Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :
1. M Faiz Irawanto 1841160045
2. M Iqbal Maulana F 1841160048
3. M Noor Fahmi Arrasyid 1841160104

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Terima kasih dipanjatkan kepada ke hadirat Allah swt. karena karunia-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu, dan terima kasih juga diucapkan
kepada dosen pembimbing, orang tua dan teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung pembuatan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang masyarakat madani dan kesejahteraan umat.


Pembahasan ini difokuskan pada pendalaman mengenai masyarakat madani dan
hubungan antara masyarakat madani dan kesejahteraan umat.

Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat memahami masyarakat


madani, juga kesejahteraan umat dan hubungan dari keduanya.

Malang, 10 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 1
BAB 2 2
1.1. Konsep Masyarakat Madani 2
1.2. Pengertian Masyarakat Madani 2
1.3. Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam 3
1.4. Ciri Masyarakat Madani 4
1.5. Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani 5
1.6. Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Masyarakat 5
1.6.1. Zakat 6
1.6.2. Hibah 9
1.6.3. Wasiat 10
1.6.4. Wakaf 11
BAB 3 14
DAFTAR PUSTAKA iii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masyarakat Madinah banyak dirujuk sebagai salah satu contoh
masyarakat mempunyai sifat-sifat baik. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf
nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Allah swt., maupun persatuan
dan kesatuan. Adapun cara pelaksanaannya dengan hikmah, nasihat, dan
tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun “masyarakat madani
modern”, meneladani Nabi Muhammad saw. bukan hanya penampilan
fisik belaka, tapi sikap yang beliau lakukan saat berhubungan dengan
sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan
umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku
adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat
luhur lainnya.
Sifat dan sikap tersebut cocok diterapkan di masyarakat, khususnya
masyarakat Muslim. Dengan begitu, Muslim bersikap seimbang
(tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap
yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam
saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani?
2. Apa ciri-ciri masyarakat madani?
3. Apa yang dimaksud kesejahteraan umat?
4. Bagaimana hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan umat?

1
BAB 2
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

1.1. Konsep Masyarakat Madani


Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau
pengislaman konsep Civil Society. Tokoh yang pertama kali
mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di
Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan Civil Society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangun Nabi Muhammad.

1.2. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Allah swt. memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

2
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah, yaitu:
1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
Masyarakat yang hidup aman sejahtera, dianugerahkan kepada mereka
rezeki yang melimpah, tetapi mereka tidak mensyukuri nikmat yang
diberikan oleh Allah, akhirnya Allah turunkan azab kepada mereka
berupa banjir bandang yang menghancurkan kehidupan mereka. Cerita
mengenai ini ada pada QS Saba’ ayat 15-17
2. Masyarakat Madinah. Dibawah pimpinan Rasulullah adalah
masyarakat ideal dalam konsep Islam. Masyarakat yang tunduk dan
patuh kepada pemimpin, meskipun mereka terdiri dari dari berbagai
agama dan kepercayaan; kaum muslimin yang mayoritas, yahudi,
nasrani dan watsani. Mereka hidup rukun, saling menghormati, dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing.

1.3. Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam


Dalam perspektif Islam, civil society lebih mengacu kepada
penciptaan peradaban. Kata al-din, yang umumnya diterjemahkan sebagai
agama, berkaitan dengan al-tamaddun atau peradaban. Keduanya
menyatu ke dalam pengertian al-madinah yang arti harfiahnya adalah
kota. Dengan demikian, masyarakat madani mengandung tiga hal, yakni:
agama, peradaban, dan perkotaan. Dari konsep ini tercermin bahwa
agama merupakan sumbernya, peradaban sebagai prosesnya, dan
masyarakat kota adalah hasilnya.
Menurut Sanaky dalam Kusuma (2016), secara bahasa kata
madinah adalah penyerapan dari kosakata Arab yang mempunyai dua
pengertian. Pertama, madinah berarti kota atau disebut dengan
"masyarakat kota”. Kedua, “masyarakat peradaban” karena madinah
adalah juga penyerapan dari kata tamaddun ataumadaniyah yang berarti
“peradaban”, yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai civility
dancivilization. Kata sifat dari kata madinah adalah madani.
Secara istilah, masyarakat madani adalah komunitas Muslim
3
pertama di kota Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasul Allah SAW
dan diikuti oleh keempat al-Khulafa al-Rasyidun. Masyarakat madani
yang dibangun pada zaman Nabi Muhammad SAW tersebut identik
dengan civil society, karena secara sosio-kultural mengandung substansi
ke-adaban atau civility. Model masyarakat ini sering dijadikan model
masyarakat modern

1.4. Ciri Masyarakat Madani


Secara umum, ciri-ciri masyarakat madani yaitu hadirnya sikap
toleransi, prinsip pluralisme dan juga pengakuan terhadap hak asasi pada
setiap elemen pribadi manusia yang ada dalam sebuah kelompok
masyarakat. Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu :
1. Adanya integrasi antar individu
2. Kekuasaan tersebar merata di semua lapisan masyarakat dengan
tujuan meminimalisasi dominasi kalangan tertentu
3. Program-program pembangunan berbasis masyarakat dicukupi
dan mayoritasnya dikuasai oleh negara
4. Kreativitas masyarakat berkembang dengan cepat dan tidak
dibatasi oleh rezim otoriter
5. Kepentingan individu atas negaranya terjembatani dengan baik.
6. Loyalitas dan kepercayaan masyarakat meningkat
7. Masyarakat dibebaskan melakukan berbagai kegiatan melalui
lembagai sosial dari beragam perspektif
8. Bertuhan, artinya masyarakat memiliki agama, mengakui adanya
Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai pedoman yang
mengatur kehidupan sosial
9. Damai
10. Tolong menolong
11. Toleran
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial
13. Peradaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
4
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia
Dari karakteristik tersebut, dapat diambil karakteristik yang sesuai
dengan pandangan islam, yaitu:
1. Berlandas hukum Allah
2. Aman dan damai
3. Tolong menolong
4. Toleransi
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
6. Peradaban tinggi
7. Menguasai pengetahuan dan teknologi
8. Berakhlak mulia

1.5. Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani


Upaya paling mudah mewujudkan masyarakat madani, khususnya di
Indonesia ialah dari diri sendiri. Sikap paling utama adalah beriman pada Allah,
karena masyarakat madani berlandas hukum Allah. Selain itu, sikap toleransi
harus dijunjung, mulai dari lingkungan terdekat; diri sendiri , lingkungan sekitar
hingga akhirnya ke lingkungan yang lebih besar. Dari hal itu, akan tercapai
kondisi aman dan damai. Selain toleransi, rasa empati dan simpati harus
dikuatkan, agar antar individu tidak terjadi kesenjangan yang tinggi, sikap tolong
menolong akan terbentuk.

1.6. Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Masyarakat


Sejahtera menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah aman,
sentosa dan makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan,
kesukaran. Dengan demikian kesejahteraan umat merupakan keadaan
masyarakat yang sejahtera. Prinsip kesejahteraan umat adalah,

1. Jangan mengeksploitasi orang lain. (QS As-Syura’, 26:183)


2. Yang diberi kelebihan rezeki, hendaknya menyalurkan sebagian
untuk orang lain, (QS. An-Nahl 16:71)
5
3. Dalam harta mereka, terdapat hak orang lain, (QS. Dzaariyat 51:19).
4. Bisikan yang paling baik: mengajak bersedekah, berbuat ma’ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia, (QS. An-Nisa’ 4:114)
Dari prinsip tersebut, hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan
masyarakat diwujudkan dengan sistem ekonomi islam. Penerapan yang
bisa dilakukan masyarakat adalah dengan Zakat dan Wakaf.

1.6.1. Zakat
Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan
haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat
tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang
mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap
satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang
mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat,
wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya.

Allah berfirman dalam At-Taubah: 103

Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:

1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.


2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.

6
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.
Berikut ini macam-macam zakat beserta besarannya:

1. Zakat Fitrah: Adalah zakat yang dikeluarkan menjelang hari Raya Idul
Fitri oleh setiap individu. Besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter beras
yang biasa dikonsumsi. Pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan
dengan cara membayarkan harga dari makanan pokok.
2. Zakat penghasilan/profesi: Adalah zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi jika sudah mencapai nilai tertentu (nisab). Cara
menghitung zakat profesi : nisab sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah
atau setara dengan 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5 persen.
3. Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang
diperoleh dari hasil investasi. Zakat investasi dikeluarkan pada saat
menghasilkan sedangkan modalnya tidak dikenakan zakat. Besar zakat
investasi yang dikeluarkan 5% untuk penghasilan kotor dan 10%
untuk penghasilan bersih.
4. Zakat saham dan deposito: Saham atau deposito yang telah
mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab)
setara 85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
5. Zakat tabungan: Uang simpanan yang telah mengendap selama satu
tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas wajib
dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
6. Zakat emas atau perak: Nishab emas 85 gram, sedangkan perak 595
gram. Besar zakat 2,5 persen.
7. Zakat hadiah dan sejenisnya. Hadiah terkait dengan gaji, ketentuannya
sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan saat menerima. Besar
zakatnya 2,5%. Sementara itu untuk komisi, jika komisi dari hasil
presentase keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang
dikeluarkan 10%. sedangkan komisi dari hasil profesi, misalnya
makelar, besar zakatnya 2,5%. Sementara hibah, jika sumber hibah
7
tidak di duga-duga maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20%. Jika
sumber hibah sudah di duga dan diharapkan, maka hibah tersebut
digabungkan dengan kekayaan yang ada. Besarnya 2,5%.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:

1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan
pendapatannya sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan
zakat untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah
imannya.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan
berusaha untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan
membayarnya.
7. Fi-sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi
menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam
perjalanan yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik,
maupun bagi masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat
berarti mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan membersihkan
jiwa dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai
pemilikan harta yang banyak dan berlebih. Bagi mustahik, zakat
memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan suuzon terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.
Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan
pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam
tata masyarakat muslim tidak terjadi monopoli, melainkan sistem ekonomi
8
yang menekankan kepada mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.

1.6.2. Hibah
Menurut bahasa, kata hibah berasal berarti memberi atau pemberian
dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain.
Menurut istilah, hibah adalah adalah akad atau perjanjian yang
menyatakan perpindahan milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia
masih hidup tanpa mengharapkan penggantian sedikitpun.
Rukun Hibah yaitu,
1. Pemberi hibah (al-Wahib)
Pemberi hibah hendaklah seorang yang berkeahlian seperti
sempurna akal, dan baligh
2. Penerima hibah (al-Mauhub lahu)
3. Barang atau harta yang dihibahkan (al-Mauhub)
Barang atau harta yang hendak dihibahkan perlu memenuhi syarat-
syarat berikut:
3.1. Hendaklah barang atau harta yang halal.
3.2. Barang atau harta itu milik pemberi hibah.
3.3. Boleh dipindahtangan
3.4. Barang berwujud. Contohnya, tidak sah hibah barang yang
belum ada seperti menghibahkan anak lembu yang masih
dalam kandungan atau hibah hasil padi tahun hadapan
sedangkan masih belum berbuah dan sebagainya.
3.5. Ijab dan kabul
Syarat hibah yaitu,
1. Hibah dari harta yang boleh di tasharrufkan
2. Terpilih dan sungguh-sungguh
3. Harta yang diperjualbelikan
4. Tanpa adanya pengganti
5. Orang yang sah memilikinya
6. Sah menerimanya
9
7. Walinya sebelum pemberi dipandang cukup waktu
8. Menyempurnakan pemberian
9. Tidak disertai syarat waktu
10. Pemberi sudah dipandang mampu tasharruf (merdeka, dan
mukallaf)
11. Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan.
1.6.3. Wasiat
Menurut istilah, wasiat adalah pesan terakhir yang diucapkan
dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang yang merasa
akan wafat berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkan. Dalam Al-
Qur'an kata wasiatmempunyai beberapa arti diantaranya berarti
menetapkan, memerintahkan, dan mensyari'atkan.
Adapun syarat-syarat wasiat adalah:
1. Syarat benda yang diwasiatkan
1.1. Wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga). Apabila lebih,
maka untuk kelebihan dari 1/3 harus atas seijin ahli waris.
1.2. Wasiat tidak boleh diberikan pada salah satu ahli waris
kecuali atas seijin ahli waris lain.
1.3. Boleh berupa benda yang sudah ada atau yang belum ada
seperi wasiat buah dari pohon yang belum berbuah.
1.4. Boleh berupa benda yang sudah diketahui atau tidak
diketahui seperti susu dalam perut sapi.
1.5. Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari
pewasiat.
2. Syarat Pewasiat / Pemberi Wasiat (Al-Washi)
2.1. Akil baligh
2.2. Berakal sehat
2.3. Atas kemauan sendiri.
2.4. Boleh orang kafir asal yang diwasiatkan perkara halal.
3. Syarat Penerima Wasiat (Al-Musho Lah ‫ﮫﻟ‬ ‫)ﻰﺻﻮﻤﻟا‬

10
Penerima wasiat ada dua macam, yaitu wasiat umum
seperti wasiat pembangunan masjid dan wasiat khusus, yaitu
wasiat kepada orang/benda tertentu.
Wasiat bersifat umum, maka tidak boleh untuk hal yang
mengandung dosa (maksiat). Contoh, wasiat harta untuk
pembangunan masjid boleh tetapi wasiat untuk membangun klab
malam tidak boleh.
Untuk wasiat khusus maka syaratnya adalah:
1. Penerima wasiat hidup (orang mati tidak bisa menerima
wasiat)
2. Penerima wasiat diketahui (jelas identitas oragnya).
3. Dapat memiliki.
4. Penerima wasiat tidak membunuh pewasiat.
5. Penerima wasiat menerima (qabul) pemberian wasiat dari
pewasiat. Kalau menolak maka wasiat batal.
Adapun rukun wasiat itu ada empat, yaitu
1. redaksi wasiat (shighat),
2. pemberi wasiat (mushiy),
3. penerima wasiat (mushan lahu),
4. barang yang diwasiatkan (mushan bihi),
5. kalimat wasiat (lafadz)

1.6.4. Wakaf
Istilah wakaf berasal dari “waqb” artinya menahan. Wakaf adalah
menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang
atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa badan
pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk
hal-hal yang sesuai dengan syari’at Islam . Wakaf berfungsi sebagai
ibadah kepada Allah dan berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai
ibadah, diharapkan Wakaf akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian

11
hari, karena Wakaf-nya merupakan satu bentuk amalan yang pahalanya
akan terus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Sedangkan
dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam
pembangunan umat.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan tentang wakaf
ini ialah:
Al-Baqarah ayat 267:

Hadist Riwayat Muslim:


“Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW
bersabda, ‘Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah
masa ia melanjutkan amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah
jariyah (waqafnya) selama masih dipergunakan, ilmunya yang
dimanfaatkan masyarakat, dan anak salehnya yang
mendo’akannya.”
Adapun beberapa rukun wakaf ialah:
1. Yang berwakaf, syaratnya:
1.1. Berhak berbuat kebaikan walau bukan Islam sekalipun
1.2. Kehendak sendiri, tidak sah karena dipaksa
2. Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya:
2.1. Kekal, bila diambil manfaatnya, barangnya tidak rusak.

12
2.2. Kepunyaan yang mewakafkan.
3. Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu).
4. Lafadz wakaf, seperti: “saya wakafkan ini kepada orang-orang
miskin dan sebagainya
Adapun Syarat wakaf ada tiga, yaitu:
1. Ta’bid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya.
2. Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul.
3. Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga
Hukum Wakaf
1. Pemberian harta wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah
diamalkannya karena Allah.
2. Pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah akan
mendapatkan ganjaran terus-menerus selagi benda itu dapat
dimanfaatkan oleh umum dan walaupun bentuk bendanya ditukar
dengan yang lain dan masih bermanfaat.
3. Seseorang tidak boleh dipaksa untuk berwakaf karena bisa
menimbulkan perasaan tidak ikhlas bagi pemberiannya.

13
BAB 3
Kesimpulan dan Saran

3.1. Kesimpulan
Masyarakat madani menurut Islam adalah masyarakat yang
beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi, dan menjadikan Al-Quran
sebagai pedoman. Karakteristik masyarakat madani menurut islam adalah
berlandaskan hukum Allah, aman dan damai, tolong menolong, toleransi,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, peradaban tinggi, menguasai
pengetahuan dan teknologi, dan berakhlak mulia.
Kesejahteraan umat adalah kondisi masyarakat sejahtera.
Prinsipnya adalah tidak mengeksploitasi orang lain, memberi kelebihan
rezeki, kepada yang tidak mampu, dan bersedekah. Masyarakat madani
erat sekali hubungannya dengan kesejahteraan umat. Penerapannya adalah
melalui zakat dan wakaf. Zakat adalah memberikan harta yang telah
mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan
syarat-syarat tertentu. Sedangkan Wakaf adalah memindahkan hak milik
pribadi menjadi milik satu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.
3.2. Saran
Dengan mengetahui dan memaknai maksud masyarakat madani
dan kesejahteraan umat, diharapkan masyarakat, pemerintah, dan lainnya
mampu menerapkannya, terutama di Indonesia, sebagai masyarakat
muslim kedua terbesar di dunia. Dengan begitu, kesenjangan antara
masyarakat, dan antara masyarakat dengan pemerintah dapat dikurangi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya. (2008). Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Badar, A. K. (2013, Desember 10). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat.


Dipetik Februari 22, 2017, dari Makalah:
http://makalahkite.blogspot.co.id/2013/12/masyarakat-madani-dan-
kesejahteraan-umat.html

N/A. (2008, Juni). Makalah Masyarakat Madani. Dipetik Maret 19, 2017, dari Fix
My World: https://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/

Prasetyo, W. T. (2015, Maret 14). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat.


Dipetik Februari 27, 2017, dari Warnai Dunia: http://weningtprasetyo-
story.blogspot.co.id/2015/03/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-
umat.html

Wisnu Manupraba, B. H. (2015). Dipetik Maret 19, 2017, dari Tafsirq.com:


tafsirq.com

iii

Anda mungkin juga menyukai