Anda di halaman 1dari 12

FILANTROPI KUNCI PENGABDIAN MAHASISWA

Oleh:

GILANG ROLLIMUZABY FATTAH

Pada tatanan sosial, mahasiswa merupakan salah satu bagian dari kelompok sosial
yang teratur. Hal ini dikarenakan mengingat bahwa mahasiswa memiliki beberapa fungsi dan
peran, baik itu sebagai agent of change maupun agent of social control ditambah lagi bahwa
pada dasarnya manusia itu unik mereka akan berbeda satu dengan yang lainnya. Himpunan
Mahasiswa Islam atau yang disingkat HMI, yang merupakan bagian dari mahasiswa, tentu
memiliki beban tanggung jawab yang lebih berat dibandingkan dengan mahasiswa pada
umumnya. Sebagai sebuah entitas intelegensia, yang notabene “berada beberapa tingkat di
atas”, jika dibandingkan dengan mahasiswa pada umumnya, haruslah mampu meneguhkan
kembali fungsi dan perannya sebagai inisiator, artikulator, sekaligus organisator dari
perubahan sosial.
Berbincang soal perubahan, yang dewasa ini sering diidentikan dengan perubahan
sosial, tentu kita akan diajak untuk menakar dan menelanjangi kembali konsep-konsep kunci
serta relasi antar konsep-konsep kunci tersebut. Proposisi mengenai mahasiswa sebagai inti
dari kekuatan perubahan, harus kita lihat dan bongkar serta konfirmasi ulang baik dari sisi
definisi maupun hakekatnya. Apa yang dimaksud dengan mahasiswa, apa yang dimaksud
dengan kekuatan inti, kemudian apa yang dimaksud dengan perubahan (khususnya perubahan
sosial), serta bagaimana sang aktor perubahan menggunakan alat untuk merealisasikan mimpi
perubahan yang dimaksud itu bekerja? Beberapa pertanyaan pokok tersebut akan penulis
jelaskan secara sederhana dalam tulisan ini, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Selain itu mahasiswa sejatinya mesti menjadikan Tridharma perguruan tinggi itu
sebagai salah satu instrumen pengabdian bagi setiap mahasiswa pada masyarkat. Dimana
pada tiap dharma nya mesti didedikasikan untuk memcahkan permasalahan di tengah
masyarakat. Dimulai dari pendidikan yang dilaksanakan ini bertujuan guna mewujudkan
tatanan masyarakat yang beradab serta sejatinya setiap pengetahuan yang didapat mahasiswa
terebut se jogjanya diamalkan ditengah masyarakat. Selanjutnya berbicara penelitian hal ini di
ambil dari berbagai macam permasalahan yang ada ditengah masyarakat dan itu dikaji dan
ditelaah sesuai dengan basic keilmuan mahasiswa itu sendiri. Kemudian berbicara persoalan
pengabdian hal ini tidak terbatas kepada persoalan kuliah kerja nyata yang hari ini menjadi
rutinitas dan formalitas kampus untuk menunjukkan eksistensi tiap-tiap kampus yang
sejatinya substansinya itu sendiri hari ini tak tercapai.
Banyak kita liat permasalahan dalam persoalan pengabdian mahasiswa yang
berbentuk tridharma perguruan tinggi tersebut hari ini hanya ibarat sebuah fatamorgana, hal
ini terjadi karena baik itu para mahasiswa, dosen maupun kampus itu sendiri hanya berbicara
agenda rutinitas saja dan kejarannya hanya berbicara eksistensi dan tidak lagi berbicara hal
yang fundamental, contohnya saja skripsi yang hari ini hanya mejadi syarat kelulusan bagi
mahasiswa itu sendiri dan bukan lagi didedikasikan guna membantu memecahkan
permaslahan ditengah masyarakat.
Dari perasalahan yang kompleks tersebut penulis mencoba meramu solusi dari
permasalahan tersebut dengan menawarkan konsep filantropi guna mengembalikan khitah
pengabdian mahasiswa tadi terutama kader HMI kepada jalannya kembali.
Baik para praktisi maupun pengamat, telah banyak diantara mereka yang
mendefinisikan, mengkaji bahkan melakukan penelitian dengan mahasiswa dan perubahan
sosial sebagai objeknya. Namun hingga hari ini, dari sekian banyak definisi yang ada, konsep
mengenai mahasiswa dan perubahan sosial seolah masih menjadi bagian dari wacana yang
multi tafsir. Hal ini disebabkan oleh dinamika atau perubahan yang selalu terjadi baik pada
diri mahasiswa maupun perubahan sosial itu sendiri.
Mahasiswa merupakan struktur yang unik dalam tatanan masyarakat, baik dilihat dari
sudut politik, ekonomi, maupun sosial. Hal ini dikarenakan masa ketika menjadi mahasiswa
adalah masa transisi sebelum mereka melanjutkan dirinya sebagai seorang profesional,
pejuang, politisi, atau pengusaha. Selain itu, keunikannya juga tampak dari kebebasan yang
mereka miliki, baik kebebasan berpikir, berpendapat, berekspresi, atau melakukan apa pun.
Komunitas mahasiswa juga merupakan satu-satunya komunitas yang paling dinamis dalam
menangkap dan mengakomodasi sebuah perubahan serta paling harmonis dalam
menyuarakan pendapat. Sebab, mahasiswa adalah asosiasi dari kejujuran, integritas dan
semangat moral. Dalam diri mahasiswa, juga terdapat kumpulan calon cendekiawan,
pahlawan, negarawan, serta profesi lainnya.
Dalam masa akhir-akhir ini, mahasiswa memiliki peranan yang sangat besar dalam
melakukan perubahan sosial dan politik. Kita dapat melihat untuk membuktikan kekuatan
mahasiswa dalam berbagai peristiwa baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Peristiwa penggulingan Juan Peron di Argentina pada tahun 1955, Perez Jimenez di
Venezuela pada tahun 1958, penggulingan Soekarno di Indonesia tahun 1966, jatuhnya Ayub
Khan di Pakistan tahun 1969, membuktikan bahwa mahasiswa memiliki kekuatan yang
sangat besar. Kejatuhan Suharto pada 21 Mei 1998, yang telah mengakibatkan restrukturisasi
fundamental dalam perpolitikan di Indonesia, juga tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan
mahasiswa di dalamnya. Penting juga untuk dijadikan sebagai sebuah catatan, bahwa
mahasiswa dalam hal ini adalah katalisator penting dalam setiap aksi yang bersifat politis.
Kekuatan yang dimiliki oleh mahasiswa pada dasarnya adalah kekuatan pengetahuan,
mengingat mahasiswa termasuk ke dalam kategori intelegensia.
Perubahan sosial, secara sosiologis memiliki banyak pengertian, baik secara singkat
maupun detil. Beberapa definisi mengenai perubahan sosial dapat kita lihat melalui
pandangan dari beberapa sosiolog. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan
yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Berbicara tentang perubahan, kita
membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan
perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Salah
satu contoh definisi dari perubahan sosial yang cukup bagus adalah yang diberikan oleh
Hawley; perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial
sebagai satu kesatuan.
Konsep dasar dari perubahan tersebut mencakup tiga gagasan, yaitu; perbedaan, pada
waktu yang berbeda, dan di antara keadaan sistem sosial yang sama. Perubahan sosial dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan (apakah dari sudut
aspek, fragmen, maupun dimensi sistem sosialnya). Mengapa? Karena hal tersebut
disebabkan oleh keadaan sistem sosial yang tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal.
Perubahan sosial lahir sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen.
Komponen-komponen tersebut antara lain:

1. Unsur-unsur pokok, misalnya jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka.
2. Hubungan antar unsur, misalnya ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan
antar individu, dan integrasi.
3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem, misalnya peran pekerjaan yang dimainkan
oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban
sosial.
4. Pemeliharaan batas, misalnya kriteria untukmenentukan siapa saja yang termasuk
anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekruitmen
dalam organisasi, dll.
5. Subsistem, misalnya jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang dapat
dibedakan.
6. Lingkungan, misalnya keadaan alam atau geopolitik.

Di samping itu, beberapa definisi lain tentang perubahan sosial antara lain adalah sebagai
berikut;

1. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam


pola pola berfikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu.
2. Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam
pengorganisasian masyarakat.
3. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok,
organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.
4. Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga
dan struktur sosial pada waktu tertentu.

Di atas telah sedikit dijelaskan mengenai definisi dan penjelasan mengenai


mahasiswa, serta beberapa definisi dan penjelasan tentang perubahan, khususnya perubahan
sosial.
Rasa cinta tanah air yang melandasi kesadaran kebangsaan semangat pengabdian, dan
tekad untuk pembangunan masa depan bangsa yang lebih baik harus dibangkitan dan
dipelihara (Septiani dkk 2019). Sehingga berkembang menjadi sikap mental dan sikap hidup
masyarakat yang mampu mendorong percepatan proses pembangunan di segala aspek
kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa demi terwujudnya
tujuan nasional (Wibawa, 2014). Dalam tujuan pendidikan nasional ialah untuk meningkatkan
kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, terampil, berdisiplin, beretos, kerja,
professional, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani, dan rohani, serta
mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No. 20/2003).
Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriot dan mempertebal rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan social serta
kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan, serta beroreantasi
pada masa depan. Tujuan pendidikan di tingkat perguruan tinggi seperti Universitas dan
Institusi ialah (Kompasiana.com 2017 : 1)
Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi sera kesenian; 2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuann, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Untuk
mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pendidikan tinggi berpedoman kepada: a) tujuan
pendidikan nasional, b) kaidah moral dan etika ilmu pengetahuan, c) kepentingan masyarakat,
serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi.
Pendidikan merupakan salah satu investasi yang sangat penting untuk menyiapkan
sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam pesaingan di era global saat ini. Melalui
pendidikan, bangsa Indonesia akan mampu merencanakan dan menyiapkan tenaga terdidik
yang mempunyai kemampuan bersaing dengan negara lain. Disamping itu, disadari bahwa
perguruan tinggi (PT) merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu guna memenuhi kebutuhan
pembangunan. Mutu perguruan tinggi yang merata dan sesuai dengan kebutuhan wilayah
menjadi hal yang penting dalam pembangunan daerah, terutama di era otonomi daerah. Oleh
karena itu, program di PT harus dilihat keuntungan dan masa depan mahasiswa (Nikmah,
2015). Sehubungan dengan itu, Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem pendidikan
nasional. Keberadaannya dalam kehidupan bangsa dan negara berperan penting melalui
penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggiberkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 20 Ayat 2).
Misi perguruan tinggi adalah melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan,
penelitian dan pengapdian kepada masyarakat). Ketiga hal ini harus dijalankan secara
seimbang dan Aktivitas civitas akademika perguruan tinggi berlandaskan Tri Dharma
perguruan tinggi harus terus disesuaikan mengikuti tuntutan, perkembangan dan kebutuhan
zaman. Perkembangan IPTEKS serta perubahan lingkungan dengan segala dampaknya,
mengharuskan institusi perguruan tinggi untuk lebih mengembangkan diri dalam upaya
pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi dengan menciptakan dan meningkatkan budaya
akademik, terutama dilingkungan kampus agar kompetensi savitan akademika
dapatdiandalkan sesuai bidangnya. Dosen sebagai aktor tri darma PT diharapkan
agar selalu menyesuaikan program-programnya dengan perkembangan zaman, serta lebih
mengembangkan budaya akademik agar produktivitas dan kontribusinya mumpunan dalam
masyarakat.
Tri Dharma perguruan tinggi merupakan tiga pilar dasar pola pikir dan menjadi
kewajiban bagi mahasiswa sebagai kaum intelektual di negara ini. Karena mahasiswa adalah
ujung tombak perubahan bangsa kita ke arah yang lebih baik. Pernyataan ini menjadi
terbukti ketika kita melihat sejarah bangsa ini dimana sebagian perubahan besar yang ada di
negara ini dimulai oleh mahasiswa, dalam hal ini pemuda-pemudi Indonesia.
Adapun Tri Dharma Perguruan tinggi itu sendiri meliputi (Wibawa, 2017): Tridharma
Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan
Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
(UU No.12 Tahun 2012, Pasal 1 Ayat 9).

1. Pendidikan

Mahasiswa sebagai kaum intelektual bangsa yang menduduki 5% dari


populasi warga negara Indonesia berkewajiban meningkatkan mutu diri secara
khusus agar mutu bangsa pun meningkat pada umumnya dengan ilmu yang
dipelajari selama pendidikan di kampus sesuai bidang keilmuan tertentu. Mahasiswa
dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga
ketika mahasiswa melakukan segala kegiatan dalam hidupnya, semua harus didasari
pertimbangan rasional, bukan dengan adu otot. Itulah yang disebut kedewasaan
mahasiswa

2. Penelitian

Penelitian (research) dalam dunia pendidikan tinggi adalah kegiatan


mencari kebenaran (to seek the truth) yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah (scientific research) secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau
ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan. Ilmu
yang dikuasai melalui proses pendidikan di perguruan tinggi harus diimplementasikan
dan diterapkan.
Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti melalui penelitian. Penelitian
mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri mahasiswa itu sendiri,
namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan pperadaban dan kepentingan bangsa
kita dalam menyejahterakan bangsa (Wibawa, 2017). Selain pengembangan diri
secara ilmiah dan akademis. Mahasiswa pun harus senantiasa mengembangkan
kemampuan dirinya dalam hal softskill dan kedewasaan diri dalam
menyelesaikan segala masalah yang ada. Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir
yang kritis terhadap segala fenomena yang ada dan mengkajinya secara keilmuan.
Hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu pengetahuan dan teknologi harus
dapat dimanfaatkan dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. Oleh
karena itu, PT harus meningkatkan mutu kegiatan penelitian melalui peningkatan
profesionalisme peneliti-penelitinya. Yang dimaksud dengan profesi-onalisme di sini
ialah menjadikan penelitian sebagai profesi utama, purna waktu dengan imbalan yang
pantas bagi para peneliti. Selain peneliti sebagai individu, juga diperlukan peneliti
sebagai suatu kelompok atau tim yang bekerja bersama (Wibawa, 2017). Penelitian
dapat dikategorikan berdasarkan kegiatannya yaitu: 1) penelitian dasar atau
fundamental merupakan penelitian ilmu dasar yang sangat berkaitan dengan
pengembangan teori dan yang mendasari kemajuan ilmu pengetahuan tertentu, 2)
penelitian terapan merupakan kegiatan penelitian untuk menerapkan ilmu dasar agar
dapat menghasilkan produk teknologi yang kelak bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat, 3) penelitian pengembangan merupakan kegiatan penelitian
pengembangan teknologi atas permintaan masyarakat untuk meningkatkan produk
yang telah ada agar dapat memenuhi kebutuhan mereka.

3. Pengabdian pada Masyarakat

Mahasiswa menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu


berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Mahasiswa
adalah yang paling dekat dengan rakyat dan memahami secara jelas kondisi
masyarakat tersebut. Kewajiban sebagai mahasiswa menjadi front linedalam
masyarakat dalam mengkritisi berbagaikebijakan pemerintah terhadap rakyat karena
sebagaian besar keputusan pemerintah di masa ini sudah terkontaminasi oleh berbagai
kepentingan politik tertentu dan kita sebagai mahasiswa yang memiliki mata yang
masih bening tanpa ternodai kepentingan-kepentingan serupa mampu melihat secara
jernih, melihat yang terdalam dari yang terdalam terhadap intrik politik yang tidak
jarang mengeksploitasi kepentingan rakyat. Disini mahasiswa berperan untuk
membela kepentingan masyarakat, tentu tidak dengan jalan kekerasan dan aksi
chaotic, namun menjunjung tinggi nilai-nilai luhur pendidikan, kaji terlebih dahulu,
pahami, dan sosialisasikan pada rakyat, mahasiswa memiliki ilmu tentang
permasalahan yang ada, mahasiswa juga yang dapat membuka mata rakyat sebagai
salah satu bentuk pengabdia terhadap rakyat.
Program pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan
tinggi (PT) adalah salah satu dari implementasi Tridharma PT. Program ini
dilaksanakan dalam berbagai bentuk misalnya; pendidikan danpelatihan masyarakat,
pelayanan masyarakat, dan kaji tindak dari Iptek yang dihasilkan oleh PT. Tujuan
program ini adalah menerapkan hasil- hasil Iptek untuk pember- dayaan masyarakat
sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari
kelompok masyarakat sasaran. Keterkaitan ketiga poin TDPT Ketiga faktor diatas ini
sangat erat hubungannya, karena penelitian harus menjunjung tinggi kedua dharma
yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-
tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang
dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan
melalui Pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan
dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Dari pemaparan diatas penulis mencoba meramu konsep tridharma pergruan
tinggi tadi dengan konsep filantropi guna mewujudkan rasa cinta terhadap masyarakat
yang diimplementasikan dalam bentuk pengabdian yang dilaksanakan oleh mahasiswa
terkhusus para kader HMI yang mana para kader tersebut memiliki tugas yang lebih
berat dibandingkan mahasiswa pada umumnya.
Disini penulis mencoba memaparkan sedikit dari filantropi itu sendiri Istilah
filantropi (Philanthropy) berasal dari bahasa Yunani, philos (cinta) dan anthropos
(manusia), secara harfiah. Filantropi adalah konseptualisasi dari praktik memberi
(giving), pelayanan (services) dan asosiasi (association) secara sukarela untuk
membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta. Secara umum
filantropi didefenisikan sebagai tindakan sukarela untuk kepentingan public
(voluntary action for the public goods), ada dua model model filantropi yang dikenal,
yaitu filantropi tradisional yang berbasis pada karitas dan kedua filantropi untuk
keadilan social (social justice philanthropy). Dalam table dibawah ini terlihat
karakteristik keduanya.

Karakteristik dua Model Filantropi (Chaidar :2005 : 3-5)


Filantropi Tradisional Filantropi Untuk Keadilan Sosial
(Karitas)

Motif Individual Publik, kolektif


Oreantasi Kebutuhan Mendesak Kebutuhan jangka panjang
Bentuk Pelayanan social langsung Mendukung perubahan
Sosial
Dampak Mengatasi gejala Mengobati akar penyebab

ketidakadilan social ketidakadilan social


Contoh Menyediakan tempat tinggal Advokasi perundang-

bagi tuna wisma undangan perubahan

Dalam Islam dikenal prinsip keadilan sosial, al-Qur’an sangat menekankan urgensi
keadilan sosial dalam kehidupan muslim, dari visi umum kehadiran Islam terlihat jelas
bagaimana Islam mendudukkan posisinya untuk memberikan keadilan tidak hanya terbatas
bagi manusia namun juga mencakup semua ragam makhluk tuhan di jagad raya ini. Secara
umum prinsip dari filantropi dengan ajaran keadilan sosial dalam Islam dapat dikatakan sama,
kalaupun ada yang berbeda hal itu terkait dengan sumber motivasi dan cara
melaksanakannya, bagi Islam jelas motivasinya adalah agama dan sistemnya sesuai dengan
ketentuan yang dibenarkan oleh Islam. Namun demikian substansi yang akan dicapai
keduanya sama-sama mulyanya. Keadilan dalam al-Qur’an dibahasakan dengan beberapa
kata ‘adl, qisth dan mizan. Sebanyak 28 kali kata al-‘adl diulang dalam al- Qur’an hal ini
menunjukkan betapa urgensi dan signifikannya tema ini, dari tiga istilah yang digunakan
tentang keadilan ini dapat disarikan berbagai makna diantaranya, pertama ; artinya sama atau
menegakkan persamaan hak, dalam al-Qur’an Qs. 4: 58, misalnya, menganjurkan hakim
untuk menempatkan orang yang bersengketapada posisi yang sama dalam proses
pengadilannya. Kedua, artinya keseimbangan seperti Qs.16: 3 dan 82 : 6-7 yang
menjelaskan penciptaan langit, bumi dan manusia secara seimbang ( lihat juga Qs. 67 : 3 ),
ketiga, Tidak berlaku dzalim atau proporsional dan memberikan hak kepada pemiliknya
seperti Qs. 4:135 dan Qs. 60: 8, keempat artinya keadilan tuhan seperti Qs. 3 : 18 dan 41:46
(Chaidar : 2005 : 3-5)
Filantropi menurut W.K Kellog Foundation mendefinisikan filantropi secara lebih
luas, yaitu memberikan waktu, uang, dan pengetahuan bagaimana cara mengembangkan
kebaikan bersama. Pengertian tersebut secara tegas mengemukakan bahwa memberi tidak
semata-mata hanya dimaknai aspek materianya, tapi juga aspek lain yang lebih luas, yaitu
meluangkan waktu dan menyumbangkan pengetahuan untuk kepentingan sosial yang lebih
luas. Istilah memberi (to give) atau berbagi (to share) juga dapat diartikulasikan dalam bentuk
kesadaran, dukungan, komitmen, dedikasi, partisipasi, dan keterlibatan masyarakat dalam
mengangkat persoalan kemiskinan serta memberikan solusi terhadap problem sosial yang ada
di sekitar mereka. (Latief:2010)
Menurut Arif Maftuhin filantropi sebagai kegiatan yang bersifat universal, meskipun
dengan nama yang berbeda-beda. Orang di berbagai belahan dunia menyisihkan uang, harta,
atau waktu yang mereka miliki untuk menolong orang lain. Kegiatan filantropi terjadi lintas
negara dan hampir tidak terkait dengan tingkat kemakmuran negara atau kekayaan seseorang.
(Maftuhin:2017)
Filantropi merupakan hasil dari proses panjang umat manusia dalam
mengembangkan misi kemanusiaan. Hilman mengemukakan istilah filantropi dimaknai
kedermawanan, sebuah watak atau sikap altruistik (mengutamakan kepentingan orang lain
atau kepentinan bersama) yang sudah menyatu dalam diri manusia, baik individual maupun
kolektif. Nilai sosial dan budaya dalam masyarakat yang menginspirasi dan memotivasi
praktik kedermawanan boleh jadi berbeda-beda, meskipun ujungnya bermuara pada praktik
yang sama memberi. (Latief: 2010)
Mencermati uraian diatas, filantropi secara sederhana dapat dimaknai sebagai
aktualisasi dari tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah berdasarkan rasa kasih
sayang tulus. Filantropi yang identik dengan berderma, mengajak setiap orang untuk
menjadi seorang dermawan. Berderma bukan hanya dengan menggunakan materi, dapat
pula menggunakan kemampuan yang dimiliki atau non materi. Filantropi berawal dari
kepedulian untuk melaksanakan perintah agama, kemudian menjadi sebuah budaya
kebaikan, telah banyak berkontribusi dalam menyelamatkan kesenjangan sosial dalam
masyarakat.
Melalui berderma yang berarti memberi dengan sukarela untuk membantu
meringankan beban orang lain yang sedang kesusahan agar mendapatkan kebahagiaan. Setiap
muslim harus menjadi lebih yakin bahwa Islam agama yang rahmmatan lil alamin sudah
tidak diragukan lagi.
Pendidikan nilai adalah penamaan dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang
atau sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta
menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.(Elmubarok:2008) Nilai-nilai
sosial memberikan pedoman bagi warga masyarakat untuk hidup berkasih sayang dengan
sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin, hidup berdemokrasi, dan hidup bertanggung
jawab. Sebaliknya, tanpa nilai-nilai sosial suatu masyarakat dan negara tidak akan
memperoleh kehidupan yang harmonis dan demokratis. Dengan demikian, nilai-nilai
sosial tersebut mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi masyarakat, bangsa dan
negara.(Zubaedi:2006).
Pendidikan nilai sosial merupakan penanaman dan pengajaran agar peserta didik
memahami, menghayati dan mengamalkan dalam hidupnya sebagai manusia yang peduli
kepada sesama dengan memiliki sifat kasih sayang, disiplin, harmonis, demokrasi dan
bertanggung jawab untuk hidup dalam lingkungan sekitarnya yang banyak berhubungan
dengan masyarakat.
Kata Philantropy marak dimakna sebagai “ungkapan cinta kasih kepada sesama
manusia”. Dalam kamus Webster (2002) juga tidak memberi batasan penggkapan cinta kasih
kepada sesama manusia dalam bentuk pemberian barang ataupun uang, melainkan “pekerjaan
atau upaya yang dimaksudkan tersebut untuk meningkatkan rasa cinta pada sesama dan
kemanusiaan”.
Defenisi filantropi ini dalam perkembangannya sudah banyak megalami pergeseran
dimana yang awalnya bersifat pribadi namu kini telah berubah menjadi suatu tindakan yang
berorientasi kepada “tujuan-tujuan publik”. Kata filantropi ditafsirkan sebagai tindakan
seseorang yang mencintai sesama manusia dengan menymbangkan sumber daya yang
dimilikinya. Robert L Payton contohnya menekankan defenisi filantropi ini kedalam konteks
kegiatan keorganisasian atau kolektif, dimana filantropi ini tidak diartikan sebagai kegiatan
individual tetapi kegiatan kolektif yang dilaksanakan ole atau melalui organisasi maupun
lembaga. Disisi lain para praktisi dan pengamat filantropi di indonesia sendiri memaknai
filantropi sebagai “perpindhan sumber daya secara sukarela untuk tujuan sedekah, sosial, dan
kemasyarakatan yang terdiri atas dua bentuk utama yaitu pendayagunaan hibah sosial dan
pembanguan”. Maka dalam aplikatifnya sudah menjadi keharusan bagi para mahasiswa
khususnya kader HMI dalam proses pengabdian ditengah masyarakat melalui tridharma
perguruan tinggi tersebut sepantasnya dibalut dengan nilai-nilai filantropi dimana konsep
filantropi yang dimaksud lebih kepada pelayanan pada masyrakat. Sehingganya tidak adalagi
terjadi sikap kengganan bagi para kader HMI untuk melaksakan secara substantif proses
pengabdian ditengah masyarakat nantiknya karena semua tindak tanduk yang dilakukan
didasarkan pada cinta kaih sesama manusia dimana akan lahir jiwa-jiwa yang rela berkorban
dalam menjalankan tugas pengabdian tersebut.
Daftar Pustaka

Bamualim, Chaidar S, Irfan Abu Bakar ( Ed ). 2005 Revitalisasi Filantropi Islam – Studi Kasus
Lembaga Zakat dan Wakaf di Indonesia. Jakarta : PBB UIN.
Elmubarok, Zaim.2008. Membumukan Pendidikan Nilai, 2008, Bandung: Alfabeta.
Latief, Hilman.2010. Melayani Umat Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum
Modernis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Maftuhin, Arif. 2017. Fikih untuk Keadilan Sosial Filantropi Islam, Yogyakarta: Magnum Pustaka
Utama.
Nikmah, D. N. (2015). Implementasi Budaya Akademik dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Manajemen
Pendidikan, 24(6).
Septiani, S., Kristiawan, M., & Fitria, H. (2019). The Model of Berasanan Culture and
its Implementation in Learning to Improve Students’Motivation. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Publik, 9(1).
Undang Undang No. 12 Tahun 2012, Tentang pendidikan Tinggi.
Undang-Undang No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wibawa, S. (2017). Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat). Disampaikan dalam Rapat Perencanaan Pengawasan Proses Bisnis
Perguruan Tinggi Negeri. Yogyakarta, 29, 01-15.
Wibawa, S.2014. Kebijakan Publik: Proses dan Analisis. Jakarta: Intermedia.
Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai