PENGERTIAN ETIKA
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Etika sebagai ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat, yang
dapat memahami apa yang baik dan yang buruk. Arti susila dalam etika dimaksudkan
kelakuan atau perbuatan seseorang bernilai baik, sopan menurut norma-
norma yang
dianggap baik
2.1.1 ETIKA MENURUT PARA AHLI
A. BROOKS (2007)
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan
akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan permasalahan di dunia
nyata Kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan,
1988
mengutip
dari
Bertens
2000),
mempunyai
arti
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2.
Kumpulan
asas
atau
nilai
yang
berkenaan
dengan
akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.
B. MARTIN (1993)
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai the discipline which can act as
the
performance
index
or
reference
for
our
control
system.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial(profesi) itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat built-in mechanism berupa kode etik
profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi,
dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-
gunaan
keahlian
(Wignjosoebroto,
1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri
para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat
mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya
C. K. Bertens,
Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994 Penerbit Gramedia Jakarta,
selain ada persamaannya, ada empat perbedaan antara etika dan etiket yaitu secara umumnya
sebagai berikut:
1. Etika adalah niat. Apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan
cara,
untuk
melakukan
perbuatan
benar
sesuai
dengan
yang
diharapkan.
2. Etika adalah nurani (bathiniah). Bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah),
tampak
dari
sikap
luarnya
penuh
dengan
sopan
santun
dan
kebaikan.
Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan
baik
mendapat
pujian
dan
yang
salah
harus
mendapat
sanksi.
3. Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan
daerah tertentu, tetapi belum tentu di daerah lainnya. Etika berlakunya tidak
tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya berlaku,
jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka etiket itu tidak
berlaku.
MACAM-MACAM ETIKA
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsipprinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. ETIKA KHUSUS,
merupakan
penerapan
prinsip-prinsip
moral dasar
dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan,
yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori
serta
prinsip
moral
dasar
yang
ada
dibaliknya.
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b.
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota
umat manusia.
Pengertian Etiket
Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur
hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. Etiket adalah perilaku
yang dianggap pas, cocok, sopan, dan terhormat dari seseorang yang bersifat pribadi seperti
gaya makan, gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya berjalan, gaya duduk, dan gaya tidur.
Namun, karena etiket seseorang menghubungkannya dengan pihak lain, maka etiket menjadi
peraturan sopan santun dalam pergaulan dan hidup bermasyarakat.
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan, kebisaaan, adat-istiadat, atau cara-cara tertentu
yang dianut oleh sekelompok masyarakat dalam melakukan sesuatu. Contohnya sebuah etiket
adalah memberi dengan tangan kanan. Sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu
perbuatan boleh dikatakan ya atau tidak hal yang prinsip dan universal adalah memberi
yang merupakan norma tentang perbuatan itu sendiri. Berbeda dengan etiket dalam memberi,
dalam etika mencuri merupakan sesuatu yang tidak etis, tidak perduli pakai tangan kanan atau
tangan kiri.
Ciri-ciri Etiket
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan, kebisaaan, adat-istiadat, atau cara-cara
tertentu yang dianut oleh sekelompok masyarakat dalam melakukan sesuatu. Contohnya
sebuah etiket adalah memberi dengan tangan kanan.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Maksudnya, jika tidak ada saksi atau
orang maka peraturan (kebisaaan) tidak berlaku. Contohnya adalah ketika seseorang menaruh
kakinya di atas meja sementara ia duduk di atas kursi dan orang lain sama-sama duduk
dengannya, maka hal ini menjadi suatu perbuatan yang tidak beretiket. Namun, tindakan
seperti itu tidak menjadi persoalan ketika tidak ada yang melihatnya atau ketika ia hanya
duduk sendirian.
Etiket bersifat sangat relatif. Tidak sopan pada suatu kelompok masyarakat
tertentu, bisa jadi tidak menjadi masalah pada kelompok masyarakat lain. Mendahak pada
waktu makan merupakan pelanggaran terhadap etiket yang bersifat relatif, sementara
membunuh atau mencuri merupakan pelanggaran terhadap etika yang bersifat absolut. Itulah
sebabnya, di mana pun dan kapan pun membunuh dan mencuri merupakan hal yang
dipersalahkan. Etiket lebih berhubungan dan melihat hal-hal yang bersifat lahiriah atau
penampilan fisik,
Etiket juga berhubungan sangat erat dengan sopan santun (kedudukan keduanya
dapat berganti tempat). Oleh sebab itu, Sopan santun hanya menekankan penyesuaian lahiriah
kepada norma-norma. Sopan santun juga bertujuan memperlancar atau mengharmoniskan
pergaulan sosial di antara manusia. Sopan santun cenderung mengaburkan soal yang penting
dan tidak penting. Ada kalanya sopan santun mengutamakan yang kurang penting. Misalnya,
menjabat tangan seseorang yang kita sudah kenal atau akan kita kenal pada saat berjumpa,
atau mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang memberikan sesuatu.
Prinsip Etiket
1.
RESPECT (Rasa hormat), dalam etiket kita harus mempunyai sikap respect yaitu rasa
hormat, menghargai, peduli, dan dapat memahami orang lain. Jadi sikap respect sangat
penting sehingga apabila kita bersikap respect kepada orang lain, maka orang lain pun akan
respect kepada kita.
2.
Empati, adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antar manusia. Mampu merasakan
kondisi emosional orang lain. Empati dapat mengontrol sikap, perilaku, dan perkataan kita.
Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan kesenangan orang lain, juga turut
berduka dengan kesusahan orang lain. Dengan bersikap empati kita bisa menjadi lebih
bijaksana bersikap dan beretiket dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Jujur. Kunci sukses dalam menjalin sebuah hubungan yang baik adalah bdengan bersikap
jujur. Dengan berkata jujur, kita akan menjadi pribadi yang apa adanya tanpa perlu ada yang
ditutup-tutupi.
4.. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa
juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai manusia berbulu ayam, dari
luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan. Etika memandang manusia dari
segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis
pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
PENGERTIAN MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama
yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka secara
etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata moral sama dengan
kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan
yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral
dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak
baik. Ada Juga yang mengartikan bahwa Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata
jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral
diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Istilah moral senantiasa
mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan
tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan
betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu perbuatan,
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah
sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Korelasi Etika, Etiket dan Moral
Ketika kita mendengar kata etika maka langsung ikut bermunculan kata-kata lain seperti
etiket, etik, moral serta tentu saja akhlak bahkan agama, tetapi sedikit diantara kita yang
mengerti dan mengetahui akan arti, perbedaan, serta hubungan diantara kata-kata tersebut.
Melalui tulisan ini saya ingin sedikit memperjelas hubungan diantara etik, etika, etiket dan
moral. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan pada pengambilan keputusan
baik itu dalam skala pribadi maupun organisasi. Ketika kita mengambil sebuah keputusan
yang bersangkutan dengan orang lain maka diperlukan suatu hal untuk mengarahkan kita
pada keputusan yang dianggap baik dan tepat, dan disanalah kita bertemu dengan kata etika
dan etik dan etiket. Etika merupakan ilmu yang berkenaan tentang karakteristik moral,
termasuk juga di dalamnya pilihan moral yang dibuat oleh tiap orang dalam hubungannya
dengan orang lain, dan etik merupakan nilai mengenai moral yang dianut oleh suatu
masyarakat. Kedua kata ini bersifat umum dan tidak spesifik. Sedangkan ketika kita
berbicara mengenai penuntun tata cara berprilaku yang spesifik dalam suatu kebudayaan
tertentu antar individu dengan individu lainnya maupun dengan suatu kelompok tertentu,
maka kita berbicara mengenai etiket. Sebagai contoh, etika mengajarkan kita untuk
senantiasa sopan ketika betemu dengan orang lain, sedangkan panduan etiket budaya barat
adalah bersalaman tangan sambil menempelkan pipi ketika bertemu dengan orang lain yang
tidak dapat diterapkan di timur karena tidak sesuai dengan budaya timur. Seperti telah
dibahas sebelumnya ketiga kata tersebut bersumber pada moral yang merupakan suatu
tuntuan kepatutan dan kepantasan tata nilai baik-buruk atau benar-salah universal yang
tidak/belum terlembaga secara formal. Termasuk di dalam moral adalah kewajiban, hak serta
sanksi sosial yang bersifat tidak mengikat, berlawanan dengan sumber panutan lainnya
seperti hukum yang sudah terlembaga dan sifatnya mengikat
bekal dasar yang harus dimiliki oleh seorang individu saat berada di
dalam suatu lingkungan, selain itu hal ini pun menjadi sangat penting
karena menyangkut kehidupan bangsa dan warga negara.
Saya memutuskan untuk membahas mengenai etika organisasi
pemerintah karena ini merupakan cikal bakal terciptanya suatu sistem
pemerintahan yang sukses dan tidak melenceng dari jalur norma-norma
yang ada.
Alasan lain kami memilih bahasan ini ialah munculnya kasus-kasus yang
berkaitan dengan melencengnya perilaku yang seharusnya dimiliki oleh
seorang individu yang berada dalam suatu organisasi, khususnya
organisasi pemerintah. Sehingga mengakibatkan lunturnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah atu sistem kepemerintahan pada
umumnya.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam cara berperilaku yang baik dalam suatu
organisasi, khususnya organisasi pemerintah.
2. Agar para individu di dalam kepemerintahan dapat mengaplikasikan
etika organisasi pemerintah yang seharusnya.
3. Memberikan masukan atau solusi bagi masalah yang tengah terjadi
dan kami angkat dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI ETIKA,MORAL,ETIKET
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti
sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus.
Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata
secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang
dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata etika yang terdapat dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia
yang baru. Dalam Kamus Bahasa
PENGERTIAN ETIKA
Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari
Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Sedangkan kata etika dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.Misalnya, jika orang berbicara
tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan
sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai
ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2. kumpulan asas atau nilai moral.Yang dimaksud di sini adalah kode etik.
Contoh : Kode Etik Jurnalistik
3. ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas
dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi
bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini
sama artinya dengan filsafat moral.
PENGERTIAN MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita
membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata
etika sama dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
moral sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani
dan moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan
pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma
yang tidak baik.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang moralitas suatu perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan
atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
etiket, yaitu :
1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barangbarang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang
barang itu.
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya
sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak
melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
Arti Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang
lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada
orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan
meskipun si empunya barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan,
bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan
tangan atau bersendawa waktu makan.
Etika bersifat absolut. Jangan mencuri, Jangan membunuh merupakan
prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang
berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang
tampi sebagai manusia berbulu ayam, dari luar sangan sopan dan
halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak
mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang
yang sungguh-sungguh baik.
2.2 Pengertian Etika Organisasi Pemerintah
Dalam pengertian sempit, etika sama maknanya dengan moral,
yaitu adat istiadat atau kebiasaan. Akan tetapi, etika juga merupakan
bidang studi filsafat atau ilmu tentang adat atau kebiasaan. Sementara itu
dalam konteks organisasi, pengertian etika organisasi yaitu pola sikap dan
perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota
organisasi, yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi
(organizational culture) yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi
organisasi yang bersangkutan.
2.3 UU Etika Pemerintahan
Karena tidak ada aturan hukum tertulis yang dilanggar, pemerintah pusat
merasa kesulitan untuk melarang tindakan yang tidak etis tersebut. Dari
sini, pemerintah pusat merasa perlu untuk menyusun UU ini. Pemerintah
sedang berancang-ancang untuk membuat Undang-Undang (UU) Etika
Pemerintahan. Dengan merancang UU ini, pemerintah berharap masalah-
jika di masa depan terdapat kejadian yang dianggap tidak etis, namun
tidak diatur dalam UU ini, pelanggar juga dapat menghindar karena tidak
diatur dalam UU. Dengan demikian, baik kiranya pemerintah
mempertimbangkan kembali rencana penyusunan UU Etika Pemerintahan.
Selain karena dipandang tidak perlu, pengaturan etika dalam peraturan
tertulis justru akan mengurangi fleksibilitas para pemangku kepentingan
dalam menilai etis tidaknya suatu tindakan pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik dan Saran
Mungkin kalau kita tidak terlalu ambisius menghilangkan seluruh
KKN sekaligus tetapi secara sistimatis dalam suatu program, memusatkan
pada masalah korupsi dulu, maka program pemberantasan KKN akan lebih
jalan. Ketentuan mengenai pidana ekonomi, mengenai korupsi telah cukup
jelas dan dapat dilaksanakan untuk menyidik dan memberi sanksi ke pada
mereka yang melanggarnya. Dalam proses ini sebagian dari masalah
kolusi dan nepotisme juga akan terungkap dan bisa dilaksanakan
penindakan terhadap pelanggarnya.
Akan tetapi berkaitan dengan masalah kolusi dan nepotisme yang
tidak berkaitan dengan korupsi, yang dilanggar mungkin ketentuan
kepegawaian atau masalah etik. Yang jelas adalah untuk ke depan,
bagaimana memasukkan rambu-rambu menghalangi tumbuhnya kolusi
dan nepotisme ini dalam peraturan kepegawaian dan ketentuan mengenai
tender, kontrak, serta ketentuan mengenai governance pada umumnya.
Mengenai langkah ke depan menghilangkan masalah KKN saya
menekankan pada sikap untuk menjauhi kebiasaan hidup lebih besar
pasak dari tiang pada tulisan lain.
3.2 Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan , antara lain:
1.
Rendahnya moralitas para pelaku bisnis perbankan dan para oknumoknum penyeleggara pemerintahan yang melakukan hal-hal yang
merugikan negara dan perusahaan-perusahaan seperti contoh kegiatan
KKN. Ini dibuktikannya banyak para koruptor yang tidak memiliki moral
yang mendekam dipenjara
DAFTAR PUSTAKA
Fernanda, M.Soc.Sc, Drs.Desi. 2006.Etika Organisasi Pemerintah:Modul
Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan Golongan III.Jakarta.Lembaga
Administrasi Negara
http://fisipfacebook.blogspot.com/2009/06/definisi-etikamoraletiket.html
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/89462
Diposkan oleh Yuda Suartana di 02.06