Oleh:
Fenny Kie
140901058
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Toba Samosir termasuk salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten
Tapanuli Utara yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat biasanya menyebut
Toba Samosir dengan sebutan Tobasa. Toba Samosir dikenal dengan keindahan panorama
alam kawasan Danau Toba, dan juga berbagai ragam kekayaaan seni budaya asli Suku
Batak yang tersebar di berbagai desa yang terdapat di Toba Samosir. Toba Samosir
menjadi salah satu kawasan wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik
lokal maupun mancanegara. Potensi tersebut dikembangkan menjadi sektor pariwisata
yang luar biasa, khususnya di Kabupaten Toba Samosir.
Perkembangan zaman tidak menjadikan Namalo hilang, namun masih tetap eksis
sampai saat ini meskipun tidak luput dari berbagai tantangan-tantangan untuk bertahan di
tengah kondisi kehidupan sosial dan keagamaan yang mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Keadaan tersebut menjadikan penulis tergugah untuk menulis tentang kehidupan
Namalo yang ada di Desa Hutatinggi.
Pengobatan Tradisional
Sistem Medis
Namalo
1.Faktor Sosial
Salah satu faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugestiyaitu
pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepadaorang lain dengan
cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa
berpikir panjang.
2.Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau
penolakansuatu pengobatan.Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat
bahwa pengobatan alternatif membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu.
3.Faktor Budaya
Budaya merupakan suatu pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, yang menjadi
kebiasaan masyarakat.Nilai-nilai budaya yang dominan pada individu sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian Individu. Dalam hal ini budaya dipengaruhi
oleh suku bangsa yang dianut oleh pasien, jika aspek suku bangsa sangat
mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak didasari pada
kecocokan suku bangsa yang dianut. Semua kebudayaan mempunyai cara-cara
pengobatan, beberapa melibatkan metode ilmiah ataumelibatkan kekuatan
supranatural dan supernatural.
4.Faktor Psikologis
Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan, karena
itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka mencari kesembuhan
maupun meringankan beban sakitnya, termasuk datang kepelayanan pengobatan
alternatif.
7.Faktor Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga,
atau pikiran yang merupakan hal yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakanseseorang.Pengetahuan didapatkan secara formal
dan informal.Pengobatan alternatif atau tradisional masih digunakan oleh sebagian
besarmasyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan
formalyang terjangkau melainkan lebih disebabkan oleh faktor-faktor budaya
Indonesiayang masih kuat kepercayaannya terhadap pengobatan alternatif. Budaya
yangmelekat pada individu mempengaruhi bagaimana individu itu berpikir dan
bertindak. Health Belief Model merupakan suatu model yang dikembangkan untuk
menjelaskan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dengan
memfokuskan pada kognitif. Dimana individu siap melakukan suatu tindakan terhada
p bahayanya penyakit tersebut serta persepsi individu terhadap kemungkinan yang ter
jadi bila terserang penyakit tersebut misalnya kecacatan dan dijauhin oleh
lingkungansosialnya. Penilaian individu terhadap manfaat pengobatan
tersebut danmembandingkan persepsi terhadap pengorbanan yang harus dilakukan
untukmelakukan pengobatan tersebut misalnya tenaga, fisik, dan lain-lain.
Suatu kajian ilmiah memerlukan suatu landasan teori sebagai alat analisis. Suatu
peristiwa dapat dijelaskan ketika penulis menggunakan teori untuk membaca
peristiwa yang terjadi. Penulis menganalisis tentang pandangan masyarakat terhadap
Namalo di Desa Hutatinggi. Teori yang relevan dengan masalah yang dipilih oleh
penulis adalah teori interaksionisme simbolik milik Herbert Blumer, dengan sasaran
pendekatannya adalah interaksi sosial, dalam hal ini adalah interaksi antara Namalo
dengan masyarakat sekitar. Menurut Blumer (Ritzer, 2004: 52) istilah
interaksionalisme simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi manusia, di mana
manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya, bukan hanya
sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap manusia lain.
Interaksionisme simbolis bertumpu pada tiga premis sebagai berikut: Manusia
bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada, makna tersebut
berasal dari interaksi sosial seseorang dengan manusia lain, dan makna-makna yang
ada disempurnakan di saat proses interkasi sosial berlangsung (Blumer dalam Poloma,
2010: 258). Makna yang muncul terhadap sesuatu berasal dari cara-cara seseorang
bertindak terhadapnya dan juga tergantung bagaimana interaksi sosial yang dilakukan
individu tersebut.
Interaksionisme simbolis merupakan sisi lain dari pandangan yang melihat
individu sebagai produk yang ditentukan oleh masyarakat. Keistimewaan pendekatan
kaum interaksionisme simbolis menurut Blumer adalah manusia saling menafsirkan
atau membatasi masing-masing tindakannya dan bukan hanya bereaksi kepada setiap
tindakan itu menurut mode stimulus-respon (Poloma, 2010: 263).
Interaksionisme simbolis Blumer mengandung sejumlah “root images” atau ide-
ide dasar, yaitu dimulai dari adanya manusia yang berinterksi melalui kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan manusia lainnya. Adanya obyek-obyek dalam
interaksionisme simbolik yang tidak memiliki makna yang intriksik, makna lebih
merupakan produk interaksi simbolis. Objek diklasifikasikan ke dalam tiga kategori,
yaitu objek fisik, sosial, dan abstrak. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal,
namun dapat juga memandang dirinya sebagai obyek. Ide dasar lainnya adalah
tindakan manusia yang merupakan tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu
sendiri, yang dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok (Poloma,
2010: 264).
Individu tergolong aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan objek-objek
yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blumer sebagai self- indication, yaitu
proses komunikasi yang sedang berjalan di mana individu mengetahui sesuatu,
menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan
makna itu. Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian sebagai
tindakan bersama, atau pengorganisasian secara sosial tindakan-tindakan yang
berbeda dari partisipan yang berbeda pula (Poloma, 2010: 261).
Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain,
tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu.
Tanggapan seseorang dalam memaknai sesuatu akan berbeda- beda karena kerangka
pikir seseorang dengan orang lain tidak sama. Interaksi antar individu, diantarai oleh
penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau saling berusaha untuk saling memahami
maksud dari tindakan masing-masing. Proses interaksi manusia itu bukan suatu
proses di mana adanya stimulus secara otomatis dan langsung menimbulkan
tanggapan atau respon, tetapi antara stimulus yang diterima dan respon yang terjadi
sesudahnya, diantarai oleh proses interpretasi oleh si aktor. Proses interpretasi ini
adalah proses berpikir yang merupakan kemampuan yang khas yang dimiliki manusia
(Blumer dalam Ritzer, 2011: 52).
Proses interpretasi yang menjadi penengah antara stimulus dan respon menempati
posisi kunci dalam teori Interaksionisme simbolik. Penganut teori ini memunyai
perhatian juga terhadap stimulus dan respon, tetapi perhatian mereka lebih ditekankan
kepada proses interpretasi yang diberikan oleh individu terhadap stimulus dan respon.
Alasan penulis menggunakan teori ini karena penulis ingin mengetahui
bagaimana pandangan masyarakat terhadap Namalo, karena menurut teori
Interaksionisme Simbolik bahwa penilaian terhadap perilaku masyarakat dikarenakan
adanya stimulus dan respon. Teori Blumer ini akan digunakan untuk melihat
bagaimana kehidupan Namalo dengan berbagai simbol-simbol yang ada di dalamnya.
Simbol-simbol digunakan untuk mengomunikasikan sesuatu tentang diri mereka.
Simbol-simbol yang ada dalam Namalo bisa dilihat dari cara hidup, cara berpakaian,
tingkah laku, bahkan juga simbol-simbol khas yang terdapat dalam setiap segi
kehidupan Namalo yang dianggap berbeda dengan masyarakat sekitarnya. Simbol-
simbol tersebut menjadi cara untuk mengenalkan Namalo di tengah-tengah
masyarakat Batak. Perbedaan yang ada tidak jarang menimbulkan berbagai
tanggapan-tanggapan dari masyarakat Batak yang ada di sekitar Namalo. Tanggapan
seseorang dalam memaknai sesuatu akan berbeda-beda karena kerangka pikir
seseorang dengan orang lain tidak sama, dengan demikian maka peneliti yakin untuk
menggunakan teori interaksionisme simbolik dari Herbert Blumer dalam penelitian
ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi dari penelitian ini adalah di Desa Hutatinggi. Penulis memilih lokasi ini
karena memang ditemukan banyak Namalo, sehingga penulis dapat memperoleh
informasi yang akurat terkait kehidupan Namalo.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui
tentang pengobatan Namalo dan yang pernah mendapatkan pengalaman berobat di
Namalo serta para Namalo yang aktif dalam melakukan proses pengobatan di Desa
Hutatinggi.
2.Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dengan cara melakukan tanya
jawab dengan informan. Langkah awal sebelum wawancara adalah membuat sebuah
pedoman wawancara, selanjutnya menjadi daftar pertanyaan yang dicari jawabannya
melalui penelitian.
Interpretasi data (Moleong, 1998: 197-207) dijabarkan ke dalam (1) tujuan, (2)
prosedur umum, (3) peranan hubungan kunci, (4) peranan introgasi data, (5) langkah
penafsiran data dengan analisis komparatif:
a. Deskripsi semata-mata, yaitu analis menerima dan menggunakan teori dan rancangan
organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Hasil analisis data, menafsirkan data
tersebut dengan jalan menemukan kategori dalam data yang berkaitan dengan yang
biasanya dimanfaatkan dalam cara bercakap-cakap.
c. Teori subtantif, yaitu teori dasar analis harus menampakkan rancangan yang telah
dikerjakan dalam analisis, kemudian mentransformasikan kedalam bahasa disiplinnya
(sosiologi dan sebagainya) yang akhirnya membangun identitasnya sendiri walaupun
dilakukan dalam kaitan antara objek yang dianalisis atau proses tradisional.
Interpretasi data yang sudah menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan
penyusunan hipotesis yang kemudian diformulasikan baik dengan cara deskriptif maupun
proposional. Dengan alasan agar paradigma alamiah yang dipegang tidak dapat
dicampuradukkan dengan paradigma yang lain. Setelah menyelesaikan tahap penyusunan
kategori dan hipotesis, selanjutnya adalah menuliskan teori dengan bahasa disiplin ilmu
masing-masing dengan memilih salah satu diantara beberapa cara penulisan, seperti
argumentasi, deskripsi, perbandingan, analisis proses, analisis kausatif dan pemanfaatan
analogi.
Yaitu suatu metafora, model, kerangka umum, pola yang menolak, atau garis
riwayat. Hubungan tersebut dimanfaatkan untuk menghaluskan hubungan dengan
hubungan suatu kategori dengan kategori lainnya yang berfungsi sebagai aturan tetap
untuk digunakan sebagai kriteria inklusi-eksklusi.
Adalah metode umum seperti halnya metode ekpsperimen dan statistik. Pada
awalnya analisis komparatif digunakan untuk menganalisis satuan sosial berskala besar
seperti organisasi bangsa dan lembaga. Namun saat ini metode tersebut dapat digunakan
untuk satuan sosial baik berukuran besar maupun kecil.
2. Hubungkan atau tinjauan dari teori yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi.
Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Desa Hutatinggi, Kecamatan
Laguboti, Kabupaten Samosir. Dimana Laguboti terletak tepat sebelum Kota Balige.
Jarak Desa Hutatinggi dari simpang empat Laguboti adalah kurang lebih 3 km dan akses
menuju Desa Hutatinggi dapat ditempuh dengan menaiki becak bermotor selama 10
menit. Selain itu, Desa Hutatinggi dikenal sebagai tempat bermukimnya para penganut
kepercayaan lokal yang masih ada di tanah batak yaitu yang disebut sebagai Parmalim.
Jadi, untuk mencapai Desa Hutatinggi sebenarnya sangatlah mudah, kita hanya tinggal
menyebutkan Parsantian Hutatinggi, maka masyarakat sekitar akan menunjukkan ke
mana arah Desa Hutatinggi itu berada.
Ketika peneliti tiba di Desa, tepatnya di simpang Desa Hutatinggi, berada tak jauh
dari simpang terdapat warung kopi yang cukup ramai di jam makan siang. Siang itu pun
peneliti menanyai masyarakat sekitar dimana tepatnya lokasi pengobatan Namalo.
Untuk 2 Namalo yang menjadi target wawancara peneliti merupakan mereka yang ahli dengan
pengobatan penyakit anak-anak, patah tulang, keseleo dan pengobatan bagi pasangan yang dulit
memiliki keturunan.
Dari simpang hutahaean, masuk ke dalam jalan hutatinggi, tidak jauh dari sana dapat
di jumpai Namalo Hasibuan yang ahli dengan patah tulang. Kemudian masuk lagi ke
dalam dapat di jumpai praktek pengobatan Namalo Tobing yang juga ahli dalam
pengobatan patah tulang. Tepat di depan rumah nya berhadapan langsung dengan rumah
anaknya yang juga membuka praktek pengobatan Namalo. Beranjak dari tempat
pengobatan mereka,, dapat di jumpai lagi praktek pengobatan Naipospos yang ahli dalam
pengobatan penyakit yang di derita anak-anak seperti demam yang tak kunjung reda,
kelumpuhan, dan pengobatan bagi pasangan yang sulit memiliki keturunan. Untuk
namalo yang berada di pinggir jalan hutahaean yang merupakan ahli dalam pengobatan
penyakit anak-anak dan pengobatan bagi pasangan yang sulit memiliki keturunan.
Sebenarnya masih ada nama lain yang peneliti ketahui berada di sekitar desa
hutatinggi, namun karena keterbatasan tempat dan waktu, maka peneliti kehilangan
kesempatan untuk menjumpai namalo-namalo lainnya.
Pada saat peneliti tiba di rumah Op. Gemi Tobing, tampaknya beliau sedang
kehadiran tamu, terlihat dari 2 unit mobil yang terparkir di depan rumahnya. Dan kami
pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumahnya. Tak lupa kami memberi
salam dan meminta izin untuk ikut melihta proses pengobatan. Ternyata tamu tersebut
adalah pasien Op.Gemi yang sudah beberapa kali datang untuk penyembuhan patah
tulang kakinya. Sebenarnya pasien hanya ada satu, namun rumah ikut dipadati oleh
keluarga pasien. Hal ini juga kesempatan bagi peneliti untuk melihat secara langsung
pengobatan yang dilakukan Op. Gemi. Setelah pengobatan selesai dan tamu
berpamitan pulang, peneliti pun akhirnya memulai sesi wawancara yang sebenarnya.
Menurut pernyataan Op.Gemi Tobing, beliau mendapatkan pengetahuan
mengenai pengobatan tradisional yaitu melalui neneknya. Dan beliau menambahkan,
proses belajar pengobatan tradisional dan tanaman obat harus dilakukan sungguh-
sungguh. Hal ini terbukti dari 4 bersaudara, hanya dia saja yang mewarisi pengetahuan
tersebut.
Jenis penyakit yang biasa Op.Gemi tangani adalah pasien dengan keluhan patah
tulang. Cara beliau menentukan penyakit pasien adalah dengan terlebih dahulu menyuruh
pasien untuk melakukan rontgen pada bagian yang memang mengalami keluhan agar bisa
di ambil tindakan selanjutnya. Setelah melihat hasil rontgen, barulah dilakukan tindakan
pengobatan sesuai tingkat keparahan pasien. Misalnya dengan menambahkan dosis
ramuan ke titik yang dikeluhkan pasien.
Sedangkan Op. Marakup Hutahaean, jenis penyakit yang beliau tangani adalah
p
e
n
y
a
k
i
t
Bagi Op. Gemi ebelum melakukan pengobatan, tidak ada syarat yang harus
dipenuhi pasien. Namun ketika menjalani pengobatan, beliau selalu mengingatkan
pasien untuk tidak memakan buah durian. Karena apabila memakannya, akan
memperlambat proses penyembuhan.
Bagi Op. Marakup Hutahaean, pantangan yang harus dijalankan setiap pasien
adalah untuk tidak memakan daging babi, anjing dan darah ayam selama pengobatan
berlangsung.
4. BIAYA PENGOBATAN NAMALO
Dari wawancara dengan Op. Gemi dan Op. Marakup, cara pembayaran yang
dilakukan adalah seikhlas hati pasien. Namun, informan menambahkan apabila jumlah
pembayaran tidak sesuai, maka informan akan secara langsung meminta untuk
penambahannya.
Pasien yang datang berobat ke tempat informan berasal dari berbagai daerah,
bahkan ada yang datang dari Malaysia. Menurutnya, setiap pasien yang datang selalu
puas dengan hasil pengobatannya. Karena bagi yang belum sembuh total akan terus
dilakukan pengobatan sampai sembuh total.
kopi itu juga menjual menu makanan siang. Maka peneliti mengambil kesempatan
ini untuk bisa lebih dekat dengan calon responden. Ternyata sebelum peneliti
membuka pembicaraan, ada seorang bapak-bapak duduk tepat didepan peneliti dan
menanyakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti kesini. Dan setelah
menjelaskannya dengan panjang lebar, akhirnya peneliti pun langsung menanyakan
kesediaan responden dalam mengisi kuseioner. Akhirnya responden setuju dan
peneliti pun memberikan pena dan lembaran kuesionernya. Tetapi, sebelum
responden mengisi, ia menanyakan konsep namalo yang dimaksudkan ke dalam
kuesioner ini. Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti, dia langsung membaca
dan mengisi kuesioner satu demi satu.
Di hari kedua peneliti masih di warung yang sama namun menemui 2 responden
yang berbeda. Kebetulan mereka berdua duduk bersebelahan, sehingga ketika saya
berbicara dengan salah satu responden, calon responden yang lainnya sudah
menyimak pembicaraan peneliti sebelumnya. Responden pertama yang saya ajak
mengobrol adalah Bapak Tobing dan untuk responden selanjutnya adalah Bapak
Jumadi. Mereka berdua mengakui sudah pernah berobat beberapa kali ke Namalo
dan memang sebelumnya sudah tahu sendiri tentang namalo. Mereka juga
menambahkan bahwa namalo memiliki pembagian sesuai keahlian. Yaitu ada yang
ahli patah tulang, ahli pengobatan anak-anak, bahkan sampai pasien yang memiliki
keluhan sulit mendapatkan keturunan.
Pada saat para responden berobat, namalo tidak memasang tarif. Dia memberikan
kebebasan kepada pasien untuk memberikan bayaran. Dan setiap responden
menganggap bahwa biaya yang telah dikeluarkan setimpal dengan pengobatan yang
ia terima. Dan biasanya masih bisa diseusaikan dengan kantong masyarakat setempat
( tidak memberatkan sang pasien).
Setiap kali datang berobat, responden mengakui mendapat pelakuan yang ramah
dari namalo dan tidak ada pembedaan pasien dengan kriteria tertentu. Misalnya kalau
ada yang kaya mendapatkan giliran untuk segera disembuhkan. Sebaliknya, prinsip
yang diguanakan Namalo adalah siapa yang cepat dia yang dapat. Jadi, mau sekaya
apapun atau tingkat social setinggi apapun tidak akan mempengaruhi objektivitas
Namalo.
Selain perilaku Namalo yang membuat pasien nyaman, ada pula disediakan
fasilitas lain berupa ruangan khusus bagi pasien yang ingin menginap ataupun pasien
dengan penyakit yang tingkat keparahannya cukup tinggi. Jadi pasien tidak perlu
kerepoyan bolak-balik dari tempat asal ke tempat Namalo untuk menerima
pengobatan.
Cara pengobatan yang dilakukan namalo dengan ahli patah tulang adalah dengan
menanyakan keluhan pasien kemudian untuk mendapatkan keakuratan penyembuhan,
namalo akan menyuruh pasien untuk melakukan rontgen ke tenaga medis. Setelah
mengetahui titik yang harus diobati, barulah diracik ramuan untuk dioleskan kebagian
yang sakit. Tak lupa disipkan banmbu di bagian yang sakit untuk menyangga tulang
yang retak ataupun remuk baru kemudai dibalutkan. Kalau untuk penyembuhan gatal-
gatal hanya menggunakan ramuan racikan Namalo dan dioleskan ke bagian yang
memang dikeluhkan.
Sedangkan Ibu Br. Simanjuntak yang memang anaknya mengalami penyakit gata-
gatal langsung diberikan Namalo ramuan yang diraciknya. Setelah beberapa kali
datang dan menerima ramuan, anaknya bisa sembuh total dan tidak pernah kambuh
sampai sekarang.
Namalo ini telah ada secara turun temurun dan pengobatannya memang sudah
terpercaya. Menurut sepengetahuan responden Jefri, Namalo memiliki cara kerja
yang bagus dan teratur. Dimana namalo akan terus melakukan pengawasan walaupun
hanya sebatas pemeriksaan dan bertanggung jawab sampai penyakit dapat sembuh
secara total.
Responden yang bernama Ibu Br. Simanjuntak juga mengatakan bahwa ia percaya
dengan pengobatan yang dilakukan namalo karena memang sudah turun-temurun
dipercayai sehingga bila ada kerabat yang sakit, ia pun tak ragu merekomendasikan
untuk berobat ke Namalo. Selain pengobatannya yang memang bagus, biayanya juga
tidak memberatkan pasien. Begitu pula dengan responden atas nama Bapak Benson
yang juga percaya khasiat pengobatan Namalo.
Namalo yang mereka percayai sebagai orang yang punya pengetahuan tentang
pengobatan tradisional, kedepannya diharapkan untuk dapat bekerjasama dengan
puskesmas. Contohnya dalam hal perobat-obatan mungkin dapat dilakukan perpaduan
agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang ada di desa Hutatinggi.
Kelima, yaitu efektifitas dari pengobatan tradisional (Namalo) yang dirasakan oleh
responden yaitu : penyakit yang di derita oleh responden sembuh, dan responden cocok
dengan teknik pengobatan yang dilakukan di pengobatan tradisional. Hal ini di akui
responden, karena responden cocok menggunakan pengobatan tradisional, dan juga
penyakitnya sembuh dengan berobat ke pengobatan tradisional yang disediakan oleh
Namalo.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Namalo yang hidup di zaman perkembangan medis yang pesat, namun hal ini tidak
menghambat Namalo untuk menjalankan praktek pengobatannya. Disamping itu, pandangan
masyarakat di Desa Hutatinggi terhadap Namalo didasarkan atas adanya interaksi yang
terjadi sebagai bagian dari proses social masyarakat.. Interaksi yang terjadi tidak
memunculkan pandangan negative dari masyarakat, yaitu sikap fanatik yang membatasi diri
berobat ke Namalo.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti
Kabupaten Toba Samosir, penulis memberikan saram :
Untuk pemerintah Toba Samosir memperkenalkan Namalo sebagai kearifan local yang bisa
menambah khazanah budaya Indonesia dan tentunya dapat menarik perhatian turis luar
dalam mengeksplor kebudayaan Indonesia. Dan untuk kedepannya dapat bekerja sama
dengan puskesmas dalam peningkatan kualitas kesehatan di desa.