Sejarah membuktikan bahwa pemuda khususnya mahasiswa selalu berperan dalam perubahan
setiap bangsa. Berbagai peristiwa besar yang terjadi di dunia selalu identik dengan peran mahasiswa di
dalamnya. Demikian pula yang terjadi di Indonesia. Perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari keterlibatan mahasiswa didalamnya. Melalui berbagai organisasi mahasiswa yang ada,
mahasiswa menyalurkan aspirasinya dengan daya nalar dan intelektualnya. Dimulai dengan Budi
Utomo sebagai generasi awal kiprah kaum muda, mahasiswa Indonesia terus mencatatkan dirinya
dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa runtuhnya rezim orde lama yang ditandai
turunnya presiden Soekarno tidak bisa dilepaskan dari peran organisasi Mahasiswa seperti KAPI
( Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia ) , KAMI ( Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ), HMI ( Himpunan
Mahasiswa Islam ), PII ( Pelajar Islam Indonesia ), GPI (Gerakan Pemuda Indonesia ), dll. Peran
mereka sangat besar dalam menumbangkan rezim orde lama tersebut.
Setelah tumbangnya rezim orde lama dan berganti dengan rezim orde baru, banyak gerakan
mahasiswa yang mulai lemah selain dikarenakan konflik internal juga disebabkan karena tekanan dari
pemerintah yang berusaha untuk mengkooptasi dan merstrukturisasi semua unsur kekuatan politik
termasuk gerakan mahasiswa, misalnya dengan keharusan menerapkan asas tunggal. Namun pada
tahun 1974 terjadi peristiwa MALARI ( Malapetaka Lima Belas Januari ) yang merupakan peristiwa
demonstrasi besar pertama kali setelah era penurunan rezim orde lama. Malari ini disebabkan karena
penolakan mahasiswa terhadap masuknya modal asing dengan momen kedatangan ketua IGGI, JP
Pronk dan disusul dengan kedatangan perdana mentri Jepang Kakuei Tanaka. Peristiwa ini
menimbulkan kerusuhan massal. Semenjak peristiwa tersebut pemerintah menerapkan kebijakan
depolitisasi lewat metode-metode korporasi terhadap organisasi kemahasiwaan dan birokratisasi
kampus.
Untuk organisasi intra kampus, melalui menteri pendidikan dan kebudayaan, Dr. Syarif Thayeh,
menerapkan SK 028/U/1974 tentang NKK/BKK ( Normalisasi kehidupan kampus aau badan koordinasi
kemahasiswaan ). Semenjak itu aksi protes mahasiswa menjadi sepi, yang ada hanya protes dalam
skala kecil yang tidak terdengar gaungnya. Pada tahun 1976 mulai muncul kembali aksi aksi dari
mahasiswa dengan isu utama penolakan terhadap pencalonan Soeharto sebagai presiden. Reaksi
rezim orde baru semakin represif dengan dikeuarkannya SK Kopkamtib No. 02/kopkam/1978 tentang
pembekuan terhadap Dewan Mahasiswa ( DM ) yang sekian lama menjadi basis kekuatan perjuangan
mahasiswa pada level intra universitas. Kebijakan kebijakan yang represif tersebut menjadikan gerakan
mahasiswa semaki tidak terdengar. Pada era tahun1980-an mahasiswa membuat pola baru dalam
melakukan gerakan, yaitu dengan munculnya kelompok studi, LSM, Penerbitan Media, dan Komite
Aksi. Pada tahun 1990-an terjadi peningkatan kesadaran gerakan mahasiswa, terutama dengan
diberlakukannya Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi ( SMPT ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM ).
Sehingga pada era tahun 1990 ekskalasi politik mulai meningkat dengan dibarengi dengan berbagai
peristiwa yang semakin menguatkan kesadaran mahasiswa. Selain itu peran organisasi Mahasiswa
Ekstra Universitas pun tidak kalah besar karena merekalah yang mempunyai akses ke dunia luar
dikarenakan memiliki jaringan yang sangat luas.
Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi
dimensional merupakan awal dari lahirnya peristiwa reformasi. Hal ini juga merupakan momen yang
sangat penting bagi gerakan mahasiswa untuk kembali mengkonsolidasikan kekuatannya. Belajar dari
“kegagalan” gerakan mahasiswa 1974 maupun 1978 gerakan mahasiswa 1998 menggandeng kekuatan
lain yaitu rakyat dan beberapa kalangan intelektual yang selama ini menjadi oposisi pemerintah.
Puncak dari itu semua adalah kerusuhan massal pada tanggal 13-14 Mei 1998 dan dengan didudukinya
gedung DPR/MPR pada tanggal 19 Mei 1998. Akhirnya presiden Soeharto mengundurkan diri pada
tanggal 29 Mei 1998.
Momentum krisis tersebut juga merupakan salah satu alasan didirikannya KAMMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Dalam Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) X
pada tanggal 25-29 Maret 1998 di Universitas Muhammadiyah Malang mengemuka pandangan bahwa
perlu adanya langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini, oleh karena itulah
perlu dibentuk suatu organisasi yang bisa memfasilitasi itu semua karena ruang gerak LDK yang sangat
terbatas. Oleh karena itu, di luar forum FSLDK X dibentuk tim formatur dan akhirnya terbentuklah
KAMMI yang dideklarasikan di Universitas Muhammadiyah Malang pada 29 Maret 1998 setengah jam
setelah ditutupnya FSLDK secara resmi, deklarasi tersebut dinamakan Deklarasi Malang. Sebagai
ketua diangkatlah Fahri Hamzah dan Sekum Haryo Setyoko. 13 hari setelah dideklarasikan, KAMMI
mengadakan acara yang cukup fenomenal yaitu Rapat Akbar Mahasiswa dan Rakyat Indonesia di
lapangan Masjid Al-Azhar Jakarta yang dihadiri oleh mahasiswa dan rakyat yang berjumlah sekitar 20
ribu orang. Semenjak itu KAMMI terus berperan dalam transisi perubahan bangsa ini termasuk pada
peristiwa Reformasi. Fase setelah reformasi merupakan fase pembuktian apakah langkah yang diambil
oleh mahasiswa dan rakyat dengan menurunkan rezim yang telah berkuasa selama 32 tahun tersebut
tepat. Berbagai catatan sejarah telah tertoreh sesudah reformasi bergulir, sekali lagi pertanyaan besar
dinisbahkan kepada mahasiswa. Anggapan bahwa mahasiswa hanya “jago dalam menurunkan rezim”
diuji dalam fase pasca reformasi. Mahasiswa berhasil menurunkan Soeharto tetapitidak bisa
memberikan solusi siapa penggantinya yang pantas memimpin bangsa ini, karena yang terjadi adalah
tetap sajakaum elit birokrasi yang kemudian menggantikan “Bapak Pembangunan”. Tetapi ada peran
yang tetap bisa dijalankan yaitu fungsi kontrol terhadap pemerintah. Fungsi kontrol tersebut dibuktikan
dengan sikap kritis mahasiswa terhadap presiden Habibie yang ternyata masih berbau Orde Baru.
Demikian juga dengan penggantinya yang katanya merupakan tokoh refornis yaitu Gus Dur dan
Megawati yang terbukti gagal menjalankan amanat reformasi. Berbagai aksi dilakukan untuk mengkritisi
dan menentang kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memihak kepada rakyat. Walaupun pada
prakteknya gerakan mahasiswa terpecah ke dalam beberapa kubu, terutama ketika isu tentang
penurunan kembali presiden yang sedang berkuasa saat itu, sehingga walaupun dalam beberapa
kasus ada beberapa gerakan mahasiswa yang secara tegas menuntut pergantian kepemimpinan
namun tidak pernah bisa masif. Hal ini dikarenakan tidak semua gerakan mahasiswa menyuarakan
aspirasi yang sama kalaupun ada itu pun hanya setengah hati demi menjaga “gengsi” organisasinya.
Sampai dengan pemerintahan saat ini yang dipimpin oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono, fungsi
kontrol mahasiswa tetap terlihat meskipun tidak sefrontal pendahulu-pendahulunya.
Pertanyaan yang sering didengar di kalangan mahasiswa. Setiap individu memiliki hak asasi
untuk memilih berorganisasi maupun tidak, yang nantinya pilihan itu pasti memiliki konsekuensi benar
atau salah. Satu hal yang perlu diyakini bahwa setiap orang pasti membutuhkan satu sama lain.
Interaksi dengan sesama itu penting untuk kelangsungan hidup masing-masing, entah itu dalam
kelompok kecil maupun kelompok besar dengan lingkungan yang berbeda.
Tujuan utama menjadi seorang mahasiswa adalah belajar di kelas dan berlomba untuk
mendapatkan nilai akademik yang baik. Pemikiran sempit terkadang masih santer terdengar di
kalangan mahasiswa dengan berargumen bahwa menjadi mahasiswa tujuan utama adalah kuliah dan
mencari ilmu di kelas, selalu mengerjakan tugas dan menghasilkan IPK yang baik. Benar bahwa
mencari nilai akademik merupakan tujuan utama, namun kebanyakan mahasiswa lupa ada hal lain
yang juga sama penting yaitu bagaimana caranya bersosialisasi dengan orang lain. Mau tidak mau
menjadi seorang mahasiswa harus bisa beradaptasi dan membiasakan diri untuk memiliki rasa sosial
yang tinggi terhadap lingkungan karena nantinya di dunia kerja akan sangat dibutuhkan. Maka dari itu
mengikuti kegiatan di luar perkuliahan itu penting untuk melatih bersosialisasi dengan orang lain agar
bisa terbiasa dan mengetahui bagaimana cara menghadapi orang lain dengan berbagai karakteristik
masing-masing.
“Pentingkah berorgnisasi?”
Mahasiswa memiliki peran utama yaitu belajar, tapi belajar tidak saja di dalam kelas namun
juga di luar kelas. Salah satu contoh belajar di luar kelas ialah dengan mengikuti organisasi. Organisasi
menjadi salah satu jembatan melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan orang lain, namun tidak
hanya itu organisasi bisa memberikan wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan bakat dan
mengembangkan kreativitas. Organisasi bisa menjadi tempat untuk mencari ilmu dan wawasan serta
pengalaman yang tidak bisa didapatkan di dalam kelas. Dalam dunia pekerjaan sangat diperlukan
kemampuan memimpin yang baik, ketahanan mental yang kuat dalam memahami situasi sosial yang
beragam. Banyak mahasiswa yang cerdas namun memiliki kelemahan ketika harus berkomunikasi
dengan orang lain. Itu mengapa organisasi bisa menjadi alat bagi mahasiswa untuk melatih diri
berinteraksi dan bersosialisasi dalam sebuah kelompok yang nantinya bisa diimplementasikan ketika
sudah berada pada dunia pekerjaan.
Organisasi menjadi tempat para mahasiswa untuk berkumpul dan bertukar pikiran serta bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Organisasi bisa untuk melatih diri dimulai
dari mengeluarkan pendapat pada lingkup kelompok kecil hingga nantinya berhubungan antar
organisasi dan berakhir kepada masyarakat jika mengadakan suatu kegiatan yang juga melibatkan
masyarakat secara umum. Selain itu hal yang paling penting bisa didapatkan yaitu bagaimana bersikap
untuk peduli terhadap orang lain, ini merupakan satu hal kecil yang terkadang sulit untuk dilakukan
orang lain.
Peran mahasiswa yang utama yaitu belajar dan kuliah, karena dengan itu bisa mendapatkan
IPK bagus dan bisa mendapatkan gelar sarjana. Namun dari beberapa manfaat yang telah dipaparkan
dapat diketahui bahwa organisasi juga memiliki peran penting untuk melatih mahasiswa menghadapi
dunia kerja. Manfaat yaitu mengajarkan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, mengatur waktu,
menahan ego, memperbagus CV, menentukan jati diri dan lainnya. Mengejar nilai akademik dan
mengejar gelar sarjana itu penting dan utama, namun organisasi juga menjadi alat untuk implementasi
teori yang bisa digunakan sebagai bekal dalam dunia pekerjaan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://pmiipacitan.wordpress.com/2017/04/30/mahasiswa-dan-tanggung-jawab-sosial-1/
2. http://penulis.ukm.um.ac.id/esai-mahasiswa-dan-organisasi/
3. https://www.academia.edu/10606161/Essay_Mahasiswa_dan_Perubahan