Anda di halaman 1dari 65

SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA INDONESIA

Mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan
bangsa ini. Hal ini tentu saja sangat beralasan mengingat bagaimana pentingnya peran
mahasiswa yang selalu menjadi aktor perubahan dalam setiap momen - momen bersejarah di
Indonesia. Sejarah telah banyak mencatat, dari mulai munculnya Kebangkitan Nasional
hingga Tragedi 1998, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan. Beberapa tahun belakangan
ini telah banyak tercatat bahwa sudah beberapa kali mahasiswa menancapkan taji
intelektualitasnya secara aplikatif dalam memajukan peradaban bangsa ini dari masa
penjajahan Belanda, Masa Penjajahan Jepang, Masa Pemberontakan PKI, Masa Orde Lama,
Hingga Masa orde baru, peran mahasiswa tidak pernah absen dalam catatan peristiwa penting
tersebut.

PERIODE 1908

Dalam Sejarah peradaban bangsa Indonesia, ada beberapa catatan peristiwa yang layak kita
pandang sebagai awal mula pergerakan mahasiswa di tanah air. Pergerakan tersebut bermula
pada tahun 1908. Pada masa itu,mahasiswa - mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA
mendirikan sebuah wadah pergerakan pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo,
dimana organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan
bentuk sikap kritis mahasiswa tersebut terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut
mereka sudah selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan
terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini, walaupun
terkesan gerakan yang mereka lakukan masih menunjukkan sifat primordialisme Jawa.
Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di perpustakaan
STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA antara
lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Melalui
diskusi itulah mahasiswa - mahasiswa tersebut mulai memikirkan nasib masyarakat Indonesia
yang makin memprihatinkan ditengah kondisi penjajahan dan selalu dianggap bodoh oleh
Belanda, disamping itu diperparah dengan kondisi para pejabat pemerintahan pada saat itu
dari kalangan pribumi (pangreh praja) yang justru makin menindas rakyatnya demi
kepentingan pribadi dan kelanggengan jabatannya, seperti menarik pajak yang tingi terhadap
rakyat untuk menarik simpati atasan dan pemerintahan Belanda.

1
Selain itu, pada tahun 1908 ini juga, mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di
perguruan tinggi di Belanda yaitu Drs. Mhd. Hatta mendirikan organisasi Indische
Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun
1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu wadah kelompok diskusi mahasiswa yang
kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Misi nasionalisme yang
ditunjukkan organisasi ini lebih jelas dipertajam dengan bergantinya nama organisasi ini
menjadi Perhimpunan Indonesia. Melalui majalah Indonesia Merdeka, mereka yang
tergabung dalam organisasi ini mulai gesit dalam melancarkan propaganda pergerakannya,
sudah banyak artikel yang dimuat dalam majalah tersebut yang mengkritisi bagaimana
kondisi bangsa pada saat itu, sampai muncul statement yang mengatakan bahwa sudah
saatnya Bangsa Indonesia tidak menyebut negaranya dengan sebutan Hindia Belanda.
Termasuk dalam majalah tersebut memuat tulisan yang disebut manifesto 1925 yang isinya
antara lain:

1. Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri;
2. Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak
mana pun dan;
3. Tanpa persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai.
Selain itu, masih ada organisasi pemuda mahasiswa yang lain seperti Indische Partij yang
secara radikal menyuarakan kemerdekaan Indonesia,selain itu ada juga Sarekat Islam, dan
Muhammadiyah yang arah pergerakan politiknya lebih condong ke ideologi nasionalisme
demokratik yang berlandaskan Islam. Yang perlu kita catat dalam sejarah kemahasiswaan
periode ini adalah ketika insiatif beberapa mahasiswa pada tahun 1908 tersebut telah
memunculkan sebuah momentum bersejarah yang diperingati setiap tahun sebagai hari
kebangkitan nasional yang jatuh pada saat Boedi Oetomo didirikan. Momentum inilah yang
telah menjadi batu loncatan awal bagi setiap pergerakan bangsa di tahun - tahun berikutnya.

PERIODE 1928

Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di
Surabaya yang bernama Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi
Indonesia (Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan -
kawannya dari Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan
Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan

2
kedua kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan
pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.

Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia
(PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di
Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa.
Hal tersebut lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah
kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres
Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928 yang kemudian
menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.

PERIODE 1945

Periode ini merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia, peran
pemuda mahasiswa juga tidak lepas dan terlihat sangat vital dalam mewujudkan suatu misi
besar bangsa Indonesia pada saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan atau
merebut kemerdekaan. Kondisi pergerakan mahasiswa pada saat itu tidak semudah pada
periode - perode sebelumnya. Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik
pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda,
antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik, dan
hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa,
termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang
mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan. Dan secara praktis, akhirnya mahasiswa
- mahasiswa pada saat itu mulai menurunkan intensitas pergerakannya dan lebih
mengerucutkannya dalam bentuk kelompok diskusi. Yang berbeda pada masa tersebut
adalah, mahasiswa - mahasiswa pada waktu itu lebih memilih untuk menjadikan asrama
mereka sebagai markas pergerakan. Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal dalam mencetak
tokoh - tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama
Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Melalui diskusi di asrama inilah kemudian lahir tokoh -
tokoh yang nantinya bakal menjadi motor penggerak penting munculnya kemerdekaan
bangsa Indonesia. Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan bawah tanah
melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah terjadi insiden bom atom
di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mendeklarasikan
kemerdekaan Indonesia. Mahasiswa - mahasiswa yang terdiri dari Soekarni dan Chairul Saleh

3
inilah yang akhirnya terpaksa menculik tokoh proklamator tersebut sampai ke
Rengasdengklok agar lebih memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam
memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa inilah yang kemudian tercatat dalam sejarah
sebagai peristiwa Rengasdengklok.

PERIODE 1966

Pada masa setelah kemerdekaan, mulai bermunculan secara bersamaan organisasi - organisasi
mahasiswa di berbagai kampus. Berawal dari munculnya organisasi mahasiswa yang
dibentuk oleh beberapa mahasiswa di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta, yang
dimotori oleh Lafran Pane dengan mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
pada tanggal 5 Februari 1947. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah pergerakan mahasiswa
yang dilatarbelakangi oleh 4 faktor utama yang meliputi Situasi Dunia Internasional, Situasi
NKRI, Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia, Kondisi Perguruan Tinggi dan
Dunia Kemahasiswaan. Selain itu pada tahun yang sama, dibentuk pulalah Perserikatan
Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang didirikan melalui kongres mahasiswa di
Malang. Lalu pada waktu yang berikutnya didirikan juga organisasi - organisasi mahasiswa
yang lain seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada
ideologi Marhaenisme Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang
lebih cenderung ke ideologi Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa
Indonesia (CGMI) yang lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat
dengan PKI (Partai Komunis Indonesia).Sebagai imbas daripada kemenangan PKI pada
pemilu tahun 1955, organisasi CGMI cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan
organisasi - organisasi mahasiswa lainnya. Namun justru hal inilah yang menjadi cikal bakal
perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu yang disebabkan karena adanya
kecenderungan CGMI terhadap PKI yang tentu saja dipenuhi oleh kepentingan - kepentingan
politik PKI. Secara frontal CGMI menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi -
organisasi mahasiswa lainnya terutama dengan organisasi HMI yang lebih berazazkan Islam.
Berbagai bentuk propaganda politik pencitraan negatif terus dibombardir oleh CGMI dan PKI
kepada HMI, beberapa bentuk propaganda yang mereka wujudkan yaitu salah satunya
melalui artikel surat kabar yang berjudul Quo Vadis HMI. Perseturuan antara CGMI dan
HMI semakin memanas ketika CGMI berhasil merebut beberapa jabatan di organisasi PPMI
dan juga GMNI, terlebih setelah diadakannya kongres mahasiswa V tahun 1961.

4
Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan oleh pihak PKI dan CGMI terhadap
beberapa organisasi mahasiswa yang secara ideologi bertentangan dengan mereka, akhirnya
beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL),
Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk
membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya,
terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi
lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi
lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.

Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa
yang dikenal sebagai gerakan angkatan '66 inilah yang kemudian mulai melakukan
penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya
laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara. Namun sayangnya, di tengah
semangat idealisme mahasiswa pada saat itu ada saja godaan datang kepada mereka yang
pada akhirnya melunturkan idealisme perjuangan mereka, dimana setelah masa orde lama
berakhir, mereka yang dulunya berjuang untuk menruntuhkan PKI mendapatkan hadiah oleh
pemerintah yang sedang berkuasa dengan disediakan kursi MPR dan DPR serta diangkat
menjadi pejabat pemerintahan oleh penguasa orde baru. Namun di tengah gelombang
peruntuhan idealime mahasiswa tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat
dikenal idealimenya hingga saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para aktivis -
aktivis mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Ada seuntai kalimat inspiratif yang
dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang menjadi inspirasi perjuangan mahasiswa
di Indonesia, secara lantang ia mengatakan kepada kawan - kawan seperjuangannya yang
telah berbelok idealimenya dengan kalimat "lebih baik terasingkan daripada hidup dalam
kemunafikan".

PERIODE 1974

Periode ini sangat berbeda sekali dengan periode sebelumnya di tahun 1966, dimana pada
masa pergerakan mahasiswa tahun 1966 mahasiswa melakukan afiliasi dengan pihak militer
dalam menumpas PKI. Pada periode 1974 ini, mahasiswa justru berkonfrontasi dengan pihak
militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Gelombang perlawanan
bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap

5
meneyengsarakan rakyat. Selain itu, isu pemberantasan korupsi juga dengan lantang
digalakkan oleh mahasiswa yang mendesak agar pemerintah lebih tegas dalam menjerat
koruptor yang terdiri dari pejabat - pejabat pemerintahan saat itu. Melalui pergerakan inilah
muncul suatu gerakan yang disebut "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori oleh Arif
Budiman dan Hariman Siregar yang menyuarakan isu korupsi dan kenaikan BBM. Menyusul
pergerakan mahasiswa yang terus meluas, secara inisisatif mahasiswa membentuk Komite
Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.

Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di
permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna
meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun
1971.

Namun hal tersebut tidak juga berhasil dalam meredam gelombang protes mahasiswa, secara
bersama - sama, masyarakat dan mahasiswa terus melancarkan sikap ketidakpercayan mereka
terhadap 9 partai politik dan Golongan Karya yang selama ini menjadi wadah aspirasi politik
mereka dengan munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971.
Dimana gerakan ini dimotori oleh Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan, dan Arif
Budiman. Selain itu mahasiswa juga melancarkan kritik kepada pemerintah yang telah
melakukan pemborosan anggaran negara dengan melakukan beberapa proyek eksklusif yang
dinilai tidak perlu untuk pembangunan. Salah satunya adalah dengan mendirikan Taman Mini
Indonesia Indah, yang sebenarnya proyek - proyek tersebut dijadikan alasan bagi Indonesia
untuk terus - menerus menyerap hutang terhadap pihak luar negeri.

Gelombang Protes semakin meledak ketika harga barang kebutuhan semakin melambung dan
budaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah semakin menular, gelombang protes inilah
yang memunculkan suatu gerakan yang dikenal dengan nama peristiwa Malari pada tahun
1974 yang dimotori oleh Hariman Siregar. Melalui gerakan tersebut lahirlah Tritura Baru
selain daripada 2 tuntutan yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.

Periode NKK/BKK

Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya oleh
pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui Pemilihan
Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk
mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi

6
Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan
mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas
politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul diadakannya
konsep NKK tersebut maka pemerintah melakukan tindakan pembekuan terhadap beberapa
organisasi Dewan Mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia yang kemudian diganti
dengan membentuk struktur organisasi baru yang disebut Badan Koordinasi Kampus (BKK).
Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk
Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan
dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978
tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi. Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali
Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat
fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
(BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan
kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya
sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga
kemahasiswaan.

Sehingga praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi
lumpuh. Yang kemudian akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya fokus ke urusan akademis
dan menjadi apatis. Terlebih lagi dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan
yang pada saat itu justru menjadi alat kepentingan politik pemerintah. Sehingga tidak heran
pada saat itu kondisi rezim semakin kuat dan tegak.

PERIODE 1998

Namun pengekangan terhadap mahasiswa melalui NKK/BKK tidak bertahan lama. Gejolak
krisis moneter di seluruh dunia telah membuat kondisi perekonomian di Indonesia terguncang
hebat. Hal tersebut ditandai dengan menaiknya angka tukar rupiah terhadap dolar yang
menembus Rp 17.000/Dolar. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat Indonesia,
khususnya mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit setelah sebelumnya
mengalami mati suri yang cukup panjang. Dimulai ketika pada saat 20 mahasiswa UI yang
mendatangi gedung MPR/DPR RI denga tegas menolak pidato pertanggungjawaban presiden
yang disampaikan melalui sidang umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional
kepada MPR. Kondisi Indonesia semakin tegang sejak harga BBM melonjak naik hingga

7
71% yang ditandai dengan beberapa kerusuhan yang terjadi di Medan yang setidaknya telah
memakan 6 korban jiwa. Kegaduhan berlanjut pada tanggal 7 Mei dan 8 Mei. Yaitu peristiwa
cimanggis,dimana pada saat itu telah terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat
keamanan di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis, yang mengakibatkan
sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antaranya terkena
tembakan di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan
mengalami iritasi mata akibat gas air mata, Kemudian peristiwa Gejayan di Yogyakarta yang
telah merenggut nyawa 1 orang mahasiswa.

Hal tersebut tentu saja makin membuat panas situasi antara mahasiswa dan pemerintah,
terutama terhadap militer yang mereka anggap telah berbuat semena-mena terhadap
mahasiswa yang berdemonstrasi. Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa
pun akhirnya semakin merebak dan meluas. Di Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah
berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan
yang terjadi itulah akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu,
yaitu Soeharto resmi mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil
presidennya yaitu Prof.BJ Habibie.

Namun hal tersebut tidak serta merta membuat masyarakat puas, karena mereka masih
menganggap bahwa Habibie merupakan antek orde baru. Peristiwa terus berlanjut hingga
menjelang akhir tahun, yaitu ketika sidang istimewa MPR digelar pada bulan November.
Mahasiswa terus melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Habibie yang masih mereka
anggap sebagai regenerasi Orde Baru, dan menyatakan sikap ketidakpercayaan terhadap
anggota MPR/DPR RI yang masih berbau orde baru. Selain itu mereka juga mendesak agar
militer dibersihkan dari kegiatan politik dan menentang dwifungsi ABRI. Sepanjang
diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari
melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional.
Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa
tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh
mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena
mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Aksi perlawanan
terus bergejolak dan ketika itulah tragedi ini bermula. Yaitu ketika beberapa aksi mahasiswa
tersebut dihadang oleh pihak militer yang bersenjata api lengkap dengan kendaraan lapis baja
mereka. Usaha militer untuk membubarkan mahasiswa telah mengakibatkan bentrok yang

8
cukup hebat, usaha tersebut diwarnai dengan beberapa tembakan senjata yang dilakukan oleh
aparat terhadap mahasiswa secara membabi buta guna membubarkan massa. Alhasil,
Tindakan membabi buta yang dilakukan pihak militer pada saat itu telah menyebabkan 17
orang meninggal dunia, dan ratuan lainnya luka berat. Korban meninggal dan luka-luka tidak
hanya memakan nyawa mahasiswa saja, mulai dari tim relawan kemanusiaan, wartawan, dan
masyarakat juga ikut menjadi korban, termasuk anak kecil yang masih berusia 6 tahun tewas
tertembak peluru nyasar.

Peristiwa reformasi inilah yang kemudian menjadi catatan kelam negeri ini, yang telah
menumpahkan darah mereka-mereka yang ingin berjuang untuk negeri. Yang juga menjadi
titik pencerahan baru bagi perubahan Indonesia di masa selanjutnya. Dimana kebebasan
dalam menyampaikan aspirasi dan kebebasan pers yang sebelumnya tidak dijumpai pada
masa orde baru kembali diperoleh oleh masyarakat di negeri ini. Namun, ada 1 agenda
reformasi yang sampai sekarang belum bisa terwujudkan yaitu pemberantasan korupsi yang
hingga kini masih menjadi wabah berbahaya bagi stabilitas negara.

Mahasiswa Sebagai Penancap Tombak Peradaban

Peradaban bangsa ini semakin mengalami perubahan adalah tak lain karena ada peran
pemuda mahasiswa di dalamnya. Catatan sejarah tersebut setidaknya telah menjadi bukti
bahwa mahasiswa selalu menempatkan diri dalam setiap perubahan historik dan patriotik di
negeri ini. Mengapa Harus Mahasiswa???

Berdasarkan karakterisitik alamiahnya, pemuda mahasiswa memiliki keunggulan tersendiri


dibandingkan elemen - elemen masyarakat lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa
muda, mahasiswa merupakan sesosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang
masih memiliki idealisme yang tinggi dalam berjuang, mereka tidak segan - segan untuk
menyuarakan kekesalan dan kritik mereka terhadap siapapun yang mereka anggap
menyimpang dari kondisi ideal. Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang
menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa
ilmu yang mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk mengabdikan diri
ke masyarakat. Mahasiswa juga dikenal kreatif dalam membangun ilmu yang didapatkannya
serta mengaplikasikannya ke masyarakat karena secara biologis pemuda masih memiliki
kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik. Mahasiswa sebagai pemuda juga
memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap kondisi di sekitarnya, dan

9
dengan modal intelektualitas yang ia punya ia senantiasa mampu untuk memperjuangkan
kondisi sosial yang dilihatnya agar menjadi lebih ideal dan dinamis.

Pada kesimpulannya, mahasiswa memiliki 3 modal dasar yang membuat ia mampu disebut
sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial)
yaitu kekuatan moralnya dalam berjuang karena pada intinya apa yang ia buat adalah semata
- mata berlandaskan pada gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang, yang
kedua adalah kekuatan intelektualitasnya, melalui ilmu pengetahuan yang ia raih di bangku
pendidikan, ia senantiasa ingin mengaplikasiakan segenap keilmuannya untuk gerakan moral
dan pengabdian kepada masyarakat, karena baginya ilmu merupakan suatu amanah dan
tanggung jawab yang harus diamalkan, yang ketiga adalah mahasiswa sebagai seorang
pemuda memiliki semangat dan jiwa muda yang merupakan karakter alami yang pasti
dimiliki oleh setiap pemuda secara biologis, dimana melingkupi kekuatan otak dan fisik yang
bisa dikatakan maksimal, lalu kratifitas, responsifitas, serta keaktifannya dalam membuat
inovasi yang sesuai dengan bidang keilmuannya.

Mungkin hal - hal inilah yang menjadi faktor utama mengapa pemuda mahasiswa yang selalu
menjadi aktor peradaban dan tulang punggung perjuangan bangsa dalam membangun
peradabanya, bahkan seorang Soekarno juga mengakui kemampuan yang dimiliki pemuda
mahasiswa tersebut melalui statementnya "berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku
guncang dunia". Dan memang begitu lah kenyataannya dan fakta yang tidak bisa ditolak oleh
siapapun perihal tinta emas yang telah digoreskan oleh pemuda mahasiswa dimanapun dia
berada.

Mungkin sejarah gerakan mahasiswa ini layaknyalah kita jadikan sebagai bahan refleksi kita
semua khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran
dan tanggung jawab kita sebagai pemuda mahasiswa yang telah ditunjukkan oleh para
pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya di negeri ini.
Lantas kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka harus bagaimana ?
apakah sejarah ini layak kita sia-siakan dengan keapatisan kita selama ini ?
Sudah saatnya pemuda mahasiswa saat ini mulai bangun dari tidur panjangnya, mana
semangat pemuda mahasiswa tahun 1908, 1928, 1945, 1966, sampai 1998 yang sempat
mengguncang Indonesia tersebut ?

mari kita renungkan sama-sama dan kita ciptakan sejarah kita yang nantinya bakal menjadi
tinta emas peradaban bangsa kita yang semakin terpuruk ini.

10
SEJARAH GMNI

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, atau disingkat GMNI, lahir sebagai hasil proses
peleburan 3 (tiga) organisasi mahasiswa yang berazaskan Marhaenisme Ajaran Bung Karno.
Ketiga organisasi itu ialah:

1. GERAKAN MAHASISWA MARHAENIS, berpusat di Jogjakarta


2. GERAKAN MAHASISWA MERDEKA, berpusat di Surabaya
3. GERAKAN MAHASISWA DEMOKRAT INDONESIA, berpusat di Jakarta.

Proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa mulai tampak, ketika pada awal bulan
September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian
pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan
Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.

Dalam satu rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan
Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk mempersatukan ketiga organisasi
yang seazas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan
kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat sambutan positip.

Setelah melalui serangkaian pertemuan penjajagan, maka pada Rapat Bersama antar ketiga
Pimpinan Organisasi Mahasiswa tadi, yang diselenggarakan di rumah dinas Walikota Jakarta
Raya (Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai sejumlah kesepakatan antara lain:

1. Setuju untuk melakukan fusi


2. Wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi bernama “Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia ” (GMNI).
3. Azas organisasi adalah: MARHAENISME ajaran Bung Karno.
4. Sepakat mengadakan Kongres I GMNI di Surabaya, dalam jangka waktu enam bulan
setelah pertemuan ini.

Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan
Mahasiswa Merdeka (1. Slamet Djajawidjaja, 2. Slamet Rahardjo, 3. Heruman), Dari
Gerakan Mahasiswa Marhaenis (1. Wahyu Widodo, 2. Subagio Masrukin, 3. Sri Sumantri
Marto Suwignyo), Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (1. S.M. Hadiprabowo,
2. Djawadi Hadipradoko, 3. Sulomo)

11
Hasil kesepakatan tersebut, akhirnya terwujud. Dengan direstui Presiden Sukarno, pada
tanggal 23 Maret 1954, dilangsungkan KONGRES I GMNI di Surabaya. Momentum ini
kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi GMNI (Dies Natalis) yang diperingati hingga
sekarang. Adapun yang menjadi materi pokok dalam Kongres I ini, selain membahas hasil-
hasil kesepakatan antar tiga pimpinan organisasi yang ber-fusi, juga untuk menetapkan
personil pimpinan di tingkat pusat.

Pengertian Dasar : GMNI Sebagai Organisasi Perjuangan

GMNI lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai “ORGANISASI PERJUANGAN” yang
berlandaskan “Ajaran Sukarno”. Untuk itu ada beberapa prinsip perjuangan yang harus tetap
melekat dalam diri GMNI dan menjadi watak dasar perjuangan GMNI yakni:

1. GMNI berjuang untuk Rakyat.


2. GMNI berjuang bersama-sama Rakyat.

Makna “GERAKAN” dalam GMNI

GMNI adalah suatu organisasi Gerakan, atau dalam bahasa inggris disebut ‘Movement’.
Karena Gerakan GMNI dilakukan oleh sekelompok manusia yang berstatus ‘Mahasiswa’,
maka GMNI disebut pula sebagai “Student Movement”.

Adapun yang dimaksud dengan “Gerakan” adalah: Suatu usaha atau tindakan yang dilakukan
dengan sadar dan sengaja oleh sekelompok manusia, dengan menggunakan sumua potensi
yang ia miliki (mis: sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dll), atau yang ada di dalam
masyarakat dengan tujuan untuk melakukan pembaruan-pembaruan terhadap sistem
masyarakat, agar terwujud suatu tatanan masyarakat yang dicita-citakan bersama.

GMNI; Organisasi Perjuangan dan Perjuangan Terorganisir

GMNI merupakan Organisasi Perjuangan dan Gerakan Perjuangan Terorganisir. Artinya,


gerakan Perjuangan harus menjadi Jiwa, Semangat atau Roh GMNI. Dan segala tindak
perjuangan GMNI harus terorganisir yakni senantiasa mengacu pada Doktrin Perjuangan
yang menjadi azas GMNI.

12
Tujuan Perjuangan GMNI

Sebagai Organisasi gerakan Perjuangan, yang menjadi Tujuan Perjuangan GMNI adalah:
Mendidik kader bangsa mewujudkan masyarakat Pancasila sesuai dengan amanat UUD 1945
yang sejati. Sebab dalam keyakinan GMNI, hanya dalam masyarakat Pancasila yang sejati,
Kaum Marhaen dapat diselamatkan dari bencana kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan,
dan terhindar dari berbagai bentuk penindasan.

GMNI Bersifat Independen

GMNI adalah organisasi yang independen dan berwatak kerakyatan. Artinya, GMNI tidak
beraffiliasi pada kekuatan politik manapun, dan berdaulat penuhdengan prinsip percaya [ada
kekuatan diri sendiri. Independensi bukan berarti netral, sebab GMNI senantiasa proaktif
dalam perjuangan sesuai dengan Azas dan Doktrin Perjuangan yang ia jalankan. Walaupun
demikian, GMNI tidak independen dari Kaum Marhaen serta Kepentingan Kaum Marhaen.

Makna “MAHASISWA” Dalam GMNI

GMNI adalah organisasi Mahasiswa. Sebagai konsekwensi dari sifat ini, maka yang boleh
menjadi anggota GMNI hanya mereka yang berstatus mahasiswa. Namun demikian tidak
semua mahasiswa dapat menjadi anggota GMNI, sebab yang dapat menjadi anggota GMNI
hanya mereka yang mau berjuang, atau Insan Mahasiswa Pejuang. Tentu yang dimaksud
dengan Mahasiswa Pejuang disini adalah mereka yang berjuang atas dasar Ajaran Sukarno.

Makna “NASIONAL” Dalam GMNI

GMNI adalah organisasi yang berlingkup nasional. Artinya bukan organisasi kedaerahan,
keagamaan, kesukuan, atau golongan yang bersifat terbatas. Makna Nasional juga
mengandung pengertian bahwa yang diperjuangkan oleh GMNI adalah kepentingan Nasional.
Sebagai organisasi yang berwatak Nasionalis, maka Nasionalisme GMNI jelas adalah
Nasionalisme Pancasila.

GMNI Adalah Organisasi Kader Sekaligus Organisasi Massa

13
GMNI adalah organisasi Kader sekaligus organisasi Massa, artinya GMNI merupakan wadah
pembinaan kader-kader pejuang bangsa; dan dalam perjuangannya itu, kader GMNI
senantiasa menyatu dengan berjuta-juta massa Marhaen. GMNI tidak berjuang sendirian,
tetapi harus bersama-sama dan untuk seluruh rakyat, sebab Doktrin Perjuangan GMNI
menggariskan demikian.

Nilai Dasar Perjuangan GmnI

1. GmnI adalah Organisasi Mahasiswa Warga Negara Republik Indonesia yang


Independen bersifat bebas, aktif dan berwatak kerakyatan.
2. GmnI adalah Organisasi Mahasiswa yang berwawasan Nasional yang tidak membeda-
bedakan kesukuan, keagamaan, dan status sosial anggotanya, senantiasa menjunjung
tinggi kesatuan dan persatuan Bangsa dan Negara dalam Perjuangan.
3. GmnI adalah Organisasi Mahasiswa yang berkewajiban membela dan mengamalkan
Pancasila senantiasa menjunjung tinggi Kedaulatan Negara di bidang ekonomi,
politik, budaya dan pertahanan keamanan.
4. GmnI adalah Organisasi Mahasiswa yang berkewajiban menggalang kekuatan
nasional yang berjuang tanpa pamrih dalam melaksanakan amanat penderitaan rakyat
5. GmnI adalah pejuang pemikir dan pemikir pejuang yang menjunjung tinggi
kedaulatan negara, harkat dan martabat rakyat serta nama dan citra GmnI dalam kata-
kata, sikap maupun perbuatan.
6. GmnI adalah pejuang pemikir dan pemikir pejuang sebagai kader bangsa yang
bersikap jujur, senantiasa patuh dan taat pada amanat dan konstitusi organisasi,
menepati janji dan sumpah keanggotaan.
7. Anggota GmnI adalah pejuang pemikir dan pemikir pejuang sebagai penuntut ilmu
yang bertanggung jawab, bersikap sopan dan menghargai sesamanya.
8. Anggota GmnI adalah pejuang pemikir dan pemikir pejuang yang tidak menjadikan
status sebagai predikat, senantiasa mengejar cita-cita tanpa kenal menyerah,
menunjukkan kesederhanaan hidup serta menjadi tauladan dalam lingkungannya.
9. Anggota GmnI adalah pejuang pemikir dan pemikir pejuang yang bermaksud
melanjutkan cita-cita proklamasi dan amanat UUD 1945 dalam mewujudkan tatanan
masyarakat yang berkeadilan sosial.

14
10. Anggota GmnI adalah pejuang pemikir dan pemikir pejuang sebagai insan akademis
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan dan keadilan dalam pergaulan bangsa-bangsa.

AZAS DAN DOKTRIN PERJUANGAN GMNI

Sebagai organisasi Gerakan Perjuangan, GMNI mempunyai Azas dan Doktrin Perjuangan,
yang menjadi Landasan serta Penuntun Arah Perjuangan GMNI.

Azas dan Doktrin Perjuangan GMNI adalah:

1. PANCASILA
2. UNDANG-UNDANG DASAR 1945
3. MARHAENISME
4. PANCALOGI GMNI

1. PANCASILA

 Ketuhanan Yang Maha Esa


 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keterangan Tambahan :

Agar dapat memahami dan memakai Pancasila dengan benar, maka setiap kader wajib
membaca:

Lahirnya Pancasila, Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA, Kuliah Panncasila yang disampaikan oleh Bung Karno di Istana Negara,
Membangun Dunia Baru, Pidato Presiden Soekarno di depan sidang Majelis Umum PBB
tahun 1960.

15
2.UNDANG-UNDANG DASAR 1945

PEMBUKAAN

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur
supaya berkehhidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mecerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/Perwakilan, serta Mewujudkan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Dari Pembukaan UUD 1945, ada beberapa hal yang patut dipahami oleh setiap anggota
GMNI, antara lain :

 Pokok perjuangan bangsa Indonesia adalah menghapukaan segala bentuk penindasan


dan ketidakadilan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
 Perjuangan tersebut sesungguhnya merupakan berkat dari Allah Yang Maha Kuasa.
 Negara berfungsi sebagai; Perumahan’ bangsa yang memberikan perlindungan bagi
seluruh rakyat dan seluruh wilayah Republik Indonesia.
 Alat perjuangan untuk menuju terwujudnya cita-cita nasional yakni; masyarakat Adil
dan Makmur di tengah dunia yang tanpa penindasan.

16
3.MARHAENISME

SOSIO NASIONALISME, SOSIO DEMOKRASI, KETUHANAN YANG MAHA ESA

Marhaenisme is Pancasila dan Pancasila is Marhaenisme (Tidak Perlu diperdebatkan lagi !!!)

Pidato Bung Karno di depan Konferensi PARTINDO, Mataram 1933 Tentang Marhaen,
Marhaenis, Marhaenisme

 Marhaenisme yaitu Sosio Nasionalisme dan Sosio Demokrasi


 Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan kaum
melarat Indonesia yan lain-lain.
 Partindo memakai perkataan Marhaen dan tidak proletar oleh karena perkataan
proletar sudah termaktub di dalam perkataan Marhaen, danoleh karena perkataan
proletar itu bisa diartikan bahwa kaum tani dan kaum lain-lain kaum melarat tidak
termasuk didalamnya.
 Karena Partindo berkeyakinan bahwa di dalam perjuangan, kaum melarat Indonesia
lain-lain itu yang harus menjadi elemen-elemennya (bagian-bagiannya), maka
Partindo memakai perkataan Marhaen itu.
 Didalam perjuangan kaum Marhaen, maka Partindo berkeyakinan bahwa kaum
proletar mengambil bagian yang paling besar sekali.
 Marhaenisme adalah Azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan
Negeri yang dalam segala halnya menyelamatkan kaum marhaen.
 Mmarhaaenisme adalah pula cara perjuangan untuk mencapai susunan negeri yang
demikian itu, yang oleh karenanya harus suatu cara perjungan yang revolusioner,
 Jadi Marhaenisme adalah cara perjuangan dan Azas yang ditujukkan terhadap
hilangnya tiap-tiap Kapitalisme dan Imperialisme.
 Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia yang menjalankan Marhaenisme.

Pidato Bung Karno didepan Konferensi Besar GMNI, Kaliurang 1959 “HILANGKAN
STERILITEIT DALAM GERAKAN MAHASISWA”. “Bagi saya Azas Marhaenisme adalah
Aza yang paling cocok untuk Gerakan Rakyat Indonesia”

17
Rumusannya adalah :

 Marhaenisme adalah Azas yang menhendaki susunan masyarakat yang dalam segala
halnya menyelamatkan kaum marhaen.
 Marhenisme cara perjuangan yang Revolusioner sesuai dengan watak kaum marhaen
pada umumnya.
 Marhaenisme adalah dus Azas dan cara perjuangannya “tegelijk” menuju kepada
hilangnya Kapitalisme, Imperialisme dan Kolonialisme.

Secara positif, maka Marhaenisme saya namakan juga Sosio Nasionalisme dan Sosio
Demokrasi; karena Nasionalismenya kaum marhaen adalah Nasionalisme yang sosial bewust,
dan karenanya Demokrasinya kaum Marhaen adalah Demokrasi yang sosial bewust pula.

Siapakah yang saya namakan kaum marhaen itu ? Yang saya namakan kaum marhaen itu
adalah setiap Rakyat Indonesia yang melarat atau lebih tepat yang dimelaratkan oleh sistem
Kapitalisme, Imperialisme, dan Kolonialisme.

Kaum Marhaen terdiri dari tiga unsur :

 Unsur kaum Proletar (Buruh)


 Unsur kaum Tani melarat Indonesia
 Kaum melarat Indonesia lain-lain

Dan siapakah yang saya maksud dengan kaum marhaenis?

Kaum Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot bangsa :

 Yang mengorganisir berjuta-juta kaum marhaaen itu


 Yang bersama-sama dengan tenaga massa marhaen itu hendak menumbangkan Sistem
Kapitalisme, Imperialisme dan Kolonialisme.
 Yang bersama-sama dengan massa marhaen membangun negara dan masyarakat yang
kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur

Pokonya ialah bahwa Marhaenis adalah setiap orang yang menjalankan Marhaenisme yang
saya jelaskan tadi. Cam-kan benar-benar !! Setiap kaum Marhaenis berjuang untuk
kepentingan kaum Marhaen dan bersama-sama kaum Marhaen.

18
4.PANCALOGI GMNI

1. IDEOLOGI
2. REVOLUSI
3. ORGANISASI
4. STUDI
5. INTEGRITAS

Penjelasan :

Kelima perinsip di atas harus menjadi jati diri bagi perjuangan setiap anggota GMNI.

 Ideologi artinya perjuangan setiap anggota GMNI harus dilandaskan pada Ideologi
yang menjadi Azas dan Doktrin perjuangan GMNI, sebab ideologi merupakan acuan
pokok dalam penentuan format dan pola operasional pergerakan.
 Revolusi artinya perjuangan setiap anggota GMNI harus berorientasi pada
perombakan susunan masyarakat secara revolusioner. Revolusi bukan berarti tumpah
darah, tetapi dalam pengertian pemikiran.
 Organisasi artinya perjuangan GMNI adalah perjuangan yang terorganisir, sesuai
dengan Azas dan doktrin perjuangan GMNI.
 Studi artinya sebagai oraganisasi mahasiswa, maka titik berat perjuangan GMNI
adalah pada aspek studi. Amanat Penderitaan Rakyat harus dijadikan titik sentral
dalam pendorong upaya studi ini.
 Integritas artinya Perjuangan GMNI senantiasa tidak terlepas dari perjuangan Rakyat.
Setiap kader GMNI harus selalu berada ditengah-tengah Rakyat yang berjuang.

KONGRES I
Dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres I
GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies
Natalis) GMNI. Hasil daripada Kongres I adalah pengesahan nama GMNI sebagai hasil fusi
ketiga organisasi. Penetapan pimpinan nasional GMNI dengan M. Hadiprabowo sebagai
Ketua Umum.

19
KONGRES II
Dilaksanakan di Bandung pada tahun 1956 dengan hasil sebagai berikut:
Konsolidasi internal organisasi, meningkatkan kualitas GMNI dengan mendirikan cabang-
cabang baru di seluruh wilayah NKRI sebagai Ketua Umum DPP GMNI tetap M.
Hadiprabowo.

KONGRES III
Dilaksanakan di Malang pada tahun 1959 dengan hasil sebagai berikut:
Evaluasi pesatnya perkembangan cabang-cabang GMNI di Jawa, Sumatra, dan wilayah-
wilayah lain. Pengembangan cabang-cabang baru GMNI di seluruh Kabupaten / Kota yang
ada perguruan tingginya. Perubahan manajemen organisasi dari bentuk DPP menjadi
Presidium. Ketua Presidium adalah M. Hadiprabowo.
Konferensi Besar GMNI di Kaliurang tahun 1959 Bung Karno memberikan pidato sambutan
dengan judul “Hilangkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa !”. Diteguhkannya kembali
Marhaenisme sebagai asas perjuangan organisasi.

KONGRES IV
Digelar tahun 1962 di Jogjakarta, dengan hasilnya:
Peneguhan eksistensi organisasi dalam realitas sosial politik dan masalah kemasyarakatan.
Kepengurusan Presidium antara lain: Bambang Kusnohadi (ketua), Karjono (sekjen), John
Lumingkewas, Waluyo, Sutamto Digjosupato, Lusian Pahala Hutagaul, dll.
Pada Konferensi Besar di Jakarta 1963, Bung Karno memberikan amanat yang pada intinya
meminta GMNI untuk lebih menegaskan ideologi Marhaenismenya. Selanjutnya Konferensi
Besar di Pontianak 1965 Kongres V direncanakan berlangsung di Jakarta, tetapi batal akibat
adanya GESTOK. Untuk itu konsolidasi organisasi dipindahkan ke Pontianak melalui forum
Konferensi Besar, dengan hasil menetapkan kerangka program perjuangan dan program aksi
bagi pengabdian masyarakat.

KONGRES V
Berlangsung tahun 1969 di Salatiga. Terjadi perdebatan sengit di dalam Kongres akibat
infiltrasi dari rezim penguasa Orde Baru. Hasilnya: mengesahkan kepemimpinan nasional
GMNI berupa DPP dengan Ketua Umum Soeryadi dan Sekjen Budi Hardjono.

KONGRES VI
Dilaksanakan tahun 1976 di Ragunan Jakarta dengan tema pengukuhan kembali independensi

20
GMNI serta persatuan dan kesatuan dan sekaligus konsolidasi organisasi. Hasil Kongres ini
adalah:

 Penyatuan faksi-faksi yang ada di GMNI


 Rekonsiliasi dengan powersharing untuk mengisi struktur kepemimpinan nasional
 Pernyataan independensi GMNI

Pimpinan nasional berbentuk Presidium dengan kepengurusan sebagai berikut: Sudaryanto,


Daryatmo Mardiyanto, Karyanto, Wisnu Subroto, Hadi Siswanto, Rashandi Rasjad, Teuku
Jamli, Viktor S Alagan, Alwi F. AS, Emmah Mukaromah, Agung Kapakisar, Sunardi GM,
Semedi.

KONGRES VII
Dilaksanakan di Medan tahun 1979, hasilnya adalah:

 Konsolidasi organisasi dan konsolidasi ideologi secara optimal


 Marhaenisme sebagai asas organisasi tidak boleh diubah
 Penegasan independensi GMNI
 Pengurus Presidium: Sutoro SB (Sekjen), Daryatmo Mardiyanto, Lukman Hakim,
Sudaryanto, Kristiya Kartika, Karyanto Wirosuhardjo.

KONGRES VIII
Berlangsung tahun 1983 di Lembang, Bandung dengan pengawalan ketat dari aparat
keamanan. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Amir Sutoko (Sekjen),
Suparlan, Sudiman Kadir, Suhendar, Sirmadji Tjondropragola, Hari Fadillah, Rafael Lami
Heruhariyoso, Bismarck Panjaitan, Antonius Wantoro.

KONGRES IX
Berlangsung di Samarinda tahun 1986. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah:
Kristiya Kartika (Ketua), Hairul Malik (Sekjen), Sudirman Kadir, Sunggul Sirait, Agus Edi
Santoso, I Nyoman Wibano, Suparlan, Adin Rukandi, Gerson Manurib.

KONGRES X
Berlangsung di Salatiga tahun 1989. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah:
Kristiya Kartika (Ketua), Heri Wardono (Sekjen), Agus Edi Santoso, Hendro S. Yahman,
Sunggul Sirait, Ananta Wahana, Jhon A. Purba, Silvester Mbete, Hendrik Sepang.

21
KONGRES XI
Dilaksanakan tahun 1992 di Malang, hasilnya adalah sebagai berikut:
Adanya format baru hubungan antara kader GMNI yang tidak boleh lagi bersifat formal
institusional, tetapi diganti jadi bentuk hubungan personal fungsional.
Kepengurusan Presidium adalah: Heri Wardono (Ketua), Samsul Hadi (Sekjen), Idham
Samudra Bei, Teki Priyanto, Yayat T. Sumitra, Rosani Projo, Yori Rawung, Herdiyanto,
Firmansyah.

KONGRES XII
Diadakan di Denpasar tahun 1996. Hasilnya adalah:
Perubahan pembukaan Anggaran Dasar dengan memasukkan klausul “Sosialis
Religius”,“Nasionalis Religius”, dan “Progresive Revolusioner”. Menolak calon tunggal
presiden RI, penghapusan program penataran P4, reformasi politik ekonomi RI.
Kepengurusan Presidium terdiri dari: Ayi Vivananda (Ketua), A. Baskara (Sekjen), Agus
Sudjiatmiko, Abidin Fikri, Arif Wibowo, IGN Alit Kelakan, Deddy Hermawan, Sahala PL
Tobing, Rudita Hartono, Hiranimus Abi, Yudi Ardiwilaga, Viktus Murin.

KONGRES XIII
Terjadi perpecahan dalam Kongres XIII. Sebagian ada yang menyelenggarakan Kongres di
Kupang pada Oktober 1999. Sebagian lagi menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di
Semarang tahun 2001.
Presidium hasil Kongres Kupang adalah: Bambang Romada (Ketua), Viktus Murin (Sekjen),
Arif Fadilla, Aleidon Nainggolan, Haryanto Kiswo, Klementinus R. Sakri, Kristantyo Wisnu
Broto, Robby R F Repi, R.S. Hayadi, Renne Kembuan, Wahyuni Refi, Yusuf Blegur, Yori
Yapani.
Sementara itu Presidium hasil Kongres Luar Biasa di Semarang pada Februari 2001 adalah
sebagai berikut: Sony T. Danaparamita (Sekjen), Hatmadi, Sidik Dwi Nugroho, Sholi
Saputra, Endras Puji Yuwono, Purwanto, Susilo Eko Prayitno, Tonisong Ginting, Donny Tri
Istiqomah, Andre WP, Abdullah Sani, Bambang Nugroho, I Gede Budiatmika.

KONGRES XIV
Kepengurusan hasil Kongres Kupang meneruskan Kongres XIV di Manado dengan hasil
kepengurusan Presidium sebagai berikut: Wahyuni Refi (Ketua), Donny Lumingas (Sekjen),
Achmad Suhawi, Marchelino Paliama, Ade Reza Hariyadi, Hendrikus Ch Ata Palla, Yos
Dapa Bili, Hendri Alma Wijaya, Moch. Yasir Sani, Haryanto Kiswo, Jan Prince Permata,
22
Eddy Mujahidin, Ragil Khresnawati, Heard Runtuwene, Nyoman Ray.
Sementara itu kepengurusan hasil KLB Semarang meneruskan Kongres XIV di Medan,
dengan hasil kepengurusan sebagai berikut: Sonny T. Danaparamita (Sekjen), Andri, Dwi
Putro Ariswibowo, Erwin Endaryanta, Fitroh Nurwijoyo Legowo, Mangasih Tua Purba,
Monang Tambunan, Alvian Yusuf Feoh, Abdul Hafid.

KONGRES XV (KONGRES PERSATUAN)


Dilaksanakan pada tahun 2006 di Pangkal Pinang, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dengan penyatuan dualisme kepengurusan yang ada di GMNI, hasilnya adalah sebagai
berikut:

 Penetapan AD/ART baru GMNI


 Penetapan silabus kaderisasi dan GBPP GMNI
 Hasil kepengurusan Presidium periode 2006-2008 adalah Deddy Rachmadi (Ketua),
Rendra Falentino Simbolon (Sekretaris Jenderal)

Komite-Komite: Dihot Simarmata, Eko Sigit, Inyoman Sukataya, Sapto, Hermanus Tadon,
Iwan Moniaga, Bobby Tobing, Ekber L. Watubun, Sri Utami, Syarizal Yusri, Kalamudin,
Hari Nazarudin, Imam Yahya, Deysi Marisit, Taufik Ramadhan, Hairul Mumin, Refli Prima.

KONGRES XVI
Berlangsung di Wisma Kinasih Bogor pada Desember 2008, hasilnya adalah:
Penyempurnaan AD/ART dan GBPP GMNI, Bentuk pimpinan nasional adalah Presidium
dengan Ketua Rendra Falentino Simbolon dan Sekretaris Jenderal Cokro Wibowo
Sumarsono, Penegasan sikap politik sebagai berikut:

 Pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli


 Mendesak segera dilaksanakannya Reforma Agraria
 Menolak hutang luar negeri dalam bentuk apapun
 Cabut UU Badan Hukum Pendidikan, UU Pornografi dan Pornoaksi serta UU
Penanaman Modal
 Nasionalisasi sepenuhnya aset-aset yang menyangkut hajat hidup orang banyak sesuai
dengan amanat UUD 1945

23
Kepengurusan Presidium periode 2008-2011: Rendra Falentino Simbolon (Ketua), Cokro
Wibowo Sumarsono (Sekretaris jenderal). Komite-Komite: Ekber L. Watubun (Komite
Organisasi), Tengku Ruly Fachrialsyah (Komite Politik), Robby Sirait (Komite Litbang),
Rizky Alfarisi Siregar (Komite Kaderisasi), Bambang Wijaksono (Komite hubungan Luar),
Husnul Hidayat (Komite Agiprop), Muhamad (Komite Advokasi), Heny Lestari (Komite
Sarinah), Taufik Ramadhan (Komite Pengorganisasian lintas Sektoral), Musriat Hidayat
(Komite Pengorganisasian Sumberdaya Pendukung Gerakan), Sugeng Tri Handoko (Komite
Pengorganisasian Pelajar dan Mahasiswa).

KONGRES XVII
Kongres XVII dilaksanakan pada tanggal 21 – 28 Maret 2011 di Balikpapan, Kalimantan
Timur, Kongres tersebut dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Andy Malaranggeng
dan dihadiri oleh PPPA GMNI dan beberapa tokoh nasional untuk memberikan sambutan dan
ceramah bagi peserta Kongres XVII, diantaranya: Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum (Gubernur
Jatim), Drs. Awang Farouk (Gubernur Kaltim), Drs Achmad Basarah (DPR RI), Walikota
Balikpapan, Staf Kementrian Pertahanan RI, Prabowo Subianto, Surya Paloh dll.
Proses dialektika dan dinamika dalam forum Kongres XVII sangatlah demokratis, sehingga
menegaskan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melakukan pembenahan
terhadap sistem keorganisasian, diantaranya penyeragaman sistem administrasi organisasi
secara struktural, penyempurnaan silabus kaderisasi dan pembentukan cabang-cabang baru
secara nasional.
Kepengurusan Presidium hasil Kongres XVII adalah sebagai berikut: Twedy Noviady
Ginting (Ketua/Sumedang), Syaiful Anam (Sekjend/Pamekasan), Wilhelmus W Hadir
(Ende), Markus L Wantania (Manado), Heri Bernad (Purwokerto), Elvis Z Watubun
(Ambon), Edy Wijaya (Medan), Hariyadi (Bogor), Iman Munandar (Pekanbaru), Fereddy
(Balikpapan), Faradian Ardiani (Malang Raya), Aren Frima (Lubuk Linggau), dan Asef
Saefullah (Cirebon).

KONGRES XVIII
Kongres XVIII dilaksanakan pada tanggal 1 – 6 Juni 2013 di kota Blitar Provinsi Jawa
Timur. Kongres XVIII dibuka oleh Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP PA
GMNI, Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum.
Kongres XVIII merupakan kongres yang penyelengaraannya sangat berbeda dengan kongres-
kongres sebelumnya. Dalam kongres ini, seluruh elemen masyarakat Blitar dilibatkan mulai

24
dari akomodasi hingga keamanan untuk memastikan keseluruhan rangkaian acara dapat
berjalan sesuai rencana. Para peserta kongres menginap di rumah warga, sementara itu
kegiatan kongres berlangsung di area Istana Gebang Kota Blitar. Oleh karenanya, Kongres
XVIII GMNI di Blitar disebut sebagai Kongres Kerakyatan.
Kongres XVIII berlangsung demokratis dan dinamis yang menghasilkan beberapa keputusan
strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kongres mengamanatkan kepada
kepemimpinan Presidium berikut untuk melanjutkan pembenahan terhadap sistem
keorganisasian, penetapan silabus kaderisasi, penetapan Garis-Garis Besar Pokok Perjuangan
GMNI, pembentukan cabang-cabang baru, dan penetapan sikap politik GMNI.

Blitar, Bumi Bung Karno mengilhami lahirnya kepemimpinan Presidium hasil Kongres
XVIII sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta
(Sekjend/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun
(Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah
(Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Manik Suryandaru (Semarang),
Ibnu Abdillah (Cirebon), Eva Manurung (Siantar), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad
(Denpasar), M. Farid (Bekasi), Galih Andreanto (Sumedang). Badan-Badan : Pius Agustinus
Bria (Kupang), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto).

Seiring perjalanan waktu, dalam rangka mensinergikan kerja-kerja organisasi, terjadi


perubahan komposisi kepengurusan Presidium menjadi sebagai berikut: Twedy Noviady
Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekjend/Jogjakarta), Christine Th.C
Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende),
Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi
Batubara (Batam), Ibnu Abdillah (Cirebon), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad
(Denpasar), Pius Agustinus Bria (Kupang), Muhammad Derajad (Pasuruan), Hari Suhud
(Garut), Amilan Hatta (Sumbawa). Badan-Badan: Pius Agustinus Bria (Kupang/rangkap),
Rolando Parulian Tamba (Purwokerto), Muhammad Derajad (Pasuruan/rangkap).

25
NAMA DAN ATRIBUT ORGANISASI GMNI

Sebagai satu organisasi GMNI mempunyai sejumlah Atribut Organisasi, yang berfungsi
sebagai:

1. Alat untuk membangkitkan semangat Korps dan sekaligus sebagai alat untuk
menggambarkan Nilai-Nilai Dasar yang terkandung dalam Doktrin Perjuangan
GMNI.
2. Sarana untuk mengenalkan diri kepada pihak lain.

Atribut GMNI terdiri dari:

1. Panji/bendera GMNI
2. Lambang/Simbol GMNI
3. Logo GMNI
4. Jaket GMNI
5. Peci GMNI
6. Mars GMNI
7. Hymne GMNI
8. Motto GMNI

1. Panji/bendera GMNI

Panji/Bendera GMNI berbentuk empat persegi, dengan komposisi warna MERAH – PUTIH
– MERAH, tegak vertikal, perbandingan tiap warna masing-masing 1/3 (satu per tiga) dari
panjang Panji/Bendera.
Lebar Bendera 2/3 (dua per tiga) dari ukuran Panjang. Pada dasar Putih, terdapat lukisan
lambang GMNI (Bintang Merah beserta Kepala Banteng Hitam), serta dibawah bintang
tertulis logo GMNI.

Khusus Panji:
Panjang 100 cm, Lebar 90 cm, pada tiap pinggir dilengkapi dengan rumbai berwarna Kuning
Emas, panjang rumbai 10 cm. Selain itu Panji dilengkapi dengan tongkat Panji dan Tali hias
warna Kuning. Panjang tongkat 2 meter dengan warna kayu asli.

Lebih lengkap tentang fisik Panji/bendera lihat peraturan organisasi mengenai Panji/Bendera.

2. Lambang/Simbol GMNI

Lambang GMNI berbentuk Perisai bersudut enam, atau tiga sudut diatas, dan tiga sudut
dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang Merah mengapit bidang Putih, tegak vertikal.
Di tengah perisai terdapat lukisan Bintang Merah dengan Kepala Banteng Hitam sebagai
pusat. Dibawah Bintang terdapat logo GMNI.

Makna yang terkandung:

 Tiga Sudut atas Perisai melambangkan Marhaenisme


 Tiga Sudut bawah Perisai melambangkang Tri Dharma Perguruan Tinggi
 Warna Merah berarti Berani, warna Putih berarti suci. Makna komposisi: Keberanian
dalam menegakkan Kesucian.

26
 Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi.
 Kepala Banteng melambangkan Potensi rakyat Marhaen. Warna Hitam
melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas perjuangan.

3. Logo GMNI

GmnI

Logo GMNI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu huruf “G”, “M”, “N”, “I”
dengan komposisi sebagai berikut:

 Huruf “G” yaitu kependekan dari kata “GERAKAN” ditulis dalam huruf Kapital
(huruf besar)
 Huruf “M” yaitu kependekan dari kata “MAHASISWA” ditulis dalam huruf kecil.
 Huruf “N” yaitu kependekan dari kata “NASIONAL” ditulis dalam huruf kecil.
 Huruf “I” yaitu kependekan dari kata “INDONESIA” ditulis dalam huruf Kapital
(huruf besar)

Penulisan tadi mengandung makna bahwa, Aspek GERAKAN dan INDONESIA merupakan
elemen pokok yang harus ditonjolkan oleh organisasi GMNI, sementara aspek
MAHASISWA dan NASIONAL hanya menunjukkan predikat yang mempertegas
keberadaan organisasi GMNI.

4. Jaket GMNI

Jaket GMNI berwarna MERAH DARAH, dengan model “Sukarno Look”. Pada kantong kiri
depan terpasang Lambang GMNI, dan diatas kantong kanan depan terpasang identitas lokasi.
Kelengkapan lainnya seperti tanda jabatan, dan lain-lain dipasang sesuai ketentuan
organisasi.

5. Peci GMNI

Peci GMNI berwarna HITAM dengan Strip merah di tengahnya, tutup atas juga berwarna
merah, pada bagian depan sebelah kiri dipasang lencana (pin) GMNI.

6. Mars GMNI

Mars GMNI adalah modifikasi dari lagu “Marhaen Bersatu”, dengan syair yang disesuaikan
dengan identitas GMNI. Syair lagu tersebut adalah sebagai berikut:

Mahasiswa Indonesia
Bersatulah Segera
Di dalam satu barisan
anti kemiskinan
dalam satu barisan
serasa sama bahagia
Berjuang secara dinamis
di dalam Front Marhaenis

27
Reff.
Bersama buruh tani, bersama GMNI
Abdi rakyat sejati
Bersatulah segera
Mahasiswa Indonesia

7. Hymne GMNI

lagu dan lirik : Eros Djarot

Kami pemuda Indonesia, putra-putri sang fajar


Merah warna darahku, putih warna tulangku
bersih jernih jiwa kita

Kami mahasiswa Indonesia, cinta rakyat merdeka


siap rela berkorban sepenuh jiwa raga
demi nusa dan bangsa

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia


Pejuang Pemikir yang tetap setia
Mengawal Pancasila hingga akhir hayatnya
GMNI.., GMNI.., Jaya…!

8. Motto GMNI

Motto GMNI adalah

” PEJUANG PEMIKIR-PEMIKIR PEJUANG “,


Motto tersebut mengandung makna :
PEJUANG PEMIKIR berarti setiap anggota GMNI adalah pejuang bangsa yang bercita-cita
luhur yakni membangun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, di dalam suatu tatanan
dunia yang tertib, damai dan berkeadilan sosial.
PEMIKIR PEJUANG berarti setiap kader GMNI adalah cendekiawan yang berjuang, atau
patriot bangsa yang memiliki kemempuan penalaran yang tinggi, serta menguasai ilmu
pengetahuan dan mau serta mampu menggunakan berbagai dimensi keilmuannyasebagai alat
perjuangan menuju cita-cita.
Dengan demikian, secara positif dan tegas motto ini mengandung makna bahwa setiap
anggota GMNI adalah pejuang yang bukan asal-asalan tetapi pejuang yang sadar apa yang
diperjuangkannya dan memiliki landasan konsepsi perjuangan yang jelas dan rasional.
Tujuan Perjuangan GMNI
Secara singkat tujuan GMNI dapat dijabarkan sebagai berikut :

28
GMNI bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila yang sejati sebagaimana diuraikan oleh Bung Karno, penggali Pancasila. Sebab
GMNI berkeyakinan hanya di dalam tatanan masyarakat seperti ini rakyat Indonesia dapat
diselamatkan dari belenggu kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, keterbelakangan, dan
berbagai bentuk penindasan lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka GMNI bertujuan mendidik kader-kader bangsa,
yang akan menjadi tenaga pelopor dalam perjuangan rakyat Indonesia.
Aplikasi Pendidikan Kader GMNI
Kader GMNI dididik dan dibina agar memiliki watak yang mantap, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan menjadi pribadi yang ulet, tanggap dan tangguh.
Kader GMNI dididik dan dibina agar memiliki wawasan kebangsaan patriotisme yang
mantap, serta wawasan kebangsaan yang kuat dan dengan semangat siap sedia
mempertahankan Pancasila, UUD 1945 serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dari berbagai ancaman Imperialisme, Kolonialisme, Kapitalisme, Separatisme.
Kader GMNI dididik dan dibina agar memiliki wawasan Ideologi yang dalam dan senantiasa
siap berada didepan barisan perjuangan rakyat Indonesia, dalam menentang berbagai bentuk
penindasan Kapitalisme, Feodalisme, dan Militerisme.
Kader GMNI dididik dan dibina agar memiliki wawasan akademis yang mendalam sehingga
mampu menyerap berbagai displin ilmu pengetahuan dan mampu mengamalkannya bagi
kepentingan bangsa, negara dan umat manusia.

IKRAR PRASETYA KORPS PEJUANG PEMIKIR – PEMIKIR PEJUANG

Kami anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia adalah Pejuang Pemikir – Pemikir
Pejuang Indonesia,dan berdasarkan pengakuan ini, kami mmengaku bahwa :
1. Kami adalah makhluk ciptaan Tuhan Al-Khalik, dan bersumber serta bertaqwa kepada-Nya.
2. Kami adalah warga negara Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila dan setia kepada
cita-cita revolusi 17 Agustus 1945.
3. Kami adalah pejuang Indonesia yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, lahir dari rakyat
yang berjuang, dan senantiasa siap sedia berjuang untuk dan bersama rakyat, membangun
masyarakat pancasila.
4. Kami adalah patriot Indonesia yang percaya kepada kekuatan diri sendiri, berjiwa optimis
dan dinamis dalam perjuangan, senantiasa bertindak setia kawan kepada sesama kawan
seperjuangan.

29
5. Kami adalah Mahasiswa Indonesia, penuh kesungguhan menuntut ilmu dan pengetahuan
setinggi-tingginya untuk diabdikan kepada kepentingan rakyat dan kesejahteraan umat
manusia.
Berdasarkan pengakuan-pengakuan ini, demi kehormatan, kami berjanji akan bersungguh-
sungguh menjalankan kewajiban untuk mengamalkan semua pengakuan ini dalam karya
hidup kami sehari-hari.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati niat dan tekad kami, dengan taufik dan
inayahnya.

MERDEKA ............!!!
GMNI, Jaya ...... !!! MARHAEN, Menang ....!!!

30
PENGANTAR FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat "Philosophia"


Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman
akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan
bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia”
dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa
Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan,
pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian
filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato
mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu
( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang
berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana
hakikat yang sebenarnya.

Beberapa arti filsafat menurut para ahli:


Aristoteles ( (384 - 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the
arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-
ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang
atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.

31
Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikul sekaliannya .

B. CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFAT


Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun berfilsafat tidak identik dengan berfikir. Sehingga,
tidak semua orang yang berfikir itu mesti berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang
yang berfilsafat itu pasti berfikir.
Seorang siswa yang berfikir bagaimana agar bisa lulus dalam Ujian Akhir Nasional, maka
siswa ini tidaklah sedang berfilsafat atau berfikir secara kefilsafatan melainkan berfikir biasa
yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Oleh karena
itu ada beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan.

1. Berfikir secara radikal. Artinya berfikir sampai ke akar-akarnya. Radikal berasal dari kata
Yunani radix yang berarti akar. Maksud dari berfikir sampai ke akar-akarnya adalah berfikir
sampai pada hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia yang
berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu
pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi.

2. Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal
serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah
keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.

3. Berfikir secara konseptual. Yaitu mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak
bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatanbebas yang dilakukan oleh
orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, melainkan
bersangkutan dengan pemikiran “apakah kebebasan itu”?

4. Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah
berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara
runtut.

32
5. Berfikir secara sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para
filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses befilsafat. Pendapat-pendapat
itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.

6. Berfikir secara komprehensif (menyeluruh). Berfikir secara filsafat berusaha untuk


menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.

7. Berfikir secara bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural ataupun
religius. Berfikir dengan bebas itu bukan berarti sembarangan, sesuka hati, atau anarkhi,
sebaliknya bahwa berfikir bebas adalah berfikir secara terikat . akan tetapi ikatan itu berasal
dari dalam, dari kaidah-kaidah, dari disiplin fikiran itu sendiri. Dengan demikian pikiran dari
luar sangat bebas, namun dari dalam sangatlah terikat.

8. Berfikir atau pemikiran yang bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang pertama


adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Seorang filsuf seolah-olah mendapat panggilan untuk
membiarkan pikirannya menjelajahi kenyataan. Namun, fase berikutnya adalah bagaimana ia
merumuskan pikiran-pikirannya itu agar dapat dikomunikasikan pada orang lain serta
dipertanggungjawabkan.

C. METODE BERFIKIR FILSAFAT


1. AKSIOLOGI
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi
dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi
namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kamanusiaan itu sendiri, atau dengan
perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan
hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau
dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai
tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. “bukan lagi Goethe yang
menciptakan Faust.” Meminjamkan perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav jung,”
melainkan faust yang menciptakan Goethe.”
Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari alam
sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa
sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan?
Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan? Pertanyaa semacam ini jelas tidak
33
merupakan urgensi bagi ilmuan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan seangkatannya;
namun bagi ilmuan yang hidup dalam abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali
perang dunia dan hidup dalam bayangan kekhawatiran perang dunia ketiga, pertanyaan-
pertanyaan ini tak dapat di elakkan. Dan untuk menjawan pertanyaan ini maka ilmuan
berpaling kepada hakikat moral.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral
namun dalam perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya
tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi
matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka
timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang
berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya,
sedangkan di pihak lain, terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-
pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di
antaranya agama. Timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang
berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Galileo (1564-1642), oleh
pengadilan agama tersebut, dipaksa untuk mencabut pernyataanya bahwa bumi berputar
mengelilingi matahari.
Sejarah kemanusiaan di hiasi dengan semangat para martir yang rela mengorbankan
nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Peradaban telah
menyaksikan sokrates di paksa meminum racun dan John Huss dibakar. Dan sejarah tidak
berhenti di sini: kemanusiaan tak pernah urung di halangi untuk menemukan kebenaran.
Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dapat melakukan prostitusi
intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa manusia mencapai harkatnya
seperti sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang bersifat mendustakan
kebenaran. “segalanya punya moral,” kata Alice dalam petualangannya di negeri ajaib,
“asalkan kau mampu menemukannya.” (adakah yang lebih kemerlap dalam gelap; keberanian
yang esensial dalam avontur intelektual?)

2. EPISTEMOLOGI
Masalah epistemology bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan.
Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana
dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-
batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya
tidak dapat di ketahui. Memang sebenarnya, kita baru dapat menganggap mempunyai suatu
34
pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemology. Kita mungkin
terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan, atau mungkin sampai
kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan
bukannya kepastian, atau mungkin dapat menetapkan batas-batas antara bidang-bidang yang
memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak
memungkinkannya.
Manusia tidak lah memiliki pengetahuan yang sejati, maka dari itu kita dapat mengajukan
pertanyaan “bagaimanakah caranya kita memperoleh pengetahuan”?
Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
a. Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang
kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan
menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta
refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut.
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang secara pasif menerima hasil-
hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat
dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang
dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak
dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau
setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran
dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi saja.
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman.
Baran sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang alat inderawi kita
35
dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis
dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang
sesuatu seperti keadaanya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan di
dasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut
rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang
sesuatu serta pengalaman.
d. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suau sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.
Salah satu di antara unsut-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini
memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh
indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi
pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap
benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan
demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa
dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa
bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,
sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputi sebagian saja-yang diberikan oleh
analisa. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang
menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.
Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang
senyatanya.
3. ONTOLOGI
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat
pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan
ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam
36
rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
1. Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil
menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi
tentang kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya
penulis lebih jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di
ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para
ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi
menampilkan aspek materialisme dari mental.
2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik,
abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat
khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi
cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang
menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi
metaphisik.Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan
menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.Pembuktian a priori
disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada
kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.

Contoh : Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana (Tt-P)


Badan itu sesuatu yang lahiri (S-Tt)
Jadi, badan itu fana’ (S-P)
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan
hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Contoh : Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus (Tt-S)
Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P)
Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan (S-P)
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengahj menjadi sebab

37
dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di
hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan

D. 20 MANFAAT BELAJAR FILSAFAT BAGI KEHIDUPAN


Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yang terbagi dalam dua kata yakni dari kata ‘philo’ yang
artinya ‘cinta’, serta ‘sophos’ yang artinya hikmah atau ilmu. Apabila kedua kata ini
digabungkan, arti dari filsafat adalah cinta akan ilmu atau hikmah. Ada juga pendapat lain
yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata philosophia yang memiliki arti cinta pada
kebijaksanaan atau cinta akan kebenaran.
Seiring dengan perkembangan kehidupan dan perkembangan dari ilmu pengetahuan itu
sendiri, pengertian dari ilmu filsafat pun juga ikut berkembang. Ada yang berpendapat bahwa
filsafat adalah pekerjaan yang muncul dari pemikiran, ada yang mengartikan filsafat sebagai
konsep dasar guna mengenal kehidupan sebagaimana yang dicita-citakan, dan sebagainya.
Manfaat Belajar Filsafat
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang bisa dipetik,
beberapa diantaranya adalah:
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi – Ilmu ini
akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari
permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih
dalam dan lebih luas. Dengan kata lain,
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia – Manfaat
belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang
– Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu
mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran – Penalaran ini akan
membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala
sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka – Kita akan semakin tahu betapa
besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.

38
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang
koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.
sponsored links
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional – Membangun cara
berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis,
metodis, kritis, analitis, dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal – Membuat kita berpikir
hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan – Persoalan
baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak
dangkal, namun kaya akan warna.
10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi
kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.
11. filsafat membantu menjadi diri sendiri – Lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan
radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan
pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita
pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas – Manfaat belajar filsafat akan mendobrak
pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran
manusia.
14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan – Terutama berbagai persoalan
ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis – Dalam hal ini, berasal dari berbagai
macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.
16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu – Filsafat
memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga
kita dapat menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika.
17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran – Memberikan pandangan serta
pengertian mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman – Berguna sebagai sumber inspirasi bagi
kehidupan.

39
19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral – Pembelajaran moral dan etika
ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan.
20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi – Menjaga keharmonisan hidup di tengah
perbedaan pandangan atau pluralitas.

40
PENGANTAR NASIONALISME INDONESIA

Nasionalisme, merupakan sebuah prodak ideologi pendobrak yang muncul di awal


abad ke 18 sebagai suatu solusi ideologi pemersatu dalam pergerakan untuk merebut
kemerdekaan bangsa-bangsa yang dijajah oleh negara-negara yang memainkan peran politik
imprealisme dan kolonialisme barat. Sebagai bentuk dari pada awal mulanya bangsa
indonesia, para father dan mather pendiri bangsa dalam hal ini bung karno dan kawan-kawan
mengadopsi paham nasionalisme untuk dijadikan alat perjuangan yang terinspirasi dari pada
pendapat Ernes renan dan pada saat formulasi dasar negara bangsa indonesia dalam sidang-
sidang BPUPKI kemudian bermufakat bahwa indonesia menjadi negara nasionalisme sebagai
sebuah landasan politik dalam kehidupan bernegara demi menjaga berbedaan dari sabang
sampai meroke. Nasionalisme indonesia merupakan sebuah paham kebangsaan yang tak
bersifat dokmatis dan tak pula bersifat separatis.
Nasionalisme indonesia bukan lah nasionalisme barat melainkan nasionalisme
indonesia adalah nasionalisme of humanity sebagai mana yang dikatakan bung karno bahwa
kemanusiaan adalah satu. Untuk merangkul semuah perbedaan dan mewujutkan kembali titah
gaja mada dan perjuangan para father mather bangsa ini, suda saatnya kita mengakuai bahwa
kita memiliki darah yang sama yakni darah merah putih.
Dalam tantangan global yang mencekam ini, kita di tuntut lebih meningkatkan
pemahaman kebangsaan kita sebagai negara bangsa yang pernah dijajah oleh bangsa eropa.
Terlepas dari narasi pengantar diatas, saya akan menjabarkan nasioanlisme berdasarkan
pembagian pada beberapa sub bagian. Yakni:
 Pengertian Nasionalisme
 Sejarah Nasionalisme Dunia
 Teori dan Tokoh Nasionalisme
 Nasionalisme Indonesia
Pada empat tahapan ini akan dijabarkan aitem/aitem untuk lebih membuat peserta Pekan
Penerimaan Anggota Baru (PPAB) lebih mengerti untuk menjadikannya sebagai bahan dasar
untuk menjadi seorang anggota GMNI Ternate yang lebih kritis dalam mengawal kesatuan
dan keutuhan Bangsa Indonesia yang semakin disobek tenun kebangsaan kita.
A. Pengertian Nasionalisme
Secara etimologi asal kata Nasionalisme berasal dari kata latin natio yang berarti
kelahiran, dan suku. dalam perkembanganya kemudian dikembangkan menjadi nation

41
(bahasa Inggris,Jerman, dan Belanda) yang artinya adalah bangsa. Dalam pengertian
antropologis dan sosiologis, Bangsa adalah suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri
dan masing-masing anggota persekutuan hidup merasa satu kesatuan ras, bahasa,
agama, sejarah dan adat-istiadat. Sedangkan dalam pengertian politik adalah masyarakat
dalam suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam.
Untuk membentuk sebuah bangsa,orang-orangnya merasa diri untuk bersatu dan harus
mauh bersatu. Keinginan untuk bersatu itu bisa disebabkan oleh persamaan latar belakang
sejarah, kebudayan, tradisi, dan kepentingan. misalkan bangsa indonesia yang tauh benar
bahwa dimasa kejayaanya dibawah pimpinan kerajaan sriwijaya, majapahit dan mataram dan
merasakan penjajahan.
Nasonalisme sebetulnya produk lain dari revolusi prancis. Istilah nasionalisme
sebetulnya sudah ada sejak jaman kuno. Saat terjadi revolusi prancis, beberapa tokoh
kemudian menggabungkan pengertian nasionalisme yang lebih tua ini dengan sebuah gagasan
tentang bangsa. Sejak saat itulah berkembang gagasan tentang bangsa dan nasionalisme.
Akan tetapi gagasan nasionalisme cenderung tidak realistis bahwa ketika kita berbicara
bangsa, bukan saja meliputih faktor budaya dll.. yang dimiliki namun tempat atau wilayah
juga sebagai tempat perkumpulan dan menetap yang kemudian disebut tanah air adalah hal
mutlak yang harus diwujutkan sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa israeli (israel).
Dalam konteks bangsa indonesia, beberapa bangsa yang mendiami pulau-pulau
mengikatkan diri pada sebuah bangsa besar bernama indonesia. Kesadaran untuk menjadi
satu negara bangsa (nation) inilah yang melatarblakangi munculnya nasionalisme. Jadi
Nasionalisme adalah suatu paham kesadaran untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa
karena adanya kebersamaan kepentingan, rasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi
masa lalu dan masa kini serta kesamaan pandangan, harapan dan tujuan dalam
merumuskan cita-cita masa depan bangsa. Untuk mewujudkan kesadaran tersebut
dibutuhkan semangat patriot dan perikemanusiaan yang tinggi, serta demokratisasi dan
kebebasan berfikir sehingga akan mampu menumbuhkan semangat persatuan dalam
masyarakat pluralis.
Ketika negara-negara eropa dengan paham politik imprealisme telah melakukan kolonialisme
kemudian mengakibatkan Penderitaan yang dasyat membuat bangsa-bangsa dan sala satunya
bangsa indonesia bersatu dan berpegang pada sebuah ideologi pendobrak yakni nasionalisme
dan gagasan persatuan nasional pun mulai tersebar luas hingga menyebar ke seluruh negar
bangsa yang di jajah pada saat itu.
42
B. Sejarah Nasionalisme Dunia
Sebelum abad ke 17 belum ada terbentuk satu negara nasionalisme pun di eropa,
namun kebanyakan teori menyebut nasionalisme lahir di eropa. Yang ada di masa itu hanya
kekuasaan kekaisaran eropa semata. Misalkan kekaisaran romawi kuno atau kekaisaran
jerman yang di pimpin oleh Karolus Agung. Kekuasaan yang bergandengan dengan gereja
katolik sehingga masrakat menerima dan mentaati penguasa sebagai titisan tuhan didunia.
Perkembangan dari pada itu, diawal abad ke 17 terjadi perang besar-besaran selama 30 tahun
antara suku suku bangsa di eropa, misalkan spanyol Vs belanda, Swiss Vs jerman, dan
Prancis Vs Belanda. Perang tersebut merupakan sebagai awal mula atau bentuk dari pada
sebuah kesadaran akan suatu wilayah sebagai milik suku/etnik tertentu.
Perang yang berlangsunng selama 30 tahun tersebut di akhiri dengan sebuah
perjanjian di kota Westphelia disebelah barat daya jerman. pada tahun 1648 disepakati dalam
perjanjian Wesphalia yang mengatur pembagian teritorial dan daerah-daerah yang
dipertahankan sampai sekarang.
Meskipun begitu, negara bangsa (nation state) baru lahir pada abad ke 18 dan ke 19.
Negara berasaskan nasionalisme adalah negara yang lahir atas dasar dan semangat
nasionalisme separatis. Akan tetapi sebagaimana yang saya jabarkan pada penjelasan
terdahulu di atas bahwa ketika belum terbentuk suatu negara nasionalis ternyata nasionalisme
pertama yang muncul di eropa merupakan nasionalisme romantic yang didorong dan
dipercepat oleh revolusi perancis dan penaklukan daerah-daerah sebelum era Napolium
Bonaparte.
Dan ada juga Beberapa gerakan nasionalis sebagai gerkan separatis, ketika kesadaran
untuk melepaskan diri semakin menjadi alasan kesejatraan dan kemakmuran dan cinta pada
tanah air dari rakyat. Misalkan, setelah kekuasan Napolium Bonaparte yang di juluki sebagai
singa dataran eropa di runtuhkan, dan diadakan sebuah kongres yang di kenal dengan kongres
Wina pada tahun 1814-1815 yang memutuskan belgia menjadi milik belanda. Setelah 15
tahun silam, Belgia kemudian menjadi negara nasionalismerdeka.selain dari pada kongres
Wina ada juga revolusi yunani ditahun 1821-1829 yang ingin melepaskan diri dari kekuasan
Ottoman Turki. Lain halnya dengan indonesia, wilyah kerajaaan Sriwijaya di abad ke 09 dan
Majapahit pada abad ke 14 juga mengalami kehancuran dan melahirkan beberapa kerajaan
baru dan terjadi peperangan untuk penguasan perluasan tanah/wilayah sehingga terbentuklah
kerajaan baru.

43
C. Teori dan Tokoh Nasionalisme
 Ernest Renan
Unsur utama dalam nasionalisme adalah le desir de’etre ensemble (kemauan untuk bersatu).
Kemauan bersama ini disebut nasionalisme yaitu suatu paham yang memberi ilham kepada
sebagian besar penduduk bahwa nation state adalah cita-cita dan merupakan bentuk
organisasi politik yang sah, sedangkan bangsa merupakan sumber semua tenaga kebudayaan
dan kesejahteraan ekonomi.
 Otto Bauer
Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul dari adanya national
consiousnis atau kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri.
 Dr. Hertz
Ada empat unsur nasionalisme, yaitu hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai
kemerdekaan, hasrat untuk mencapai keaslian, hasrat untuk kehormatan bangsa.

 Hans Kohn
Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1984). Nasionalisme adalah
salah satu kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern. Paham ini berasal dari Eropa
Barat pada abad ke-18. Selama abad ke-19 ia telah tersebar di seluruh Eropa dan dalam abad
ke-20,ia telah menjadi suatu pergerakan dunia.
 Mahatma Ghandi
India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India
National Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dsb.
Akan tetapi tokoh pergerakan yang paling tersohor dan salah satu tokoh nasioanalisme yang
paling terpopuler adalah nasionalisme adalah Mahatma Gandhi yang memiliki konsepsi dasar
perjuangan :
1. Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti peperangan.
2. Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka
masuk kantor atau pabrik.
3. Satyagraha, merupakan gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Inggris.
4. Swadesi, merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri
sendiri. (Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore).

 Dr. Sun Yat SEn

44
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala
sektor kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar
gerakan San Min Chu I: 1. Republik Cina adalah suatu negara nasional Cina 2. Pemerintah
Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat) 3. Pemerintah Cina
mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya. Apa yang dilakukan oleh Dr. Sun Yat
Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat Indonesia. Terlebih lagi setelah
terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911).

 Mustafa Kemal Pasha


Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala
sektor kehidupan masyarakatnya. Ia ingin agar dapat menumbangkan Khilafah (Negeri
Islam)dengan faham racun (nasionalisme dan sekulerisme). Mustafa Kemal merupakan agen
Inggris (Negeri Penjajah). Gerakan Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya
pergerakan nasional di Indonesia.

 Arabi Pasha
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan
bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang
dikemukakan oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi
keagamaan di Indonesia seperti Muhammaddiyah.Intinya dengan gerakan kebangsaan dari
berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain termasuk Indonesia untuk melakukan
hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di negaranya.

 Bung Karno
Nasionalisme itu yalah suatu iktikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu golongan,
satu "bangsa"! lanjut bung karno nasionalisme bukan saling mengecualikan akan tetapi saling
bersahabat karna kemanusiaan adalah satu.

D. Nasionalisme Indonesia
Indonesia telah dijajah oleh bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional
sebagai sebuah bangsa baru muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari
sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui
pendidikanlah muncul kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor penggerak

45
nasionalisme Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia di dalam
membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat memasuki babak baru.
Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan nasional. Perjuangan tidak lagi
dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi dengan menggunakan organisasi modern.
Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para
bangsawan terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi
juga karena hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir pemerintah
kolonial. Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki organisasi yang rapi
dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional sebagaimana perlawanan rakyat
sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi modern bagi perjuangan kebangsaan.
Nasionalisme Indonesia muncul sebagai reaksi dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang
ditimbulkan oleh adanya kolonialisme. Oleh karena itu, gerakan nasionalisme pada awal abad
XX tidak bisa dipisahkan dari praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan hubungan
sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal nasionalisme berkembang pada tingkat elite yaitu
kelompok bangsawan terpelajar.
Merekalah yang mula-mula memiliki kesadaran adanya diskriminasi kehidupan
bangsa dan berusaha mencarikan jawabannya. Bentuk gerakannya memiliki corak yang
beragam mulai dari yang bersifat etnis, kultural, hingga nasional. Itulah latar belakang
munculnya nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak mengadopsi nilai dan pengertian dari
luar, tetapi nasionalisme Indonesia tetap memiliki spesifikasi tersendiri.
Akibat dari impirialisme benar-benar dahsyat. Orang-orang lelaki direnggut dari
rumahnya dan dipaksa menjadi budak di pulau-pula, yang kekurangan tenaga manusia. Kaum
perempuan dipaksa bekerja dikebun nila dan mereka harus terus bekerja keras, sekalipun
mereka melahirkan selagi penanaman berlangsung.
Tempe adalah sejenis makanan yang lunak dan murah terbuat dari kacang kedele yang
diberi ragi. Negeri tempe berarti negeri yang lemah. Seperti itulah kami jadinya. Kami terus-
menerus dikatakan sebagai bangsa yang memiliki otak seperti kapas. Kami menjadi
pengecut-takut duduk, juga takut berdiri, karena apapun yang kami lakukan selalu salah.
Kami menjadi orang yang lembek seperti agar-agar dengan nyali yang kecil. Kami lemah
seperti katak dan lembut seperti kapuk. Kami menjadi satu bangsa yang hanya dapat bicara
pelan “Ya, Tuhan.”
Pada abad ke 20, ketikaa isolasi tidak ada lagi, seluruh asia bangkit, termasuk juga
bangsa indonesia yang lemah dan pemalu itu, pada bulan mei 1908 sejumlah pemimpin di
jawa membentuk organisasi nasional yang pertama dengan nama “budi utomo”. Pada tahun
46
1912 muncul sarekat islam yang anggotanya pernah mencapai hampir dua juta orang di
bawah pimpinan teman bapakku HOS Cokroaminoto.
Penderitaan membuat bangsa indonesia bersatu dan gagasan persatuan nasional mulai
menyebar. Tempat lahir dari gerakan itu memang dari jakarta, tetapi sang bayi memulai
langkahnya dari surabaya.
Pada 1916 Surabaya merupakan kota pelabuhan yang sibuk dan sangat ramai, kota itu
memiliki pelabuhan yang dijadikan pusat perdagangan yang hidup. Sebagai daerah industri
penting dengan transaksi yang cepat dari gula, teh, tembakau, kopi, surabaya penuh dengan
persaingan dagang sengit dari orang-orang tionghoa yang cerdas. Sementara para pelaut dan
saudagar yang banyak masuk membawa berita-berita dari segala penjuru dunia. Penduduknya
terus bertambah dengan para buruh dok dan pekerja reparasi kapal yang berusia mudah dan
penuh semangat. Ada persaingan, boikot, perkelahiandi jalan. Kota ini bergolak oleh rasa
tidak puas dan semangat revolusioner. kedalam suasana demikian ini seorang “anak mama”
berumur 15 tanun datang dengan menjinjing sebuah tas kecil.

1. Nasionalisme ke-Kebangsaan
Didalam tahun 1882 Ernest Renan telah membuka pendapatnya tentang faham
"bangsa" itu. "Bangsa" itu menurut pujangga ini ada suatu nyawa, suatu azas-akal, yang
terjadi dari dua hal: pertama-tama rakyat itu d u l u n y a harus bersama-sama menjalani satu
riwayat; kedua, rakyat itu sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi
satu.
Bukannya jenis (ras), bukannya bahasa, bukannya agama, bukannya persamaan butuh,
bukannya pula batas-batas negeri yang menjadikan "bangsa" itu. Dari tempo-tempo
belakangan, maka selainnya penulis-penulis lain, sebagai Karl Kautsky dan Karl Radek,
teristimewa Otto Bauer lah yang mempelajari soal "bangsa" itu. "Bangsa itu adalah suatu
persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal-ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu",
begitulah katanya. Nasionalisme itu yalah suatu iktikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa
rakyat itu ada satu golongan, satu "bangsa"! (Penyambung Suara Rakyat, Bung Karno)
Bagaimana juga bunyinya keterangan-keterangan yang telah diajarkan oleh pendekar-
pendekar ilmu yang kita sebutkan di atas tahadi, maka tetaplah, bahwa rasa nasionalistis itu
menimbulkan suatu rasa percaya akan diri sendiri, rasa yang mana adalah perlu sekali untuk
mempertahankan diri di dalam perjoangan menempuh keadaan-keadaan, yang mau
mengalahkan kita.

47
Rasa percaya akan diri sendiri inilah yang memberi keteguhan hati pada kaum Boedi
Oetomo dalam usahanya mencari Jawa-Besar; rasa percaya akan diri sendiri inilah yang
menimbulkan ketetapan hati pada kaum revolusioner-nasionalis dalam perjoangannya
mencari Hindia Besar atau Indonesia-Merdeka adanya.
Apakah rasa nasionalisme, - yang, oleh kepercayaan akan diri sendiri itu, begitu
gampang menjadi kesombongan-bangsa, dan begitu gampang mendapat tingkatnya yang
kedua, yalah kesombongan-ras, walaupun faham ras (jenis) ada setinggi langit bedanya
dengan faham bangsa, oleh karena ras itu ada suatu faham biologis, sedang nationaliteit itu
suatu faham sosiologis (ilmu pergaulan hidup), - apakah nasionalisme itu dalam perjoangan-
jajahan bisa bergandengan dengan Islamisme yang dalam hakekatnya tiada bangsa, dan
dalam lahirnya dipeluk oleh bermacam-macam bangsa dan bermacam-macam ras;- apakah
Nasionalisme itu dalam politik kolonial bisa rapat-diri dengan Marxisme yang internasional,
inter-rasial itu?
Dengan ketetapan hati kita menjawab: bisa! Sebab, walaupun Nasionalisme itu dalam
hakekatnya mengecualikan segala fihak yang tak ikut mempunyai "keinginan hidup menjadi
satu" dengan rakyat itu; walaupun Nasionalisme itu sesungguhnya mengecilkan segala
golongan yang tak merasa "satu golongan, satu bangsa" dengan rakyat itu; walaupun
Kebangsaan itu dalam azasnya menolak segala perangai yang terjadinya tidak "dari persatuan
hal-ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu", - maka tak boleh kita lupa, bahwa manusia--
manusia yang menjadikan pergerakan Islamisme dan pergerakan Marxisme di Indonesia-kita
ini, dengan manusia-manusia yang menjalankan pergerakan Nasionalisme itu semuanya
mempunyai "keinginan hidup menjadi satu"; - bahwa mereka dengan kaum Nasionalis itu
merasa "satu golongan, satu bangsa"; - bahwa segala fihak dari pergerakan kita ini, baik
Nasionalis maupun Islamis, maupun pula Marxis, beratus-ratus tahun lamanya ada "persatuan
hal-ikhwal", beratus-ratus tahun lamanya sama-sama bernasib tak merdeka!
Kita tak boleh lalai, bahwa teristimewa "persatuan hal-ikhwal", persatuan nasib, inilah
yang menimbulkan rasa "segolongan" itu. Betul rasa-golongan ini masih membuka
kesempatan untuk perselisihan satu sama lain; betul sampai kini, belum pernah ada
persahabatan yang kokoh di antara fihak-fihak pergerakan di Indonesia-kita ini, - akan tetapi
b u k a n l a h pula maksud tulisan ini membuktikan, bahwa perselisihan itu tidak bisa terjadi.
Jikalau kita sekarang mau berselisih, amboi, tak sukarlah mendatangkan perselisihan itu
sekarang pula!
Hendaklah kaum Nasionalis yang mengecualikan dan mengecilkan segala pergerakan yang
tak terbatas pada Nasionalisme, mengambil teladan akan sabda Karamchand Gandhi: "Buat saya,
48
maka cinta saya pada tanah-air itu, masuklah dalam cinta pada segala manusia. Saya ini
seorang patriot, oleh karena saya manusia dan bercara manusia. Saya tidak mengecualikan siapa
juga." Inilah rahasianya, yang Gandhi cukup kekuatan mempersatukan fihak Islam dengan fihak
Hindu, fihak Parsi, fihak Jain, dan fihak Sikh yang jumlahnya lebih dari tigaratus juta itu, lebih
dari enam kali jumlah putera Indonesia, hampir seperlima dari jumlah manusia yang ada di
muka bumi ini!
2. Faktor Pendorong Nasionalisme Di Indonesia
Bangsa adalah sekelompok manusia yang mendiami wilaya, yang hasrat bersatu
dengan hasrat senasib dan cita-cita. Menurut Hanis Kohn adalah suatu paham yang
menampatkan kesetiaan individu yang tinggi kepada Negara bangsa.
 Nasionalisme di dorong oleh sejarah internal dan eksternal
Eksternal
a. Kemenangan jepang terhadap Rusia (1904-1905) mengugah kesadaran bangsa Asia.
b. Kebangkitan Nasionalisme Asia-Afrika.
c. Masyarakat paham baru/lahirnya idiologi baru.
Internal
a. Kejayaan bangsa indonesia sebelum kedatangan bangsa barat di bawa kerajaan Sriwijaya,
Mataram dan Majapahit.
b. Penderitaan rakyat akibat politik Drainaga (pengerukaan kekayaan)
c. Adanya Diskriminasi rasial.
d. Munculnya golongan terpelajar pada awal abad ke-20 ketika di terapkan politik etis oleh
kolonial.
Penerapan politik inilah peluang bagi bangsa indonesia secara strategi, sehingga
kemudian dimanfaatkan oleh para pendiri bangsa indonesia untuk mengenyam pendidikan
yang selama ini telah dieksploitasi oleh Belanda. Ketika suda banyak pribumi yang
mengenyam pendidikan lanjut kemudian mulai lah merumuskan format perlawanan yang
baru, sala satunya adalah pembentukan organisasi-organisasi kepemudaan.
 Organisasi gerakan moderen
1. Serikat dagang islam oleh Ky. Saman Hudi, 1905.
2. Bodi Otomo yang di pelopori oleh Mas NgabahiWahidin dan Soedirman doktor dan Priyayi
tahun 1906-1907 melakukan kampanye di jawa. Akhir 1907 Wahidin bartom soetomo pelajar
stovia belanda berhasil mendorong berdirinya Boedi oetomo pada Rabu tanggal 20 Mei 1908
di Batavia.

49
3. Indische partij (bandung 1912 Desember tanggal 25)
4. Perhimpunan indonesia berdiri pada tahun 1908 yang namanya Indische Vereninging.
Namun tahun 1922 berubah menjadi indonesische Vereninging yang berarti perhimpunana
indonesia.
5. Kesadaran atas segala penindasan kemudian melahirkan pembentukan stady clap sebagai
cikal bakal pembentukan Partai Nasioanalisme Indonesia ( PNI) yang didirikan oleh bung
Karno pada tahun 1927 dan bung karno pula sebagai ketuanya.
 Upaya menggalang persatuan
1. Pembentukan permufakatan Perhimpunan Politik Kebngsaan Indonesia (PPPKI) yang terdiri
dari Muhammadiah, Jong Islamiche, sarekat ambon, madura.
2. gerakan pemuda kedaerahan pertama di indonesia adalah Trikoro Darmo berdiri tanggal 7
Maret 1915 oleh pemuda-pemuda jawa dengan tokoh satiman, kadarman, sumardi,
jaksodipuro.
3. Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia pada tahun 1926.
 Kongres pemuda indonesia
Perhimpunan Indonesia dan perhimpunan pelajar –pelajar indonesia yang inggin
bersatu terwujut tanggal 30 April- 2 Mei 1926 di jakarta, sehingga terselenggaranya kongres
pemuda pertama. Namun penggalangan persatuan demi menciptakan sebuah kekuasaan
rakyat mengalami kegagalan akibat nasioanalisme etnik sebagai dasar perjuangan. Menjelang
dua tahun kemudian konsolidasi Kongres ke-02 pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan fusi
seluruh organisasi yang di awali pembentukan panetia pada Juni 1928 yang di: Ketuai oleh
Sugondo dari PPPI, Wakil oleh Joko Marsaid Jong jawa, Sekertaris oleh M.Yamin Jong
sumatra, dan Bendahara oleh Amin Syarifudin. Terselenggaranya kongres ke 2 ini lah yang
menjadi cikal bakal kemerdekaan karna pada kongres ke 2 ini sumpah pemudah
terkomendankan dan di bumikan ditanah pertiwi yang dijajah oleh negara-negara
imprealisme eropa.
Sejak perumusanidentitas nasionalisme indonesia itulah, pergerakan nasionalisme
indonesia semakin terarah. Identitas indonesia kemudian menjadi dasar perjuangan dan
indonesia merdeka menjadi sasaran perjuangan bersama. Nasionalisme indonesia pulalah
yang menjadi landasan pembentukaan dasar negara bangsa indonesia.
Itulah jalan panjang perkembangan ideologi nasionalisme. Nasionalisme bermula dari
keinginan untuk mengikat masrakat atau bangsa sebagai satu kesatuan politik dalam
menghadapi kolonialisme. Selanjutnya, nasionalisme berkembang menjadi landasan untuk

50
membentuk sebuah negara bangsa atau nationstaate. Kini kolonialisme dihadapkan pada
pengaruh globalisasi dunia yang mengaburkan batas-batas kedaulatan sebuah negara dan
bertahan melawan ideologi kapitalisme yang merupakan produk global.

51
PENGANTAR MARHAENISME

Pendahuluan

Banyak orang belajar/mempelajari Marhaenisme, yakni ajaran Bung Karno. Namun


tidak menemukan apa sebenarnya inti dan kehendak dari ajaran tersebut. Mereka tidak atau
belum menemukan "benang merahnya". Dengan demikian maka sepertinya mereka sekedar
mempelajari secara lahir tentang perjuangan dan keberhasilan Bung Karno di masa yang
silam, karena mereka cuma mewarisi abunya sejarah bukan apinya sejarah.

Apabila setiap pengikut ajaran Bung Karno hanyalah demikian adanya, hanya sekedar
pewaris-pewaris abu sejarah belaka, alangkah sayangnya ajaran yang brilliant itu kemudian
menjadi kenang-kenangan (sekalipun kenang-kenangan yang indah). Marhaenisme kemudian
menjadi "out of date". Adalah menjadi tanggungjawab kita bersama untuk kembali
menghidupkan jiwa ajaran tersebut, kembali menemukan arti kebaikan bagi rakyat. Dengan
demikian Marhaenisme akan menampakkan jiwanya sebagai ajaran yang dinamis dan selalu
up to date.

Untuk itulah maka mempelajari Marhaenisme tidaklah cukup hanya mempelajari pengertian-
pengertiannya yang verbal, akan tetapi kita mencoba untuk menukik lebih dalam mencoba
mengkaji makna hakikinya. Dengan demikian maka di samping kita mengerti apa
Marhaenisme (secara verbal), kita coba menelaah mengapa dan juga untuk apa Marhaenisme
yang meliputi mengapa lahir Marhaenisme dan mengapa kita pilih sekarang serta untuk apa
sebenarnya kita memiliki Marhaenisme itu.

Pengertian Dasar Marhaenisme

Marhaenisme – Marhaen – Marhaenis

Marhaenisme, adalah ajaran Bung Karno. Pengertianya adalah meliputi asa (teori politik) dan
asas perjuangan

Sebagai asa atau teori politik, ia adalah teori yang menghendaki susunan masyarakat dan
negara yang didalam segala halnya menghendaki keselamatan kaum Marhaen*. Sebagai teori
politik meliputi pengertian :

1) Sosio-nasionalisme

52
2) Sosio Demokrasi,

3) Ketuhanan Yang Maha Esa

Sosio Nasionalisme; adalah nasionalisme masyarakat, nasionalisme yang mencari selamatnya


seluruh masyarakat dan yang bertindak menurut wet-wet nya masyarakat itu.

Sosio Demokrasi; adalah merupakan konsekuensi daripada Sosio Nasionalisme. Sosio


demokrasi adalah pula demokrasi yang berdiri dengan kedua kakinya didalam masyarakat.
Sosio Demokrasi tidak untuk kepentingan sekelompok kecil masyarakat akan tetapi adalah
untuk kepentingan seluruh masyarakat

Marhaen; adalah diambil dari nama seorang petani yang ditemui oleh Bung Karno di daerah
Priangan. Marhaen digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan kelompok
masyarakat/bangsa Indonesia yang menderita/sengsara. Ia sengsara/menderita bukan karena
kemalasannya atau kebodohannya, akan tetapi ia sengsara/menderita karena disengsarakan
oleh sesuatu sistem/stelsel kapitalisme-kolonialisme.

Marhaen meliputi unsur-unsur tani, buruh-tani, pedagang kecil yang melarat, dan semua
kaum melarat lainnya yang dimelaratkan oleh sistem/stelsel kapitalisme-kolonialisme dan
feodalisme.

Marhaenis, adalah penganut ajaran Marhaenisme yang berjuang menurut petunjuk ajaran-
ajaran Marhaenisme, berjuang dengan bersama-sama/mengorganisir berjuta-juta kaum
marhaen yang tersebar di seluruh tanah air.

Marhaenisme sebagai asas/teori politik sebenarnya merupakan kesimpulan, sekaligus


sebagai teori perjuangan.

Artinya : pada saat itu Bung Karno menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia (Marhaen)
menderita karena suatu sistem/stelsel. Sebetulnya ia penuh potensi dan bukan kaum yang
malas.

Dengan demikian maka Marhaenisme mengandung teori perjuangan. Masalahnya


mengapa sampai tiba kesimpulan yang demikian itu? Disinilah makna daripada
Marhaenisme. Dengan visi Marhaenisme (yang berpihak kepada rakyat), kita dapat

53
menganalisa masyarakat dan hasilnya adalah kita mengetahui kesengsaraan rakyat yang
disebabkan oleh suatu sistem/stelsel. Dan dengan itu pula kita dapat menentukan cara
berjuangnya.

Marhaenisme adalah kesimpulan dari penelaahan terhadap kondisi masyarakat


Indonesia.

Kita ketahui bahwasanya masyarakat itu berkembang, seperti yang dijelaskan dalam
metode berpikir marhenisme tentang "THESA-ANTITHESA-SYNTESA". Demikianlah
masyarakat berkembang terus dari suatu thesa (keadaan) kepada thesa (keadaan) berikutnya,
sampai pada thesa yang terakhir. Gerak ini kita kenal sebagai "DIALEKTIKA". Dengan
dialektika, selanjutnya kita dapat melihat dua elemen dalam masyarakat yang selalu
berhadapan, yakni :

- element establishment, dan


- elemen perubahan

Elemen establishment adalah elemen yang menguasai thesa dan menjalankan suatu
stelsel/sistem sebagai kelangsungan thesa (keadaan) tersebut. Elemen perubahan adalah
elemen yang berada pada struktur antithesa. Apabila thesa pertama telah gugur karena
munculnya antithesa, maka keadaan baru atau sinthesa akan dikuasai oleh elemen perubahan
tersebut. Selanjutnya pada saat itu elemen perubahan menjadi elemen establishment.
Demikianlah proses semacam ini berjalan terus sampai tercipta thesa terakhir yakni satu
bentuk stelsel /sistem kemasyarakatan yang terakhir dan sempurna (dalam ajaran
Marhaenisme, bentuk tersebut adalah Sosialisme Indoneisa).

Dari teori di atas dapat dianalisa keadaan masyarakat Indonesia. Ketika kolonialisme Belanda
menguasai maka posisinya adalah sebagai establishment. Ia menguasai suatu thesa/keadaan
(penjajahan) dan menjadi suatu stelsel/ sistem kapitalisme-kolonialisme.

Pada saat yang bersamaan , disitu telah terdapat pula elemen perubahan,- yakni masyarakat
Indonesia yang tidak puas dengan keadaan. Semula kekuatan perubahan ini bersifat latent,
setelah kekuatan ini berhasil diungkapkan - maka menjadi kekuatan riil untuk merubah
keadaan. Cara pengungkapan kekuatan latent menjadi kekuatan riil itulah yang kemudian

54
dirumuskan sebagai asa/teori perjuangan. Didalam buku MENCAPAI INDONESIA
MERDEKA teori atau asas perjuangan disebutkan antara lain melipuit :

self-help, self-relience,

non kooperatif,

machtvrming,

massa aksi,

revolusioner.

Setelah terjadi perubahan (kemerdekaan Indonesia) dan elemen perubahan berubah


menjadi elemen establishment dan telah menguasai keadaan maka dibutuhkan teori-teori atau
asas untuk menyusun sistem/stelsel kemasyarakatan. Dari hasil telaah yang mendalam
ditemukan teori politik yang merupakan jawaban (antithesa) dari keadaan (thesa) yang ada.

Secara singkat digambarkan sebagai berikut:

Elemen Kondisi Bangsa Indonesia Elemen Perubahan


Establismen

- Kegotong-royongan -

- Theistis -

- Dsb. KetuhananYang Maha Esa

Devide et impera Terpecah belah Kebangsaan /Persatuan


Indonesia
Dehumanisme Tertindas
Humanisme/Kemanusiaan
Penjajahan Tidak ada kedaulatan politik
Demokrasi/ Kerakyatan
Penghisapan Ketidakadilan
Keadilan sosial

55
Catatan: Dalam kenyatan masyarakat masing-masing kondisi tersebut tidak dapat selalu
dipisahkan, akan tetapi saling berkaitan.

Dengan demikian maka nampaklah bahwa baik sebagai teori politik/asas maupun sebagai
teori perjuangan, adalah merupakan jawaban terhadap keadaan.

Mengapa memilih Marhaenisme

Persoalan berikutnya adalah mengapa sampai terjadi kesimpulan tersebut ? dengan kata lain;
mengapa mesti lahir Marhaenisme, demikian pula mengapa pula kita memilihnya?

Pada proses dialektika seperti disebutkan di depan, maka rakyat berada pada elemen
perubahan karena ia (rakyat) jelas merupakan bagian masyarakat yang menderita akibat satu
sistem/stelsel yang dipertahankan oleh elemen establishment. Proses perubahan tersebut
adalah sudah menjadi keharusan sejarah dan merupakan hukum alam, dan mesti terjadi.
Karena setiap Marhaenis menghendaki perbaikan nasib rakyat, maka ia pasti berpihak kepada
rakyat, berpihak kepada perubahan, karena perubahan yang terjadi adalah satu proses yang
menuju kepada perbaikan nasib rakyat. Ketika Bung Karno dengan pisau analisanya mencoba
meneelaah keadaan yang terjadi atas bangsanya dan dilihatnya elemen establishment
(kolonialisme Belanda) dan elemen perubahan (Marhaen yang menderita) maka tercetuslah
ajaran ajarannya yang menghendaki perubahan dengan jalan "merdeka sekarang juga".
Dengan kemerdekaan nasional (sebagai jembatan emas) akan diperbaikilah nasib Marhaen
yang menderita.

Maka boleh disimpulkan; karena adanya kolonialisme Belanda dan karena adanya
Marhaen yang menderita dan atas kemampuan Bung Karno, lahirlah "MARHAENISME"
sebagai teori politik dan teori perjuangan yang menghendaki perubahan-perubahan menuju
perbaikan nasib Marhaen

Persoalan berikutnya adalah merupakan hal yang penting bagi kita. Mengapa kita memilih
Marhaenisme sebagai anutan? Menjawab pertanyaan tersebut maka terlebih dahulu kita
menjawab permasalahan berikut, yakni

Apakah proses perubahan/dialektika itu masih akan terjadi ?

56
Berada pada pihak manakah kita dalam pertentangan dua elemen yang ada (establishment dan
perubahan) tersebut ?

Di dalam metode berpikir Marhaenisme telah jelas diterangkan tentang pola perubahan dalam
masyarakat, secara sedarhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Thesa Antithesa Synthesa/Thesa Antithesa Syntesa/Thesa


Baru Baru

Feodalisme perubahan Kapitalisme perubahan Sosialisme

I II III

Melihat proses tersebut kita dihadapkan pada pilihan untuk menilai dimanakah fase
perkembangan masyarakat yang ada. Apabila kesimpulan kita bahwa masyarakat sosialisme
Indonesia (III) belum tercapai maka berarti proses perubahan masih akan terjadi. Dalam hal
ini setiap Marhaenis berpihak pada elemen perubahan yang menuju kepada perbaikan nasib
kaum Marhaen/rakyat.

Untuk Apa Marhaenisme ?

Setelah kita tahu apa dan mengapa marhaenisme, maka masalahnya adalah penarikan
relevansinya pada saat ini. Dengan kata lain, untuk apakah marhaenisme ?

Jawabannya adalah sangat sederhana "UNTUK BERJUANG". Namun demikian sekalipun


ungkapan diatas adalah sangat sederhana, akan tetapi menerangkan masalah ini sebenarnya
memerlukan uraian yang sangat panjang.

Konotasi "BERJUANG" adalah berarti memperjuangkan nasib rakyat. Lalu kita mencoba
mengkaji dan menelaah masalah kekinian untuk kemudian mengambil sikap. Pertama, kita
lihat bagaimana, dan bagaimana kesimpulannya. Kalau kesimpulan kita adalah
"PENDERITAAN", maka masalah berikutnya adalah: mengapa mereka menderita?, apa
penyebabnya?, dan sebagainya.

Secara sederhana kita simpulkan secara global, ambilah TRISAKTI TAVIP sebagai tolok
ukur. Rumusan Trisakti adalah:

57
 Berdikari dalam bidang ekonomi.

 Berdaulat dalam bidang politik.

 Berkepribadian dalam kebudayaan.

Trisakti merupakan tolok ukur untuk menilai kemerdekaan. Dinamakan merdeka apabila
ketiga hal tersebut telah dipenuhi, atau setidaknya dalam proses menuju kesana. Dikatakan
bahwa kemerdekaan adalah sekedar "Jembatan Emas". Diseberang jembatan itu kita bangun
Sosialisme Indonesia, kita bangun Indonesia yang "gemah ripah lohjinawi". Masalahnya
sekarang bagaimanakah keadaan jembatan tersebut, untuk menilai hal ini kita punya tolak
ukur di atas. Demikian pula mari kita lihat keadaan masyarakat Marhaenis dengan
menggunakan pisau analisa Marhanisme, baru kemudian kita bisa menentukan sikap dengan
terlebih dahulu memilih siapa kawan kita, dan siapa lawan kita.

Penutup

Kalau kita melihat pola perubahan masyarakat melalui proses dialektika, maka seolah-olah
kita terpukau, apakah untuk mencapai Sosialisme Indonesia harus melalui fase kapitalisme?
Bung Karno menjelaskan bahwa tanpa melalui fase kapitalisme kita dapat mencapai
Sosialisme Indonesia. Teori ini kemudian disebut dengan "fase Sprong Teory". Dengan
pentahapan revolusi, maka dengan meloncati fase kapitalisme kita dapat langsung menuju
sosialisme. Ternyata Bung Karno tidak sendiri, artinya bahwa pendapat beliau (teori fase
sprong) bukan satu-satunya pendapat atau teori yang berpendapat bahwa tanpa melalui
kapitalisme dapat terbentuk sosialisme. Ernesto Che Guevara, seorang pejuang revolusioner
dari Kuba (yang terbunuh di Bolivia) mempunyai pendapat yang sama walaupun dalam
rumusannya yang berbeda. Dikatakannya sebagai berikut:

"It’s not necessary to weak for fullfillment condition a revolution, because the focus of
insurection can create them".

Maksudnya, tanpa menunggu kondisi penuh untuk suatu revolusi (mencapai sosialisme),
sosialisme akan tercapai. Karena revolusi untuk mencapai sosialisme akan terbentuk dengan
sendirinya dengan dihidupkannya pergolakan-pergolakan, yang artinya masyarakat
digembleng dalam suasana revolusioner secara terus menerus. Bung Karno membagi tahapan
revolusi sebagai berikut:

58
fase satu, nasionalisme demokrat

fase dua, sosialisme demokrat

fase tiga, sosialisme indonesia

Pada fase satu, semua elemen progresif dipersatukan, semua potensi nasional disatukan
(Nation And Character Building) untuk menyingkirkan musuh dan penghalang revolusi. Pada
fase kedua, setelah semua penghalang revolusi berhasil disingkirkan, maka selanjutnya
adalah membangun landasan dasar sosialisme. Landasan mental telah tercipta ( dengan
Nation And Character Building) maka dibangunkanlah landasan fisiknya. Dengan
berakhirnya fase kedua maka kita telah siap memasuki fase tiga, yakni Sosialisme Indonesia.

59
PENGANTAR SARINAH

SIAPA SARINAH ?

Kita mungkin sering mendengar nama ini. Nama yang sebenarnya tak beda dengan nama-
nama lain yang ada di Indonesia maupun di daerah manapun, layaknya nama Dewi, Ayu,
Rangga, Smith maupun Park, Sarinah juga memiliki kedudukan yang sama. Namun apa yang
membedakannya?.. ya, nama tersebut selalu mampu membawa kita kepada tokoh
revolusioner bangsa Indonesia, Soekarno. Hubungan yang sangat erat antara kedua manusia
ini namapaknya bisa kita cermati dari buku Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat. Tak
kurang dari 8 kali, bung karno memunculkan nama beliau dalam tulisannya itu, ini juga
masih belum tehitung di dalam buku "SARINAH", Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan
Republik Indonesia.

Sarinah merupakan wanita yang menjadi figur kunci dari seorang Bung Karno sebagaimana
dikutip dalam buku Penyambung Lidah Rakyat, yakni :

"Sarinah adalah bagian dari rumah tangga kami. Tidak kawin. Bagi kami dia seorang anggota
keluarga kami. Dia tidur dengan kami, tinggal dengan kami, memakan apa yang kami makan,
akan tetapi ia tidak mendapat gaji sepeserpun. Dialah yang mengajarku untuk mengenal
cinta‐kasih. Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya bila aku menyebut itu. Sarinah
mengajarku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata. Selagi ia memasak di gubuk
kecil dekat rumah, aku duduk disampingnya dan kemudian ia berpidato, "Karno, yang
terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai pula
rakjat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya."

Sarinah adalah nama yang biasa. Akan tetapi Sarinah yang ini bukanlah wanita yang biasa. Ia
adalah satu kekuasaan yang paling besar dalam hidupku. Di masa mudaku aku tidur dengan
dia. Maksudku bukan sebagai suami‐isteri. Kami berdua tidur di tempat tidur yang kecil.
Ketika aku sudah mulai besar, Sarinah sudah tidak ada lagi".

60
Dalam kutipan tulisan yang diambil dari buku penyambung lidah rakyat diatas, kita dapat
menangkap bahwa sosok sarinah merupakan sosok yang sangat penting bagi Soekarno.
Ajaran yang disampaikan oleh Sarinah mengenai Cinta kasih yang merupakan nilai-nilai dari
Humanisme selalu melekat kedalam pemikiran Soekarno. Hal ini dibuktikan Bung Karno,
ketika beliau melakukan Perjalanan ke Bandung Selatan yang berakibat pertemuan dengan
petani Marhaen yang menginspirasi lahirnya Marhaenisme yang merupakan wujud
kepedulian Bung Karno terhadap rakyat jelata sesuai dengan pesan mbok Sarinah, menjadi
suatu bukti bahwa nilai-nilai yang selalu ditanamkan Sarinah ketika Soekarno kecil selalu
menemaninya memasak, teraplikasikan oleh Soekarno Dewasa.

Di dalam buku Sarinah, yang ditulis oleh bung Karno ia berkata “ Saya namakan kitab ini
Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-
kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia “mbok” saya.. Dari dia, saya banyak mendapat
pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya besar.

Pengaruh Sarinah dalam kehidupan Soekarno selalu menjadi latar belakang dari keberhasilan-
keberhasilan beliau dalam memberikan nilai-nilai yang terbaik bagi Negara ini.

Nasionalisme Soekarno contohnya, merupakan Nasionalisme yang paling populer dan


kemudian diresmikan pada masa awal kemerdekaan. Nasionalisme Soekarno ini mengambil
platform Marhaenisme dan Sarinah sebagai common denominator untuk menyatukan seluruh
elemen bangsa melawan kolonialisme. Marhaen adalah seorang petani dan Sarinah adalah
pembantu rumah tangga. Marhaenisme adalah salah satu konsepsi subatern yang berbeda
dengan konsep proletar yang hanya ada dalam masyarakat kapitalisme lanjut di negara Barat.
Kalau proletar adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai modal selain tenaganya
sehingga dia terpaksa menjualnya pada pemilik modal, maka Marhaen, adalah seorang yang
mempunyai modal, seperti tanah dan hewan peliharaan, tetapi mereka tetap menjadi miskin.

MENGAPA SARINAH?

Suatu ketika Bung Karno bersama temannya dan sitri temannya bersilahturahmi ke
rumah temannya yang memiliki sebuah toko. Saat sampai mereka dipersilahkan duduk
dengan budi yang amat baik. Lalu bung karno bertanya “bagaimana kesehatan?,”bagaimana
perdangangan?. Lalu istri teman bung karno ikut menambahi bagaimana keadaan nyonya
rumah? . ia ingin berkenalan dengan istrinya tuan rumah.

61
Sang tuan rumah sedikit malu-malu menjawab pertanyaan, telinganya kemerah-merah
lalu ia menjawab : O,terima kasih ia dalam keasaan baik-baik saja, tetapi sayang seribu
sayang ia kebetulaan tidak ada di rumah,-ia menengok bibinya yang sedang sakit-”. (dikutip
dari Buku Sarinah).

Tetapi tak lama kemudian bung karno melihat kain tabir / gorden yang tergantung dipintu
uyang memisah bagian toko dengan rumah, ia melihat Sepasang mata yang sedang mengintai
dan terlihat kakinya dengan sarung seorang perepmuan. Bung karno menyadari bahwa yang
dilihatnya ada seorang perempuan-istri dari tuan rumah.

Kemerdekaan? Apakah semua Sarinah-sarinah mendapat kemerdekaan ?


kemerdekaan seperti apa? Feminismekah? Atau kemerdekaan ala Kartini ?

Seorang teman bung Karno, guru di Bengkulu, istrinya mengeluh kepada bung karno
bahwa ia merasa dikekang. Ia tidak diizinkan keluar rumah, justru karena ia amat cinta dan
menjunjung tinggi sang istri. “Percayalah Bung, saya tidak ada maksud mengurangi
kebahagiaannya: saya hargai ia sebagai sebutir mutiara”. Lalu beginikah sebuah kemerdekaan
seorang Sarinah ? jawabnya bukan.

GENDER DAN SEX.

Terdapat kerancuan dalam pemaknaan istilah gender dan Seks yang tidak banyak diketahui
orang. Beberapa kalangan menganggap seks maupun Gender merupakan term yang memiliki
konotasi yang sama. Hal ini merupakan suatu kesalahan dimana dalam implementasinya
pemaknaan kedua istilah ini cukup memiliki perbedaan yang penting untuk dibedakan.

Menurut Mansoer Fakih dalam bukunya "Analisis Gender", beliau membedakan pemaknaan
istilah Gender dan Seks, dimana pengertian kedua istilah tesebut yakni :

Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksikan secara social maupun cultural. Anggapan bahwa permpuan itu lemah lembut,
cantik , emosional atau keibuan. Sedangkan laki-laki lebih kepada kuat, rasional, perkasa.
Sifat –sifat tersebut memiliki kemungkinan untuk dipertukarkan.

Sex adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin menusia yang ditentukan secara
biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Alat-alat kelamin tersebut tidak bisa

62
dipertukarkan antar beda jenis, hal inilah yang kemudian sering disebut sebagi ketentuan
Tuhan atau Kodrat.

Dari pengertian diatas, maka sesungguhnya tidak ada masalah yang serius yang
mampu menyebabkan ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu. Namun dalam realitas
yang ada berbeda. Bagi jenis kelamin tertentu, konstruksi social yang terbentuk (bahkan
sebelum dia dilahirkan), menyebabkan terjadinya perbedaan gender yang kemudian
memunculkan ketidak adilan.

“persamaan hak antara perempuan dan laki-laki namun tidak melupakan kodratnya”

Sejak jaman Kerajaan (feodal) perempuan maupun basis yang tertindas ini dibuktikan dengan
adanya pembagian kerja.

Pada masa manusia komunal (kelompok), masa manusia masih hidup berpindah-pindah
(nomaden). Ktika manusia berkelompok, dalam mencari kebutuhan hidup maka dibentuklah
“pembagian kerja”. Pembagian kerja inilah yang menjadi penghalang atau batas antara laki-
laki dan perempuan. Di zaman ini, laki-laki kan berburu binatang, jarang ada perempuan
yang ikut berburu, mereka disuruh untuk menunggu di gua sambil mencari tumbuh-
tumbuhan, kayu bakar untuk memasak. Jika telah habis makanan dan sumber ari ditempat itu
mereka pun pergi berpindah ketempat yang lain. Hubungan suami istri juga belum ada.
Mereka yang ingin melakukan hubungan seksual akan melakukannya dengan yang mereka
suka. Lantas laki-laki tidak ada terkena dampak dengan hubungan itu. Sang perempuanlah
yang akhirnya harus mengandung dan melahirkan. Perempuan menjadi makhluk yang
ditaklukkan. Ia diperintah seenaknya saja oleh laki-laki. Kalau kata August Babel, perempuan
adalah budak, sebelum ada budak.

Lalu pada masa berikutnya, masa dimulainya bercocok tanam, perempuan mulai menjadi
seoarang produsen yang berharga. Dimana dimulai jasanya untuk pertama kalinya melakukan
pertanian, ia berinisiatif untuk bercocok tanam dengan menanam benih tumbuhan. perempuan
merupakan seorang petani pertama. Lalu krtika perempuan tersebut harus merawat anaknya
dan mendapat tempat lindungan maka ia membangun rumah, ia membangun tempat tinggal.
Ialah yang pertama kali membuat sebuah peradaban yang maju. Perempuan lah yang
memberikan jasanya.

63
Namun, sistem peribuan diberlakukan disini, dikarenakan wanita yang hamil tidak tahu siapa
bapaknya, namun ia tahu siapa ibunya karena dia yang melahirkan. Tetapi sistem ini tidaklah
adil dimana perempuan akan membawa laki-laki ke rumahnya dan bukan perempuan yang
ikut

Selanjutnya adalah masa dimana laki-laki berternak, berternak tidak memakan banya waktu,
iapun ikut melakukan pertanian, membangun rumah, mencari tanahnya. Lalu muncullah
patriarchat untuk mewarisi hartanya. Perempuan kembali terbelakang, tidak lagi menjadi
produsen tertinggi. Perempuan selanjutnya berlomba agar mendapat laki-laki yang mapan,
dengan menggunakan kecantikan, solek dll.

Lalu bagiamana zaman Matriarchat (peribuan), kedudukan perempuan lebih tinggi dari
zaman sekarang, laki-laki tertindas. Patriarchat sekarang ini kaum istri menjadi kaum yang
tertindas. Harus ada perimbagaan hak dan perimbangan perlakuan antara kaum laki-laki dan
perempuan yang sama berat dan adilnya.

Lalu apa tugas Sarinah ?

Sebagai seoarng sarinah, seorang yang berpendidikan harus melakukan sesuatu tanpa adanya
pendapat bahwa ia lebih lemah daripada seorang laki-laki, tidak merasa kecil, tidak merasa
tertindas. Bahwa ia harus tahu bahwa kesetaraan itu dapat diraih.

Di akhir buku Sarinah, Soekarno menuliskan :

Wanita Indonesia! kewajibanmu telah terang, sekarang ikutlah untuk menyelamatkan


republik, lalu ikutlah menyusun Negara Nasional. Jangan ketinggalan di dalam Revolusi
Nasional ini dan jangan ketinggalan dlam menyusun masyarakat keadilan sosial dan
kesejahteraan sosial. Didalam masyarakat keadilan sosial dan kesejahteraan sosial itulah
engkat nanti menjadi wanita yang bahagia, wanita yang Merdeka !

64
Mars GMNI

Mahasiswa Indonesia
Bersatulah Segera
Di dalam satu barisan
anti kemiskinan
dalam satu barisan
serasa sama bahagia
Berjuang secara dinamis
di dalam Front Marhaenis

Reff.
Bersama buruh tani, bersama GMNI
Abdi rakyat sejati
Bersatulah segera
Mahasiswa Indonesia

Hymne GMNI

lagu dan lirik : Eros Djarot

Kami pemuda Indonesia, putra-putri sang fajar


Merah warna darahku, putih warna tulangku
bersih jernih jiwa kita

Kami mahasiswa Indonesia, cinta rakyat merdeka


siap rela berkorban sepenuh jiwa raga
demi nusa dan bangsa

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia


Pejuang Pemikir yang tetap setia
Mengawal Pancasila hingga akhir hayatnya
GMNI.., GMNI.., Jaya…!

65

Anda mungkin juga menyukai