Anda di halaman 1dari 4

Nama : Febriolla Via Hashinta

NIM : 205090300111038
Prodi / Kelas : Fisika / A

Banyaknya laporan terkait aksi demo mahasiswa dan pelajar beberapa pekan lalu. Pasalnya,
pendemo tak hanya berlaku brutal, mereka juga merusak fasilitas umum dan menggangu jalan
raya.Aksi demonstrasi yang merugikan masyarakat tersebut cenderung banyak dikritik dan tidak
mendapat simpati publik.

Hakikat demonstrasi sewajarnya dimaknai lebih mendalam bagi para pelakunya. Tindakan
sebagai wujud penyampaian aspirasi ini sebetulnya telah dijamin oleh Undang-Undang. Namun
sangat disayangkan, masih ada saja oknum yang memanfaatkan hal ini guna membuatnya
semakin keruh. Oknum-oknum yang menimbulkan dan memprovokatori kericuhan inilah yang
harus ditindak tegas. Bukan hanya fasilitas publik yang di rusak, namun lebih parah lagi akan
ada korban jiwa akibat bentrok dengan aparat keamanan. 

Jika ditanya siapa yang salah, kita tidak bisa serta merta menuduh satu pihak. Dari sisi
mahasiswa atau pelajar, mereka hanya menyampaikan aspirasinya terkait kepemerintahan. Serta
aparat hanya mengawal jalannya demo agar tidak menyimpang dari tujuan semula. Namun,
bagaimana jika pihak ketiga datang (oknum penyusup), mengadu domba keduanya.
Memprovokasi serta bertindak beringas, meluluhlantakkan segala benda yang ada dihadapannya.
Kemudian meninggalkan mahasiswa dan aparat dalam situasi serba panas dan keruh, mereka
bisa apa?

Mahasiswa dan pelajar dianggap tidak mematuhi peraturan tentang menyampaikan pendapat di
muka umum. Mahasiswa pun mendesak agar aspirasinya didengarkan tanpa mau mentaati aturan
penyaimpaian pendapat di muka umum. Kalau sudah begini akan timbul isu ketidakbecusan
pemerintah, dan merembetlah ke hal-hal yang seharusnya tidak menjadi topik dari tujuan
demonstrasi itu sendiri.

Maka dari itu, mulai berpikir jernih. Esensi dari penyampaian suara ini bisa dilakukan dengan
lebih arif dan bijaksana. Dengan aneka demo yang lebih atraktif, juga tertib tanpa secuil konflik.
Seperti saat demo di Yogyakarta, demo santun yang bisa bekerjasama dengan para aparat
keamanan. Konon mahasiswa yang berdemo menyalami dan ada pula yang mencium tangan
pihak aparat setelah selesai melakukan aksi demonya.

Tak hanya Yogya, di Surabaya dan Semarang juga disebutkan aksi unjuk rasa berjalan sesuai
koridor. Pertanyaanya, jika wilayah-wilayah tersebut nyata-nyata bisa melakukannya kenapa
didaerah lain tidak? Apa masalahnya? Toh unsur tujuan penyampaian aspirasi juga sama, RUU
Dan RKUHP. Sejauh ini kedua masalah tersebut bagaikan polemik yang tak berkesudahan.
Padahal ada banyak hal yang lebih penting untuk diperhatikan.
Awalnya Inisiatif serta keberanian massa untuk turun ke jalan menyampaikan aspirasi soal
penolakan RUU KUHP diapresiasi. Namun tindakan anarkis massa tidaklah dibenarkan. Banyak
kalangan menilai jika aksi ini adalah bentuk kekecewaan masyarakat, mengingat demo semacam
ini bukanlah hal yang biasa.

Sebelumnya ramai pemberitaan demo anarkis oleh gabungan mahasiswa juga pelajar. Yang
mana hal ini disayangkan oleh banyak pihak. Walaupun aksi unjuk rasa ini telah dijamin UU dan
merupakan hak setiap warga, namun dalam hal kericuhan tak bisa diaminkan. Meski alasan
mereka agar pemerintah memberikan tanggapan dengan cepat, apapun itu selama masih berbau
anarkis tetap tidak diperbolehkan. Belum lagi indikasi pendomplengan pihak ketiga yang dinilai
cukup meresahkan. Hal ini tentunya menambah daftar panjang masalah yang tak terselesaikan.

Dilaporkan dalam demo tersebut terlibat bentrok dengan petugas. Mereka ada yang membawa
dan melemparkan botol, batu hingga bom molotov ke arah gedung DPR. Fasilitas publik-pun tak
luput dari pengrusakan. Mirisnya lagi Aksi tersebut tidak hanya dilakukan oleh pelajar STM,
namun siswa SMA dan SMP. Disana masa terlibat bentrok dengan aparat hingga pihak
kepolisian menembakkan gas air mata.

Jika ditilik dadi segi umur tentunya mereka ini belumlah termasuk ke dalam hak berdemo.
Mengingat, kewajiban belajar pokok mereka juga belum berakhir. Karena mereka masih terikat
pula dibawah naungan dinas pendidikan, serta dewan perlindungan anak jika usia mereka masih
dibawah 17 tahun. Dalam hal ini peran keluarga juga tenaga pendidik sekolah harus
menyikapinya secara lebih aktif  lagi.

Peran serta masyarakat disini bukan sebagai pendukung aksi saja, namun lebih memegang kunci
utama untuk mencegah adanya hal-hal yang tak diinginkan. Marilah bersatu padu, menolak demo
dengan tindakan anarkis, selamatkan anak-anak kita, saudara juga warga lainnya dari bahayanya
aksi-aksi semacam ini. Terlebih upaya provokasi yang gencar dilakukan pihak ketiga guna
memecah kesatuan dan persatuan RI. Jika pihak ketiga berhasil dengan tujuannya, maka yang
rugi adalah kita. Stop Anarkisme!

Sumber : baliexpress.jawapos.com

Menurut pendapat saya, demo tanpa arah sangat tidak bermoral karena demo bertujuan untuk
menuntut keadilan dari petinggi pemerintahan. Demo tanpa arah akan sangat merugikan bagi
semua orang seperti pemerintah, warga sekitar lokasi demo dan bisa merugikan diri sendiri.
Biasanya demo ditujukan untuk menentang keputusan yang menurut warga tidak adil bagi
mereka, sehingga sampai dilakukannya demo. Demo merupakan aspirasi dari warga negara yang
biasanya akan dilakukan oleh pihak yang terlibat. Oleh karena itu, demo seharusnya tidak boleh
disalahgunakan dengan melakukan demo tanpa alasan yang mendasar. Hal itu nantinya akan
menimbulkan masalah yang berkepanjangan bagi pemerintah. Maka dari itu,kita harus bisa
berpikir jenih ketika ingin bertindak, pikir terlebih dahulu akibat yang ditimbulkan karena demo
bisa menyebabkan perubahan yang berkepanjangan. Masyarakat merupakan kunci dari
kesuksesan yang didapat dari negaranya.

Anda mungkin juga menyukai