Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEIKHLASAN, HONOR, DAN GAJI DALAM PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Hadis Tarbawi yang di ampu
oleh : Awan Gunawan, M.Ag.

Oleh Kelompok 7 :
1. Dhea Dwi Lestari (1901006)
2. Hanhan Hana Nurhalimah (1901011)
3. Neni Suryati (1901028)

KELAS 5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL FALAH CIHAMPELAS
BANDUNG BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Atas


rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Keikhlasan, Honor, dan Gaji dalam Penddikan” dengan tepat waktu. Sholawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, dan para sahabat-Nya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Hadis Tarbawi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Awan Gunawan selaku
dosen Mata Kuliah Hadis tarbawi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Cihampelas, 19 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. MENCARI RIDHA ALLAH..................................................................... 3

B. KEUTAMAAN IKHLAS MENCARI ILMU .......................................... 4

C. PENGAJARAN BOLEH MENERIMA UPAH ...................................... 5

D. LARANGAN PENGAJAR MENERIMA UPAH ................................... 7

E. TIDAK RIYA ............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan yang berkembang terus secara pesat dalam Islam hendak
diimbangi dengan ilmunya para ulama, yakni ilmu yang dapat menambah
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Dalam mencari atau menuntut ilmu
hendaklah kita mengetahui pentingnya menghadirkan keikhlasan di dalamnya
agar proses pencaharian ilmu mendapat berkah, rahmat dan ridho-Nya. Begitu
pula dengan orang yang menyampaikan ilmu atau sering disebut sebagai
pangajar(guru).
Namun, dalam keikhlasan menyampaikan suatu ilmu perlu juga upah atau
gaji sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil kerja, karena sebagai
manusia kita diwajibkan mencari nafkah untuk keperluan sehari-hari.
Adapun bagi orang yang menyampaikan Ilmunya terdapat larangan-
larangan di dalamnya karena ketidak ikhlasan atau terdapat niat lain sehingga
muncul berbagai larangannya dilarang oleh Allah Swt dan Rasul-Nya.
Dalam Islam niat menjadi rukun beramal, tidak sah suatu amal yang tidak
disertai niat. Niat pun harus tulus karena Allah atau karena ,mengaharap ridha
Allah yang disebut dengan ikhlas. Dalam salah atu hadist Rasulullah SAW
bersabda “Sesungguhnya sahnya segala amal adalah dengan niat” (HR. Bukhari
dan Muslim). Niat ini berasal dari bahasa Arab sekalipun telah menjadi bahasa
Indonesia. Namun pengertian niat harus dikembalikan kepada bahasa aslinya
yakini bahasa Arab. Dalam bahasa Arab niyat erate al- Qashdu = bertujuan.
Sedang menurut syara’ niat adalah:
‫قصد ااشيئ مقتر نا بفعله‬
“Bersengaja melakukan sesuatu dibarengkan dengan pekerjaannya.”
Niat disini memang berbeda dengan niat dalam bahasa Indonesia. Niat dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan keinginan seseorang yang dilakukan jauh hari
sebelum berbuat. Misalnya, aku niat melaksanakan haji karena Allah dilakukan
pada saat berihram haji dari miqat (batas mulai ihram). Niat berwudhu ketika
membasuh muka bukan ketika berjalan menuju kekamar mandi. Berbeda dengan

1
niat dalam bahasa Indonesia lebih dekat disebut ‘azam dalam bahsa Arab bukan
niat dalam syara’. Niat dalam pembahsan Hadist Tarbawi dapat diartikan mencari
ilmu. Pada bab ini akan dibahas Hadist tentang keikhlasan mencari ilmu yang
meliputi mencari ridha Allah, menerima dan melarang upah bagi pengajar dan
tidak riya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mencari Rida Allah ?
2. Bagaimana keutamaan ikhlas mencari ilmu ?
3. Bagaimana pengajar boleh menerima upah ?
4. Apa saja larangan pengajar menerima upah ?
5. Bagaimana supaya tidak riya ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut penulis dapat menyimpulkan tujuan dari
makalah ini adalah untuk :
1. Agar mengetahui bagaimana mencari Ridha Allah.
2. Agar mengetahui keutamaan ikhlas mencari ilmu.
3. Agar mengetahui pengajar boleh menerima upah.
4. Agar mengetahui larangan pengajar menerima upah.
5. Agar mengetahui supaya tidak riya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MENCARI RIDHA ALLAH


‫ع ن ابي هر يره قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من تعلم علما مما يبتغى به وجه هللا عز وجل ال يتعلمه‬
‫اال ليصب به عر ضا من االد نيا لم يجد عر ف االجنه يوم القيا مه يعني رحها‬
1. Terjemahan :
Dari Abi Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Barang
siapa yang mempelajari suatu ilmu dari sesuatu ( yang seharusnya ) untuk
mencari rida Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sedikit
dari harta benda , maka ia tidak mendapatkan bau surga besok hari
kiamat.” (HR. Abu Daud)
2. Penjelasan (syarah hadis)
Hadis ini membimbing kepada umat agar mempunyai tujuan
yang ikhlas dalam arti sederhana adalah bersih dari niat yang tidak baik ,
bersih hanya karena Allah atau rida Allah bukan karena yang lain .
Sebangaimana sabda Nabi di atas :
‫من تعلم علما مما يبتغى به وجه هللا عز وجل‬
“ Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu dari sesuatu (yang seharusnya
) untuk mencari Allah.”
Kata ilman berbentuk umum (nakirah) tetapi diberi sifat kalimat
berikutnya “ dari sesuatu untuk mencari rida Allah: ”. Para ulama Hadis
berpendapat maksud ilmu di sini adalah ilmu syara’ atau ilmu agama. Kata
“Wajah Allah” termasuk kalimat mutasyabbihat artinya kalimat yang
menyerupakansifat Allah dengan sifat makhluk, seolah – olah Allah mempunyai
wajah seperti makhluk dalam teologi Islam disebut antropomorfisme. Sebagai
perbandingan dalam QS. A l – Mulk (67) ayat 1 Allah berfirman artinya :
"Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan"

Dalam ayat ini seolah – olah Allah mempunyai tangan. Benarkah Allah
mempunyai wajah dan tangan seperti makhluk? Para ulam berbeda pendapat, para
ulama salaf, memberikan arti secara lahir nash yakni Allah mempunyai wajah atau

3
tangan tetapi tidak seperti wajah dan tangan makhluk, wajah dan tangan Allah
tidak seperti apa dan tidak bagaomana. Adapun ulama khalaf memeerikan ta’wil
atau interpretasi lain yakni wajah atau tangan Allah diartikan sifat yang
dilaziminya yakni ridha dan kekuasaan, yang dieksperisikan wajah adalah ridha
sedang sifat yang diekspresikan tangan adalah kekuasaan. Makna Hadis yang
mudah dipahami adalah makna kedua yakni mencari ilmu untuk mencari ridha
Allah bikan mencari wajah Allah.
Al – Ghazali berpendapat bahwa maksud dan tujuan pendidikan Islam
adalah mendekatkan diri kepada Allah bukan mencari pangkat dan kebanggaan.
Pelajar tidak berniat mencari jabatan, harta dan pangkat dan tidak ada niat ingin
berdebat dengan orang awam dan mengalahkan lawan. Al – Zarnujiy memberi
bimbingan bahwa mencari ilmu hendaknya tulus yakni memperoleh ridha Allah,
menghilangkan kebodohan dan dari dirinya dan dari umat manusia,
menghidupkan agama dan melestarikan islam, sebab ilmu inilah agama menjadi
hidup dan agama tetap eksis.
3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadist
a. Kewajiban ikhlas dalam menuntut ilmu dan mempunyai tujuan
mencari ridha Allah.
b. Beasiswa, hadiah, dan doorprize yang didapatkan akibat dari prestasi
ilmu atau bantuan tidak mengurangi nilai ikhlas, asalkan niat hatinya
tetap bersih.
c. Orang yang mukhlis dalam mencari ilmu mendapat balasan di dunia
dan di akhirat.

B. KEUTAMAAN IKHLAS MENCARI ILMU


‫عن انس بن مالك قال قال رسو ل هللا صلى هللا عليه وسلم من خرج في طلب االعلم كان في سبيل هللا حتى‬
‫يرجع اخرجه التر مدي قال ابو عيسى هدا حديث حسن غر يب ورواه بعضهم فلم يرفعه‬
1. Terjemahan
“Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Barangsiapa
yang keluar dalam mencari ilmu, maka ia pada jalan Allah sehingga ia pulang”.
Abu Isa berkata Hadis ini Hasan Gharib dan sebagian mereka meriwayatkannya
tetapi tidak dimarfu’ kan kepada Rasulullah SAW.” (HR. AL – Turmudzi)

4
2. Penjelasan (Syarah Hadis)
Hadist diatas memberi motivasi kepada umat agar selalu mencari ilmu dan
selalu mencari ilmu dan selalu menuntut ilmu, tidak pandang di tempat yang dekat
atau yang jauh, tidak pandang didalam rumah atau diluar rumah dan tidak
pandang didalam negeri atau diluar negeri. Mencari ilmu adalah kebutuhan pokok
bagi manusia untuk membekali kehidupannya yang sangat bermanfaat, bagi orang
mukmin kemnafaatan ilmu yang diperoleh di dunia dan di akhirat.
3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadis
a. Kedudukan mencari ilmu sama dengan jihad dijalan Allah dan
mendapat pahala yang sama, karena keduanya mempunyai makna
yang sama yakni menghidupkan agama.
b. Orang yang meninggal di tengah –tengah pembelajran mendapat
pahala mati syahid.
c. Pelajar berhak memerima zakat baik masuk pada fisabillah atau
sebagai miskin.

C. PENGAJARAN BOLEH MENERIMA UPAH


‫عن ابن عبا ان نفرامن اصحاب االنبي صلىى هللا عليه وسلم مروابماء فيهم لديغ او سليم فعر ض لهم رجل‬
‫من اهل الماءفقال هل فيكم من راق ان في الماءرجال لديغا او سليم فا نطلق رجل منهم فقرا بفا تحه الكتب‬
‫على شاءفبرا فجاء باالشاء الى اصحابه فكارهو ادلك وقالوا اخد ت على كتا ب هللا اجرا حتى قدموا المدينه‬
‫فقالو ايا رسول هللا اخد على كتاب هللا اجرا فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ان احق ما اخدتم عليه اجرا‬
‫كتا ب هللا‬
1. Terjemahan
“Dari Ibnu Abbas bahwa ada sekelompok sahabat Nabi berjalan melewati
tempat sebuah kaum tempat turun air didalamnya ada seorang yang digigit
binatang berbisa atau disebut binatang salim. Seorang dari penghuni air itu
menawarkan kepada mereka : Apakah ada diantara kamu seorang yang bisa
mengobati (rukiah) pada air itu ada seorang yang digigit binatang berbisa?
Datanglah dari seorang mereka membacakan Al-Fathihah dengan diberi upah
seekor kambing. Seorang yang tergigit berbisa itu sembuh kemudian seekor
kambing itu dibawa kepada teman-temannya, tetapi mereka tidak suka hal itu.
Mereka berkata : “Engkau ambil upah atas kitab Allah”? sehingga mereka

5
datang ke Madinah lantas bertanya : “Hai Rasullah dia mengambil upah atas
kitab Allah.” Rasulullah SAW bersabda : “ Seseungguhnya sesuatu yang paling
berhak kamu ambil upah adalah kitab Allah.” (HR. Bukhari)

2. Penjelasan (Syarah Hadist)


Hadist diatas memberikan motivasi bolehnya menerima upah bagi
pengajar, guru atau pendidik serta pengobatan jampi-jampi yang membacakan
ayat-ayat Al-Qur’an. Latar belakang atau asbab al-wurud hadist diatas adalah
ketika sekelompok Nabi SAW melewati sebuah kaum yang tinggal ditempat
turunnya air. Ditempat itu terjadi peristiwa yang mengejutkan ketika ada seekor
binatang berbisa (mungkin ular dan mungkin kalajengking) didalam air itu
menggigit salah seorang doantara mereka. Lantas mereka minta tolong kepada
sahabat Nabi untuk mengobatinya. Diantara mereka bertanya : “Apakah ada
diantara kalian yang bisa mengobati seorang sakit yang digigit binatang brbisa?”
salah seorang sahabat Nabi berangkat mengobatinya dengan dibacakan surat Al-
Fatihah. Dengan izin Allah, orang yang tergigit binatang berbisa itu dapat
disembuhkan dan dikasih upah seekor domba.
Ketika menerima upah itu para sahabat menanggapinya negatif dan hati
mereka merasa tidak berkenan menerima upah tersebut karena seolah menjual
ayat Al-Qur’an dengan harta bendayakni seekor domba. Mereka bertekad akan
melaporkan peristiwa ini kepada Rasulullah di Madinah, mereka bertanya kepada
Beliau. Lantas beliau menjawab: “Sesungguhnya sesuatu yang paling berhak
kamu ambil upah adalah kitab Allah.”
Pada riwayat al-A’masy selain al-Turmudzi diperjelas sekelompok
sahabat tersebut sejumlah 30 orang yang diutus pada malam hari melewati suatu
kampong Arab, tidak dijelaskan kampung apa namanya dan konteksnya utusan ini
bukan dalam jihad. Syekh ‘Athiyah Muhammad Salim dalam Syarah Bulugh al-
Maram menjelaskan ada sekelompok sahabat Nabi yang melewati suatu kampung
pada malam hari, malam hari mereka ingin bertamu dan itu sudah menjadi
kebiasaan orang Arab menerima dan menjamu tamu. Tetapi penduduk kampung
itu menolaknya, lantas berpindah ke kampung lain. Kemudian diantara tokoh
ampung yang menolak tamu itu tersengat kalajengking pada malam itu juga,

6
mereka mencari berbagai obat tetapi tidak dapat menyembuhkan. Diantara mereka
berpendapat coba kita bertanya kepada rombongan tamu yang kita tolak itu
barangkali ada diantara mereka yang bisa mengobatinya. Mereka pun
mendatanginya dan bertanya apakah diantara kalian yang bisa mengobati
pimpinan kami yang sedang kesakitan tersengat kalajengking? Jawab mereka :
Ya, bisa. Mereka mengundang datang ke kampungnya untuk mengobati, tetapi
sahabat Nabi itu merasa enggan hadir di kampong halamannya karena telah
ditolak bertamu kecuali dibayar dengan upah yang pasti. Kemudian terjadi
kesepakatan sekitar 20 hingga 30 ekor kambing.
Sahabat Nabi itu mengunjunginya, dibacakannya Al-Qur’an surat al-
Fatihah dengan izin Allah pimpinan penduduk itu bisa sembuh dan dapat bangun
seolah terlepasdari ikatan tali. Kambing itu dibawanya dan dapat dibagikan
kepada sahabat-sahabat yang lain dalam rombongan tersebut, tetapi para sahabat
menolaknya sebelum upah ini diperbolehkan Nabi SAW. Setelah sampai di
Madinah Nabi memperbolehkannya dan bersabda : “ketahuilah bahwa itu
adalah ruqiyah”. Nabi senyum dan bersabda : “Bagi mereka dan aku sebagian”.
Setelah dibagi beliau menyampaikan hadist diatas.

3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadist


a. Bolehnya menerima upah dalam pengobatan orang sakit
dengan ruqiyah membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau do’a-do’a dari
Nabi SAW
b. Bolehnya pengajian, honor atau upah bagi para guru, pegawai dan
karyawan dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
c. Sunahnya menerima, menghormati, dan menjamu tamu yang datang
untuk menginap.

D. LARANGAN PENGAJAR MENERIMA UPAH


‫عنعباده بن الصا مت قال علمت ناس من اهل الصفه القران والكتا به فا هدى الئ رجل منهم قوسا فقلت‬
‫ليست بمال وارمي عنها في سبيل هللا فساات ر سول هللا صلى هللا عليه وسلم عنها فقال ان سرك ان تطوق‬
‫بها طوقا من نارفقبلها‬
1. Terjemahan

7
Dari Ubadah bin shamit berkata : Aku telah mengajar orang-orang yang
membaca Al-Qur’an. Seseorang diantara mereka memberiku hadiah sebuah
panah (bukan harta), jadi dapat aku gunakan memanah dijalan Allah. Aku
mendatangi Rasulullah SAW seorang telah menghadiahkan aku sebuah busur
panah dari orang-orang yang telah aku ajarkan membaca Al-Qur’an, ia bukan
harta (yang mahal) dan dapat aku gunakan memanah dijalan Allah. Nabi
bersabda : “Jika engkau senang dikalungi dari api neraka maka
terimalah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
2. Penjelasan (Syarah Hadist)
Hadist diatas menjelaskan larangan menerima upah hadiah atau gaji dalam
pengajaran lawan dari hadis sebelumnya. Ubadah bin Shamit seorang sahabat
sebagai guru Al-Qur’an dan tulis-menulis di al-Shuffah (tempat penampungan
sahabat Muhajirin yang miskin di Masjid Nabawi). Ketika salah seorang
muridnya memberi hadiah sebuah busur panah, ia melapor kepada Nabi dan
bertanya tentang hal tersebut. Pertanyaannya : “Aku mendapat hadiah sebuah busr
panah dari murid yang saya ajar di al-Shuffah, hadiahnya sederhana tidak mahal
dan akan aku gunakan memanah dijalan Allah. Nabi melarang dan menjawab
dengan ancaman yakni dikalungi neraka, maksudnya masuk ke neraka. Sabda
beliau : “Jika engaku senang menjadi kalung dari neraka maka terimalah.”
Teks dibawah ini tampaknya diwali dengan kata yang menyenangkan
tetapi sesungguhnya merupakan ancaman. “Jika engkau senang dikalungi neraka,”
tentu tidak ada yang senang kalung dari api, bahkan menyedihkan dan
membinasakan. Itulah ancaman orang yang menerima hadiah dalam pengajran Al-
Qur’an.
Kitab ‘Awn al-ma’bud Syarah Sunan Abi Daud disebutkan bahwa al-
Khathabiy berkata : bahwa para ulama berpendapat dalam memahami hadist
diatas :
a. Sebagian ulama mengambil makna hadist secara tekstual (lahirnya
teks) bahwa mengambil upah atau gaji dalam mengajarkan Al-
Qur’an terlarang sebagaimana pendapat al-Zuhriy,Abu Hanifah
dan Ishak bin Rahawayh

8
b. Sebagian mereka berpendapat tidak apa menerima upah atau gaji
dalam pengajaran Al-Qur’an selagi tidak dipersyaratkan, artinya
kehendak santri atau murid yang diajar, pendapat al-Hasan al-
Basyriy, Ibnu Sirin dan al-Sya’biy.
c. Sebagian lain memperoleh upah atau gaji dalam pengajaran
sebagaimana pendapat Malik, Atha’, dan Abi Tsawr. Alasan
mereka : pertama, hadist Sahal bin Sa’ad bahwa yang menjelaskan
bahwa Rasulullah bersabda kepada seorang laki-laki yang akan
menikah, tetapi tidak ada kemampuan harta untuk mahar : “Aku
nikahkan engkau akan dia dengan maskawin apa yang engkau
hafal dari Al-Qur’an.”
Hadist Abi Shamit diatas dipahami mereka sebagai sukarelawan dari awal
niatnya mencari pahala bukan mencari pekerjaan, maka dilakukan oleh Rasulullah
SAW. Kedua, kondisi Ahl al-Shuffah orang miskin hidupnya makan sedekah dari
kaum Muslimin, seharusnya memang dibantu bukan dipungut biaya.
Sebagian lagi berpendapat jika seseorang yang mengajar Al-Qur’an itu merupakan
kewajiban ‘ain tidak boleh memungut upah atau gaji tetapi jika kewajiban kifayah
boleh mengambilnya.
3. Pelajaran Yang Dipetik Dari Hadist
a. Larangan memungut bayaran dari murid yang miskin untuk pengajian
atau upah guru yang mengajar Al-Qur’an.
b. Larangan menerima gaji bagi guru yang sejak awal berniat menjadi
sukarelawan atau pengajaran fardhu’ain.
c. Bolehnya pekerjaan guru menjadi profesi dan berhak menerima gaji
sekalipun dalam mengajarkan Al-Qur’an atau ilmu agama asal tidak
materialis.

E. TIDAK RIYA
Dari Abu Hurairah berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya pertama kali manusia yang dipersidangkan besok hari kiamat
adalah seorang mati syahid, ia didatangkan kemudian diingatkan nikmat-
nikmyatNya ia pun mengakuinya”. Allah bertanya : “Apa yang telah engkau

9
amalkan padaNya”? Ia menjawab: “Aku berperang karena Engkau sehingga aku
mati syahid”. Allah berfirman: “Bohong engkau tetapi engkau berperang agar
engkau dikatakan sebagai seorang pemberani yang sudah dikatakan itu.
Kemudian diperintahkan kepadanya agar diseret atas mukanya (tertelungkup)
sehingga dilempar kedalam api neraka. Seorang belajar dan mengajar ilmu serta
membaca Al-Qur’an, kemudian didatangkan kepadanya dan diingatkan nikmat-
nikmatnNya, ia pun mengakuinya. Allah bertanya : “Apa yang telah kamu
kerjakan padaNya?” Ia menjawab : “ Aku belajar ilmu dan mengajarkannya, aku
membaca Al-Qur’an karena Engkau, “Allah menjawab : “Bohong Engkau tetapi
engkau belajar ilmu agar dibilang orang alim dan engkau membaca Ak-Qur’an
agar dibilang qari’, maka sudah dikatakan itu.” Kemudian ia diperintah agar
diseret atas mukanya (tertelungkup) sehingga dilempar didalam api neraka. Dan
seorang yang diluaskan rezeki oleh Allah SWT ia diberi berbagai ragam harta
semuanya kemudian ia didatangkan dan diingatkan nikmat-nikmatNya maka ia
mengakuinya. Lantas Allah bertanya : “Apa yang telah engkau amalkan
padaNya?.” Ia menjawab : “ Aku tidak meninggalkan dari suatu jalan yang
Engkau cintai untuk diinfakkan melainkan aku infakkan padaNya karena
Engkau.” Allah enjawab : “Bohong Engkau akan tetapi engaku kerjakan agar
engkau dipanggil sebagai dermawan, maka sungguh hal itu sudah dikatan kepada
engkau kemudian diperintahkan kepadanya agar diseret diatas mukanya
(tertelungkup) kemudian dilempar kedalam api neraka. (HR. Muslim)
1. Penjelasan (Syarah) Hadist
Hadist Nabi SAW menjelaskan tentang berita nasib amal perbuatana
manusia yang tidak ikhlas karena Allah besok hari kiamat. Semua amal perbuatan
yang tidak karena Allah disebut riya. Kata “Riya” diambil dari kata “r
a” “yara” “ru’yatan” “wariya an.”
Bermakna : “melihat”, maksudnya seseorang beramal ingin dilihat
manusia atau ingin dipuji orang dan seterusnya. Istilah lain seperti sum’ah -
mendengar yakni ingin didengar orang atau mendapat popularitas dan ‘ujub -
heran, ingin orang lain takjub melihat amalnya dan seterusnya. Semua itu merusak
pahala amal seseorang termasuk menuntut atau mengajarkan imu. Tidak ada
pahala disisi Allah SWT bagi seseorang yang beramal bukan karena Allah bahkan

10
haram hukumnya. Pada awal Hadist Nabi bersabda : “Sesungguhnya pertama kali
manusia yang dipersidangkan besok hari kaiamat...”
Ada beberapa hadist yang permulaannya mirip dengan Hadist ini, tetapi
konteksnya berbeda, sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan rukun islam yakni :
“ Sesungguhnya pertama kali diperhitungkan amal seseorang hamba
besok hari kiamat adalah Shalatnya.” (HR. al-Turmidzi)
b. Berkaitan dengan penganiyaan
“Sesuatu yang pertama kali dipersidangkan antara manusia adalah
masalah darah.”(HR. Bukhari, Muslim, dan al-Nasa’i)
c. Berkaitan dengan keikhlasan sebagaimana hadist tersebut
Semua menunjukkan betapa penting dan utamanya baik untuk dikerjakan
seperti shalat atau untuk dihindari seperti : mengalirkan darah manusia atau
beramal yang bukan karena Allah. Hadist diatas mengambarkan ada tiga orang
yang pertama kali diadili dihadapan Allah besok hari kiamat, sebagai berikut :
1. Seorang pejuang
2. Seorang pengajar dan pengajar
3. Seorang wartawan

2. PELAJARAN YANG DIPETIK DARI HADIST


a. Kewajiban ikhlas dalam segala amal yakni mencari ridha Allah baik
dalam perjuangan mencari ilmu dan sedekah.
b. Tiga orang yang pertama kali dipersidangkan besok hari kiamat
merupakan simbol pada segala amal manusia yakni meliputi amal
badaniah (fisik), nafsiah (hati), dan maliyah (harta).
c. Niat ikhlas karena ridha Allah menghasilkan dua kebaikan yakni
kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.
d. Amal ria yang bukan karena Allah hanya mendapatkan satu kebaikan
yang bersifat sementara, yaitu kebaikan dunia saja tidak medapat
kebaikan akhirat atau malah tidak mendapatkan kebaikan sama sekali
baik dunia dan akhirat.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keikhlasan dalam pendidikan adalah menuntut ilmu untuk mencari ridha
Allah. Seorang pelajar yang belajar ilmu syara’ hanya ingin mendapatkan materi
dunia semata tidak mendapat bau surga. Ridha Allah dalam niat berkaitan niat
yang baik , bukan semata kepentingan sementara kan tetapi kepentingan yang
abadi yakni kebaikan.
Pencari ilmu pahalanya sama dengan jihad di jalan Allah, andai kata
seorang pelajar ati di tengah-tengah belajar ia mati syahid. Persamaan pencari
ilmu dan jihad di jalan Allah adalah saa-sama menghidupkan agama.
Bagi Pengajar Al-Qur’an atau ilmu agama boleh saja menerima upah
dianalogikan dengan Hadis bolehnya menerima upah dalam rukiyah,yakni
mengobati orang sakit dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa dari
Hadis Nabi SAW. Hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Pertama kali manusia yang diadili besok hari kiamat ada empat orang
yaitu: seorang yang mati di medan perang, seorang yang belajar dan mengajar
ilmu, pembaca Al-Qur’an, dan dermawan. Masing-masing membanggakan
amalnya dan ditunjukkan pahalanya yang amat besar. Tetapi semuanya ditolak
aalnya oleh Allah SWT karena ria amalnya bukan, karena Allah dan diseret ke
dala api neraka. Seorang yang mati di medan perang ingin disebut sebagai
pemberani dan pahlawan, seorang pelajar dan pengajar ingin disebut sebagai
orang alim. Seorang pembaca Al-Qur’an ingin disebut sebagai al-qari’ atau al-
hafiz sedangkan dermawan ingin disebut sebagai dermawan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Majid Abdul Khon, Hadist Tarbawi edisi pertama, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012

13

Anda mungkin juga menyukai