Anda di halaman 1dari 17

ANALISA FILM

RAIN MAN

Disusun Oleh:
Riska Agustina
220110070047

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009
RAIN MAN

A. Sinopsis
Film “Rain Man ” ini menceritakan tentang kisah bagaimana seorang adik
yang menjalin hubungan dengan seorang kakak yang menderita autisme. Adalah
Charlie Babbitt (diperankan oleh Tom Cruise) adalah seorang pengusaha muda
yang energik, pekerja keras, serakah dan pemarah, mendapatkan warisan sebuah
mobil klasik dan bunga dari ayahnya setelah ayahnya meninggal. Urusannya
menjadi lain ketika sebagian besar harta warisan dari ayahnya sebesar 3 miliar
dolar diwariskan kepada seseorang yang ternyata adalah kakaknya sendiri, yaitu
bernama Raymond Babbitt (diperankan oleh Dustin Hoffman).
Raymond Babbitt adalah seorang penderita autis savant yang dipisahkan dari
saudaranya Charlie setelah ibu mereka meninggal pada 5 Januari tahun 1965.
Sejak saat itu Raymond ditempatkan pada sebuah lembaga penampungan orang-
orang penderita autis Wallbrook di Cincinnati, Ohio, sedangkan Charlie pergi dari
rumah ayahnya saat remaja tanpa mengetahui sedikitpun bahwa dia memiliki
seorang kakak.
Setelah mengetahui bahwa warisan itu diberikan kepada Raymond, Charlie
dengan segera mencari Raymond di tempat ia berada sekarang. Kesulitan
keuangan dan ketidakpuasan karena sebagian besar harta ayahnya yang jatuh pada
Raymond membuat Charlie menggunakan segala cara untuk mendapatkan
sebagian harta tersebut dengan cara mendekati dan membawa Raymond pergi dari
Wallbrook agar mendapat perwalian atas Raymond beserta dengan harta yang
dimilikinya.
Charlie berkeinginan membawa Raymond pergi ke Los Angeles agar
Raymond tidak kembali ke Wallbrook dan agar Charlie bisa menjalankan
rencananya untuk mengambil sebagian harta milik Raymond. Pada awalnya untuk
berangkat ke Los Angeles, Charlie berniat pergi dengan menggunakan pesawat
agar lebih cepat sampai, tetapi karena Raymond menolak dengan alasan bahwa
menaiki pesawat itu berbahaya, maka Charlie mengurungkan niatnya itu dan pergi
menggunakan mobil klasik warisan ayahnya. Di perjalanan Raymond melakukan
hal yang aneh sehingga membuat Charlie kesal. Sampai pada suatu hari, Charlie
membawa Raymond ke klinik dan berkonsultasi kepada dokter tentang penyakit
Raymond. dokter mengatakan bahwa Raymond mengalami autis savant (seorang
penderita autis yang memiliki bakat yang luar biasa). Raymond dapat menjawab
apapun yang tidak banyak orang mengetahuinya. Seperti menjawab perkalian yang
sulit, menghapal nama-nama beserta nomor telepon yang terdapat pada buku
telepon, dan lain sebagainya. Karena kejeniusan Raymond ini, Charlie berpikir
untuk memanfaatkan kejeniusan Raymond ini untuk bermain kartu di Las Vegas.
Setelah beberapa minggu bersama Raymond dan mendapatkan pengalaman
serta petualangan baru saat bersama Raymond yang abnormal, membuat hati
Charlie yang penuh dengan keserakahan atas harta ayahnya menjadi sadar.
Motivasinya pun berubah dari keinginan untuk mengambil sebagian harta
Raymond menjadi rasa sayang dan ingin sebuah menjalin hubungan persaudaraan
yang belum pernah terjalin dengan kakaknya ini, yang diketahuinya juga sebagai
teman bermainnya saat kecil yang dikenal dengan Rain Man.
Kisah ini berakhir dengan kedekatan Charlie dan Raymond, dimana pada
akhirnya Charlie menerima Raymond apa adanya dengan segala kehidupannya dan
mengesampingkan masalah harta warisan yang semula diperebutkannya meskipun
pada akhirnya mereka berdua harus berpisah kembali.

B. Karakteristik Pelaku
 Raymond Babbitt
Kakak dari Charli Babbitt. Seorang penderita autis savant yang sangat tidak
perduli dengan lingkungan sekitar, tekun dalam suatu hal yang diminati
misalnya membaca atau menonton TV, hidupnya sangat terpola dengan ritual
kebiasaannya, menunjukkan kecemasan jika seseorang menganggu pola
ritualnya, dapat mengingat dengan baik apa yang dipelajarinya, dapat
menghitung jumlah tusuk gigi dan kartu yang akan keluar.
 Charlie Babbitt
Adik dari Raymond Babbitt. Charlie adalah pengusaha muda yang energik,
pekerja keras, serakah dan pemarah.
 Susanna
Kekasih dari Charlie Babbitt yang selalu membela dan membantu
Raymond Babbitt.
 Dr. Brunner
Psikiater Raymond pada saat dia di lembaga penampungan orang-orang
yang mengalami autis.

C. Tinjauan teori
1. Pengertian
Istilah autis berasal bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti diri sendiri dan
isme berarti aliran. Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada
dunianya sendiri (Purwati, 2007). Gangguan autis adalah salah satu
perkembangan pervasif berawal sebelum usia 2,5 tahun (Devision, 2006). Anak
Autisme mengalami gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan
oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada
perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensori, dan
belajar (Ginanjar, 2001). Gangguan perkembangan organik dan bersifat berat
yang dialami oleh anak autis menyebabkan anak mengalami kelainan dalam
aspek sosial, bahasa (komunikasi) dan kecerdasan (sekitar 75 – 80 % retardasi
mental) sehingga anak sangat membutuhkan perhatian, bantuan dan layanan
pendidikan yang bersifat khusus (Hadis,2006).
Dalam Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III,
autisme digolongkan dalam gangguan perkembangan pervasif dengan kode
F.84. Gangguan perkembangan pervasif adalah gangguan yang ditandai dengan
kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik dan dalam pola
komunikasi, serta minat dan aktivitas terbatas, stereotipik, berulang yang
menunjukkan gambaran yang pervasif dari fungsi – fungsi individu dalam
semua situasi dengan derajat keparahan yang berbeda – beda.

2. Epidemiologi
Hasil survey yang diambil dari beberapa negara menunjukkan bahwa 2 – 4
anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autisme dengan rasio
perbandingan 3 : 1 untuk anak laki – laki dan perempuan. Dengan kata lain,
anak laki – laki lebih rentan menyandang sindrom autisme dibandingkan anak
perempuan (Purwati,2007).

3. Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor
– faktor yang menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002)
diantaranya yaitu:
 Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20%
penyandang autis).
 Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak
anak, yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama
kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya
Kongenital Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus
Infection.
 Faktor Kelahiran dan Persalinan
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan.
Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang
bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya
keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja
berasal dari polusi udara, air bahkan makanan. Seperti gangguan
perkembangan lainnya, autisme dipandang sebagai gangguan yang memiliki
banyak sebab, sekaligus penyebabnya tidak sama dari satu kasus ke kasus
lainnya. Padahal, penyebab-penyebab itu tidak berdiri sendiri, dengan kata
lain sangat sulit menentukan penyebab tunggal dari gangguan autisme.
Bahkan hingga kini belum bisa ditegakkan penyebab pasti autisme.
(Kurniasih, 2002).Banyak pakar telah sepakat bahwa pada otak anak di
jumpai suatu kelainan pada otaknya.
Ada 3 lokasi di otak yang ternyata mengalami kelainan neuro-anatomis.
Dari penelitian yang dilakukan oleh pakar dari banyak negara diketemukan
beberapa fakta yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus parietalis,
cerebellum dan sistem limbik. 43% penyandang autisme mempunyai
kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek
terhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil
(cerebellum), terutama pada lobus VI dan VII. Otak kecil bertanggungjawab
atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi
(perhatian) (Purwati,2007). Pada penelitian terhadap otopsi, ditemukan
bahwa sel – sel di dalam cerebellum, yang disebut sel purkinye, sangat
sedikit jumlahnya, sedangkan sel – sel ini mempunyai kandungan serotonin
(neurotransmitter yang bertanggung jawab untuk hubungan di antara sel –
sel otak) yang tinggi (Maulana,2007). Pada 30% penyandang autisme
serotonin kadarnya tinggi dalam darah dan dopamin diduga kadarnya rendah
dalam darah. Selain itu, pada anak autis juga mengalami penurunan kadar
endorphin yang dibutuhkan dalam pengaturan aktifitas otak (Masra,2005).
Dengan kata lain ketidakseimbangan antara neurotransmitter di dalam otak
akan menyebabkan kacaunya lalu lalang impuls di dalam otak
(Maulana,2007). Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik
yang disebut hippocampus dan amygdala. Akibatnya terjadi gangguan fungsi
kontrol terhadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat mengendalikan
emosinya, seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdala juga
bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan, perasa, dan rasa takut. Hippocampus
bertanggungjawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat. Terjadilah
kesulitan penyampaian informasi baru (Purwati,2007).

4. Tanda dan Gejala


Gejala autisme timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian
anak, tanda dan gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat
memantau perkembangan anaknya bisa melihat beberapa keganjilan sebelum
anaknya mencapai 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya bahasa
atau sangat kurangnya tatap mata. Menurut Judarwanto (2006), berikut adalah
tanda-tanda awal mengenali gejala autis:
 Gambaran yang paling umum terjadi, biasanya merupakan bayi yang sangat
manis dan baik, namun sangat pasif dan sangat pendiam seperti tidak
mempunyai bayi di rumah.
 Sebagian kecil justru sebaliknya, menjerit sepanjang waktu tanpa berhenti,
tanpa dapat ditenangkan / dibujuk, orang tua tidak tahu apa sebabnya
 Tidak menunjuk saat usia 1 tahun , tidak mengoceh
 Usia 16 bulan, belum keluar satu katapun
 Usia 2 tahun belum bisa merangkai 2 kata
 Hilangnya kemampuan berbahasa
 Tidak bisa main pura-pura (Pretend Play)
 Kurang tertarik untuk berteman
 Sangat sulit untuk memusatkan perhatian
 Tidak ada respon bila dipanggil namanya
 Kontak mata sangat minim / tidak ada gerakan tubuh yang repetitif.

5. Jenis Autisme
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi
autisme menjadi dua yaitu:
 Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan
anak non autistik, dan biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
 Autisme Regresif
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan
kemampuan yang sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat
menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah
bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa
patah kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007)
mengelompokkan autisme menjadi 3 kelompok :
 Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal
karena kelainan sudah timbul sebelum lahir
 Autisme Reaksi
Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak – anak usia lebih besar (6
– 7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga
terjadi sejak usia minggu – minggu pertama. Penderita autisme reaktif ini
bisa membuat gerakan – gerakan tertentu berulang – ulang dan kadang –
kadang disertai kejang – kejang.
 Autisme Yang Timbul Kemudian
Selain jenis yang di atas, terdapat juga autis savant yaitu gangguan mental
dalam cara input dan prosesnya namun masih bisa berfungsi sebagaimana
manusia pada umumnya untuk melakukan berbagai kegiatan, dimana ia masih
bisa berhubungan dengan orang lain meskipun sangat terbatas dan memiliki
suatu kelebihan tertentu terutama dalam mengingat segala hal dan
memperhatikan sesuatu secara detail.

6. Kriteria Autisme dalam DSM-IV-TR


a. Enam atau lebih dari criteria pada A, B, dan C di bawah ini, dengan minimal
criteria dari A dan masing-masing satu dari B dan C.
A. Hendaknya dalam interaksi social yang terwujud dalam minimal dua dari
kriteria berikut:
 Hendaknya yang tampak jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal
seperti kontak mata, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh.
 Kelemahan dalam perkembangan hubungan dengan anak-anak sebaya
sesuai usia perkembangan.
 Kurang melakukan hal-hal atau aktivitas bersama orang lain secara
spontan.
 Kurangnya ketimbalbalikan sosial atau emosional.
B. Hendaknya dalam komunikasi seperti terwujud dalam minimal satu dari
kriteria berikut:
 Keterlambatan atau sangat kurangnya bahasa bicara tanpa upaya untuk
menggantinya dengan gerakan nonverbal.
 Pada mereka yang cukup mampu berbicara, hendaknya yang tampak
jelas dalam kemampuan untuk mengawali atau mempertahankan
percakapan dengan orang lain.
 Bahasa yang diulang-ulang atau idiosinkratik.
 Kurang bermain sesuai tahap perkembangannya.
C. Perilaku atau minat yang diulang-ulang aatu stereotip, terwujud dalam
minimal satu dari kriteria berikut ini:
 Preokupasi yang tidak normal pada objek atau aktivita tertentu.
 Keterikatan yang kaku padaritual tertentu.
 Tingkah laku stereotip.
 Preokupasi yang tidak normal pada bagian tertentu dari suatu objek.

b. Keterlambantan atau keberfungsian abnormal dalam minimal satu dari


bidang berikut, berawal sebelum usia 3 tahun: interaksi social, bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain, atau permainan imajinatif.

c. Gangguan yang tidak dapat dijelaskan sebagai gangguan Rett atau gangguan
disintegrative di masa kanak-kanak, dan gangguan Asperger.

D. Analisa film
Dalam film ini diketahui bahwa Raymond adalah penderita autis savant yaitu
memiliki gangguan mental dalam cara input dan prosesnya namun masih bisa
berfungsi sebagaimana manusia pada umumnya untuk melakukan berbagai
kegiatan, dimana ia masih bisa berhubungan dengan orang lain meskipun sangat
terbatas dan memiliki suatu kelebihan tertentu terutama dalam mengingat segala
hal dan memperhatikan sesuatu secara detail.
Simptom – simptom autisme yang ditunjukan dalam film ini, yaitu :
1. Adanya gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan dengan
simpton sebagai berikut:
 Raymond tidak memperhatikan orang – orang di sekitarnya, terutama ketika
berbicara atau berhubungan dengan orang lain. Contohnya yang paling
terlihat yaitu ketika diajak bicara oleh Charlie di taman maupun ketika
Charlie harus mengingatkan Raymond untuk menjawab ketika psikolog
menanyainya.
 Raymond jarang menatap orang – orang di sekitarnya, baik ketika sedang
bicara maupun tidak.
2. Adanya gangguan kualitatif dalam komunikasi verbal dan non verbal,
antara lain:
 Raymond tidak dapat berbicara layaknya orang normal, lamban dalam
berbicara, kadang tidak jelas, penggunaan kata yang tidak teratur, hanya
menjawab pertanyaan dengan singkat, dengan intonasi yang ketat dan seperti
tertekan, sering mengulang – ngulang kata yang pernah didengarkannya dan
berteriak jika merasa dalam bahaya, serta sering memanggil dan mengeja
nama teman dekatnya jika ia merasa cemas.
 Dalam berkomunikasi Raymond tidak menunjukkan ekspresi, atau mimik
wajah yang mendukung dengan pembicaraannya. Tidak tampak kesedihan
ketika harus berpisah dengan saudaranya atau mendengar ayahnya yang
meninggal dunia. Tidak ada ekspresi senang ketika berkomunikasi dengan
saudaranya yang mendapatkan kemenangan dalam bermain judi dan juga
ketika berdansa dengan saudaranya maupun pacar saudaranya. Selain itu
Raymond yang senang mengulang lelucon Who’s on First tidak
mengiringinya dengan tertawa atau emosi lucu, dia tidak pernah mengerti
makna yang menyertai lelucon tersebut.
 Cara berjalan Raymond yang khas yaitu dengan langkah yang kecil dan
kepala sedikit dimiringkan ke salah satu sisi.
3. Adanya gangguan dalam pola perilaku, minat dan aktifitas yang terbatas,
berulang dan stereotipik, yaitu:
 Adanya rutinitas/ritual yang spesifik dan non fungsional seperti menonton
acara – acara TV pada jam tertentu, pola hidup yang sangat terjadwal
terutama waktu tidur malam ataupun kegiatan sehari – hari.
 Minat Raymond terbatas pada hal – hal tertentu seperti misalnya menonton
acara televisi tertentu, makan dengan menu tertentu, tidur dengan ranjang
yang dekat dengan jendela.
 Sering mengulang perilaku tertentu (manerisme motorik stereotipik dan
berulang), Raymond senang sekali mengulang kata – kata baru, ataupun
mengatakan lelucon dari Abbott and Costello’s Who’s on First meski tanpa
tahu maknanya, dan ketika Raymond panik ia akan mengoyangkan-
goyangkan badan, membalik – balikkan buku, menyusun-nyusun kartu,
memukul – mukulkan kepalanya ataupun membentur – benturkan kepalanya.
4. Adanya gangguan emosi, yakni jika ia merasa terancam atau cemas ia akan
berteriak – teriak tanpa mempedulikan orang di sekitarnya, tidak bisa
menunjukkan emosi marah, senang, atau sedih sesuai dengan situasi lingkungan
pengalamannya atau pembicaraan dengan lawan bicaranya.
5. Adanya gangguan sensory, seperti misalnya perilaku menutup telinga apabila
mendengar suara – suara tertentu yang keras ataupun jarang didengar. Dengan
demikian telinganya sangat peka dan tidak tahan bunyi – bunyian yang keras.
Jika kita melihat dalam peristiwa di dapur yang berasap si Raymond tidak dapat
membaui asap hangus, begitu pula ketika ia kentut ia tidak dapat membauinya.
Ini berarti ada gangguan juga pada sensor penciumannya, dimana alat inderanya
mungkin normal namun proses input dan intepretasinya yang berbeda atau
mengalami gangguan.
6. Adanya kelebihan atau kemampuan khusus/spesial, misalnya Raymond
dapat mengingat acara televisi secara keseluruhan, dapat menyebutkan semua
peristiwa dan semua hasil pertandingan dengan tepat dan mendetail, dapat
menggambar bangunan dengan detail, mampu melakukan penghitungan
matematika dengan cepat dan tepat, dapat menghitung tusuk gigi dengan akurat
dan menghitung kartu dan probabilitasnya dengan tepat. Namun demikian
kemampuan ini tidak semua dimiliki oleh setiap anak autis dan jarang sekali
ditemukan kasusnya. Seorang autis yang memiliki kemampuan ini dikenal
dengan autis savant.
Stressor atau kejadian – kejadian dalam film tersebut yang membuat Raymond
sangat cemas, yaitu ketika menolak untuk dipaksa naik pesawat terbang, ketika
berada di ruang sempit yaitu di gardu telepon umum, ketika akan dipeluk oleh
Charlie, ketika melihat air panas yang mengalir dalam kamar mandi, dan ketika
terkunci dalam dapur yang berasap dengan signal alarm tanda kebakaran. Pada
umumnya semua hal yang keluar dari pola rutinitas atau kebiasaannya sehari –
hari, termasuk kebiasaan membeli celana dalam di K-Mart Cincinnati dapat
membuat Raymond cemas dan meributkan hal itu sepanjang hari.
Raymond memiliki karakter yang super cuek, tanpa peduli orang di
sekitarnya, tekun dalam suatu hal yang diminati misalnya membaca ataupun
menonton tv, hidupnya sangat terpola dengan ritual kebiasaannya, menunjukkan
kecemasan jika seseorang menganggu pola ritualnya, dapat mengingat dengan baik
apa yang dipelajarinya, dapat menghitung jumlah tusuk gigi dan kartu yang akan
keluar. Kadang memiliki ingatan akan masa lalu contohnya mengingat kejadian
dimana ia sering menyanyikan lagu buat Charlie saudaranya. Jika ia menyukai
seseorang ia akan menunjukkannya dengan berkata “Apakah kamu dalam
pengobatan?” namun jika ia cemas ataupun tidak suka dengan situasi atau
seseorang ia akan mengulang – ulang lelucon “Who on first”.
Raymond sejak kecil telah tinggal dalam tempat penampungan anak autis
sehingga kehidupannya telah telah terpola sampai ia besar. Dalam film ini tidak
ditunjukkan secara jelas bagaimana proses penanganan dan terapi bagi orang autis.
Penanganan orang autis secara detail telah dijelaskan dalam tugas terdahulu,
dimana penderita autis akan dilatih untuk dapat hidup mandiri meskipun dalam
keterbatasan seperti yang tampak pada diri Raymond.

E. Terapi
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para
professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa
Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan,
sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama.
Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan
jenis terapi yang berbeda. 
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan
penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai
adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat
ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia. 

2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu
autistik yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu
untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
 
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan
untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang
sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya
dengan benar.
 
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris
akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
 
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan
main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan
memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya
dan mengajari cara-caranya.
 
6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna
untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain
bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
 
7. Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya,
 
8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan
kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.
 
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode
belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS
(Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga
dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
 
10. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung
dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai
anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa
gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan
berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa
secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal
abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari
gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan
terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri
(biomedis).
Sumber referensi
Gerald C. Davidson, John M. Neale, and Ann M. Kring. Psikologi Abnormal.
Edisi Ke-9. PT RajaGarfindo Persada. 2006.
http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/10-jenis-terapi-autisme
http://blog.kenz.or.id
http://ekspresikanjiwamu.blogspot.com/2009/05/askep-autisme.html

Anda mungkin juga menyukai