Anda di halaman 1dari 75

Latihan kepemimpinan tanpa outbound tidak akan

rekreatif, dan penugasan simulatif tanpa refleksi tidak


akan edukatif.
Yoel Yoel Yoel

114
Dinamika Kelompok - Outbound

1. Hakekat Dinamika Kelompok - Outbound


Suatu saat kita diundang oleh provider outbound Bank Negara Indonesia (BNI) untuk
menyaksikan penyelenggaraan outbound karyawan BNI Hub Mayestik di areal
perkebunan teh Gunung Mas, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Outbound itu berlangsung
hari Sabtu antara jam 10.00-14.00 WIB atau berlangsung hanya 4 jam saja. Games-nya
antara lain yang menarik perhatian kita adalah menggelindingkan terpal yang berbentuk
lingkaran besar dari suatu titik start ke finish secara berkelompok, dan membuat
lingkaran kecil menggunakan tali yang diikatkan pada pinggang setiap anggota
kelompok.

Pada kesempatan lain, kita mencuri-pandang pelaksanaan outbound di kampus PPPPTK


Bisnis Pariwisata, Jakarta. Outbound dilakukan bagi para supervisor dari suatu perusahaan
garmen di Jabon, Bogor, Provinsi Jawa Barat oleh sebuah provider outbound lain, sebuah
perusahaan biro perjalanan. Outbound itu berlangsung hari Sabtu jam 10.00-16.00 WIB
atau 5 jam saja dan games-nya salah satunya adalah menerobos semacam perangkap
yang terbuat dari tali-temali rafiah dan bambu setinggi 1 meter.

Suatu hari, di hari Sabtu Wage di bulan Agustus tahun 2003, di pagi hari yang cerah,
kami melintas di suatu areal pertanahan luas yang ditumbuhi oleh pepohonan yang
rindang di Desa Kunjani, Curug, Gunung Sindur, Provinsi Jawa Barat. Di tengah areal
pertanahan itu berdiri satu rumah besar yang megah. Sekeliling areal itu ditumbuhi
tanaman bambu yang ditanam teratur. Di belakang rumah itu ada sebuah sungai yang
airnya agak kering. Seorang teman berseloroh, “Wah, kebun ini cocok untuk outbound”.

Di lokasi pemandian air panas berbelerang di Ciseeng, Bogor, Provinsi Jawa Barat
terdapat wahana rekreasi antara lain tali-temali terbuat dari baja yang dirangkai
sedemikian rupa. Setiap akhir pekan dan libur lokasi itu selalu ramai dikunjungi oleh
tamu. Katanya lokasi itu cocok untuk outbound bagi anak-anak.

115
Berdasarkan gambaran pengalaman di atas, kita mendefinisikan secara kontekstual,
outbound sebagai seperangkat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam
ruangan (25-30%) dan di luar ruangan (70-75%), menyenangkan, menggunakan fasilitas
dan biaya terbatas, dan dapat diterapkan kepada diri sendiri dan orang lain.

2. Sejarah Outbound
Konsep pembelajaran di dalam ruangan yang dipadukan dengan alam terbuka atau di
luar ruangan sudah dimulai sejak zaman Yunani. Sedangkan dalam bentuk pendidikan
formal, mulai dilakukan sejak tahun 1821 ditandai dengan didirikannya Round Hill
School, di Inggris, tetapi secara sistematik kegiatan alam terbuka (outbound) baru dimulai
di Inggris pada tahun 1941.

Pada awalnya tujuan dari kegiatan outbond adalah untuk mendidik pemuda mencari
ilmu pengetahuan sebagai bekal mempertahankan diri di kehidupan kelak saat dewasa.
Namun outbond pada akhirnya memang banyak digunakan oleh lembaga pendidikan
untuk mempersiapkan pemuda yang tangguh untuk siap perang. Sehingga kegiatan
pelatihan di alam terbuka ini pada akhirnya memang banyak digunakan oleh lembaga
militer untuk mempersiapkan prajurit. Selain itu outbond digunakan juga untuk terapi
kejiwaan dan untuk membangun kepekaan sosial. Dari sudut tujuan yang ingin dicapai
dan fasilitas yang disediakan, outbound terdiri dari tiga kategori yaitu, 1) edukatif-
rekreatif, 2) bisnis-rekreatif, dan 3) avonturir-rekreatif.

3. Filsafat Outbound
Kita akan membahas filsafat Outbound. Outbound adalah suatu tindakan untuk mengubah
kondisi lama yang tidak diinginkan menjadi kondisi baru yang diinginkan. Misalnya,
dari kondisi lama mencerca apa saja yang ada menjadi sebuah kondisi baru yang
bersyukur atas apa yang ada, dari negative thinking menjadi positive thinking, dari yang
tidak disiplin menjadi disiplin, dan seterusnya.

Individu diasumsikan memiliki dua potensi yang melekat pada diri individu itu yaitu
yang rasional, positif, dan jujur pada satu sisi dan yang irasional, negatif, dan jahat pada
sisi lain. Potensi yang rasional, positif, dan jujur meliputi cenderung memelihara diri
(biologis, psikologis, sosial, dan spiritual), bersukacita, berpikir dan mengatakan apa

116
yang ia pikirkan, toleran, mencintai, dan lain-lain; potensi yang rasional, positif, dan
jujur meliputi mencela diri, perfeksionisme, percaya takhyul, menuntut dicintai, dan
lain-lain.

Mengapa manusia berbeda satu sama lain? Keragaman ini dapat ditelusuri lewat teori-
teori:
 Perilaku manusia adalah fungsi dari lingkungan. Orang Jawa halus dan orang
Batak kasar adalah karena lingkungan orang Jawa halus sementara lingkungan
orang Batak kasar.
 Perilaku manusia adalah fungsi dari pemenuhan kebutuhan. Guru-guru sopan
dan santun karena kebutuhannya sudah mencapai taraf aktualisasi diri,
sementara calo-calo itu kasar karena kebutuhannya baru mencapai taraf
pemenuhan kebutuhan dasar.
 Perilaku manusia adalah fungsi dari mindset. Perilaku manusia didorong oleh
pesan yang disampaikannya kepada dirinya sendiri untuk merespons suatu
stimulus.
 Perilaku manusia adalah produk dari faktor-faktor genetika, budaya, dan
lingkungan.

Sistem keyakinan terdiri dari tiga lapis:


 Yang paling dalam adalah pendapat atau opini atau fatwa, misalnya peribahasa
‘Hemat pangkal kaya’. Peribahasa ini mengandung makna berhemat tetapi untuk
yang berpenghasilan besar. Sebab bagi yang berpenghasilan kecil, ya nggak akan
bisa kaya.
 Yang agak mendalam adalah konsensus atau operating belief misalnya Pancasila,
yang dianggap benar dan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.
 Yang paling substansial atau hakiki adalah ayat-ayat Kitab Suci yang
kebenarannya tak terbantahkan.

Kemudian tentang konsep kecerdasan manusia. Kecerdasan manusia terdiri dari: 1)


Kecerdasan Rasional (Intellectual Quoitient-IQ), 2) Kecerdasan Emosional (Emotional
Quoitient-EQ), dan 3) Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quoitient-SQ). Kecerdasan rasional
berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan memproses informasi. Kecerdasan emosional

117
berkaitan dengan pemeliharaan hubungan degan makhluk lain. Dan kecerdasan
spiritual berkaitan dengan penemuan makna diri di tengah-tengah kesulitan. Menurut
Aristotles, marah itu mudah dan bisa kapan saja; marah yang tidak mudah adalah yang
derajatnya pas, waktunya pas, tujuannya benar, orang yang dimarahi tepat, dan caranya
pas.

Kemudian tentang Peta otak manusia. Peta otak manusia terbagi dalam 4 kuadran,
yakni 1) Organizer, 2) Personalizer, 3) Visualizer, dan 4) Analyzer. Organizer berkaitan
dengan kemampuan ketelitian dan kerapian. Personalizer berkaitan dengan kemampuan
keramahan dan ekspresi kepada orang lain. Visualizer berkaitan kemampuan untuk
membangun visi masa depan dan berpikir makro. Dan analyzer berkaitan dengan
kemampuan untuk menganalisis dan bernalar.

Terakhir adalah prinsip hidup damai. Manusia bisa hidup dengan penuh kedamaian bila
memahami hidup ini dengan prinsip-prinsip berikut, yakni 1) harus yakin bahwa cita-
cita akan terkabul (principle of faith), 2) memberi itu akan menghasilkan pahala dan rezeki
akan semakin bertambah (principle of giving), membuang pikiran buruk (principle of
exclusion), 3) jangan berkata-kata yang buruk tentang diri sendiri dan orang lain (principle
of words). Dan 4) hidup itu jangan hanya sekedar untuk mencari ilmu pengetahuan, gelar,
atau jabatan untuk diri sendiri; hidup itu baru bermakna setelah ilmu pengetahuan itu
diterapkan dan dilakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari, untuk orang lain dan
untuk banyak orang. Di forum pertemuan BBPT, sebuah sindirian diberikan Wakil
Presiden kita, Yusuf Kalla, kepada para ilmuwan kita yang dipandang beliau terlalu
banyak mengkaji, dan hanya sekedar berakhir di pengkajian, hasil kajiannya sendiri
tidak diterapkan atau tidak bisa diterapkan. Hamka dalam bukunya Tauhid Bahagia,
menyebut kebahagiaan kita sebagai manusia adalah ketika kita bisa berbuat untuk
kepentingan orang lain atau banyak orang. Ditutup dengan sebuah kalimat indah dari
Thomas Henry Huxley: The great end of life is not knowledge, but action.

Berdasarkan gambaran pengalaman di atas, kita mendefinisikan secara tekstual, outbound


adalah seperangkat kegiatan pembelajaran yang yang sarat dengan nilai-nilai edukatif-
rekreatif, yang bertujuan untuk mengubah mindset yang irasional, negatif, dan jahat
menjadi mindset yang rasional, positif, dan jujur.

118
Outbound Pada Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah
Pertama, secara kontekstual, outbound sebagai seperangkat kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam ruangan (25-30%) dan di luar ruangan (70-75%), menyenangkan,
menggunakan fasilitas dan biaya terbatas, dan dapat diterapkan kepada diri sendiri dan
orang lain. Kedua, secara tekstual, outbound adalah seperangkat kegiatan pembelajaran
yang sarat dengan nilai-nilai edukatif-rekreatif, yang bertujuan untuk mengubah mindset
yang irasional, negatif, dan jahat menjadi mindset yang rasional, positif, dan jujur.

Kedua, dari aspek tujuan diklat secara umum, diklat calon kepala sekolah/madrasah
adalah upaya membangun standar karakter calon kepala sekolah/madrasah di
Indonesia. General Outcomes diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah penguasaan
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi akademik dan kompetensi sosial para calon kepala
sekolah/madrasah yang maksimal.

Ketiga, dari aspek instructional kediklatan, bagaimana tujuan umum itu nanti akan
dicapai? General Outcomes akan dicapai melalui 3 Specific Outcomes, yakni 1)
meningkatnya kualitas kepemimpinan diri sendiri (self leadership) melalui penanaman
nilai-nilai kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan, dan kepemimpinan
pembelajaran; 2) meningkatnya keterampilan memimpin sekolah/madrasah dalam hal
mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan, memberdayakan melalui
pembelajaran praktis teknis kepemimpinan, dan 3) meningkatnya keterampilan
memimpin-mengelola sekolah/madrasah dalam hal manajemen kinerja, manajemen
tugas, manajemen orang melalui penugasan kepemimpinan simulatif (outbound).

Jadi, di dalam outbound pada diklat calon kepala sekolah/madrasah, materi diklat
disusun sedemikian rupa sehingga pembelajaran teori, berupa kepemimpinan spiritual,
kepemimpinan kewirausahaan, dan kepemimpinan pembelajaran dipraktikkan dan
disimulasikan dalam bentuk penugasan simulatif, yang secara fleksibel bisa disesuaikan
dengan tujuan diklat (outcomes).

Dari aspek teknis kepemimpinan, Outbound di dalam diklat calon kepala


sekolah/madrasah adalah sebuah upaya untuk meningkatkan potensi kepemimpinan

119
calon kepala sekolah/madrasah dalam 4 M (mempengaruhi, menggerakkan,
mengembangkan dan memberdayakan), menanamkan integritas kepribadian calon
kepala sekolah/madrasah, meningkatkan keterampilan calon kepala sekolah/madrasah
dalam bekerja sama dengan pihak lain, menumbuhkan jiwa kepekaan sosial calon
kepala sekolah/madrasah terhadap orang atau kelompok lain, dan menanamkan jiwa
wirausaha calon kepala sekolah/madrasah.

Sedangkan yang terakhir, dari aspek manajemen-kepemimpinan di sekolah/madrasah,


Outbound di dalam diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah sebuah upaya untuk
menguatkan potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership), menguatkan
manajemen kinerja, menguatkan manajemen tugas, dan menguatkan manajemen orang.

Sehingga, kita mendefinisikan secara kontektual Outbound pada diklat calon kepala
sekolah/madrasah sebagai seperangkat kegiatan pembelajaran di dalam diklat calon
kepala sekolah/madrasah, yang dilakukan di dalam ruangan (25-30%) dan di luar
ruangan (70-75%), yang menyenangkan, yang menggunakan fasilitas dan biaya terbatas,
dan yang dapat diterapkan kepada diri sendiri dan orang lain. Sedangkan, secara
tekstual, outbound pada diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah seperangkat
kegiatan pembelajaran yang sarat dengan nilai-nilai edukatif-rekreatif, yang bertujuan
untuk mengubah mindset calon kepala sekolah/madrasah yang irasional, negatif, dan
jahat menjadi mindset calon kepala sekolah/madrasah yang rasional, positif, dan jujur.
Outbound pada diklat calon kepala sekolah/madrasah termasuk ke dalam kategori
edukatif-rekreatif.

Materi Kegiatan Outbound Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah


Beda provider beda pula materi kegiatan outbound yang disajikan. Materi outbound pada
diklat calon kepala sekolah/madrasah merupakan pengembangan dari berbagai
kumpulan materi outbound selama 4 (empat) kali mengikuti pelatihan outbound dari
berbagai provider, yakni 2 (dua) kali diselenggarakan oleh PPPPTK Bisnis Pariwisata
dengan mengundang provider dari luar pada tahun 1998 dan 1999, di PPPPTK Pertanian
Cianjur pada tahun 1999, dan di Wisma Kinasih, Bogor, Jawa Barat pada tahun 2004.

120
Sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah dan SOP
In Service Learning 1, materi outbound disebut dengan mata diklat Dinamika Kelompok.
Di dalam penyajiannya, materi outbound disajikan secara terpadu menyatu dengan mata
diklat kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah lain yang terdiri 3 (tiga) unsur,
yakni kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan
pembelajaran. Perpaduan dan kesatuan dari ke-empat unsur tersebut, yakni dinamika
kelompok, kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan
pembelajaran dinamakan Latihan Kepemimpinan.

Ada 2 peran besar yang diaminkan oleh outbound atau dinamika kelompok di dalam
pembelajaran diklat calon kepala sekolah/madrasah, yakni 1) untuk memberikan
sentuhan pembelajaran yang edukatif-rekreatif khususnya di dalam mata diklat latihan
kepemimpinan melalui penugasan simulatif; dan 2) memberikan penguatan atas nilai-
nilai kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan
pembelajaran melalui refleksi atas setiap penugasan yang diberikan. Sehingga strategi
pembelajaran diklat secara metodologis menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM). Dan pada akhirnya penanaman nilai-nilai kepribadian,
kewirausahaan dan sosial para calon kepala sekolah/madrasah diharapkan meningkat
maksimal sesuai dengan outcomes diklat yang sudah ditetapkan.

Dalam hal pengorganisasian penyajian, kegiatan outbound di dalam diklat calon kepala
sekolah/madrasah, peserta diorganisasikan ke dalam suku dan kelompok. Idealnya 1
suku terdiri dari 8-12 orang, dan 1 kelompok terdiri dari 3 suku. Setiap suku difasilitasi
oleh 1 orang fasilitator/Master Trainer (MT). Daftar materi itu meliputi sesi-sesi dalam
kelas (indoor) dan kegiatan-kegiatan luar kelas (outdoor) yang bersatuan 1 jam atau setara
45 menit, yang dapat dikemas dalam durasi 1 hari, 2 hari, dan 3 hari.

Penugasan simulatif diberikan seirama, senada dan sesuai dengan penyajian materi teori
dari ketiga materi utama kepemimpinan diklat calon kepala sekolah/madrasah, yakni
kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan
pembelajaran. Refleksi menjadi bagian yang sangat penting dalam penanaman nilai-nilai
kepemimpinan dan dilakukan setiap akhir penyajian materi teori, setiap akhir sesi (pagi-
siang-sore-malam), dan pada setiap akhir penugasan. Semakin sering refleksi dilakukan

121
maka penanaman nilai-nilai kepemimpinan akan makin efektif tertanam dalam alam
kesadaran para calon kepala sekolah/madrasah. Sehingga bisa disintesakan bahwa
latihan kepemimpinan tanpa outbound tidak akan rekreatif, dan penugasan simulatif tanpa
refleksi tidak akan edukatif.

Materi dalam ruangan/kelas


Materi diklat di dalam ruangan/kelas merupakan pembelajaran tatap muka yang
membahas 3 (tiga) besaran materi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah, yakni
kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan
pembelajaran. Materi diklat terdiri dari Identitas Suku dan Kontrak Program, Lagu
Kebangsaan Suku, Pengubahan Mindset dan Diagram Otak, Kepemimpinan Spiritual,
Kepemimpinan Kewirausahaan, Kepemimpinan Pembelajaran, Team Building, Inner
Vision, Tes Kejujuran, Kilas Balik, Nonton Bareng, dan Penghormatan Juara dan
Penutupan.

Team Building
Team Building adalah salah satu materi yang menjadi blocking knowledge dan merupakan
salah satu menu wajib yang harus dipahami oleh setiap Master Trainer (MT) maupun
calon kepala sekolah/madrasah. Team Building tidak perlu disajikan melalui tatap muka
di kelas, namun Master Trainer (MT) harus memahami materi ini sehingga pengaturan
penugasan outbound disusun sedemikian rupa sehingga pembelajaran teori
kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan, dan kepemimpinan
pembelajaran dipraktikkan dan disimulasikan dalam bentuk penugasan yang secara
fleksibel bisa disesuaikan dengan tujuan diklat (outcomes).

Team Building adalah seperangkat pengetahuan yang harus dimiliki Master Trainer (MT)
untuk menciptakan sebuah tim yang tangguh. Team Building berkaitan dengan
pentingnya pemahaman tentang teamwork, peran anggota di dalam tim, tahapan proses
pembentukan tim, karakteristik tim yang tangguh, dan kunci menuju sukses. Yang
paling menentukan sebagai bahan pertimbangan Master Trainer (MT) dalam menata dan
mengatur penugasan outbound adalah memahami tahapan pembentukan tim, yakni 1)
Forming, 2) Storming, 3) Norming, dan 4) Performing.

122
Tahap forming adalah tahap awal dalam pembangunan teamwork yang ditandai dengan
aktifitas kerjasama secara formal, pemberian nama suku, ciri-ciri khusus suku, suku
bersikap manis, dan masing-masing anggota suku menjaga diri agar tidak terjadi
benturan. Tahap Storming adalah tahap kedua dalam pembangunan teamwork yang
ditandai dengan munculnya perbedaan antar anggota suku, setiap anggota suku bersikap
kritis satu sama lain, dan bila tahap ini berhasil dilalui dengan baik, maka dalam suku
akan terbangun konsensus mengenai norma-norma yang berlaku dalam suku tersebut.

Tahap ketiga adalah Norming, yang ditandai dengan anggota suku sudah saling tahu apa
yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan peran dan tanggungjawab dengan
benar dalam berbagai situasi, terbangun norma-norma suku, dan suku akan dengan
mudah mencapai konsensus dalam penyeleseian setiap penugasan. Tahapan terakhir,
adalah Performing yang ditandai dengan suku mampu bekerja secara maksimal dan
terbangun sinergitas dan ikatan emosional di antara anggota suku dan suku mampu
berprestasi secara maksimal. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa setelah tahap
puncak ini dicapai, teamwork akan memasuki tahap Kemapanan yang ditandai dengan
teamwork akan terjebak dalam kemandekan kreatifitas dan tidak mampu lagi melakukan
inovasi. Untuk itu teamwork harus mulai lagi mengkaji norma-norma yang dipergunakan
selama ini.

Di sisi yang berbeda, untuk kepentingan strategi penyajian penugasan, pemahaman


tentang anggota suku, peran anggota dalam suku, karakteristik suku, menjadi kunci
sukses bagi seorang Master Trainer (MT), khususnya dalam pemanduan, pembimbingan,
coaching, mentoring, feed-backing, dan reflection para peserta diklat di akhir setiap
penugasan.

Inner Vision
Pernahkah kita melihat sebuah penugasan outbound yang membuat peserta emosional,
marah-marah, kecewa, patah semangat, sakit hati dan berbicara kasar terhadap Master
Trainer (MT)? Tentu kita pernah melihat atau bahkan mengalaminya. Pertanyaannya
bagaimana cara meredam emosi peserta? Dan apa yang harus dilakukan oleh seorang
Master Trainer (MT) dalam situasi seperti itu? Jawabannya adalah situasi tersebut harus
segera dikendalikan agar tidak terjadi hal-hal yang semakin memperparah keadaan, yang

123
bisa membuat penyelenggara diklat, Master Trainer (MT), maupun peserta kehilangan
orientasi dirinya. Caranya adalah dengan segera, Master Trainer (MT) memimpin suku
yang difasilitasinya melakukan Inner Vision.

Inner Vision adalah salah satu blocking knowledge yang harus dipahami oleh setiap Master
Trainer (MT) maupun calon kepala sekolah/madrasah. Inner Vision tidak perlu disajikan
melalui tatap muka di kelas, namun Master Trainer (MT) harus memahami materi ini
sehingga penugasan outbound bisa dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap penugasan
praktik kepemimpinan spiritual, kepemimpinan kewirausahaan, dan kepemimpinan
pembelajaran bisa dipraktikkan dan disimulasikan secara efektif untuk mendukung
penguasaan teori, pemberian pengalaman praktik yang riil, terkendali dan tepat sasaran
mencapai tujuan diklat (outcomes).

Inner Vision adalah seperangkat pengetahuan yang harus dimiliki Master Trainer (MT)
untuk mengendalikan kondisi sebuah tim yang perkembangannya memburuk. Inner
Vision berkaitan dengan pentingnya pemahaman tentang pentingnya empati, simpati,
kesadaran diri, kebersamaan dalam tim, solidaritas, penguatan potensi dan pengobatan
(healing) bagi tim atau anggota tim yang sedang dilanda efek negatif dari sebuah
kegagalan dalam melaksanakan penugasan sehingga menjadi emosional, marah-marah,
kecewa, patah semangat, atau sakit hati. Keterampilan berkomunikasi, keterampilan
mengobservasi tim, penggunaan bahasa yang konstruktif, pendekatan yang persuasif,
ketelatenan, kesabaran dan perhatian dari seorang Master Trainer (MT) kunci sukses bagi
seorang Master Trainer (MT) dalam pemanduan, pembimbingan, coaching, dan mentoring
peserta diklat melakukan refleksi di akhir setiap penugasan.

Sidang Dewan Suku


Sidang Dewan Suku selalu dilakukan di awal kegiatan dari setiap sesi penugasan
simulatif latihan kepemimpinan. Ketua suku atau peserta yang mewakili sukunya
dipanggil oleh Master Trainer (MT) Pemandu untuk bersepakat dengan ketua suku yang
lain secara bersama-sama di tempat yang terpisah dengan anggota sukunya. Para ketua
suku diberikan penjelasan tentang nama penugasan, maksud dan tujuan penugasan,
prosedur penugasan, ketentuan dan larangan yang berlaku, penilaian dan denda yang
berlaku. Para ketua suku diberi kesempatan untuk bertanya dan Master Trainer (MT)

124
Pemandu menjawab dengan jawaban yang memadai untuk memahami penugasan secara
komprehensif.

Sidang Dewan Suku dibuat sedemikian rupa untuk menggambarkan bahwa dalam
kehidupan nyata, kita hidup dengan permasalahan yang mendesak untuk diatasi,
permasalahan yang memerlukan pemecahan secara kreatif dan inovatif, permasalahan
yang bersifat kompleks dan memerlukan kepemimpinan diri sebagai role model (self
leadership), manajemen kinerja, manajemen tugas, dan manajemen orang, dengan segala
tetek-bengek aturan, ketentuan dan larangan yang harus ditaati.

Dalam hal ini, para calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk memaksimalkan
potensi kepemimpinan diri dan potensi suku masing-masing dalam manajemen kinerja,
manajemen tugas, dan manajemen orang, serta tidak boleh melanggar aturan dan
ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, dengan Sidang Dewan Suku, para calon kepala
sekolah/madrasah dilatih untuk menguasai setiap penugasan yang diberikan dan dalam
situasi, kondisi, waktu dan tempat dan bertindak dengan bijaksana, manageable, dan
komunikatif. Sidang Dewan Suku ibaratnya adalah sebuah diklat atau sebuah workshop
yang diikuti oleh para ketua suku yang pesan-pesannya harus disampaikan,
diimplementasikan, dan ditindaklanjuti di suku masing-masing.

Secara umum, Sidang Dewan Suku dimaksudkan untuk melatih calon kepala
sekolah/madrasah membangun lingkungan kerja yang positif, konstruktif, dan
berorientasi tim, menyeleseikan pekerjaan dengan kualitas, produktifitas, dan layanan
terbaik yang cara-caranya patut ditiru. Yang penting untuk ditanamkan dalam diri
individu masing-masing calon kepala sekolah/madrasah, dalam Sidang Dewan Suku,
adalah:
 Menetapkan kejelasan tujuan penugasan;
 Berkomunikasi secara positif dan proaktif;
 Memberikan umpan balik yang efektif dan konsisten;
 Memberi kesempatan belajar;
 Memimpin dengan fleksibel, kreatif dan jujur;
 Menciptakan kegembiraan;
 Berfokus meningkatkan kualitas kinerja, produktifitas dan layanan teamwork; dan

125
 Mengaryakan anggota suku dengan efektif.

Kontrak Program
Kontrak program dibuat dan disepakati di awal kegiatan latihan kepemimpinan dan
pada setiap pergantian sesi/waktu jeda, para calon kepala sekolah/madrasah diuji
kepribadian, sikap mental dan sosialnya untuk selalu jujur, taat, patuh, loyal, adaptif,
dan cerdas. Kontrak program dibuat sedemikian rupa untuk menggambarkan bahwa
dalam kehidupan nyata, kita hidup dengan banyak sekali aturan dan ketentuan yang
harus ditaati. Dan para calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk tidak boleh
melanggar aturan dan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu dengan Kontrak
Program, para calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk untuk bertindak
komunikatif, adaptif dan bijaksana dalam segala waktu dan tempat.

Kontrak program yang penting untuk ditanamkan dalam diri individu masing-masing
calon kepala sekolah/madrasah adalah:
1. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang keluar dari area lingkungan
diklat/kampus selama diklat bila ketahuan di denda 50.000;
2. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah harus memakai name-tag, bila
ketahuan tidak memakai didenda 10.000;
3. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang menerima tamu selama
mengikuti diklat, bila ketahuan di denda 50.000;
4. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang menelpon dan atau
menerima telpon, bila ketahuan di denda 100.000;
5. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang melihat televisi, membaca
koran, membaca majalah kecuali kitab suci dan referensi, bila ketahuan didenda
10.000;
6. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang dilarang terlambat mengikuti
kegiatan dengan ketentuan 1) peluit berbunyi tiga kali pendek 5 menit lagi kegiatan
akan dimulai dan 2) peluit berbunyi tiga kali panjang kegiatan dimulai; bila peserta
terlambat di denda 25.000;
7. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang mensisakan
makanan/minuman, bila melanggar didenda 10.000;

126
8. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah dilarang merokok, membuang
puntung rokok di sembarang tempat/di tempat yang bukan semestinya, bila
melanggar didenda 10.000;
9. Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah harus melaksanakan semua
penugasan dan bila melanggar didenda 100.000.

Tes Kejujuran
Tes kejujuran terkait erat dengan Kontrak Program. Tes kejujuran sebenarnya adalah
mekanisme atau cara untuk menguji perkembangan terhadap pemberian kontrak
program. Tes kejujuran adalah cara kita untuk melihat efek setiap penugasan, berupa
penanaman nilai-nilai rasional positif terhadap perkembangan kepribadian, sikap mental
dan sosial peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah terhadap ada 3 (tiga) cara,
yakni:
1. Secara klasikal, dengan cara pemanggilan langsung oleh Master Trainer (MT) di depan
kelas. Calon kepala sekolah/madrasah yang melanggar kontrak program diminta
untuk tampil ke depan kelas, mengakui pelanggaran yang dilakukan (kontrak
program yang mana), menjelaskan mengapa melanggar kontrak program, dan sebagai
feed back atas pelanggaran tersebut, Master Trainer (MT) bisa meminta peserta diklat
yang melanggar kontrak program untuk menjelaskan rencana ke depan agar
pelanggaran kontrak program tersebut tidak terulang;
2. Dengan menggunakan Sistem Debit Point (Denda). Pada setiap pelanggaran yang
dilakukan diberlakukan ketentuan berapa denda atas pelanggaran yang diberikan.
Denda dari setiap suku atau sebaiknya setiap individu dihitung secara kumulatif di
akhir kegiatan latihan kepemimpinan dan berpengaruh terhadap nilai kepemimpinan
dan nilai sikap yang bersangkutan.
3. Secara individu, dengan cara pemanggilan langsung oleh Lead Master Trainer (MT)
bertemu, bertatap muka, wawancara dengan calon kepala sekolah/madrasah yang
melanggar kontrak program. Pemanggilan ini hanya dilakukan jika pelanggaran yang
dilakukan termasuk kategori berat, misalnya tidak mengikuti penugasan atau
meninggalkan kegiatan diklat tanpa ada pemberitahuan/ijin dari Master Trainer (MT).
Di hadapan Lead Master Trainer (MT), calon kepala sekolah/madrasah yang
melanggar kontrak program, diharapkan mengakui pelanggaran yang dilakukan
(kontrak program yang mana), menjelaskan mengapa melanggar kontrak program,

127
dan sebagai feed back atas pelanggaran tersebut, Master Trainer (MT) bisa meminta
peserta diklat yang melanggar kontrak program untuk membuat kesepakatan dengan
Lead Master Trainer (MT) tentang rencana ke depan agar pelanggaran kontrak program
tersebut tidak terulang; atau memberikan punishment yang bersifat mendidik, misalnya
tidak diijinkan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya atau mengganti jam pelajaran
dan mata diklat yang ditinggalkan dengan mengikuti diklat calon kepala
sekolah/madrasah yang lain selanjutnya (jika masih ada kegiatan diklat selanjutnya).
Namun demikian untuk diklat calon kepala sekolah/madrasah yang begitu ketat
seleksi akademiknya, dimana potensi kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah
itu sudah terpetakan dan terseleksi sebelumnya dengan baik, cara pemanggilan
individu ini sangat jarang sekali terjadi.

Identitas Suku
Identitas suku disepakati dan dilakukan di awal kegiatan latihan kepemimpinan.
Identitas suku dibuat sedemikian rupa untuk menggambarkan bahwa dalam kehidupan
nyata, kita hidup dengan banyak perbedaan, baik dalam hal fisik maupun mental. Dan
para calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk saling menghargai dan menghormati
satu dengan yang lain. Oleh karena itu dengan identitas suku, para calon kepala
sekolah/madrasah dilatih untuk untuk bertindak dan bersikap hormat dan ikhlas
memahami setiap perbedaan, bersikap adaptif dan bijaksana dalam segala sendi
kehidupan.

Dalam penyajiannya, identitas suku dilambangkan berupa bendera suku dan pita suku.
Master Trainer (MT) memanggil semua peserta diklat ke depan membentukan barisan
sesuai dengan jumlah suku yang akan dibentuk. Biasanya pemanggilan pertama kali
diberikan kepada peserta diklat wanita terlebih dulu, baru kemudian peserta laki-laki.
Setelah barisan terbentuk dengan jumlah anggota suku yang sama atau relatif sama,
Master Trainer (MT) menunjuk peserta di barisan pertama untuk maju ke depan dan
melakukan undian (sut) pengambilan bendera dan pita suku. Pemenang undian pertama
berhak memilih bendera dan pita suku, diikuti selanjutnya pemenang kedua, ketiga dan
seterusnya. Kemudian Master Trainer (MT) menyampaikan Kontrak Program. Setelah
semua peserta memahami semua detil dari Kontrak Program, biasanya ada satu atau
dua pertanyaan dari peserta diklat yang kemudian tentu harus dijelaskan oleh Master

128
Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT) mempersilahkan setiap suku untuk
menempati tempat duduk sukunya masing-masing.

Lagu Kebangsaan Suku


Tujuan Penugasan
Lagu Kebangsaan Suku adalah membuat komposisi berupa lagu kebangsaaan suku
secara bersama-sama yang berisikan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
suku. Lagu Kebangsaan Suku mengandung karakteristik, motivasi, potensi dan
semangat dari masing-masing suku. Lagu Kebangsaan Suku penting untuk
membangkitkan kesadaran dan semangat rasa memiliki (self of belonging), rasa kesatuan
(self of Unity), rasa persaudaraan (self of friendship), rasa kebanggaan bersama (self of
proudness) dan rasa kesemestaan bersama (universalitas). Lagu Kebangsaan Suku
menggambarkan bahwa dalam kehidupan nyata, kita hidup sebagai sekelompok
masyarakat (community) yang hidup bersama dengan sekelompok masyarakat yang lain,
untuk sebuah visi dan misi bersama yang harus diwujudkan dalam setiap sendi
kehidupan tanpa harus melihat kelompok, gender, suku, ras dan agama. Dan para calon
kepala sekolah/madrasah dilatih untuk saling menghormati dan menghargai lagu
kebangsaan (visi, misi, tujuan dan nilai-nilai ) dari suku yang lain.

Penyajian Penugasan
Lagu Kebangsaan Suku dilakukan secara bersama di dalam suku yang terdiri dari 12-15
orang. Lagu Kebangsaan Suku bisa dilaksanakan dalam 25-30 menit yang mencakup 1)
penjelasan penugasan oleh Master Trainer (MT) Pemandu kepada masing-masing ketua
suku (5 menit); 2) penjelasan oleh ketua suku, penyusunan komposisi/lagu kebangsaan
suku dan latihan (10 menit); demonstrasi pementasan penugasan yang dipimpin oleh
Master Trainer (MT) (10 menit) dan refleksi penugasan (5 menit).

Dalam penyajiannya lagu kebangsaan suku ditampilkan dalam bentuk sebuah kompetisi.
Masing-masing suku diminta untuk membuat, berlatih dan menampilkan lagu
kebangsaan sukunya masing-masing. Sekelompok Master Trainer (MT) akan bertindak
sebagai juri yang memberikan penilaian dan komentar terhadap lagu kebangsaan suku
masing-masing berdasarkan kesesuaian lagu, keindahan dan kekompakan.

129
Strategi Penugasan
Lagu kebangsaan suku adalah tahap forming dalam pembentukan Team Building. Oleh
karena itu penugasan Lagu Kebangsaan Suku harus dilakukan di awal kegiatan latihan
kepemimpinan. Jika Master Trainer (MT) tidak menemukan banyak obyek yang berbeda,
atau obyek yang sama sekali tidak menggambarkan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai,
karakteristik, motivasi, potensi dan semangat suku, itu pertanda bahwa para peserta
calon kepala sekolah/madrasah memiliki semacam kekhawatiran atau hambatan mental
yang lain. Master Trainer (MT) jangan menganalisis obyek; tapi berikan perhatian lebih
pada cara peserta atau suku menggambarkan lagu kebangsaan suku. Sebagai Master
Trainer (MT) berikan dorongan dan tepuk tangan yang tulus selama sesi demonstrasi
lagu kebangsaan suku berlangsung dan catat setiap penilaian dan komentar yang terlihat
penting bagi peserta. Demonstrasi sering menjadi bahan olok-olokan antar peserta, dan
mudah untuk memunculkan terhadap peserta, terutama bagi peserta yang
berkepribadian introvert, akan tampak canggung, kaku dan dipaksakan, sebagai Master
Trainer (MT), tunjukkan semangat kebersamaan dengan berempati kepada peserta yang
seperti ini. Usahakan agar para peserta/suku lain tetap diam/khidmat/memperhatikan
pada saat suku lain mendemostrasikan lagu kebangsaan suku dan memberikan tepuk
tangan di saat setiap suku mengakhiri demonstrasinya.

Pengubahan Mindset dan Diagram Otak


Setelah kita memahami filsafat outbound, mari kita coba lihat kembali penerapannya di
dalam diklat calon kepala sekolah/madrasah kita. Pengubahan Mindset dan Diagram
Otak adalah salah satu materi tambahan (optional) dan merupakan salah satu bagian
utama di tahap forming dalam pembentukan Team Building. Oleh karena itu penugasan
Pengubahan Mindset dan Diagram Otak harus dilakukan di awal kegiatan latihan
kepemimpinan. Pengubahan Mindset dan Diagram Otak adalah sebuah kegiatan tatap
muka yang disusun sedemikian rupa untuk menanamkan kesadaran terhadap
pentingnya komunikasi, asumsi tentang manusia (aliran Psikoterapi: Rasional Positif-
Emosional-Negatif), perilaku manusia, mind-set, sistem kepercayaan (Belief System),
kecerdasan manusia, dan fungsi otak. Kegiatan tatap muka, penyajian, diskusi dan tanya
jawab lalu diakhiri dengan pengisian instrumen Peta Otak oleh masing-masing peserta.
Setelah instrumen dikerjakan oleh setiap peserta, instrumen lalu dilanjutkan analisisnya

130
oleh Master Trainer (MT) berupa diagram peta otak. Diagram peta otak akan
menggambarkan kondisi perkembangan setiap individu dalam 4 kuadran, berikut ini:

Diagram peta otak di atas akan menggambarkan kondisi perkembangan setiap individu
yang berbeda-beda tingkat perkembangannya. Artinya bahwa dalam kehidupan nyata,
kita hidup sebagai individu yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Dan calon kepala
sekolah/madrasah sebagai calon pemimpin dilatih untuk memahami setiap individu satu
dengan yang lain. Pemahaman tentang potensi diri yang berbeda itu akan membantu
calon kepala sekolah/madrasah mengambil keputusan dan kebijakan dalam penataan
struktur organisasi kelak di sekolah/madrasah masing-masing dimana mereka akan
ditempatkan. Misalnya, untuk membantu calon kepala sekolah/madrasah
mengembangkan sekolah/madrasah dalam aspek kehumasan, maka calon kepala
sekolah/madrasah bisa memilih rekan kerja sebagai wakil kepala sekolah yang memiliki
perkembangan relatif maksimal di kuadran 2, Kanan Bawah-Personalizer. Diagram peta
otak dibagikan kepada masing-masing peserta pada sesi Kilas Balik.
Kepemimpinan Spiritual
Mata diklat Kepemimpinan Spiritual membahas tentang konsep dan model
kepemimpinan spiritual sebagai strategi sukses di masa depan. Dengan mata diklat ini
diharapkan calon kepala sekolah/madrasah mampu 1) memahami konsep
kepemimpinan spiritual, 2) memahami dimensi dan karakteristik kepemimpinan spiritual
sebagai strategi sukses di masa depan, 3) mampu menjelaskan wawasan kepemimpinan
spiritual, 3) mampu menyusun visi sekolah/madrasah, dan 4) mampu menemukan nilai-
nilai kepemimpinan spiritual melalui setiap penugasan baik di dalam ruangan maupun di
luar ruangan (outbound). Ruang lingkup materi kepemimpinan spiritual adalah
kepemimpinan pendidikan, konsep kepemimpinan spiritual dan strategi menerapkan

131
kepemimpinan spiritual. Kegiatan Mata Diklat Kepemimpinan Spiritual disajikan
melalui tatap muka dengan variasi metode pembelajaran di kelas melalui ceramah,
curah pendapat, diskusi dan penugasan Outbound.

Kepemimpinan Kewirausahaan
Mata Diklat Kepemimpinan Kewirausahaan membahas tentang konsep dan model
kepemimpinan kewirausahaan di sekolah/madrasah. Dengan mata diklat ini diharapkan
calon kepala sekolah/madrasah mampu 1) menjelaskan konsep kepemimpinan
kewirausahaan, 2) menjelaskan karakteristik kepemimpinan kewirausahaan, 3)
mendemontrasikan karakteristik kepemimpinan kewirausahaan, mampu membuat
program pengembangan sekolah berbasis kepemimpinan kewirausahaan, dan 4) mampu
menemukan nilai-nilai kepemimpinan kewirausahaan melalui setiap penugasan baik di
dalam ruangan maupun di luar ruangan (outbound). Ruang lingkup materi kepemimpinan
kewirausahaan adalah konsep kepemimpinan kewirausahaan di sekolah/madrasah,
karakteristik kepemimpinan kewirausahaan, dan strategi pengembangan karakter
kewirausahaan di sekolah/madrasah. Kegiatan Mata Diklat Kepemimpinan
Kewirausahaan disajikan melalui tatap muka dengan variasi metode pembelajaran di
kelas melalui ceramah, curah pendapat, diskusi, presentasi, ikrar dan penugasan
Outbound.

Kepemimpinan Pembelajaran
Mata Diklat Kepemimpinan Pembelajaran membahas tentang konsep kepemimpinan
pembelajaran, karakteristik kepemimpinan pembelajaran, dan implementasi
kepemimpinan pembelajaran di sekolah/madrasah. Dengan mata diklat ini diharapkan
calon kepala sekolah/madrasah mampu 1) menjelaskan kepemimpinan pembelajaran, 2)
menjelaskan kepemimpinan yang efektif untuk mencapai pembelajaran dan pendidikan
yang sukses, 3) menyusun rancangan pengembangan sekolah/madrasah dengan kultur
pembelajaran yang efektif, dan 4) mampu menemukan nilai-nilai kepemimpinan
pembelajaran melalui setiap penugasan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan
(outbound). Ruang lingkup materi kepemimpinan pembelajaran adalah konsep
kepemimpinan pembelajaran, karakteristik pemimpin pembelajaran, dan implementasi
kepemimpinan pembelajaran. Kegiatan Mata Diklat Kepemimpinan Pembelajaran

132
disajikan melalui tatap muka dengan variasi metode pembelajaran di kelas melalui
ceramah, curah pendapat, diskusi dan penugasan Outbound.

Kilas Balik
Pada setiap pelaksanaan outbound, di ujung acara para peserta selalu diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan kesaksian tentang pengalaman
mengikuti mereka selama mengikuti kegiatan outbound. Pada umumnya kesaksian para
peserta tentang outbound adalah:
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa mendapatkan pengalaman baru yang
menarik;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa ingin menerapkan model pembelajaran
seperti yang mereka alami ke peserta didik mereka di sekolah/madrasah;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa bertambah pengetahuan dan
pengalamannya;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa semua fasilitator itu OK;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa pembelajaran menjadi tidak membosankan;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa lebih bertanggung jawab terhadap diklat
yang diikuti;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa komitmen sebagai peserta diklat
meningkat;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa sejenak bisa melupakan kejenuhan yang
selama ini mereka alami dari rutinitas kegiatan di sekolah/madrasah;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa bisa ketawa-ketawa dan menjadi
bersemangat mengikuti diklat;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa bebas dari suasana belajar pelatihan yang
biasanya membosankan;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa gembira;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa diklat sebagai media refreshing;
 Calon kepala sekolah/madrasah sejenak merasa lupa dengan tanggungan utang di
koperasi dan di bank;
 Calon kepala sekolah/madrasah bisa berkenalan dengan guru-guru dari
sekolah/madrasah yang lain;

133
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa bisa belajar mengenali karakter teman-
teman peserta diklat yang lain;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa fasilitator bersahabat;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa kedisiplinan mereka meningkat;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa semua orang adalah sahabat;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa bisa mengenal dirinya sendiri;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa belajar menyesuaikan diri dengan orang
lain;
 Calon kepala sekolah/madrasah ingin outbound disajikan di awal dan di akhir
pelatihan;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa fasilitator bisa mengajarkan dan memberi
contoh bagaiman berdisiplin;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa outbound bisa mengatasi kejenuhan;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa sadar bahwa ternyata kita tidak ada apa-
apanya;
 Calon kepala sekolah/madrasah ingin mendapatkan menu yang berbeda pada
kesempatan yang akan dating;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa diajak bekerja cerdas;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa diajak belajar untuk menjadi teliti;
 Calon kepala sekolah/madrasah merasa diajak belajar untuk menaati instruksi;
 Calon kepala sekolah/madrasah minta diberikan fotokopi materi outbound untuk
dibawa pulang;
 Calon kepala sekolah/madrasah minta diberikan kopi disc nonton bareng.

Sepanjang pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah, dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2015, hanya ada tiga pernyataan kesaksian yang mengkritik pelaksanaan
outbound yakni, 1) dari sisi waktu. Waktu untuk shalat Ashar menjadi kurang khusuk
karena badan kotor dan waktu istirahat terlalu singkat; 2) dalam ajaran Islam
bersentuhan anggota badan dengan yang bukan muhrim adalah haram; dan 3) menu
outbound yang selalu sama dari waktu ke waktu.

Namun demikian, 3 (tiga) kendala di atas bisa diatasi dengan beberapa alternatif berikut:
1) penjadwalan yang disesuaikan dengan jadwal Sholat Ashar dimana outbound

134
dilaksanakan. Setiap daerah memiliki jadwal sholat yang berbeda-beda, sehingga pada
setiap penyelenggaraan diklat calon kepala sekolah/madrasah perlu menyesuaikan
penjadwalannya dengan waktu sholat di daerah setempat; 2) untuk menghindari agar
tidak bersentuhan dengan wanita yang bukan muhrimnya, maka setiap penugasan diatur
sedemikian rupa agar laki-laki tidak bersentuhan dengan wanita atau aturan tidak boleh
bersentuhan ini sekaligus diterapkan sebagai aturan tambahan, supaya peserta berpikir,
dan berusaha menemukan strategi untuk melaksanakan penugasan yang tidak perlu
bersentuhan dengan wanita yang bukan muhrimnya. Bukankah di dunia nyata memang
demikian adanya? Untuk membuat variasi penugasan outbound yang baru memang
penting dan harus dilakukan oleh LPPKS secara berkesinambungan.

Nonton Bareng
Nonton bareng adalah salah satu kegiatan outbound untuk memberikan kesempatan
kepada calon kepala sekolah/madrasah melihat tayangan video yang berisikan rekaman
dari setiap tahapan kegiatan selama outbound berlangsung. Nonton bareng penting untuk
memancing ingatan dan kesadaran calon kepala sekolah/madrasah atas segala perilaku,
tingkah polah, dan tindakan yang terjadi selama mengikuti outbound. Nonton bareng
membantu calon kepala sekolah/madrasah mengobservasi dirinya sendiri dan orang
lain. Dengan melihat perilaku diri sendiri dan orang lain maka Nonton Bareng menjadi
media atau jembatan bagi calon kepala sekolah/madrasah untuk melakukan refleksi
terhadap perilaku irasional negatif yang terjadi, baik disadari maupun tidak disadari.

Nonton bareng yang lain yang berisikan substansi kepemimpinan adalah dengan melihat
tayangan penggalan atau scene dari film “Laskar Pelangi”. Film ini berisikan contoh
penggambaran visual dari kepemimpinan pendidikan yang mencakup kepemimpinan
spiritual, kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan pembelajaran. Calon kepala
sekolah/madrasah diminta untuk melihat tayangan film dengan mencermati bagian-
bagian dari film tersebut yang mengandung nilai-nilai kepemimpinan spiritual,
kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan pembelajaran, dan mendiskusikan
secara klasikal sebagai upaya Master Trainer (MT) untuk mengkonfirmasi semua
pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang kepemimpinan yang telah dipelajari
selama mengikuti kegiatan latihan kepemimpinan.

135
Nonton bareng menjadi sangat fenomenal, penting, dan harus klimaks karena menjadi
ujung akhir dari experiential learning berupa umpan balik yang bersifat reflektif dan
konfirmatif bagi para calon kepala sekolah/madrasah, untuk itu Master Trainer (MT)
dalam melakukan refleksi di setiap akhir penugasan simulatif dan nonton bareng Laskar
Pelangi, perlu memahami hal-hal berikut:
 Menggunakan pertanyaan pembuka, misalnya bagaimana anda menjelaskan
masalah yang sedang dihadapi?, apa yang sedang kita eksplorasi?, atau apa
masalahnya?
 Menggunakan pertanyaan navigasi, misalnya apakah kita tidak salah?, apakah
anda semua memahami dengan benar?, apakah penugasan/kegiatan
pembelajaran ini membantu kita mencapai tujuan?, apakah diskusi ini
bermanfaat?, apakah masih ada yang perlu kita bahas nanti di kesempatan
berikutnya? apakah penugasan/kegiatan pembelajaran ini masuk akal, haruskah
kita membuat sedikit perubahan penugasan/kegiatan pembelajaran ini
berdasarkan pengalaman anda sejauh ini?
 Menggunakan pertanyaan penguji, misalnya bagaimana cara kerjanya?, apa saja
bagian-bagiannya? Berikan contohnya?, seperti apa gambarannya? Bisakah anda
jelaskan itu dalam skenario kehidupan situasi nyata?
 Menggunakan pertanyaan eksperimen, misalnya apa contohnya kalau di
sekolah/madrasah?, jika ini terjadi di sekolah anda, apa yang akan anda lakukan,
apa alasannya?, adakah yang terlewat dalam diskusi kita? Bagaimana kalau
batasan/ruang lingkupnya disingkirkan/diperluas?, bagaimana jika kita salah?
 Menggunakan pertanyaan penutup, misalnya bagaimana kita membuat prioritas?
apa yang dapat segera kita dikerjakan? Apakah yang lebih mudah untuk
dikerjakan? Apakah yang bisa kita kerjakan segera? Siapa akan melakukan apa?

Penghormatan Suku Juara


Penghormatan suku juara adalah salah satu kegiatan dalam outbound untuk memberikan
penghargaan/apresiasi terhadap suku yang telah berjuang dengan upaya yang maksimal
sehingga mendapatkan akumulasi skor penilaian yang lebih tinggi dari suku yang lain.
Skor tersebut merefleksikan kualitas kinerja, produktifitas, dan pelayanan terbaik suku.
Penghormatan terhadap suku juara memberikan kesempatan kepada suku juara untuk
merasakan, menikmati, merayakan kebahagiaan sebagai seorang juara. Dengan

136
demikian pada masa selanjutnya akan tertanam makna kuat-kuat di dalam mentalitas
calon kepala sekolah/madrasah kita, betapa sebuah kebahagiaan atau keberhasilan itu
tidak datang dengan sendirinya, dan untuk mendapatkannya diperlukan bukan hanya
kecerdasan dalam mengatur strategi dan perencanaan yang matang dan tepat (mental
creation), tapi juga motivasi yang tinggi, pengorbanan, dan daya upaya kerja keras yang
harus maksimal (physical creation). Penghormatan suku juara dilakukan dengan meminta
suku juara melakukan victory lap dan diiringi lagu We are The Champion, dari sebuah
group rock asal Inggris, Queen.

Penutupan
Penutupan adalah salah satu bagian yang paling akhir dari kegiatan outbound pada
diklat calon kepala sekolah/madrasah. Kegiatan penutupan meliputi 1) pesan-kesan dari
Master Trainer (MT), penyerahan bendera dan pita suku, menyanyikan lagu nasional
secara bersama, berdoa dan bersalam-salaman. Pesan dan kesan biasanya berisikan
ucapan terima kasih atas kerja sama dan kerja keras semua peserta, serta permohonan
maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan baik dalam perbuatan maupun dalam kata-
kata. Penyerahan bendera suku dilakukan dalam sebuah upacara bendera dengan ketua
suku yang mewakili sukunya masing-masing. Penyerahan bendera suku diiringi dengan
lagu Padamu Negeri. Menyanyikan lagu nasional satu diantaranya misalnya, Syukur,
Berkibarlah Benderaku, Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau
Kelapa dan atau yang lainnya. Berdoa bisa dipimpin oleh Master Trainer (MT) atau oleh
salah satu peserta. Sedangkan bersalam-salaman, dalam tradisi outbound diklat calon
kepala sekolah/madrasah, peserta berdiri melingkar dan lalu semua Master Trainer (MT)
dan fasilitator berjalan berkeliling mendekati semua masing-masing peserta memberikan
salam, mengucapkan permohonan maaf dan ucapan sampai bertemu lagi di lain
kesempatan. Kegiatan bersalam-salaman biasanya diiringi dengan lagu Kapan-Kapan
dari Koes Plus, sebuah group band legendaris di Indonesia, yang pasti sudah dikenal
oleh kita semua.

Materi di luar ruangan/kelas


Materi diklat di luar ruangan/kelas merupakan seperangkat pembelajaran praktik
kepemimpinan simulatif yang dimaksudkan untuk menguatkan pemahaman dan
memberikan pengalaman kepemimpinan yang bersifat reflektif berupa penugasan yang

137
terkait dengan nilai-nilai kepemimpinan dalam ranah 3 (tiga) besaran materi
kepemimpinan calon kepala sekolah/madrasah, yakni kepemimpinan spiritual,
kepemimpinan kewirausahaan dan kepemimpinan pembelajaran. Penugasan praktik
kepemimpinan simulatif di luar ruangan/kelas juga harus seirama, senada dan sesuai
dengan penyajian materi teori dari ketiga materi utama kepemimpinan diklat calon
kepala sekolah/madrasah tersebut.

Cakupan materi yang ingin dikuatkan adalah aspek keterampilan kepemimpinan yang
mencakup 4 M yakni, mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan
memberdayakan. Selain itu, unsur lain yang menjadi fokus penguatan dalam penugasan
simulatif praktik kepemimpinan di luar ruangan (outbound) adalah 1) penguatan potensi
kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership), 2) penguatan manajemen kinerja
misalnya, penetapan tujuan, coaching dan umpan balik yang efektif, 3) penguatan
manajemen tugas misalnya, perencanaan, monitoring dan kontrol, dan 4) penguatan
manajemen orang misalnya, komunikasi, motivasi dan pemberdayaan. Semua fokus
dilakukan secara terintegrasi dalam bentuk penugasan-penugasan di luar ruangan. Dan
tidak ada satupun tugas yang bebas ikatan dari fokus yang lain, sebuah penugasan selalu
bisa dilihat dari banyak sisi, bahkan pada penugasan yang kompleks mampu
mengintegrasikan semua fokus menyatu padu dalam satu penugasan.

Materi diklat di luar ruangan pada diklat calon kepala sekolah, antara lain Senam
Outbound, The Deer Hunter, dan Trusty-Parachuter, Koreografi, Membangun Menara,
Pabrik Kapal Terbang, Lucky Strike 1-2, Roda Pedati, Ranjau Maut, Pesan Berantai,
Dimensi Manusia, Pesan Gambar, Bom Waktu, Pejuang Semut, Pasak Bumi, Tong
Repot, Segitiga Bermuda, Limbah Beracun, Kotak Misteri, Jejaring Listrik, Sungai
Buaya, Bendera Pusaka, Gua Lawa, dan Tali Gila. Untuk itu kita akan membahas
masing-masing penugasan satu per satu.

Senam Outbound
Senam outbound bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya kesehatan badan, kegairahan, dan ketahanan fisik. Otak yang

138
pinter saja tidaklah cukup, tapi kesehatan badan juga sangatlah penting. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
kesabaran, keunggulan, keberanian, bersyukur, dan pelayanan. Seperti makna pepatah
orang Yunani “Men Sana Incar Pore Sano, Di dalam badan yang sehat terkandung jiwa yang
sehat”. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta
dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai altruis,
empati, integritas, dan kebaikan. Pelaksanaan senam outbound di pagi hari setelah sholat
subuh sampai dengan sebelum jam makan pagi. Senam bisa dipimpin oleh Master Trainer
(MT) atau oleh salah satu peserta diklat yang kompeten, misalnya guru olahraga.
Substansi senam outbound adalah peregangan (streching). Kegiatan dimulai dengan jalan
atau lari berkeliling kampus atau lokasi diklat, dan dilanjutkan dengan senam badan
yang dimulai dari gerakan kepala, badan, bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, dan
ditutup dengan memetik bintang di langit. Selama senam berlangsung digunakan
hitungan 1-2-3-4-5-6-7-8, 2-2-3-4-5-6-7-Cukup yang dilakukan secara bersama baik oleh
Master Trainer (MT) maupun oleh peserta.

The Deer Hunter


Tujuan Penugasan
The Deer Hunter bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai fun, fokus menyimak instruksi, mau mendengar, dan taat pada
instruksi. Pelaksanaan The Deer Hunter di pagi hari setelah senam outbound. The Deer
Hunter dipimpin oleh Master Trainer (MT). Substansi The Deer Hunter adalah latihan
menyimak instruksi perintah atau pesan dengan seksama.

Penyajian Penugasan
The Deer Hunter mencakup tiga kegiatan sekaligus yang harus dilakukan secara sistematis
kronologis dan berurutan. Kegiatan dimulai dengan Salam Jepang, Angin Kanan-Kiri,
Berkelompok-Bertiga, dan The Deer Hunter itu sendiri. The Deer Hunter terdiri dari 4
(empat) bagian, yakni 1) Awas Ada Pemburu; 2) Awas Ada Kebakaran; 3) Awas Ada
Gempa Bumi dan 4) Awas Ada Kebanjiran.

139
Strategi Penugasan
Semua kegiatan penugasan dalam The Deer Hunter harus dilakukan secara sistematis
kronologis dan berurutan. Tidak boleh dibolak-balik, karena substansi The Deer Hunter
adalah melatih kemampuan calon kepala sekolah/madrasah mendengar, menyimak,
memahami dan menguasai instruksi dengan seksama. Oleh karena itu prinsip from
simplicity to complecity, from easy to difficult, from individual to group/teamwork, from single to
multiple instruction merupakan hal yang signifikan berpengaruh terhadap efektifitas
penugasan. Sehingga penugasan The Deer Hunter menanamkan pemahaman secara
komprehensif terhadap substansi dan prosedur penugasan terlebih dulu, baru dilanjutkan
dengan instruksi secara arbitrari untuk melatih nuturance dalam berkonsentrasi fokus
mendengarkan instruksi dan ketahanan menyimak pesan.

Trusty
Tujuan Penugasan
Trusty bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan potensi
kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala sekolah/madrasah
yang memiliki kuasa pikiran dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya mencipta
dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai altruis,
empati, integritas, kebaikan, kejujuran, kerendahan hati, keyakinan, kesetiaan, kepercayaan, dan
pelayanan. Substansi Trusty adalah latihan untuk memberikan kepercayaan kepada orang
lain dalam pelaksanaan kegiatan.

Penyajian Penugasan
Trusty dipimpin oleh Master Trainer (MT). Trusty dilaksanakan di pagi hari setelah senam
outbound. Kegiatan dimulai dengan mendemonstrasikan Trusty oleh tim fasilitator
sebagai role model penugasan, peserta melihat dan mengamati demonstrasi yang
dilakukan, lalu dilanjutkan dengan penugasan di setiap suku. Trusty di dalam suku
dilakukan satu per satu sampai semua anggota suku mendapatkan kesempatan yang
sama untuk melakukan penugasan. Role model penting dilakukan terlebih dulu untuk
menanamkan pemahaman secara komprehensif terhadap substansi dan prosedur
penugasan.

140
Strategi Penugasan
Penugasan ini sangat cocok dilakukan oleh teamwork yang relatif sudah akrab, jika
peserta diklatnya dari lintas sekolah/madrasah, dari jenjang sekolah/madrasah yang
berbeda, dari disiplin yang berbeda dan dari tanggungjawab yang berbeda. Oleh karena
itu, jangan sekali-kali melakukan penugasan ini di awal kegiatan latihan kepemimpinan,
justru akan memunculkan konflik antar individu peserta. Keberbedaan itu akan
menimbulkan umpan balik dan refleksi yang berbeda sudut pandangnya. Ketidak tahuan
yang selama ini memandekan sosialitas mereka, membuat mereka tidak pernah saling
percaya satu sama lain, dan akhirnya menghambat kreatifitas dan inovasi mereka
sebagai teamwork. Jika mereka akrab pun terkadang mereka tidak mampu membangun
kepercayaan satu sama lain, tanpa adanya penugasan yang mampu mengintegrasikan
sosialitas mereka hampir bisa dipastikan mereka tidak akan menemukan rasa saling
percaya itu. Rasa ketidakpercayaan yang akan menghambat kreatifitas dan inovasi
mereka sebagai teamwork untuk bekerja dengan kinerja, produktifitas dan layanan terbaik
yang terbaik.

Parachuter
Tujuan Penugasan
Parachuter bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan potensi
kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala sekolah/madrasah
yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, misalnya nilai
ketahanan fisik. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam
mencapai visi, misalnya nilai kesabaran, keunggulan, dan keberanian. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta dan mengembangkan
sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai altruis, integritas, kebaikan,
keyakinan, kepercayaan, sinergitas, dan kerjasama, dan pelayanan. Substansi Parachuter
adalah sinergitas dalam melaksanakan kegiatan.

Penyajian Penugasan
Parachuter dipimpin oleh Master Trainer (MT). Kegiatan dimulai dengan
mendemonstrasikan Parachuter oleh tim fasilitator sebagai role model penugasan, peserta
melihat dan mengamati demonstrasi yang dilakukan, lalu dilanjutkan dengan penugasan
di setiap suku. Parachuter di dalam suku dilakukan satu per satu sampai semua anggota

141
suku mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan penugasan. Parachuter
terdiri dari serangkaian kegiatan, yakni peserta tidur di tanah/rumput, anggota suku
berkeliling di sekitarnya, secara bersama mengangkat peserta yang tidur setengah badan,
di atas bahu, lalu di atas kepala, berputar searah jarum jam, berputar balik berlawanan
dengan arah jarum jam, menurunkan kepala sampai posisi terbalik kaki di atas dan
kepala di bawah, mengangkat kepala peserta ke posisi semula di atas kepala semua
anggota, lalu turun secara perlahan sampai sejajar dengan bahu, turun lagi sejajar
setengah badan, turun lagi sampai di tanah, diletakkan perlahan dan dibantu untuk
berdiri kembali.

Strategi penugasan
Role model penting dilakukan terlebih dulu untuk menanamkan pemahaman secara
komprehensif terhadap substansi dan prosedur penugasan. Penugasan ini akan menjadi
sangat efektif bila ketua suku mampu mengoordinasikan, menempatkan anggota suku
berdasarkan potensi dan kapasitasnya masing-masing untuk membangun sinergitas
potensi dan kekuatan masing-masing menjadi satu kesatuan kekuatan yang maksimal.
Artinya masing-masing anggota suku harus berkontribusi masimal menurut posisi dan
tugas kerjanya di dalam teamwork. Penugasan ini sebaliknya, tidak akan maksimal kalau
setiap anggota suku tidak diorganisasikan dan ditata dengan baik sehingga semua
anggota suku mengerjakan pekerjaan dengan cara yang sama dan dengan alur kerja yang
sama. Penugasan ini pada ddasarnya untuk mengedukasi anggota suku satu sama lain
tentang realitas tugas kerja masing-masing dan untuk mengurai isolasi di dalam
teamwork.
Koreografi
Tujuan Penugasan
Koreografi bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen
orang, misalnya berkomunikasi, membangun motivasi dan upaya pemberdayaan
individu ke dalam teamwork. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, misalnya nilai keunggulan dan
pelayanan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam
mencapai visi, misalnya nilai altruis, empati, fun, kegairahan, kesabaran dan kelemah-
lembutan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta
dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai bernegosiasi

142
dalam ide, gagasan dan pemikiran, integritas, kebaikan, sinergitas, dan kerjasama
(kekompakan, keterpaduan, keserasian, keselarasan dan kesamaan dalam pikiran dan
tindakan).

Koreografi adalah sebuah upaya penguatan potensi kepemimpinan yang kompleks,


mencakup banyak sisi manajemen-kepemimpinan. Koreografi adalah sebuah upaya
penguatan manajemen kinerja misalnya dalam hal penetapan tujuan, coaching dan
umpan balik yang efektif. Koreografi adalah sebuah upaya penguatan manajemen tugas
misalnya dalam hal menyusun perencanaan, monitoring dan kontrol. Dan koreografi
juga sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya dalam
hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Namun
demikian, secara komprehensif, substansi Koreografi adalah sinergitas membangun ide-
ide kreatif (mental creation) dan sinergitas melaksanakan kegiatan (physical creation).

Penyajian Penugasan
Koreografi adalah proses penciptaan sebuah tarian (olah gerak tubuh) dan
memainkannya secara bersama-sama. Koreografi dilakukan oleh beberapa fasilitator
secara tim, seorang Master Trainer (MT) sebagai pembawa acara, seorang atau lebih
Master Trainer (MT) sebagai juri, dan seorang lagi sebagai operator peralatan musik.
Kegiatan dimulai dengan memperdengarkan musik yang akan dipakai sebagai pengiring
tarian selama ± 2 menit. Peserta mendengarkan dengan seksama dan memperhatikan
irama dan birama musik yang diperdengarkan, lalu dilanjutkan dengan penugasan di
setiap suku untuk merancang sebuah tarian, berlatih menari dan menampilkannya
secara klasikal. Pembawa acara akan memanggil setiap suku untuk menampilkan tarian
sukunya. Operator memainkan musik secara berulang dengan durasi yang sama (3
menit) untuk setiap suku. Juri memberikan penilaian berdasarkan kreatifitas (variasi
gerakan), kekompakan, dan kesesuaian lagu dengan gerakan. Juri juga memberikan
komentar konstruktif untuk membangun motivasi dan belajar dari kekurangan,
kelemahan dan kegagalan teamwork dari setiap suku.

Strategi Penugasan
Memperdengarkan musik sebelum merancang tarian penting dilakukan terlebih dulu
untuk menanamkan pemahaman secara komprehensif terhadap substansi dan prosedur

143
penugasan. Pengalaman saya selama hampir 12 tahun memfasilitasi outbound, Koregrafi
adalah breaker yang paling bagus untuk memecah hambatan dan kebekuan fisik, emosi
dan pikiran peserta diklat. Efek dari Koreografi terhadap pembelajaran selanjutnya
menjadi sangat positif, mind-set positif terbentuk secara alamiah melalui tarian.

Membangun Menara
Tujuan Penugasan
Membangun Menara bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam
manajemen tugas yakni dalam hal merumuskan visi-misi, membuat perencanaan
pekerjaan yang matang, melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan yang terorganisir
dengan baik, dan mampu mengontrol pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh orang
lain dengan efektif. Kemampuan dalam menyusun perencanaan akan menentukan
seberapa efektif visi dan misi akan bisa dicapai. Kemampuan dalam menyusun langkah-
langkah dalam pekerjaan, mengorganisasikan ide-gagasan dan pemikiran, dan mengatasi
gangguan akan menentukan seberapa efektif sebuah pekerjaan akan bisa diselesaikan
sesuai target yang harus dicapai. Kemampuan berbagi peran dan tanggungjawab serta
kedisiplinan, taat azaz, fokus dalam setiap tahapan pekerjaan akan menguji seberapa
efektif perencanaan akan bisa diwujudkan.

Penyajian Penugasan
Membangun Menara adalah proses penciptaan sebuah menara dari sedotan (pipet) yang
diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah menara yang tinggi, indah dan kokoh
dan dilakukan secara bersama-sama. Membangun Menara dilakukan oleh beberapa
fasilitator secara tim, seorang Master Trainer (MT) sebagai pembawa acara, dan seorang
atau lebih Master Trainer (MT) sebagai penguji dan juri. Kegiatan dimulai dengan
penjelasan penugasan oleh Master Trainer (MT) selama ± 2 menit kepada para ketua
suku. Lalu dilanjutkan dengan penugasan kepada setiap ketua suku untuk melakukan
sosialisasi di sukunya masing-masing. Lalu, setiap suku merancang desain bangunan
menara yang akan dibangun. Master Trainer (MT) akan memanggil setiap suku untuk
menjelaskan bangunan menara yang telah dibuat dari sisi filosofis, desain (rancangan)
dan pelaksanaan pembangunannya. Juri akan memberikan penilaian berdasarkan
ketinggian, keindahan, dan kekokohan bangunan menara. Juri juga memberikan
komentar konstruktif untuk membangun motivasi dan belajar dari kekurangan,
kelemahan dan kegagalan teamwork dari setiap suku.

144
Strategi Penugasan
Membangun menara sebenarnya adalah prototipe dari The World of Creation, yang
terdiri dari 2 (dua) tipe penciptaan, yakni penciptaan mental (Mental Creation) dan
penciptaan fisik (Physical Creation). Pembuatan desain (rancangan) merupakan bagian
yang sangat penting dalam Membangun Menara, sebagai mental creation. Sedangkan
proses pembangunan menara sendiri pada dasarnya adalah Physical Creation.

Penugasan ini akan menjadi sangat efektif bila ketua suku mampu menjelaskan tujuan
penugasan dengan baik, mengkonsolidasikan mensinergikan ide-ide, gagasan dan pokok
pikiran anggota suku, membangun komunikasi yang positif dan proaktif, memberikan
umpan balik yang yang efektif dan konsisten, mengoordinasikan, menempatkan anggota
suku berdasarkan potensi dan kapasitasnya masing-masing (silahkan dikaitkan dengan
Peta Otak) untuk membangun sinergitas potensi dan kekuatan masing-masing menjadi
satu kesatuan kinerja, produktifitas dan layanan terbaik yang maksimal. Artinya masing-
masing anggota suku harus berkontribusi masimal menurut posisi dan tugas kerjanya di
dalam teamwork. Penugasan ini sebaliknya, tidak akan maksimal kalau setiap anggota
suku tidak diorganisasikan dan ditata dengan baik sehingga semua anggota suku
mengerjakan pekerjaan dengan cara yang sama dan dengan alur kerja yang sama.
Penugasan ini pada dasarnya untuk mengedukasi anggota suku satu sama lain tentang
realitas tugas kerja masing-masing dan membangun sinergitas visi, misi dan tujuan di
dalam teamwork.

Pabrik Kapal Terbang


Tujuan Penugasan
Pabrik Kapal Terbang bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam
manajemen kinerja yakni dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan
memberikan umpan balik yang efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan
potensi diri dan kelompok/suku akan menguji seberapa maksimal tujuan organisasi
akan dicapai. Pabrik Kapal Terbang adalah latihan yang sangat bagus untuk melakukan
SWOT dalam membangun teamwork (Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats).
Perencanaan pelaksanaan pekerjaan yang didasari oleh kemampuan mengindentifikasi
potensi diri dan kelompok/suku, menetapkan indikator keberhasilan, melaksanakan

145
pekerjaan dengan presisi yang terukur akan menentukan kualitas dan produktifitas kerja
teamwork. Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan
pekerjaan secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengordinasikan pekerjaan,
dan menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan).

Pabrik Kapal Terbang adalah sebuah upaya penguatan potensi kepemimpinan yang
kompleks, mencakup beberapa sisi manajemen-kepemimpinan. Pabrik Kapal Terbang
adalah sebuah upaya penguatan manajemen kinerja misalnya dalam hal penetapan
tujuan, coaching dan umpan balik yang efektif. Pabrik Kapal Terbang adalah sebuah
upaya penguatan manajemen tugas misalnya dalam hal menyusun perencanaan,
monitoring dan kontrol. Dan Pabrik Kapal Terbang juga sekaligus merupakan sebuah
upaya penguatan manajemen orang, misalnya dalam hal berkomunikasi dan
pemberdayaan teamwork. Namun demikian, secara komprehensif, substansi Pabrik
Kapal Terbang adalah sinergitas pemberdayaan anggota suku yang ditransformasikan ke
produktifitas kerja yang optimal menghasilkan sesuatu/barang yang berkualitas tinggi,
sesuai dengan standar yang ditetapkan dan bernilai jual (physical creation).

Penyajian Penugasan
Pabrik Kapal Terbang adalah proses penciptaan kapal terbang dari kertas secara
bersama-sama oleh kelompok/suku dan menjual produk kapal terbang kertas tersebut
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pabrik Kapal Terbang difasilitasi oleh
Master Trainer (MT). Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan
sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku disepakati setiap suku
ditugaskan untuk membuat kapal terbang dari kertas. Lalu Master Trainer (MT)
mendemonstrasikan pembuatan kapal terbang dari kertas dihadapan semua ketua suku,
menjelaskan karakteristik kapal terbang dari kertas yang baik sebagai standar kualitas
kinerja suku. Kemudian setiap ketua suku mencoba membuat model sendiri-sendiri dan
mendiskusikan kesesuain bagian-bagian kapal terbang kertas tersebut berdasarkan
standar kualitas kinerja yang disepakati. Setelah itu Master Trainer (MT) menugaskan
ketua suku untuk 1) menyampaikan kesepakatan-kesepakatan sidang dewan suku
kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2) menetapkan berapa jumlah kertas yang
akan dibeli untuk proses produksi kapal terbangnya. Setelah disepakati berapa jumlah

146
kertas yang akan dibeli, ketua suku lalu membeli (mengambil) kertas sebagai bahan
mentah kapal terbang dari Master Trainer (MT).

Secara bersama-sama semua kelompok/suku melakukan proses produksi kapal terbang


kertas dengan alokasi waktu yang sama. Setelah proses produksi berakhir, Master Trainer
(MT) mengidentifikasi kapal terbang kertas mana yang memenuhi standar dan dibeli
dengan harga tertentu. Dan kapal terbang kertas mana yang tidak memenuhi standar
dan tidak akan dibeli. Penilaian dengan point penjualan tertinggi diberikan sebagai
penghargaan atas keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi dan
produktifitas kerja yang tinggi.

Strategi Penugasan
Penugasan ini akan semakin maksimal jika Master Trainer (MT) mampu membawa
diskusi refleksif penugasannya dengan Matriks TOWS yang merupakan kelanjutan dari
SWOT untuk merumuskan strategi yang tepat. Matriks TOWS memformulasikan
strategi dalam 4 kategori, yakni
1. S-O Strategi; strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan
untuk merebut peluang.
2. W-O Strategi; strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman.
3. S-T Strategi; strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan
untuk mengatasi ancaman.
4. W-T Strategi; strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan
untuk menghindari ancaman.
Pengalaman kita selama ini dalam mengelola penugasan ini, banyak suku yang bernilai
minus karena pengelolaan resiko kerja dan produktifitas yang tidak benar. Inginnya
mengejar profit (point) yang besar tanpa mempertimbangkan kelemahan individu yang
berpengaruh besar terhadap kualitas kinerja, produktifitas dan layanan terbaik. Sehingga
banyak pesawat terbang yang tidak sesuai dengan standar sehingga tidak bisa dijual,
bahan yang tidak terpakai, dan rusak. Atau rendahnya produktifitas jumlah kapal
terbang yang terjual karena tidak mempertimbangkan kinerja anggota suku yang
sebenarnya berkekuatan besar, kinerjanya berkualitas dan semangat untuk melayaninya
terbaik.

147
Rakit Bahagia
Tujuan Penugasan
Rakit Bahagia bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah membaca fakta
untuk menyusun strategi pemecahan masalah secara cepat, spontan, darurat, mendesak,
dan dilakukan dengan tuntas, mudah dan cepat dan tepat (taktis). Calon kepala
sekolah/madrasah dilatih merumuskan strategi penyeleseian masalah taktis, seberapa
cepat sebuah pekerjaan akan bisa diselesaikan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih
untuk mengidentifikasi situasi dan kondisi berdasarkan sejumlah fakta yang disajikan
lengkap dengan bias informasi dan isu-isu yang terjadi. Calon kepala sekolah/madrasah
dilatih untuk menentukan kecepatan, ketepatan dan keakuratan dalam bekerja dan
bertindak. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk mampu berbagi peran dan
tanggungjawab serta kedisiplinan dan ketangguhan fisik, tidak mudah menyerah dan jeli
mengamati, mengadaptasi, mengadopsi dan menciptakan strategi baru di kebiasaan (out
of box) yang akan menguji seberapa efektif keberhasilan tim berupa kualitas kinerja dan
pelayanan terbaik akan bisa diwujudkan.

Penyajian Penugasan
Rakit Bahagia adalah proses menyeberangi sungai yang deras dan penuh buaya dengan
menggunakan rakit yang jumlahnya lebih kecil dari jumlah anggota suku yang harus
menyeberang secara bersama-sama. Rakit Bahagia dilakukan oleh beberapa fasilitator
secara tim, seorang Master Trainer (MT) untuk setiap suku. Kegiatan dimulai dengan
penjelasan penugasan oleh Master Trainer (MT) selama ± 2 menit. Setelah itu, Master
Trainer (MT) meminta para ketua suku untuk melakukan sosialisasi penugasan kepada
anggota sukunya masing-masing. Suku menyusun strategi untuk mengatasi
permasalahan secara bersama selama ± 5 menit. Setelah itu Master Trainer (MT) akan
memanggil setiap suku utnuk tam[il bersama dalam sebuah kompeteisi menyeberangi
sungai dengan menggunakan rakit. Juri memberikan penilaian berdasarkan kecepatan,
ketuntasan, ketepatan dalam pelaksanaan penugasan tanpa adanya pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku. Juri juga memberikan komentar konstruktif untuk
membangun motivasi dan belajar dari kekurangan, kelemahan dan kegagalan teamwork
dari setiap suku.

Strategi Penugasan

148
Penugasan ini sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar dari
kekurangan, kelemahan dan kegagalan teamwork dalam bepikir dan bertindak. Oleh
karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat kombinatif antara eksploratif dan experimental
penting untuk diberikan kepada setiap suku, misalnya berapa kali mereka gagal?,
mengapa bisa gagal? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi
bagaiamana gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif? Lalu bagaimana bisa
berhasil? Apa yang menyebabkan keberhasilan? Bagaimana bisa menemukan cara
terbaik untuk menyeleseikan masalah? Bagaimana keberhasilan itu dicapai,
gambarannya seperti apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis
dan berikan contohnya dalam hal apa? Bagaimana merumuskan strategi
penyeleseiannya? Dan bagaimana gambaran melaksanakan strategi itu? Tantangan dan
hambatannnya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Lucky Strike 1-2


Tujuan Penugasan
Lucky Strike bertujuan untuk untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership), misalnya dalam hal nilai-
nilai altruis, integritas, kebaikan, keberanian, kesabaran, ketahanan, keunggulan,
keyakinan, bersyukur, dan pelayanan terbaik.

Lucky Strike melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan potensi diri dan kelompok/suku,
melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji seberapa
maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Lucky Strike adalah latihan yang sangat bagus
untuk melakukan SWOT dalam membangun produktifitas kerja yang optimal (Strenghts,
Weaknesses, Opportunities dan Threats).

Lucky Strike juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam penguatan
manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol atas
pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk merencanakan
pekerjaan berdasarkan indentifikasi atas potensi diri dan kelompok/suku, menetapkan
indikator keberhasilan, memberikan umpan balik yang efektif bagi anggota suku di saat

149
melaksanakan pekerjaan, dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan presisi baik
yang akan menentukan produktifitas kerja teamwork.

Dan Lucky Strike sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,
misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi
Lucky Strike adalah sinergitas dalam membangun perencanaan pekerjaan secara bersama-
sama (mental creation) dan sinergitas dalam melaksanakan kegiatan dengan umpan balik
dan kontrol yang baik (physical creation).

Penyajian Penugasan
Lucky Strike adalah melempar gelang-gelang rotan ke botol minuman yang diatur
sedemikian rupa penempatannya dalam tiga kategori jarak dekat, sedang dan jauh yang
point keuntungan dan resiko dendanya bervariasi, dari yang point keuntungannya
terkecil namun resiko dendanya besar sampai dengan point keuntungannya besar namun
resiko denda dendanya kecil secara bersama sama oleh setiap anggota suku. Setiap
anggota suku memiliki kesempatan untuk melempar denda 5 kali. Pelaksanaan
pelemparan gelang-gelang rotan secara bersama-sama melalui sebuah kompetisi yang
dipandu oleh Master Trainer (MT).

Lucky Strike dilakukan oleh beberapa fasilitator secara tim, seorang Master Trainer (MT)
sebagai pemandu, dan seorang Master Trainer (MT) untuk setiap suku. Kegiatan dimulai
dengan penjelasan penugasan oleh Master Trainer (MT) selama ± 2 menit kepada semua
ketua suku. Setelah itu, Master Trainer (MT) meminta para ketua suku untuk melakukan
sosialisasi penugasan kepada anggota sukunya masing-masing. Suku menyusun strategi
untuk melaksanakan penugasan secara bersama selama ± 5 menit. Setelah itu Master
Trainer (MT) akan memanggil setiap suku untuk tampil bersama dalam sebuah kompetisi
melempar gelang rotan. Juri memberikan penilaian berdasarkan ketuntasan dan
ketepatan dalam pelaksanaan penugasan tanpa adanya pelanggaran terhadap ketentuan
yang berlaku. Juri juga memberikan komentar konstruktif untuk membangun motivasi

150
dan belajar dari kesalahan, kelemahan, keuntungan dan kerugian teamwork dari setiap
suku.

Lucky Strike harus dilakukan dua kali, yakni Lucky Strike 1 dan Lucky Strike 2. Pada inti
penugasannya antara Lucky Strike 1 dan Lucky Strike 2 tidak ada perbedaan, baik dalam
tujuan, prosedur maupun ketentuan-ketentuannya. Satu-satunya yang mebedakan
adalah dalam hal sitem kompetisinya. Pada Lucky Strike 1, Master Trainer (MT) meminta
setiap anggota suku untuk melempar gelang-gelang rotan dengan menggunakan instruksi
tunggal, yakni “Pelempar 1, 2....dan seterusnya”. Dan setiap anggota suku dengan bebas
bisa melemparkan ke-5 gelang-gelang rotan itu ke botol. Sedangkan pada Lucky Strike 2,
setiap anggota suku hanya bisa melempar gelang-gelang rotan berdasarkan instruksi
Master Trainer (MT) yang arbitrery, spontan, emergensi, mendesak dan sering kali bias
makna dan konotatif. Instruksi Master Trainer (MT), yakni “Biru, 1-2-3...dst; Merah 1-2-
3...dst. Sebelum hitungan ketiga gelang-gelang rotan itu sudah harus dilempar. Jika tidak
segera dilempar maka pelemparan dinilai gagal.

Strategi penugasan
Lucky Strike sangat bagus untuk dilatihkan kepada para calon kepala sekolah/madrasah
untuk mengelola kinerja, tugas, orang dan sekaligus mengelola resiko atas tindakan yang
tidak efektif, tidak tepat sasaran dan tidak tuntas. Oleh karena itu, Lucky Strike harus
dilakukan dalam dua kali sesi secara berurutan, sistematis dan berkelanjutan. Tidak bisa
kita memainkan Lucky Strike dalam satu kali sesi saja. Ini karena Lucky Strike berkenaan
dengan bagaiamana kita mengelola resiko kerugian yang tidak bisa dihindarkan akibat
pengelolaan kinerja, tugas dan orang yang tidak maksimal. Adanya kesalahan,
kelemahan, keuntungan dan kerugian teamwork dalam Lucky Strike itu sudah pasti
terjadi, sehingga bagaimana mengelola resiko denda yang merugikan itu bisa
diminimalkan membutuhkan strategi penyeleseian masalah yang tepat dan pelaksanaan
tugas dengan pengelolaan orang yang baik.

Lucky Strike sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar dari
kesalahan, kelemahan dan kegagalan teamwork dalam bepikir mengatur strategi dan
pelaksanaan penugasan. Oleh karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat kombinatif
antara eksploratif dan experimental penting untuk diberikan kepada setiap anggota suku,

151
misalnya berapa kali mereka gagal?, mengapa bisa gagal? Apa kekurangan dan
kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi bagaimana gambarannya? Mengapa cara itu
kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, misalnya menurut perhitungan
suku, dalam penugasan tadi untung atau rugi? lalu bagaimana bisa rugi? Mengapa bisa
rugi? Apa yang menyebabkan kerugian? Bagaimana bisa menemukan cara terbaik untuk
menyeleseikan kerugian? Bagaimana bisa untung dicapai, gambarannya seperti apa? Jika
di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan contohnya dalam hal
apa? Bagaimana merumuskan strategi penyeleseiannya? Dan bagaimana gambaran
melaksanakan strategi itu? Tantangan dan hambatannnya apa saja kalau dilakukan di
sekolah/madrasah?

Roda Pedati
Tujuan Penugasan
Roda Pedati bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah membaca fakta
untuk menyusun strategi pemecahan masalah secara cepat, kreatif dan bekerja penuh
tanggungjawab terhadap tim. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk menyusun
strategi untuk melaksanakan pekerjaan akan bisa diselesaikan dengan cepat dan tuntas.
Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk mengidentifikasi sejumlah fakta yang
kompleks dan detil, namun terdapat sejumlah informasi dan isu-isu yang bias makan
dan konotatif yang bisa mengganggu akurasi strategi pemecahan masalah. Calon kepala
sekolah/madrasah dilatih untuk memiliki ketangguhan fisik, kesatuan gerakan,
kekompakan dan pemanfaatan potensi anggota suku yang menguji seberapa efektif
sinergitas teamwork akan bisa diwujudkan.

Penyajian Penugasan
Roda Pedati adalah berjalan atau berlari dalam sebuah terpal yang dibuat melingkar
sedemikian rupa secara bersama sama. Setiap anggota suku berada di dalam terpal
tersebut dan berjalan atau berlari dari batas awal (start) sampai dengan batas akhir
(finish). Roda Pedati dilaksanakan dalam satu kompetisi antar suku secara bersama-sama
yang dipandu oleh Master Trainer (MT).

152
Roda Pedati dilakukan oleh beberapa fasilitator secara tim, seorang Master Trainer (MT)
sebagai pemandu, dan seorang Master Trainer (MT) untuk setiap suku. Kegiatan dimulai
dengan penjelasan penugasan oleh Master Trainer (MT) selama ± 2 menit kepada semua
ketua suku. Setelah itu, Master Trainer (MT) meminta para ketua suku untuk melakukan
sosialisasi penugasan kepada anggota sukunya masing-masing. Suku menyusun strategi
untuk melaksanakan penugasan secara bersama selama ± 5 menit. Setelah itu Master
Trainer (MT) akan memanggil setiap suku untuk tampil bersama dalam sebuah kompetisi
berjalan di dalam terpal tersebut. Juri memberikan penilaian berdasarkan ketuntasan,
ketepatan dan kecepatan dalam pelaksanaan penugasan tanpa adanya pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku. Juri juga memberikan komentar konstruktif untuk
membangun motivasi dan belajar dari kesalahan, kelemahan dari setiap suku dari sisi
pembangunan sinergitas teamwork.

Strategi Penugasan
Roda Pedati sangat bagus untuk dilatihkan kepada para calon kepala sekolah/madrasah
untuk mengelola kinerja, tugas, orang dan sekaligus mengelola resiko ketidaktepatan,
ketidakefektifan, dan ketidaktuntasan pada aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring
evaluasi dan umpan balik (refleksi) terhadap sebuah pekerjaan. Oleh karena itu, Roda
Pedati harus dilakukan sekali sesi saja dan harus berkompetisi secara bersamaan. Tidak
bisa kita memainkan Roda Pedati dalam dua kali sesi saja. Ini karena Roda Pedati
berkenaan dengan bagaimana kita mengelola resiko tadi. Adanya ketidaktepatan,
ketidakefektifan, dan ketidaktuntasan teamwork dalam Roda Pedati itu sudah pasti
terjadi, sehingga bagaimana mengelola resiko yang merugikan itu bisa didiskusikan
sebagai sebuah umpan balik yang efektif.

Roda Pedati ibaratnya adalah sebuah ujian akhir nasional yang tidak bisa diulang dan
harus sukses. Roda Pedati sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah
belajar dari kesalahan, kelemahan dan kegagalan teamwork dalam merumuskan strategi
penyeleseian masalah dan bagaiaman pelaksanaan tugas yang optimal. Oleh karena itu
pertanyaan refleksi yang bersifat kombinatif antara eksploratif penting untuk diberikan
kepada setiap anggota suku, misalnya di penugasan ini tadi kalah atau menang?,
mengapa bisa kalah? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi
bagaimana gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif?

153
Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa menang? lalu bagaimana bisa dengan cepat bergerak di dalam terpal? Apa yang
menyebabkan bisa menang dengan cepat? Bagaimana bisa menemukan cara terbaik
untuk menyeleseikan tugas? Bagaimana bisa kemenangan itu dicapai, gambarannya
seperti apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan
contohnya dalam hal apa? Bagaimana merumuskan strategi penyeleseiannya? Dan
bagaimana gambaran melaksanakan strategi itu? Tantangan dan hambatannnya apa saja
kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Ranjau Maut
Tujuan Penugasan
Ranjau Maut bertujuan untuk untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah
menguatkan potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai ketahanan fisik. Calon kepala sekolah/madrasah yang
memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai kesabaran, ketelitian,
ketabahan, dan keunggulan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa
pikiran dalam mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan,
misalnya nilai altruis, integritas, kebaikan, sinergitas, dan kerjasama, dan pelayanan
terbaik.

Ranjau Maut melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Ranjau Maut adalah latihan yang sangat
bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah mengobservasi
situasi dan kondisi yang dihadapi (Man-Material-Money).

Ranjau Maut juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam penguatan
manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol atas
pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk merencanakan

154
pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi yang dihadapi
(Man-Material-Money), menetapkan indikator keberhasilan, memberikan umpan balik
yang efektif bagi anggota suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan mengontrol
pelaksanaan pekerjaan dengan presisi baik yang akan menentukan produktifitas kerja
teamwork.

Penyajian Penugasan
Ranjau Maut sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya
dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Calon
kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan secara detil,
menyampaikan prosedur kerja dan mengordinasikan pekerjaan, dan menetapkan dan
memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku untuk mendorong
ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi Ranjau Maut adalah
sinergitas dalam membangun perencanaan pekerjaan secara bersama-sama (mental
creation) dan sinergitas dalam melaksanakan kegiatan dengan umpan balik dan kontrol
yang baik (physical creation).

Ranjau Maut adalah menyeberangi lahan dengan luas tertentu secara bersama-sama oleh
kelompok/suku dengan cara tiarap dengan sejumlah larangan menyentuh tali yang
dipasang sembarang oleh fasilitator atau Master Trainer (MT). Ranjau Maut difasilitasi
oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain
sebagai observer (pengamat). Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk
melakukan sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku detil
penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar. Lalu
setelah itu Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil
penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-
masing, dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku
mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan tanpa pelanggaran.

Strategi Penugasan
Ranjau Maut sangat bagus untuk dilatihkan kepada para calon kepala sekolah/madrasah
untuk mengelola kinerja, tugas, orang dan sekaligus mengelola resiko ketidakefektifan

155
pada aspek pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu, Ranjau Maut harus dilakukan sekali
sesi saja dan harus berkompetisi secara bersamaan. Ketidakefektifan teamwork dalam
Ranjau Maut itu sudah pasti terjadi, sehingga bagaimana mengelola resiko yang
merugikan itu bisa didiskusikan sebagai sebuah umpan balik yang efektif.

Ranjau Maut ibaratnya adalah sebuah klimaks yang tidak bisa diulang dan harus sukses.
Ranjau Maut sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar dari
kelemahan dan ketidakefektifan teamwork bagaimana pelaksanaan tugas yang optimal.
Oleh karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat experimental penting untuk diberikan
kepada setiap anggota suku, misalnya di penugasan ini tadi kalah atau menang?,
mengapa bisa kalah? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi
bagaimana gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa menang? lalu bagaimana bisa dengan cepat bergerak di dalam lahan penuh ranjau?
Apa yang menyebabkan bisa menang dengan cepat? Bagaimana bisa menemukan cara
terbaik untuk menyeleseikan tugas? Bagaimana bisa kemenangan itu dicapai,
gambarannya seperti apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis
dan berikan contohnya dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan
pekerjaannya? Tantangan dan hambatannnya apa saja kalau dilakukan di
sekolah/madrasah?

Pesan Berantai
Tujuan Penugasan
Pesan Berantai bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah
mengkomunikasikan ide, pendapat, pesan dan informasi secara cepat, sederhana,
bermakna dan mampu dipahami orang lain dengan mudah dan cepat. Kemampuan
dalam menyusun bahasa, logika dan rasionalitas bahasa akan menentukan seberapa
efektif makna bisa dimengerti. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk menjaring
makna dari sejumlah informasi yang padat dan bertaburan dalam kehidupan sehari hari
lengkap dengan bias informasi dan isu-isu yang mengganggu akurasi, relevansi dan
substansi pesan yang sudah disepakati. Akurasi, relevansi dan substansi pesan akan
menentukan kecepatan dan keakuratan hasil pekerjaan yang ingin dicapai. Calon kepala

156
sekolah/madrasah dilatih untuk berbagi peran, tanggungjawab serta kedisiplinan dan
konsentrasi akan menguji seberapa efektif teamwork akan bisa diwujudkan.

Penyajian Penugasan
Pesan Berantai adalah menyampaikan pesan yang dibuat sedemikian rupa kompleksitas
isi, jumlah kata, jenis kata dan kalimatnya secara bersama-sama oleh suku dengan cara
membisikan pesan bergantian dari satu anggota suku ke anggota suku yang lain dalam
jarak yang sudah ditentukan. Pesan Berantai difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT)
sebagai fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai pengganggu.

Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku
selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar. Lalu setelah itu Master Trainer (MT)
menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2) mengatur
penempatan anggota sukunya untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku
mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan ketepatan pesan
yang disampaikan terkahir tanpa pelanggaran.

Strategi Penugasan
Pesan Berantai sangat bagus untuk dilatihkan kepada para calon kepala
sekolah/madrasah untuk mengelola kinerja dan orang pada aspek pelaksanaan
pekerjaan. Pesan Berantai harus dilakukan sekali sesi saja dan harus berkompetisi secara
bersamaan. Ketidakefektifan teamwork dalam Pesan Berantai itu sudah pasti terjadi,
sehingga bagaimana mengelola resiko kesalahan itu bisa didiskusikan sebagai sebuah
umpan balik yang efektif.

Pesan Berantai sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar dari
kesalahan anggota suku dalam teamwork, sehingga pelaksanaan tugas tidak optimal. Oleh
karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat eksploratif penting untuk diberikan kepada

157
setiap anggota suku, misalnya di penugasan ini tadi berhasil atau gagal?, mengapa bisa
salah? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi bagaimana
gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa berhasil? lalu bagaimana bisa dengan cepat dan tepat memahami pesan? Apa yang
menyebabkan bisa cepat menyampaikan pesan? Bagaimana bisa menemukan cara
terbaik untuk meyampaikan pesan? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai, gambarannya
seperti apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan
contohnya dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan pekerjaannya?
Tantangan dan hambatannnya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Dimensi Manusia
Tujuan Penugasan
Dimensi Manusia bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah
mengkoordinasikan, mengkonsolidasikan dan mengoperasinalisasikan pekerjaan
bedasarkan tujuan dan informasi secara cepat, tepat, logis dan sistematis. Pekerjaan yang
diberikan bisa saja berdasarkan menuntut sebuah hierarkhi, kronologi, jenjang,
volume/frekwensi/jumlah tertentu yang sederhana, mudah dan bisa dipahami orang
lain. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk menyusun urutan kejadian, urutan
jenjang, urutan waktu, urutan alur pikir sehingga rasionalitas jalur bisa dimengerti
sehingga membentuk kesatuan makna secara bersama-sama.

Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk menjaring informasi yang padat dan
bertaburan dalam kehidupan sehari hari. Menata informasi-informasi tersebut dengan
logis dan akurat, secara bersama-sama, bersamaan dalam satu satuan waktu, tanpa
instruksi dari ketua suku. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk berbagi peran,
tanggungjawab, partisipasi dan kontribusinya secara proaktif dan mandiri yang akan
menguji seberapa efektif teamwork akan bisa diwujudkan.

Penyajian Penugasan
Dimensi Manusia adalah membuat urutan anggota suku berdasarkan kriteria tertentu
yang dibuat sedemikian rupa kompleksitasnya, dilakukan oleh setiap anggota suku
dengan cara bertanya dan bergerak secara bersama-sama dan berbarengan, dari satu

158
anggota suku ke anggota suku yang lain dalam jarak yang sudah ditentukan
menggunakan bahasa non-verbal, yang hasilnya berupa susunan anggota suku
berdasarkan kriteria tersebut. Dimensi Manusia difasilitasi oleh seorang Master Trainer
(MT) sebagai fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator suku.

Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku
selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar. Lalu setelah itu Master Trainer (MT)
menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2) mengatur
penempatan anggota sukunya untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku
mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan ketepatan susunan
anggota suku berdasarkan kriteria yang diminta.

Strategi Penugasan
Dimensi Manusia sangat bagus untuk dilatihkan kepada para calon kepala
sekolah/madrasah untuk mengelola orang pada aspek pelaksanaan pekerjaan. Dimensi
Manusia dilakukan bisa dilakukan berkali-kali dengan mengganti kriterianya, namun
harus tetap dilakukan secara berkompetisi, bersamaan dan berbarengan.
Ketidakefektifan teamwork dalam Dimensi Manusia itu sudah pasti terjadi, sehingga
bagaimana mengelola resiko kesalahan pengelolaan orang bisa didiskusikan sebagai
sebuah umpan balik yang efektif.

Dimensi Manusia sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar
dari kesalahan anggota suku dalam mengaktualisasikan peran, tanggungjawab,
partisipasi dan kontribusinya terhadap teamwork, sehingga pelaksanaan tugas tidak
optimal. Oleh karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat eksploratif penting untuk
diberikan kepada setiap anggota suku, misalnya di penugasan ini tadi berhasil atau
gagal?, mengapa bisa salah? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-cara penyeleseian
tadi bagaimana gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif?

159
Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa berhasil? lalu bagaimana bisa dengan cepat dan tepat menata anggota suku? Apa
yang menyebabkan bisa cepat mengatur anggota sukunya? Bagaimana bisa menemukan
cara terbaik untuk mengatur anggota suku? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai,
gambarannya seperti apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis
dan berikan contohnya dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan
pekerjaannya? Tantangan dan hambatannya apa saja kalau dilakukan di
sekolah/madrasah?

Pesan Gambar
Tujuan Penugasan
Pesan Gambar bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah mengolah
informasi, ide/gagasan/pendapat/pokok pikiran, dan pesan secara mudah, cepat, dan
tepat. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih menyusun bahasa, logika dan rasionalitas
bahasa akan menentukan seberapa efektif makna bisa dimengerti. Calon kepala
sekolah/madrasah dilatih mengidentifikasi sejumlah informasi yang padat dan
bertaburan dalam kehidupan sehari hari lengkap dengan bias informasi dan isu-isu yang
terjadi akan menentukan kecepatan dan keakuratan hasil pekerjaan yang ingin dicapai.
Calon kepala sekolah/madrasah dilatih berbagi peran dan tanggungjawab serta
kedisiplinan dan konsentrasi akan menguji seberapa efektif tujuan tim akan bisa
diwujudkan.

Penyajian Penugasan
Pesan Gambar adalah menyampaikan pesan yang berupa sebuah gambar yang dibuat
sedemikian rupa kompleksitas obyek, bentuk, warna dan maknanya secara bersama-
sama oleh suku dengan cara menyampaikan makna yang ditangkap secara bergantian
dari satu anggota suku ke anggota suku yang lain dalam jarak yang sudah ditentukan.
Suku dibagi menjadi tiga kelompok kecil, yakni: Analisator, Mediator, dan Eksekutor.
Ketua suku diberikan gambar, mencermatinya dan menyampaikan pesannya ke
kelompok Analisator. Kelompok Analisator akan menyampaikan makna gambar ke
kelompok Mediator. Kelompok Mediator menyampaikan makna gambar ke kelompok
Eksekutor, dan terakhir kelompok Eksekutor membuat gambar seperti yang ditangkap dari
kelompok Mediator.

160
Pesan Gambar difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) Pemandu dan sejumlah Master
Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap suku dan pengganggu. Kegiatan dimulai
dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku (± 2 menit). Dalam
sidang dewan suku detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak
boleh dilanggar. Lalu setelah itu Master Trainer (MT) Pemandu menugaskan ketua suku
untuk menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada
anggota sukunya masing-masing (± 2 menit), dan 3) mengatur strategi dan penempatan
anggota sukunya untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama (± 5 menit).
Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku
mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan ketepatan pesan
yang disampaikan terkahir tanpa pelanggaran (± 25 menit).

Strategi Penugasan
Pesan Gambar sangat bagus untuk dilatihkan kepada para calon kepala
sekolah/madrasah untuk mengelola kinerja dan orang pada aspek pelaksanaan
pekerjaan. Pesan Gambar harus dilakukan sekali sesi saja dan harus berkompetisi secara
bersamaan. Ketidakefektifan teamwork dalam Pesan Gambar itu sudah pasti terjadi,
sehingga bagaimana mengelola resiko kesalahan itu bisa didiskusikan sebagai sebuah
umpan balik yang efektif.

Pesan Gambar sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar dari
kesalahan anggota suku dalam teamwork, sehingga pelaksanaan tugas tidak optimal. Oleh
karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat eksploratif penting untuk diberikan kepada
setiap anggota suku, misalnya di penugasan ini tadi berhasil atau gagal?, mengapa bisa
salah? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi bagaimana
gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa berhasil? lalu bagaimana bisa dengan cepat dan tepat memahami pesan? Apa yang
menyebabkan bisa cepat menyampaikan pesan? Bagaimana bisa menemukan cara
terbaik untuk meyampaikan pesan? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai, gambarannya
seperti apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan

161
contohnya dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan pekerjaannya?
Tantangan dan hambatannnya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Bom Waktu
Tujuan Penugasan
Bom Waktu bertujuan untuk untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
kesabaran, ketelitian, dan ketabahan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki
kuasa pikiran dalam mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa
depan, misalnya nilai fokus/konsentrasi dalam bekerja, kebaikan, sinergitas, kerjasama,
dan pelayanan terbaik.

Bom Waktu melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Bom Waktu adalah latihan yang sangat
bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah mengobservasi
situasi dan kondisi yang dihadapi dan mengubah strategi dengan cepat dan tepat (Man
and Material).

Bom Waktu juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam penguatan
manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol atas
pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk merencanakan
pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi yang dihadapi
(Man-Material), menetapkan indikator keberhasilan, memonitor perkembangan anggota
suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan
presisi baik yang akan menentukan kualitas kinerja teamwork.

Penyajian Penugasan

162
Bom Waktu sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya
dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Calon
kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan secara detil,
menyampaikan prosedur kerja dan mengordinasikan pekerjaan, dan menetapkan dan
memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku untuk mendorong
ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi Bom Waktu adalah
sinergitas dalam membangun perencanaan pekerjaan secara bersama-sama (mental
creation) dan sinergitas dalam melaksanakan kegiatan dengan monitoring dan kontrol
yang baik (physical creation).

Bom Waktu adalah memindahkan piring yang berisi bola tenis meja secara bersama-
sama oleh kelompok/suku dengan menggunakan peralatan yang sangat terbatas (tali
rafia). Bom Waktu difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator dan
sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap kelompok/suku. Kegiatan
dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku selama ± 2
menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah
ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT). Setelah itu
Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan,
prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2)
mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian
dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku mencapai
sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan tanpa pelanggaran.

Strategi Penugasan
Bom Waktu akan bekerja dengan sempurna kalau setiap anggota suku mampu
menyingkirkan ketidakpercayaan kalau piring berisi bola tenis meja itu nantinya akan
bisa dipindahkan, atau sebaliknya jika suku memandang ini pekerjaan yang sederhana
tapi perlu kehati-hatian, ketelitian, kesabaran dan kesungguhan hati dan fokus
memandang setiap pergerakan bola dan dengan cepat mengatasinya sekiranya
membahayakan, maka besar kemungkinan suku akan mendapatkan keberhasilan kinerja
yang maksimal.

163
Dari sisi manajemen tugas, ketua suku dituntut untuk mampu memberi umpan balik
kepada setiap anggota suku yang punya potensi untuk melakukan kesalahan,
kecerobohan, dan kehilangan fokus pada pergerakan pergerakan anggota suku yang lain.
Untuk membantu setiap anggota suku mengendalikan peran, tanggungjawab, partisipasi,
kontribusi terhadap teamwork sesuai dengan kebutuhan pergerakan teamwork.

Bom Waktu sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah belajar dari
kesalahan anggota suku dalam mengaktualisasikan peran, tanggungjawab, partisipasi
dan kontribusinya terhadap teamwork, sehingga pelaksanaan tugas tidak optimal. Oleh
karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat navigasi penting untuk diberikan kepada
setiap anggota suku, misalnya apakah di penugasan ini tadi kita peran kita tadi
maksimal?, mengapa bisa tidak maksimal? Apa kekurangan dan kesalahannya? Cara-
cara penyeleseian tadi bagaimana gambarannya? Mengapa cara itu kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa berhasil? lalu bagaimana bisa dengan cepat dalam menyeleseikan penugasan? Apa
yang menyebabkan bisa cepat? Bagaimana bisa menemukan cara terbaik untuk
menyeleseikan penugasan? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai, gambarannya seperti
apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan contohnya
dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan pekerjaannya? Tantangan dan
hambatannya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Pejuang Semut
Tujuan Penugasan
Pejuang Semut bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah membaca fakta
untuk menyusun strategi pemecahan masalah secara cepat, spontan, emergensi,
mendesak, dan dilakukan dengan mudah dan cepat, tepat dan tuntas secara bersama-
sama. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk menyusun strategi akan
menentukan seberapa cepat, tepat dan tuntas sebuah pekerjaan akan bisa diselesaikan.
Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk mengidentifikasi sejumlah fakta yang ada
dan disajikan lengkap dengan bias informasi dan isu-isu yang terjadi akan menentukan
kecepatan dan keakuratan hasil pekerjaan yang ingin dicapai. Kemampuan berbagi
peran dan tanggungjawab serta empati, kepedulian, keikhlasan, sosialitas, gotong royong

164
dan ketangguhan fisik, tidak mudah menyerah dan mengadaptasi strategi terhadap
kegagalan tim akan menguji seberapa efektif keberhasilan tim akan bisa diwujudkan.

Pejuang Semut sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,


misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi
Pejuang Semut adalah sinergitas dalam membangun perencanaan pekerjaan secara
bersama-sama (mental creation) dan sinergitas dalam melaksanakan kegiatan dengan
monitoring dan kontrol yang baik (physical creation).

Penyajian Penugasan
Pejuang Semut adalah memindahkan gelas air mineral terbuat dari plastik yang berisi air
yang ditaruh di atas selembar kain serbet atau lap meja dengan cara bersama-sama dari
satu tempat awal (start) sampai dengan tempat terakhir yang ditentukan (finish). Pejuang
Semut difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator pemandu dan
sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap kelompok/suku. Kegiatan
dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku selama ± 2
menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah
ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT). Setelah itu
Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan,
prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2)
mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian
dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku mencapai
sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan tanpa pelanggaran.

Strategi Penugasan
Pejuang Semut sangat bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah untuk
melaksanakan pekerjaan yang sebenarnya sangatlah sederhana tapi perlu kehati-hatian,
ketelitian, kesabaran dan kesungguhan hati dan fokus memandang setiap pergerakan
gelas air dan dengan cepat mengatasinya sekiranya membahayakan kinerja suku.

165
Dari sisi manajemen tugas, ketua suku dituntut untuk mampu memberi umpan balik
kepada setiap anggota suku yang punya potensi untuk melakukan kesalahan,
kecerobohan, dan kehilangan fokus pada pergerakan pergerakan anggota suku yang lain.
Setiap anggota suku dituntut untuk mengendalikan peran, tanggungjawab, partisipasi,
kontribusi terhadap teamwork sesuai dengan kebutuhan pergerakan teamwork.

Pejuang Semut akan semakin efektif jika calon kepala sekolah/madrasah bisa belajar
menerima kesalahan anggota suku dalam mengaktualisasikan peran, tanggungjawab,
partisipasi dan kontribusinya terhadap teamwork, yang menyebabkan pelaksanaan tugas
menjadi tidak optimal. Oleh karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat navigasi penting
untuk diberikan kepada setiap anggota suku, misalnya apakah di penugasan ini tadi
peran kita maksimal?, mengapa bisa tidak maksimal? Apa kekurangan dan
kesalahannya? Cara-cara penyeleseian tadi bagaimana gambarannya? Mengapa cara itu
kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa berhasil? lalu bagaimana bisa dengan cepat dalam menyeleseikan penugasan? Apa
yang menyebabkan bisa cepat? Bagaimana bisa menemukan cara terbaik untuk
menyeleseikan penugasan? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai, gambarannya seperti
apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan contohnya
dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan pekerjaannya? Tantangan dan
hambatannya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Pasak Bumi
Tujuan Penugasan
Pasak Bumi bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
kesabaran, kejujuran, ketelitian, dan ketabahan. Calon kepala sekolah/madrasah yang
memiliki kuasa pikiran dalam mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di

166
masa depan, misalnya nilai fokus/konsentrasi dalam bekerja, kebaikan, sinergitas,
kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Pasak Bumi melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Pasak Bumi adalah latihan yang sangat
bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah mengobservasi
situasi dan kondisi yang dihadapi dan menggerakan anggota suku dengan tepat (Man).

Pasak Bumi juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam penguatan
manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol atas
pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk merencanakan
pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi yang dihadapi
(Man), menetapkan indikator keberhasilan, memonitor perkembangan anggota suku di
saat melaksanakan pekerjaan, dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan presisi
baik yang akan menentukan kualitas kinerja teamwork.

Pasak Bumi sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya
dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Calon
kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan secara detil,
menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan menetapkan dan
memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku untuk mendorong
ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi Pasak Bumi adalah
sinergitas antara pemimpin suku dalam memberikan instruksi, memonitor dan
mengontrol pekerjaan dengan baik (mental creation) dan kemampuan anggota suku untuk
memahami instruksi dalam melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama dan sinergitas
dalam melaksanakan pekerjaan (physical creation).

Penyajian Penugasan

167
Pasak Bumi adalah memasukkan paku yang terikat dalam sejumlah tali ke dalam botol
secara bersama-sama oleh kelompok/suku dengan dipandu oleh instruksi dari ketua
suku. Pasak Bumi difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator dan
sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap kelompok/suku. Kegiatan
dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku selama ± 2
menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah
ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT). Setelah itu
Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan,
prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2)
mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian
dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku mencapai
sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan tanpa pelanggaran.

Strategi Penugasan
Kita ini sangat handal dalam bercakap-cakap, namun kebanyakan dari kita yidak
terbiasa untuk mendengar, menyimak dan memercayai pesan yang diberikan oleh orang
lain. Maka penugasan Pasak Bumi sangat cocok untuk memunculkan keterampilan yang
bagi sebagian dari kita telah mulai diremehkan. Jadi meskipun yang tampak sepertinya
adalah ketua suku yang lebih repot dalam mengarahkan anggota sukunya, namun
sebenarnya yang jauh lebih menantang, membingungkan dan mengaduk-aduk emosi
dan pikiran adalah anggota suku yang matanya tertutup dan harus mengikuti pesan yang
diberikan ketua suku yang terkadang membingungkan, tidak jelas dan salah-benarnya
tidak diketahui.

Oleh karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat navigasi penting untuk diberikan kepada
setiap anggota suku, misalnya apakah di penugasan ini tadi mudah untuk dilaksanakan?,
mengapa bisa tidak mudah? Apa kekurangan dan kesalahannya? Instruksi yang
diberikan tadi bagaimana gambarannya? Mengapa instruksi itu kurang efektif?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa berhasil? lalu bagaimana bisa dengan cepat dalam menyeleseikan penugasan? Apa
yang menyebabkan bisa cepat? Bagaimana bisa menemukan cara terbaik untuk
menyeleseikan penugasan? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai, gambarannya seperti

168
apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan contohnya
dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan pekerjaannya? Tantangan dan
hambatannya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Tong Repot
Tujuan Penugasan
Tong Repot bertujuan untuk untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
kesabaran, keikhlasan, pengorbanan, empati, simpati, motivasi, kerja keras dan
ketabahan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam
mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai
kebaikan, sinergitas, kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Tong Repot melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi, melakukan coaching, dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Tong Repot adalah latihan yang sangat
bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah mengobservasi
potensi dan kelemahan diri dan suku, mengatur penempatan anggota suku menurut
potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, memberikan umpan balik yang
konstruktif.

Tong Repot juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam penguatan
manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol atas
pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk merencanakan
pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi yang dihadapi
(Man-Material-Money Management), menetapkan indikator keberhasilan, memonitor
perkembangan anggota suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan mengontrol

169
pelaksanaan pekerjaan dengan presisi baik yang akan menentukan kualitas kinerja
teamwork.

Tong Repot sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya
dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Calon
kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan secara detil,
menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan menetapkan dan
memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku untuk mendorong
ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi Tong Repot sangat
kompleks, menyangkut banyak sisi managemen-kepemimpinan, yakni sinergitas antara
perencanaan (strategi), penempatan sumber daya manusia, memonitor dan mengontrol
pekerjaan dengan baik (mental creation) dan ketahanan untuk melaksanakan pekerjaan
secara bersama-sama (physical creation).

Penyajian Penugasan
Tong Repot adalah mengisi gelas dengan air yang berasal dari sebuah tong yang
dilubangi sisi-sisinya secara bersama-sama oleh kelompok/suku menggunakan bambu
yang harus disewa sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan. Tong Repot
difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator dan sejumlah Master
Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap kelompok/suku. Kegiatan dimulai dengan
memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam
sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak
boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT)
menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2) mengatur strategi
untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama; 3) menetapkan berapa jumlah
peralatan yang akan disewa. Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai
penghargaan atas keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi
berupa kecepatan dan tanpa pelanggaran serta produktifitas kerja yang tinggi berupa
berapa jumlah gelas yang terisi sesuai dengan ketentuan.

170
Strategi Penugasan
Tantangan Tong Repot ini baik untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah
memahami berbagai asumsi dan rintangan dalam menyeleseikan sebuah pekerjaan atau
suatu proses. Ketika pelaksanaan pekerjaan lemah dalam perencanaan dan harus
dirancang ulang, penugasan ini akan membantu bagaimana merancang kegiatan dengan
lebih baik lagi. Dalam kaitannya dengan proses yang optimal misalnya karena terlalu
banyak air di tong yang bocor dan mengalir keluar, atau terlalu banyak air yang menetes
tumpah di kertas, pertanyaan seperti ini menjadi sangat penting. “Terus kapan seleseinya
kalau cara kerjanya seperti ini? Akan lebih banyak dendanya dari pada pointnya? Bisa
menjadi alt yang efektif untuk memancing gambaran penyeleseian masalah pekerjaan
secara lebih efektif dan efisien. Caranya bagaimanapun, sebagai pemimpin, ada baiknya
mengetahui kecenderungan perkembangan teamwork, dan secara terbuka ketua suku
menghargai upaya teamwork untuk meningkatkan kerjasama, pemecahan masalah dan
perencanaan.

Penugasan Tong repot ini akan maksimal kalau setiap anggota suku merepresentasikan
seperangkat posisi atau tugas yang ada dalam teamwork. Tong repot tidak akan
bermanfaat kalau setiap anggota suku bekerja dengan alur kerja yang sama, single fighter,
one man show, manajemen tukang cukur, dan sebagainya. Sebagai pemimpin harus ada
manajemen tugas dalam hal merencanakan tindakan, mengarahkan anggota suku,
mengatur penempatan anggota suku menurut peran, tugas dan tanggungjawabnya,
memberikan umpan balik yang efektif untuk terus meminimalkan terjadinya kebocoran,
tumpah, tetesan air di kertas dan sebagainya.

Segitiga Bermuda
Tujuan Penugasan
Segitiga Bermuda bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
kesabaran, motivasi, dan ketabahan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki

171
kuasa pikiran dalam mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa
depan, misalnya nilai kebaikan, sinergitas, kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Segitiga Bermuda melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja


yakni dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik
yang efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang
sedang dihadapi, melakukan coaching, dan memberikan umpan balik yang efektif akan
menguji seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Segitiga Bermuda adalah
latihan yang sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala
sekolah/madrasah mengobservasi potensi dan kelemahan diri dan suku, mengatur
penempatan anggota suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku,
memberikan umpan balik yang konstruktif.

Segitiga Bermuda juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam
penguatan manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol
atas pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk
merencanakan pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi
yang dihadapi (Man-Material Management), menetapkan indikator keberhasilan,
memonitor perkembangan anggota suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan presisi baik yang akan menentukan kualitas
kinerja teamwork.

Segitiga Bermuda sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,


misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, sinergitas
antara pemimpin suku dalam memberikan instruksi, memonitor dan mengontrol
pekerjaan dengan baik (mental creation) dan kemampuan anggota suku untuk memahami
instruksi dalam melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama dan sinergitas dalam
melaksanakan pekerjaan (physical creation).

172
Penyajian Penugasan
Segitiga Bermuda adalah menyeberangi media berupa lahan yang dibuat sedemikian
rupa secara bersama-sama oleh kelompok/suku dengan mata tertutup dipandu oleh
ketus suku. Segitiga Bermuda difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai
fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap
kelompok/suku. Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan
sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan,
prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master
Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk
menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota
sukunya masing-masing, dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara
bersama-sama. Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas
keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan
tanpa pelanggaran serta produktifitas kerja yang tinggi berupa berapa jumlah anggota
suku yang mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan.

Strategi Penugasan
Penugasan Segitiga Bermuda sangat cocok untuk melatih keterampilan calon kepala
sekolah/madrasah mendengarkan, menyimak dan memercayai informasi dari orang
lain. Jadi meskipun yang tampak sepertinya adalah ketua suku yang lebih repot dalam
mengarahkan anggota sukunya, namun sebenarnya yang jauh lebih membingungkan
adalah anggota suku yang matanya tertutup dan harus mengikuti pesan yang diberikan
ketua suku yang terkadang membingungkan, tidak jelas dan salah-benarnya tidak
diketahui ditambah dengan suara-suara dari luar berupa gangguan bias informasi yang
mengganggu proses menyimak instruksi dari ketua suku.

Oleh karena itu pertanyaan refleksi yang bersifat navigasi penting untuk diberikan kepada
setiap anggota suku, misalnya apakah di penugasan ini tadi sulit untuk dilaksanakan?,
mengapa bisa tidak menyulitkan? Apa kekurangan dan kesalahannya? Instruksi yang
diberikan tadi bagaimana gambarannya? Mengapa instruksi itu menyulitkan?

Untuk ketua suku, bisa diberikan pertanyaan seperti ini, dalam penugasan tadi mengapa
bisa gagal? lalu bagaimana bisa dengan cepat mengatasi kegagalan? Apa yang

173
menyebabkan bisa berhasil? Bagaimana bisa menemukan cara terbaik untuk
menyeleseikan penugasan? Bagaimana bisa ketepatan itu dicapai, gambarannya seperti
apa? Jika di sekolah/madrasah masalah seperti ini apakah logis dan berikan contohnya
dalam hal apa? Dan bagaimana gambaran pelaksanaan pekerjaannya? Tantangan dan
hambatannya apa saja kalau dilakukan di sekolah/madrasah?

Limbah Beracun
Tujuan Penugasan
Limbah Beracun bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam hal
manajemen tugas misalnya, menyusun perencanaan, mengontrol pelaksanaan kegiatan,
dan melakukan monitoring kegiatan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk
mengobservasi fakta, mengidentifikasi situasi dan kondisi, menetapkan tujuan,
menyusun strategi pemecahan masalah secara logis, kreatif dan aplikatif. Calon kepala
sekolah/madrasah dilatih untuk menyusun strategi yang akan menentukan seberapa
cepat sebuah pekerjaan akan bisa diselesaikan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih
untuk mengolah fakta yang mengandung bias makna, multi tafsir, konotatif dan isu-isu
yang menguji keakuratan startegi yang disusun. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih
juga untuk berbagi peran dan tanggungjawab serta dalam pelaksanaan tugas kejelian,
ketelitian, ketaatan, gotong royong dan adaptif terhadap kegagalan, kesalahan,
kelemahan teamwork.

Penyajian Penugasan
Limbah Beracun adalah memindahkan media berupa ember berisi air yang dibuat
sedemikian rupa secara bersama-sama dari satu tempat awal (start) ke satu tempat akhir
(finish). Limbah Beracun difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator
pemandu dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap suku.
Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku
selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT)
pemandu. Setelah itu Master Trainer (MT) pemandu menugaskan ketua suku untuk
menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota
sukunya masing-masing (± 3 menit), dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan
pekerjaan secara bersama-sama (± 5 menit). Penilaian dengan point tertinggi diberikan
kepada suku sebagai penghargaan atas keberhasilan mencapai sasaran kualitas kinerja
174
yang tinggi, berupa kecepatan dan ketuntasan pelaksanaan pekerjaan, tanpa pelanggaran
dan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan (± 25 menit). Refleksi penugasan
dilakukan di akhir penugasan (± 5 menit).

Strategi Penugasan
Limbah beracun pada dasarnya adalah sebuah manajemen konflik. Penugasan ini akan
semakin maksimal jika di dalam teamwork terdapat sejumlah anggota suku yang tidak
bisa bekerja sama, dan tidak saling menyukai, saling menyalahkan sehingga mereka
bertengkar tentang tujuan, perencanaan/strategi dan prosedur. Pembelajaran akan
menjadi semakin menegangkan seru, dan sempurna ketika mereka saling mendengarkan
dan berempati, mementingkan nilai kerja sama, berkomitmen memperbaiki hubungan
kerja, meminimalkan persoalan dan menemukan cara agar bisa bekerja sama dengan
efektif.

Kotak Misteri
Tujuan Penugasan
Kotak Misteri bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
altruis, empati, pemaaf, kesabaran, kerendahan hati, pengorbanan, keikhlasan, motivasi,
dan ketabahan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam
mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai
kebaikan, sinergitas, kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Kotak Misteri melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi, melakukan coaching, dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Kotak Misteri adalah latihan yang
sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah
mengobservasi potensi dan kelemahan diri dan suku, mengatur penempatan anggota

175
suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, memberikan umpan
balik yang konstruktif.

Kotak Misteri juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam
penguatan manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol
atas pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk
merencanakan pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi
yang dihadapi (Man-Material Management), menetapkan indikator keberhasilan,
memonitor perkembangan anggota suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan presisi baik yang akan menentukan kualitas
kinerja teamwork.

Kotak Misteri sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,


misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi
Kotak Misteri sangat kompleks, menyangkut banyak sisi managemen-kepemimpinan,
yakni sinergitas antara perencanaan (strategi), penempatan sumber daya manusia,
memonitor dan melakukan adaptasi terhadap kelemahan dan kegagalan teamwork
dengan baik (mental creation), menemukan inovasi strategi tindakan baru dengan cepat
dan tepat, dan ketahanan untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama (physical
creation).

Penyajian Penugasan
Kotak Misteri adalah menyeberangi media berupa lahan yang dibuat sedemikian rupa
secara bersama-sama oleh kelompok/suku. Kotak Misteri difasilitasi oleh seorang Master
Trainer (MT) pemandu dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap
suku. Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan
suku (± 2 menit). Dalam sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT)
pemandu. Setelah itu Master Trainer (MT) pemandu menugaskan ketua suku untuk

176
menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota
sukunya masing-masing (± 3 menit), dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan
pekerjaan secara bersama-sama (± 5 menit). Penilaian dengan point tertinggi diberikan
sebagai penghargaan atas keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang
tinggi berupa kecepatan dan tanpa pelanggaran serta produktifitas kerja yang tinggi
berupa berapa jumlah anggota suku yang mampu melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan (± 25 menit).

Strategi Penugasan
Kotak Misteri pada dasarnya adalah juga sebuah manajemen konflik. Penugasan ini
akan semakin maksimal jika di dalam teamwork terdapat sejumlah anggota suku yang
dominan dalam pekerjaan, dan berambisi, suka emosi dan main salah-salahan antar
anggota suku sehingga mereka semakin panjang dan lama keasyikan berdebat tentang
tujuan, perencanaan/strategi dan prosedur. Pembelajaran akan menjadi sempurna ketika
mereka mementingkan nilai kerja sama, mengurangi waktu berteori dan mengatur
strategi, berkomitmen memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, mengendalikan emosi dan
sehingga suku menemukan cara untuk bisa bekerja sama dengan efektif.

Jejaring Listrik
Tujuan Penugasan
Jejaring Listrik bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
altruis, empati, ketelitian, kehati-hatian, kesabaran, motivasi, dan ketabahan. Calon
kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta dan
mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai kebaikan,
sinergitas, kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Jejaring Listrik melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang

177
dihadapi, melakukan coaching, dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Jejaring Listrik adalah latihan yang
sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah
mengobservasi potensi dan kelemahan diri dan suku, mengatur penempatan anggota
suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif.

Jejaring Listrik juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam
penguatan manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol
atas pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk
merencanakan pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi
yang dihadapi (Man-Material Management), menetapkan indikator keberhasilan,
memonitor perkembangan anggota suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan penuh konsentrasi, perhatian dan hati-hati
yang akan menentukan kualitas kinerja teamwork.

Jejaring Listrik sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,


misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi
Jejaring Listrik sangat kompleks, menyangkut banyak sisi managemen-kepemimpinan,
yakni sinergitas antara perencanaan (strategi), penempatan sumber daya manusia,
memonitor dan melakukan adaptasi terhadap kelemahan dan kegagalan teamwork
dengan baik (mental creation), menemukan inovasi strategi tindakan baru dengan cepat
dan tepat, dan ketahanan untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama (physical
creation).

Penyajian Penugasan
Jejaring Listrik adalah menyeberangi media berupa jaring-jaring yang diatur sedemikian
rupa sehingga jaring-jaring itu berlubang-lubang dengan keluasan yang berbeda secara
bersama-sama oleh kelompok/suku. jaring-jaring difasilitasi oleh seorang Master Trainer

178
(MT) sebagai fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap
kelompok/suku. Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan
sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan,
prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master
Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk
menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota
sukunya masing-masing, dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara
bersama-sama. Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas
keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan
tanpa pelanggaran serta produktifitas kerja yang tinggi berupa berapa jumlah anggota
suku yang mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan.

Strategi Penugasan
Jejaring Listrik pada dasarnya adalah sebuah manajemen tugas yang fleksibel (luwes).
Penugasan ini akan semakin maksimal jika di dalam teamwork terdapat sejumlah anggota
suku memiliki variasi/perbedaan ekstrem, misalnya jenis kelamin, SARA (suku agama
dan Ras), fisik (berat badan, tinggi badan, usia), dan sebagainya; sehingga mereka
dituntut untuk saling menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota suku
dalam hal menentukan tujuan, menyusun perencanaan/strategi dan prosedur.
Pembelajaran akan menjadi sempurna ketika mereka mementingkan nilai kerja sama,
meminimalisir perbedaan, saling memahami nilai-nilai, membangun kepercayaan,
konsisten dan bersemangat sehingga suku menemukan cara untuk bisa bekerja sama
dengan dengan efektif dan produktif.

Sungai Buaya
Tujuan Penugasan
Sungai Buaya bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya nilai
altruis, empati, ketelitian, kehati-hatian, kesabaran, motivasi, dan ketabahan. Calon
kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta dan

179
mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai kebaikan,
sinergitas, kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Sungai Buaya melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam manajemen kinerja yakni
dalam hal menetapkan tujuan, melakukan coaching dan memberikan umpan balik yang
efektif. Kemampuan menetapkan tujuan berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi, melakukan coaching, dan memberikan umpan balik yang efektif akan menguji
seberapa maksimal sasaran kinerja akan dicapai. Sungai Buaya adalah latihan yang
sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala sekolah/madrasah
mengobservasi potensi dan kelemahan diri dan suku, mengatur penempatan anggota
suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif.

Sungai Buaya juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah dalam
penguatan manajemen tugas, misalnya dalam hal perencanaan, monitoring dan kontrol
atas pelaksanaan pekerjaan. Calon kepala sekolah/madrasah dilatih untuk
merencanakan pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi
yang dihadapi (Man-Material-Money Management), menetapkan indikator keberhasilan,
memonitor perkembangan anggota suku di saat melaksanakan pekerjaan, dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan penuh konsentrasi, perhatian dan hati-hati
yang akan menentukan kualitas kinerja teamwork.

Sungai Buaya sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,


misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi
Sungai Buaya sangat kompleks, menyangkut banyak sisi managemen-kepemimpinan,
yakni sinergitas antara perencanaan (strategi), penempatan sumber daya manusia,
memonitor dan melakukan adaptasi terhadap kelemahan dan kegagalan teamwork
dengan baik (mental creation), menemukan inovasi strategi tindakan baru dengan cepat

180
dan tepat, dan ketahanan untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama (physical
creation).

Penyajian Penugasan
Sungai Buaya adalah menyeberangi media berupa balok kayu yang diatur sedemikian
rupa sehingga balok kayu itu berada diatas 4 buah drum bekas secara bersama-sama oleh
kelompok/suku. Sungai Buaya difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai
fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap
kelompok/suku. Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan
sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku, detil penugasan,
prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master
Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT) menugaskan ketua suku untuk
menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota
sukunya masing-masing, dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan secara
bersama-sama. Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai penghargaan atas
keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi berupa kecepatan dan
tanpa pelanggaran.

Strategi Penugasan
Sungai Buaya pada dasarnya adalah sebuah manajemen tugas. Penugasan ini akan
semakin maksimal jika di dalam teamwork terdapat sejumlah anggota suku yang
dominan dalam berpikir dan merencana, disiplin dan komitmen dalam bekerja, dan
sudah terjadi saling mengenal dan akrab diantara anggota suku. Sehingga mereka cepat
dalam menyusun strategi dan merencakan tindakan, taat prosedur pada pelaksanaan
pekerjaan dan mudah untuk saling menyesuaikan diri dengan kebutuhan di antara
anggota suku. Jangan melakukan penugasan ini jika sebagian besar anggota suku tidak
disiplin, komitmen rendah dan tidak cerdas, akan membahayakan; pernah beberapa kali
peserta terjatuh, terjepit dan terluka.

Bendera Pusaka
Tujuan Penugasan
Bendera Pusaka bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan
potensi kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala

181
sekolah/madrasah yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, misalnya nilai integritas, loyalitas, keyakinan, kepercayaan, keunggulan, dan
ketahanan fisik. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam
mencapai visi, misalnya nilai altruis, empati, ketelitian, kehati-hatian, kesabaran,
motivasi, dan ketabahan. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran
dalam mencipta dan mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya
nilai kebaikan, sinergitas, kerjasama, dan pelayanan terbaik.

Bendera Pusaka adalah latihan yang sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon
kepala sekolah/madrasah mengobservasi situasi dan kondisi, mengatur penempatan
anggota suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, dan
memberikan umpan balik yang konstruktif.

Bendera Pusaka juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah


merencanakan pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi
yang dihadapi (Man-Material Management), menetapkan indikator keberhasilan dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan dengan penuh konsentrasi, perhatian dan kehati-
hatian akan menentukan kualitas kinerja teamwork.

Bendera Pusaka sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang,


misalnya dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork.
Calon kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan
secara detil, menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan
menetapkan dan memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku
untuk mendorong ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi
Bendera Pusaka sangat kompleks, menyangkut banyak sisi managemen-kepemimpinan,
yakni sinergitas antara perencanaan (strategi), penempatan sumber daya manusia,
memonitor teamwork dengan baik (mental creation), dan ketahanan untuk melaksanakan
pekerjaan secara bersama-sama (physical creation).

Penyajian Penugasan
Bendera Pusaka adalah mencari dan menemukan media berupa sejumlah bendera yang
dilipat sedemikain rupa sehingga bisa disembunyikan di tempat yang amat sangat

182
tersembunyi secara bersama-sama oleh kelompok/suku. Bendera Pusaka difasilitasi oleh
seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator dan sejumlah Master Trainer (MT) lain
sebagai fasilitator di setiap kelompok/suku. Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua
suku untuk melakukan sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam sidang dewan suku,
detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak boleh dilanggar
dijelaskan oleh Master Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT) menugaskan ketua
suku untuk menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan
kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan
pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai
penghargaan atas keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi
berupa kecepatan.

Strategi Penugasan
Ada kalanya dalam bekerja kita tidak bisa melakukan semuanya seperti yang kita
harapkan. Calon kepala sekolah/madrasah sebagai middle management sering harus
meredam keinginan dan lebih mengedepankan loyalitas pada pimpinan. Bendera Pusaka
pada dasarnya adalah sebuah role model (self leadership). Penugasan ini akan semakin
maksimal jika di dalam penempatan bendera disembunyikan dengan cara melipatnya
sedemikian kecil dan menempatkannya di tempat yang sangat tersembunyi, sangat teliti,
sangat acak, sangat tidak logis dan tidak mungkin dengan mudah ditemukan. Sehingga
mereka diuji benar loyalitas, kepercayaan, kesungguhan, kemandirian, kecerdasan,
pengendalian emosi, dan tanggungjawabnya. Jangan melakukan penugasan ini untuk
hanya sekedar menguji peserta, misalnya sebenarnya bendera itu tidak ada, tidak
disembunyikan, dan bohong-bohongan. Penugasan ceroboh seperti ini akan merusak
semua nilai-nilai, motivasi, dan kerja keras selama latihan kepemimpinan.

Gua Lawa
Tujuan Penugasan
Gua Lawa bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan potensi
kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala sekolah/madrasah
yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, misalnya nilai
integritas, loyalitas, keyakinan, kepercayaan, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon
kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya

183
nilai altruis, empati, ketelitian, kehati-hatian, kesabaran, motivasi, dan ketabahan. Calon
kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta dan
mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai kebaikan, dan
pelayanan terbaik.

Gua Lawa adalah latihan yang sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala
sekolah/madrasah mengobservasi situasi dan kondisi, mengatur penempatan anggota
suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif.

Gua Lawa juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah merencanakan
pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi yang dihadapi
(Man-Material Management), menetapkan indikator keberhasilan dan mengontrol
pelaksanaan pekerjaan dengan penuh konsentrasi, perhatian dan kehati-hatian akan
menentukan kualitas kinerja teamwork.

Gua Lawa sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya
dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Calon
kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan secara detil,
menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan menetapkan dan
memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku untuk mendorong
ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi Gua Lawa, yakni
memonitor teamwork dengan baik (mental creation), dan ketahanan untuk melaksanakan
pekerjaan secara bersama-sama (physical creation).

Penyajian Penugasan
Gua Lawa adalah berjalan dengan mata tertutup melalui lahan berupa sungai, atau
gorong-gorong yang beraliran air secara bersama-sama oleh kelompok/suku. Gua Lawa
difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT) sebagai fasilitator dan sejumlah Master
Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap kelompok/suku. Kegiatan dimulai dengan
memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku selama ± 2 menit. Dalam
sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan yang tidak
boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT). Setelah itu Master Trainer (MT)

184
menugaskan ketua suku untuk menyampaikan detil penugasan, prosedur kerja dan
sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya masing-masing, dan 2) mengatur strategi
untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian dengan point tertinggi
diberikan sebagai penghargaan atas keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja
yang tinggi berupa ketahanan untuk sampai di lokasi yang ditentukan tanpa pelanggaran
dan produktifitas kerja berupa berapa jumlah anggota suku yang tiba dengan selamat di
lokasi.

Strategi Penugasan
Ada kalanya kita bekerja dalam situasi yang tidak jelas apa maksudnya,
membingungkan, dan penuh dengan teka-teki yang menjebak. Calon kepala
sekolah/madrasah sebagai middle management sering harus meraba-raba dalam
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam bersikap dan bertindak. Gua Lawa
pada dasarnya adalah sebuah role model (self leadership). Penugasan ini akan semakin
maksimal jika di dalam situasi mata tertutup, menyeberangi sungai, dan terputus dengan
anggota suku yang lain situasi menjadi semakin mengkhawatirkan. Pada saat itulah, kita
harus menjadi makhluk sosial yang membutuhkan teman dalam bekerja (bala bantuan).
Sehingga mereka diuji benar team building-nya, social problem solving-nya, motivating others-
nya, management conflict-nya. Jangan melakukan penugasan ini untuk hanya sekedar
menguji peserta ketakutan, misalnya dengan menyemprotkan air dan berteriak-teriak
histeris di sekitarnya. Pada saat tertentu kita selalu ada peserta yang memiliki kendala
fisik, misalnya lemah jantung, mengalami kelelahan fatique sehingga tidak kuat dan
membuka penutup matanya. Maka penugasan menjadi kehilangan klimaksnya.

Tali Gila
Tujuan Penugasan
Tali Gila bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah menguatkan potensi
kepemimpinan diri sebagai role model (self leadership). Calon kepala sekolah/madrasah
yang memiliki kuasa fisik dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, misalnya nilai
integritas, loyalitas, keyakinan, kepercayaan, keunggulan, dan ketahanan fisik. Calon
kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa emosi dalam mencapai visi, misalnya
nilai altruis, empati, ketelitian, kehati-hatian, kesabaran, motivasi, dan ketabahan. Calon
kepala sekolah/madrasah yang memiliki kuasa pikiran dalam mencipta dan

185
mengembangkan sekolah/madrasahnya di masa depan, misalnya nilai kebaikan, dan
pelayanan terbaik.

Tali Gila adalah latihan yang sangat bagus untuk mengasah keterampilan calon kepala
sekolah/madrasah mengobservasi situasi dan kondisi, mengatur penempatan anggota
suku menurut potensinya dengan tepat, memotivasi anggota suku, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif.

Tali Gila juga bagus untuk melatih calon kepala sekolah/madrasah merencanakan
pekerjaan (strategi) berdasarkan indentifikasi atas situasi dan kondisi yang dihadapi
(Man-Material Management), menetapkan indikator keberhasilan dan mengontrol
pelaksanaan pekerjaan dengan penuh konsentrasi, perhatian dan kehati-hatian akan
menentukan kualitas kinerja teamwork.

Tali Gila sekaligus merupakan sebuah upaya penguatan manajemen orang, misalnya
dalam hal berkomunikasi, membangun motivasi dan pemberdayaan teamwork. Calon
kepala sekolah/madrasah juga dilatih untuk mengkomunikasikan pekerjaan secara detil,
menyampaikan prosedur kerja dan mengoordinasikan pekerjaan, dan menetapkan dan
memvisualisasikan sasaran kinerja setiap anggota kelompok/suku untuk mendorong
ketercapaian tujuan (keberhasilan). Secara komprehensif, substansi Tali Gila sangat
kompleks, menyangkut banyak sisi managemen-kepemimpinan, yakni sinergitas antara
perencanaan (strategi), penempatan sumber daya manusia, memonitor teamwork dengan
baik (mental creation), dan ketahanan untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-
sama (physical creation).

Penyajian Penugasan
Tali Gila adalah berjalan dengan mata tertutup melalui lahan berupa lapangan secara
bersama-sama oleh kelompok/suku menuju satu lokasi yang ditentukan, menemukan
tali dan membuat lingkaran dari tali tersebut sedemikian rupa sehingga membentuk
lingkaran dengan deviasi ± 10%. Tali Gila difasilitasi oleh seorang Master Trainer (MT)
pemandu dan sejumlah Master Trainer (MT) lain sebagai fasilitator di setiap suku.
Kegiatan dimulai dengan memanggil ketua suku untuk melakukan sidang dewan suku
(± 5 menit). Dalam sidang dewan suku, detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah

186
ketentuan yang tidak boleh dilanggar dijelaskan oleh Master Trainer (MT) pemandu.
Setelah itu Master Trainer (MT) pemandu menugaskan ketua suku untuk menyampaikan
detil penugasan, prosedur kerja dan sejumlah ketentuan kepada anggota sukunya
masing-masing (± 2 menit), dan 2) mengatur strategi untuk melaksanakan pekerjaan
secara bersama-sama (± 3 menit). Penilaian dengan point tertinggi diberikan sebagai
penghargaan atas keberhasilan suku mencapai sasaran kualitas kinerja yang tinggi
berupa ketahanan dan sekaligus kecepatan untuk sampai di lokasi yang ditentukan dan
produktifitas kerja berupa seberapa bagus lingkaran dari tali itu dibuat di lokasi (± 25
menit).

Strategi Penugasan
Tali gila adalah sebuah penutup dan karena kita selalu saja tidak bisa melakukan semua
penugasan simulatif dengan waktu dan sumber daya manusia yang sempurna, maka
yang kita harus lakukan adalah membuat kesimpulan yang bisa menemukan titik akhir
melalui pembuatan prioritas penugasan, perbandingan antar penugasan, dan membuat
benang merah yang mengarah ke tahap berikutnya, yakni On The Job Learning (OJL).
Untuk bisa membuat penutupan yang bagus refleksinya, coba amati dan buka kembali
catatan perjalanan dari setiap bagian penugasan outbound, mana bagian dari forming,
storming, norming, performing yang terbaik. Pikirkan baik-baik alurnya dari penugasan ke
penugasan, seberapa baik setiap bagian dilakukan dan dieksplorasi. Di situlah
pencapaian pembelajaran tertinggi hasil kerja keras tim Master Trainer (MT) dan peserta
diklat. Jangan membahas lagi, bagian-bagian penugasan yang tidak maksimal, karena
hal itu tidak akan pernah ada habisnya dan justru itu membuat outbound tidak akan
pernah bisa ditutup. Pikirkan satu dua kalimat penutup dengan bahasa yang menggigit
nurani peserta, misalnya ketika kita temukan pencapaian tertinggi peserta calon kepala
sekolah/madrasah ada di sisi tumbuhnya kesadaran sosial, Emphatic Listening, maka kita
bisa menggunakan kalimat Dev Patanik, Walking in Someone Else’s Shoes, dalam bukunya
Wired To care (2009). Makna dari kalimat ini adalah, bahwa seseorang secara proaktif
perlu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sehingga nanti ketika mereka
menjadi pemimpin, mereka akan menjadi seorang pemimpin yang bisa memahami apa
yang mereka alami, rasakan dan lakukan. Ini akan meminimalisir terjadinya konflik
dalam berhubungan.

187
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan outbound
Kita meyakini bahwa hasil monitoring dan evaluasi tentang penerimaan peserta diklat
terhadap penyelenggaraan kegiatan outbound di dalam diklat calon kepala
sekolah/madrasah, dengan scale of reaction John Kirkpatrick, yang dilakukan oleh Prodep
tahun yang lalu, diperoleh kesimpulan bahwa penyelenggaraan outbound itu bernilai
sangat baik, rating tertinggi dibandingkan dengan bagian diklat yang lain. Selama itu
pula, kita meyakini bahwa itu menjadi penyelenggaraan outbound, hanya orang-orang
yang pernah mengikuti pelatihan outbound yang dapat memfasilitasi penyelenggaraan
outbound, dan seorang fasilitator outbound hanya dapat membantu menyajikan materi
outbound yang pernah dilatihkan kepadanya.

188

Anda mungkin juga menyukai