit
akan bergerak menuju batang katoda, setelah reaksi elektrolisis akan terbentuk zat
berwarna hitam yang menempel pada batang katoda.

Pada reaksi ini yang teroksidasi adalah elektroda Cu dan yang tereduksi
adalah H2O bukan Na+, karena pada deret volta H2O lebih mudah tereduksi. Pada
proses ini terjadi reaksi

NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)

Katoda : 2H2O(l) + 2e- 2OH- (aq) + H2(g)

Anoda : Cu(s) Cu+2(aq) + 2e-

2NaCl + 2H2O(l) + Cu(s) 2Na+(aq) + 2Cl-(aq) + 2OH- (aq) + Cu+2+ H2(g)

Dari reaksi dapat diketahui bahwa pada katoda dihasilkan gas H2 dari hasil
reduksi air hal ini dapat dilihat dari munculya gelembung-gelembung disekitar
elektroda pada saat percobaan. Sementara itu, warna larutan pada awalnya tidak
berwarna, tetapi setelah proses elektrolisis berubah warna menjadi merah bata
disebabkan pada anoda terjadi oksidasi dari Cu menjadi ion Cu2+.

Setelah proses elektrolisis selesai kepingan tembaga dicuci bersih


menggunakan air kemudian dilakukan penimbangan kembali dan diperoleh hasil
bahwa berat keping A menjadi lebih ringan dari 3,76 gram menjadi 3,14 gram dan
warnanya menjadi lebih terang karena keping A sebagai anoda mengalami oksidasi
pada proses elektrolisis. Sedangkan pada keping B yang bertindak sebagai katoda
terjadi peristiwa reduksi yaitu ion positif pada katoda akan mengikat elektron dari
16

sumber arus dan larutan elektrolit akan bergerak menuju keping katoda (keping B)
sehingga terbentuk zat berwarna hitam yang menempel pada keping katoda.

Setelah diperoleh data yang diperlukan maka dapat dilakukan perhitungan


untuk menentukan bilangan Avogadro dimana pada percobaan ini diperoleh nilai
bilangan Avogadro sebesar 11,529x10-23mol-1 dengan presentasi kesalahan sebesar
91,4 %. Besarnya presentasi kesalahan yang terjadi disebabakna oleh penggunaan
arus yang tidak sesuai dengan prosedur dimana pada percobaan ini digunakan arus
sebesar 3 ampere sementara arus yang seharusnya digunakan ialah 1,5.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Bilangan Avogadro pada percobaan diperoleh sebesar 11,529 x 1023 ,


sehingga persen kesalahan percobaan sebesar 91,4%.
2. Besarnya presentasi kesalahan disebabkan besarnya arus yang digunkaan
tidak sesuai dengan prosedur.
3. Perubahan warna larutan menjadi merah bata disebabkan oleh adanya
oksidasi Cu sementara gelembung-gelembung yang timbul merukan gas H2
hasil reduksi H2O.

4.2 Saran

1. Sebaiknya arus yang digunakan disesuaikan dengan prosedur agar hasil


yang diperoleh lebih akurat.
2. Sebaiknya setiap proses yang dilakukan pada saat percobaan dilakukan
dengan teliti.
3. Sebaiknya setiap praktikan telah menguasai teori percobaan sebelum
melakukan percobaan agar apabila terjadi penyimpanga data praktikan
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.

17
BAB V

TUGAS/JAWABAN PERTANYAAN
A. Tugas
1. Hitung berapa Coulomb diperlukan untuk mengoksidasi x gram tembaga

w = x gr
e.I.t
w= = e.F
96500

F = w/e

= x gr/63,54

= x/63,54 C

2. Hitung berapa Coulomb diperlukan untuk mengoksidasi 1 mol tembaga


(berat molekul tembaga 63.54)

e.I.t
w=
96500

Berat tembaga = 1 mol × 63,54 = 63,54 gr


63,54 I.t
63,54 =
96500

I.t
F=
96500

3. Muatan satu ion Cu+ adalah 1,6 × 10-19 Coulomb. Hitung jumlah ion Cu+
yang terbentuk dalam percobaan (jumlah atom Cu dalam satu mol tembaga
sama dengan No)

Jumlah ion Cu+ = Q/muatan = 1800 C/ 1,6 x 10-19

= 1125 x 1019 ion/6,022 x 1023

= 186,81 x 10-6 mol

18
19

B. Pertanyaan
1. Apakah nama endapan merah/jingga yang terbentuk dalam percobaan
elektrolisis?
Jawab: Endapan merah-jingga yang terbentuk adalah hasil oksidasi
tembaga, yaitu tembaga oksida. Endapan merah yang terbentuk pada sel
elektrolisis adalah Cu2O (tembaga (I) oksida). Cu2O tersebut karena
terurainya CuOH (hasil Cu+ + OH-) akibat pemanasan.
Reaksinya:
Di anoda : Cu(s) → Cu+(aq)
Di larutan : Cu+ + OH → CuOH
+
2 CuOH → Cu2 + H2O
Panas Jingga
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid I. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo. Jakarta:
Erlangga.

Keenan, charles W. 1980. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, D. W. 1999. Kimia Modern Edisi 4 Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.

Underwood, K. 1991. Kimia untuk Universitas Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga

20
LAMPIRAN A

LEMBAR PERHITUNGAN

1. Menghitung jumlah muatan ynag diperlukan untuk proses oksidasi Cu (Q)

Q = I.t
= 3 . 900
= 1800 coulomb
2. Menghitung jumlah muatan yang diperlukan untuk proses oksidasi Cu (A)

𝑀𝑟 𝐶𝑢
A = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎 x Q

63,54
= x 1800
0,62
= 184470,96

3. Menghiung jumlah muatan Cu2+ (B)

𝐴
B = 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑜𝑛 𝐶𝑢2+
= 184470,96 : 16.10-19 = 11,529 . 10-23mol-1
4. Menghitung presentase kesalahan

| 𝑁𝐴𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛−𝑁𝐴 𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 |
% kesalahan = x 100%
𝑁𝐴𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖

= (5,506 . 10-23 : 6,023. 10-23) x 100%


= 91,4 %
LAMPIRAN B

DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan

1 Proses penimbangan
NaCl

2. Proses pembuatan larutan


elektrolit (10 gram NaCl
+ 0,1 gram NaOH + 100
ml aquadest).

3 Proses penimbangan
elektroda Cu.

4 Proses elektrolisis.
5 Warna larutan elektrolit
setelah proses elektrolisis
selesai.

6 Proses penimbangan
anoda setelah proses
elektrolisis selesai.

Anda mungkin juga menyukai