DI INDONESIA
1948-1986
Oleh
ANNISA SEBASTIAN
180310160009
SKRIPSI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SEJARAH
JATINANGOR
2021
Jatinangor, 2021
Menyetujui,
Disahkan, Diketahui,
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Koordinator Prodi Sejarah
Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Budaya
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
skripsi mengenai Peran Sofia W.D dalam Dunia Perfilman di Indonesia 1948-
1986 ini dengan baik walau tidak luput dari kekurangan di dalamnya. Sholawat
serta salam tidak lupa teercurah limpahkan kepada Nabi umat Islam, yakni Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga dan para sahabat, juga kita sebagai umatnya.
1. Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE., serta staf
jajarannya.
3. Ketua Program Studi Sejarah Dr. Dade Mahzuni, M.Si., serta dosen-dosen
Sejarah lainnya.
6. Para staf Sinematek Indonesia yaitu Bapak Sandas dan Bu Maya yang
i
7. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu mendukung penulis dan
berdoa yang terbaik untuk bisa menyelesaikan skripsi walau penuh dengan
banyak tantangan.
10. Pak Halfiyanto yang telah membantu dan mendukung penulis selama
menyusun skripsi.
11. Novika Aulia Syahbani yang telah membantu penulis dalam pencarian
12. Ripki Lukmanul Hakim yang telah memberi dukungan dan pengertiannya
Adinda Hanna Mutiara, Fitri Robiatul Adawiyah, Rika Amelia dan Gita
Riyani.
ii
Penulis berharap skripsi ini dapan berguna untuk para pembaca
perfilman di Indonesia melalui sosok Sofia W.D yang penulis beri judul Peran
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi yang telah penulis buat di masa yang akan datang.
menjadi sumber acuan kembali pagi penelitian-penelitian lain di masa yang akan
datang baik secara teoritis dan pragmatis bagi mereka yang tertarik menkaji
Annisa Sebastian
NPM. 180310160009
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…iv
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT.............................................................................................................vii
DAFTAR ILUSTRASI.........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................................7
1.4 Metode Penelitian......................................................................................7
1.5 Tinjauan Atas Studi Terdahulu................................................................15
1.6 Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................18
1.7 Organisasi Penulisan...............................................................................20
BAB IILATAR BELAKANG KEHIDUPAN SOFIA W.D..................................22
2.1 Biografi Sofia W.D.......................................................................................37
2.2. Awal Mula Terjun ke dalam Dunia Seni ....................................................43
BAB III SEPAK TERJANG SOFIA W.D DALAM DUNIA PERFILMAN DI
INDONESIA (1948-1986).....................................................................................43
3.1 Kondisi Perfilman Indonesia Abad ke-20....................................................43
3.1.1.Peran Perempuan dalam Dunia Perfilman di Indonesia........................59
3.2. Peran Sofia W.D dalam Dunia Perfilman di Indonesia...............................64
3.2.1 Sofia Sebagai Seorang Bintang Film.....................................................65
3.2.2 Sofia sebagai Seorang Sutradara...........................................................77
3.2.3 Sofia Sebagai Pengurus PARFI.............................................................50
BAB IVKESIMPULAN........................................................................................84
SYNOPSIS..............................................................................................................86
DAFTAR SUMBER..............................................................................................88
LAMPIRAN...........................................................................................................92
RIWAYAT HIDUP PENULIS..............................................................................96
iv
v
ABSTRAK diketik satu spasi
Skripsi ini membahas Peran Sofia W.D dalam Dunia Perfilman di Indonesia
(1948-1986). Penelitian ini dibuat untuk mencari tahu tentang siapa itu Sofia W.D
beserta peranannya dalam dunia perfilman di Indonesia.Tulisan ini merupakan
ikhtiar untuk memahami dunia perfilman melalui perjalanan hidup Sofia W.D dari
awal kemerdekaan hingga tahun 80-an.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan penting
diantaranya: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Metode ini digunakan
sebagai alat untuk menganalisis dan membedah permasalahan yang dikaji dengan
bantuan berupa konsep dari peranan dan kreativitas yang diharapkan mampu
merekonstruksi berbagai peranan dan sumbangsih Sofia W.D dalam dunia film di
Indonesia.
Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui saat Indonesia merdeka munculah
sebuah film yang mengangkat nama Sofia sebagai aktris pendatang baru yang
digemari masyarakat Indonesia. Air Mata mengalir di Tjitarum juga disebut
sebagai film pertama pasca kemerdekaan yang disebut membawa angin segar bagi
dunia perfilman di Indonesia. Sofia seorang pelayan restoran mampu
menampilkan bakat akting yang luar biasa dan mampu menginspirasi orang
khususnya bagi kaum perempuan untuk berkembang dan mengasah potensi dalam
dunia perfilman. Ia tak hanya sebagai bintang film saja, namun pernah menjadi
sutradara dan salah satu ketua dan pengurus organisasi perfilman di Indonesia.
Kata Kunci : Sofia W.D, Film, sutradara perempuan, Air Mata mengalir di
Tjitarum
vi
ABSTRACT koreksiannya sama dengan di atas
This thesis discusses the Role of Sofia W.D in the World of Film in Indonesia
(1948-1986). This research was made to find out who Sofia W.D is and its role in
the world of film in Indonesia. This paper is an attempt to understand world
cinema through Sofia W.D's life journey from the beginning of independence to
the 80s. The aspects studied were 1) who was Sofia W.D, 2) When did Sofia W.D
first enter into world films and 3) What contribution did Sofia W.D make in world
films in Indonesia.
The research methodology used is historical methods, including observation, field
studies, literature studies, and interviews. The historical method includes
important stages including heuristics, criticism, interpretation, and historiography.
The method used is a tool to analyze and dissect the problems studied with the
help of the concept of roles and creativity which are expected to be able to
reconstruct Sofia W.D's various roles and contributions in world films in
Indonesia.
Based on this research, it can be seen that a film is a tool that has been in great
demand by various groups since its inception in Indonesia. Even though it still
uses simple technology, it has become a special attraction for the Indonesian
people. It is also made by actors and actresses who are capable of acting making
films that are getting better. Then it was also discovered that Sofia W.D was one
of the film actresses who had her talent in acting. Even after independence, she
was unsure about directing a film and was named the second female film director
in Indonesia, previously Ratna Asmara.
vii
DAFTAR FOTO
Foto 2.1 Foto Sofia pada 1948 saat pertama kali berkecimpung dalam dunia
perfilman ................................................................................22
Foto 2.2 Sosok Soewaldy yang dikenal sebagai sosok yang sederhana
namun berwibawa.........................................................................29
Foto 2.4 Aktris Sofia W.D dirawat di ruang ICU R.S Cikini, Jakarta ......36
Foto 3.2 Adegan Film Bumi Makin Panas dan Bernafas Dalam Kubur......62
viii
DAFTAR ILUSTRASI
Tabel 3.5 Daftar film yang dimainkan oleh Sofia W.D sebagai bintang film di
Indonesia (1948-1986)....................................................................69
Tabel 3.6 Daftar film yang disutradarai oleh oleh Sofia W.D (1960-1977)...80
ix
BAB I
PENDAHULUAN
kenal dengan para tokoh perempuan dalam dunia perfilman. Sejak kemunculan
pada kenyataannya masih kurang mendapat apresiasi yang cukup dari masyarakat
Indonesia.
tempat tertentu. Secara historis, film muncul pertama kali di Kota Paris, Perancis
oleh Lumiere bersaudara pada akhir abad ke 19. Film yang disajikan masih
berbentuk film bisu yang bersifat dokumenter dengan durasi waktu yang sangat
singkat (Amura, 1989: 91). Walau masih sangat sederhana, namun kemunculan
film menjadi suatu terobosan baru yang mampu menjadi daya tarik masyarakat
hanya film bisu yang bersifat dokumenter, namun beralih menjadi beberapa genre1
yang sudah mencakup beberapa kisah di dalamnya. Genre juga berguna untuk
1
2
melihat adegan perkelahian sampai percintaan yang bahkan belum pernah dialami
Indonesia yang dahulu masih disebut dengan Hindia Belanda. Film berkembang
dimulai pada awal abad 20 di Batavia. Sama seperti awal kemunculan film di
Eropa, film yang sampai di Hindia Belanda pun dimulai dari film bisu yang
bersifat dokumenter. Isinya mengenai film dokumenter perjalanan Ratu dan Raja
Belanda di Den Haag. Film ini diputar di sebuah bioskop dengan tiket masuk
dimasuki oleh orang Eropa saja, contohnya Bioskop Oerientaal di Batavia. Ada
juga bioskop yang bisa dimasuki oleh orang Pribumi dan orang Eropa namun
dianggap sebagai bukti kecerdasan dan kemajuan orang-orang Barat. Film dengan
cepat menjadi sebuah daya tarik yang membuat orang-orang penasaran untuk
Belanda terpikirkan untuk membuat film sendiri. Hingga pada 17 April 1925
keluarlah Surat Keputusan Raja nomor 40 yang berisi perintah untuk mendirikan
luas wilayah jajahan mereka dan agar mampu bersaing dengan Jerman yang
sebelumnya telah lebih dulu membuat film dokumenter. Film dokumenter ini pada
3
Belanda memimpin negara jajahannya. Salah satu film dokumenter yang masih
tersimpan baik hingga kini adalah Film rekaman Pasar Gambir yang berada di
Pusat Arsip Audio Visual Kerajaan Belanda, Di Amsterdam (Biran. Misbach Yusa,
2009 : 54).
masyarakat yang menganggap bahwa film tersebut tidak menarik dan terkesan
alur cerita untuk menarik minat menonton film kembali di masyarakat. Hingga
pada 1926 berdirilah sebuah perusahaan produksi film yang bernama NV Java
sebagai pimpinan produksi film. Seorang tukang juru foto terkenal di Bandung.
teman seprofesinya yakni F. Carli untuk bergabung. Seorang pemilik toko potret di
1879. G. Krugers bertugas sebagai bagian kamera dan pencucian film (processing)
dan F. Charli sebagai Operator Film. Film yang diproduksi diberi judul Loetoeng
pemerintahan setempat terkait pembuatan film ini. Hal ini disambut dengan senang
hati dan mendapat dukungan dari Bupati Bandung, Wiratakusumah V. Film ini
4
juga masih merupakan film bisu yang berwarna hitam putih (Biran. Misbach Yusa,
2009 : 60).
cerita yang lebih modern dengan judul Eulis Atjih, Lily van Java dan Setangan
bertahan hingga 1930. Setelah itu muncul terobosan baru seiring berkembangnya
Karnadi Anemer Bangkong, Indonesia Malaise, Boenga Roos dari Tjikembang dan
yang lainnya. Namun yang dianggap sebagai representasi Film Bicara pertama
yang dinilai baik dan sempurna adalah Nyai Dasima. Sebuah film yang diangkat
dari naskah Opera Stamboel yang disutradarai oleh Bachtiar Effendi pada 1931
Dari film yang beredar, hampir semuanya merupakan film-film produksi kaum
Yauw, Liem Goang Lian, Tjan Tjoen Lian, Jo Eng sek, The Tang Chun, G. Kruger,
Albert Balink dan lainnya. Bahkan dalam penyutradaraan sampai bagian editing
pun sama. Hal ini menunjukan bahwa kaum pribumi belum bisa memproduksi film
sendiri melainkan hanya sebagai bintang film bahkan sasaran komsumen film.
Alasan yang kuat adalah anggaran pembuatan film yang mahal dan strata sosial
pribumi terlalu rendah unuk bisa memproduksi sebuah film. Namun tidak bisa
dipungkiri, bahwa kaum pribumi sejak pembuatan film pertama di Hindia Belanda
5
sudah memiliki peran sebagai pemain film didalamnya. Hal ini semakin membuat
kaum pribumi terasah sebagai bintang film dan memotivasi mereka untuk terjun
Disela-sela gejolak perang yang terjadi, peminat film tidak hilang begitu saja.
Banyak yang menjadikan keadaan perang sebagai sebuah ide dalam alur
pembuatan naskah film. Masyarakat pribumi juga mulai aktif sebagai sutradara,
penulis naskah, sampai menjadi actor dan aktris di dalamnya. Di Indonesia banyak
para seniman yang ahli dalam dunia film seperti Andjar Asmara, Astaman, Ali
semakin lama peran perempuan pun tidak bisa dilupakan. Sejarah Indonesia
mencatat banyak nama perempuan yang memiliki peranan penting dalam dunia
perfilman Indonesia, diantaranya Ratna Asmara, Rukiah, Ratna Rutinah, dan yang
zaman itu, bukan hanya menjadi seorang aktis saja, namun juga menjadi sutradara
dan produser dalam sebuah film. Salah satu aktris yang juga pernah menjadi
prestasi dan karyanya yang panjang terhadap dunia film menjadikan nama Sofia
Waldy alias Sofia W.D dikenal sampai akhir hayatnya. Ia merupakan salah satu
aktris terkenal dengan pengalaman cukup lama, yaitu sejak awal kemerdekaan
dalam sebuaah dunia perfilman. Krena bisa diamati semenjak kemunculan film di
Indonesia, perempuan selalu hadir sebagai tokoh pemain. Hal ini membuat mata
Walau terdakang peran perempuan sendiri dinilai hanya sekedar pemikat saja,
namun tidak bisa dipungkiri perempuan pasti selalu ada pada film-film yang
berkembang di Indonesia.
Namun memang pada kenyataannya banyak dari kita yang kurang mengetahui
Oleh karena itu, penulis ingin mengulas peran wanita dalam dunia perfilman di
1986)menjadi topik bahasan untuk penelitian. Pertama topik yang penulis ambil
begitu menarik dan belum ada yang membahasanya secara spesifik dan sistematis
dijadikan sebagai tolak ukur perkembangan dunia film di Indonesia dan juga
baik sumber primer maupun sekunder cukup tersedia dan mudah didapatkan
(obtainable topic). Sehingga untuk mengambil tema tersebut cukup berada dalam
Dalam hal ini, dapat disusun beberapa rumusan masalah agar mempermudah
3. Untuk mengetaui peran dan sumbangsih Sofia W.D dalam dunia film di
Indonesia.
Dalam tulisan ini, metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan
studi lapangan, observasi dan wawancara. Seperti yang kita ketahui bahwa di
dalam metode sejarah kita mengenal beberapa tahapan, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi (Herlina, 2015 : 17). Pada tahapan heuristik penulis
Sofia W.D dan beberapa sumber yang membahas tentang dinamika dunia
8
menemukan film apa saja yang Sofia W.D perankan sekaligus beberapa film yang
Sinematek tentang Sofia W.D, baik secara foto formal maupun saat sedang
sekunder di Perpustakaan Nasional yang berada di Jl. Merdeka dan Jl. Salemba.
Indonesia, diantaranya :
pemahaman bahwa pada awal mula kemunculan film di Indonesia film yang
9
diputar pertama kali masih berupa film bisu tanpa suara. Lalu berisi gambaran
tentang bioskop masih berbentuk sangat sederhana dan klasifikasi harga tiket yang
Bioskop di Indonesia karya W.S Rendra dkk. Buku tersebut juga memberikan
Indonesia.
Ketiga, penulis menghimpun data dari buku yang berjudul Sejarah Film
1900-1950 : Bikin Film di Jawa karya Misbach Yusa Biran. Buku ini menjelaskan
mengenai film secara historis dan kaitannya dengan tokoh-tokoh perfilman yang
menghibur para penonton, namun juga sebagai alat politik yang memiliki
dan Film Indonesia (1930-1961) karya Leny Nur’aeni pada 2010. Skripsi tersebut
sutradara perempuan pertama di Indonesia, melainkan Ratna Asmara. Hal ini bisa
10
perpustakaan milik Prof. Nina Lubis, salah satu Guru Besar Sejarah Universitas
Buku ini sebenarnya bukan sebuah buku yang secara mandiri diterbitkan,
melaikan terbitan khusus dari Indonesia Madjalah Kebudayaan untuk edisi Januari
dan Februari 1953. Dalam buku tersebut, penulis dapat memahami bahwa
film yang berkaitan dengan kondisi kesenian, sosial-politik dan keadaan ekonomi
di masyarakat pada waktu tersebut. Penulis buku juga membagi pemetaan film
pada tiga periode zaman, yaitu: periode 1927-1937, periode 1937-1950 dan
periode 1950-1952.
Penulis menemukan buku Politik Film di Hindia Belanda karya M. Sarief Arief
yang membahas mengenai alasan awal kenapa di Hindia Belanda harus ada
Tahap kedua adalah Kritik2. Tahapan ini terbagi atas dua yaitu : kritik
eksternal3 dan kritik internal4. Penulis dalam hal ini mencoba mengkritik contoh
2
Kritik adalah analisis terhadap sumber yang telah ditemukan secara kritis (Herlina, 2015 : 5).
3
Kritik eksternal adalah mengkritik hal-hal di luar isi seperti tinta, jenis kertas dan sebagainya
(Herlina, 2015 : 25).
4
Kritik internal adalah mengkritik terkait isi sumber (Herlina, 2015 : 31).
11
Sebagai Alat Masyarakat karya Armijn Pare pada 1953. Jika penulis melakukan
kritik secara eksternal, maka akan didapati bahwa buku ini adalah buku cetakan
pertama yang diterbitkan pada 1953. Bahasa yang digunakan masih sangat baku
dan menggunakan ejaan lama (EYD) bukan PUEBI seperti sekarang. Buku ini
dicetak pada pertengahan abad ke-20, berbeda dengan buku-buku sekarang yang
jurnalis yang aktif pada abad 20 di Indonesia. Ia merupakan lulusan HIS, ELS,
menciptakan novel dan cerita pendek. Selain itu ia pandai menulis kritik sastra
pernah dipercaya untuk menjadi redaktur di beberapa media, salah satunya adalah
menyatakan bahwa penulis buku ini merupakan orang yang sangat kompeten dan
Perak : 90 Tahun Bioskop di Indonesia” yang ditulis oleh Haris Jauhari pada
Kabar masuknya film mulai dikenal di Hindia Belanda pada 1900 melalui
surat kabar Bintang Betawi pada 30 November 1900. Berita tersebut berisi
Desember 1900, sehari sebelum pelaksanaannya. Film yang diputar hanya film
berbentuk dokumenter yang belum memiliki alur cerita. Kemudian film hanya
bisa dijangkau oleh kelas-kelas tertentu seperti Cina dan kaum bangsawan saja.
sendiri. Hingga pada khir 1926, lahir sebuah film pertama yang bernuansa cerita
rakyat dari kota Bandung. Film pertama yang dibuat asli di tanah Hindia Belanda
Krugers dan F. Carli. Film ini mendapat banyak perhatian dari masyarakat Hindia
Andjar Asmara, Ratna Asmara, Ali Yugo, Soekarno M.Noor dan yang lainnya.
Karena kemunculannya yang dianggap hal baru, maka film mendapat banyak
perhatian bagi warga Hindia Belanda. Dari kaum atas, menengah hingga warga
13
pribumi biasa merasa penasaran ingin menonton seperti apa gambar idoep yang
kualitas gambar terbaik, namun masih bisu dan teknik pengambilan gambarnya
profesi untuk terjun dalam dunia film. Sejak awal kemerdekaan, kondisi perfilman
Indonesia mulai berkembang dan menjadi langkah bagi Sofia W.D untuk
tulisan yang diberi judul Peranan Sofia W.D dalam Dunia Film di Indonesia
(1948-1986). Tentu dengan dibatasi oleh peranannya dalam dunia perfilman saja,
baik sebagai aktris, sutradara, produser, bahkan sampai menjadi ketua organisasi
mula terjun ke dalam dunia film di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan Indonesia,
dunia perfilman sempat redup. Namun memasuki 1948, muncul film pertama
yang mendobrak industri film di tanah air yang berjudul “Air Mata Mengalir di
Tjitarum”. Film pertama Sofia W.D saat berperan sebagai tokoh utama
6
Historiografi adalah tahap penulisan dan interpretasi penulis dalam sebuah sejarah (Herlina,
2015: 15)
14
menggantikan Miss Rukiah yang meninggal dunia. Film ini sukses besar dan tentu
di dalamnya. Hal ini di dukung oleh banyak judul film yang menggunakan poster
perempuan sebagai daya tarik untuk dilihat. Citra perempuan memang dinilai
lebih memiliki daya jual yang tinggi dibanding kaum laki-laki. Oleh karena itu
banyak film yang dibuat bahkan menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya.
Sofia W.D dalam dunia permilman, secara tidak langsung kita bisa mencari tahu
memajukan industri film di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dengan adanya
terstruktur.
15
menemukan judul penelitian yang membahas mengenai Sofia W.D dalam bentuk
skripsi. Judul penelitian yang penulis ambil memiliki daya tarik tersendiri untuk
dan tokoh perempuan yang aktif berkarir dalam industri perfilman di Indonesia.
menjadi rujukan sebagai tinjauan atas studi terdahulu, baik yang telah ditulis
dalam bentuk buku, jurnal, skripsi maupun surat kabar. Sumber-sumber rujukan
ini digunakan untuk meninjau kembali apakah ada hal yang berkaitan dengan
tema dan topik yang dibahas oleh penulis. Beberapa sumber yang dijadikan
tinjauan adalah :
Pertama adalah buku yang berjudul Sejarah Film Indonesia : Bikin Film di
Jawa (1900-1950)yang ditulis oleh Misbach Yusa Biran pada 2009 . Buku ini
berisi tentang asal mula dunia film di Indonesia beserta para tokoh yang berperan
masih di bawah jajahan Belanda. Buku ini juga menggambrkan pada awal
film saja,hingga pada awal 1900 an industri film mulai menunjukkan peranannya
dan perlahan minat masyarakat beralih kepada film. Persamaan buku ini dengan
Hindia Belanda. Sementara perbedaan tulisan yang ada di buku ini dengan
16
penelitian penulis adalah penulis lebih akan fokus membahas tokoh Sofia W.D
Rujukan kedua adalah skripsi yang berjudul Andjar Asmara: Larir dan
1961)yang ditulis olah Leny Nur’aeni pada 2010. Dalam skripsinya dijelaskan
bahwa sebelum adanya film, banyak seniman yang berasal dari dunia sandiwara,
salah satunya adalah Andjar Asmara. Dalam sumber ini juga dibahas beberapa
penulis yaitu tentang film dan tokoh perempuan. Perbedaann antara isi sumber
tokoh Sofia W.D saja serta perkembangan film saat wanita menjadi tokoh penting
Rujukan yang ketiga yaitu buku yang berjudul Mengawal Industri Film
Indonesiayang ditulis oleh Heru Effendy pada tahun 2014. Buku ini menjelaskan
mengenai perkembangan film sejak tahun 1926 dan para tokoh yang terlibat.
Disebutkan juga beberapa judul film yang terkenal pada masa Hindia Belanda,
dan film apa saja yang terkenal di awal tahun kemerdekaan. Persamaan yang
penulis dapatkan dalam buku ini adalah adanya persamaan mengenai pembahasan
film yang terkenal dan dianggap memiliki daya tarik bagi perkembangan film di
penulis lebih membahas kepada satu tokoh saja yaitu Sofia W.D dan judul film
ditulis oleh Fandy Hutari pada 2009. Buku ini membahas mengenai peran film
yang bisa dijadikan sebagai alat untuk berpolitik pada masa Jepang. Film menjadi
media yang banyak memiliki daya tarik bagi masyarakat karena bentuknya
Buku ini membantu penulis untuk mengetahui gambaran mengenai fungsi dan
tujuan film yang ternyata bukan hanya sekedar sarana hiburan dalam bentuk
visual, tetapi juga sebagai alat untuk berpolitik. Kesamaan yang penulis temukan
dalam buku ini adalah penulis sama-sama membahas mengenai untuk apa tujuan
penulis adalah waktu yang dibahas bukan lagi berada di dalam masa Jepang, tetapi
Rujukan yang kelima adalah buku yang berjudul Layar Perak : 90 Tahun
Bioskop di Indonesia yang ditulis oleh Haris Jauhari pada 1992. Buku ini
1900 sampai 1991. Buku ini juga menjelaskan dinamika dunia perfilman yang
naik turun seiring perkembangannya. Persamaan yang penulis dapat dari buku ini
adalah mengenai objek penelitian dan kurun waktu yang dibahas. Sementara
perbedaan antara sumber yang didapat dengan bahasan penulis adalah penulis
menjadi rujukan sebagai tinjauan atas studi terdahulu baik yang telah ditulis dalam
18
bentuk buku, jurnal, skripsi maupun surat kabar. Proses rujukan ini digunakan
guna meninjau kembali apakah ada hal yang berkaitan dengan tema dan topik
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
(Soekanto, 1990:268).
kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
Penulis memakai konsep peranan nomor dua dan tiga dalam pemaparan
konsep Levinson untuk kepenulisan mengenai Sofia W.D karena Sofia dikenal
bukan hanya sosok yang memiliki pengaruh besar dalam lingkungan keluarga dan
sekitar saja namun Sofia dikenal sebagai sosok perempuan yang memiliki
sejak 1948 saat membintangi film yang berjudul Air Mata Mengalir di Tjitarum
Sosoknya bukan hanya sebagai orang yang aktif di depan layar, namun juga
memiliki peranan penting di balik layar. Ia pernah menjadi aktris dengan lebih
dari seratus judul film dan pernah membintangi serial televisi di Indoensia. Selain
itu iya juga berkarya dibalik layar sebagai seorang sutradara hingga termasuk
membuat seniman wanita terinspirasi untuk terjun di dalam dunia perfilman baik
Selain konsep peranan, pada tulisan ini juga terdapat konsep kreativitas.
Konsep ini digunakan untuk melihat bagaimana seorang Sofia W.D bisa
2006:12)
86). Sebagai orang yang memiliki jiwa seni secara otodidak, Sofia W.D harus
berpikir secara keras untuk bagaimana ia bisa bertahan dan tetap bisa menarik
Indonesia.
Awal mula ia terjun ke dalam dunia seni adalah pada 1943 saat Jepang
seni untuk menjadi sebuah alat propaganda, salah satunya adalah sandiwara. Sofia
yang masih remaja merasa tertarik untuk tergabung dalam kelompok sandiwara
buatan Jepang yaitu Irama Massa. Sofia tergabung dalam kelompok sandiwara
tersebut selama satu tahun. Walau hanya sebentar, namun bakatnya mulai terasah.
mendapat banyak pengalaman dan ilmu baru yang sangat bermanfaat untuk
melatih bakatnya agar lebih berkembang. Sofia mulai memberanikan diri untuk
dalam dunia perfilman pada awal 1948. Melihat dunia perfilman Indonesia mulai
berkembang pesat, Sofia tidak merasa puas hanya dengan memiliki kemampuan
seperti menekuni bidang sutradara, produser, editing dan yang lainnya. Namanya
Tulisan ini terdiri dari empat bab dan masing-masing bab dibagi kedalam
sub bab-sub bab yang disusun secara sistematis-kronologis antara judul bab
Bab II akan membahas mengenai siapa Sofia W.D. Kemudian dalam bab
ini juga akan dijelaskan sejak kapan bakat berakting Sofia W.D mulai
dikembangkan. Beserta peran apa saja yang permah ia lakoni sebagai aktris
ternama di Indonesia.
Bab III akan berisi tentang sumbangsih Sofia W.D dalam dunia perilman.
Seperti menjelaskan tentang perjalanan karir sebagai bintang film dan awal mula
naskah terkenal.
yang dibahas. Didalam bab IV akan berisi kesimpulan dan synopsis, serta penutup
dari hasil penelitian disertai daftar sumber, lampiran, dan riwayat hidup penulis.
BAB II
Sofia yang dikenal dengan nama Sofia Waldy lalu menjadi Sofia W.D
dan ibu bernamaSumirah. Keluarga Sofia begitu sederhana dan berada di dalam
Foto 2.1 : Foto Sofia pada 1948 saat pertama kali berkecimpung
Sumber : Artis & Kariernja, 9 Djanuari 1972 dalam Buana Minggu. Gedung
Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Sinematek Indonesia, Jakarta.
23
periang, penuh tanggung jawab dan juga baik hati. Ia sering membantu teman-
temannya jika mengalami kesusahan. Namun Sofia juga dikenal sebagai sosok
yang keras kepala, ia akan terus mecari cara agar semua keinginannya dapat
Sofia belajar di HIS7 sampai kelas tujuh dan juga Darul Mutaalimin 8 sampai kelas
lima. Di sekolah, ia menyukai olahraga melantai, pencak silat dan juga seni peran
atau sandiwara. Ia dikenal sebagai seorang gadis yang aktif dan berprestasi
trebukti dengan pernah menjadi juara pertama lomba lari 100 meter dalam
kategori pelajar putri ajang kejuaraan antar sekolah se-Bandung pada 1935. Selain
itu Sofia juga pandai mengaji dan taat agama (Merdeka Minggu, 6 November
1983 :7).
Setelah lulus dari sekolah, Sofia memutuskan untuk menekuni bidang seni.
Ia tertarik kepada seni peran atau sandiwara. Namun hal ini mendapat tantangan
dari pihak keluarga. Kedua orang tua Sofia tidak setuju jika ia memilih untuk
mendalami seni peran. Hal ini disebakan karena Sofia bukan lahir dari keluarga
Memang dari empat bersaudara, hanya Sofia yang memilih jalan lain dengan
7
Hollandsch-InlandscheSchool adalahsekolah yang berdirisejak 1914. Sekolah yang
dibangununtukjengjangpendidikansetingkatsekolahdasar pada masa HindiaBelanda.
8
Sekolah agama di Bandung.
24
terjun ke dalam dunia seni. Semakin ditentang, semakin teguh niat Sofia untuk
terus melangkah. Karena ia juga berwatak keras kepala, ia pun terus membujuk
orang tuanya agar bisa menyetujui apa yang dia mau. Hingga pada akhirnya,
1973: 6).
masyarakat pribumi. Salah satunya adalah seni sandiwara. Banyak para seniman
yang tertarik untuk bergabung. Akhirnya Sofia memutuskan juga untuk bekerja di
dalam kantor barisan propaganda Jepang yaitu Jawa Eiga Haikyusha9 di bawah
buatan Jepang yaitu Irama Massa. Di sana ia memulai karir pertama kali dalam
tekad, Sofia tampil percaya diri untuk melakukan yang terbaik. Ia banyak
memegang peran utama dalam melakukan sebuah pentas. Sofia dinilai memiliki
kemampuan yang bagus diusianya yang masih muda dan juga terbilang baru
melangkahkan kaki dalam dunia seni sandiwara. Setelah itu tergabung juga ke
sandiwara terkenal lainnya seperti Ali Yugo, Miss Dja, Ratna Asmara dan yang
lainya. Ia banyak menerima posisi sebagai peran utama. Tergabung ke dalam grup
seni sandiwara membuat pribadi Sofia semakin banyak disukai orang. Ia menjadi
dikenal banyak orang berkat sikapnya yang sungguh-sungguh dan pekerja keras
serta aktingnya yang bagus luar biasa (Merdeka Minggu, 6 November 1983 : 7).
9
Bagiandari propaganda Jepang yang bergerakdalamsandiwara dan pendistribusian film.
10
Seorangpenampil yang melakukanpekerjaanpenyiar, dan menyajikanberitaatauinformasi.
25
pantas untuk menjadi suaminya. Selama aktif dalam dunia sandiwara, ia tidak
terlibat cinta lokasi dengan sesama pemain. Sofia menjunjung tinggi profesional
dalam bekerja. Namun setelah dinilai cukup umur, akhirnya pada umur 17 tahun
Priangan, bernama Kapten Eddy Endang. Kapten Eddy Endang bukan merupakan
seseorang yang aktif dalam panggung sandiwara seperti Sofia, melainkan seorang
TNI AD. Meski dijodohkan, menikah dengan Kapten Eddy Endang merupakan
suatu hal yang sangat membuat Sofia bahagia. Hal ini dikarenakan Kapten Edy
sama sekali tidak mengekang Sofia bahkan membebaskan Sofia untuk memilih
aktif atau tidaknya dalam dunia sandiwara yang sedang ia geluti. Dari pernikahan
tersebut, mereka dikaruniai enam orang anak. Tiga laki-laki dan tiga perempuan.
Kapten Eddy Endang dikenal sebagai sosok yang ramah dan juga bijaksana. Ia
begitu disegani dan dihormati oleh masyarakat. Sebagai seorang suami, Kapten
Eddy sangat mengayomi Sofia. Sofia pun tergerak hatinya untuk sama-sama
sang suami. Bukan berarti ia berhenti dari dunia sandiwara, hanya saja rehat
sejenak. Kiprahnya dimulai saat menjadi Sersan bersama sang suami untuk
Salah satunya adalah PTG (Pabrik Tenun Garut). Saat itu Kapten Eddy Endang
26
menjabat juga sebagai KKD (Komando Keamanan Daerah) Priangan. Tugas yang
diemban begitu berat, namun tidak membuat semangat mereka luntur untuk
Bandung Lautan Api. Ia memiliki pangkat sersan dan tergabung menjadi anggota
diikuti anggota lainnya menginap disebuah rumah kepercayaan juru tulis Kapten
Eddy yaitu Mang Ulis (Berita Buana Minggu, 6 Juni 1982: 12).
Namun pada suatu malam saat Kapten Eddy sedang mendengarkan siaran
radio Rimbu untuk mengetahui berita sekitar Garut dan Bandung, Mang Ulis
mengatakan bahwa Kapten Eddy harus meninggalkan tempat itu karena akan
yang merupakan musuh dalam selimut yang selama ini kenal dekat dengan Kapten
Eddy Endang. Ia diberitahu juga bahwa Sersan Mardi, yang menjaga senjata-
senjata para pasukan telah terbunuh oleh pasukan itu. Namun Kapten Eddy tetap
tinggal disana dengan ditemani tiga orang prajurit yang selalu berjaga.
datang dan hendak menangkap Kapten Eddy beserta anak buahnya. Mereka
mengepung rumah markas yang selama ini ditempati Kapten Eddy, Sofia WD dan
para prajurit lainnya. Mereka meminta agar Kapten Eddy mau keluar dan
akan membakar rumah jika Kapten Eddy tidak keluar. Pada akhirnya Kapten
Eddy bersedia keluar dan langsung menyergap Kapten Eddy. Sebagian dari
mereka masuk kedalam rumah untuk memeriksa keadaan dalam rumah dan
mencari senjata yang disimpan. Sofia yang melihat kejadian ini sempat merasa
ketakutan, apalagi melihat sang suami ditangkap. Semapat mendapat tatapan sinis
dari para tentara Sabilillah, namun Sofia tetap tegar dan percaya bahwa suaminya
akan baik-baik saja. Akhirnya Kapten Eddy beserta anak buahnya ditangkap
dengan meninggalkan Sofia sendiri. (Berita Buana Minggu, 6 Juni 1982 : 12).
keras. Ia disiksa dan dianiaya hingga jasadnya dibuang di daerah Sungai Cimanuk
tanpa dikebumikan dengan layak. Jasadnya dibiarkan hanyut begitu saja di sungai
dan menurut informasi lain, sebelum dibuang di tepi sungai Cimanuk, jasadnya
saat bertugas. Duka yang mendalam sangat Sofia rasakan. Kepergian sang suami
yang tanpa pamit itu membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia memutuskan untuk
bergegas melarikan diri dan merasa ketakutan akan ditangkap juga oleh
gerombolan DI/TII. Ia berlarike hutan dekat Gunung Galunggung. Lima hari lima
malam akhirnya ia sampai juga di Bandung. Saat kembali untuk bertemu orang
tuanya, hati Sofia semakin hancur ketika melihat kondisi rumahnya telah rata oleh
tanah. Rumahnya telah hangus terbakar tanpa meninggalkan jejak. Sofia langsung
menuju rumah mertuanya yang masih sama berada di daerah Bandung (Suara
Di usia yang terbilang masih muda, Sofia sudah mendapat julukan sebagai
bertahan melanjutkan hidup. Bekerja bersama sang mertua untuk membuat sebuah
restoran dinilai keputusan baik oleh keluarga. Sofia menjadi pelayan untuk
sebuah hotel ternama di Bandung. Sebuah hotel yang sering disinggahi para
bagi Sofia untuk memulai karir sebagai seorang seniman di Indonesia (Violeta, 27
orang. Ia juga dikenal sebagai sosok yang memiliki paras cantik dan menarik. Hal
dunia film kurang lebih dua tahun, ia telah dipersunting oleh sutradaraterkenal
Status Sofia yang telah menjadi seorang janda, dinikahi oleh Waldy yang
disingkat menjadi S.Waldy. Anak dari pasangan L.W Winterberg dan J. R Hunter.
merupakan seorang seniman yang memulai karir dari panggung sandiwara. Ia juga
29
berperan dalam film Zoebaida pada 1940 yang diproduksi oleh Oriental Film.
Waldy dikenal sebagai orang yang sangat sederhana. Hidupnya tidak pernah
berlebihan. Untuk merokok saja ia hanya mengisap rokok “Pah Ta ni”, sebuah
rokok kretek yang sangat murah dan awet (Sinematek Indonesia, Pusat Perfilman
Foto 2.2 Sosok Soewaldy yang dikenal sebagai sosok yang sederhana
namun berwibawa
Sumber Penghidoepan
Bintang Film Indonesia Sofia dan Soeaminya
Soewaldy, 9 Februari 1949 : 37 dalam
Pagina. GedungPusat Perfilman H. Usmar
Ismail, Sinematek Indonesia, Jakarta.
suatu hal yang sangat disukai Waldy. Sesama orang yang berperan aktif dalam
dunia perfilman, menjadikan Sofia bagaikan sosok peran utama dalam hidup
sesama rekan artis yang iri melihat keharmonisan Waldy dan Sofia. Walau sedang
menemukan tempat tinggal yang pas di Jakarta. Akhirnya untuk sementara waktu
mereka tinggal bersama orang tua Sofia pada sebuah rumah sederhana yang
bersinar dalam dunia perfilman di Indonesia. Film pertama yang menjadi tonggak
awal kesuksesan Sofia dalam dunia perfilman adalah Air Mata Mengalir di
Tjitarum pada 1948. Film yang digarap oleh Tan Wong bersaudara ini memiliki
biaya produksi sebesar f-130.000. Film ini juga dinilai sukses dan merupakan
udara segar sebagai kembalinya dunia perfilman setelah masa kemerdekaan. Sofia
sering belajar kepada Waldy tentang teknik-teknik pembuatan film di balik layar.
teknik editing, teknik penggunaan kamera dan sebagainya. Hal ini membuat
semangat baru bagi Sofia untuk mencoba aktif juga di balik layar (Pagina, 5
Namun pada 1964 Sofia dan Waldy dilanda kisruh rumah tangga. Setelah
hidup kurang lebih empat belas tahun bersama, akhirnya keduanya memutuskan
untuk berpisah. Hal ini dilakukan secara baik-baik tanpa ada kekerasan dalam
semakin terlihat dari tahun ke tahun. Sikap keras kepala menjadi faktor utama
permasalahan yang serius diantara keduanya. Walau begitu keduanya masih tetap
berteman baik dan saling membantu satu sama lain. Waldy dan Sofia masih sering
berkomunikasi dan bertukar cerita jika berpapasan. Keduanya masih terlihat akrab
31
disaat momen tertentu dibalik layar. Bahkan Sofia diberi tahu saat Waldy akan
menikah lagi. Ia menjalin hubungan baik sebagai teman dengan calon istri baru
Waldy. Sofia juga sempat mengobrol dengan calon istri mantan suaminya itu
berumah tangga. Sofia begitu keibuan dan sangat menjunjung tinggi pertemanan.
Sofia juga sangat mendukung hubungan Waldy dan calon istrinya. Bahkan tanpa
Waldy meninggal dunia pada 1948 akibat penyakit yang telah lama dideritanya.
Pada proses pemakamannya banyak sesama rekan artis dan para kru dibalik layar
yang hadir, termasuk Sofia. Ia turut hadir dan membantu istri Waldy menyiapkan
acara tahlil dan doa bersama, bahkan turut hadir juga sampai pada peringatan 100
hari kematian Waldy, mantan suaminya itu (Berita Buana, 20 November 1973 :
23).
Empat tahun berselang, Sofia menikah lagi dengan sesama rekan dalam
dunia perfilman, yaitu W.D Mochtar. W.D. Mochtar adalah nama panggung dari
Wagino Dachrin Mochtar, seorang laki-laki yang lahir di Pontianak pada 9 Mei
1928. Ibunya berasal dari Jawa sedangkan ayahnya berasal dari Kalimantan. W.D
Mochtar lahir dari keluarga yang sederhana (Yudha Minggu, 16 Juli 1972 : 3).
Ia dididik sebagai seorang anak laki-laki yang sudah harus memiliki rasa
tanggung jawab sejak kecil. Beranjak remaja, ia tertarik untuk menekuni bidang
sepertisuami Sofia yang pertama, Kapten Eddy Endang. Sepak terjangnya dimulai
32
Setelah kemerdekaan, W.D Mochtar mulai menarik diri dari dunia perjuangan. Ia
mulai bergeser arah kepada bidang seni, sesuatu yang ia sukai sudah sejak kecil.
bernama Dendang Sulawesi, sebuah Orkes Melayu yang sangat terkenal se-
Suaranya yang sangat khas membuat WD Mochtar begitu mudah dikenal banyak
Sumber Si Bego & Jago Kung Fu Digarap Sofia W.D, 16 November 1975 : 3
dalam Pos Film. GedungPusat Perfilman H. Usmar Ismail, Sinematek Indonesia, Jakarta.
Awal mula ia terjun ke dalam dunia film adalah saat ia ikut berperan
dalam film Tirtonadi dan Jl. Hayam Wuruk pada 1954. Ia dinilai masih perlu
banyak belajar namun bisa dipastikan W.D Mochtar memiliki bakat yang sangat
33
luar biasa apabila terus diasah. Ia juga sering direkrut sebagai pemain pada setiap
film yang disutradarai oleh S. Waldy, mantan suami Sofia. Karena bakatnya yang
bisa menyanyi juga, W.D Mochtar sering dipercaya untuk menjadi pengiring
musik dibeberapa film. Hingga pada akhirnya W.D Mochtar dipertemukan dengan
Sofia pada saat Sofia sedang memproduksi film Badai Selatan pada 1961 (Yudha
Kala itu Sofia sedang mencari sosok pemeran utama yang menurutnya pas
yakin bahwa W.D Mochtar mampu menjadi pemeran utama untuk film pertama
siniahkeduanyabiassaling mengenal.
masuk ke dalam dunia perfilman. Sofia dikenal sebagai seorang wanita yang
kala itu masih diperistri oleh sesama kawannya yaitu Kapten Eddy Endang.
Akhirnya di tahun yang sama, W.D Mochtar menikahi Sofia. Pernikahan mereka
alami, akhirnya W.D Mochtar menikah untuk yang kedua kalinya sedangkan
Sofia menikah untuk ketiga kalinya. Sofia menikah dengan W.D Mochtar yang
lebih muda empat tahun darinya. Namun perbedaan tersebut tidak membuat
34
bisa mengimbangi sikap Sofia. Hal ini tentu membuat Sofia merasa nyaman dan
yakin untuk hidup bersama. Sikap yang paling Sofia suka dari W.D Mochtar
adalah pekerja keras dan selalu mendukung apapun yang Sofia lakukan.
Terkadang mereka juga sering berdiskusi mengenai suatu hal sampai mencapai
satu keputusan bersama. Akhirnya nama Sofia pun berubah untuk kesekian
di Gang H. Yahya no 17, Otista, Jakarta Timur. Mereka memilih rumah yang
berada pada gang padat penduduk dan tidak terlalu luas. Rumah yang dipilih juga
adalah sebuah rumah yang terbilang sangat sederhana. Tidak terlalu besar untuk
Setelah tinggal beberapa tahun di dalam rumah yang sederhana, Sofia tetap
enggan membeli rumah baru. Hal ini bukan dikarenakan Sofia bersama suami
tidak mampu membeli rumah baru yang lebih besar dan luas. Gaji mereka dalam
dunia perfilman tentu sangat cukup untuk membeli rumah baru, namun keduanya
enggan. Hal inidikarenakan bagi Sofia rumah itu merupakan rumah pertama yang
ia beli dari hasil bermain film sejak 1951. Keduanya terus aktif menghiasi layar
kaca perfilman dan juga di balik layar. Tak dipungkiri lebih dari sekedar akting
dan sutradara, melainkan merambah ke bagian musik dan penata suara. Mereka
memiliki visi dan misi yang sama sehingga keduanya saling mencoba cara untuk
memajukan dunia perfilman. Hal ini terbukti dengan didirikannya Libra Musical
Show pada 1970, suatu wadah bagi para artis untuk bisa lebih fokus kepada
35
bidang musik, tari dan drama. Grup ini juga bisa disebut sebuah rumah produksi
karena menghasilkan beberapa film, salah satunya Si Bego dalam 4 seri. Grup ini
juga bertujuan agar lebih mudah mengenal para artis satu sama lain. Artis yang
tergabung diantaranya Sukarno M. Noor, Rita Sahara, Elly Kasim, Vivi Sumanti,
Ray Iskandar, Hanny Ray, Layla Sari dll. Mereka sering tampil pada acara remi
yang melibatkan dua negara, salah satunya adalah ketika pemerintah Indonesia
berkonfrontasi dengan Malaysia. Lalu bersama W.D Mochtar membuat PT. Libra
kepengurusan Persatuan Artis Film Indonesia. Lalu pada 1972 di acara Kongres
Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) ke-IV, Sofia terpilih sebagai ketua
PARFI. Ia juga dnobatkan sebagai perempuan pertama yang menjadi ketua dalam
karena Sofia dinilai patut dipilih atas pengalamannya yang sudah sangat paham
tentang pahit getirnya menjadi orang di depan layar maupun di balik layar
organisasi PARFI membuat Sofia tidak kenal lelah. Ia selalu memberikan usaha
yang maksimal untuk sesuatu yang sedang ia kerjakan. Bahkan sampai usia
berumur pun Sofia tetap turut andil dan aktif dalam dunia perfilman. Kondisi fisik
Sofia yang tak sebugar dulu, membuatnya rentan lelah dan sakit. Sofia sempat
pingsan saat di lokasi syuting dan orang-orang pada awalnya mengira bahwa ia
sedang tertidur pulas. Setelah tidak ada respon yang diberikan, semua orang
36
wajahnya pucat membuat semua orang panik (Buana Minggu, 2 Maret 1980).
Tepat pukul 21.30 Sofia dikabarkan telah meninggal akibat tekanan darah tinggi
Lembaga Seni Tari di Pete’s Club. Berita ini membuat kalangan artis dan tokoh-
tokoh di balik layar terkejut bukan main. Pasalnya pada 1964 sedang gencar-
Foto 2.4 Aktris Sofia W.D dirawat di ruang ICU R.S Cikini, Jakarta
Sumber Aktris Sofia W.D dirawat di ruang ICU RS. Cikini, Jakarta 1986, 30
November 1985 dalam TEMPO. Fotografer Maman Samanhudi, Jakarta.
tercinta. Sebelum meninggal, film terakhir yang Sofia mainkan adalah Yang
Kukuh Yang Runtuh produksi Virgo Film. Lalu film terakhir yang ia sutradara
37
iadalah Anehnya Cinta pada 1986. Sofia juga bermain di serial TV Derai-Derai
Gerilya, Satya Lencana Perang Kemerdekaan I dan II, serta 25 tanda jasa dari
senior hingga junior merasakan kesedihan mendalam dengan perginya salah satu
sosok berpengaruh dalam dunia perfilman, Sofia W.D (Buana Minggu, 27 Juli
1986).
menglanglang buana dalam dunia perfilman, ia juga telah aktif menjadi seorang
mendalami dunia seni. Sofia mulai mencoba melangkahkan kaki untuk berkarir
Indonesia, banyak hal yang dilakukan demi menarik simpati rakyat Indonesia.
musik dan film untuk mempropagandakan gerakan 3A 12. Di tahun yang sama pula
Jepang mendirikan Sekolah Tonil. Sekolah ini dibangun agar misi Jepang dalam
ratusan seniman mulai aktif di masa kependudukan Jepang dibanding pada masa
penjajahan Belanda. Hal ini disusul dengan berdirinya perkumpulan sadiwara lain
sandiwara keliling Irama Massa. Waktu itu ia sering tampil sebagai pengganti
dari primadona panggung sandiwara apabila sedang sakit dan berhalangan pentas.
Ternyata berhasil dan penampilannya disukai banyak orang. Dari situ bakat akting
Sofia mulai terasah. Ia dipercaya untuk terus tampil dalam panggung sandiwara
selama tiga bulan. Sofia juga pernah bergabung dengan grup sandiwara terkenal
yaitu Bintang Surabaya selama tiga bulan, sebuah grup sandiwara yang dipimpin
oleh Andjar Asmara, pria yang pada awalnya dikenal sebagai penulis naskah
panggung dan wartawan majalah. Peran yang ia mainkan lagi-lagi sebagai seorang
primadona. Hal ini membuat banyak orang semakin mengenal Sofia. Ia bahkan
Hal itu disebabkan kaena ia telah fokus dalam dunia peperangan melawan
ingin fokus menjalani hidup sambil menjadi pelayan di sebuah restoran ternama di
13
Orang yang terlibat dalam penyiaran dan pendistribusian film.
39
muncul saat rombongan grup sandiwara Fifi Young sedang pentas di sebuah hotel
dan mampir untuk makan di restoran milik mertua Sofia. Lokasi Hotel dengan
Restoran mertua Sofia hanya berjarak sekitar 200 meter. Kala itu apa yang Sofia
kenakan untuk melayani para tamu yang hendak makan di restorannya begitu
unik. Ia memakai baju tentara berwarna hijau seperti para pejuang. Hal ini tentu
membuat para tamu yang hadir merasa tertarik, tak terkecuali suaminya Fifi
Young yaitu Nyoo Cheong Seng. Sofia mengenakan baju tentara karena
menurutnya hanya itu baju satu-satunya yang masih layak pakai. Akhirrnya suami
Fifi Young mengenalkan diri dan alasan kenapa mereka bisa ada di Bandung.
Nyoo Cheong Seng juga mengajak Sofia untuk memperkuat tonilnya ke daerah
Palembang. Suami Fifi Young ini begitu yakin kepada Sofia walau hanya dalam
sekali pertemuan. Sofia dinilai akan berpotensi maju dan berkembang jika
bakatnya diasah dengan masuk dan bergabung dalam sebuah grup sandiwara.
Namun sayang Sofia menolak karena merasa sudah lama tidak mendalami dunia
sandiwara lagi dan ia ingin fokus membantu mertuanya. Sempat merasa kecewa
mendengar jawaban Sofia, namun suami Fifi Young tidak merasa putus asa. Ia
bergabung dalam grup sandiwara Taneelkunst. Hal ini diterima baik oleh semua
orang dalam grup sandiwara Taneelkunst dan tak disangka-sangka ibu mertua
Sofia sangat senang ketika Sofia menerima tawaran tersebut (Violeta, 27 Juli 1976
: 218).
40
rombongan grup Fifi Young pergi menuju Palembang. Di Palembang, Sofia bisa
beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan bisa tampil begitu baik. Reaksi
suami Fifi Young begitu bangga kepada Sofia. Setelah pementasan,ia tinggal
taampil dengan baik sesuai yang diharapkan. Namun ia merasa kecewa karena
honor pentas yang seharusnya sudah ia terima belum juga turun. Sofia merasa
sangat kecewa karena merasa telah menampilkan yang terbaik namun belum juga
kampung halamannya. Atas kejadian itu, Sofia memutuskan untuk tidak lagi
bergabung ke dalam grup sandiwara manapun. Ia meresa kecewa dan merasa telah
ditipu oleh grup sandiwara Fifi Young. Hingga sampai pada akhirnya ia mendapat
wesel yang berisi uang hasil bemain sandiwara bersama grup Fifi Young.
Senangnya bukan main, ia merasa puas dengan nominal yang diberikan (Violetta,
Sofia langsung ditawari untuk bermain film oleh Ramli Rasjid, seorang
sutradara film terkenal pada periode awal kemerdekaan. Film yang akan ia
perankan adalah film yang berjudulAir Mata Mengalir di Tjitarum, sebuah film
pertama pasca kemerdekaan yang diproduksi oleh Tan Wong Bross dan Java
41
Industrial Pictures. Sofia ditunjuk untuk menggantikan sosok Miss Rukiah14 yang
utama dalam film tersebut. Sofia beradu akting dengan lawannya bernama Raden
Endang. Menurut penuturan kawan Alm. Kapten Eddy Endang dan Sofia yakni
Letnan Muda Rustaman, alur cerita yang diperankan oleh Sofia di film Air Mata
Mengalir di Tjitarum merupakan sebuah film yang secara tidak langsung mirip
dengan kehidupan pribadi Sofia. Bahkan Sofia dinilai sangat baik untuk
memerankan tokoh utama wanita pada film tersebut. Film yang mengisahkan
tentang seorang istri yang memiliki suami seorang pejuangdan sedang bertugas
Sofia yang sebelumnya memiliki seorang suami seorang pejuang. Sofia berada
dalam kontrak Tan Wong selama kurang lebih lima tahun. Rumah produksi Tan
Karir Sofia melejit dan orang-orang mulai mengenal sosok Sofia. Ia mulai
aktif dalam dunia perfilman pada 1948. Hingga akhir hayatnya telah ratusan film
yang ia bintangi. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai seorang sutradara dan
14
Seorang Aktris terkenal pada masa Hindia Belanda dan Kemerdekaan.
BAB III
abad ke 20. Kabar ini dimuat pada surat kabar Bintang Betawi pada 30 November
diadakan setiap malam mulai pukul 19.00 di Tanah Abang. Kabar ini membuat
Film yang masuk pertama kali adalah film dokumenter yang menampilkan
Ratu Belanda bersama Pangeran Hertog Hendrick memasuki kota Den Hag,
Belanda. Penyajian film yang ditampilkan juga masih sering bergetar dan
Batavia. Untuk bisa masuk kesana hanya diperbolehkan orang-orang Eropa, kaum
Tionghoa dan para petinggi pribumi saja. Harga tiket masuk yang disediakan pun
dibedakan menjadi tiga kelas yaitu kelas pertama seharga f-2 gulden, kelas kedua
f-1 gulden, dan kelas ketiga f-0.5 gulden. (Sari, Wulan, 1999 : 18).
Sejak kemunculan film pertama kali, film-film Amerika dan Eropa mulai
mewarnai layar bioskop di Hindia Belanda, salah satunya film Amerika yang
berudulf Live an American Fireman kemudian disusul oleh film Eropa seperti
film Charlie Chaplin. Hingga pada 1926 surat kabar De Locomotief edisi
44
Hindia Belanda pertama dengan judul Loetoeng Kasaroeng. Film ini dibuat oleh
Film cerita pertama yang dibuat di Bandung ini mendapat dukungan penuh dari
Sunda yang memiliki arti “Lutung Tersesat” yang diputar di bioskop Elita dan
Tonggak kesuksesan film bisu terlihat ketika pada 1929 saat mereka
mampu menghasilkan film berjudul Nyai Dasima. Sebuah film yang diperankan
oleh gadis asli pribumi bernama Noerhani tentang seorang wanita pribumi yang
menjadi istri tidak sah dari seorang pria Belanda bernama Tuan Edward W. Film
Nyai Dasima juga dinilai menarik karena diangkat berdasarkan cerita rakyat yang
berkembang pada masyarakat Hindia Belanda. Kemudian film ini dibuat lanjutan
ini diproduksi oleh Tans Film Company yang bekerjasama dengan Kruger Film B
di Bandung dengan judul Atma deVisher. Namun disaat yang hampir bersamaan
juga, The Teng Chun membuat film Bunga Roos dari Tjikembang dan Halimun
Film membuat film bicara pertamanya yaitu Indonesia Malaise. Ketiga film ini
menjadi terobosan baru bagi perkembangan film bicara di Hindia Belanda dan
juga menjadi sebuah persaingan baru antara kaum Cina peranakan untuk
45
1995: 3).
Masa keemasan dalam dunia perfilman pertama kali terjadi pada 1940
sampai 1941. Para tokoh sandiwara mulai mencoba merambah dan terjun ke
dalam dunia perfilman. Hal ini didukung juga oleh banyaknya kemunculan
Coy, Oriental film The Film Coy dan sebagainya. Peran kaum Tionghoa masih
seluruh barang dan peralatan yang berhubungan dengan proses pembuatan film.
Studio-studio untuk pembuatan film yang dulu sering dipakai kini menjadi markas
tentara Jepang. Tak hanya itu Jepang juga mendirikan perusahaan film yang diberi
nama Jawa Eigha Kosha atau Nippon Eiga Sha pada September 1942 dan
dengan nama Irama Massa dan Keimin Bunka Shid. (Sinematek, 2021 : 9).
Tabel 3.2 Film yang dibuat pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia
terhenti sampai 1947. Hingga pada 1948 muncul sebuah film berjudul Air Mata
Mengalir di Tjitarum yang disutradarai oleh Tan Wong bersaudara. Tercatat ada
tiga film yaang rilis pada 1948, diantaranya : Air Mata Mengalir di Tjitarum,
Aris Film Indonesia (PERSARI) Ikatan Pengedar Film Indonesia (IPEFI) dan
Importir Film Indonesia (GIFI). Hal ini bertujuan untuk menghimpun kembali
nasional, memiliki kualitas film yang baik, dan filmnya bisa menjadi daya jual
dibentuk juga sebuah Festival Film Indonesia (FFI) pada 1955yang bertujuan
47
baik di depan layar maupun di balik layar (Haris Jauhari, 1995 : 52-53).
politik. Masalah yang sering dihadapai oleh para produser film dan pekerja film
adalah tentang arus impor film yang masuk ke Indonesia. Masih ada beberapa
film Amerika dan Eropa yang masuk mewarnai pertelevisian Indonesia. Hal ini
tentu membuat para produser film dan pekerja film harus sedikit lebih
film-film Amerika dan Eropa yang masuk. Masalah ini berlanjut sampai
1958 19 film
1959 16 film
1960 38 film
1961 37 film
1962 12 film
1963 19 film
1964 20 film
1965 15 film
1966 13 film
1967 14 film
1968 8 film
1969 8 film
Sinematek Indonesia. 2021 : 21
unsur Komunis pada segala aspek lapisan masyarakat termasuk dalam dunia
adalah keadaan perekenomian yang tidak stabil akibat krisis nasional pada 1965.
namun tak banyak yang bertahan lama dan seringkali berubah-ubah. Setiap ada
Menteri Penerangan yang baru, maka akan keluar pula peraturan baru mengenai
film. Hal ini disebabkan oleh belum adanya konsistensi peraturan yang cocok
mengangkat tema-tema yang mengandung unsur seks dan kekerasan. Sensor film
belum begitu diterapkan sehingga banyak sekali adegan yang tidak pantas untuk
salah satu yang mampu bertahan dan menarik perhatian penonton. Bahkan
beberapa judul film yang terkesan menunjukan adegan vulgar memiliki rating
49
film yang baik dan paling banyak ditonton. Hal ini terlihat jelas pada 1993 yang
berhasil membuat 32 film dalam kurun waktu setahun. Hanya 3 film yang
sedikit sekali yaitu 8.400 orang saja sedangkan 29 film lainnya bertema horror,
silat, drama, komedi yang menunjukan adegan seks lebih melonjak naik hampir
265.000 orang. Tiga film yang terbebas dari adegan seks yaitu film berjudul
Plong karya Putu Wijaya, Ramadhan dan Ramona karya Chaerul Umam dan
Indonesia. Contohnya adalah Miss Dja, Rukiah, Ratna Asmara, Titin Soemarni,
Miess Oerip, Ruthinah, Soekarsih, Wolly Sutinah, Fifi Young dan yang lainnya.
Setelah film masuk pada awal abad ke 20, banyak dari mereka yang
judul film yang diambil dari nama tokoh perempuan juga seperti film Euis Atjih,
Nyai Dasima, Rini, Susana, Kartinah dan yang lainnya. Namun pada
industri perfilman. Hal ini juga dipengaruhi oleh peran perempuan yang dibuat
50
sengaja mengikuti alur dari sudut pandang laki-laki. Jadi perempuan hanya
dijadikan sebagai objek yang dinilai perdasarkan kemolekan tubuh dan parasnya
yang menarik. Namun bukan berarti perfilman di Indonesia semuanya seperti itu,
ada juga beberapa film yang bertema tentang pengorbanan seorang ibu dan cerita
tentang anak-anak tapi tidak sebanyak film-film komedi, horror, drama, laga yang
memasukan unsur pornografi dan kekerasan terhadap wanita. (Colin, 2004 : 23)
Interaksi antara perempuan dan film tidak terlepas dari membahas posisi
Perempuaan adalah korban dari konflik itu sendiri. Contoh yang kerap kali
menggambarkan sosok perempuan yang lemah, kurang akal, tersakiti dan juga
kerap kali menjadi korban sebuah pelecehan seksual. (Ashaf, 2007 : 9).
objek dalam perfilman. Seks dan kekerasan terus ada sampai perfilman memasuki
abad ke-21 namun dikemas secara berbeda. Film yang dulu dikemas tanpa sensor
sama sekali dan terkesan bebas, sedangkan sekarang film berbau pornografi
perlahan disensor dan ada pembatasan usia bagi para penonton bahkan ada jam
dibuat agar film yang dihasilkan bukan hanya sekedar hiburan saja melainkan
perempuan untuk mengembankan diri dan aktif di balik layar. Walau perempuan
masih lebih dominan dinilai sebagai objek, namun ada beberapa perempuan yang
sudah lebih berani untuk mengambil langkah. Posisi perempuan lebih mendapat
pengakuan untuk terjun langsung dalam pembuatan film bukan hanya sebagai
aktor di depan layar saja. Pada periode awal terdapat nama-nama seperti Ratna
Asmara, Sofia W.D, Citra Dewi dan Ida Farida yang diberikan kepercayaan aktif
di balik layar. Mereka bukan orang baru dalam dunia akting, bahkan ada yang
telah lebih dulu aktif dalam dunia sandiwara sebelum Indonesia merdeka. Tak
main-main peran mereka di balik layar adalah sebagai seorang sutradara yang
dipercaya untuk menggarap sebuah film. Ratna Asmara dengan film petama yang
ia garap yaitu Sedap Malam (1950), Sofia W.D dengan film Badai Selatan
(1960), Citra Dewi dengan film Penunggang Kuda Cimande (1971), dan Ida
Farida dengan film Ibu Guruku Cantik Sekali (1979) (Pikiran Rakyat. 1 Maret
1980 : 2).
Film yang dibuat mereka mendapat apresiasi yang luar biasa. Tidak kalah
dengan laki-laki, film mereka dianggap baik dan dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini menjadikan perempuan dinilai setara dengan laki-laki dalam dunia
perfilman. Bahkan salah satu dari empat sutradara perempuan yang aktif yaitu
Indonesia. Ia tak hanya menjadi seorang bintang film saja namun merangkap
menjadi seorang sutradara, pemilik rumah produksi, dan juga pengurus organisasi
52
perfilman Indonesia. Hal ini menjadi contoh untuk artis perempuan untuk terus
Foto 3.2 Film Bumi Makin Panas dan Bernafas Dalam Lumpur
merupakan salah satu film yang mmemasukan unsur seks/pornografi dan
kekerasan kedalam sebuah film
Sumber :Noda Tak Berampun, Februari 1973 dalam Varia Baru. Gedung Pusat
Perfilman H. Usmar Ismail, Sinematek Indonesia, Jakarta.
54
perkembangan seni peran di Indonesia. Orang yang awalnya aktif dalam bidang
sandiwara perlahan mulai beralih ke dalam dunia film. Bukan hanya sebagai
tokoh di depan layar, namun juga dipercaya untuk berperan aktif di balik layar.
Salah satunya adalah seorang tokoh perempuan terkenal yang namanya memiliki
pengaruh besar dalam dunia perfilman, Sofia W.D. Pada awalnya Sofia tidak
pernah berpikir untuk berperan aktif dalam dunia film. Namun semua terjadi
secara tidak disengaja saat ia diajak oleh seorang sutradara terkenal Ramli Rasjid,
yang sedang mencari pengganti Rukiah sebagai peran utama dalam film Air Mata
Menjadi seseorang yang telah terjun ke dalam dunia perfilman, Sofia tidak
hanya ingin tampil di depan layar saja. Bahkan ia belajar kepada sang suaminya,
Waldy mengenai cara mengatur pencahayaan yang benar, mengedit film hasil
syuting, dan cara mengambil adegan yang benar dengan menggunakan kamera.
Tentu hal ini membuat hasrat Sofia untuk mencoba hal baru sebagai seseorang
yang aktif dalam pembuatan film di balik layar. Sehingga pada 1960 ia dipercaya
untuk menyutradarai film Badai Selatan produksi Ibukota Film (Berita Buana. 25
Karir menjadi bintang film dimulai ketika Sofia selesai memainkan pentas
1948. Saat itu iaberperan sebagai peran utama. Setelah pentas, ia dihampiri oleh
sutradara Ramli yang sedang mencari pemeran pengganti Miss Rukiah untuk
membintangi film Air Mata Mengalir di Tjitarum. Ramli langsung yakin kepada
sofia setelah melihat bakat aktingnya di pangung. Selain itu produser film ini
yaitu Tan Wong bersaudara menilai bahwa Sofia mirip dengan Alm. Rukiah yang
untuk menerim tawaran tersebut. Hal ini dikarenakan ia sebelumnya kecewa oleh
grup sandiwara Fifi Young yang tak kunjung memberinya honor atas
Sofia akan dikewakan juga. Namun Ramli terus membujuk Sofia karena ia yakin
Sofia memiliki kemampuan yang luar biasa apabila terus diasah. Hingga pada
akhirnya Sofia setuju untuk bergabung dan berperan sebagai bintang utama dalam
yangdiproduksi oleh Tan Wong bersaudara. Dari film tersebut, Sofia dinilai
memiliki karir yang akan gemilang dalam dunia perfilman di Indonesia (Varia.
1974 : 863).
56
masyarakat yang luar biasa. Film ini juga merupakan film pertama pasca
kemerdekaan yang tentu menarik masyarakat untuk menonton. Bakat akting Sofia
Tjitarum, ia langsung dikontrak selama lima tahun oleh Tan Wong bersaudara.
memerankan setiap adegan film yang ia lakoni. Terhitung selama bekerja bersama
dan Melati Kali Brantas. Tan Wong sangat menyukai Sofia. Ia sudah dianggap
Salah satu film yang mengangkat namanya semakin bersinar dalam dunia
perfilman adalah film Terang Boelan. Film ini dinilai memiliki kemajuan
teknologi baik dari segi tampilan dan kualitas film maupun alat-alat yang
keroncong. Lagu ini sangat disukai oleh masyarakat di Hindia Belanda. Film
Terang Boelan mendapat sambutan yang meriah dan banyak diiklankan di media
“Donderdag 13 Juli 1950 pag 2 “Java Bode” 98e Jaargang Nummer 281
De nieuwe Indonesische film "terang bulan", een productie van Tan &
Wong Bros Film Cy, is Woensdag voor het eerst in de "orion" vertoond.
in vergelijking met de voor oorlogse producten is deze film aanmerkelijk
beter wattechniek betreft. De bewegingen zijn niet meet zo stijf, alleen
57
het spreken is nog niet geheel natuurlijk. Over het algemeen zijn de
rollenn goed gespeeld, vooral Sofia was uitmuntend, Andere belangrijke
spelers zijn : R. Muchtar, Sukarsih, M.Mochtar en Sofia. Waldy.
"Terang Bulan" is een eenvoudig verhaal met opvoed kundige waarde.
Onder andere kan men zien, hoe in de desa's het analfabetisme wordt
bestreden. Ook zijn er goede opnamen van mooie landschappen, zoals
van het prachtige Priangan en Zuid-Sumatera met zijn Kali Musi”.
Terjemahan :
Kamis 13 Juli 1950 halaman 2 "Java Bode" 98th tahun No. 281
Film Indonesia baru "terang bulan ", produksi Tan & Wong Bros film cy,
ditunjukkan pada hari Rabu untuk pertama kalinya di Orion ".
dibandingkan dengan produk untuk perang, film ini jauh lebih baik
dalam hal teknologi. Gerakan tidak diukur begitu kaku, hanya berbicara
tidak cukup alami belum. Secara keseluruhan, peran baik dimainkan,
terutama Sofia sangat baik, pemain penting lainnya adalah: R. Muchtar,
Sukarsih, M. Mochtar dan Sofia. Waldy, waldy.
"Terang bulan " adalah cerita sederhana dengan nilai pengasuhan.
Antara lain, orang dapat melihat bagaimana dalam buta huruf adalah
berjuang. Selain itu juga terdapat bidikan pemandangan indah, seperti
dari Priangan dan Sumatera Selatan yang indah dengan kali Musi.(Java
Bode. Donderdag 13 Juli 1950)
Sofia hampir setiap tahun selalu membintangi sebuah film.
mengalami pasang surut dunia perfilman, namun tak bisa bisa dipungkiri
bahwa Sofia W.D terus dipercaya untuk berperan dalam sebuah film.
pendamping juga sering ia lakoni. Artis serba bisa yang tetap dinilai
mainnya cara beradu akting. Sofia sudah sangat dianggap sebagai senior
tahun kemudian menikah dengan sesama rekan artis film juga yaitu W.D
Mochtar. Ketiganya sering turut ada sebagai permain di film yang sama
bahkan saat Sofia masih bersama S.Waldy. Film yang pernah mereka
Tabel 3.5 Daftar Film yang Dimainkan oleh Sofia W.D sebagai
Sutradara adalah orang yang memimpin pembuatan suatu film. Jadi segala
aktifitas yang dilakukan saat di lokasi syuting diatur oleh sang sutradara. Semua
dilakukan harus sesuai arahan sutradara berdasarkan skenario yang ada. Semasa
berperan aktif di balik layar. S. Setelah bercerai, Sofia menjadi wanita mandiri
yang terus belajar menggali tentang dunia perfilman. Hingga pada 1960, Sofia
pertama kali menjadi sutradara dalam film yang berjudul Badai Selatanproduksi
Ibukota Film.Film yang bergenre horror ini diperankan oleh WD. Mochtar,
Soekarno M. Noor dan Ida Nursanti. Film ini cukup menarik perhatian karena
sempat ditampilkan dalam acara Festival Film Internasional di Berlin yang ke-12
Ada Citra Dewi yang juga berperan aktif dalam dunia perfilman. Tak lama disusul
oleh Ida Farida, adik dari sutradara terkenal Misbach Yusa Biran. Namun Sofia
perfilman. Telah ada sosok Ratna Asmara yang merupakan seorang istri dari
kelahiran 1914 yang pertama kali menyutradarai sebuah film yang berjudul Sedap
Malam pada 1950. Ratna Asmara juga dinobatkan sebagai sutradara perempuan
memerhatikan detail film baik dari segi pengambilan kamera, hingga alur cerita
63
merupakan sebuah persaingan yang sangat sulit karena hampir semua didominasi
oleh kaum pria. Memang sulit untuk wanita menjadi sutradara. Mereka harus
skrip, astrada (asisten sutradara) baru kemudian menjadi sutradara (Berita Buana
Karena memiliki watak yang keras kepala dan gigih, Sofia tak pernah
terbaik. Setelah menyutradarai film Badai selatan pada 1960, ia mencoba film
keduanya yaitu Singa Betina Dari Marunda pada 1971. Film ini mengambil latar
Mirah. Ia sangat disukai oleh banyak orang. Selain berparas cantik, ia juga panda
silat bahkan namanya begitu terkenal sampai ke Banten. Suatu hari ada perampok
terkenal dan kompeni Belanda yang berniat meminang Mirah. Namun lamaran
mereka ditolak dan membuat keduanya marah. Mirah yang padai silat tentu tidak
tinggal diam. Akhirnya mereka berdua diberi pelajaran oleh Mirah agar tidak
mengganggu lagi dirinya. Film ini semakin menarik karena Sofia menampilkan
1974. Salah satu tokoh dalam film ini adalah suaminya sendiri. Film yang
berdurasi 99 menit menceritakan tentang Harry seorang supir truk yang menikahi
64
seorang istri yang lebih kaya dibandingnya bernama Rini. Sang istri sempat ingin
sering terjadi Namun pada akhirnya Rini tetap setia kepada Harry sampai akhir
Seolah tak terpisahkan, Sofia terus membidik suaminya untuk terus terlibat
di dalam film yang ia garap. Setelah Melawan Badai pada 1974, ia kembali
menggarap film Si Bego Jago & Kungfu pada 1975. Kali ini film yang ia garap
ingin bernuansa dunia seni bela diri. Uniknya film ini memadukan beberapa seni
bela diri diantaranya silat, kungfu, karate, kungtau dan bela diri lainnya. Lokasi
untuk pembuatan film ini adalah di Cirebon, Purwekerto dan Bekasi. Sofia dinilai
sangat kreatif dan baik saat mengarahkan para pemain. Ia tegas namun sangat
mengayomi para artis dan krunya agar saling menjalin kerjasama dengan baik
Film yang terkenal yang pernah Sofia sutradarai selanjutnya adalah film
Halimun pada 1977. Film ini berduarasi 100 menit dengan menceritakan tentang
bernama Awit yang telah lebih dulu hamil oleh laki-laki lain. Inu yang
sebelumnya telah memiliki pasangan harus rela ia tinggalkan karena terlilit hutang
kepada keluarga Awit. Setelah menikah, Inu perlahan mulai mencintai Awit
karena ia merasa Awit merupakan gadis yang baik. Walu sering bertengkar karena
salah paham, keduanya bisa akur kembali dan saling mencintai. Film ini dikemas
dengan tema drama yang membuat orang tertarik untuk menonton. Kualitas film
merupakan film terakhir yang ia garap sebagai seorang sutradara (JB. Kristanto :
2007 : 62).
3.6 Daftar film yang disutradarai oleh oleh Sofia W.D (1960-1977):
2. 1971 Singa Betina dari Marunda PT. Sumandra Film Sofia W.D
hanya sampai sebagai seorang bintang film dan sutradara saja, melainkan dengaan
Sofia berambisi untuk membangun rumah produksi agar bisa lebih baik lagi
dalam berkarya. Ia juga bertekad untuk menghasilkan film yang bagus serta artis
Dirgahayu Film pada 1970. Film pertama yang dihasilkan adalah Memburu
Makelar Rakyat dengan membidik artis Lidya Kandau sebagai tokohnya. Film
selanjutnya yang berhasil Sofia produksi adalah Si Bego dalam 4 seri. (Berita
Libra Musical Show pada mulanya dibentuk untuk menjadi wadah bagi
para artis yang ingin menggeluti bidang musik, tari dan drama. Hal ini dilakukan
Sofia untuk mengisi kekosongan film Indonesia pasca peristiwa G 30 S/PKI. Grup
ini juga bertujuan agar lebih mudah mengenal para artis satu sama lain. Artis yang
tergabung diantaranya Sukarno M. Noor, Rita Sahara, Elly Kasim, Vivi Sumantri,
Ray Iskandar, Hanny Ray, Layla Sari dll. Sesuai dengan namanya, maka
kegiatannya hanya terfokus kepada tiga bidang seni saja. Mereka sering tampil
berganti nama menjadi PT. Dirgahayu Film saat industri perfilman Indonesia
segala hal untuk terus berkarya. Sofia tergabung dalam organisasi Persatuan Artis
Film Indonesia (PARFI). PARFI lahir untuk mengimpun para artis yang masih
aktif di dunia perfilman. Organisasi ini berdiri sejak 1956 yang didirikan oleh
67
Usmar Ismail, Suryo Sumanto dan Djamaludin Malik. PARFI bukan organisasi
perkumpulan artis yang sebelumnya telah ada lebih dulu di Indonesia. Awal mula
dari Sarikat Artis Indonesia pada 1940, dan Persatuan Artis Film dan Sandiwara
menjabat sebagai Ketua Bendahara I. Untuk menjadi bagian dari PARFI, setiap
1/2
anggota diwajibkan untuk membayar iuran 2 % dari Honor yang dibintangi.
Setelah PARFI dibangun, lahirlah acara pernghargaan film yang disebut Festival
Film Indonesia. Acara ini dibuat untuk memberikan penghargaan dan bentuk
apresiasi terhadap para seniman film yang telah berkarya untuk mengembangkan
pada 1970. Sofia menjadi Ketua Umum perempuan pertama dalam organisasi
PARFI. Pemilihan Sofia sebagai ketua didasari oleh penilaian anggota yang
meliht sosok Sofia W.D sebagai seseorang yang bisa dipercaya dan telah memiliki
pengalaman yang panjang dalam dunia perfilman. Sofia W.D menjabat sebagai
Ketua Umum sejak 1971 sampai 1974. Setelah itu ia hanya menjadi anggota biasa
BAB IV
SIMPULAN
68
Film merupakan sebuah seni yang diminati oleh rakyat pribumi jauh
melalui lika-liku yang panjang dan rumit. Namun dalam perkembangannya, dunia
perfilman banyak diisi oleh para tokoh dalam dunia sandiwara. Ada yang sebagai
aktor di depan layar, ada juga yang ingin merambah aktif dari balik layar.
Pergeseran ini menjadikan wadah baru bagi mereka yang ingin mengembangkan
film. Lahirlah para srikandi wanita hebat yang ikut berperan aktif di balik layar
seperti Ratna Asmara, Sofia W.D, Ida Farida dan Citra Dewi.
penonton dalam film Air Mata Mengalir di Tjitarum (1948). Telah ada sosok baru
dalam dunia perfilman dan diyakini akan membawa kesuksesan menurut Tan
Wong bersaudara yang menjadi produser film tersebut. Sofia dinilai bukan hanya
Selama hidup, Sofia telah melakoni peran lebih dari seratus judul film.
Sumbangsih yang Sofia berikan untuk dunia perfilman Indonesia tak lain adalah
untuk membuktikan bahwa perempuan bukan haya sekedar seorang aktor namun
juga bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Sofia bisa merangkap menjadi
artis, sutradara, produser film, bahkan ketua organisasi. Sofia juga pernah
69
Terbaik pada Festival Film Indonesia (FF1) 1973. Sampai akhir hayatnya, ia
masih menggarap sebuah film. Namun tak terealisasikan karena aktor Sofia telah
meninggal. Sejak itu, nama Sofia dikenal sebagai aktor senior yang serba bisa dan
Sofia merupakan wanita berbakat yang sudah lama menggeluti Since the
reign of the Dutch East Indies, Sukabumi has been considered as one of the
golden places at that time, the Golden Age here is a region that has everything
the government of the Dutch East Indies, electricity is a very important feature
because it encourages the electricity industry, which can provide both material
hydroelectric power plant near the river Cicatih, the Ubrug hydropower
plant.There are many places in Priangan where the hydroelectric power plant
is primarily intended for the supply of electricity to the electric trains of Batavia
PLTA Ubrug not only provides power for electric trains, but also opens
transmission lines to supply city services, to supply companies and tea plantations
with electricity, and to meet public needs. The prices installed to pay for electrical
hydropower plant, the Bengkok Dago hydropower plant, which was built in
Bandung.The hydroelectric power plant was the first hydroelectric power plant in
71
the Netherlands East Indies and Priangan, and several other hydroelectric power
The Hydroelectric Power Plant thus became a guide for the Government
very costly output of electricity from coal at that time. It can be used to recycle
water into renewable energy and is, of course, efficient and reliable.
This has resulted from the development of many hydropower plants, such
order to generate the use of water power that can benefit everyone.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bambu.
Hidayat, Rahayu. 1996. Sinema, Apakah itu ?Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Jauhari, Haris (ed). 1992. Layar Perak 90 Tahun Bioskop Indonesia, Jakarta, PT
Komunitas Banu
Nugroho, Garin dan Herlina, Dyna, 2015. Krisis dan Paradoks Film Indonesia,
Sita Aripurnami, 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini, Jakarta, Gramedia
Jurnal
Leny Nur’aeni, 2010. Andjar Asmara: Larir dan Perannya dalam Perkembangan
Telaah dari Perspektif Industri Budaya, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
Donderdag 13 Juli 1950 pag 2 “Java Bode” 98e Jaargang Nummer 281
“Artis Sofia W.D Menangis di Dada Ketua DPRD Garut” dalam Suara
Karya, 27 Maret 1982. 4. Jakarta.
“Artis Sofia W.D Dalam Kenangan 1924-1986” dalam Berita Buana
Minggu, 27 Juli 1986. 1. Jakarta.
“Artis Sofia W.D Yang Awet Muda” dalam Buana Minggu, 2 Maret
1980. 2. Jakarta.
“Artis Sofia W.D Mulai Membaik” dalam Kompas, 19 Juli 1986. 3.
Jakarta.
“Bila Cinta Bersemi” dalam Minggu Abadi, 8 Juli 1973. 73. Jakarta
“Catatan Kecil Setalah Melihat Film Mutiara Dalam Lumpur” dalam
Yudha Sport & Film, 9 Desember1972.11. Jakarta
“Disergap Gerombolan Sabilillah di Rumah Mang Ulis” dalam Berita
Buana Minggu, 6 Juni 1987. 1. Jakarta.
“FFI Kembali Duka Dengan Kepergian Tokoh Film Wanita” dalam
Merdeka Minggu, 27 Juli 1986. 19. Jakarta.
“Kawin Cerai Bukan Mode” dalam Berita Buana, 20 November 1973.
Jakarta.
74
“Sofia W.D Calon Santri Yang Jadi Bintang Film” dalam Berita Buana,
20 November 1973. Jakarta.
Karya, 27 Maret 1982. 4. Jakarta.
“Sofia Dimakamkan di Kalibata, Kita Kehilangan Artis Pejuang” dalam
Suara Karya, 24 Juli 1986. 1. Jakarta.
“Sofia W.D Sempat Membuat Heran Orang Hongkong” dalam Terbit 20
Oktober 1979. Jakarta.
“Sofia W.D Meninggal” dalam Kompas, 23 Juli 1986. 18. Jakarta.
“Sofia W.D Sutradara Wanita Pertama di Indonesia” dalam Kompas, 14
Febuari 1972, Jakarta.
“Sofia W.D Wanita Jantan” dalam Varia No. 069, 1975. Jakarta.
“Sofia Pernah Jadi Pelayan Restoran” dalam Violeta, 27 Juli 1976. 218.
Jakarta.
“Sofia W.D Ratusan Film Pernah Dibintanginya. Kini Ketua PARFI juga
Baru” dalam Buana Minggu, 9 Januari 1972. Jakarta.
“Sutrdara Wanita Perlu Penghargaan Khusus” dalam Merdeka, 5 Juni
1982. 5. Jakarta.
“The Best Actor 1971” dalam Yudha Minggu, 19 Juli 1972. 7. Jakarta
“Tiga Orang Sutradara Wanita” dalam Pikiran Ra\kyat, 1 Maret 1980.
Bandung.
“WD. Mochtar Akan Sutradarai Film Si Bego” dalam Buana Minggu 16
November 1975. 2. Jakarta.
Internet
pukul 13.21
http://www.citwf.com/film260757.htm
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-73620.pdf
http://www.jurnal.budiluhur.ac.id/wp.../04/blcom-01-vol2-no2-april2007.pdf
76
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Foto Artis Sofia W.D dirias saat pembuatan sebuah film di Jakarta
Lampiran 3
Foto Aktris Sofia dalam Kongres PARFI ke- VIII di Jakarta
Lampiran 4
Foto koran Java Bode Doenderdag 13 Juli 1950 : 2
Sumber : https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?
query=sofia+waldy&coll=ddd&identifier=ddd:010865374:mpeg21:a0087&resultsidentifier=ddd:0
10865374:mpeg21:a0087 diakses pada 22 Januari 2021 pukul 22.08
RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
NPM : 180310160009
Agama : Islam
Kabupaten. Bekasi
Pendidikan Formal
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Agama : Islam
2018
2. Juara 2 Lomba Video Kreatif Because You Are Worth It Crown Unpad di
3. Juara Favorit Video Kreatif Because You Are Worth It Crown Unpad di