Anda di halaman 1dari 5

MATERI SEJARAH INDONESIA

KD 3.7 Peran Pelajar, Mahasiswa, dan Tokoh Masyarakat dalam Perubahan


Politik dan Ketatanegaraan di Indonesia.

Oleh : Drs. Susilarto

1. Peran Pelajar, Mahasiswa, dan Tokoh Masyarakat dalam Perubahan


Politik dan Ketatanegaraan di Indonesia.

Pelajar dan mahasiswa serta tokoh masyarakat merupakan salah satu komponen
bangsa yang memiliki peran penting dalam kancah politik sepanjang sejarah
ketatanegaraan indonesia. Berdirinya organisasi Boedi Oetomo dan organisasi-
organisasi pergerakan nasional lainnya yang kemudian muncul banyak di pelopori
oleh para pemuda, khususnya mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan masa kolonial. Mereka kerap mendiskusikan dan
memperjuangkan hak hak bangsa Indonesia yang saat itu masih dijajah. Dari
berdirinya Boedi Oetomo 1908, peristiwa sumpah pemuda pada 1928 hingga
Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, pemuda dan mahasiswa dengan
pemikirannya yang berani dan kritis memperjuangkan hak hak bangsa Indonesia
sehingga Kemerdekaan Indonesia pun dapat diraih pada 17 agustus 1945.

Selain para pelajar dan mahasiswa, tak bisa dilupakan komponen bangsa
lainnya yang memiliki andil dalam perubahan politik dan dinamika ketatanegaraan
Indonesia yakni tokoh masyarakat. Tercatat dalam sejarah indonesia tokoh
masyarakat di antarannya dr. Wahidin Soedirohusodo, H. Samanhudu, H>O>S
Tjokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Mereka merupakan
tokoh-tokoh yang mempunyai kepedulian terhadap masyarakat dan turut andil dalam
pendirian beberapa organisasi yang tumbuh dan berkembang pada masa pergerakan
nasional. Bahkan H.O.STJokroaminoto merupakan guru para pemimpin-pemimpin
besar di Indonesia yang melahirkan keberagaman ideologi di Indonesia. Beberapa
pemimpin besar yang pernah menimba ilmu pada H.O>Stjokroaminoto yaitu
soekarno, Kartosuwiryo, semaoen, Alimin, Muso, dan Tan Malaka.
Peran pemuda, mahasiswa dan tokoh tokoh seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan Ahmad Subardjo tampak dalam peristiwa rengasdengklok menjelang
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok telah menjadi cermin
sekaligus inspirasi dan motivasi bagi pelajar dan mahasiswa generasi berikutnya
untuk berjuang demi kemajuan bangsa Indonesia. Peran pelajar dan mahasiswa dalam
peristiwa itu terbukti ampuh mendesak dua tokoh bangsa untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Arah kehidupan politik Indonesia pun
berubah sesuai kebutuhan zaman.

2. Peran pemuda, Mahasiswa, dan Tokoh Masyarakat pada Masa Orde


Lama hingga Awal Reformasi.
Di era demokrasi liberal (1950-1959) organisasi kemahasiswaan
tumbuh dan berkembang pesat. Sistem multipartai yang diterapkan saat
itumempengaruhi berbagai organisasi kemahasiswaan untuk berafiliasi dengan
partai-partai. Misalnya Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia
(PMKRI) dengan partai katolik, gerakan mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI) dengan partai Nasional Indonesia (PNI), Concertrasi Gerakan
Mahasiswa Indonesia (CGMI) denga partai Komunis Indonesia (PKI) ,
pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan partai
Nahdatul Ulama (NU), serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan
Masyumi.
Pada masa orde baru tepatnya tanggal 25 oktober 1966, sejumlah
organisasi yang berhasil di pertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pendidikan (PTIP) Syarief Thayeb membentuk kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI). Organisasi mahasiswa yang menyetujui kesepakatan
tersebut adalah PMKRI, HMI, PMII, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI). Serikat bersama organisasi-organisasi lokal (SOMAL), Mahasiswa
Pancasila (Mapancas), dan ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). KAMI didirikan
terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawamam
terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI lantas di ikuti berbagai aksi lainnya, seperti
Kesatuam Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI), dan Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI). Pelajar dan
mahasiswa ini bergerak secara nasional dan terlibat dalam pendirian Orde
Baru. Gerakan mahasiswa 1966 yang mengantarkan bangsa Indonesia
memasuki tatanan orde baru, terus memberikan inspirasi dan motivasi bagi
mahasiswa dan pelajar pada umumnya untuk terus turut beriprah dalam
bidang politik. Kepemimpinan orde baru dibuat geger 15 Januari 1974 dengan
terjadinya peristiwa yang dikenal dengan Malari ( Malapetaka Lima Belas
Januari).
Malari merupakan gerakan mahasiswa yang merasa tidak puas
terhadap kebijakan pemerintah terkait kerja sama dengan pihak asing
untukpembangunan nasional. Para mahasiswa menganggap kebijakan
pemerintah kala itu sudah menyimpang dan tidak berhaluan kepada
pembangunan yang mementingkan rakyat. Mahasiswa menilai malah dengan
kerja sama ini semakin memperburuk kondisi ekonomi rakyat. Peristiwa
Malapetaka Lima Belas januari (MALARI) ditandai oleh unjuk rasa besar
besaran menentang kedatangan perdana menteri Jepang, Tanaka. Mahasiswa
menilai bahwa pengaruh Jepang di bidang ekonomi perlu di batasi, karena
bergantung berlebih-lebihan terhadap investasi asing justru akan merusak
ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Ada peristiwa yang mendahului
Malari. Deklarasi Golput pada tahun 1972 sebagai prosees atas dominanya
politik, proses pembangunan TMII 1972, kerusuhan rasialis di Bandung bulan
agustus 1973 hingga kedatangan ketua IGGI J.P. Pronk bulan november 1973
diantarannya. Puncak peristiwa Malari sendiri terjadi saat Perdana Menteri
Jepang Tanaka Kakuei melewat ke Jakarta (14-17 januari 1974). Mahasiswa
UI yang dipimpin Harimar Siregar, Syahrir dan lain-lain yang sejak lama
menentang lubernya modal asing menggunakan momen itu untuk
menggerakan demonstrasi menentang model asing, yang saat itu di
representasikan oleh Jepang.
Berawal dari long march mahasiswa dari kampus Universitas
Indonesia (UI) di Salemba menuju kampus Universitas Trisakti di Grogol.
Mahasiswa kemudian memaklumatkan Tritura 1947, yang meminta
pemerintahan menurunkan harga harga, membubarkan aspri (asisten presiden),
dan menggantung koruptor-koruptor. Pasca Malari 1974 demonstrasi masih
sering terjadi. Pada periode 1977-1978 tercatat beberapaklai terjadi
demonstrasi yang berujung pendudukan kampus oleh pihak militer. Upaya
menumpas gerakan mahasiswa dengan memenjarakan aktivis-aktivis Malari
tak cukup untuk mengatasi masalah. Untuk memadamkan proses kritik
mahasiswa melalui demonstrasi, Soeharto melalui Menteri Pendidikan, Daud
Yusuf mengeluarkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampu/ badab
Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Dewan Mahasiswa, organisasi
kampus yang sangat otoratatif dan otonom saat itu di bekukan dan di ganti
dengan lembaga lain yang lebih mudah di kontrol oleh pemerintah semisal
Snat Mahasiswa. Konsep NKK/BKK ini memberikan wewenang besar kepada
rektor dan pembantu rektor untuk mrnrntukan semua kegiatan mahasiswa,
termasuk tanggungjawab pembentukan,pengarahan, dan pengembanggan
lembaga kemahasiswaan. Praktis, pemberlakuan NKK/BKK dan pengebirian
lembaga mahasiswa membuat gerakan kemahasiswaan berangsur lumpuh dan
menjauhkan mahasiswa dari aktifis politik. Pemberlakuan UU No.8/1985
tentang Organisasi Kemasyarakatan makin membuat sulit gerakan mahasiwa.
Seperempat abad kemudian pasca Malari lahirlah gerakan kkoreksi
yang berhasil menurunkan pemerintahan Orde Baru. Gerakan reformasi tahun
1998 dipicu oleh isue-isue kebijakan lberalisme yang di anut oleh
pemerintahan Orde Baru dan di anggap ikut merusak perekonomian Indonesia
hingga berujung padakrisis ekonomi sepanjang akhir 1990-an. Posisi ekonomi
Indonesia yang rapuh terhadap larinya modal menunjukan betapa tak
berdayannya bangsa besar ini. Demostrasi besar-besaran pun terjadi. Aksi ini
juga di dukung oleh tokoh-tokoh masyarakat. Aksi tersebut terjadi pada 12
Mei 1998. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju
Gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. namun, aksi mereka dihambat oleh
blokade dari pasukan anti huru-hara dan pasukan pendukung militer datang
kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pukul 5.15 sore hari tanggal 12 Mei 1998, para mahasiswa bergerak
mundur, di ikuti bergerak majunya aparat keamanan. Keadaan mulai
memenas. Korban pun berjatuhan di pihak mahasiswa Trisakti menyebabkan
jatuhnya korban jiwa dari mahasiswa yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri
Hartanto, Hafidin Royan, Hendriawan Sie. Gerakan mahasiswa pada tahun
1998 ini berhasil menurunkan Soeharto yang berkuasa 32 tahun di kursi
Kepresidenan Indonesia. Bahkan baru dimulai yakni jlahirnya Era Reformasi.
Sejarah mengajarkan bahwa persatuan antara golongan tua dan
golongan muda dibutuhkan untuk mewujuddkan cita-cita kebangsaan. Masih
ingatkah kamu dengan peristiwa Rengasdengklok? Nilai sejarah itupun
berulang saat indonesia hendak mewujudkan babakan baru kehidupan
berbangsa dan bernegara yang lebih deokratis. Gerkan mahasiswa 1998
sebagai gerakan reformasi yang menuntut mundurnya Soeharto dari kursi
kepresidenan membawa hasil. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran
penting tokoh masyarakat seperti Gus Dur, Megawati, Amin Rais, Sri Sultan
Hamengku Buwono X.
Tokoh-tokoh pada 10 November 1998 bertemu, berdiskusi di rumah
kediaman Gus Dur atau K.H. Abdurahman Wahid. Pertemuan menghasilkan
Deklarasi Ciganjur. Isi deklarasi itu antara lain sebagai berikut :
1. Mengupayakan terciptanya kesatuan dan persatuan nasional.
2. Menegakan kembali kedaulatan rakyat.
3. Melaksanakan reformasi sesuai dengan kepentingan generasi bangsa.
4. Melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil guna mengakhiri masa
pemerintahan transisi.
5. Menghapus Dwifungsi ABRI secara bertahap.

Pertemuan dan “Deklarasi Ciganjur” telah memainkan peranannya


sendiri yang penting dan unik. “Pertemuan Ciganjur” telah
memberikan sumbangannya pada gerak maju usaha reformasi.

Anda mungkin juga menyukai