Definisi Mahasiswa
Adalah pelajar perguruan tinggi serta dalam struktur pendidikan Indonesia menduduki
jenjang satuan pendidikan tertinggi di antara yang lainnya.
Merupakan insan-insan calon sarjana yang terlibat dalam suatu instansi perguruan
tinggi, dididik serta di harapkan menjadi calon – calon intelektual.
Merupakan setiap orang yang secara resmi telah terdaftar untuk mengikuti pelajaran di
perguruan tinggi dengan batas usia sekitar antara 18 – 30 tahun. Mahasiswa adalah
suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status karena memiliki ikatan
dengan perguruan tinggi.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses
modernisasi dalam kehidupan mayarakat.
Selain itu juga, dituntut pula untuk mampu berpikir secara ilmiah tentang nilai-nilai
yang mereka jaga. Bukan hanya itu saja, Anda juga sebagai pembawa, penyampai, dan
penyebar nilai-nilai serta ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari.
Peran mahasiswa sebagai social control terjadi saat ada hal yang tidak beres maupun ganjil
dalam masyrakat. Siswa/i yang mengecam pendidikan tinggi sudah seharusnya memberontak
terhadap kebusukan-kebusukan yang terjadi dalam birokrasi yang selama ini dianggap lasim.
Kemudian jika sudah manusia berpedidikan tinggi acuh dan juga tidak peduli dengan
lingkungannya, maka sudah tidak ada lagi harapan yang lebih baik untuk kehidupan bangsa
nantinnya
Banyak pembodohan serta ketidakadilan yang telah dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. Sudah
seharusnya Anda berpikir untuk mengembalikan dan juga mengubah keadaan tersebut.
Perubahan yang dimaksud yakni perubahan kearah yang positif serta tidak menghilangkan jati
dirinya sebagai mahasiswa dan juga Bangsa Indonesia.
Kamu bukan hanya sebagai kaum akademisi intelektual yang hanya duduk serta mendengarkan
dosen dalam ruangan perkuliahan saja. Kamu harus memperkaya dirinnya dengan pengetahuan
yang lebih baik juga dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan.
Ini juga merupakan sebagai iron stock yakni merupakan seorang calon pemimpin bangsa masa
depan yang kelak akan menggantikan generasi yang telah ada, jadi tidak cukup jika hanya
dengan memupuk ilmu yang spesifik saja. Perlu pula adanya soft skill seperti leadership,
kemampuan memposisikan diri, serta sensitivitas yang tinggi.
Nah, demikian ulasan tentang pengertian, peran dan fungsi mahasiswa menurut beberapa ahli.
Semoga informasi tersebut bisa menambah wawasan Anda, khususnya buat Anda para
mahasiswa.
Referensi
gusti8official.org/2013/09/kritikan-terhadap-pemimpin-bangsa.html
landasanteori.com/2015/09/pengertian-mahasiswa-definisi-menurut.html
gurupendidikan.com/pengertian-mahasiswa-menurut-para-ahli-beserta-peran-dan-fungsinya/
pengertianku.net/2014/11/kenali-pengertian-mahasiswa-dan-menurut-para-ahli.html
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di
sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah
universitas.
Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai negara mengambil peran penting dalam sejarah suatu
negara. Misalnya, di Indonesia pada 1965, ribuan mahasiswa berhasil mendesak
Presiden Soekarno untuk mundur dari jabatannya. Dan pada pada Mei 1998, ratusan ribu
mahasiswa berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk melakukan hal yang sama.
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di
luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan
kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal
perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.
CARI DI GOOGLE
Zaman berubah, tantangan berubah, hingga orientasinya pun berubah. Hal-hal ini pun terjadi pada
eksistensi mahasiswa. Mengingat bagaimana kita hidup di era milenial dan zaman digitalisasi membuat
mahasiswa memiliki pergeseran dalam orienasi menjalankan peran mahasiswa.
Hal tersebut senada dengan pernyataan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Mohamad Nasir pada saat memberikan kuliah umum di di Universitas Mataram (Unram),
Mataram, NTB mengatakan bahwa mahasiswa merupakan pemeran utama dalam menghadapi
tantangan Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu mahasiswa harus mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin selama kuliah di kampus, tidak hanya di bidang akademik namun juga
kreativitas dan inovasi.
Kini mahasiswa memiliki inovasi yang berbeda dalam menyelesaikan masalah (Problem
solving). Jika dulu sebelum gerakan mahasiswa 1998, pemuda bangsa harus menggunakan
bambu runcing dalam berperang melawan penjajah, lalu tahun 1998, mahasiswa turun ke jalan
dalam melakukan gerakan reformasi dan kini mahasiswa harusnya bisa menyelesaikan suatu
masalah dengan inovasi-inovasi penyelesaian masalah yang lebih sederhana dengan
menggunakan peran teknologi namun juga lebih efektif ketimbang perang dan demo.
Salah satu contohnya mungkin menggunakan hastag di sosial media, menyebar luaskan suatu
masalah lewat sosial media, memang itu saja tidak cukup tapi itu juga telah mampu membuat
pihak yang ingin di demo telah terusik secara eksistensial. Hal ini menjadi bukti bagaimana kita
bisa menyelesaikan masalah dengan lebih sederhana namun lebih efektif dengan
mengoptimalkan peran teknologi.
Budiman sudjatmiko sebagai salah satu aktivis 98 dalam pemaparannya di youtube dengan tema
"Mahasiswa Melempem" mengatakan bahwa zaman telah berubah dan teknologi memungkinkan
kita dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan lebih efektif.
Budiman juga menyampaikan bahwa pertanyaan yang harus disampaikan mahasiswa yang juga
generasi milenial bukan lagi mengapa tidak demo, namun seyogianya aplikasi, software apa yang
telah kamu hasilkan untuk membantu masyarakat.
Tentunya kita berharap mahasiswa bisa lebih optimal menciptakan karya-karya yang membantu
masyarakat dan memberi solusi bagi keberlangsungan hidup bangsa kita, pun dunia.
Penemuan-penemuan mahasiswa seperti mobil listrik, aplikasi anti hoax, sepeda listrik dan
banyak lagi di berbagai bidang seperti pendidikan, pertanian, distribusi dan lain-lain menjadi
patron terdepan memajukan bangsa ini dengan inovasi-inovasinya yang efektif dalam
pengoptimalan peran tekhnologi.
Demonstrasi bukannya tidak memberi solusi, namun di zaman sekarang jika sudah turun ke jalan
dan berunjuk rasa, hasilnya diharapkan lebih besar dalam menghasilkan solusi untuk
permasalahan.
Kemampuan kita dalam problem solving diharapkan juga lebih efektif dengan menggunakan
peran tekhnologi di sekitar kita agar solusi yang diberikan menjadi hal yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Jika sudah begitu, layaklah kita disebut Mahasiswa sejati.
Jadi, ibarat barang dagangan, pola gerakan semacam ini memiliki agen-agen
tertentu yang biasa mengucurkan dana. Karena itu, bentuk gerakan ini pun
dapat dikatakan lebih berbahaya dibanding sebelumnya karena gerakan
mahasiswa itu telah mengalami pergeseran status dari yang semula agen
perubahan menjadi agen bisnis suatu kepentingan politik tertentu. Perubahan
status ini tentu saja memengaruhi pada, pertama, masifitas massa gerakan itu
sendiri. Gerakan mahasiswa era sekarang tidak lagi sebesar gerakan era
1990-an karena jumlah massanya telah terkotak-kotak. Kedua, sekaligus
memengaruhi terhadap strategi gerakan yang dibangun.
Tentu saja, ketiga, lemahnya strategi itu menyebabkan tidak jelasnya visi dan
misi gerakan itu sendiri. Sehingga, sekaligus berakibat pada gagalnya
perubahan yang hendak dicapai.
Kini kita dihadapkan pada hasil dari proses penghancuran atau kontra-revolusi gerakan
politik rakyat oleh rezim orba. Konsep “massa mengambang” yang diterapkan oleh
rezim orba telah membuat mahasiswa begitupula rakyat kebanyakan, terjerat dalam
kesadaran palsu mereka dan imajinasi ketakutan terhadap perjuangan politik. Artinya
gerakan mahasiswa ke depan harus mampu menghubungkan dan membangun kembali
atau melampaui perjuangan politik rakyat yang terbentuk pada 1912-1965.
Gerakan mahasiswa juga harus belajar dari perjuangan gerakan mahasiswa pada masa
sebelumnya. Mereka harus bersikap tegas dengan berbagai kajian dan tidak hanya riuh
dengan selebrasi politik. Tidak hanya bergerak dalam dunia maya seperti dengan
gerakan petisi online, akan tetapi bergerak dalam aksi nyata. Mahasiswa di Chile
berhasil mendorong kebijakan kuliah gratis yang dibiayai dari pajak korporasi, karena
mereka turun ke jalan-jalan untuk aksi massa dengan tuntutan-tuntutan yang menekan
penguasa sejak tahun 2006 melalui apa yang dinamai Penguin Revolution.
Artinya, gerakan mahasiswa selain berkutat dengan teori, mereka harus turun ke massa
rakyat melalui strategi live-in dengan melakukan aktivitas sosial-politik demi
menciptakan kesadaran politik pada massa dan keyakinan atas kekuatannya.
Melakukan berbagai kajian dan membentuk media propaganda seperti Koran menjadi
penting untuk memperkuat argumen dan memperluas kesadaran massa. Kebijakan
pemerintah yang masih terjerat dalam politik neoliberal, membuat terus terjadinya
berbagai konflik yang melibatkan rakyat dengan pemerintah atau swasta serta dengan
keduanya. Di sana mereka dapat turut membantu perjuangan rakyat dengan
membentuk blok historis. Dan hal utama adalah untuk menghidupkan kembali
“perjuangan menyelesaikan revolusi nasional Indonesia”.