Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Momen Inersia)

(Momen Inersia – ME4)

Nama : Febriolla Via hashinta

NIM : 205090300111038

Fak / Jurusan : MIPA / Fisika

Kelompok :4

Tanggal Praktikum : 10 Desember 2020

Nama Asisten : AR Naufal Asyam Likur

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Momen Inersia)

Nama : Febriolla Via Hashinta

NIM : 205090300111038

Fak / Jurusan : MIPA / Fisika

Kelompok :4

Tgl. Praktikum : 10 Desember 2020

Nama Asisten : AR Naufal Asyam Likur

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dilakukannya percobaan momen inersia ini adalah cakram akan dihitung momen
inersianya setiap cakram nanti ditambahkan. Selain itu, pada cakram berlubang ditentukan
momen inersianya.

1.2 Dasar Teori


Gerakan rotasi didefinisikan dengan sebuah benda yang berputar pada sumbunya. Rotasi
adalah kunci dari banyak aktivitas, seperti memukul bola golf dengan pemukul (bola perlu
berputar agar udara menjaganya lebih lama) dan melempar curveball dalam bisbol (bola perlu
berputar agar udara mendorongnya ke kiri atau ke kanan). Rotasi juga merupakan kunci untuk
masalah yang lebih serius, seperti kerusakan logam pada pesawat yang sudah tua. Dalam rotasi
murni atau gerakan sudut, setiap titik benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak
pada sumbu rotasi, dan setiap titik bergerak melalui sudut yang sama selama interval waktu
tertentu. Dalam gerakan linier, setiap titik benda dalam garis lurus, dan setiap titik bergerak
melalui jalur linier yang sama selama interval waktu tertentu. (Halliday & Resnick, 2011)
Momen inersia adalah kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan keadaannya
baik tetap diam maupun tetap dalam keadaan bergerak atau momen inersia ukuran kelembaman
suatu benda. Momen kelembaman suatu benda ditentukan oleh rapat massa, poros yang dipilih
serta persebaran benda atau jarak setiap partikel menuju poros. Benda yang tersusun kumpulan
partikel titik yang menyebar terhadap poros maka momen inersianya selalu dapat ditentukan.
Untuk benda tegar kontinu sulit untuk ditentukan nilai momen inersia secara pasti maka untuk
perhitungan dapat menggunakan pendekatan rumus sebagai berikut
N
I N =∑ mi r i ² ………………. (1)
i=1

Momen inersia yang dihasilkan dari persamaan bukan menunjukkan nilai yang sebenarnya. Nilai
diatas menggunakan asumi jika benda tersebut dipotong kecil-kecil dan setiap potongan benda
diukur nilai momen inersianya kemudian dijumlahkan, semakin kecil potongan benda tersebut
maka nilai yang didapat semakin akurat. (Rosyid, dkk., 2014)
Kata momen dalam momen inersia berarti bahwa momen inersia bergantung pada
bagaimana massa tubuh didistribusikan di ruang, tidak ada hubungannya dengan persentasi
waktu. Untuk benda dengan sumbu rotasi tertentu dan massa total tertentu , semakin besar jarak
dari sumbu ke partikel penyusun benda tersebut, maka semakin besar pula momen inersianya.
Dalam benda kaku, jarak semuanya konstan dan I tidak bergantung pada kecepatan benda di
sekitar sumbu tertentu. Satuan SI untuk momen inersia adalah kilogram-meter² (Kg.m²). Dalam
momen inersia, energi kinetic rotasi benda kaku dirumuskan dengan

1
K= Iω ²………………. (2)
2

(Nilai momen inersia dari berbagai bentuk)

(Young & Freedman, 2008)

Momen inersia adalah ukuran kuantitatif dari inersia dari inersia rotasi, seperti dalam
gerakan translasi, dan massa adalah ukuran kuantitatif dari inersia linier yaitu, semakin massif
suatu benda, maka semakin besar inersia yang dimiliki , dan semakin besar ketahanan terhadap
perubahan kecepatan garis. Demikian pula, semakin besar momen inersia benda kaku atau sistem
partikel, semakin besar ketahanannya terhadap perubahan kecepatan sudut pada sumbu rotasi
tetap. (Ling, dkk., 2018)
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan ynag digunakan dalam praktikum momen inersia diantaranya adalah
beban, stopwatch, penggaris atau mistar, cakram berlubang, cakram tidak berlubang, neraca
ohaus, jangka sorong, katrol, dan tali.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Beban, cakram berlubang, dan cakram tidak berlubang ditimbang terlebih


dahulu massanya dengan neraca ohaus

Diameter dalam dan diameter luar pada cakram berlubang diukur


panjangnya dengan alat jangka sorong

Beban yang sudah ditimbang, diikat pada tali yang terhubung ke cakram
tidak berlubang dan diletakkan juga pada katrol

Jarak titik A dan titik B sebagai acuan beban untuk dihitung waktu tempuh
nya, dihitung dengan penggaris atau mistar sepanjang 30 cm

Beban ditetapkan pada titik A dengan cara cakram tidak berlubang ditarik
sampai beban terangkat
Waktu tempuh jatuhnya beban dari titik A ke titik B dihitung dengan
stopwatch dan dicatat sebagai data t

Cakram berlubang ditambahkan satu persatu dan setiap penambahan


beban dilakukan percobaan seperti pada percobaan pertama, cakram
berlubang diletakkan di bawah cakram tidak berlubang

Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali pada percobaan cakram tidak


berlubang dan juga setiap dilakukannya penambahan cakram sampai 3
penambahan
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

Waktu tempuh (s)


Jumlah
No
Penambahan t1 t2 t3 t4 t5
1 0 3.87 3.94 3.71 3.78 3.56 3.772
2 1 3.66 3.38 4.16 4.19 4.18 3.914
3 2 4.97 4.79 4.91 5 4.65 4.864
4 3 5.47 5.47 5.5 5.65 5.47 5.512

Jarak tempuh (s) = 30 cm


Jari-jari cakram (R) :RL = 8,2 cm
RD = 2,375 cm
Massa : MCTB = 276,7 gr
MCB = 288,5 gr
Mbeban = 40,4 gr

3.2 Perhitungan

3.2.1 Cakram Tak Berlubang

NST Neraca Ohauss = 0,1 gram

NST Jangka Sorong = 0,05 mm

Massa : MCTB = 0,2767 Kg

1
Deviasi Massa : δMCTB = NST Neraca Ohauss = 0,00005 Kg
2

1
Deviasi Jari-Jari Luar : δRL = NST Jangka Sorong = 0,000025 m
2
1 2 1 −2
I = M CTB R L = × 0,2767 ×(8,2× 10 )²
2 2

1 −4 −4
¿ ×0,2767 × 67,24 ×10 =9,3027 × 10 Kgm ²
2

(
δI =
δ M CTB
M CTB
+2
δ RL
RL ) (
×I=
0,00005
0,2767
+2
0,000025
0,082 )
× 9,3027× 10
−4

−4 −4
¿ 0,00079 ×9,3027 × 10 =0,0074 ×10 Kgm ²
−4
δI 0,0074 ×10
Kr I = ×100 %= −4
×100 %=0,07 %
I 9,3027 ×10

3.2.2 Cakram Berlubang

1 1
I = M CB ( R L−R D ) = ×0,2885 × ( ( 8,2 ×10 ) −(2,375 ×10 )² )
' 2 2 −2 2 −2
2 2

1 −4 −4
¿ ×0,2885 ×61,5994 × 10 =8,8857 ×10 Kgm ²
2

a. Penambahan 0

Percobaan t a α 1/α
1 3.87 0.0401 0.4886 2.0468
2 3.94 0.0387 0.4714 2.1216
3 3.71 0.0436 0.5316 1.8811
4 3.78 0.0420 0.5121 1.9527
5 3.56 0.0473 0.5773 1.7321
1
1.9469
α

2 s 2× 0,3
a 1= = =0,0401 m/ s ²
t ² 14,9769
2 s 2× 0,3
a 2= = =0,0387 m/s ²
t ² 15,5236
2 s 2× 0,3
a 3= = =0,0436 m/s ²
t ² 13,7641
2 s 2 ×0,3
a 4= = =0,0420 m/s ²
t ² 14,2884
2 s 2× 0,3
a 5= = =0,0473 m/s ²
t ² 12,6736

a1 0,0401
α 1= = =0,4886 rad /s ²
R L 0,082
a2 0,0387
α 2= = =0,4714 rad / s ²
R L 0,082
a3 0,0436
α 3= = =0,5316 rad /s ²
RL 0,082
a 4 0,0420
α 4= = =0,5121 rad / s ²
R L 0,082
a5 0,0473
α 5= = =0,5773 rad /s ²
RL 0,082

1 2 1 −3
I = M CTB R L = × 0,2767 ×(8,2× 10 ) ²
2 2

1 −6 −6
¿ ×0,2767 × 67,24 ×10 =9,3027 ×10 Kgm ²
2

b. Penambahan 1

Percobaan t a α 1/α
1 3.66 0.0448 0.5462 1.8307
2 3.38 0.0525 0.6405 1.5613
3 4.16 0.0347 0.4228 2.3651
4 4.19 0.0342 0.4168 2.3993
5 4.18 0.0343 0.4188 2.3879
1
2.1089
α

2 s 2× 0,3
a 1= = =0,0448 m/s ²
t ² 13,3956
2 s 2× 0,3
a 2= = =0,0525 m/s ²
t ² 11,4244
2 s 2× 0,3
a 3= = =0,0347 m/s ²
t ² 17,3056
2 s 2 ×0,3
a 4= = =0,0342 m/s ²
t ² 17,5561
2 s 2× 0,3
a 5= = =0,0343 m/s ²
t ² 17,4724

a1 0,0448
α 1= = =0,5462rad /s ²
R L 0,082
a2 0,0525
α 2= = =0,6405rad / s ²
R L 0,082
a3 0,0347
α 3= = =0,4228 rad /s ²
RL 0,082
a 4 0,0342
α 4= = =0,4168 rad / s ²
R L 0,082
a5 0,0343
α 5= = =0,4188 rad /s ²
RL 0,082

1 1
I 1= M CB 1 ( RL −R D ) + M CTB R L
2 2 2
2 2

1 1
¿ ×0,2885 × ( ( 8,2 ×10 ) −(2,375 ×10 )² ) + ×0,2767 ×(8,2 ×10 )²
−2 2 −2 −2
2 2

−4 −4 −4
¿ 8,8857 ×10 +9,3027 × 10 =18 ,1884 ×10 Kgm ²

c. Penambahan 2

percobaan t a α 1/α
1 4.97 0.0243 0.2962 3.3758
2 4.79 0.0262 0.3189 3.1357
3 4.91 0.0249 0.3035 3.2948
4 5 0.0240 0.2927 3.4167
5 4.65 0.0277 0.3384 2.9551
1
3.2356
α

2 s 2× 0,3
a 1= = =0,0243 m/s ²
t ² 24,7009
2 s 2× 0,3
a 2= = =0,0262m/ s ²
t ² 22,9441
2 s 2× 0,3
a 3= = =0,0249 m/s ²
t ² 24,1081
2 s 2 ×0,3
a 4= = =0,0240 m/ s ²
t² 25
2 s 2× 0,3
a 5= = =0,0277 m/s ²
t ² 21,6225

a1 0,0243
α 1= = =0,2962rad / s ²
R L 0,082
a2 0,0262
α 2= = =0,3189 rad / s ²
R L 0,082
a3 0,0249
α 3= = =0,3035 rad /s ²
RL 0,082
a 4 0,0240
α 4= = =0,2927 rad / s ²
R L 0,082
a5 0,0277
α 5= = =0,3384 rad / s ²
RL 0,082

1 1
I 2= M CB2 ( R L−R D ) + M CTB RL
2 2 2
2 2

1 −4 1 −2
¿ ×2 ×0,2885 ×61,5994 × 10 + × 0,2767 ×(8,2× 10 )²
2 2

−4 −4 −4
¿ 17,7714 ×10 +9,3027 × 10 =27,0741× 10 Kgm ²

d. Penambahan 3

percobaan T a α 1/α
1 5.47 0.0201 0.2445 4.0892
2 5.47 0.0201 0.2445 4.0892
3 5.5 0.0198 0.2419 4.1342
4 5.65 0.0188 0.2292 4.3627
5 5.47 0.0201 0.2445 4.0892
1
4.1529
α
2 s 2× 0,3
a 1= = =0,0201 m/s ²
t ² 29,9209
2 s 2× 0,3
a 2= = =0,0201 m/s ²
t ² 29,9209
2 s 2× 0,3
a 3= = =0,0198 m/s ²
t ² 30,25
2 s 2 ×0,3
a 4= = =0,0188m/ s ²
t ² 31,9225
2 s 2× 0,3
a 5= = =0,0201 m/s ²
t ² 29,9209

a1 0,0201
α 1= = =0,2445 rad / s ²
R L 0,082
a2 0,0201
α 2= = =0,2445 rad / s ²
R L 0,082
a3 0,0198
α 3= = =0,2419 rad /s ²
RL 0,082
a 4 0,0188
α 4= = =0,2292 rad / s ²
R L 0,082
a5 0,0201
α 5= = =0,2445rad /s ²
RL 0,082

1 1
I 3= M CB3 ( R2L−R 2D ) + M CTB R2L
2 2

1 1
¿ ×3 ×0,2885 × 61,5994 ×10−4 + ×0,2767 ×(8,2 ×10−2 ) ²
2 2

−4 −4 −4
¿ 26,6571× 10 + 9,3027 ×10 =35,9598 ×10 Kgm ²

3.3 Grafik

1
N (s²/rad)
α
0 1.9469
1 2.1089
2 3.2356
3 4.1529
( )
1
Σ
 Centeroid = (x;y) = Σ N n αn
;
n n
Σ N n 0+1+2+3
x= = =1,5
n 4
1
Σ
α n 1,9469+2,1089+3,2356+ 4,1529 2
y= = =2,8611 s / rad
n 4

∆ y y b− y a 4,8−4
 tanθ= = = =1
∆ x x b−x a 3,5−2,7
y 2− y 1 3,5−2,6
 kr = ×100 %= ×100 %=15,7 %
2y 5,7
'
 I =g × M beban × R L ×tanθ=10 × 0,0404 ×0,082 ×1=0,033128 Kgm ²

3.4 Pembahasan

3.4.1 Analisa Prosedur

3.4.1.1 Fungsi Alat

Dalam praktikum momen inersia ini, alat dan bahan yang digunakan punya fungsi
yang menjadi faktor dalam praktikum ini. alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya
adalah beban atau pemberat yang digunakan sebagai objek yang digantungkan pada tali
yang nantinya terhubung dengan cakram agar cakram dapat berotasi. Penggaris atau
mistar digunakan sebagai alat pengukur jarak titik a dan titik b pada beban. Stopwatch
digunakan sebagai alat pengukur waktu tempuh saat beban digerakkan. Selanjutnya,
cakram berlubang dan cakram tidak berlubang digunakan sebagai objek yang diamati
rotasinya saat dilakukannya percobaan. neraca ohauss digunakan sebagai alat pengukur
massa cakram berlubang dan cakram tidak berlubang, selain itu, digunakan sebagai alat
pengukur beban yang akan digunakan. Jangka sorong digunakan sebagai alat pengukur
diameter luar dan diameter dalam pada cakram berlubang dan juga cakram tidak
berlubang. Katrol digunakan agar tali yang dihubungkan dengan beban mudah untuk naik
dan turun. Terakhir, tali digunakan sebagai penghubung antara cakram dan beban pada
percobaan.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan

Dari semua alat yang digunakan pada praktikum momen inersia, masing-masing
alat punya fungsi yang berbeda-beda, sehingga perlakuannya juga berbeda antara satu alat
dengan yang lainnya. Pada praktikum ini langkah awal dengan disiapkannya alat dan
bahan yang diperlukan dalam praktikum ini. Setelah itu, alat-alat yang dibutuhkan
dirangkai seperti pada gambar rangkaian. Sebelum dilakukannya percobaan, cakram tidak
berlubang, cakram berlubang, dan beban yang digunakan ditimbang terlebih dahulu
massanya dengan alat neraca ohauss. Setelah itu, cakram tidak berlubang dihubungkan
dengan beban menggunakan tali, tali dipasangkan pada katrol agar lebih mudah naik dan
turun sehingga hasil data lebih akurat. Setelah itu, titik a dan titik b ditentukan secara
vertikal didekat beban, lalu diukur jarak antara titik a dan b dengan penggaris atau mistar
dan dicatat datanya sebagai S. Percobaan dilakukan dengan beban diposisikan pada titik a,
lalu waktu ketika beban menuju titik b diukur dengan stopwatch. Data yang didapat
dicatat pada data cakram tidak berlubang, sedangkan untuk cakram berlubang dilakukan
percobaan dengan menambahkan cakram berlubang satu persatu di posisi bawah cakram
tidak berlubang.

3.4.2 Analisa Hasil


Dalam praktikum momen inersia didapat data waktu tempuh benda pada lintasan dari
cakram berlubang dan tidak berlubang serta cakram yang diberi tambahan beban. Masing-masing
diukur dengan lima kali pengulangan dan diperoleh data yang bervariasi dengan perbedaan yang
didapat tidak jauh berbeda nilainya. Dari data tersebut dapat ditentukan bahwa massa yang besar
tidak selalu menghasilkan momen inersia yang besar. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai
momen inersia cakram berlubang lebih kecil dibandingkan nilai momen inersia cakram tidak
berlubang yaitu cakram berlubang memiliki nilai inersia sebesar 8,8857 ×10−4 Kgm ² dan cakram
tidak berlubang memiliki nilai inersia sebesar 9,3027 ×10−4 Kgm ² , meskipun massa cakram
berlubang lebih besar daripada cakram tidak berlubang. Selanjutnya pada percobaan ditambahkan
beban pada beberapa cakram berlubang dan diperoleh setiap penambahan beban, waktu tempuh
akan semakin besar atau lama. Waktu yang semakin lama setiap penambahan cakram
dikarenakan setiap penambahan beban, cakram akan semakin sulit untuk berotasi, hal ini
disebabkan oleh kenaikan kelembaman sistem atau kenaikan momen inersia yang ditunjukkan
pada data. Penambahan nol cakram diperoleh nilai momen inersia sebesar 9,3027 ×10−6 Kgm ²,
penambahan satu cakram didapatkan nilai momen inersia sebesar 18 , 1884 ×10−4 Kgm ²,
penambahan dua cakram berlubang didapatkan nilai momen inersia sebesar 27,0741 ×10− 4 Kgm ² ,
dan penambahan tiga cakram berlubang didapatkan nilai momen inersia sebesar
−4
35,9598 ×10 Kgm ². Berdasarkan data-data tersebut didapatkan bahwa semakin berat massa
pada cakram yang terus ditambahkan, maka nilai momen inersia juga akan semakin besar.
Kenaikan waktu tempuh pada setiap penambahan cakram juga terkait dengan nilai percepatan
tangensial dan nilai percepatan sudut. Namun kedua nilai tersebut berbanding terbalik dengan
waktu tempuh. Sehingga, saat nilai waktu tempuh semakin lambat, percepatan tangensial maupun
percepatan sudut mengalami penurunan untuk setiap penambahan cakram.

Gerak translasi dapat didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk
dan lintasan yang sama di setiap titiknya. Sebuah benda dapat dikatakan melakukan gerak
translasi atau pergeseran apabila setiap titik pada benda itu menempuh lintasan yang bentuk dan
panjangnyna sama. Sedangkan, gerak rotasi adalah gerak suatu benda dengan bentuk dan lintasan
disetiap titiknya. Benda disebut melakukan gerak rotasi jika setiap titik pada benda tersebut
(kecuali titik pada sumbu putar) menempuh lintasan berbentuk lingkaran. Sumbu putar adalah
suatu garis lurus yang melalui pusat lingkaran dan tegak lurus pada bidang lingkaran. Apabila
sebuah benda tegar melakukan gerak rotasi pada suatu poros, maka setiap partikel benda tegar
tersebut akan bergerak dalam suatu lintasan berupa lingkaran yang berpusat pada poros tersebut.
Misalkan titik A berada pada benda tegar, maka titik A tersebut akan berpindah mengikuti
lintasan lingkaran. Perpindahan titik A tersebut dapar dikatakan mengalami perpindahan linier
dan perpindahan sudut.

Hubungan antara perpindahan linier titik A yang diukur sepanjang lingkaran (s) dan
perpindahan sudut (θ) yang telah dilalui titik A dapat dinyatakan sebagai berikut

s
θ= s=r θ …………………. (3)
r

Keterangan :

Θ = perpindahan sudut (rad)

s = perpindahan linier (m)

r = jari-jari lintasan lingkaran (m)

(Gambar sistem pada cakram yang diberi beban)

Jika dilihat pada gambar diatas, momen inersia dari cakram yang sudah diberi beban
didefinisikan dengan rumus
I =MR ² …………………… (4)

Sehingga, momen gaya yang bekerja pada gambar adalah

τ =R ×T …………………….. (5)

Sedangkan, percepatan beban saat meluncur dapat diidentifikasikan dengan hubungan rumus

F=m . a

W −T =m. a

mg−T =ma

mg−ma=T

m ( g−a )=T

T
g−a=
m

T
a=g− …………………….(6)
m

Percepatan tangensial dan percepatan anguler dapat dinyatakan dengan rumus

a
a=αR →α =
R

Sehingga, momen gayanya adalah

τ =RT τ =I . α

Maka,

RT =I . α

I .α
T= ………………………. (7)
R

Persamaan 7 disubtitusikan ke persamaan 5, sehingga didapatkan


a=g−
m R2

1
Lalu, dari persamaan tersebut masing-masing ruas dibagi dengan , sehingga menjadi
a
g I
1= −
a mR ²

1 1
= 1+
a g ( I
mR ² )1 R
atau = 1+
α g
I
mR ² (
……………. (8) )
1 2
Pada persamaan gerak lurus berubah beraturan S= a t + v 0 t+ S 0, percepatan (a) dapat ditentukan
2
dengan cara memilih jarak awal = 0 dan kecepatan awal – 0, sehingga didapatkan

2S
a= ………………………… (9)

Dalam percobaan ini besarnya momen inersia divariasi dengan menambah massa cakram dengan
beberapa cakram berlubang dibawah cakram tidak berlubang. Sehingga, didapatkan rumus
momen inersia totak dari kedua cakram tersebut adalah

I total =I 0+ ¿' ……………… (10)

Dengan

' 1 ' 2 2
I = M ( R L −RD )……………. (11)
2

Lalu, persamaan 10 disubtitusikan ke persamaan 8, menjadi

( )
'
1 R (I 0+ N I )
= 1+
α g mR ²

1 R I0 ¿'
= + + ………… (12)
α g gmR gmR

R I
Jika B=( + 0 ), maka didapatkan
g gmR

1 ¿'
= +B
α gmR

1 I'
= N +B ………………. (13)
α gmR
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Percobaan momen inersia dilakukan supaya praktikan bisa mempelajari konsep momen
inersia pada cakram-cakram yang digunakan. Momen inersia adalah adalah kecenderungan suatu
benda untuk mempertahankan keadaannya baik tetap diam maupun tetap dalam keadaan bergerak
atau momen inersia ukuran kelembaman suatu benda. Momen kelembaman suatu benda
ditentukan oleh rapat massa, poros yang dipilih serta persebaran benda atau jarak setiap partikel
menuju poros. Pada percobaan, cakram yang digunakan adalah 1 cakram tidak berlubang dan 3
cakram berlubang. Setelah dilakukannya percobaan, didapatkan bahwa cakram tidak berlubang
memiliki momen inersia yang lebih besar daripada cakram berlubang. Setiap ditambahkannya
cakram, nilai dari momen inersia akan berubah. Menurut grafik yang didapat, jumlah cakram
akan berbanding lurus dengan nilai 1/α. Lalu, didapatkan nilai persentase ralat yang cukup besar
yaitu 15,7%. Dari data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa data yang didapat tidak terlalu
akurat,dibuktikan dengan nilai ralat dari grafik yang cukup tinggi. Nilai momen inersia yang
didapat dari grafik merupakan nilai penambahan beban pada cakram berlubang.

4.2 Saran

Pada praktikum momen inersia ini terdapat beberapa kendala yaitu, percobaan ini tidak
dilaksanakan secara langsung sehingga kita jadi tidak bisa mempraktikkan secara langsung. Jadi
untuk percobaan selanjutnya, bisa dilaksanakan secara langsung agar para praktikan bisa
mencoba atau menghitung data secara langsung dan tidak hanya mengetahui teorinya saja.
Materinya disampaikan hanya melalui youtube, sehingga praktikan tidak bisa melakukan
percobaan sendiri. Untuk percobaan berikutnya lebih dipersiapkan agar para praktikan bisa lebih
paham tentang materi momen inersia

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, David., Robert Resnick, and Jearl Walker. 2011. Fundamentals of Physics., John Wiley
& Sons, Inc. Jefferson.

Ling, Samuel J., Jeff Sanny, and William Moebs. 2018. University Physics. Volume 1., Rice
University. Texas

Rosyid, Muhammad Farchani., Eko Firmansah., dan Yusuf Dyan Prabowo. 2014. Fisika Dasar.
Jilid 1 : Mekanika., Periuk. Yogyakarta.

Young, Hough D and Roger A. Freedman. 2007. Sears and Zemansky’s University Physics :
With Modern Physics. Twelve Edition., Pearson Education. San Fransisco.
LAMPIRAN
(Halliday & Resnick, 2011)
(Ling, dkk., 2018)
(Rosyid, dkk., 2014)
(Young & Freedman, 2008)

Tugas Pendahuluan Momen Inersia

Nama : Febriolla Via Hashinta

NIM : 205090300111038

Kelas : Fisika A

1. Tidak, torsi sama dengan gaya pada gerak translasi yang berarti keduanya berbanding
lurus. Torsi menunjukkan kemampuan sebuah gaya untuk membuat benda melakukan
gerak rotasi. Benda akan berotasi bila dikenai torsi. Jika pada sebuah benda diberikan
gaya sebesar F, maka benda akan memiliki percepatan yang disebabkan oleh gaya
tersebut. percepatan benda memiliki arah yang sama dengan arah gaya yang diberikan.
Besarnya torsi bergantung pada gaya yang akan diberikan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya.
2. Momen inersia adalah kecenderungan suatu benda agar tetap mempertahankan
keadaannya (tetap bergerak atau tetap diam) atau biasakan diartikan sebagai kelembaman
suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Momen atau momen gaya merupakan hasil
kali antara gaya dengan lengan momennya. Hukum pertama Newton disebut juga sebagai
hukum inersia atau hukum kelembaman. Hukum Newton yang pertama menjelaskan
bahwa benda yang bergerak akan cenderung terus bergerak, dan benda yang diam akan
cenderung tetap diam. Momen inersia dapat dirumuskan dengan
I =mR ²
Keterangan :
I = Momen Inersia (Kg.m²)
m = Massa benda (Kg)
R = Jarak benda terhadap sumbu putar (m)
3.
 Ujung Atas
V = 0 , jadi Ek translasi=0
EK =Ek translasi + Ek rotasi
1 2 1 2
EK = m v + I ω
2 2
1 1
EK = m(0)+ I ω 2
2 2
1 2
EK = I ω
2
 Posisi tengah bidang miring
o Bola Pejal
EK =Ek translasi + Ek rotasi
1 1
EK = m v 2 + I ω 2
2 2
1 2 1
EK = m v + ¿
2 2
o Silinder Pejal
EK =Ek translasi + Ek rotasi
1 2 1 2
EK = m v + I ω
2 2
1 1
EK = m v 2 + ¿
2 2
o Kubus
Tidak bisa menggelinding karena berbentuk kotak
Ek rotasi=0
EK =Ek translasi + Ek rotasi
1 2 1 2
EK = m v + I ω
2 2
1 2
EK = m v +0
2
1 2
EK = m v
2
 Ujung Bawah
V = 0, sehingga
EK =Ek translasi + Ek rotasi
1 2 1 2
EK = m v + I ω
2 2
1 1 2
EK = m(0)+ I ω
2 2
1
EK = I ω2
2

4. Roda yang akan lebih mudah untuk berputar adalah roda 2, karena momen inersianya
lebih kecil daripada roda 1. Benda dengan momen inersia lebih kecil akan lebih mudah
berputar dan berhenti menurut konsep momen inersia. Hal ini disebabkan karena
kecenderungan benda untuk mempertahankan geraknya atau bisa juga disebut dengan
kelembaman lebih kecil. Hukum pertama newton menjelaskan tentang hukum
kelembaman yang berisi setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak
lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya. Dalam peristiwa ini,
roda lebih lebih kecil dalam mempertahankan keadaannya, sehingga bisa disimpulkan
bahwa roda 2 akan lebih mudah berputar daripada roda 1 karena momen inersianya lebih
besar.
Posttest Momen Inersia
Perhitungan pada Microsoft Excel
Lembar DHP Momen Inersia

Anda mungkin juga menyukai