MATERI I
1. Konsep Dasar MSDM
a. Pengertian Manajemen : Menurut pandangan beliau, pengertian manajemen adalah
suatu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang manajer dalam
mengkoordinasikan sumber daya manusia, sumber daya material, dan sumber daya
finansial untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
b. Pengertian SDM : Menurut pendapat beliau, pengertian sumber daya manusia adalah
sebagai berikut:
"Sumber Daya Manusia (SDM) adalah segala potensi yang dimiliki oleh individu atau
kelompok individu dalam suatu organisasi, yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut. Potensi SDM mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap, kepribadian, dan pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok
individu, serta dapat dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan
karir, dan pengelolaan yang efektif."
c. Pengertian MSDM : Menurut Drs. Malayu S.P Hasibuan (2009:10) “MSDM adalah
ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.”
d. Fungsi – fungsi MSDM : Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2009:21-27) mengemukakan
“Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.
e. Model-Model MSDM : Berikut adalah beberapa model MSDM menurut Drs. H Malayu
S. P. Hasibuan:
1. Model Klasik
Model ini mengacu pada pendekatan konvensional atau tradisional dalam
mengelola sumber daya manusia, di mana peran utama MSDM adalah
pengelolaan administrasi, seperti penggajian, kehadiran, cuti, dan lain
sebagainya. Pada model klasik ini, MSDM cenderung bersifat taktis dan
lebih menitikberatkan pada fungsi operasional.
2. Model Modern
Model ini menekankan pada pentingnya peran strategis MSDM dalam
mencapai tujuan organisasi. MSDM dianggap sebagai mitra strategis bagi
manajemen puncak dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengelola
sumber daya manusia agar dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Model ini lebih mengintegrasikan MSDM
dengan strategi bisnis organisasi dan mengakui pentingnya pengembangan
potensi dan kompetensi sumber daya manusia.
3. Model Kontemporer
Model ini menggabungkan antara pendekatan klasik dan modern dalam
mengelola sumber daya manusia. Model kontemporer menekankan pada
pengelolaan sumber daya manusia yang holistik, yang mencakup
pengelolaan administrasi serta pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Model ini mengakui
pentingnya mengintegrasikan MSDM dengan strategi bisnis dan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi pengembangan karyawan.
4. Model Kelembagaan
Model ini menekankan pada pentingnya membangun sistem, kebijakan, dan
prosedur yang formal dalam mengelola sumber daya manusia. Model
kelembagaan mencakup pengaturan kebijakan, peraturan, dan struktur
organisasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia. Model
ini mengacu pada pendekatan yang terstruktur dan formal dalam mengelola
sumber daya manusia dalam organisasi.
5. Model Keberagaman
Model ini mengakui pentingnya mengelola keberagaman dalam sumber daya
manusia, baik dalam hal perbedaan budaya, gender, agama, dan lain
sebagainya. Model keberagaman menekankan pada inklusi, penghargaan
terhadap perbedaan, dan manajemen keberagaman dalam organisasi. Model
ini mencakup pengelolaan diversitas dalam rekrutmen, pengembangan, dan
manajemen kinerja karyawan
f. Pendektan-pendekatan MSDM :
"Pendekatan-Pendekatan MSDM" atau "The Approaches of Human Resource
Management". Beberapa pendekatan tersebut antara lain:
Tanggung Jawab:
4. Atribut Pribadi:
• Kreatif dan inovatif
b. Perencanaan SDM :
1) Pengertian perencanaan SDM : Menurut T. Hani Handoko, perencanaan
SDM adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi dan pengaturan
berbagai aspek terkait sumber daya manusia dalam organisasi untuk
mencapai tujuan strategis jangka panjang organisasi tersebut. Perencanaan
SDM melibatkan pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi tentang
sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, serta menyusun rencana
yang komprehensif dan terpadu untuk mengoptimalkan penggunaan sumber
daya manusia tersebut.
2) Berbagai penyebab timbulnya permintaan SDM : berikut beberapa penyebab
timbulnya permintaan sumber daya manusia (SDM) menurut T. Hani
Handoko:
1. Pertumbuhan Organisasi: Jika suatu organisasi mengalami
pertumbuhan baik itu dalam hal ekspansi bisnis, perluasan pasar, atau
peningkatan kapasitas produksi, maka akan timbul permintaan
terhadap SDM yang baru. Organisasi membutuhkan karyawan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang lebih besar.
2. Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi dapat mempengaruhi
permintaan SDM. Pengenalan teknologi baru atau perubahan dalam
metode kerja dapat mengharuskan organisasi untuk mencari
karyawan yang memiliki keterampilan teknis baru atau berkompeten
dalam penggunaan teknologi tersebut.
3. Perubahan Struktural: Perubahan dalam struktur organisasi seperti
restrukturisasi, merger, atau akuisisi dapat mempengaruhi permintaan
SDM. Proses penggabungan atau restrukturisasi organisasi dapat
memerlukan pengadaan karyawan baru untuk mengisi posisi yang
baru dibentuk atau untuk menggantikan karyawan yang
diberhentikan.
4. Perubahan Demografi: Perubahan dalam demografi suatu wilayah
atau pasar kerja, seperti pertumbuhan penduduk, perubahan tren
migrasi, atau perubahan dalam pola pekerjaan, dapat mempengaruhi
permintaan SDM. Organisasi perlu menyesuaikan jumlah dan jenis
karyawan yang mereka butuhkan berdasarkan perubahan demografi
ini.
5. Kebutuhan Kualifikasi dan Keterampilan: Perkembangan pasar kerja
yang terus berubah mengharuskan organisasi untuk terus menghadapi
kebutuhan kualifikasi dan keterampilan yang baru. Permintaan
terhadap SDM dapat timbul akibat kebutuhan akan karyawan dengan
kualifikasi dan keterampilan khusus yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan bisnis dan pasar.
6. Perubahan Regulasi: Perubahan dalam regulasi atau kebijakan
pemerintah dapat mempengaruhi permintaan SDM. Misalnya,
pengenalan undang-undang baru yang mempengaruhi pasar kerja
atau perubahan dalam peraturan imigrasi dapat mempengaruhi
permintaan terhadap karyawan lokal atau asing.
1. Analisis Trend: Teknik ini melibatkan analisis data historis yang ada
untuk mengidentifikasi tren atau pola perilaku sumber daya manusia
dalam organisasi. Data historis dapat berupa jumlah karyawan,
turnover, tingkat absensi, atau indikator lain yang relevan. Dari
analisis trend, dapat diperoleh informasi mengenai kecenderungan
pertumbuhan atau penurunan jumlah karyawan di masa depan.
1. Pendekatan Kualifikasi
Pendekatan ini menekankan pada kualifikasi atau kompetensi yang
dimiliki oleh calon pegawai. Calon pegawai dievaluasi berdasarkan
pendidikan, pengalaman kerja, keahlian, dan keterampilan yang
relevan dengan posisi yang akan diisi. Pendekatan kualifikasi ini
cenderung objektif karena menggunakan kriteria yang dapat diukur
untuk mengevaluasi calon pegawai.
2. Pendekatan Psikologi
Pendekatan ini menitikberatkan pada aspek psikologis calon
pegawai, seperti kepribadian, minat, nilai-nilai, dan motivasi. Metode
yang digunakan dalam pendekatan ini antara lain tes psikologi,
wawancara psikologi, atau penilaian perilaku. Pendekatan ini
bertujuan untuk memahami karakteristik psikologis calon pegawai
yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di tempat kerja.
3. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini memperhatikan hubungan sosial dan kemampuan
berkomunikasi calon pegawai. Calon pegawai dievaluasi berdasarkan
kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain, bekerja
dalam tim, serta memahami dan mengelola dinamika sosial di
lingkungan kerja. Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan
ini antara lain simulasi situasi sosial, tes kepemimpinan, atau
penilaian kemampuan berkomunikasi.
4. Pendekatan Proses
Pendekatan ini menekankan pada proses seleksi sebagai suatu sistem
yang terintegrasi. Proses seleksi dilihat sebagai serangkaian langkah
yang saling terkait, dimulai dari perencanaan seleksi, pengumuman
lowongan, penerimaan lamaran, penilaian, hingga pengambilan
keputusan akhir. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap tahap
dalam proses seleksi dilakukan secara teliti dan obyektif, serta
mengikuti prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
c. Pengembangan Karier
1) Pengertian karier : menurut T. Hani Handoko, karier adalah suatu perjalanan
yang mencakup berbagai tahap, mulai dari awal karier hingga puncak karier,
yang dapat mencakup berbagai bidang, industri, dan posisi. Karier juga
melibatkan pencapaian tujuan, peningkatan kompetensi, peningkatan
tanggung jawab, dan pengembangan diri sebagai individu yang professional
dan kompeten dalam bidangnya.
2) Jalur Karier : Menurut pandangan T. Hani Handoko, jalur karier seseorang
dapat dilihat sebagai perjalanan berkelanjutan dalam mencapai tujuan karier
yang diinginkan. Berikut adalah beberapa konsep yang dapat diambil dari
pandangan T. Hani Handoko tentang jalur karier:
• Perencanaan Karier: T. Hani Handoko menekankan pentingnya
perencanaan karier yang baik. Menurutnya, seorang individu
seharusnya memiliki visi, misi, dan tujuan karier yang jelas untuk
membantu dalam mengarahkan langkah-langkah karier yang akan
diambil.
• Pengembangan Diri: T. Hani Handoko menganggap pengembangan
diri sebagai faktor kunci dalam jalur karier. Pengembangan diri dapat
mencakup peningkatan keterampilan, peningkatan pengetahuan, dan
pemahaman yang lebih baik tentang potensi diri.
• Pendidikan dan Pelatihan: T. Hani Handoko menekankan pentingnya
pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan karier. Menurutnya,
individu perlu terus belajar dan mengikuti pelatihan yang relevan
untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan
dalam bidang pekerjaan mereka.
• Pengalaman Kerja: T. Hani Handoko menganggap pengalaman kerja
sebagai salah satu faktor penting dalam jalur karier. Pengalaman kerja
yang beragam dan relevan dapat membantu individu untuk
mengembangkan keterampilan, memahami industri atau sektor kerja
tertentu, serta membangun jaringan profesional.
• Mobilitas Karier: T. Hani Handoko mengakui pentingnya mobilitas
karier dalam mencapai tujuan karier. Mobilitas karier dapat berarti
pindah ke posisi yang lebih tinggi dalam organisasi, atau berpindah
dari satu perusahaan ke perusahaan lain untuk mengembangkan
keterampilan dan pengalaman yang lebih luas.
• Networking: T. Hani Handoko menggarisbawahi pentingnya
membangun jaringan profesional yang kuat untuk memperluas
peluang karier. Menurutnya, menjalin hubungan yang baik dengan
rekan kerja, atasan, atau profesional di bidang yang sama dapat
membuka pintu peluang karier yang lebih luas.
• Pengambilan Keputusan: T. Hani Handoko menekankan pentingnya
kemampuan pengambilan keputusan yang baik dalam jalur karier.
Menurutnya, individu perlu mampu mengambil keputusan yang
bijaksana dan strategis dalam menghadapi pilihan-pilihan karier yang
kompleks.
• Komitmen dan Kerja Keras: T. Hani Handoko mengakui pentingnya
komitmen dan kerja keras dalam mencapai sukses dalam jalur karier.
Menurutnya, individu perlu memiliki tekad dan kedisiplinan untuk
menghadapi tantangan, menghadapi rintangan, dan terus bekerja
keras untuk mencapai tujuan karier yang diinginkan.
3) Sasaran-sasaran karier : Beberapa sasaran karier menurut T. Hani Handoko
antara lain:
• Pengembangan Pribadi: Sasaran ini mencakup pengembangan
kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan pribadi yang relevan
dengan pekerjaan yang diinginkan. Ini melibatkan belajar secara terus-
menerus, berpartisipasi dalam pelatihan dan pengembangan, serta
meningkatkan keahlian dalam bidang yang diminati.
• Peningkatan Kinerja: Sasaran ini berfokus pada peningkatan kinerja
kerja yang dapat diukur dengan indikator pencapaian target kerja,
pencapaian hasil yang diharapkan, dan peningkatan kontribusi
terhadap organisasi. Ini melibatkan mengambil tanggung jawab yang
lebih besar, mencapai target kinerja yang ditetapkan, dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan.
• Pengembangan Karier: Sasaran ini melibatkan perencanaan karier
jangka panjang, mencapai posisi yang diinginkan, dan membangun
reputasi yang baik dalam bidang pekerjaan tertentu. Ini melibatkan
identifikasi peluang karier, pengambilan keputusan yang bijaksana
dalam memilih jalur karier yang tepat, dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk mencapainya.
• Pengakuan dan Penghargaan: Sasaran ini mencakup pengakuan dan
penghargaan atas kontribusi yang diberikan dalam pekerjaan. Ini
melibatkan menjadi karyawan yang diakui dan dihargai oleh atasan,
rekan kerja, dan organisasi secara keseluruhan. Ini dapat dicapai
dengan melakukan pekerjaan dengan baik, mencapai pencapaian yang
signifikan, dan berkontribusi dalam proyek atau inisiatif organisasi.
• Keseimbangan Hidup dan Kerja: Sasaran ini berfokus pada mencapai
keseimbangan yang sehat antara kehidupan pribadi dan kerja. Ini
melibatkan mengatur waktu dengan bijaksana, menghindari kelelahan
yang berlebihan, menjaga kesehatan fisik dan mental, serta menjaga
hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman.
• Kepemimpinan dan Pengembangan Tim: Sasaran ini melibatkan
pengembangan keterampilan kepemimpinan dan kemampuan dalam
memimpin tim kerja. Ini melibatkan memimpin dengan contoh,
mengelola konflik, memotivasi anggota tim, dan membangun
hubungan kerjasama yang baik dengan rekan kerja.
4. KOMPENSASI
a. Pengertian kompensasi : Menurut DR. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Drs.,
M.SI., P.Si., seorang pakar dalam bidang manajemen sumber daya manusia,
kompensasi dapat didefinisikan sebagai ganti rugi yang diberikan oleh perusahaan
kepada karyawan sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam pencapaian tujuan
organisasi. Kompensasi melibatkan segala bentuk pembayaran dan manfaat yang
diberikan kepada karyawan, baik dalam bentuk finansial maupun non-finansial,
sebagai balas jasa atas pekerjaan yang dilakukan.
f. Teori upah insentif : Teori upah insentif menurut Dr. A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara, Drs., M.Si., P.Si. adalah teori yang mengemukakan tentang
penggunaan insentif sebagai salah satu bentuk kompensasi kepada karyawan untuk
meningkatkan kinerja mereka di dalam organisasi. Dr. A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara adalah seorang akademisi dan praktisi manajemen sumber daya
manusia yang terkenal di Indonesia.
• Menurut teori ini, upah insentif dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi
karyawan agar bekerja lebih baik dan mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan. Insentif dapat berbentuk uang, bonus, penghargaan, atau manfaat
lainnya yang diberikan kepada karyawan sebagai tambahan dari gaji pokok
mereka. Tujuan dari pemberian insentif ini adalah untuk memperkuat hubungan
antara kinerja karyawan dan penghargaan yang diterima sebagai hasil dari
kinerja tersebut
5. PENGINTEGRASIAN
a. Pengertian pengintegrasian : Pengertian pengintegrasian menurut DR. A.A. Anwar
Prabu Mangkunegara, Drs., M.SI., P.Si., seorang pakar dalam bidang manajemen
sumber daya manusia di Indonesia, dapat dijelaskan sebagai proses menggabungkan
atau menyatukan berbagai unsur, aspek, atau komponen yang berbeda dalam suatu
kesatuan yang utuh, harmonis, dan terkoordinasi. Pengintegrasian dapat dilakukan
dalam berbagai konteks, seperti dalam pengelolaan sumber daya manusia,
organisasi, sistem, atau proses bisnis.
b. Tujuan pengintegrasian : DR. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, seorang akademisi
dan praktisi manajemen yang terkenal di Indonesia, memiliki pandangan bahwa
pengintegrasian dalam konteks manajemen bertujuan untuk mencapai beberapa hal,
antara lain:
• Efisiensi: Pengintegrasian dapat mengurangi duplikasi atau tumpang tindih dalam
sistem atau proses yang ada, sehingga sumber daya dapat dimanfaatkan secara
lebih efisien. Dengan mengintegrasikan berbagai komponen yang ada, waktu,
tenaga, dan sumber daya lainnya dapat digunakan secara optimal untuk mencapai
hasil yang optimal.
• Efektivitas: Pengintegrasian juga bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
sistem atau proses yang ada. Dengan menggabungkan berbagai elemen yang
saling melengkapi, sistem atau proses dapat bekerja secara lebih efektif dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Sinergi: Pengintegrasian dapat mencapai sinergi, yaitu pencapaian hasil yang
lebih besar daripada yang dapat dicapai secara individu oleh masing-masing
komponen atau elemen. Dengan mengintegrasikan berbagai aspek atau elemen
yang berbeda, mereka dapat saling melengkapi dan meningkatkan kinerja
keseluruhan sistem.
• Koordinasi: Pengintegrasian juga bertujuan untuk meningkatkan koordinasi
antara berbagai bagian atau unit dalam sistem. Dengan mengintegrasikan
berbagai elemen yang ada, komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi antara
berbagai pihak dapat ditingkatkan, sehingga keseluruhan sistem dapat berjalan
dengan lebih harmonis.
• Keberlanjutan: Pengintegrasian juga dapat berkontribusi pada keberlanjutan
sistem atau proses yang ada. Dengan menggabungkan berbagai aspek atau elemen
yang relevan, sistem dapat berfungsi secara berkelanjutan dalam jangka panjang,
menghadapi perubahan atau tantangan yang mungkin muncul di masa depan.
4) Kepuasan kerja
1) Pengertian kepuasan kerja: T. Hani Handoko, seorang ahli manajemen
asal Indonesia, menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu kondisi
subjektif di mana seorang individu merasa puas atau senang terhadap
pekerjaannya berdasarkan penilaian pribadi mereka terhadap
pengalaman, harapan, dan kebutuhan mereka terhadap pekerjaan
tersebut. Menurut Handoko, kepuasan kerja melibatkan persepsi
individu terhadap sejauh mana pekerjaan mereka memenuhi
ekspektasi, keinginan, dan kebutuhan mereka yang mungkin berbeda-
beda dari individu ke individu.
2) Variabel-variabel kepuasan kerja : T. Hani Handoko, terdapat beberapa
variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Beberapa di
antaranya adalah:
• Keadilan dalam organisasi: Kepuasan kerja dipengaruhi oleh
persepsi karyawan tentang adanya keadilan dalam organisasi, baik
itu keadilan distributif (distributive justice), keadilan prosedural
(procedural justice), dan keadilan interaksional (interactional
justice). Karyawan yang merasa diperlakukan secara adil dalam
hal pembagian sumber daya, proses pengambilan keputusan, dan
interaksi dengan atasan dan rekan kerja cenderung memiliki
kepuasan kerja yang tinggi.
• Gaya kepemimpinan: Gaya kepemimpinan atasan juga dapat
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan
yang otoriter, kurang partisipatif, atau tidak mendukung dapat
menurunkan kepuasan kerja karyawan, sedangkan gaya
kepemimpinan yang demokratis, partisipatif, dan memberdayakan
dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
• Kondisi kerja: Faktor-faktor seperti beban kerja yang wajar,
lingkungan kerja yang nyaman, dukungan sumber daya kerja yang
cukup, dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dan
karier juga dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
• Kepuasan terhadap kompensasi: Kepuasan kerja karyawan juga
dapat dipengaruhi oleh keadilan dan kepuasan terhadap
kompensasi yang diterima, baik itu gaji, tunjangan, bonus, dan
fasilitas lainnya. Karyawan yang merasa kompensasinya adil dan
memadai cenderung memiliki kepuasan kerja yang tinggi.
• Hubungan sosial di tempat kerja: Hubungan sosial yang baik
antara karyawan dengan atasan dan rekan kerja juga dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Karyawan yang memiliki
hubungan sosial yang harmonis, saling mendukung, dan saling
menghargai di tempat kerja cenderung memiliki kepuasan kerja
yang tinggi.
• Pengakuan dan penghargaan: Pengakuan dan penghargaan
terhadap kinerja dan kontribusi karyawan juga dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Karyawan yang mendapatkan
pengakuan dan penghargaan yang layak atas kerja keras dan
pencapaian yang mereka capai cenderung memiliki kepuasan kerja
yang tinggi.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja : T. Hani Handoko,
seorang pakar dalam bidang manajemen sumber daya manusia (SDM)
di Indonesia, telah mengidentifikasi beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja. Berikut adalah beberapa faktor
tersebut:
1. Gaji dan kompensasi: Gaji dan kompensasi yang adil dan sesuai
dengan kontribusi serta tanggung jawab karyawan dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Karyawan yang merasa bahwa
mereka diberi penghargaan yang layak atas kerja keras mereka
cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka.
2. Lingkungan kerja: Lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan
mendukung dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor seperti
hubungan antar rekan kerja, dukungan dari atasan, dan budaya
organisasi yang positif dapat mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan.
3. Kesempatan pengembangan karir: Karyawan yang merasa
memiliki kesempatan untuk mengembangkan karir mereka,
seperti melalui pelatihan dan pengembangan, promosi, atau
rotasi kerja, cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka.
Karyawan ingin merasa bahwa mereka memiliki masa depan
yang cerah dalam organisasi tempat mereka bekerja.
4. Pengakuan dan penghargaan: Pengakuan dan penghargaan atas
prestasi kerja karyawan dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Karyawan yang merasa diakui dan dihargai atas kontribusi
mereka cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka.
5. Kebijakan organisasi: Kebijakan organisasi yang adil dan
konsisten, seperti kebijakan kompensasi, kebijakan promosi, dan
kebijakan penilaian kinerja, dapat mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan. Kebijakan yang transparan dan diterapkan dengan
konsisten dapat membantu karyawan merasa bahwa mereka
diperlakukan dengan adil.
6. Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi: Karyawan yang
memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka. Kebijakan
fleksibilitas kerja, dukungan terhadap kehidupan pribadi
karyawan, dan kesempatan untuk beristirahat dan berlibur dapat
mempengaruhi kepuasan kerja.
7. Tantangan kerja: Karyawan yang merasa pekerjaan mereka
menantang dan memberikan peluang untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan mereka cenderung lebih puas
dengan pekerjaan mereka. Tantangan kerja yang sesuai dengan
kompetensi karyawan dapat meningkatkan kepuasan kerja
mereka.
8. Kepemimpinan: Gaya kepemimpinan atasan dapat
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Kepemimpinan yang
inspiratif, mendukung, dan adil dapat meningkatkan kepuasan
kerja karyawan.
Hasibuan menjelaskan bahwa komunikasi kerja terdiri dari dua jenis, yaitu formal
dan informal. Komunikasi formal terjadi dalam kerangka aturan atau prosedur
tertentu, misalnya dalam bentuk rapat, memo, atau surat resmi. Sedangkan
komunikasi informal terjadi di luar kerangka aturan atau prosedur, misalnya
percakapan di antara karyawan saat istirahat atau acara santai di luar jam kerja.