Anda di halaman 1dari 8

MAHASISWA DALAM POLITIK INDONESIA

1.            Gerakan politik mahasiswa


Dalam lintasan sejarahnya, gerakan mahasiswa senantiasa memiliki
karakter gerakan yang sama yakni idealis (normatif), murni dan tanpa pamrih,
(sekedar) pendobrak, penentu momentum perubahan, simbol perlawanan
dan didukung rakyat. Mahasiswa terpanggil karena rasa tanggung jawab
moral mereka akan masa depan bangsanya.[1]
Dikatakan idealis karena apa yang disuarakan mahasiswa adalah nilai
kebenaran yang universal berupa nilai moral yang diakui bersama
kebaikannya oleh seluruh masyarakat, seperti anti tirani, demokratisasi,
berantas KKN dan lain-lain. Berbeda dengan partai politik yang sarat dengan
kepentingan politik praktis
seperti merebut kursi, mengincar jabatan menteri dan menggulingkan
pemerintahan, gerakan mahasiswa murni dari kepentingan-kepentingan
tersebut.
Faktor idealisme  yang merupakan pendorong bagi kegiatan politik
mahsiswa pada umumnya, mungkin akan memberikan jawaban yang
bermakna untuk diperhatikan. Selama diuniversitas, mahasiswa banyak
mengamati masyarakat melalui mata kuliah, penelitian, dan praktek di dalam
masyarakat. Begitu pula mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai kenegaraan, pemerintahan, serta seluk beluk pengaturannya.
Dengan demikian mahasiswa mempunyai kemampuan untuk mengukur apa
yang dialami oleh masyarakat, dengan apa yang diharapkannya dari
pemerintah
Faktor eksistensi generasi muda sering di kaitkan kepada perubahan
sosial, generasi muda memegang posisi strategis dalam perkembangan
suatu bangsa karena potensi kuantitatif dan potensi kualitatif yang dimilikinya.
Potensi kuantitatif karena merupakan segmen besar dari masyarakat. Potensi
kualitatif karena dikaitkan dengan kepemilikkan akan idealis tentang
kebenaran dan masa depan bangsa.[2]
Gencarnya seruan-seruan mahasiswa ini semakin lama semakin
lantang terdengar dan muncullah sipati rakyat dengan bentuk dukungan
(moral dan material) serta keterlibatan elemen-elemen masyarakat. Gerakan
perlawanan yang disimbolkan oleh aksi-aksi mahasiswa ini kemudian
memuncak dan terciptalah momentum perubahan itu dengan bentuk people
power, reformasi, revolusi atau penggulingan rezim.
Mahasiswa telah terbukti selalu menjadi pelopor dalam sejarah suatu
Bangsa. Pada konteks Indonesia, pengalaman empirik juga membenarkan
sekaligus mempertegas realitas tersebut. Catatan terkini memperlihatkan
bahwa dengan kemahirannya dalam menjalankan fungsi sebagai Intellectual
Organic, mahasiswa telah berhasil meruntuhkan kepemimpinan soekarno,
memporak-porandakan rezim Orde Baru dan menghantarkan Indonesia
kedalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni: “Orde Reformasi“.
Jika mahasiswa berpolitik diejawantahkan dalam bentuk aksi, maka
mahasiswa dapat berpolitik dalam dua pengertian, yakni :
A.                      Berpolitik  dalam arti konsep (Concept). Disini mahasiswa secara individual
maupun kelompok, harus mengajukan gagasan, pikiran, solusi atau
interpretasi mengenai apa yang menjadi kehendak dari mayoritas rakyat.
B.                      Berpolitik  dalam arti kebijakan (Belied). Di sini mahasiswa sebagai
kelompok harus menjadi Pressure Groups yang memperjuangkan aspirasi
rakyat, dengan cara mempengaruhi orang-orang yang memegang kebijakan
ataupun yang menjalankan kekuasaan.
Apabila mahasiswa berpolitik dalam artian yang pertama, maka
mahasiswa dituntut untuk benar-benar memahami cara berpikir ilmiah, yaitu
teratur dan sistematik. Sedangkan apabila mahasiswa berpolitik dalam arti
kebijakan (Belied), maka mahasiswa harus betul-betul mengetahui posisi
individu dalam kehidupan ber-Negara, posisi konstitusi dalam kehidupan ber-
Negara, posisi Negara dalam menjalin relasi dengan warganya, konstelasi
politik terkini dan menguasai manajemen aksi. Pada tataran ideal, mahasiswa
seharusnya berpolitik dalam arti konsep (Concept) maupun dalam arti
kebijakan (Belied) secara bersamaan. Ini berarti, mahasiswa harus berpolitik
sebagai politisi ekstra perlementer.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu
menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang
terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung
dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika
itu. selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif
melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan
tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus
jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung
dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang
sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan
Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia
sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of
Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan
peran pemuda Indonesia.
Apabila nilai-nilai dasar yang seharusnya layak diperkembangkan di
dalam masyarakat, seperti kebebasan mengemukakan pendapat, berkumpul
dan kehidupan, sudah tertekan dan menyuentuh rasa idealisme mahsiswa;
maka mahsiswa merasa terajak untuk melakukan aktifitas politik.
Perhatikanlah misalnya pada ujung kekuasaan presiden soekarno di dalam
system politik demokrasi terpimpin. Secara utuh mahasiswa mahsiswa
bergerak di bawah naungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
yang dibentuk pada tanggal 25 oktober 1965. Pada awal  sistem politik
demokrasi terpimpin yang dipegang oleh soekarno, kepercayaan atasnya
sangat tinggi.Walaupun terjadi ketidak percayaan daerah terhadap
kepemimpinan  presiden soekarno  di dalam tahun 1959 yang tercetus oleh
masyarakat, namunh PKI dan PNI dan angakatn bersenjata sebagai kekuatan
politik utama yang dipergunakan oleh soekarno untuk mendasari system
politik demokrasi terpimpin, dan mereka tidak merestui ketidak puasan
daerah tersebut. Tetapi setelah keadan ekonomi merosot, dan PKI sudah
mempunyai pengaruh yang sudah menimbulkan kekhawatiran bagi kekuatan-
kekuatan politik yang lainnya, maka kepercayaan terhadap sisitem politik itu
sendiri mulai menurun. Dan krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan
soekarno sendiri sampai pada puncaknyapada waktu dia tidak mampu
lagi  mengendalikan situasi disekitar bulan oktober 1965. Keadaan ekonomi
yang kacau, inefisiensi pemerintahan, bersama dengan pemberontakan PKI
dan sikap presiden Soekarno yang tidak tegas menyebabkan ketidak puasan
meluas di kalangan masyarakat.  Ketidakpuasan tersebut disalurkan lewat
aksi mahasiswa massal yang dimotori oleh KAMI yang non atau anti terhadap
komunis, Aksi tersebut menyampaikan tuntutan rakyat, yaitu: bubarkan PKI,
bersihkan kabinet dari unsur PKI, turunkan harga barang. [3]
Pada waktu itu mahasiswa muncul menyampaikan hatinurani
masyarakat melalui kegiatan politik yang banyak mempergunakan kegiatan
phisik berupa demonstrasi. Dengan kata lain , mahsiswa terjun kedunia politik
jika terdapat situasi anomi yang kuat didalam masyarakat.
Sejarah menunjukkan bahwa selain aktivitas gerakan yang berupa
tuntutan-tuntutan terhadap persoalan internal sebuah perguruan tinggi,
gerakan mahasiswa juga mampu menemukan momentum-momentum besar
yang menyebabkan keterlibatannya dalam perubahan politik nasional menjadi
sangat penting, dapat kita lihat sejak awal lahir dan Keberadaan mahasiswa
di tanah air, terutama sejak awal abad ke dua puluh, dilihat tidak saja dari
segi eksistensi mereka sebagai sebuah kelas sosial terpelajar yang akan
mengisi peran-peran strategis dalam masyarakat. Tetapi, lebih dari itu
mereka telah terlibat aktif dalam gerakan perubahan jauh sebelum Indonesia
merdeka. Sebagai anak bangsa yang secara sosial mendapat kesempatan
lebih dibandingkan dengan saudaranya yang lain, mahasiswa kemudian
menjadi penggerak utama dalam banyak dimensi perubahan sosial politik di
tanah air pada masanya. Aktivitas mahasiswa yang merambah wilayah yang
lebih luas dari sekedar belajar di perguruan tinggi inilah yang kemudian
populer dengan sebutan gerakan mahasiswa
untuk secara aktif dan partisipatif berperan serta dalam proses
perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Selain itu, sebuah gerakan
yang dibangun juga akan meningkatkan daya kritis mahasiswa secara
keseluruhan dalam melihat berbagai persoalan yang tengah dihadapi
masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun
internasional.gerakan mahasiswa dalam setiap kurun sejarah selalu mampu
menempatkan dirinya menjadi aktor utama yang berada di garda depan
perubahan.
Gerakan politik yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses
perubahan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua kondisi, yakni:        
A. Kondisi subyektif, berupa hal-hal yang berkaitan dengan faktor
internal mahasiswa seperti latar belakang sosial, ideologi dan
idealisme yang terbangun.kedua,
B. Kondisi  obyektif, adalah tatanan sosial, politik dan ekonomi
yang melingkupi proses gerakan. Umumnya, peran strategis
mahasiswa akan menguat tatkala kedua kondisi ini secara signifikan
dapat mendukung terjadinya momentum-momentum perubahan sosial
dan politik Negara indonesia.
2.      Mahasiswa dalam Pergulatan Politik Indonesia
Untuk melihat gerakan mahasiswa, maka kita perlu menelaah secara
historis. Secara umum, pendidikan formal di Indonesia muncul atas desakan
dari kaum sosialis, humanis, dan reformis liberal di Belanda. Mereka
memperkenalkan apa yang disebut sebagai Politik Etis (Etische Politiek)
kepada penduduk jajahan.
Dalam politik etis yang dipopulerkan oleh Van Deventer (kelak dikenal
dengan trias van Deventer), itu meliputi tiga hal: edukasi (pendidikan), irigasi
(pengairan) dan transmigrasi (perpindahan penduduk). Ketiga itu kalau dilihat
semacam balas jasa kaum kolonialis atas kaum pribumi.
Dalam konteks edukasi inilah Belanda kemudian mendirikan sekolah
atau kampus dengan sistem pendidikan kolonial. Lazimnya ketika itu, struktur
pendidikan dibuat berdasarkan stratifikasi kolonial penduduk tanah jajahan.
Stratifikasi itu terdiri dari kaum Eropa sebagai lapisan atas, disusul Timur
Asing (terutama Arab dan Cina), aristocrat pribumi (kaum priyayi) dan terakhir
rakyat umum.
Ternyata dari lembaga pendidikan itulah bersemai bibit pergerakan.
Seperti yang terjadi pada sekolah pendidikan dokter Jawa STOVIA (School
tot Opleiding voor Indlandsche Art-sen) dan sekolah Dokter Hindia Belanda di
Surabaya (kini bernama FK-Unair) yaitu NIAS (Nederlandsche Indische
Artsen School).
Budi Utomo misalkan. Lembaga ini mulanya diprakarsai oleh seorang
dokter yang memiliki darah Makassar, dokter Wahidin Sudirohusodo. Dari
inisiatif Wahidin kemudian, setelah ia mengadakan perjalanan mengunjungi
Pulau Jawa pada 1906-1907, kemudian ketika didiskusikan dengan Dokter
Sutomo dari STOVIA akhirnya melahirkan lembaga itu pada 20 Mei 1908.
Jika Budi Utomo coraknya masih bersifat kedaerahan sebagai gerakan
kultural kaum priyayi Jawa, kemudian muncul lembaga lain seperti Jong Java,
Jong Sumatera, Song Ambon, Jong Celebes dan lainnya.
Kemudian tak lama berselang muncul Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo. Gerakan ini tidak lagi bersifat
kedaerahan, akan tetapi sudah menasional. Setelah itu berdirilah Jong
Islamieten Bond (JIB) dan anak organisasinya bernama SISC (Studenten
Islam Studie Club) yang kelak mencetak banyak kelompok intelektual
pimpinan Masyumi.
Sekitar enam bulan setelah berdiri BU ,di Belanda juga berdiri lembaga
Perhimpunan Indonesia (PI) dengan ketuanya seorang mahasiswa asal
Sumatera Barat, Mohammad Hatta. Gerakan ini begitu gencar
mempopulerkan nama Indonesia di negeri kincir angin itu.
Perjuangan mahasiswa dan pemuda kemudian mengalami proses
penyatuan. Tentunya pernyatuan gerakan ini berguna untuk memerdekan diri
dari kaum penjajah Belanda. Akhirnya pada Kongres Pemuda kedua 1928,
lahirlah Sumpah Pemuda. Sumpah ini memiliki arti penting bagi perjalanan
bangsa kita. Kenapa? Karena ide revolusinya. Deklarasi tanah Indonesia,
bangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia termasuk berani ketika itu.
Artinya ketika Belanda masih mencengkeram kuat, ada anak muda progressif
revolusioner yang berani meneriakkan perlawanan. Ujung-ujungnya sumpah
ini adalah kemerdekaan Indonesia.
Beberapa waktu kemudian, Jepang pun mencetuskan Perang Asia
Timur Raya. Bersama itu akhirnya untuk bisa memenangkan perang di Asia
Timur agar nanti bisa bersaing dengan Amerika, maka Jepang masuk ke
Indonesia menggeser Belanda. Penjajahan bangsa yang beranggapan
bahwa Kaisar atas titisan Dewa Amaterasu (Matahari) itu berjalan selama
kurang lebih tiga tahun (bandingkan dengan Belanda yang 350 tahun).
Untuk memenangkan perang, Jepang pun menggunakan sebuah teori
penting teori abortus. Sebelum membesar, maka dimatikan lebih awal, kira-
kira itu maknanya. Akhirnya mereka menyerang Pelabuhan Angkatan Laut
AS Pearl Harbour. Tak mau kalah dengan Jepang, maka pada awal tahun 45,
Amerika pun meluluhlantakkan dua kota di Jepang yakni Hiroshima dan
Nagasaki.
Jepang menyerah pada Amerika dan sekutunya. Di kalangan
pergerakan timbul ketegangan apakah segera mendeklarasikan
kemerdekaan Indonesia atau menunggu. Akhirnya kaum muda seperti
Sukarni dan Chairul Saleh dan kawan-kawannya kemudian membawa Bung
Karno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk mendesak proklamasi
kemerdekaan. Akhirnya setelah melalui proses yang panjang dialami oleh
Masyarakat Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 , bangsa Indonesia
mencetuskan kemerdekaannya.
Kemerdekaan menyisakan banyak pekerjaan. Di satu sisi pembenahan
ekonomi dan politik, kemudian serangan dari Belanda yang hendak masuk
kembali ke Indonesia. Begitu sering kita saksikan fluktuasi kabinet. Pada
tahun 1955 dilaksanakanlah Pemilu pertama pada kabinet Burhanuddin
Harahap. Terpilihlah anggota dewan konstituante yang bertugas membuat
undang-undang.
Karena undang-undang tidak jadi, akhirnya Bung Karno pun
membubarkan konstituante lewat Dekrit 5 Juli 1959. Turunan dari Dekrit
adalah berlakulah sistem Demokrasi Terpimpin dibawah Bung Karno. Bahwa
BK berkeinginan menjadi presiden seumur hidup.
Karena kebijakan ini, akhirnya timbul perlawanan dari kaum muda
mahasiswa. Terlebih dengan terjadinya peristiwa G30S PKI pada 1965.
kedekatan BK dengan PKI setidaknya bermakna ganda. Dalam buku
Soekarno File yang diluncurkan oleh seorang professor dari Amerika
menyebutkan bahwa BK mengetahui rencana penculikan terhadap perwira
tinggi angkatan darat itu. Fakta lain menyebutkan bahwa BK tidak tahu
menahu tentang gerakan itu. Artinya, dia menjadi korban. (sampai kini belum
jelas mana fakta sebenarnya!).
Pada tahun 1966, gerakan massa mahasiswa pun bergerak. KAMI,
KAPPI bersama militer bersama menyumbangkan rezim Orde Lama Bung
Karno. Ketika Bung Karno jatuh, kepemimpinan dilanjutkan oleh Suharto.
Beberapa aktivis mahasiswa yang dulu vokal  pada Bung Karno pun
masuklah dalam parlemen. Dulunya kritis, tapi kemudian menjadi pendiam
sejak jadi anggota parlemen.[4]
Di tahun 1974 terjadi peristiwa besar dalam dunia mahasiswa. Ketika itu
mahasiswa menolak penanaman modal asing dari Jepang. Ketika seorang
pembesar Jepang ke Jakarta, maka demonstrasi pun menyeruak. Terjadi
pembakaran dan chaos. Pemerintah menyebut kejadian ini dengan
Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).
Akibat aksi ini kemudian, lewat SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Daoed Joesoef No.0156/U/1978, terbitlah Normalisasi Kehidupan Kampus
(NKK)/Badan Koordinasi kemahasiswaan (BKK). Artinya bahwa mahasiswa
harus kembali ke kampus, menjadikan kampus sebagai tempat belajar
sebagaimana mestinya, tidak bergerak dalam ranah politik, dan
membubarkan Dewan Mahasiswa (Dema).
Pada tahun 1980-an, gerakan mahasiswa tidak bermain jauh dalam aksi
jalanan. Mahasiswa, akibat kebijakan penguasa, menfokuskan diri pada
internalisasi (belajar di kampus), pada penguatan wacana intelektual di
kampus. .
Di akhir tahun 80-an ini ada aksi mahasiswa. Akan tetapi tidak terlalu
massif. Aksinya masih skala lokal dan sangat berhati-hati. Itu karena
penculikan dan penghilangan nyawa, penjara siap menanti bagi penentang
penguasa. Mencari jalan aman, banyak gerakan yang bermain bawah tanah,
dalam hal ini gerakan dakwah islam dan gerakan kebangsaan lain.
Pada tahun 1990-an awal ada satu fenomena unik. Rezim Orba begitu
akomodatif terhadap Islam. Maka berdirilah ICMI di Malang yang diketuai
Menristek BJ. Habibie. Organisasi ini juga mulanya atas inisiatif dari kalangan
mahasiswa yang care terhadap Islam di Indonesia yang menghubungi
beberapa aktivis, birokrat, dan cendekiawan muslim untuk mendirikan sebuah
wadah penyatuan gerakan.
Pada tahun 1996, terjadi krisis moneter. Di Asia Tenggara krisis ini
dimulai dengan jatuhnya mata uang Baht kemudian merembet pada
anjloknya rupiah. Jatuhnya rupiah diperburuk dengan inflasi keuangan, serta
korupsi di tubuh banyak lembaga pemerintah, tak terkecuali departemen
agama (departemen yang lazimnya mengurusi masalah religius)
Krisis ini semakin parah. Jauh hari, Amien Rais, seorang cendekiawan
dari UGM lulusan Doktor dari Chicago University, pernah menyerukan:
Suksesi adalah keharusan Demi bangsa, maka suksesi kepemimpinan
nasional harus dipercepat. Akhirnya setelah demonstrasi mahasiswa se-
Indonesia menginginkan Suharto turun, maka issu ini menjadi menyeluruh.
Kita kenal peristiwa ini dengan nama reformasi. Amien Rais didaulat
menjadi tokoh reformasi. Menjelang turun, Suharto berencana untuk
mempertahankan kekuasaannya dengan cara membentuk komite reformasi.
Komite ini rencana diketuai oleh manan ketua umum PB HMI dua periode
berturut-turut yang juga rektor Universitas Paramadina Nurcholish Madjid.
Akan tetapi hal itu tidak diterima oleh Cak Nur. Karena Cak Nur juga sepikiran
dengan Amien Rais dkk bahwa Suharto harus turun.
Pada 20 Mei 1998 menjadi saksi sejarah. Lewat demonstrasi besar-
besaran, akhirnya di pagi menjelang siang, Suharto menyatakan mundur
secara legowo. Kemudian digantikan oleh BJ. Habibie yang waktu itu
menjabat wapres. Gerakan mahasiswa dalam menyikapi Habibie terpecah,
ada yang pro dan ada yang tidak.
Pada masa Gusdur, gerakan mahasiswa termasuk kecewa. Adalah
karena kebijakan putra Jombang yang kontroversial. Maka terbagilah
mahasiswa pada beberapa faksi. Ada yang pro pada Gusdur terutama
mahasiswa yang berbasis NU, pun demikian ada yang mengkritisi abis
seperti KAMMI yang menyerukan agar mantan ketua PBNU itu turun.
Di masa Megawati, demonstrasi mahasiswa termasuk intens. Ada
beberapa kebijakan Mega yang controversial versi mahasiswa. Diantaranya;
pemberian release and discharge (R&D) bagi konglomerat hitam, lepasnya
Pulau Sipadan dan Ligitan. Prestasi rezim Mega bersanding dengan ketua
umum PPP Hamzah Haz termasuk buruk versi mahasiswa. Namun, Mega
tetap tidak tergoyahkah hingga Pemilu 2004.
Pemilu 2004 adalah pemilu yang demokratis. Adalah karena melibatnya
rakyat banyak untuk memilih. Pemilihan langsung namanya. Terpilihlah
mantan Mentamben Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpasangan dengan
mantan Menkokesra Jusuf Kalla (JK). Dengan alasan naiknya harga minyak
dunia, akhirnya pemerintah pun menaikkan harga dasar BBM. Rakyat
menjerit, tapi pemerintah tetap konsisten untuk menaikkan dengan alasan-
alasan tertentu  walaupun ada aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa
untuk membantu masyarakat menyampaikan aspirasinya yaitu menurunkan
harga minyak. Belum lagi dengan hal-hal yang lainnya yang ingin
disampaikan oleh mahasiswa kepada presiden dan aparat pemerintahan.
Salah satu alasan pemerintah yang pernah diungkapkan Jusuf Kalla
adalah masalah kompensasi. Selama ini konpensasi BBM lebih
menyejahterakan kaum menengah ke atas. Akhirnya kompensasi BBM akan
dialihkan pada bidang kesehatan dan pendidikan. Selama ini beberapa
masalah di sini adalah pada penyaluran. Kerap ada tangan jahil yang
mengambil bukan haknya.
Gerakan mahasiswa masih kritis di sini. Ketika pemerintah menaikkan
harga, maka mahasiswa pun beraksi. Cuma seperti biasa, pemerintah juga
sudah memiliki tim manajemen konflik yang baik yang tahu bagaimana
psikologi gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa selama ini kerap beraksi
pada moment tertentu. Kelemahannya adalah kurang cerdas mengelola
momentum. Lagipula saat ini pemerintah SBY-JK termasuk kuat karena
dipilih langsung oleh rakyat.Nah, saatnya sekarang mencari format ideal
seperti apa yang harus dimainkan oleh gerakan mahasiswa dalam
melaksanakan peranannya sebagai Agent Of Change.

KEPUSTAKAAN
mir dan Elviriadi. 2005. Kebangkitan generasi muda asia tenggar,Pekanbaru, suska  press
Poerwanta.1994.Partai Politik Di Indoneisa, Jakarta, Rineka cipta
arim,Muhammad.1983. Perjalanan partai politik di Indonesia, Jakarta,   CV. Rajawali
www.google.com

[1]
      M.Rusli Karim, Perjalanan partai politik di Indonesia , CV. Rajawali, Jakarta, 1983, hal.
155

[2] 
        Amir lutfi dan Elviriadi, Kebangkitan generasi muda asia tenggar, suska
press, Pekanbaru,  2005,  hal. 109
       Poerwanta, Partai Politik Di Indoneisa, Rineka cipta, Jakarta, 1994,
[3]  

hal. 74

Anda mungkin juga menyukai