Anda di halaman 1dari 5

Implementasi Demokrasi Dalam Memelihara dan Meningkatkan

Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

Oleh : Rio Julian Rustandi Putra

Mahasiswa dikenal sebagai kaum intelektual, karena dipandang memiliki peran


yang mampu mengubah tatanan sosial. Oleh sebab itu mahasiswa sendiri disebut
sebagai agent of change atau agen perubahan.

Dalam konteks perubahan mahasiswa menjadi satu-satunya harapan untuk


mampu membuat suatu perubahan demi kemajuan bangsa.

Peran sebagai agen perubahan selalu ditanamkan kepada mahasiswa sejak


memasuki bangku perkuliahan, dimana ini menjadi modal awal kepada mahasiswa
agar mampu menjalankan peran dan tugasnya sebagai mahasiswa dengan baik.

Mahasiswa sangat perlu membangun suatu kesadaran untuk mengembangkan


potensinya dan tidak hanya diam ketika melihat realita sosial yang terjadi di
masyarakat. Sebagai kaum intelektual dan seorang akademisi, mahasiswa harus
memiliki keberanian dalam mempertanyakan status quo dan melakukan
pendobrakan agar terjadi suatu perubahan yang konkrit. Sementara itu, perubahan
sendiri tak bisa berjalan tanpa adanya aksi nyata. Mahasiswa harus saling bahu-
membahu, memiliki pemikiran yang kritis dan membangun keberanian untuk
merubahan tatanan sosial yang dianggap menyimpang.

Mahasiswa dianggap memiliki akses yang lebih mudah terhadap ilmu


pengetahuan. Dengan kemudahan tersebut mahasiswa dapat menambah wawasan.
Mengasah kemampuan berpikir serta belajar mempertajam analisis terhadap
sesuatu termasuk kondisi sosial.

Mahasiswa dapat menjalankan perannya sebagai agen perubahan dan


membawa masyarakat pada tatanan sosial yang lebih adil. Ketika mahasiswa
mampu melihat secara kritis kondisi sosial yang ada maka ia bisa mengupayakan
perubahan agar masyarakat hidup dalam kondisi yang lebih ideal.

Namun peran ini tentunya tak mudah. Nyatanya tak semua mahasiswa mampu
mengemban peran-peran tersebut. Mahasiswa perlu terus belajar dan menambah
pengetahuan agar bisa menjalankan perannya.

Pengetahuan ini menjadi bekal mahasiswa untuk menjalani 5 peran tersebut.


Upaya-upaya yang bisa dilakukan mahasiswa untuk menambah wawasannya
contohnya membaca buku dan berdiskusi.

Meskipun tidak mudah, sejauh ini contoh-contoh nyata mahasiswa sebagai


agen perubahan membuktikan bahwa peran tersebut bisa dijalankan. Mahasiswa
bisa menjadi agen perubahan.

Bila dirunut secara historis, mahasiswa di Indonesia membuat perubahan-


perubahan besar. Contoh-contoh bagaimana mahasiswa mengubah tatanan sosial
ini bisa kamu jadikan pelajaran sekaligus motivasi untuk dijalankan sebagai agen
perubahan.

Mahasiswa sebagai agen perubahan adalah yang mempunyai kesadaran jiwa,


peka, peduli, dan punya imajinasi akan kehidupan yang lebih baik. Upaya untuk
membuat perubahan inilah yang perlu diperjuangkan. Perubahan tidak bisa terjadi
begitu saja. Diperlukan gerakan masif dan terus-menerus untuk mengubah kondisi
sekarang.

Contoh nyata mahasiswa sebagai agen perubahan adalah saat reformasi tahun
1998. Pada masa itu gerakan mahasiswa berada di puncaknya karena berhasil
menumbangkan kepemimpinan Presiden Soeharto setelah puluhan tahun menjabat.

Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun yakni sejak Surat Perintah


Presiden Republik Indonesia dikeluarkan tahun 1966. Kemudian pada bulan Mei
1998, ia berhasil dilengserkan karena dinilai kepemimpinannya selama ini banyak
menggunakan praktik KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).
Gerakan reformasi ini mendapatkan momentumnya saat terjadi krisis moneter
pada tahun 1997. Krisis membuat harga kebutuhan pokok melambung tinggi dan
daya beli masyarakat menurun. Kondisi perekonomian terguncang hebat. Rakyat
kian sengsara. Sementara para elit pemerintahan hidup kaya.

Gerakan reformasi digerakkan mahasiswa dan gerakan ini disambut oleh


masyarakat. Apalagi masyarakat juga sudah lelah dengan pemerintahan Soeharto
yang hanya menguntungkan golongannya sendiri.

Masyarakat Indonesia menginginkan pemerintahan yang pro-demokrasi.


Presiden yang dipilih oleh rakyat langsung. Untuk itu mahasiswa melakukan
demonstrasi. Menyuarakan tuntutan-tuntutan:

1. Menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN


2. Adili Soeharto dan kroni-kroninya
3. Laksanakan amandemen UUD 1945
4. Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya
5. Tegakkan supremasi hukum
6. Hapuskan dwifungsi ABRI

Mahasiswa di seluruh Indonesia melakukan protes. Mereka menyerbu gedung


parlemen yakni Gedung Nusantara dan gedung-gedung DPRD di daerah dan
menduduki gedung-gedung tersebut.

Mahasiswa tidak akan pergi dari gedung-gedung tersebut bila tuntutan tidak
dikabulkan. Akhirnya, dengan desakan yang kian kuat, Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Peristiwa ini menjadi contoh nyata mahasiswa sebagai agen perubahan.


Mahasiswa berperan dalam mengubah perubahan dalam tatanan sosial dan
pemerintahan.

Meskipun masih menjadi perdebatan bahwa gerakan belum berhasil karena


agenda reformasi belum tercapai. Namun gerakan mahasiswa pada masa Reformasi
Mei 1998 telah membawa perubahan meski belum signifikan.
Contoh nyata lainnya dapat dilihat dari gerakan mahasiswa dua tahun terakhir.
Walaupun belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena tuntutan demonstrasi
belum terpenuhi, gerakan mahasiswa dua tahun terakhir ini menggambarkan bahwa
mahasiswa masih memiliki potensi untuk menjalankan 5 peran salah satunya
sebagai agen perubahan.

Pada September 2019 lalu, gerakan Reformasi Dikorupsi. Gerakan ini juga
digagas oleh mahasiswa. Mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia
menyuarakan hal sama yakni menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) KPK
yang justru bertentangan amanat reformasi 1998.

Mahasiswa yang ikut turun ke jalan di daerah ibukota meliputi Universitas


Indonesia, keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Universitas
Indraprasta PGRI (Unindra) Universitas Paramadina, Universitas Trisakti,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, dan masih banyak lagi. Mahasiswa di
daerah juga ikut turun jalan di kotanya masing-masing seperti

Mahasiswa menolak disahkannya RUU KPK karena akan mengurangi


wewenang KPK sebagai lembaga independen yang menangani kasus korupsi.
Beberapa pasal dalam RUU ini dapat membatasi KPK dalam menjalankan
fungsinya. Untuk itu mahasiswa melakukan demonstrasi guna menggagalkan
pengesahan RUU KPK.

Paling terbaru adalah gerakan menolah Omnibus Law (UU Cipta Kerja).
Gerakan ini diselenggarakan awal Oktober 2020. Mahasiswa kembali melakukan
aksi baik mahasiswa di ibukota maupun di daerah. Mereka menolak pengesahan
UU Cipta Kerja yang merugikan rakyat. Apalagi UU ini disahkan tanpa
mendengarkan keluhan rakyat yang sejak awal menolah undang-undang yang
berpotensi lebih banyak menguntungkan investor ketimbang para pekerja.

Tiga peristiwa tersebut menjadi contoh nyata mahasiswa sebagai agen


perubahan. Mahasiswa berani mengambil sikap dan menyuarakan aspirasi.
Mencoba untuk mendobrak tatanan yang ada apalagi bila tatanan tersebut justru
merugikan masyarakat dan menguntungkan segelintir orang.
Bagaimana peran mahasiswa dalam gerakan massa tersebut bisa menjadi
pembelajaran. Mungkin kamu bisa menjadikan inspirasi dan motivasi untuk
memaksimalkan potensi sebagai mahasiswa dan menjalankan sesuai 5 peran
mahasiswa selama ini.

Perlu diingat, menjadi agen perubahan bukan berarti hanya berkutat dengan
gerakan seperti tiga peristiwa di atas. Ada banyak gerakan yang bisa dilakukan
mahasiswa untuk mendorong terjadinya perubahan. Contohnya mengadakan
kajian, mendirikan taman baca, perpustakaan jalanan, dan lainnya.

Gerakan literasi di akar rumput seringkali menjadi alternatif gerakan untuk


mendorong terciptanya perubahan sosial.

Aksi dan juga interaksi sosial dengan masyarakat merupakan bagian terpenting
yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mengubah tatanan bangsa dan negara secara
konkrit. Maka dari itu mahasiswa perlu menjadikan contoh sebagai motivasi,
mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuan diri dan berikanlah hak
sebebas-bebasnya untuk berinovasi demi membangun peradaban yang madani.

Anda mungkin juga menyukai