Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurul Mutmainnah

NIM : 1223020121
Kelas : HES’C

Sejarah Mahasiswa

Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di
sebuah perguruan tinggi yang terdiri dari Sekolah tinggi, Akademi, Institut, Politeknik dan yang
paling umum adalah Universitas. Mahasiswa terbentuk dari kata maha dan siswa. Asal kata
maha berasal dari bahasa Sansekerta dengan arti yang hampir sama dengan KBBI, yaitu ‘sangat’,
‘besar’, atau ‘mulia’. Sedangkan kata siswa — menurut hasil yang ditemukan — memiliki dua
asal yang berbeda. Yang pertama, kata siswa merupakan serapan dari nama seorang dewa
Trimurti dalam agama Hindu, yaitu Siwa. Dewa Siwa adalah dewa pelebur dan pemusnah yang
tugasnya menghancurkan segala sesuatu yang telah usang dan tidak berkebaikkan lagi. Sekedar
trivia, Ganesa adalah putra dari Siwa. Asal kata siswa yang kedua adalah dari bahasa Jawa yaitu
wasis. Wasis dalam bahasa Jawa adalah orang yang pandai. Maka siswa dimaknakan sebagai
orang yang belum pandai, merasa tidak pandai, atau kurang berilmu. Secara sederhana, siswa
adalah orang yang belum wasis.
Hingga saat ini, mahasiswa di berbagai negara mengambil peran penting dalam sejarah
suatu negara. Yang terjadi di Indonesia, misalnya yang saling bersangkutan, Tragedi Orde Lama
yang dilanjutkan Tragedi Orde Baru: Pada 1965, ribuan mahasiswa berhasil mendesak Presiden
Soekarno untuk mundur dari jabatannya (lebih dikenal sebagai tragedi Soekarno) dan pada bulan
Mei 1998, ratusan ribu mahasiswa berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk melakukan hal
yang sama, turun dari jabatan presiden (lebih terkenal sebagai Tragedi trisakti, Orde baru dan
atau Tragedi soeharto). Sejarah telah banyak mencatat, dari mulai munculnya Kebangkitan
Nasional hingga Tragedi 1998, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan. Beberapa tahun
belakangan ini telah banyak tercatat bahwa sudah beberapa kali mahasiswa menancapkan taji
intelektualitasnya secara aplikatif dalam memajukan peradaban bangsa ini dari masa penjajahan
Belanda, Masa Penjajahan Jepang, Masa Pemberontakan PKI, Masa Orde Lama, Hingga Masa
orde baru, peran mahasiswa tidak pernah absen dalam catatan peristiwa penting tersebut.
Pergerakan mahasiswa Indonesia boleh dibilang bermula pada tahun 1908. Pada masa itu,
mahasiswa-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah wadah pergerakan
pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo, dimana organisasi ini didirikan di Jakarta
pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan bentuk sikap kritis mahasiswa tersebut
terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka sudah selayaknya dilawan dan
rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh
penjajah terhadap bangsa ini, walaupun terkesan gerakan yang mereka lakukan masih
menunjukkan sifat primordialisme Jawa. Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis
berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa
Indonesia yang belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo,
Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Selain itu, pada tahun 1908 ini juga, mahasiswa Indonesia yang
sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Belanda yaitu Drs. Mhd. Hatta mendirikan
organisasi Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische
Vereeninging pada tahun 1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu wadah kelompok
diskusi mahasiswa yang kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Misi
nasionalisme yang ditunjukkan organisasi ini lebih jelas dipertajam dengan bergantinya nama
organisasi ini menjadi Perhimpunan Indonesia.
Periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama
Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische
Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan – kawannya dari Sekoleah
Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi Umum
(Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok diskusi ini
merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa
yang semakin tumpul pada masa itu.
Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar
Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh
mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri
mahasiswa. Hal tersebut yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah
kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres
Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928 yang kemudian menghasilkan
sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.
1945, periode ini merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah bangsa
Indonesia, peran pemuda mahasiswa juga tidak lepas dan terlihat sangat vital dalam mewujudkan
suatu misi besar bangsa Indonesia pada saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan
atau merebut kemerdekaan. Yang berbeda pada masa tersebut adalah, mahasiswa – mahasiswa
pada waktu itu lebih memilih untuk menjadikan asrama mereka sebagai markas pergerakan.
Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal dalam mencetak tokoh – tokoh yang sangat berpengaruh
dalam sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih.
Mahasiswa-mahasiswa yang terdiri dari Soekarni dan Chairul Saleh inilah yang akhirnya
terpaksa menculik tokoh proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok agar lebih
memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam memproklamasikan kemerdekaan.
Peristiwa inilah yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai peristiwa Rengasdengklok. 1966

Pada masa setelah kemerdekaan, mulai bermunculan secara bersamaan organisasi –


organisasi mahasiswa di berbagai kampus. Berawal dari munculnya organisasi mahasiswa yang
dibentuk oleh beberapa mahasiswa di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta, yang dimotori
oleh Lafran Pane dengan mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal
5 Februari 1947. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah pergerakan mahasiswa yang
dilatarbelakangi oleh 4 faktor utama yang meliputi Situasi Dunia Internasional, Situasi NKRI,
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia, Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia
Kemahasiswaan. Selain itu pada tahun yang sama, dibentuk pulalah Perserikatan Perhimpunan
Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang didirikan melalui kongres mahasiswa di Malang. Lalu pada
waktu yang berikutnya didirikan juga organisasi – organisasi mahasiswa yang lain seperti
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi Marhaenisme
Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cenderung ke ideologi
Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang lebih
berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat dengan PKI (Partai Komunis
Indonesia). Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan oleh pihak PKI dan CGMI
terhadap beberapa organisasi mahasiswa yang secara ideologi bertentangan dengan mereka,
akhirnya beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL),
Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk
membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya,
terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi
lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi
lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
1974. Periode ini sangat berbeda sekali dengan periode sebelumnya di tahun 1966,
dimana pada masa pergerakan mahasiswa tahun 1966 mahasiswa melakukan afiliasi dengan
pihak militer dalam menumpas PKI. Pada periode 1974 ini, mahasiswa justru berkonfrontasi
dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Gelombang
perlawanan bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap
meneyengsarakan rakyat. Gelombang Protes semakin meledak ketika harga barang kebutuhan
semakin melambung dan budaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah semakin menular,
gelombang protes inilah yang memunculkan suatu gerakan yang dikenal dengan nama peristiwa
Malari pada tahun 1974 yang dimotori oleh Hariman Siregar. Melalui gerakan tersebut lahirlah
Tritura Baru selain daripada 2 tuntutan yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.
Periode NKK/BKK. Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan
fungsinya oleh pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui
Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk
mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi
Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978.
1998. Namun pengekangan terhadap mahasiswa melalui NKK/BKK tidak bertahan lama.
Gejolak krisis moneter di seluruh dunia telah membuat kondisi perekonomian di Indonesia
terguncang hebat. Hal tersebut ditandai dengan menaiknya angka tukar rupiah terhadap dolar
yang menembus Rp 17.000/Dolar. mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit
setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang. Dimulai ketika pada saat 20
mahasiswa UI yang mendatangi gedung MPR/DPR RI denga tegas menolak pidato
pertanggungjawaban presiden yang disampaikan melalui sidang umum MPR dan menyerahkan
agenda reformasi nasional kepada MPR. Di Jakarta , ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki
gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah
akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto resmi
mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil presidennya yaitu Prof.BJ
Habibie.

Anda mungkin juga menyukai