Diajukan untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Hadis Tarbawi yang di ampu
oleh : Awan Gunawan, M.Ag.
Oleh Kelompok 7 :
1. Dhea Dwi Lestari (1901006)
2. Hanhan Hana Nurhalimah (1901011)
3. Neni Suryati (1901028)
KELAS 5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL FALAH CIHAMPELAS
BANDUNG BARAT
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
niat dalam bahasa Indonesia lebih dekat disebut ‘azam dalam bahsa Arab bukan
niat dalam syara’. Niat dalam pembahsan Hadist Tarbawi dapat diartikan mencari
ilmu. Pada bab ini akan dibahas Hadist tentang keikhlasan mencari ilmu yang
meliputi mencari ridha Allah, menerima dan melarang upah bagi pengajar dan
tidak riya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mencari Rida Allah ?
2. Bagaimana keutamaan ikhlas mencari ilmu ?
3. Bagaimana pengajar boleh menerima upah ?
4. Apa saja larangan pengajar menerima upah ?
5. Bagaimana supaya tidak riya ?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut penulis dapat menyimpulkan tujuan dari
makalah ini adalah untuk :
1. Agar mengetahui bagaimana mencari Ridha Allah.
2. Agar mengetahui keutamaan ikhlas mencari ilmu.
3. Agar mengetahui pengajar boleh menerima upah.
4. Agar mengetahui larangan pengajar menerima upah.
5. Agar mengetahui supaya tidak riya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ayat ini seolah – olah Allah mempunyai tangan. Benarkah Allah
mempunyai wajah dan tangan seperti makhluk? Para ulam berbeda pendapat, para
ulama salaf, memberikan arti secara lahir nash yakni Allah mempunyai wajah atau
3
tangan tetapi tidak seperti wajah dan tangan makhluk, wajah dan tangan Allah
tidak seperti apa dan tidak bagaomana. Adapun ulama khalaf memeerikan ta’wil
atau interpretasi lain yakni wajah atau tangan Allah diartikan sifat yang
dilaziminya yakni ridha dan kekuasaan, yang dieksperisikan wajah adalah ridha
sedang sifat yang diekspresikan tangan adalah kekuasaan. Makna Hadis yang
mudah dipahami adalah makna kedua yakni mencari ilmu untuk mencari ridha
Allah bikan mencari wajah Allah.
Al – Ghazali berpendapat bahwa maksud dan tujuan pendidikan Islam
adalah mendekatkan diri kepada Allah bukan mencari pangkat dan kebanggaan.
Pelajar tidak berniat mencari jabatan, harta dan pangkat dan tidak ada niat ingin
berdebat dengan orang awam dan mengalahkan lawan. Al – Zarnujiy memberi
bimbingan bahwa mencari ilmu hendaknya tulus yakni memperoleh ridha Allah,
menghilangkan kebodohan dan dari dirinya dan dari umat manusia,
menghidupkan agama dan melestarikan islam, sebab ilmu inilah agama menjadi
hidup dan agama tetap eksis.
3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadist
a. Kewajiban ikhlas dalam menuntut ilmu dan mempunyai tujuan
mencari ridha Allah.
b. Beasiswa, hadiah, dan doorprize yang didapatkan akibat dari prestasi
ilmu atau bantuan tidak mengurangi nilai ikhlas, asalkan niat hatinya
tetap bersih.
c. Orang yang mukhlis dalam mencari ilmu mendapat balasan di dunia
dan di akhirat.
4
2. Penjelasan (Syarah Hadis)
Hadist diatas memberi motivasi kepada umat agar selalu mencari ilmu dan
selalu mencari ilmu dan selalu menuntut ilmu, tidak pandang di tempat yang dekat
atau yang jauh, tidak pandang didalam rumah atau diluar rumah dan tidak
pandang didalam negeri atau diluar negeri. Mencari ilmu adalah kebutuhan pokok
bagi manusia untuk membekali kehidupannya yang sangat bermanfaat, bagi orang
mukmin kemnafaatan ilmu yang diperoleh di dunia dan di akhirat.
3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadis
a. Kedudukan mencari ilmu sama dengan jihad dijalan Allah dan
mendapat pahala yang sama, karena keduanya mempunyai makna
yang sama yakni menghidupkan agama.
b. Orang yang meninggal di tengah –tengah pembelajran mendapat
pahala mati syahid.
c. Pelajar berhak memerima zakat baik masuk pada fisabillah atau
sebagai miskin.
5
datang ke Madinah lantas bertanya : “Hai Rasullah dia mengambil upah atas
kitab Allah.” Rasulullah SAW bersabda : “ Seseungguhnya sesuatu yang paling
berhak kamu ambil upah adalah kitab Allah.” (HR. Bukhari)
6
mereka mencari berbagai obat tetapi tidak dapat menyembuhkan. Diantara mereka
berpendapat coba kita bertanya kepada rombongan tamu yang kita tolak itu
barangkali ada diantara mereka yang bisa mengobatinya. Mereka pun
mendatanginya dan bertanya apakah diantara kalian yang bisa mengobati
pimpinan kami yang sedang kesakitan tersengat kalajengking? Jawab mereka :
Ya, bisa. Mereka mengundang datang ke kampungnya untuk mengobati, tetapi
sahabat Nabi itu merasa enggan hadir di kampong halamannya karena telah
ditolak bertamu kecuali dibayar dengan upah yang pasti. Kemudian terjadi
kesepakatan sekitar 20 hingga 30 ekor kambing.
Sahabat Nabi itu mengunjunginya, dibacakannya Al-Qur’an surat al-
Fatihah dengan izin Allah pimpinan penduduk itu bisa sembuh dan dapat bangun
seolah terlepasdari ikatan tali. Kambing itu dibawanya dan dapat dibagikan
kepada sahabat-sahabat yang lain dalam rombongan tersebut, tetapi para sahabat
menolaknya sebelum upah ini diperbolehkan Nabi SAW. Setelah sampai di
Madinah Nabi memperbolehkannya dan bersabda : “ketahuilah bahwa itu
adalah ruqiyah”. Nabi senyum dan bersabda : “Bagi mereka dan aku sebagian”.
Setelah dibagi beliau menyampaikan hadist diatas.
7
Dari Ubadah bin shamit berkata : Aku telah mengajar orang-orang yang
membaca Al-Qur’an. Seseorang diantara mereka memberiku hadiah sebuah
panah (bukan harta), jadi dapat aku gunakan memanah dijalan Allah. Aku
mendatangi Rasulullah SAW seorang telah menghadiahkan aku sebuah busur
panah dari orang-orang yang telah aku ajarkan membaca Al-Qur’an, ia bukan
harta (yang mahal) dan dapat aku gunakan memanah dijalan Allah. Nabi
bersabda : “Jika engkau senang dikalungi dari api neraka maka
terimalah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
2. Penjelasan (Syarah Hadist)
Hadist diatas menjelaskan larangan menerima upah hadiah atau gaji dalam
pengajaran lawan dari hadis sebelumnya. Ubadah bin Shamit seorang sahabat
sebagai guru Al-Qur’an dan tulis-menulis di al-Shuffah (tempat penampungan
sahabat Muhajirin yang miskin di Masjid Nabawi). Ketika salah seorang
muridnya memberi hadiah sebuah busur panah, ia melapor kepada Nabi dan
bertanya tentang hal tersebut. Pertanyaannya : “Aku mendapat hadiah sebuah busr
panah dari murid yang saya ajar di al-Shuffah, hadiahnya sederhana tidak mahal
dan akan aku gunakan memanah dijalan Allah. Nabi melarang dan menjawab
dengan ancaman yakni dikalungi neraka, maksudnya masuk ke neraka. Sabda
beliau : “Jika engaku senang menjadi kalung dari neraka maka terimalah.”
Teks dibawah ini tampaknya diwali dengan kata yang menyenangkan
tetapi sesungguhnya merupakan ancaman. “Jika engkau senang dikalungi neraka,”
tentu tidak ada yang senang kalung dari api, bahkan menyedihkan dan
membinasakan. Itulah ancaman orang yang menerima hadiah dalam pengajran Al-
Qur’an.
Kitab ‘Awn al-ma’bud Syarah Sunan Abi Daud disebutkan bahwa al-
Khathabiy berkata : bahwa para ulama berpendapat dalam memahami hadist
diatas :
a. Sebagian ulama mengambil makna hadist secara tekstual (lahirnya
teks) bahwa mengambil upah atau gaji dalam mengajarkan Al-
Qur’an terlarang sebagaimana pendapat al-Zuhriy,Abu Hanifah
dan Ishak bin Rahawayh
8
b. Sebagian mereka berpendapat tidak apa menerima upah atau gaji
dalam pengajaran Al-Qur’an selagi tidak dipersyaratkan, artinya
kehendak santri atau murid yang diajar, pendapat al-Hasan al-
Basyriy, Ibnu Sirin dan al-Sya’biy.
c. Sebagian lain memperoleh upah atau gaji dalam pengajaran
sebagaimana pendapat Malik, Atha’, dan Abi Tsawr. Alasan
mereka : pertama, hadist Sahal bin Sa’ad bahwa yang menjelaskan
bahwa Rasulullah bersabda kepada seorang laki-laki yang akan
menikah, tetapi tidak ada kemampuan harta untuk mahar : “Aku
nikahkan engkau akan dia dengan maskawin apa yang engkau
hafal dari Al-Qur’an.”
Hadist Abi Shamit diatas dipahami mereka sebagai sukarelawan dari awal
niatnya mencari pahala bukan mencari pekerjaan, maka dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Kedua, kondisi Ahl al-Shuffah orang miskin hidupnya makan sedekah dari
kaum Muslimin, seharusnya memang dibantu bukan dipungut biaya.
Sebagian lagi berpendapat jika seseorang yang mengajar Al-Qur’an itu merupakan
kewajiban ‘ain tidak boleh memungut upah atau gaji tetapi jika kewajiban kifayah
boleh mengambilnya.
3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadist
a. Larangan memungut bayaran dari murid yang miskin untuk pengajian
atau upah guru yang mengajar Al-Qur’an.
b. Larangan menerima gaji bagi guru yang sejak awal berniat menjadi
sukarelawan atau pengajaran fardhu’ain.
c. Bolehnya pekerjaan guru menjadi profesi dan berhak menerima gaji
sekalipun dalam mengajarkan Al-Qur’an atau ilmu agama asal tidak
materialis.
E. TIDAK RIYA
Dari Abu Hurairah berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya pertama kali manusia yang dipersidangkan besok hari kiamat
adalah seorang mati syahid, ia didatangkan kemudian diingatkan nikmat-
nikmyatNya ia pun mengakuinya”. Allah bertanya : “Apa yang telah engkau
9
amalkan padaNya”? Ia menjawab: “Aku berperang karena Engkau sehingga aku
mati syahid”. Allah berfirman: “Bohong engkau tetapi engkau berperang agar
engkau dikatakan sebagai seorang pemberani yang sudah dikatakan itu.
Kemudian diperintahkan kepadanya agar diseret atas mukanya (tertelungkup)
sehingga dilempar kedalam api neraka. Seorang belajar dan mengajar ilmu serta
membaca Al-Qur’an, kemudian didatangkan kepadanya dan diingatkan nikmat-
nikmatnNya, ia pun mengakuinya. Allah bertanya : “Apa yang telah kamu
kerjakan padaNya?” Ia menjawab : “ Aku belajar ilmu dan mengajarkannya, aku
membaca Al-Qur’an karena Engkau, “Allah menjawab : “Bohong Engkau tetapi
engkau belajar ilmu agar dibilang orang alim dan engkau membaca Ak-Qur’an
agar dibilang qari’, maka sudah dikatakan itu.” Kemudian ia diperintah agar
diseret atas mukanya (tertelungkup) sehingga dilempar didalam api neraka. Dan
seorang yang diluaskan rezeki oleh Allah SWT ia diberi berbagai ragam harta
semuanya kemudian ia didatangkan dan diingatkan nikmat-nikmatNya maka ia
mengakuinya. Lantas Allah bertanya : “Apa yang telah engkau amalkan
padaNya?.” Ia menjawab : “ Aku tidak meninggalkan dari suatu jalan yang
Engkau cintai untuk diinfakkan melainkan aku infakkan padaNya karena
Engkau.” Allah enjawab : “Bohong Engkau akan tetapi engaku kerjakan agar
engkau dipanggil sebagai dermawan, maka sungguh hal itu sudah dikatan kepada
engkau kemudian diperintahkan kepadanya agar diseret diatas mukanya
(tertelungkup) kemudian dilempar kedalam api neraka. (HR. Muslim)
1. Penjelasan (Syarah) Hadist
Hadist Nabi SAW menjelaskan tentang berita nasib amal perbuatana
manusia yang tidak ikhlas karena Allah besok hari kiamat. Semua amal perbuatan
yang tidak karena Allah disebut riya. Kata “Riya” diambil dari kata “r
a” “yara” “ru’yatan” “wariya an.”
Bermakna : “melihat”, maksudnya seseorang beramal ingin dilihat
manusia atau ingin dipuji orang dan seterusnya. Istilah lain seperti sum’ah -
mendengar yakni ingin didengar orang atau mendapat popularitas dan ‘ujub -
heran, ingin orang lain takjub melihat amalnya dan seterusnya. Semua itu merusak
pahala amal seseorang termasuk menuntut atau mengajarkan imu. Tidak ada
pahala disisi Allah SWT bagi seseorang yang beramal bukan karena Allah bahkan
10
haram hukumnya. Pada awal Hadist Nabi bersabda : “Sesungguhnya pertama kali
manusia yang dipersidangkan besok hari kaiamat...”
Ada beberapa hadist yang permulaannya mirip dengan Hadist ini, tetapi
konteksnya berbeda, sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan rukun islam yakni :
“ Sesungguhnya pertama kali diperhitungkan amal seseorang hamba
besok hari kiamat adalah Shalatnya.” (HR. al-Turmidzi)
b. Berkaitan dengan penganiyaan
“Sesuatu yang pertama kali dipersidangkan antara manusia adalah
masalah darah.”(HR. Bukhari, Muslim, dan al-Nasa’i)
c. Berkaitan dengan keikhlasan sebagaimana hadist tersebut
Semua menunjukkan betapa penting dan utamanya baik untuk dikerjakan
seperti shalat atau untuk dihindari seperti : mengalirkan darah manusia atau
beramal yang bukan karena Allah. Hadist diatas mengambarkan ada tiga orang
yang pertama kali diadili dihadapan Allah besok hari kiamat, sebagai berikut :
1. Seorang pejuang
2. Seorang pengajar dan pengajar
3. Seorang wartawan
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keikhlasan dalam pendidikan adalah menuntut ilmu untuk mencari ridha
Allah. Seorang pelajar yang belajar ilmu syara’ hanya ingin mendapatkan materi
dunia semata tidak mendapat bau surga. Ridha Allah dalam niat berkaitan niat
yang baik , bukan semata kepentingan sementara kan tetapi kepentingan yang
abadi yakni kebaikan.
Pencari ilmu pahalanya sama dengan jihad di jalan Allah, andai kata
seorang pelajar ati di tengah-tengah belajar ia mati syahid. Persamaan pencari
ilmu dan jihad di jalan Allah adalah saa-sama menghidupkan agama.
Bagi Pengajar Al-Qur’an atau ilmu agama boleh saja menerima upah
dianalogikan dengan Hadis bolehnya menerima upah dalam rukiyah,yakni
mengobati orang sakit dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa dari
Hadis Nabi SAW. Hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Pertama kali manusia yang diadili besok hari kiamat ada empat orang
yaitu: seorang yang mati di medan perang, seorang yang belajar dan mengajar
ilmu, pembaca Al-Qur’an, dan dermawan. Masing-masing membanggakan
amalnya dan ditunjukkan pahalanya yang amat besar. Tetapi semuanya ditolak
aalnya oleh Allah SWT karena ria amalnya bukan, karena Allah dan diseret ke
dala api neraka. Seorang yang mati di medan perang ingin disebut sebagai
pemberani dan pahlawan, seorang pelajar dan pengajar ingin disebut sebagai
orang alim. Seorang pembaca Al-Qur’an ingin disebut sebagai al-qari’ atau al-
hafiz sedangkan dermawan ingin disebut sebagai dermawan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Majid Abdul Khon, Hadist Tarbawi edisi pertama, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012
13