DOSEN PENGAMPU :
Dr. BAIQ HANDAYANI R., SE., MM.
OLEH KELOMPOK 1 :
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
Manajemen Strategik.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pemasaran Global. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
Pemasaran Global yang telah memberikan bimbingannya sehingga tugas ini dapat saya
selesaikan tepat pada waktunya.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunya
kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku
penyusun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Jika melihat sejarahnya, perdagangan internasional sudah dilakukan ribuan tahun lalu.
Tapi, dampak terhadap kepentingan ekonomi, kepentingan sosial, dan kepentingan politik baru
dapat dirasakan beberapa abad lalu. Perdagangan internasional ternyata juga membawa dampak
terhadap sektor-sektor lainnya, seperti mendorong industrialisasi, mempengaruhi kemajuan di
bidang transportasi, globalisasi, serta lahirnya perusahaan multinasional.
BAB II
ORIENTASI BISNIS GLOBAL MODEL EPRG
(ETNOSENTRIS, POLISENTRIS, REGIOSENTRIS, GEOSENTRIS)
Pertama-tama mari kita pahami apa makna dari parokialisme. Parokialisme adalah cara
pandang terhadap dunia semata-mata melalui pandangan dan perspektif diri sendiri dan tidak
menyadari bahwa orang lain memiliki cara hidup dan bekerja yang berbeda-beda.
Monolingualisme merupakan salah satu tanda sebuah Negara mengalami parokialisme.
Monolingualisme memiliki arti yaitu menilai dunia hanya melalui penglihatan dan
perspektifnya sendiri. Orang-orang yang memiliki sikap parokial tidak menyadari bahwa orang
lain memiliki cara yang berbeda-beda dalam berkehidupan dan bekerja.
2.1.1 Etnosentris
Model pertama adalah model yang sangat umum pada organisasi yang baru
memulai kegiatan internasional. Model Etnosentris berasumsi bahwa negara asalnya
lebih unggul dibanding negara lain di dunia. Manajemen hanya melihat persamaan yang
ada di pasar dan berasumsi bahwa produk dan kebiasaan yang sukses di negeri sendiri
akan sukses juga di mana saja.
hampir tidak ada kegiatan penelitian yang signifikan dilakukan pada pasar luar negeri
(Radomska, 2010).
Tentu saja strategi ini lebih memakan biaya yang signifikan, mengingat para
manajer mereka harus direkrut dari negara asal (home country). Artinya, terdapat biaya
kompensasi tambahan terhadap gaji pokok para pekerja yang ditempatkan di luar negeri.
Namun demikian, dengan membawa manajer sendiri dari negara asal dapat memiliki
beberapa dampak positif juga bagi negara tuan rumah (host countries), diantaranya
terdapat aliran pengetahuan baru yang bisa dimanfaatkan.
rendahnya efisiensi. Dalam kasus terburuk organisasi bisnis mereka dapat ditolak oleh
pihak pelanggan asing yang menuntut untuk mengubah orientasi pasar mereka.
Sebagaimana terjadi pada kasus Nissan di pasar Amerika Serikat (AS), dimana
terdapat perbedaan suhu dan cuaca diantara kedua negara tersebut. Musim dingin di
Jepang lebih ringan ketimbang di AS, dan kondisi cuaca di beberapa negara bagian di
AS dapat mencapai titik suhu terendah dengan medan salju yang cukup berat. Bagi
kebanyakan masyarakat di Jepang, mereka cukup menutupi mobil mereka untuk
melindungi rintikan salju dan cuaca dingin. Para eksekutif Nissan berasumsi bahwa para
pelanggan di AS akan melakukan hal yang sama, seperti kebiasaan masyarakat di
Jepang. Faktanya para pelanggan di AS memiliki masalah dengan mobil Nissan mereka
akibat dari perbedaan suhu dan cuaca. Sehingga pada akhirnya, Nissan harus mengubah
orientasi pasar mereka dari yang tadinya bersifat etnosentris bergeser ke model
polisentris (Keegan, 2003, 2014).
2.1.2 Polisentris
2.1.3 Regiosentris
Dengan kata lain, adanya kesamaan antar negara pada pasar yang terletak
dalam salah satu wilayah atau kawasan telah memicu pengembangan dan penggunaan
suatu strategi regional terpadu (Bartosik-Purgat, 2010). Munculnya kelompok antara
negara yang terbentuk secara alami tersebut, sebagian dipicu oleh proses liberalisasi
perdagangan, sehingga muncul pengelompokan wilayah seperti NAFTA dan Uni Eropa
(EU). Menurut Shong (2008), suatu organisasi multinasional (MNC) yang memiliki
kecenderungan regiosentris akan diuntungkan oleh penerimaan publik yang
mengkombinasikan pendekatan etnosentris dan polisentris dengan menggunakan
strategi yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan lokal dan regional sekaligus.
Pendekatan regiosentris tidak begitu terfokus pada suatu negara tertentu saja pada suatu
wilayah geografis. Dalam hal ini, segmentasi pasar didasarkan pada pengelompokan
wilayah atau kelompok antar negara yang mirip antara satu dengan lainnya. Wilayah
tersebut terbentuk karena adanya kesamaan seperti latar belakang budaya, ekonomi, dan
politik.
kemungkinan perluasan perekonomian dalam skala yang lebih besar dari strategi
polisentris (Wiktor et al., 2008).
2.1.4 Geosentris
Dalam pendekatan geosentris antara markas atau induk dan anak atau cabang
perlu bersatu dengan cara apapun untuk menghapus bias polarisasi antara negara asal
dan negara tuan rumah. Oleh karena itu orientasi geosentrisme adalah suatu gagasan
yang lebih dari sekedar transnasional atau multinasional semata. Intinya adalah bahwa
tidak boleh adanya hambatan eksplisit antara kantor pusat dan anak perusahaan di
negara lain. Semua organisasi dapat disetarakan sebagai organisme global dengan organ
yang sama istimewanya yang tersebar di berbagai negara. Tentu saja, faktor-faktor
seperti standar tenaga kerja, selera dan preferensi pelanggan, berbeda secara signifikan
di antara berbagai negara. Wiktor et al. (2008) berpendapat, bahwa esensi dari strategi
geosentris adalah sebuah pendekatan yang seragam bagi semua pasar nasional, sebagai
pasar global, terlepas dari perbedaan sosial dan ekonomi tertentu di antara berbagai
negara. Pendek kata, semua pasar nasional diperlakukan dengan cara yang sama sebagai
segmen pasar global.
Kunci keberhasilan Astra ini terletak pada komitmen bersama dalam mencapai
tujuan perusahaan yakni “Sejahtera Bersama Bangsa” dilandasi visi dan misi serta
filosofi “Catur Dharma”. Selain itu keberhasilan Astra juga disebabkan karena sistem
manajemen pengelolaan sumber daya manusia (SDM) luar biasa hebat dan
berkelanjutan dengan memperhatikan setiap detailnya.
Ethnocentric
PT. Astra yang berasal dari Jepang melakukan pendekatan Ethnocentric yakni
segala aturan yang di terapkan di Indonesia mengikuti negara asalnya yaitu Jepang
(home country). Contohnya dalam dalam peraturan sistem kerja.
Polycentric
Dalam pendekatan ini PT. Astra memperkerjakan tenaga kerja lokal untuk
mengarur kegiatan di Indonesia, pendekatan ini bertujuan untuk memahami standar
kerja lokal dengan lebih baik serta untuk mereduksi biaya kompensasi yang harus
Geocentric
Regiocentric
Pada pendekatan ini, untuk menduduki posisi supervisor biasanya berasal dari
negara asal maupun negara sewilayah.
Etnosenstris
Keterbukaan pada ragam budaya dari luar, membuat korea cenderung jauh dari
budaya etnosentris. Semua diserap menjadi nilai-nilai yang diaplikasikan secara positif
pada etos kerja dan sosialisasi Korea Selatan. Mereka menerima kebudayaan dari luar
dalam aplikasi di dunia kerja, contohnya banyak perusahaan di Korea Selatan, misalnya
Samsung, menjadi posisi kunci operasional perusahaan internasional padahal masih
cenderung dipegang oleh orang-orang dari tuan rumah yang sudah mengadopsi
kebudayaan dan teknologi barat.
Polisentris
Geosentris
BAB III
PENUTUP
Model EPRG bertujuan untuk mengidentifikasi orientasi suatu organisasi, dimana biaya
dan keuntungan organisasi akan berbeda tergantung pada orientasi model tersebut. Oleh karena
itu identifikasi akan orientasi yang tepat adalah sangat penting. Demikian pula halnya adalah
penting agar budaya organisasi, strategi pemasaran, dan lain sebagainya dilaksanakan secara
konsisten, sehingga organisasi dapat beroperasi secara efisien di pasar.
Model Etnosentris berasumsi bahwa negara asalnya lebih unggul dibanding negara lain
di dunia. Manajemen hanya melihat persamaan yang ada di pasar dan berasumsi bahwa produk
dan kebiasaan yang sukses di negeri sendiri akan sukses juga di mana saja.
Orientasi geosentris lebih berfokus pada mengambil manfaat dari skala ekonomi. Hal
tersebut telah memicu peningkatan kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan dengan
menggunakan sumber daya global secara efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Keegan, Warren J. 2013. Manajemen Pemasaran Global, Edisi Keenam. Prentice Hall, Inc,
Jilid I, Edisi Indonesia.