Disusun oleh:
Habib Asha Kurniawan
Ketua Umum PC IMM Ponorogo 20/21
Disampaikan dalam:
Masa Taaruf PK IMM Umar Bin Khatabb
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Secara pengertian, mahasiswa dapat dipahami sebagai seseorang yang menempuh pendidikan
di perguruan tinggi. Pengertian atau definisi Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30
tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu.
Sesempit itu makna mahasiswa. Pengertian teknis-administratif tersebut, kiranya tidak menjadi
acuan pokok. Memang betul, pengertian mahasiswa adalah seperti yang tertera pada penjelasan
di atas. Namun, lebih dari itu mahasiswa sebagai agent of change perlu membaca lebih dalam,
seperti apa mahasiswa itu.
Bicara tentang fungsi ideal, setidaknya ada 3 aspek ideal yang ada pada identitas mahasiswa.
1. Aspek Akademis
Yang terjadi adalah, proses kehidupan pada mahasiwa berlangsung dalam bilik-bilik
kelas, laboratorium, ruang-ruang seminar dan prosiding. Menjadi mahasiswa
akademistis merupakan aspek penting. Mahasiswa perlu untuk kemudian hadir dan
menghadirkan diri dalam aspek ini. Mau tidak mau, stigma kaum intelektual akan
tersemat pada identitas kita sebagai mahasiswa. Namun, mahasiswa tidak boleh berada
pada posisi objek pendidikan. Atau dalam Bahasa Freire sebagai pendidikan gaya bank.
Yang mana hanya menjadi objek dalam ceramh-ceramah intelektual, tanpa ada pola-
gerak kritis terhadap situasi pendidikan itu.
2. Aspek Organisasional
Ruang-ruang pendidikan yang terjadi di dalam aspek akademis tersebut perlu untuk
dikembangkan ke dalam pendidikan di luar kelas. Pendidikan organisasi menjadi salah
satau cara paling konkrit, untuk kemudian dapat mengembangkan diri sebagai individu
maupun kelompok. Tidak semua persoalan dapat dipecahkan dalam ruang kelas dan
ruang laboratorium. Organisasi menjadi tempat untuk mengembangkan softskill yang
luar biasa, aspek-aspek yang meliputi: kepemimpinan, manajemen diri, manajemen
organisasi, membangun komunikasi, berjejaring dengan khalayak luas, dan masih
banyak lagi. Barangkali, ilmu yang didapatkan di dalam ruang kelas juga dapat
diaplikasikan ke dalam ruang-ruang belajar organisasi.
3. Aspek Sosial Politik
Pada bagian ini, saya sepakat dengan konsep intelektual menurut Antonio Gramsci.
Gramsci mengkategorikan sossok intelektual menjadi 2, yakni: intelektual tradisional
dan intelektual organik. Bagi Gramsci, intelektual tradisional merupakan sosok-sosok
yang kemudian memiliki peran untuk menghegemoni rakyat untuk ikut apa yang dia
ucapkan. Tanpa ada kritik mendasar dari rakyat itu pula. Boleh dibilang, intelektual
tradisonal adalah kepanjangan tangan dari pemerintah. Kita bisa sebut, semisal para
tenaga pendidik seperti dosen, guru, atau para pejabat-pejabat akademik di lingkungan
pemerintah. Kemudian, yang kedua, intelektual organik. Gramsci menggambarkan
bahwa intelektual organik adalah mereka yang dengan penuh rasa kesadaran untuk
mengambil langkah-langkah konkrit untuk membangkitkan kesadaran perlawanan
terhadap agenda-agenda penguasa yang tidak pro terhadap rakyat. Daya-daya kritisme
yang dilakukan oleh kaum intelektual organic ini, yang patut untuk dijadikan landasan
berfikir para mahasiswa. Maka inilah, yang kemudian mahasiswa sering disebut
sebagai Agent of Change, Social Control, dan Iron Stock.
"Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu tanah air tanpa penindasan."
"Kami mahasiswa bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan."