Anda di halaman 1dari 23

Gerakan Mahasiswa Dan

Represifitas Negara
Muhtar Yogasara, SH.
Ketua PB HMI Komisi Hukum Dan HAM Periode 2018-2020
Gerakan Mahasiswa
 Mahasiswa representasi dari kaum intelektual yang
mendasarkan tindakannya dalam berpendapat dengan
mengedepankan pertimbangan dari ilmu pengetahuan
yang dimilikinya.

 Edward W. Said dalam bukunya Representation of The


Intellectual merumuskan intelektual sebagai individu yang
memiliki bakat untuk merepresentasikan pesan,
pandangan, sikap kepada publik yang tujuan dari
aktualisasi tersebut melahirkan kebebasan untuk
memotivasi dan menggugah rasa kesadaran kritis orang
lain.
Gerakan Mahasiswa
 Gerakan mahasiswa hadir sebagai hasil dari analisa terhadap situasi yang
saling bertentangan antara idealita dan realita. Ketika janji pemerintah yang
disusun dalam bentuk program untuk mensejahterakan rakyat sebagai
idealita, dan perwujudan program tersebut dalam keadaan realita yang tidak
sesuai sebagaimana mestinya. Begitu pula, ketika realita yang ada adalah
kebijakan pemerintah tidak akomodatif terhadap kebutuhan rakyat, atau
bahkan hanya merugikan rakyat itu sendiri.
 Hussain Muhammad gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang di
golongkan kepada gerakan sosial. Kedudukan dan peranan gerakan mahasiswa
mempunyai konotasi dengan gerakan kolektif dalam mewujudkan perubahan
suatu masyarakat.
 Arbi Sanit gerakan mahasiswa mengambil peran sebagai pelopor dalam
setiap perubahan. Keinginan yang sangat besar untuk melakukan perubahan
adalah sifat yang sudah melekat pada mahasiswa yang berpikir kritis.
Sedangkan menurut
 Alan R. Ball mahasiwa yang melakukan gerakan adalan kumpulan
pendesak (pressure group) untuk tujuan yang sama yakni, mempengaruhi
proses membuat keputusan politik pemerintahan.
Gerakan Mahasiswa
 Gerakan sosial (social movement) merupakan gerakan yang berusaha untuk
menggerakkan atau memobilisasi golongan mahasiswa maupun masyarakat secara
kolektif. Gerakan ini di lakukan untuk mewujudkan kesadaran politik setiap
individu masyarakat demi menentang segala penindasan yang di lakukan oleh
negara. Jadi gerakan mahasiswa merupakan gerakan untuk melawan hegomoni
negara. Tegasnya, konsep gerakan sosial yang dibangun oleh mahasiswa merupakan
suatu gerakan yang mempunyai bentuk tingkah laku serta budaya tersendiri di
kalangan intelektual.

 Gerakan sosial dalam bentuk kritik terhadap berjalannya pemerintahan yang tidak
sejalan dengan kebutuhan rakyat adalah dengan aksi massa atau demonstrasi.
Demonstrasi sejatinya hal yang jarang ditemukan terjadi pada sebuah negara yang
memiliki good governance. Good governance diartikan sebagai sebuah
pemerintahan yang membagi kekuasaannya secara jelas serta masing-masing
bagian melakukan tugas dan fungsinya dengan baik. Demonstrasi adalah sebuah
gerakan ekstra-parlementer ketika terjadi ketidakberesan kinerja jajaran
pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat dalam menjalankan fungsinya dengan
baik serta saluran-saluran kritik kepada pemerintah tidak terbuka untuk
menyampaikan keinginan rakyat.
Gerakan Mahasiswa
 Secara historis, gerakan mahasiswa melalui demonstrasi di Indonesia telah terbukti
menghasilkan beberapa perubahan yang signifikan terhadap jalannya pemerintahan,
seperti gerakan mahasiswa tahun 1966 yang mengkoreksi rezim orde lama Presiden
Soekarno dan gerakan mahasiswa tahun 1998 yang menggulingkan rezim orde baru
Presiden Soeharto. Demonstrasi dahulu menjadi barang mahal dari bentuk aksi yang
didasarkan pada idealisme mahasiswa untuk membawa perubahan masyarakat ke arah
yang lebih baik untuk segera diupayakan oleh negara. Begitu pula sebaliknya,
pemerintah akan memandang kritik mahasiswa sebagai tamparan untuk lebih memacu
perbaikan kinerja pemerintahannya. Bahkan, di rezim orde baru gerakan demonstrasi
semacam hal yang haram untuk dilakukan mahasiswa terhadap pemerintan Presiden
Soeharto.
 Ketika kinerja pemerintahan yang menjadi sasaran gerakan sosial dengan demonstrasi,
maka logis jika penguasa yang tidak memiliki sikap demokratis akan beranggapan
bahwa gerakan mahasiswa merupakan ancaman terhadap negara dan penguasa,
sehingga gerakan mahasiswa sering dilabelkan dengan gerakan radikal atau bahkan
pembangkangan terhadap kekuasaan negara. Dalam Sebuah negara yang menganut
sistem demokrasi seperti Indonesia misalnya, penguasa tidak perlu mencurigai setiap
gerakan mahasiswa, karena hal itu merupakan dinamika dari perjalanan demokrasi yang
menjunjung tinggi kebebasan dalam menyampaikan pendapat di muka umum.
Gerakan Mahasiswa
 Ketika kinerja pemerintahan yang menjadi sasaran gerakan sosial dengan demonstrasi,
maka logis jika penguasa yang tidak memiliki sikap demokratis akan beranggapan
bahwa gerakan mahasiswa merupakan ancaman terhadap negara dan penguasa,
sehingga gerakan mahasiswa sering dilabelkan dengan gerakan radikal atau bahkan
pembangkangan terhadap kekuasaan negara. Dalam Sebuah negara yang menganut
sistem demokrasi seperti Indonesia misalnya, penguasa tidak perlu mencurigai setiap
gerakan mahasiswa, karena hal itu merupakan dinamika dari perjalanan demokrasi yang
menjunjung tinggi kebebasan dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

 Demonstrasi menjadi sebuah kegiatan yang efektif untuk menyampaikan pendapat atau
aspirasi kepada para petinggi negeri ketika dilakukan secara masif. Cara-cara formal
seperti audiensi atau jajak pendapat, ditinggalkan karena dinilai kurang efektif.
Penyebab ketidakefektifannya adalah kegiatan formal tersebut sulit dilakukan dengan
tertutupnya akses untuk sampai pada pengambil kebijakan dalam pemerintahan dan
dampaknya memakan waktu lama. Namun, demonstrasi seringkali tidak mendapat
tanggapan yang baik lantaran tidak semua penguasa pemerintahan untuk mau duduk
bersama rakyatnya dan menerima aspirasi tentang kebutuhan rakyatnya
Gerakan Mahasiswa
 Beberapa pekan lalu, publik dihebohkan dengan aksi demonstrasi mahasiswa dari HMI
MPO Cabang Jakarta dalam memperingati 20 Tahun Gerakan Reformasi di depan Istana
Negara. Demonstrasi ditujukan kepada kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo yang
dianggap tidak membawa perubahan kearah yang lebih baik dan tidak sejalan dengan
janji-janji yang disampaikan dalam kampanye ketika akan mencalonkan diri sebagai
presiden. Fokus perhatian publik tidak mengarah pada tuntutan dari aksi demonstrasi,
melainkan pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Tindakan
tersebut dapat menjadi simbol bahwa rezim pemerintahan seolah menutup mata dan
telinga atas kritik dan evaluasi yang dilakukan oleh mahasiswa.
 Namun di HMI MPO sendiri sejatinya telah terdapat 3 (tiga) preseden buruk terkait
bentuk represifitas negara dalam beberapa waktu yang dekat ini, yakni sebagai berikut :
1. Aksi Kecaman terhadap Penelantaran Jenazah Bayi yang dipulangkan dengan Ojek
oleh Rumah Sakit Umum Daerah Bima yang dilakukan HMI Cabang Bima pada hari
Jumat, tanggal 6 April 2018 yang bertempat di Kantor Bupati Bima, Nusa Tenggara
Barat.
2. Aksi penolakan kenaikan Bahan Bakar Minyak jenis Pertalite dan Kelangkaan Solar
yang dilakukan HMI Cabang Kendari pada hari Senin, tanggal 9 April 2018 yang
bertempat di Tapal Kuda Kendari, Sulawesi Tenggara.
3. Aksi Refleksi 20 Tahun Reformasi yang dilakukan HMI Cabang Jakarta pada hari Senin,
tanggal 21 Mei 2018 yang bertempat di depan Istana Negara, DKI Jakarta.
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum
 Indonesia menjadi sebuah negara yang demokratis menimbulkan konsekuensi bahwa
pemerintahan negara yang terbentuk memiliki kewajiban untuk menjamin hak asasi
warga negaranya. Sebagaimana salah satu prinsip dalam konsep pemerintahan yang
demokratis menurut International Conference Of Jurist, Bangkok, tahun 1965
adalah Constitusional guarantee of Human Rights (Jaminan konstitusional terhadap
HAM). Prinsip ini dapat dimaknai dengan perwujudan Indonesia sebagai negara yang
demokratis dapat dilakukan dengan meletakkan konsep HAM dalam konstitusi
negara sebagai rules yang mengatur hubungan antara negara dan warga negara.
 Aksi Mahasiswa melalui demonstrasi merupakan ekspresi dari hak atas kemerdekaan
menyampaikan pedapat di muka umum. Bagi Robert A. Dahl dijaminnya HAM adalah
perwujudan dari dua prinsip negara demokratis, yaitu: terbukanya ruang kontrol
dari rakyat terhadap keputusan pemerintah dan memberikan kebebasan kepada
warga negara untuk mengeluarkan dan menyatakan pendapat tanpa ancaman.
Dijaminnya hak kemerdekaan menyatakan pendapat akan menciptakan budaya
demokrasi baik itu antara negara dengan warga negara melalui keterbukaan
pandangan atas pendapat yang disampaikan melalui kritik oleh negara, terbukanya
ruang partisipasi dan penyerapan aspirasi warga negara, maupun antar sesama
warga negara melalui keterbukaan ruang untuk berbeda pendapat dalam menilai
kinerja pemerintahan
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum
Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (“DUHAM”) yang menyatakan bahwa “Setiap
orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak ini termasuk kebebasan
untuk menahan pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima, dan
menyampaikan informasi dan ide melalui media apa saja dan tanpa batasan apa pun.”

Dipertegas kembali dalam Pasal 19 Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik, yang
menyatakan bahwa:
1. Setiap orang harus berhak untuk memiliki opini tanpa intervensi;
2. Setiap orang harus berhak atas kebebasan berekspresi; hak ini harus meliputi
kebebasan untuk mencari, menerima serta mengungkapkan segala jenis informasi
dan gagasan, terlepas dari garis perbatasan, secara lisan, tulisan atau tercetak,
dalam bentuk karya seni, atau melalui segala media lain pilihannya sendiri.
3. Pelaksanaan hak-hak yang dijamin dalam ayat 2 Pasal ini membawa kewajiban-
kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab tersendiri. Karenanya hal ini tunduk
pada pembatasan-pembatasan tertentu, tetapi ini hanya boleh dilakukan
sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum dan yang diperlukan:
a. Untuk menghargai hak atau nama baik orang lain;
b. Untuk melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum, atau kesehatan
atau kesusilaan umum
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum
Secara lebih spesifik untuk melihat kemerdekaan
berpendapat dimuka umum menjadi hak konstitusional bagi
warga negara Indonesia yang diatur dalam UUD NRI 1945,
sebagai berikut:
1. Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 28E Ayat (2) : Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
3. Pasal 28E Ayat (3) : Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum

Dalam UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM (“UU HAM”), seperti:


 Pasal 23 ayat (2) : Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan
dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan
atau tulisan melalui media cetak maupun elektonik dengan
memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertban, kepentingan
umum, dan keutuhan bangsa;
 Pasal 25 : Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka
umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
 Pasal 44 : Setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak
mengajukan pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau usulan
kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang
bersih, efektif, dan efisien, baik dengan lisan maupun dengan tulisan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum

Secara lebih rinci diatur dalam UU No. 9 Tahun 1998 Tentang


Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum (“UU
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat”). Pada ketentuan
Pasal 2 dinyatakan bahwa:
1. Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok,
bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak
dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2. Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan undang-undang ini.
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum
Berdasarkan beberapa ketentuan yang mengatur hak atas
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dalam
UU Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat, maka hakekat
pelaksanaan hak tersebut adalah:
a) Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap
warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan
dan tulisan, serta sikap-sikap lain secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pada hakekatnya kemerdekaan mengeluarkan pendapat
sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum

b) Kemerdekaan mengeluarkan pendapat sangat penting bagi


kehidupan demokrasi karena akan membawa dampak
positif antara lain:
 Kepekaan masyarakat menjadi meningkat dalam
menyikapi berbagai permasalahan sosial yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari;
 Membiasakan masyarakat untuk berfikir kritis dan
reponsif;
 Merasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab atas
kemajuan bangsa dan negara;
 Meningkatkan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kemerdekaan Berpendapat Di Muka Umum
c) Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan harus
berasaskan pada:
 asas keseimbangan antara hak dan kewajiban artinya harus terjadi
keseimbangan antara hak dan kewajiban jangan sampai hanya menuntut
haknya saja tetapi tidak bersedia melaksanakan kewajiban;
 asas musyawarah dan mufakat artinya segala sesuatu diusahakan melalui
musyawarah mufakat dilandasi semangat kekeluargaan;
 asas kepastian hukum dan keadilan artinya harus sesuai hukum yang
berlaku dan menimbulkan kesejahteraan tidak memihak dan tidak
menyengsarakan pihak lain;
 asas proporsionalitas yaitu asas yang meletakan segala kegiatan sesuai
dengan konteks atau tujuan kegiatan tersebut, baik yang dilakukan oleh
warga negara, institusi maupun aparatur pemerintah, yang dilandasi oleh
etika individual, etika sosial maupun etika internasional;
 asas manfaat, bahwa kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum
harus bisa memberi manfaat untuk kepentingan masyarakat secara
umum.
Represifitas Negara

Tindakan represif dimaknai dengan tindakan yang bersifat menekan,


mengekang atau menahan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.

Represifitas negara dapat diartikan tindakan negara untuk menekan atau


mengekang suatu pihak dalam melakukan suatu perbuatan tertentu.
Biasanya tindakan represif negara dilakukan oleh penguasa ketika warga
negara melakukan tindakan pelanggaran hukum melalui pemberian
hukuman.

Namun, di sisi lain penguasa juga melakukan tindakan represif hanya dengan
alasan subjektif bahwa tindakan yang dilakukan oleh warga negara
mengancam stabilitas negara atau ketertiban umum.
Represifitas Negara

 Tindakan represif negara seringkali muncul ketika negara berhadapan


dengan gerakan sosial masyarakat yang melancarkan kritiknya terhadap
jalannya pemerintahan negara.
 Bentuk represifitas dapat berupa kriminalisasi atau bahkan kekerasan
dalam penanganannya. Dalam konteks ini, gerakan mahasiswa melalui
demontrasi adalah bulan-bulanan dari tindakan represif negara berbentuk
kekerasan aparat kepolisian.
 Tindakan kekerasan yang dilakukan seolah menjadi tindakan paling
ampuh untuk meredam aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa, meskipun
sangat mungkin untuk terjadi hal yang sebaliknya bahwa kekerasan makin
memicu semangat untuk membentuk suatu gerakan perlawanan terhadap
penguasa.
Represifitas Negara

 Kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap gerakan


mahasiswa melalui demonstrasi mengindikasikan adanya pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh negara. Upaya penanganan demonstrasi dengan
tindakan kekerasan merupakan bentuk kesewenang-wenangan aparat
dalam hal ini institusi Kepolisian.
 Ketika hal tersebut terjadi, biasanya penjelasan yang diterima
masyarakat adalah terdapat oknum polisi yang tidak menjalankan
prosedur yang ditelah ditetapkan dalam penanganan demonstrasi dan
perlu untuk diberikan sanksi.
 Padahal seharusnya kejadian tersebut harus dimaknai lebih luas bahwa
kekerasan tidak hanya sebatas kesalahan prosedur yang bersifat
administratif, melainkan secara substantif adalah adanya pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian sebagai representasi negara
Represifitas Negara
Prosedur penanganan terhadap demonstrasi yang dilakukan oleh warga negara,
khususnya mahasiswa telah diatur dalam Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2012
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan, Pengamanan dan Penanganan
Perkara Penyampaian Pendapat Di Muka Umum (“Perkapolri No. 7 Tahun
2012”). Pasal 28, yang berbunyi :
“Dalam melakukan tindakan upaya paksa harus dihindari terjadinya hal-hal yang
kontra produktif, antara lain:
a. tindakan aparat yang spontanitas dan emosional, mengejar pelaku,
membalas melempar pelaku, menangkap dengan tindakan kekerasan, dan
menghujat;
b. keluar dari ikatan satuan atau formasi dan melakukan pengejaran massa
secara perorangan;
c. tidak patuh dan taat kepada perintah penanggungjawab pengamanan di
lapangan sesuai tingkatannya;
d. tindakan aparat yang melampaui kewenangannya;
e. tindakan aparat yang melakukan kekerasan, penganiayaan, pelecehan,
melanggar HAM; dan
f. melakukan perbuatan lain yang melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan.”
Represifitas Negara

Kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap


demonstrasi, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor,
khususnya terkait dengan cara pandang aparat kepolisian
terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Konsepsi mendasar mengenai HAM.
2. Demonstrasi yang dipandang cenderung anarkis.
3. Cara pandang pragmatis dalam keadaan terburuk dari
penanganan demonstrasi.
Alternatif Solusi
Berdasarkan pembahasan yang telah dituliskan dalam makalah
ini, setidaknya terdapat beberapa pilihan solusi yang layak
untuk diajukan, yaitu:
1. Dari aspek gerakan mahasiswa, penting untuk memilih
metode gerakan lain selain demonstrasi yang perlahan mulai
mendapat stigma negatif di kalangan masyarakat dan seolah
ditinggalkan oleh mahasiswa. Pemanfaatan sarana media
elektronik dan teknologi dalam gerakan sosial sangat layak
untuk dilakukan mengingat bahwa dalam beberapa
kesempatan isu di tingkat nasional, media elektronik
memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam
pembentukan opini publik sehingga berdampak pada
memberikan pressure atau mempengaruhi kebijakan
pemerintah;
Alternatif Solusi

2. Dari aspek demonstrasi sebagai bentuk pelaksanaan hak atas


kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum,
seharusnya tidak serta merta kemudian dipandang sebagai
kebebasan mutlak tanpa batasan. Pelekatan hak pada warga
negara harus pula ditandai dengan hadirnya kewajiban
dalam penggunaan hak tersebut. Oleh karena itu,
demonstrasi yang dilakukan harus dibarengi dengan
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan dalam
ketentuan hukum yang berlaku
Alternatif Solusi

3. Dari aspek penangan demonstrasi negara melalui aparat


kepolisian, seharusnya didasarkan pada pemahaman
mengenai konsepsi HAM dan menjadi pertimbangan dengan
alasan kemanusian sebagai landasan dalam penindakan
terhadap pelaku pelanggaran. Hal ini dikarenakan terduga
pelaku pelanggaran hukum dalam demonstrasi tidak
kemudian diperbolehkan untuk mendapatkan hukuman
berupa tindakan kekerasan berupa pemukulan atau
penganiayaan. Oleh karena itu, akan lebih baik jika
pendekatan persuasif lebih dominan daripada tindakan
represif dalam penanganan demonstrasi.

Anda mungkin juga menyukai