Anda di halaman 1dari 6

1

MATERI 11

GERAKAN SOSIAL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN SOSIAL

Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami suatu perubahan sosial.


Perubahan sosial tersebut bersumber dari terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik pada
masyarakat. Krisis ekonomi mengawali terjadinya perubahan sosial yang dilanjutkan
dengan krisis kepercayaan kepada kepemimpinan nasional. Peningkatan praktek-praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme terutama dalam bidang politik dan ekonomi memunculkan
reaksi-reaksi masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang berreaksi adalah
mahasiswa.
Gerakan mahasiswa yang disertai oleh berbagai peristiwa, diantaranya peristiwa
penembakan mahasiswa Trisakti dan pendudukan gedung MPR dan DPR oleh mahasiswa
telah mempercepat terjadinya pergantian kepemimpinan nasional. Pergantian
kepemimpinan ini membawa masyarakat Indonesia ke dalam suatu perubahan terutama
dalam bidang politik. Perubahan politik yang terjadi diantaranya adalah perubahan sistem
pemilu baik dari keanggotaannya maupun perundang-undangannya.
Reaksi terhadap ketidakadilan baik dalam bidang politik maupun ekonomi menjadi
sumber perubahan sosial. Hal ini menunjukkan perubahan masyarakat Indonesia
bersumber dalam masyarakatnya sendiri. Reaksi-reaksi tersebut umumnya dilakukan
secara kolektif, yang muncul dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat seperti
kelompok mahasiswa, kelompok cendekiawan, kelompok elit politik dan lain sebagainya.
Reaksi mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat dapat kita kaji dalam
kerangka analisa gerakan sosial.

Gerakan Sosial
Giddens, Light, Keller dan Calhoun mengemukakan bahwa suatu perilaku kolektif
dapat digolongkan sebagai suatu gerakan sosial bila memiliki tujuan atau kepentingan
bersama, dan menggunakan cara-cara di luar institusi-institusi yang ada. Gerakan sosial
ditandai oleh suatu tujuan jangka panjang untuk merubah atau mempertahankan
masyarakat atau institusi di dalamnya. Tujuan dari gerakan mahasiswa di Indonesia bisa
2
dilihat dari tuntutan-tuntutan mereka, seperti penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme,
hapuskan dwifungsi ABRI dan sebagainya.
Gerakan sosial juga ditandai oleh penggunaan cara-cara yang bertentangan atau
diluar institusi yang ada. Penyampaian tuntutan-tuntutan yang dilakukan dalam gerakan
mahasiswa bertentangan dengan cara penyampaian pendapat yang ditetapkan oleh
pemerintah. Penyampaian pendapat semestinya disampaikan melalui wakil rakyat di MPR.
Karena ketidakpercayaan masyarakat, dalam hal ini mahasiswa, terhadap wakil rakyat
disertai dengan tidak berfungsinya jalur komunikasi yang ada, mahasiswa
mendemonstrasikan pendapatnya. Melalui uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan
mahasiswa merupakan suatu gerakan sosial. Karena gerakan yang dilakukan para
mahasiswa jelas memiliki tujuan jangka panjang dan menggunakan cara-cara di luar
institusi yang ada.
Karakteristik dasar dalam setiap gerakan sosial juga tercermin dalam gerakan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Karakteristik pertama keanggotaannya bersifat tidak
menentu atau berubah-ubah. Gerakan mahasiswa tidak memiliki jumlah peserta yang
tetap di setiap aksi-aksinya. Mahasiswa yang ikut disetiap gerakannya biasanya berubah-
ubah. Sebagai contoh seorang mahasiswa Universitas Terbuka yang menjadi peserta
ketika menduduki gedung MPR/DPR namun tidak menjadi peserta aksi di Universitas
Trisakti, dan dia menjadi peserta kembali dalam aksi dalam peristiwa Semanggi. Hal ini
menunjukan mahasiswa yang ikut dalam gerakan sosial tidak tetap dan jumlahnya
berubah-ubah. Peserta aksi mahasiswa juga tidak dibatasi karena siapa saja yang memiliki
identitas sebagai mahasiswa dapat menjadi peserta dalam gerakan mahasiswa.
Karakteristik kedua, kepemimpinannya ditentukan oleh reaksi yang informal dari
para anggotanya. Pemimpin dalam setiap gerakan mahasiswa di pilih berdasarkan situasi
dan kebutuhan saat itu, dan pemilihannya tidak dilakukan secara formal oleh seluruh
pesera demonstrasi. Pada gerakan mahasiswa yang menduduki gedung MPR/DPR
kepemimpinan berisi gabungan dari setiap kelompok mahasiswa, misalnya pemimpin dari
Universitas Terbuka, pemimpin dari Universitas Trisakti, pemimpin dari Universitas
Indonesia dan lain-lain. Sedangkan pada gerakan mahasiswa di Semanggi pemimpinnya
berbeda dengan gerakan di peristiwa Trisakti. Kepemimpinan itu biasanya berbeda dari
setiap aksinya. dan tidak semua peserta aksi ikut menentukan pemimpinnya, bahkan bisa
jadi peserta demonstrasi bisa tidak mengenal pemimpinnya.
3
Karakteristik ketiga, tindakannya dijalankan secara terus menerus. Gerakan
mahasiswa terus dilakukan selama tujuan atau tuntutannya belum tercapai. Mahasiswa
terus melakukan demonstrasi dan memunculkan beberapa peristiwa, seperti peristiwa
trisakti, peristiwa pendudukan Gedung MPR/DPR, peristiwa semanggi dan sebagainya.
Aksi-aksi ini akan terus mereka serukan selama tujuan mereka belum tercapai, peristiwa
semanggi tanggal 13 November 1998 merupakan contoh akibat tuntutan mahasiswa
mengenai dwifungsi ABRI tidak di dengar. Kemudian terjadi kembali reaksi mahasiwa
akibat dimanfaatkannya militer oleh pemerintah dengan disahkannya UU Penanggulangan
Keadaan Bahaya, yang melahirkan peristiwa semanggi II tahun 1999.

Pengklasifikasian Gerakan Sosial


Gerakan sosial dapat diklasifikasikan melalui beberapa kriteria yaitu bidang
kegiatan, jenis perubahan, arah perubahan, cakupan fungsional dan keteraturan sosial.
Selain kriteria tersebut gerakan sosial dapat diklasifikasikan menurut tujuan yang hendak
dicapai oleh suatu gerakan sosial. Tokoh yang menggunakan kriteria ini adalah William
Kornblum.  Kriteria tersebut memberikan empat klasifikasi, yaitu: revolutionary movement,
reformist movement, conservative movement, dan reactionary movement.
 Revolutionary Movement
Gerakan sosial disebut sebagai Revolutionary Movement, apabila bertujuan
untuk merubah institusi dan stratifikasi masyarakat. Gerakan ini terkait
dengan revolusi sosial yang merupakan suatu transformasi menyeluruh
tatanan sosial, termasuk di dalamnya institusi pemerintahan dan stratifikasi
sosial. Contoh dari gerakan ini adalah revolusi di Rusia pada tahun 1917 dan
revolusi di Cina pada tahun 1949. Pada kedua revolusi tersebut sistem
budaya, sosial, politik dan ekonomi masyarakatnya berubah menjadi sistem
komunis. Suatu revolusi harus memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) melibatkan
massa dalam gerakan sosial, (2) menghasilkan proses reformasi atau
perubahan, (3) melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan.
 Reformist Movement
Gerakan sosial yang bertujuan untuk merubah sebagian institusi dan nilai
diklasifikasikan sebagai Reformist Movement. Boedi Oetomo yang didirikan tahun
1908 di Jakarta merupakan gerakan reformis, karena gerakan ini bertujuan untuk
4
memberikan pendidikan formal kepada pribumi. Dimana pada saat itu yang
mendapatkan pendidikan formal hanya para bangsawan pribumi.
 Conservative Movement
Gerakan sosial ini bertujuan untuk mempertahankan nilai dan institusi masyarakat.
Contoh dari gerakan ini adalah gerakan konservative wanita STOP ERA (Equal
Rights Amandement). Gerakan ini menentang usaha kaum feminis pada tahun 80-
an untuk melakukan perubahan pada konstitusi demi menjamin persamaan hak pria
dan wanita.
 Reactionary Movement
Reactionary Movement adalah suatu gerakan sosial yang bertujuan untuk
mengganti institusi dan nilai masa kini dengan institusi dan nilai masa lampau.
Contoh yang diberikan Kornblum adalah gerakan Ku Klux Klan di Amerika Serikat.
Organisasi rahasia ini berusaha mengembalikan keadaan di Amerika serikat ke
masa lampau di kala institusi-institusi sosial mendukung keunggulan orang kulit
putih di atas orang kulit Hitam (White Supremacy).
Melalui pengklasifikasian dari William Kornblum ini kita bisa melihat bahwa gerakan
sosial yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dimasukkan kedalam Reformist movement.
Reformist yang sekarang di Indonesia diterjemahkan menjadi reformasi memperlihatkan
bahwa tujuan dari gerakan mahasiswa adalah untuk merubah sebagian dan institusi dan
nilai yang selama zaman orde baru diberlakukan. Pada masa Orde Baru beberapa institusi
telah dicemari oleh praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang disingkat
dengan KKN. KKN ini juga seakan-akan telah menjadi nilai yang dianggap benar karena
hampir semua bidang kehidupan tidak terlepas dari praktek-praktek tersebut. Mulai dari
pembuatan KTP hingga ke tender-tender pembangunan tak terlepas dari KKN. Nilai inilah
yang dituntut oleh mahasiswa untuk dihapuskan, sedangkan nilai-nilai lainnya yang baik
seperti nasionalisme, gotong royong, tetap dipertahankan.

Tahapan Gerakan Sosial


Gerakan sosial tidak bersifat statis tetapi dapat mengalami perkembangan. Rex
Hopper mengemukakan empat tahap perkembangan gerakan sosial, yaitu tahap reaksi
masal, tindakan masal, pemantapan formal, dan revolusi. Gerakan mahasiswa di
Indonesia saat ini bisa kita lihat dalam tiap tahap perkembangan tersebut.
5
 Tahap reaksi masal; tahap ini ditandai munculnya gejala keresahan sosial yang
ditimbulkan antara lain oleh adanya pengangguran, kejahatan, kenakalan,
keretakan keluarga, penggusuran dan lain sebagainya. Gerakan mahasiswa pada
awalnya merupakan reaksi-reaksi terhadap ketidakadilan akibat berkembangnya
praktek KKN disegala bidang. Hal ini dapat diamati melalui orasi-orasi yang
disampaikan pada saat berdemonstrasi di kampus. Orasi-orasi saat itu berisi
tentang ketidakadilan, kesewenang-wenangan pemerintah masa orde baru.
Munculnya krisis ekonomi yang meningkatkan pengangguran dan selanjutnya
berdampak pada peningkatan kejahatan membuat masyarakat semakin resah, hal
ini pulalah yang disuarakan dalam gerakan mahasiswa yang terangkum dalam
tuntutan penghapusan praktek KKN.
 Tahap tindakan masal (crowd Behavor), pada tahap tindakan masal gerakan
sosial yang dilakukan sudah terorganisasi dalam suatu kerumunan, dimana mereka
menjadi lebih kompak. Setelah sekian lama mahasiswa bergerak secara bergilir di
dalam kampus masing-masing, serta dipicu oleh adanya peristiwa trisakti, gerakan
mahasiswa mengambil suatu tindakan menyatukan seluruh gerakan mahasiswa di
Jabotabek. Tindakan itu terwujud dalam gerakan mahasiswa menduduki gedung
MPR/DPR yang didukung pula oleh tokoh-tokoh politik seperti Amien Rais, Sri
Bintang Pamungkas. Pada saat itu gerakan mahasiswa telah melakukan suatu
tindakan masal. Pada tahap ini gerakan mahasiswa sudah terkoordinir, dimana
sudah muncul tokoh-tokoh dari mahasiswa yang mengatur aksi-aksi yang mereka
lakukan. Karena tindakan menduduki gedung MPR/DPR sebenarnya merupakan
rangkaian dari gerakan mahasiswa yang bergiliran dan tidak lagi berasal dari satu
universitas, seperti gerakan di Salemba, Trisakti, dan sebagainya.
Pada tahap ini gerakan sosial menghadapi dua kemungkinan tindakan polisi atau
militer. Pertama, polisi atau militer berusaha memadamkan atau mematahkan
gerakan itu. Kedua, polisi atau militer membiarkan dan mengamati saja dari jauh
gerakan sosial yang terjadi. Tindakan polisi atau militer terhadap gerakan
mahasiswa saat itu cenderung untuk memadamkan dan mematahkan. Peristiwa
trisakti merupakan tindakan polisi atau militer yang sangat jelas menunjukan
keinginan mematahkan gerakan mahasiswa. Selanjutnya insiden-insiden antara
mahasiswa dan militer masa pemerintahan Habibie menunjukkan keinginan
memadamkan gerakan mahasiswa. 
6
 Tahap pemantapan formal, pada tahap ini apa yang sudah diperjuangkan
bersama sudah dituangkan dalam bentuk yang jelas hubungannya dengan ideologi
tertentu. Tujuan gerakan mahasiswa mulai memasuki tahap pemantapan formal
sejak diadakannya pemilu, kemudian sidang umum, dan saat ini berjalannya sistem
pemerintahan yang baru. Keterlibatan mahasiswa dalam pemilu merupakan
cerminan yang jelas bahwa tuntutan yang disuarakan mahasiswa sudah mulai
dituangkan dalam suatu institusi, dalam hal ini institusi politik. Proses pemilu hingga
ke sidang umum, serta sidang Umum MPR berusaha menghapuskan KKN.
 Tahap revolusi, tahap ini dapat terjadi jika mereka yang terlibat dalam
gerakan sosial itu menuntut pergeseran kekuasaan dari yang berkuasa ke kelompok
yang ingin berkuasa. Selain itu adanya penggunaan kekerasan sebagai metode
untuk menggeser kekuasaan itu. Hingga saat ini tahap terakhir dari gerakan sosial
tidak terlihat dari gerakan mahasiswa. Mereka yang terlibat dalam gerakan
mahasiswa juga tidak dapat secara langsung menggantikan pemerintahan Orde
Baru, namun tetap harus melalui aturan main yang berlaku yaitu melalui pemilu
dan sidang umum. Revolusi ini tidak menjadi tuntutan dari gerakan mahasiswa,
karena gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah reformist movement bukan
revolutionary movement.
Gerakan mahasiswa Indonesia dapat diidentifikasikan suatu sebagai gerakan sosial,
yang merupakan sumber internal terjadinya perubahan sosial di Indonesia. Melalui tujuan
gerakan mahasiswa kita dapat mengidentifikasi sebagai gerakan sosial yang bertipe
reformist movement. Dengan demikian yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah
perubahan sebagian dari institusi dan nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Gerakan mahasiswa di Indonesia saat ini telah berkembang hingga tahap pemantapan
formal, dan tujuan dari gerakan sosial telah dituangkan ke dalam suatu institusi.

Sumber:
 Sunarto, Kamanto (1993), Pengantar Sosiologi, Jakarta, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai