Anda di halaman 1dari 16

TEORI TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP AWAL

Menurut Effendy (2003) teori dan model komunikasi yang tampil pada tahun awal sekitar dekade 1940-
an dan 1950-an adalah sebagi berikut :
1. Lasswells Model (Model Lasswell)
Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk
menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which channel to whom
with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban
bagi pertanyaan paradigmatik : Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu
Communicator (komunikator), Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan
Effeck (efek).
Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :
The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan)
The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok
dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan).
The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari
generasi yang satu ke generasi yang lain).

2. S-O-R Theory (Teori S-O-R)


Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari psikologi. Objek material
dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-
komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus
sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
Pesan (stimulus, S)
Komunikan (organism, O)
Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa
benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : (a) perhatian, (b) pengertian, dan (c)
penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
3. S-M-C-R model (Model S-M-C-R)
Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari Source yang berarti sumber atau
komunikator ; M singkatan dari Message yang berarti pesan ; C singkatan dari Channel yang berarti
saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.
Khusus mengenai istilah Channel yang disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang berarti saluran atau
media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan
sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau
warna, yaitu lambang-lambang yang dieprgunakan khusus dalam komunikasi tatap muka face-to-face
communication), sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa, misalnya
surat kabar, televisi atau radio, maupun media nir-massa, misalnya, surat, telepon atau poster. Jadi,
komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media saja, misalnya bahasa,
sedangkan pada komunikasi bemedia seorang komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter
menggunakan dua media, yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia
operasikan.
4. The Mathematical Theory of Communication (Teori Matematika Komuikasi)
Teori matematikal ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori komunikasi
manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan
Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948 mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi
permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan
pada proses komunikasi manusia (human communication).
Sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan
tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar
(transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan.
Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancara kepada penerima (receiver).
Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain) pemancar adalah mekanisme suara yang
menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara.
5. The Osgood and Schramm Circular Model (Model sirkular Osgood dan Schramm)
Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses linier, model Osggod dan Schramm dinilai sebagai
sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya adalah apabila Shannon dan Weaver
menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan pengirim (sender) dan
penerima (receiver) atau dengan perkataan lain komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood
menitikberatkan pembahasannya pad perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi.
Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination.
Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmiting) dan pada sisi pemnerimaan
(receiving ) dari proses.
Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkannya dua pihak
berperilaku sama, yaitu encoding atau menajdi, decoding atau menjadi balik, dan interpreting atau
menafsirkan.
6. DanceHelical Model (Model Helical Dance)
Model komunkasi helical ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model sirkular dari Osggod dan
Schramm. Ketika membandingkan model komunikasi linier dan sirkular, Dance mengatakan bahwa
dewasa ini kebanyakan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam
menjelaskan proses komunikasi.
Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada
suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini akan
mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul. Dance menggarisbawahi sifat
dinamik dari komunikasi
Proses kounikasi, seperti halnya semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan
lingkungan-lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks menggambarkan bagaimana aspek-aspek dri
proses berubah dari waktu ke waktu.
Dalam percakapan ,misalnya bidang kognitif secara tetap membesar pada mereka yang terlibat. Para
aktor komunikasi secara sinambung memperoleh informasi mengenai topik termasa tentang pandangan
orang lain, pengetahuan dan sebagainya.
7. NewcombABX Model (Model ABX Newcomb)
Pendekatan komunikasi yang berdasarkan pada pendekatan seorang pakar psikolog sosial berkaitan
dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling sederhana dari kegiatan komunikasi seseorang A
menyampaikan informasi kepada orang lain B mengenai sesuatu X. Model ini menyatakan bahwa
orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya membentuk
sistem yang meliputi empat orientasi.
Seperti dikutip Effendy (2003) menurut Severin dan Tankard (1992) pada model newcomb ini
komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang mengorientasikan dirinya
terhadap lingkungannya.
8. The Theory of Cognitive Dissonance (Teori Disonansi Kognitif)
Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan Festinger ini berarti ketidaksesuain antara kognisi
sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi
akan beruapaya mencari dalih untuk mengurangi disonansinya. Pada umunya orang berperilaku ajeg
atau konsisten dengan apa yang diketahuinya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sering pula
seseorang berperilaku tidak konsisten seperti itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau opini yang
tidak menuju ke arah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan menimbulkan disonansi
dengan perilaku.
9. Innoculation Theory (Teori Inokulasi)
Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire ini mengambil analogi
dari peristiwa medis. Orang yang terserang penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk
merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki
informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih
mudah untuk dipersuasi atau dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh
adalah menyuntiknya dengan argumentasi balasan (counterarguments).
10. The Bullet Theory of Communication (Teori Peluru)
Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoritis
komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan
sebagai teori jarum suntik.

Sebelumnya udah ada ne tentang model- model komunikasi..tapi knapa yakk gw masii post lagi ne
model..tap gpp dah biar temen2 tambah pinta dan juga nambah referensi juga kali ajah berguna untuk
tugas2 dari dosen hee...nah yaudah ane mulai ye..!!

Menurut Om Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa
yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri
penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata.
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari
fenomena yang dijadikan model.

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu
teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model
sering dicampuradukkan dengan teori

FUNGSI DAN MANFAAT MODEL

Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model kamunikasi mempunyai tiga fungsi :

1. Melukiskan proses komunikasi,

2. Menunjukkan hubungan visual,

3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai empat fungsi :

1. Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati,

2. Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui),

3. Prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga kuantitatif yang berkenaan
dengan kapan dan seberapa banyak,

4. Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi,

MODEL-MODEL KOMUNIKASI : SUATU PERKENALAN

Sejauh ini terdapat anyak sekali model komunikasi yang telah dibuat pakar komunikasi. Maka disini kita
hanya akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut :

v Model S R

Model stimulus respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh
disiplin psikologi behavioristik.

Model ini menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat
sederhana. Jadi model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan
tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu.
Pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat
mengubah tindakan komunikasi.

Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan wajahnya sambil senyum-
senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup wajahnya dengan buku atau malah teriak apa liat-
liat, nantang ya? lalu anda kecewa dan dalam pikiran anda merasa cintanya bertepuk sebelah tangan
dan anda ingin bunuh dia.

v Model Aristoteles

Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Model ini
sering disebut sebagai seni berpidato.

Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-kererpercayaan anda), argumen anda
(logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam
menentukan efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya.

Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis.

v Model Lasswell

Model ini berupa ungkapan verbal, yaitu :

Who

Says What

In Which Channel

To Whom

With What Effect

Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu :

1. Pengawasan Lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang
dalam lingkungan.

2. Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan,

3. Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

Akan tetapi model ini dikritik karena model ini mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang
bertujuan. Model ini juga terlalu menyederhanakan masalah.

v Model Shannon dan Weaver

Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model itu melukiskan suatu
sumber yang menyandi atau menyiptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada
seorang penerima.

Konsep penting Shannon dan Weaver adalah :

Gangguan (noise), Setiap rangsangan tambahan dan tidak dikendaki yang dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan.

Konsep lain yang ikut andil adalah entropi dan redundasi serta keseimbangan yang diperlukan diantara
keduanya untuk menghasilkan komunikasi yang efisien dan dapat mengatasi gangguan dalam saluran.

Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial, komunikasi dipandang sebagai
fenomena satu arah.

v Model Newcomb

Komunikasi adalah suatu cara yang lazim dan efektif yang memungkinkan orang orang mengorientasikan
diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja.

Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem ditandai oleh suatu keseimbangan atau simetri,karena
ketidakkeseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan
tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.

v Model Westley dan Maclean

Menurut pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antarpribadi
dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antarpribadi,
dalam komunikasi massa bersifat minimal atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antar pribadi dapat
langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima sedangkan dalam komunikasi massa sumber
misalnya penceramah agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka kampanye politik.

Konsep pentingnya adalah Umpan balik, Perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadidengan
komunikasi massa. Pesan ini juga membedakan pesan yang bertujuan dan pesan yang tidak bertujuan.

v Model Gerbner

Model verbal Gerbner adalah :


1. Seseorang ( sumber, komunikator )

2. Mempersepsi suatu kejadian

3. Dan bereaksi

4. Dalam suatu situasi

5. Melalui suatu alat

6. Untuk menyediakan materi

7. Dalam suatu bentuk

8. Dan konteks

9. Yang mengandung isi

10. Yang mempunyai suatu konsekuensi

v Model Berlo

Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor :

1. Keterampilan komunikasi

2. Sikap

3. Pengetahuan

4. Sistem sosial

5. Budaya

Salah satu kelebihan model ini adalah model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi
massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model ini bersifat
heuristik (merangsang penelitian).

v Model DeFleur

Source dan Transmitter adalah dua fase yang berbeda yang dilakukan seseorang, fungsi receiver dalam
model ini adalah menerima informasi dan menyandi baliknya mengubah peristiwa fisik informasi
menjadi pesan.

Menurut DeFleur komunikasi adalah terjadi lewat suatu operasi perangkat komponen dalam suatu
sistem teoretis, yang konsekuensinya adalah isomorfisme diantara respons internal terhadap
seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.

v Model Tubbs

Pesan dalam model ini dapat berupa pesan verbal, juga non verbal, bisa disengaja ataupun tidak
disengaja. Salurannya adalah alat indera, terutama pendengaran, penglihatan dan perabaan.

Gangguan dalam model ini ada 2, gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis adalah
faktor yang menyebabkan si penerima merasakan suatu perubahan dalam informasi atau rangsangan
yang tiba, misalnya kegaduhan. Ganguan semiatik adalah pemberian makna yang berbeda atas lambang
yang disampaikan pengirim.

v Model Gudykunst dan Kim

Merupakan model antar budaya, yakni komunikasi antara budaya yang berlainan, atau komunikasi
dengan orang asing.

Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian balik pesan merupakan suatu proses
interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategprikan menjadi faktor-faktor budaya,
sosial budaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan.

v Model Interaksional

Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan
potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa yang disebut pengambilan peran
orang lain. Diri berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dengan orang terdekatnya seperti
keluarga dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan dan terus berlanjut hingga kelingkungan luas
dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan.
MODEL KOMUNIKASI MEKANISTIS DAN

MODEL KOMUNIKASI DUA ARAH

Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur


terpenting guna memahami suatu proses komunikasi.

Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa
yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan, model
adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau
komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.

Sebagian ahli memaknai model sebagai penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk
gambar. Karena itu, hakikatnnya model adalah alat bantu. Sebagai alat bantu, model
mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan mempresentasikan secara abstrak ciri-
ciri yang dianggap penting dan menghilangkan rincian yang tidak perlu.

Karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan
teori. Kita dapat menggunakan kata-kata, angka, simbol, dan gambar untuk melukiskan model
suatu objek, teori atau proses.

Dilihat dari bentuknya, model komunikasi dasar yang akan kita bahas adalah :

Model komunikasi linear satu arah


Model komunikasi sirkuler

Model-model Komunikasi Linear : Satu Arah

Model ini didasari paradigma stimulus-respons. Menurut paradigma ini, komunikan akan
memberikan respons sesuai stimulus yang diterimanya. Komunikan adalah makhmuk pasif,
menerima apapun yang disampaikan komunikator kepadanya. Komunikator aktif menyampaikan
pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung searah dan relative tanpa umpan
balik, karena itu disebut linear.

1. Model Aristoteles

Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut
sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang
petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan
tujuan mengubah perilaku mereka. Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang
yang dipecaya oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik.Tapi model ini
juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap
sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan
komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain.
Meskipun model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi
inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi modern.

Model ini mengajukan 3 unsur komunukasi utama yang disebut pembicara (speaker), pesan
(message), dan pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato
untuk mempengaruhi orang lain. Selain itu terdapat unsur lain yang disebut setting yaitu suasana
lingkungan yang perlu diciptakan agar komunikasi berlangsug efektif. Menurut Aristoteles,
untuk berhasil dalam komunikasi public, maka terdapat 3 unsur utama yang harus diperhatikan,
yaitu ethos (kredibilitas komunikator), logos (rutun logika argumentasi pesan yang anda
sampaikan), pathos (kemampuan memainkan emosi).

1. Model Laswell

Diluncurkan pada 1948, model yang merupakan formula sederhana ini umumnya digunakan
untuk mengkaji masalah komunikasi massa. Laswell sendiri menggunakan formulanya untuk
menunjukkan jenis riset dalam bidang komunikasi politik dan propaganda. Karena menganggap
model ini terlalu sederhana, banyak yang mengembangkan formula Laswell.

Menurut Laswell unsur-unsur dasar, walau dengan penjabaran dan interpretasi yang tidak persis
sama yaitu komunikator (who), pesan (says what), saluran komunikasi ( in which channel),
komunikan ( to whom), dan efek komunikasi (with what effect).

3. Model Braddock
Dalam situasi yang bagaimana?

Apa Tujuannya?

Dengan Efek bagaimana ?

Dalam hal ini Braddock menambahkan dua hal yang ada hubungannya dengan tindak
komunikasi yaitu: (1) situasi ini dimana sebuah pesan dikirimkan, (2) Apa tujuan komunikator
menyatakan sesuatu.

Dennis McQuail dan Braddock memberikan komentar mengenai formula Lasswell sebagai
berikut:

1. Formula Lasswell beranggapan, bahwa komunikator mempunyai keinginan


mempengaruhi kemunikan
2. Braddock menekankan, bahwa Formula Lasswell dapat mengeliurkan peneliti
komunikasi.
3. Formuola Lasswell dikritik karena meniadakan unsur feedback

Namun demikian, sempai kini diakui bahwa Formula Lasswell adalah cara yang mudah untuk
memperkenalkan situasi proses komunikasi
1. 4. Model Shannon-Weaver

Model ini dibuat oleh ahli matematik Claude Shannon diakhir 1949, disebut juga model
matematis atau model teori informasi. Model ini mengambarkan komunikasi sebagai suatu
proses linear satu arah. Elemen pertama adalah sumber informasi (information source),
menghasilkan pesan (message),yang oleh pemancar (transmitter) diubah menjadi
signal.Ketidakmampuan komunikator untuk menyadari bahwa pesan yang dikirim tidak selalu
identik dengan pesan yang diterima merupakan salah satu alasan mengapa komunikasi gagal.

Model-model Komunikasi Sirkuler : Dua Arah

Model sirkuler umumnya berangkat dari paradigma antarpribadi, di mana kedudukan


komunikator dan komunikan relative setara. Munculnya paradigma baru ini merupakan
pemisahan dari paradigma yang lama tentang komunikasi yang linear. Model sirkuler dikritik
karena adanya kesamaan tingkat (equality)antara komunikator dan komunikan.

1) Model Schramm

Schramm membuat serangkaian model, dimulai dari (a) yang sederhana satu arah mirip
Shanonn-Weaver, (b) satu model antarpribadi yang juga masih linear, (c) dilanjuntkan dengan
pengembangannya yang sirkuler. Selain itu, Schramm juga menurunkan (d) model komunikasi
massa.

Schramm menggunakan unsur source dan destination tapi tidak memunculkan transmitter dan
receiver, yang ada adalah encoder (alat penyandi) dan decoder (alat penyandi balik). Menurut
model ini, source boleh menjadi seorang individu atau organisasi, sinyalnya adalah bahasa dan
destination-nya adalah pihak lain kepada siapa sinyal itu ditujukan.

Destination

Source

Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone.
Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan
destination pada sisi yang lainnya.

Itulah sebabnya pada modelnya yang kedua ia mulai menyatukan source (sumber) dengan
encoder (alat penyandi) yang semula terpisah. Demikian pula halnya dengan decoder (alat
penyandi balik) yang ditempelkan dengan destination (tujuan). Selain itu, ia menambah unsur
field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki kedua pelaku komunikasi. Source
menyandi (encode) dan destination menyandi balik (decode) pesan berdasarkan pengalaman
yang dimiliki masing-masing. Semakin besar luas bidang pengalaman source yang berhimpitan
dengan bidang pengalaman destination, semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua
bidang itu tidak bertautan atau sangat sedikit pertautannya artinya tidak ada pengalaman yang
sama maka komunikasi sulit berlangsung.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone.
Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan
destination pada sisi yang lainnya.

Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone.
Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan
destination pada sisi yang lainnya.

Pada model yang ketiga, Scrhamm menggambarkan komunikasi sebagai proses sirkuler. Untuk
pertama kalinya ia menggambarkan dua titik pelaku komunikasi yang melakukan fungsi encoder,
interpreter, decoder.Dalam proses sirkuler ini, setiap pelaku komunikasi bertindak sebagai
encoder dan decoder. Ia meng-encode pesan ketika menerimanya. Pesan yang diterima kembali
dapat disebut umpan balik, yang tetap ia beri nama message. Umpan balik inilah yang telah
membuat model linear menjadi sirluker.

2) Model NewcombDanceHelical Model (Model Helical Dance)


Model komunkasi helical ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model sirkular dari Osggod
dan Schramm. Ketika membandingkan model komunikasi linier dan sirkular, Dance mengatakan
bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat
dalam menjelaskan proses komunikasi.
Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian
kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini
akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul. Dance menggarisbawahi
sifat dinamik dari komunikasi.

Proses kounikasi, seperti halnya semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-
hubungan dan lingkungan-lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks menggambarkan
bagaimana aspek-aspek dri proses berubah dari waktu ke waktu.
Dalam percakapan ,misalnya bidang kognitif secara tetap membesar pada mereka yang terlibat.
Para aktor komunikasi secara sinambung memperoleh informasi mengenai topik termasa tentang
pandangan orang lain, pengetahuan dan sebagainya.

4). Model Newcomb

Model Newcomb diluncurkan pada1953. Bentuk model adalah segitiga, namun karena
menggambarkan kesamaan derajat antara pelaku komunikasi, dimana penerima pesan tidak lagi
dianggap pasif, yang tercermin dalam bentuk panah bolak-balik, maka model ini kita masukkan
ke dalam kelompok sirkuler. Dalam model ini Newcomb mengembangkan modelnya
berdasarkan karya terdahulu dari ahli psikologi Header (1946).
4. Model Shannon dan Weaver
Model ini melihat komunikasi sebagai transmisi pesan yang mengungkapkan isu efek dan
bukannya makna. Efek secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur
dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam
prosesnya. (Fiske, 1990:46). Model ini lebih sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa, hal
ini disebabkan latar belakang mereka yang merupakan insinyur yang bekerja untuk laboratorium
telephone Bell di Amerika Serikat. Tujuan mereka adalah untuk memastikan the maximum
efficiency dari kabel telephone dan gelombang radio. Mereka mengembangkan sebuah model
komunikasi yang ditujukan untuk membantu mengembangkan sebuah teori matematis dari
komunikasi (Chandler).
Model ini terdiri dari enam elemen :
a. Information Source adalah yang memproduksi pesan
b. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal
c. Channel adalah saluran pesan
d. Receiver adalah pihak yang menguraikan/mengkonstruksikan pesan dari sinyal
e. Destination adalah dimana pesan sampai
f. Noise adalah segala macam gangguan yang mempengaruhi pesan sehingga menyebabkan
sinyal yang berbeda dari yang dikirimkan (sifatnya disfungsional ).
Shannon dan Weaver mengidentifikasi 3 level masalah dalam studi komunikasi :
1. Level A ( masalah teknis ), bagaimana simbol2 komunikasi dapat
ditransmisikan secara akurat ?
2. Level B (masalah semantik), bagaimana simbol2 yang ditransmisikan secara persis
menyampaikan makna yang diharapkan?
3. Level C (masalah keefektifan), bagaimana makna yang diterima secara efektif mempengaruhi
tingkah laku dengan cara yang diharapkan?
5.

Referensi

(id) Corry, Andi Ph.D. Modul Kuliah Teori Komunikasi, pertemuan ke-4: Teori Kontekstual dan
Perspektif dalam Ilmu Komunikasi. Universitas Mercubuana.
(id) Sendjaja, S Djuarsa. Ph.D., Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
(en) Littlejohn, Stephen (1992). Theories of Human Communication (5th Ed). Califonia:
Wadsworth Publishing

Model psikologi Comstock mempelajari tentang bagaimana efek televisi memberikan


pengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Dimana memang tujuan Model komunikasi
ini adalah untuk memperhitungkan dan membantu memperkirakan terjadinya efek
terhadap tingkah laku seseorang sebagai individu, dengan jalan menggabungkan
penemuan-penemuan atau teori-teori tentang kondisi umum di mana efek selama ini
dapat ditemukan.

Asumsi dari model psikologi Comstock ini adalah televisi telah dianggap sebagai sesuatu
yang nyata, sesuatu yang serupa dengan setiap pengalaman, tindakan atau observasi
personal yang dapat menimbulkan konsekuensi terhadap pemahaman (learning) maupun
tindakan (acting). Selain itu, televisi juga dianggap tidak hanya mengajarkan tingkah
laku, tetapi juga bertindak sebagai stimulus untuk membangkitkan tingkah laku yang
dipelajari dari sumber-sumber lain.


Model Psikologi Comstock ini mempunyai anggapan bahwa, Pertunjukan aksi di media
televisi akan lebih mudah membuat orang menirunya, jika pertunjukan itu lebih
menyolok (salient) bagi seseorang, karena dengan begitu pertunjukan aksi tersebut akan
menimbulkan getaran dan lebih menonjol. Baik kemenyolokan maupun getaran yang di
timbulkan merupakan kondisi yang harus ada untuk kegiatan pemahaman (learning)
Model ini juga beranggapan bahwa, semakin sedikit daftar tindakan-tindakan yang
tersedia maka semakin besar kemungkinan untuk diadopsinya pertunjukan televisi
tersebut. Untuk itu model ini juga menekankan bahwa agar sebuah aksi benar-benar ditiru
maka haruslah ada kemiripan aksi itu dengan realita yang ada.

Model Defleur

Model ini merupakan model komunikasi massa. Dengan menyisipkan perangkat medium
massa dan perangkat umpan balik. Model ini menggambarkan sumber, pemancar, penerima,
dan tujuan sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi massa.

Fungsi dari penerima dalam model Defleur adalah menerima informasi dan menyandikannya.

Menurut Defleur, komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi terjadi dengan
seperangkat komponen operasi di dalam sistem teoritis, dengan konsekuensinya adalah
isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol kepada sumber dan penerima.

Upaya membahas fenomena informasi secara ilmiah sudah mulai dipikirkan oleh para ilmuwan
sejak tahun 1920an. Namun upaya tersebut baru benar-benar menarik perhatian kalangan
akademisi dan industri ketika Claude Shannon menulis A Mathematical Theory of
Communication tahun 1948 di jurnal Bell System Technical Journal. Shannon adalah seorang
ilmuwan matematik yang memang bekerja untuk laboratorium Bell, membantu perusahaan ini
mengembangkan teknologi telekomunikasi.
Silakan ambil artikel itu di sini http://pespmc1.vub.ac.be/books/Shannon-TheoryComm.pdf

Sebagai peneliti untuk perusahaan telekomunikasi, Shannon tentu saja terutama tertarik terhadap
efisiensi mengirim infomasi melalui saluran telegram dan telepon yang waktu itu belum
berkembang seperti saat ini. Untuk itu, Shannon perlu memandang informasi sebagai simbol-
simbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia. Secara khusus, dia harus
menjelaskan bagaimana alat dan saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik
di suatu tempat ke titik lain di tempat lainnya. Ini dikenal sebagai transmisi informasi.

Bagi laboratorium Bell tempat Shannon bekerja, kapasitas, efisisiensi, dan efektivitas transmisi
ini menjadi amat penting untuk pengembangan jaringan telepon. Shannon lalu menggunakan
pendekatan matematik yang memudahkan manusia mereduksi gejala rumit agar mudah
dipahami, dan kemudian menghitung atau mengukur gejala tersebut untuk mencapai efisiensi
teknologi.

Setahun setelah Shannon mengajukan pemikiran matematisnya di jurnal perusahaan Bell, teori
ini dikembangkan lebih jauh bersama seorang rekannya, Warren Weaver, untuk menjadi buku.
Di dalam buku inilah mereka menegaskan bahwa untuk memahami informasi, kita perlu
berasumsi bahwa semua tujuan komunikasi adalah mengatasi ketidakpastian (uncertainty). Teori
yang dikembangkan Shannon dan Weaver menyederhanakan persoalan komunikasi ini dengan
memakai pemikiran-pemikiran probabilitas (kemungkinan).

Jika kita melakukan undian dengan melempar sebuah uang logam, hasil undian itu dianggap
bernilai satu bit informasi karena mengandung dua kemungkinan dan setiap kemungkinan
mengandung nilai 0,5 alias sama besar dari segi kesempatan undian. Dari pemikiran dasar yang
sederhana ini, Shannon dan Weaver menyatakan bahwa semua sumber informasi bersifat
stochastic alias probabilistik (bersifat kemungkinan). Jika kemungkinan tersebut bersifat tidak
mudah diduga, maka derajat ketidakmudahan ini disebut sebagai entropy.

Melalui pernyataan-pernyataan matematis, Shannon (dan lalu juga Weaver) menunjukkan


hubungan antara elemen sistem teknologi komunikasi, yaitu sumber, saluran, dan sasaran. Setiap
sumber dalam gambaran Shannon memiliki tenaga atau daya untuk menghasilkan sinyal. Dengan
kata lain, pesan apa pun yang ingin disampaikan melalui komunikasi, perlu diubah menjadi
sinyal, dalam sebuah proses kerja yang disebut encoding atau pengkodean. Sinyal yang sudah
berupa kode ini kemudian dipancarkan melalui saluran yang memiliki kapasistas tertentu.
Saluran ini dianggap selalu mengalami gangguan (noise) yang mempengaruhi kualitas sinyal.
Memakai hitung-hitungan probabilitas, teori informasi mengembangkan cara menghitung
kapasitas saluran dan kemungkinan pengurangan kualitas sinyal. Sesampainya di sasaran, sinyal
ini mengalami proses pengubahan dari kode menjadi pesan, atau disebut juga sebagai proses
decoding.

Teori informasi Shannon juga menganggap bahwa informasi dapat dihitung jumlahnya, dan
bahwa informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Jumlah informasi yang dapat
dikaitkan, atau dihasilkan oleh, sebuah keadaan atau kejadian merupakan tingkat pengurangan
(reduksi) ketidakpastian, atau pilihan kemungkinan, yang dapat muncul dari keadaan atau
kejadian tersebut. Dengan kata yang lebih sederhana, teori ini berasumsi bahwa kita memperoleh
informasi jika kita memperoleh kepastian tentang suatu kejadian atau suatu hal tertentu.

Keunggulan teori Shannon-Weaver terletak pada kemampuannya membuat persoalan


komunikasi informasi menjadi persoalan kuantitas, sehingga sangat cocok untuk
mengembangkan teknologi informasi. Kritik terhadap teori mereka datang dari kaum yang
mencoba mengaitkan informasi dengan makna dan kandungan nilai sosial-budaya di dalam
informasi. Sampai sekarang, perdebatan tentang apakah informasi adalah sesuatu yang kuantitatif
atau kualitatif masih terus berlangsung. Ada yang mencoba mengambil kebaikan dari kedua
pihak dengan mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang berwujud dan sekaligus bersifat
abstrak.

Jasa Shannon-Weaver terletak pada kepioniran mereka memperkenalkan diskusi dan aplikasi
informasi ke dalam kehidupan manusia. Apa yang sekarang kita alami dan nikmati, adalah hasil
perkembangan dari pemikiran mereka juga.

Anda mungkin juga menyukai