Selain para pelajar dan mahasiswa, tak bisa dilupakan komponen bangsa
lainnya yang memiliki andil dalam perubahan politik dan dinamika ketatanegaraan
Indonesia yakni tokoh masyarakat. Tercatat dalam sejarah Indonesia tokoh masyarakat
diantaranya adalah Dr. Wahidin Soedirohusodo, H. Samanhudi, H.O.S Tjokroaminoto,
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H Hasyim Asy’ari. Mereka merupakan tokoh – tokoh yang
mempunyai kepedulian terhadap masyarakat dan turut andil dalam pendirian beberapa
organisasi yang tumbuh dan berkembang pada masa pergerakan nasional. Bahkan
H.O.S Tjokroaminoto merupakan guru para pemimpin – pemimpin besar di Indonesia
yang melahirkan keberagaman ideologi di Indonesia. Beberapa pemimpin besar yang
pernah menimba ilmu pada H.O.S Tjokroaminoto, yaitu Soekarno, Kartosuwiryo,
Semaoen, Alimin, Muso dan Tan Malaka.
Peran pemuda, mahasiswa dan tokoh – tokoh seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan Ahmad Subardjo tampak dalam peristiwa rengasdengklok menjelang
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peristiwa rengasdengklok telah menjadi cermin
sekaligus inspirasi dan motivasi bagi pelajar dan mahasiswa generasi berikutnya untuk
berjuang demi kemajuan bangsa Indonesia. Para pelajar dan mahasiswa dalam
peristiwa itu terbukti ampuh mendesak dua tokoh bangsa untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Arah kehidupan politik Indonesia pun
berubah sesuai kebutuhan zaman.
2. Peran Pemuda, Mahasiswa, Dan Tokoh Masyarakat Pada Masa Orde
Lama Hingga Awal Reformasi
Pada masa orde baru tepatnya tanggal 25 oktober 1966, sejumlah organisasi
yang berhasil dipertemukan oleh menteri perguruan tinggi dan ilmu pendidikan (PTIP)
syarief thayeb membentuk kesatuan aksi mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi
mahasiswa yang menyetujui kesepakatan tersebut adalah PMKRI, HMI, PMII, gerakan
mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Serikat bersama organisasi – organisasi local
(SOMAL). Mahasiswa pancasila (Mapancas), dan ikatan pers mahasiswa (IPMI). KAMI
didirikan terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan
tethadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI lantas diikuti berbagai aksi lainnya, seperti kesatuan aksi
pelajar Indonesia (KAPI), kesatuan aksi pemuda pelajar Indonesia (KAPPI), dan
kesatuan aksi sarjana Indonesia (KASI). Pelajar dan mahasiswa ini bergerak secara
nasional dan terlibat dalam pendirian orde baru. Gerakan mahasiswa 1966 yang
mengantarkan bangsa Indonesia memasuki tatanan baru atau orde baru, terus
memberikan inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa dan pelajar pada umumnya untuk
terus turut berkiprah dalam bidang politik. Kepemimpinan orde baru dibuat geger pada
15 januari 1974 dengan terjadinya peristiwa yang dikenal dengan malari (Malapetaka
Lima Belas Januari).
Malari merupakan gerakan mahasiswa yang merasa tidak puas terhadap
kebijakan peemrintah terkait kerja sama dengan pihak asing untuk pembangunan
nasional. Para mahasiswa menganggap kebijakan pemerintah kala itu sudah
menyimpang dan tidak berhaluan kepada pembangunan yang mementingkan rakyat.
Mahasiswa menilai malah dengan kerja sama ini semakin memperburuk kondisi
ekonomi rakyat. Peristiwa malapetaka lima belas januari (MALARI) ditandai oleh unjuk
rasa besar – besaran menentang kedatangan perdana menteri jepang, tanaka.
Mahasiswa menilai bahwa pengaruh jepang di bidang ekonomi perlu dibatasi, karena
bergantung berlebih – lebihan terhadap investasi asing justru akan merusak ekonomi
Indonesia dalam jangka panjang. Ada banyak peristiwa yang mendahului malaria.
Deklarasi Golput tahun 1972 sebagai protes atas dominannya kekuasaan politik, protes
pembangunan TMII 1972, kerusuhan rasialis di Bandung bulan Agustus 1973 hingga
kedatangan ketua IGGI J.P Pronk bulan November 1973 adalah diantaranya. Puncak
peristiwa malari sendiri terjadi saat perdana menteri jepang tanaka kakuei melawat ke
Jakarta (14 – 17 januari 1974). Mahasisw a UI yang dipimpin Hariman siregar, syahrir
dan lain – lain yang sejak lama menentang lubernya modal asing menggunakan momen
itu untuk menggerakkan demonstrasi menentang modal asing, yang saat itu
dipresentasikan oleh jepang.
Berawal dari Long March mahasiswa dari kampus Universitas Indonesia (UI) di
salemba menuju kampus Universitas Trisakti di Grogol. Mahasiswa kemudian
memaklumatkan Tritura 1974, yang meminta pemerintah menurunkan harga – harga,
membubarkan aspri (asisten presiden), dan menggantung koruptor – koruptor. Pasca
malaria 1974 demonstrasi masih sering terjadi. Pada periode 1977 – 1978 tercatat
beberapa kali terjadi demonstrasi yang berujung pendudukan kampus oleh pihak militer.
Upaya menumpas gerakan mahasiswa dengan memenjarakan aktivis – aktivis malari
tak cukup untuk mengatasi masalah. untuk memadamkan protes kritik mahasiswa
melalui demonstrasi, soeharto melalui menteri pendidikan, daud yusuf mengeluarkan
kebijakan normalisasi kehidupan kampus/badan koordinasi kemahasiswan (NKK/BKK).
Dewan mahasiswa, organisasi kampus yang sangat otoritatif dan otonom saat itu
dibekukan dan diganti dengan lembaga lain yang lebih mudah dikontrol oleh pemerintah
semisal senat mahasiswa. Konsep NKK/BKK ini memberikan wewenang besar kepada
rektor dan pembantu rektor untuk menentukan semua kegiatan mahasiswa, termasuk
tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga
kemahasiswaan. Praktis, pemberlakuan NKK/BKK dan pengebirian lembaga
mahasiswa membuat gerakan kemahasiswaan berangsur lumpuh dan menjauhkan
mahasiswa dari aktifitas politik. Pemberlakuan UU No.8/1985 tentang organisasi
kemasyarakatan makin membuat sulit gerakan mahasiswa.
Seperempat abad kemudian pasca malari lahirlah gerakan koreksi yang berhasil
menurunkan pemerintahan orde baru. Gerakan reformasi tahun 1998 dipicu oleh
issue-issue kebijakan liberalisme yang di anut oleh pemerintahan orde baru dan
dianggap ikut merusak perekonomian Indonesia hingga berujung pada krisis ekonomi
sepanjang akhir 1990-an. Posisi ekonomi Indonesia yang rapuh terhadap larinya modal
menunjukkan betapa tak berdayanya bangsa besar ini. Demonstrasi besar-besaran pun
terjadi. Aksi ini juga di dukung oleh tokoh-tokoh masyarakat. Aksi tersebut terjadi pada
12 mei 1998. Mereka melakukan aksi damai dari kampus trisakti menuju gedung
DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari pasukan
anti huru-hara dan pasukan pendukung militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa
mencoba bernegoisasi dengan pihak porli.
Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari tanggal 12 mei 1998, para mahasiswa bergerak
mundur, dikuti bergerak majunya aparat keamanan. Keadaan mulai memanas. Korban
pun berjatuhan di pihak mahasiswa trisakti. Peristiwa yang kemudian dikenal tragedi
trisakti menyebabkan jatuhnya korban jiwa dari mahasiswa yaitu Elang mulia lesmana,
heri hertanto, hafidin royan, dan hendriawan sie. Gerakan mahasiswa pada tahun 1998
ini berhasil menurunkan soeharto yang telah berkuasa 32 tahun di kursi kepresidenan
Indonesia. Babakan baru dimulai yakni lahirnya era reformasi.
Sejarah telah mengajarkan bahwa persatuan antara golongan tua dan golongan
muda dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita kebangsaan. Masih ingatkah kamu
dengan peristiwa rengasdengklok? Nilai sejarah pun itu berulang saat Indonesia
hendak mewujudkan babakan baru kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih
demokratis. Gerakan mahasiswa 1998 sebagai gerakan reformasi yang menuntut
mundurnya soeharto dari kursi kepresidenan membawa hasil. Keberhasilan tersebut
tidak lepas dari peran penting tokoh masyarakat seperti Gus Dur, Megawati, Amien
Rais, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Disusun oleh:
2. Ainia Aminah
4. Imtiaz Amani