Anda di halaman 1dari 33

ETIKA INDIVIDUAL DAN ETIKA SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Pendidikan


Dosen Pengampu: Dr. Christina Ismaniati, M. Pd.

Disusun oleh:

1.Hielda Hanifah 18108241050


2.Ronald Felix Yanuar 18108241088
3.Pingkan Pangestu Dewanti 18108241107
4.Naufal Farulianita Rahma 18108244023

Kelas: 4 D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karuniaNya. Tugas mata kuliah Etika Pendidikan yang berjudul “Etika Individual
dan Etika Sosial” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas ini dapat
diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan
dengan hal tersebut, kami selaku penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan
selama penyusunan makalah ini.
2. Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika
Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan
selama proses penyusunan makalah ini.
3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan bantuan material
dalam peyusunan makalah ini.
4. Teman-teman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kelas 4 D yang
selalu memberikan bantuan, masukan, dan semangat bagi kami agar dapat
meyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari kesempurnaan, karena keterbatasan dan pengalaman. Sehingga kritik dan
saran yang membangun dengan senantiasa kami harapkan untuk memperbaiki
makalah ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, 11 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Etika Individual.............................................................................................3
B. Etika Sosial...................................................................................................7
C. Ruang Lingkup Etika Sosial.........................................................................9
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern ini, masalah etika di Indonesia mulai mengalami


penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai mengabaikan persoalan
erikanya. Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi di akibatkan
masuknya ajaran-ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya
masyarakat Indonesia secara perlahan-perlahan. Etika adalah sebuah
refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujud. Nilai yang terkandung dalam ajaran berbentuk
petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan semacamnya.
Pada dasarnya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus
melangkah dalam hidup ini.

Etika memiliki keterkaitan dengan individual dan pergaulan sosial,


sebagaimana yang diketahui apabila seseorang bergaul tanpa ada etika
yang mengaturnya tentu pergaulan tersebut akan rusak. Sebagai contoh
yakni pergaulan dalam remaja. Remaja merupakan generasi penerus yang
akan datang yakni penerus yang akan membangun  bangsa ke arah yang
lebih baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan dapat
menciptakan kegiatan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri,keluarga,
dan lingkungan sekitar, oleh karena itu remaja tersebut perlu mendapatkan
perhatian dari orang tua dan masyarakat sekitar. Banyak kita dengar
sekarang di media massa maupun media elektronik ada remaja yang
berprestasi dan ada remaja yang melakukan tindakan-tindakan  atau
perbuatan diluar kesadarannya yang merugikan dirinya dan orang lain
seperti pergaulan bebas, remaja yang menggunakan narkoba dan kurang
sopan dalam berbicara.

Hal di atas terjadi karena kurangnya etika dalam kehidupan


sehingga menyebabkan terjadinya perilaku-perilaku yang menyimpang.
Namun sebaliknya apabila etika ditanamkan dalam kehidupan maka akan

1
dalam hal ini kami mengambil judul “Etika Individual dan Etika
Sosial”  guna dengan risalah ini sedikit atau banyaknya agar memahami
bagaimana etika yang baik secara individual dan dalam pergaulan, dan
sebaliknya. Karena itu, perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika
sosial tidak bisa dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban
terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,


maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan etika individual?
2. Apa yang dimaksud dengan etika sosial?
3. Apa saja ruang lingkup etika sosial?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,


maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui mengenai etika individual.
2. Mengetahui mengenai etika sosial
3. Mengetahui ruang lingkup etika sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Individual

Pada dasarnya, etika individual memuat kewajiban manusia


terhadap diri sendiri. Ada sementara sosiolog yang berkeberatan memakai
perkataan "individu" sebagai sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri,
"manusia perseorangan" (Lysen, 1984:8). F. Oppenheimer (1922), seperti
dikutip Lysen, menamakan individu itu suatu paham yang sangat
problematis. Dan seperti Bergson, ia, kata Lysen, mengemukakan
pertanyaan, "Di mana mulainya dan di mana berakhirnya asas hidup
individu itu?" Kemudian ia sampai kepada kesimpulan, bahwa dalam arti
ilmu alam yang sebenarnya, individu itu hanya satu, yaitu seluruh
kehidupan yang luas yang meliputi ruang dan waktu; dan dalam arti psikis
baginya "individu" itu, terlebih lagi dalam arti biologis, merupakan suatu
paham yang sangat relatif dan gradual.

Dalam arti yang asli, kata "individu" yang diturunkan dari kata
Latin, "individuum" itu berarti: yang tak terbagi. Jadi, sama halnya dengan
perkataan "atom" yang berasal dari bahasa Yunani dan mempunyai arti
demikian juga, maka kata "individu" tadi merupakan suatu sebutan yang
dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Bagi ahli-ahli ilmu alam sekarang, atom itu bukan lagi bagian
benda yang terkecil yang tak dapat dibagi, seperti anggapan para
penyelidik dahulu. Meskipun demikian, mereka tetap bekerja dengan
paham "atom" itu, dan pemecahan atom yang dulu dianggap tak terbagi
itu, bagi mereka tidak mengandung pengertian yang bertentangan lagi
(Lysen, 1984: 8-9).

Sama halnya dengan paham "individu" dalam ilmu-ilmu sosial,


penyelidikan-penyelidikannya jarang atau tidak pernah mengenai manusia
dalam keseluruhannya, yang terdiri atas daging dan darah itu, dan

3
tambahan pula mempunyai kehidupan jiwa yang sangat majemuk. Hanya
beberapa unsur dari manusia, terutama tabiatnya, yang memegang peranan
dalam pergaulan hidup manusia. Karena itu, perlu diperhatikan bahwa
etika individual dan etika sosial tidak bisa dipisahkan satu sama lain
dengan tajam, karena kewajiban terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan.

Menurut Bouman (1980:15), salah satu kekhilafan yang sangat


umum ialah anggapan, bahwa manusia "menurut kodratnya" adalah egois
dan bahwa ia mempunyai kebebasan yang sangat luas. Tiap orang
mengenal "aku"-nya sendiri, tetapi sedikit orang yang menginsafi, betapa
erat "aku" ini tergantung kepada "kita". Manusia baru menjadi manusia,
karena hidup bersama dengan manusia yang lain. Juga pada waktu ia
menyangka, bahwa ia menentang sekelilingnya sampai pada dasar
jiwanya.

Dalam bukunya Psichology of Adjustment and


Humanrelationships, Calhoun dan Acocella (1990:312-313) menjelaskan
secara rinci soal pengaruh-mempengaruhi ini. Dikatakan, "... Anda
mempengaruhi diri sendiri dari dalam ketika anda sedang dipengaruhi dari
luar. Anda memilih tekanan sosial diri anda sendiri. Konsekuensinya,
meskipun kekuatan pengaruh sosial besar sekali, anda dapat memperoleh
kebebasan pada tingkat tertentu." Pengaruh sosial pada dasarnya terjadi
sewaktu kita berpikir atau bertindak sebagai tanggapan terhadap tindakan
sebelumnya dari orang lain. Bagaimana penyesuaian diri kita dipengaruhi
oleh proses pengaruh sosial langsung yang sangat kuat: peneladanan,
pencocokan, dan pembujukan. Satu kemungkinan jawabannya ialah bahwa
pengaruh ini merupakan ancaman terhadap penyesuaian yang baik
tersebut; pengaruh itu menyusup ke dalam prinsip kita dan merusak
kejujuran dan kemandirian kita (Ibid: 310).

Sikap ini sangat tunduk terhadap pengaruh sosial. Sikap


merupakan sekumpulan keyakinan dan perasaan yang melihat mengenai
objek tertentu, serta kecenderungan untuk bertindak terhadap objek

4
tersebut dengan suatu cara tertentu. Sikap memungkinkan memiliki tiga
fungsi penting dalam kehidupan sosial: mengorganisasikan pengalaman
kita , menegaskan keinginan kita terhadap persetujuan orang lain, dan
melindungi harga diri kita. Sikap datang dari pengalaman pribadi,
pemindahan emosi yang menyakitkan, serta pengaruh sosial, orang tua,
teman sebaya, dan media massa merupakan sumber penting dari pengaruh
dalam pembentukan sikap. Ada tiga proses utama di mana orang bisa
dipengaruhi adalah sebagai berikut.

1. Pengambilan Model

Meliputi mempelajari perilaku baru melalui jalan meniru orang


lain. Peneladanan adalah bentuk belajar yang agak khusus karena tidak
bergantung kepada penguatan eksternal. Semakin kuat orang itu, dan
semakin memberi penghargaan serta semakin mirip orang itu dengan si
pengamat, maka semakin mungkin dia dipilih sebagai teladan bagi si
pengamat. Seperti alasan beberapa ahli teori, jika perilaku dapat
menimbulkan sikap, maka kita bisa menganggap bahwa sewaktu kita
mempelajari perilaku baru termasuk peneladanan, sikap yang baru
akan menyusul.

2. Pencocokan.

Mencocokkan berarti mengubah keyakinan atau perilaku


sesorang supaya sama dengan keyakinan dan perilaku kelompok.
Dalam istilah sosiologi, kelompok merupakan kumpulan individu yang
mempunyai tujuan yang sama, bertindak sesuai dengan peran masing-
masing satu sama lain, dan berinteraksi sesuai norma bersama.
Penelitian Solomon Asch, seperti dikutip Calhoun dan Acocella,
menunjukkan kekuatan kecenderungan kita untuk melakukan
pencocokan. Teori perbandingan sosial dari Festinger menyatakan
bahwa pencocokan tersebut mungkin merupakan sebagian dari akibat
kebutuhan orang untuk menegaskan pendapat mereka dengan
membandingkannya dengan pendapat orang lain. Pencocokan dapat

5
pula dikatakan konsekuensi dari kebergantungan kita kepada orang
lain. Ciri-ciri tertentu dari kelompok, masalah yang harus diputuskan,
dan individu membantu kemungkinan terjadinya pencocokan.

3. Pembujukan

Penggunaan pengaruh yang disengaja melalui penyampaian


informasi, merupakan proses ketiga dari pengaruh sosial. Ciri-ciri
tertentu komunikator, pesan, dan komunikan adalah penting dalam
menentukan efektivitas pembujukan. Bentuk khusus dari pembujukan
disebut propaganda, yang meliputi penggunaan informasi yang tidak
benar untuk maksud kepentingan diri sendiri. Perbedaan antara
propaganda dan pembujukan biasa, tidak jelas batasnya. Propaganda
bersifat manipulatif, tetapi pembujukan, juga demikian dalam tingkat
tertentu.

Penyesuaian diri dengan jelas dipengaruhi oleh kekuatan proses


pengaruh langsung yang kuat. Kita tidak dapat dan tidak akan mencoba
menghindari proses tersebut seluruhnya, namun kita tidak boleh
membiarkan diri kita dikendalikan tanpa daya oleh proses itu. Reaksi balik
psikologis, penarikan kita kembali dari pengaruh yang mengancam
kebebasan kita, memilih, dapat berfungsi sebagai tanda bahwa pengaruh
sedang mendesak kita. Kita akan memberikan tanggapan terhadap tanda
ini dengan melakukan pendekatan aktif terhadap pengaruh yaitu,
mempertimbangkan dan kemudian memilih atau menolak pengaruh itu.

Etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena harus selalu mengaitkan hal ini kepada konsep diri. Misalnya
Konsepsi Med mengenai diri mengacu dalam arti sepenuhnya, pada saling
ketergantungan antara individu dengan masyarakat. Ia menempatkan diri
di dalam masyarakat. Diri muncul dari interaksi dengan orang lain di
dalam masyarakat. (Karp dan Yoels, dalam Sunarto, Kamanto, ed.,
1985:113).

6
Oleh karena itu, etika individual ini menyangkut kewajiban dan
sikap manusia terhadap dirinya sendiri, Etika individual adalah etika yang
menyangkut eksistensi manusia secara pribadi atau manusia inperson.
Etika ini mengharapkan tatanan etika dalam kaitan manusia mandiri.

B. Etika Sosial

Pada dasarnya etika sosial membicarakan tentang kewajiban


manusia sebagai anggota umat manusia. Etika sosial menyangkut
hubungan manusia dengan manusia, baik secara langsung maupun dalam
bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap
pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung
jawab manusia terhadap lingkungan hidup (Magnis-Suseno, dkk, 1981:8).

Menurut Zubair (1990:105) ada dua masalah yang timbul dalam


etika. Pertama, tujuan etika itu memberitahukan bagaimana kita dapat
menolong manusia dalam kebutuhannya yang riil dengan cara yang susila
dapat dipertanggungjawabkan. Guna mencapai tujuan ini, seorang etikus
sosial tidak hanya harus tahu norma-norma susila yang berlaku, melainkan
ia harus tahu pula kebutuhan tersebut tadi, dan sebab-sebab timbulnya
kebutuhan itu. Masalah kedua, dalam etika sosial lebih mudah timbul
beragam pandangan dibandingkan etika individual. Norma-norma harus
selalu diterapkan pada keadaan yang konkret, setiap norma menjelmakan
kewajiban. Kewajiban yang paling umum itu melakukan kebaikan.

Dalam kenyataan terbukti bahwa tidak hanya ada satu kewajiban,


melainkan berbagai kewajiban. Sebabnya, di dunia ini tidak hanya satu,
tetapi ada beragam norma. Wajib yang beragam itu tidak terlepas satu
sama lain, tetapi bersatu dan berkaitan dan membentuk sistem hirarki
norma. Inilah yang dicoba untuk memecahkan persoalan apabila ada

7
benturan norma atau benturan kewajiban. Pengetahuan dan kesadaran
terhadap hirarki mana yang lebih tinggi sangat diperlukan dalam rangka
ini. Dalam kehidupannya, secara pribadi dan sosial, manusia memerlukan
sejumlah tujuan yang nonmaterial. Setiap sistem kemasyarakatan
memerlukan sejumlah tujuan yang jamak di antara para individunya, yang
tanpa itu kehidupan sosial, dalam pengertian yang sebenarnya, tidak akan
mungkin. Karena, kehidupan sosial berarti kerjasama dan usaha mencapai
tujuan-tujuan bersama, baik material maupun spiritual.

Tujuan bersama dari sebagian manusia mungkin adalah material,


seperti perusahaan-perusahaan dagang dan industri, yang dibentuk oleh
sejumlah orang yang menyediakan modal, dan yang lainnya menyediakan
tenaga kerja. Namun, menurut Mutahhari (1987:66), masyarakat manusia
tidak dapat dikelola seperti sebuah perusahaan, karena basisnya sangat
berbeda dengan perusahaan dagang. Sementara orang lain seperti Bertrand
Russell, dalam pandangan Mutahhari, menganggap basis etika sosial
hanyalah suatu kepentingan individual. Mereka memandang etika sosial
sebagai semacam kontrak antar-individu, yang mereka junjung tinggi
sebagai alat yang paling baik untuk melindungi kepentingan mereka.

Russell percaya bahwa basis etika sosial adalah penghormatan


terhadap hak-hak individual. Kita, ujar Mutahhari, dapat mengatakan
bahwa perampok pun mempunyai hubungan semacam itu, ketika
bersepakat untuk merampok dan memaksakan suatu jenis keadilan di
antara sesama mereka, karena mereka tidak dapat bertindak sendiri-
sendiri. Itulah filsafatnya. Motonya humanitarian, cinta kasih kepada
sesama makhluk. Tetapi filsafatnya berlawanan dengan itu. Dengan
memandang kepentingan diri sendiri sebagai basis etika sosial, kita akan
menganggap seorang individu terpaksa bekerja sama dengan orang-orang
lain, karena ia takut akan reaksi orang lain itu, apabila mereka mempunyai
kekuasaan dan kekuatan yang serupa. Tetapi, apabila seseorang mencapai
suatu tahap di mana ia yakin bahwa orang-orang lain terlalu lemah untuk

8
dapat menyakitinya, maka tidak akan ada perlunya memenuhi prinsip-
prinsip moral itu. Demikian kata Murthada Mutahhari.

Selanjutnya, pembahasan mengenai etika sosial ini dibatasi pada


bidang-bidang menurut Magnis-Suseno, dkk (1991:8), yang sekarang ini
paling aktual. Bidang-bidang yang dimaksud adalah meliputi sikap
terhadap sesama, etika keluarga, etika profesi, etika politik, etika
lingkungan hidup, dan kritik ideologi-ideologi. Pembahasan keenam
bidang tersebut berikut ini hanyalah sebagai pengenalan singkat, yang
untuk selanjutnya diperlukan pembahasan tersendiri secara lebih
komprehensif.

Tujuan dan fungsi etika sosial pada dasarnya untuk menggugah


kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia dalam kehidupan
bersama dalam segala dimensinya. Etika sosial mengajak untuk tidak
hanya melihat segala sesuau dan bertindak dalam kerangka kepentingan
saja, yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

C. Ruang Lingkup Etika Sosial

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik


secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritis terhadpa pandangan-pandangana dunia dan ideologi-
ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan
hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika
sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan
pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :

1. Etika  Keluarga

Etika keluarga adalah sikap atau perilaku yang baik dalam


hubungan keluarga baik antara suami dengan istri maupun anak
dengan orang tua atau sebaliknya.

9
a. Etika suami istri

Hak-hak ini, sebagian sama di antara suami-istri dan


sebagiannya tidak sama. Hak-hak yang sama di antara suarni-istri
adalah sebagian berikut:

1) Masing-masing suami-istri harus bersikap amanah terhadap


pasangannya, dan tidak mengkhianatinya sedikit atau banyak,
karena suami istri adalah laksana dua mitra di mana pada
keduanya harus ada sifat amanah, saling menasihati, jujur, dan
ikhlas dalam semua urusan pribadi keduanya, dan urusan umum
keduanya.

2) Masing-masing suami-istri harus memberikan cinta kasih yang


tulus kepada pasangannya sepanjang hidupnya

3) Masing-masing suami-istri harus mempercayai pasangannya,


dan tidak boleh meragukan kejujurannya, nasihatnya, dan
keikhlasannya.

Adapun hak-hak khusus, dan etika-etika yang harus


dikerjakan masing-masing suami-istri terhadap pasangannya adalah
sebagai berikut:

Hak-hak Istri atas Suami

Terhadap istrinya, seorang suami harus menjalankan etika-


etika berikut ini:

1) Memperlakukannya dengan baik.  Artinya Ia memberi istrinya


makan jika ia makan, memberinya pakaian jika ia berpakaian,
dan mendidiknya jika ia khawatir istrinya membangkang
dengan menasihatinya tanpa mencaci-maki atau menjelek-
jelekkannya.

10
2) Memberikan perlindungan yang memadai kepadanya dengan
tidak mengizinkannya merusak akhlak atau agamanya, dan
tidak membuka kesempatan baginya untuk menjadi wanita
fasik terhadap perintah Tuhan.

3) Tidak membuka rahasia istrinya dan, sebab ia orang yang


diberi kepercayaan terhadapnya, dituntut menjaga, dan
melindunginya.

b. Etika anak terhadap orang tua

Seorang anak harus menghormati orang tua, berbakti


kepada orang tua dan taat pada orang tua. Karna orang tua kita
telah melahirkan, membesarkan kita dari kecil hngga dewasa yang
penuh kasih saying.  Bahkan orang tua kita sudah memberikan
segala-galanya tanpa pamrih kepada ank-anaknya tanpa
mengharapkan imbalan dari anaknya.  Orang tua menyayangi
anaknya melebihi dirinya. 

            Kewajiban seorang anak hanya membalasnya dengan


tingkah dan sikap anak yang baik terhadap orang tua,
membahagiakan atau membanggakan orang tua melalui prestasi
dan keberhasilan anak.  Orang tua bukan berarti hanya kedua orang
tua yang melahirkan kita. Tetapi orang tua yang dimaksud disini
adalah orang yang lebih tua dari kita haruslah bersikap baik
dengannya.  Selain kewajiban anak terhadap orang tua, anak juga
mempunyai hak terhadap orang tua, yaitu: mendapatkan kasih
sayang, perhatian, bimbingan dan kehidupan yang layak.

2. Etika pendidikan

11
Etika Pendidikan adalah sikap atau tingkah laku untuk
mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk
perubahan perilaku, karena itu pendidikan selalu melibatkan dimensi
social.

1) Etika dosen

Etika Dosen bertujuan untuk:

a. Membentuk citra dosen yang dapat dijadikan teladan dalam


memasuki lingkungan masyarakat modern dan profesional.

b. Membentuk citra dosen sebagai figur yang memiliki integritas


intelektual dan terbuka terhadap perubahan.

c. Membentuk citra dunia civitas akademika yang peduli terhadap


lingkungan, kesehatan, dan waktu.

d. Membuat citra profesional dalam penyelenggaraan pendidikan.

Aturan Tentang Etika:

a) Busana

a. Pakaian dosen sopan dan disesuaikan dengan peran dan


lingkungan.
b. Pakaian dosen di kantor dan di kelas/ruang kuliah adalah
pakaian formal.
c. Pakaian dosen di luar kelas, dalam peran sebagai utusan
fakultas/universitas untuk menghadiri undangan resmi
adalah pakaian formal dan disesuaikan dengan
syarat/permintaan pengundang.
d. Pakaian dosen untuk acara yudisium sarjana adalah pakaian
bebas rapi.

12
b) Waktu

a. Dosen melakukan tatap muka dikelas setiap kali pertemuan


sesuai dengan jadwal perkuliahan.
b. Dosen memulai dan mengakhiri tatap muka di kelas tepat
waktu.
c. Dosen memenuhi komitmen waktu yang telah dijanjikan
kepada mahasiswa baik dalam memberikan layanan di luar
acara tatap muka di kelas maupun dalam bimbingan skripsi
dan bimbingan akademik.
d. Dosen memenuhi jam kerja yang telah ditentukan.

c) Interaksi

a. Dosen terbuka untuk menerima pernyataan dari mahasiswa


mengenai pelajaran yang diasuhnya dan siap membantu
mahasiswa yang mengajukan pertanyaan di kelas maupun di
tempat lain.
b. Dosen terbuka dan berani menerima perbedaan pendapat
yang menyangkut ilmu pengetahuan dengan mahasiswa
mengingat ilmu pengetahuan senantiasa berubah dan
berkembang.
c. Dosen memiliki integritas dan dedikasi tinggi dalam
mengevaluasi hasil ujian dan bentuk penugasan lain dalam
memenuhi komitmen yang telah disusun dalam silabus.
d. Dosen Pembimbing Akademik wajib memberikan
bimbingan kepada mahasiswa bimbingan.
e. Dosen senantiasa berusaha meningkatkan mutu dunia
akademis melalui proses belajar mengajar, penelitian dan
kepedulian sosial dalam bentuk pengabdian kepada
masyarakat.

13
f. Dosen bebas menyampaikan pendapat sesuai dengan
kebebasan akademik dan mimbar akademik.

d) Lingkungan

a. Dosen memiliki kepedulian terhadap kebersihan dan


kesehatan lingkungan.
b. Dosen tidak merokok dalam ruangan kelas dan ruangan
ikantor di lingkungan Fakultas/Kampus.
c. Dosen menggunakan telpon fakultas, dosen berbicara
seperlunya, dan menggunakan air, listrik sehemat mungkin.

2) Etika pegawai administrasi

Etika Pegawai Administrasi bertujuan:

a. Membentuk citra pegawai yang dapat dijadikan teladan dalam


memasuki lingkungan masyarakat modern dan profesional.
b. Membentuk citra lingkungan civitas akademika yang peduli
terhadap lingkungan, kesehatan dan waktu.
c. Membentuk citra profesional dalam penyelenggaraan
pendidikan.

Butir-Butir Aturan tentang Etika:

1. Busana

a. Pakaian pegawai sopan dan disesuaikan dengan peran dan


lingkungan.
b. Pakaian pegawai kantor adalah pakaian formal.
c. Pakaian pegawai di luar kantor dalam peran sebagai utusan
fakultas untuk menghadiri undangan resmi adalah pakaian

14
formal (PSH) atau disesuaikan dengan syarat/permintaan
pengundang.

2. Waktu

a. Pegawai mempunyai komitmen tinggi terhadap waktu


b. Pegawai masuk dan pulang kerja tepat sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
c. Pegawai memenuhi komitmen waktu yang telah dijanjikan
dan memberikan layanan kepada pengguna jasa fakultas.
d. Pegawai memberitahukan sebelumnya untuk pembatalan
komitmen waktu yang telah dijanjikan dalam memberikan
layanan kepada mahasiswa.
e. Pegawai senantiasa berusaha meningkatkan mutu pelayanan
jasanya sebagai perwujudan tanggungjawabnya.

3. Lingkungan

a. Pegawai memilik kepedulian terhadap kebersihan dan


kesehatan lingkungan.
b. Pegawai tidak merokok dalam ruangan kelas dan ruangan
kantor di lingkungan fakultas/kampus.
c. Dalam menggunakan telpon fakultas, pegawai berbicara
seperlunya, dan menggunakan air, listrik sehemat mungkin.

3) Etika mahasiswa

Etika Mahasiswa bertujuan:

a. Membentuk citra mahasiswa sebagai manusia yang unggul


secara intelektual.

15
b. Membentuk citra mahasiswa sebagai figur yang memiliki
integritas intelektual, profesional, dan terbuka terhadap
perubahan.
c. Membentuk citra mahasiswa yang santun, peduli terhadap
lingkungan kesehatan dan waktu.

Butir-Butir Aturan tentang Etika

1. Busana

a. Pakaian mahasiwa harus sopan dan disesuaikan dengan


peran dan lingkungan.
b. Mahasiswa di kampus dalam proses belajar mengajar
(kuliah, laboratorium, di perpustakaan, ujian, konsultasi
dengan dosen pembimbing dan kegiatan akademilainnya),
dilarang memakai t-shirt tanpa leher, celana pendek, celana
panjang robek, sandal atau tanpa alas kaki.
c. Pakaian mahasiswa di kampus untuk acara di luar proses
belajar mengajar disesuaikan dengan persyaratan yang
umum dalam acara tersebut.
d. Pakaian mahasiswa di luar kampus dalam peran sebagai
utusan Fakultas untuk menghadiri undangan resmi adalah
jaket almamater dengan rok yang sopan (bagi wanita) atau
celana panjang (bagi pria) dan bersepatu serta disesuaikan
dengan syarat/permintaan pengundang.
e. Pakaian mahasiswa untuk ujian skripsi dan yudisium adalah
: kemeja putih lengan panjang, celana panjang hitam (pria),
rok hitam (wanita), dasi hitam (pria), dan dasi kupu-kupu
hitam (wanita).
f. Pakaian mahasiswa untuk menghadiri upacara nasional
adalah jaket almamater dengan rok yang sopan (bagi
wanita) atau celana panjang (bagi pria).

16
3. Waktu

a. Mahasiswa mempunyai komitmen tinggi terhadap waktu.pn


kepada dosen, baik dalam konsultasi dengan dosen di luar
acara tatap muka di kelas maupun dalam proses bimbingan
skripsi dan bimbingan akademik.
b. Mahasiswa menghargai dosen atau mahasiswa lain dengan
memberitahukan sebelumnya untuk pembatalan komitmen
waktu yang telah dijanjikan sebelumnya.

4. Interaksi

a. Mahasiswa berani mengemukakan pendapat dan siap


menerima pendapat orang lain dalam proses belajar
mengajar.
b. AMahasiswa mempunyai tanggungjawab untuk
mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan dosen dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan silabus.
c. Mahasiswa tidak menggunakan telephone genggam (HP)
pada waktu mengikuti kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan resmi lainnya.

4. Lingkungan

a. Mahasiswa memiliki kepedulian terhadap kebersihan


kesehatan lingkungan.
b. Mahasiswa tidak merokok dalam ruangan kelas dan
ruangan kantor di lingkungan fakultas/kampus.
c. Dalam menggunakan telpon fakultas, mahasiswa berbicara
seperlunya, dan menggunakan air, listrik sehemat mungkin.

17
3. Etika bisnis

Etika bisnis adalah Suatu sikap yang baik yang harus dilaksanakan
dalam hubungan bisnis/jalannya bisnis atau dapat juga dikatakan suatu
aturan yang harus dijalankan dalam pebisnis atau praktisi bisnis yang
melakukan kegiatan bisnis pada jalan yang benar di dunia bisnis sesuai
dengan aturan yang berlaku.

Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan


agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis
sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-
pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk
memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan
keuntungan dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan
suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua
belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan
dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa
puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya
akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.

Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang
benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun
produsen.

Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran


agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan
hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang
mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji
dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam
berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan
yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari

18
diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya
dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk


melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu yang
merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu
kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan
etika yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan
serasi.

Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat


akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu
tindakan yang terpuji yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang
yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait
lainnya.

Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara


pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional
bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika
dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua
pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain
agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara
pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau
ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika
moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi
tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan
suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara
satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global
yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun
dalam perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan, antara lain ialah

19
a. Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait
mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan
keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan
menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan
pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun
keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat
sekitarnya.
b. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan
masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-
ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan
teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan
untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan
tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
d. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan
yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga
dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan
spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang
seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"

20
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan
hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana
dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku
bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan
saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan
lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang
merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
f. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi
dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti
ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan
korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama
bangsa dan negara.
g. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk
menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa
dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta
melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan
"komisi" kepada pihak yang terkait.
h. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha
kuat dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus
ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan
golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu
berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar
dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara
pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan
kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan
berkiprah dalam dunia bisnis.

21
i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan
dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan
konsisten dengan etika tersebut.
j. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa
yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua
memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
k. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu
hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis
tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan
tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini
sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi
dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi
ini.

4. Etika lingkungan 

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi


selanjutnya dibedakan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan
etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi
sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian
adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam
untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan
dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk
kepentingan semua mahluk.

Yang dimaksud Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap


lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai
keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur
mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki

22
prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan
dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga
diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah
bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan
memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas
disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan
tumbuhan serta alam.

Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap


lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk
kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi
dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan
humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti
dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli
lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Etika Ekologi Dangkal

Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris


yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal
yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua
tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka
etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara
khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang
mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada
perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi
penerus manusia.

Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan


sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :

a. Manusia terpisah dari alam,

23
b. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak
menekankan tanggung jawab manusia.
c. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya
d. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan
manusia
e. Norma utama adalah untung rugi.
f. Mengutamakan rencana jangka pendek.
g. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk
khususnya dinegara miskin
h. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Etika Ekologi Dalam

Bagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang


kehidupan. Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan
dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkungan
ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan
pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam
itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia
dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara
alam demi kepentingan bersama.

5. Etika kedokteran

Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan


prinsip moral kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama
pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam
membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan lebih
banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu
(clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan
menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-

24
hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat
mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang
diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam
pendidikan.

6. Etika jurnalistik

Etika jurnalistik adalah standar aturan perilaku dan moral, yang


mengikat para jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya.Etika
jurnalistik ini penting. Pentingnya bukan hanya untuk memelihara dan
menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis bersangkutan, tetapi juga
untuk melindungi atau menghindarkan khalayak masyarakat dari
kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku
keliru dari si jurnalis bersangkutan. Selain organisasi profesi, institusi
media tempat si jurnalis itu bekerja juga bisa merumuskan Kode Etik
dan aturan perilaku (Code of Conduct) bagi para jurnalisnya.

Di Indonesia atau pun di berbagai negara lain, isi Kode Etik pada
umumnya bersifat universal dan tak banyak berbeda. Tentu saja tidak
akan ada Kode Etik yang membolehkan jurnalis menulis berita bohong
atau tak sesuai dengan fakta, misalnya. Variasi kecil yang ada mungkin
saja disebabkan perbedaan latar belakang budaya negara-negara
bersangkutan. Untuk gambaran yang lebih jelas, sebagai contoh di sini
disajikan Kode Etik AJI.

7. Etika seksual

Disiplin Seks Kebutuhan untuk memperluas dan mengkondisikan


instink dan dorongan nafsu alami individu dengan cara yang lunak
adalah kebutuhan yang pokok. Akan tetapi harus ada cara yang sehat,

25
yang bnar secara moral dan agama, yang tidak membuat makin banyak
ketimpangan dan menimbulkan masalah sesudahnya.

8. Etika politik

Secara subtantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan


dengan subyek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu
etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk
kepada manusia sebagai subyek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainya, karena yang
dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun
dalam hubunganya dengan masyarakat bangsa maupun negara, Etika
politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan
senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang
beradab dan berbudaya. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa
masyarakat, bangsa maupun negara bisa berkembang kearah keadaan
yang tidak baik dalam arti moral. Aktualisasi etika politik harus
senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia
sebagai manusia, Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-
pokok etika politik seperti :

1. Perpisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan negra (John


Locke)
2. Kebebasan berfikir dan beragama (Locke)
3. Pembagian kekuasaan (Locke, Montesque)
4. Kedaulatan rakyat (Roesseau)
5. Negara hukum demokratis/repulikan (Kant)
6. Hak-hak asasi manusia (Locke, dsb)
7. Keadilan social

26
27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika individual menyangkut pada kewajiban dan sikap manusia


terhadap dirinya sendiri, Etika individual adalah etika yang menyangkut
eksistensi manusia secara pribadi atau manusia inperson. Etika ini
mengharapkan tatanan etika dalam kaitan manusia mandiri.
Etika sosial menyangkut pada kewajiban, sikap, dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia. Etika sosial menyangkut
perhubungan sosial manusia satu dengan yang lainnya dalam suatu komunitas
kelompok dan kelembagaan (keluarga,masyarakat, hingga struktur organisasi
masyarakat modern, yiatu negara) secara bersama atau manusia in communal.
Ia mengajak manusia tidak hanya dalam karakteristik kpeentingan
perseorangan tetapi juga kepentinga bersama, yaitu terciptanya kebahagiaan
dan kesejahteraan umum, sekaligus lebih menggugah manusia seagai
makhluk sosial akan adanya tanggung jawab moral dalam kehidupan manusia
secara bersama dalam segala dimensinya.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara),
sikap kritis terhadpa pandangan-pandangana dunia dan ideologi-ideologi
maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Ruaang
lingkup etika sosial meliputi etika keluarga, pendidikan, bisnis, lingkungan,
kedokteran, jurnalistik, seksual dan politik.

B. Saran

Etika adalah sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan di samping


agama. Oleh karena itu diharapkan setelah mempelajari etika dapat
membentuk etika yang baik dalam diri seseorang baik itu selaku mahasiswa
dan masyarakat.
Dalam pergaulan sehari-hari di kita dituntut memiliki etika yang baik
agar dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis dengan orang lain

28
yang memiliki adat, budaya, suku, ras, agama dan keyakinan yang berbeda
dengan kita.

29
DAFTAR PUSTAKA

30

Anda mungkin juga menyukai