Disusun oleh:
Kelas: 4 D
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karuniaNya. Tugas mata kuliah Etika Pendidikan yang berjudul “Etika Individual
dan Etika Sosial” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas ini dapat
diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan
dengan hal tersebut, kami selaku penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan
selama penyusunan makalah ini.
2. Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika
Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan
selama proses penyusunan makalah ini.
3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan bantuan material
dalam peyusunan makalah ini.
4. Teman-teman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kelas 4 D yang
selalu memberikan bantuan, masukan, dan semangat bagi kami agar dapat
meyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Etika Individual.............................................................................................3
B. Etika Sosial...................................................................................................7
C. Ruang Lingkup Etika Sosial.........................................................................9
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dalam hal ini kami mengambil judul “Etika Individual dan Etika
Sosial” guna dengan risalah ini sedikit atau banyaknya agar memahami
bagaimana etika yang baik secara individual dan dalam pergaulan, dan
sebaliknya. Karena itu, perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika
sosial tidak bisa dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban
terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Individual
Dalam arti yang asli, kata "individu" yang diturunkan dari kata
Latin, "individuum" itu berarti: yang tak terbagi. Jadi, sama halnya dengan
perkataan "atom" yang berasal dari bahasa Yunani dan mempunyai arti
demikian juga, maka kata "individu" tadi merupakan suatu sebutan yang
dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Bagi ahli-ahli ilmu alam sekarang, atom itu bukan lagi bagian
benda yang terkecil yang tak dapat dibagi, seperti anggapan para
penyelidik dahulu. Meskipun demikian, mereka tetap bekerja dengan
paham "atom" itu, dan pemecahan atom yang dulu dianggap tak terbagi
itu, bagi mereka tidak mengandung pengertian yang bertentangan lagi
(Lysen, 1984: 8-9).
3
tambahan pula mempunyai kehidupan jiwa yang sangat majemuk. Hanya
beberapa unsur dari manusia, terutama tabiatnya, yang memegang peranan
dalam pergaulan hidup manusia. Karena itu, perlu diperhatikan bahwa
etika individual dan etika sosial tidak bisa dipisahkan satu sama lain
dengan tajam, karena kewajiban terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan.
4
tersebut dengan suatu cara tertentu. Sikap memungkinkan memiliki tiga
fungsi penting dalam kehidupan sosial: mengorganisasikan pengalaman
kita , menegaskan keinginan kita terhadap persetujuan orang lain, dan
melindungi harga diri kita. Sikap datang dari pengalaman pribadi,
pemindahan emosi yang menyakitkan, serta pengaruh sosial, orang tua,
teman sebaya, dan media massa merupakan sumber penting dari pengaruh
dalam pembentukan sikap. Ada tiga proses utama di mana orang bisa
dipengaruhi adalah sebagai berikut.
1. Pengambilan Model
2. Pencocokan.
5
pula dikatakan konsekuensi dari kebergantungan kita kepada orang
lain. Ciri-ciri tertentu dari kelompok, masalah yang harus diputuskan,
dan individu membantu kemungkinan terjadinya pencocokan.
3. Pembujukan
Etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena harus selalu mengaitkan hal ini kepada konsep diri. Misalnya
Konsepsi Med mengenai diri mengacu dalam arti sepenuhnya, pada saling
ketergantungan antara individu dengan masyarakat. Ia menempatkan diri
di dalam masyarakat. Diri muncul dari interaksi dengan orang lain di
dalam masyarakat. (Karp dan Yoels, dalam Sunarto, Kamanto, ed.,
1985:113).
6
Oleh karena itu, etika individual ini menyangkut kewajiban dan
sikap manusia terhadap dirinya sendiri, Etika individual adalah etika yang
menyangkut eksistensi manusia secara pribadi atau manusia inperson.
Etika ini mengharapkan tatanan etika dalam kaitan manusia mandiri.
B. Etika Sosial
7
benturan norma atau benturan kewajiban. Pengetahuan dan kesadaran
terhadap hirarki mana yang lebih tinggi sangat diperlukan dalam rangka
ini. Dalam kehidupannya, secara pribadi dan sosial, manusia memerlukan
sejumlah tujuan yang nonmaterial. Setiap sistem kemasyarakatan
memerlukan sejumlah tujuan yang jamak di antara para individunya, yang
tanpa itu kehidupan sosial, dalam pengertian yang sebenarnya, tidak akan
mungkin. Karena, kehidupan sosial berarti kerjasama dan usaha mencapai
tujuan-tujuan bersama, baik material maupun spiritual.
8
dapat menyakitinya, maka tidak akan ada perlunya memenuhi prinsip-
prinsip moral itu. Demikian kata Murthada Mutahhari.
1. Etika Keluarga
9
a. Etika suami istri
10
2) Memberikan perlindungan yang memadai kepadanya dengan
tidak mengizinkannya merusak akhlak atau agamanya, dan
tidak membuka kesempatan baginya untuk menjadi wanita
fasik terhadap perintah Tuhan.
2. Etika pendidikan
11
Etika Pendidikan adalah sikap atau tingkah laku untuk
mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk
perubahan perilaku, karena itu pendidikan selalu melibatkan dimensi
social.
1) Etika dosen
a) Busana
12
b) Waktu
c) Interaksi
13
f. Dosen bebas menyampaikan pendapat sesuai dengan
kebebasan akademik dan mimbar akademik.
d) Lingkungan
1. Busana
14
formal (PSH) atau disesuaikan dengan syarat/permintaan
pengundang.
2. Waktu
3. Lingkungan
3) Etika mahasiswa
15
b. Membentuk citra mahasiswa sebagai figur yang memiliki
integritas intelektual, profesional, dan terbuka terhadap
perubahan.
c. Membentuk citra mahasiswa yang santun, peduli terhadap
lingkungan kesehatan dan waktu.
1. Busana
16
3. Waktu
4. Interaksi
4. Lingkungan
17
3. Etika bisnis
Etika bisnis adalah Suatu sikap yang baik yang harus dilaksanakan
dalam hubungan bisnis/jalannya bisnis atau dapat juga dikatakan suatu
aturan yang harus dijalankan dalam pebisnis atau praktisi bisnis yang
melakukan kegiatan bisnis pada jalan yang benar di dunia bisnis sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang
benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun
produsen.
18
diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya
dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
19
a. Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait
mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan
keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan
menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan
pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun
keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat
sekitarnya.
b. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan
masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-
ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan
teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan
untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan
tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
d. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan
yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga
dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan
spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang
seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
20
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan
hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana
dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku
bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan
saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan
lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang
merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
f. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi
dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti
ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan
korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama
bangsa dan negara.
g. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk
menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa
dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta
melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan
"komisi" kepada pihak yang terkait.
h. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha
kuat dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus
ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan
golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu
berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar
dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara
pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan
kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan
berkiprah dalam dunia bisnis.
21
i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan
dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan
konsisten dengan etika tersebut.
j. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa
yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua
memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
k. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu
hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis
tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan
tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini
sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi
dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi
ini.
4. Etika lingkungan
22
prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan
dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga
diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah
bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan
memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas
disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan
tumbuhan serta alam.
23
b. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak
menekankan tanggung jawab manusia.
c. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya
d. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan
manusia
e. Norma utama adalah untung rugi.
f. Mengutamakan rencana jangka pendek.
g. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk
khususnya dinegara miskin
h. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.
5. Etika kedokteran
24
hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat
mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang
diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam
pendidikan.
6. Etika jurnalistik
Di Indonesia atau pun di berbagai negara lain, isi Kode Etik pada
umumnya bersifat universal dan tak banyak berbeda. Tentu saja tidak
akan ada Kode Etik yang membolehkan jurnalis menulis berita bohong
atau tak sesuai dengan fakta, misalnya. Variasi kecil yang ada mungkin
saja disebabkan perbedaan latar belakang budaya negara-negara
bersangkutan. Untuk gambaran yang lebih jelas, sebagai contoh di sini
disajikan Kode Etik AJI.
7. Etika seksual
25
yang bnar secara moral dan agama, yang tidak membuat makin banyak
ketimpangan dan menimbulkan masalah sesudahnya.
8. Etika politik
26
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
28
yang memiliki adat, budaya, suku, ras, agama dan keyakinan yang berbeda
dengan kita.
29
DAFTAR PUSTAKA
30