Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi syarat-Syarat Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
FITRIADI FAUZAN
1113084000049
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Fitriadi Fauzan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Februari 1996
Alamat : JL. Raden Fatah No. 92 RT/RW 001/06 Ciledug
Nomor Handphone : 081382689241
Email : Fitriadifauzan06@gmail.com
Latarbelakang Keluarga
Nama Ayah : M. Said Karim
Tempat Tanggal Lahir : Bima, 12 April 1958
Nama Ibu : Juariah Sarbini
Tempat Tanggal Lahir : Bima, 12 Juli 1962\
Alamat : JL. Raden Fatah No. 92 RT/RW 001/06 Ciledug
Anak Ke – dari - : 2 dari 2 bersaudara
Pendidikan Formal
1. SDN Parung Serab : 2001 - 2007
2. SMPN 1 Tangerang Selatan : 2007 - 2010
3. SMAN 5 Tangerang Selatan : 2010 - 2013
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2019
ABSTRAK
Sektor pariwisata merupakan sektor yang menjadi andalan pada masa sekarang sebagai
pendongkrak perekonomian daerah maupun nasional. Daerah-daerah yang memiliki potensi terus
dikembangkan dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat potensi daerah Kota Bima, Nusa Tenggara Barat dalam bidang pariwisata. Metode
penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan teknik analisa data
menggunakan wawancara, dokumentasi, Location Quotient (LQ), Analisis shift share, tipologi
Klassen, serta analisis SWOT terkait potensi pariwisata di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari analisis Location Quotient (LQ) yang menjadi sektor basis
dengan nilai LQ > 1 ada 11 sektor termasuk sub sektor pendukung pariwisata, yakni sub sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum.
Berdasarkan analisis shift share, untuk tahun 2018 sub sektor pariwisata yang diambil
dari sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memiliki nilai sebesar -68,82 yang
berarti bahwa sub sektor ini akan berjalan lambat. Berdasarkan analisis tipologi Klassen untuk
sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai pendukung sektor pariwisata,
tipologi Klassen memiliki interpretasi Si < S dan Gi > G yang diartikan bahwa sektor tersebut
merupakan sektor potensial dan masih dapat dikembangkan dengan kontribusi sebanyak 4,6%
bagi Provinsi NTB. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa peran pemerintah melalui
perencanaan kota terhadap sektor pariwisata hasrus lebih ditingkatkan dalam rangka mendukung
kunjungan wisata ke Kota Bima untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun daerah.
Kata kunci : Potensi Pariwisata, Location Quotient (LQ), Analisis shift share, tipologi Klassen,
analisis SWOT, Kota Bima
ABSTRACT
The tourism sector is a sector that is a mainstay at present as a booster for regional and national
economies. Regions that have the potential developed into tourism areas continue to be
developed by the region, especially related to regional economies. This study aims to see the
potential of the City of Bima, West Nusa Tenggara in the field of tourism. The research method
uses quantitative and qualitative methods with data analysis techniques using interviews,
documentation, Location Quotient (LQ), shift share analysis, Klassen typology, and SWOT
analysis related to tourism potential in the City of Bima, West Nusa Tenggara. The results
showed that from the Location Quotient (LQ) analysis which became the base sector with a LQ
value > 1 there were 11 sectors including the supporting tourism sector, namely the
accommodation and food supply sector. Based on shift share analysis, for 2018 the tourism sub-
sector taken from the accommodation and food and beverage supply sub-sector has a value of -
68.82 which means that this sub-sector will run slowly. Based on Klassen's typology analysis for
the accommodation and food and beverage supply sub-sector as a supporter of the tourism
sector, Klassen's typology has an interpretation of Si < S and Gi > G which means that the
sector is a potential sector and can still be developed with a contribution of 4.6% for NTB
Province . The results of the SWOT analysis show that the role of the government through urban
planning on the tourism sector must be further enhanced in order to support tourist visits to the
City of Bima relation in society and regional economic increasing.
Keyword : Tourism potential, Location Quotient (LQ), shift share analysis, Klassen tiphology,
SWOT analysis, Bima city
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Potensi Sektor Pariwisata di Kota Bima,
Nusa Tenggara Barat”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai syarat-
syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan doa dari orang-orang terdekat penulis.
Oleh karena itu, peulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, M. Said dan Ibunda Juariah Sarbini yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya.
2. Kakak-kakak dan adik-adik tersayang, Mulia Arista Sari yang telah memberikan
dukungan serta motivasi kepada penulis.
3. Bapak xxxxxxx selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat selama masa perkuliahan.
5. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan memberikan semangat di setiap
kesulitan dalam penyelesaian skripsi dan memberikan arti kebersamaan yang berarti bagi
penulis.
Penulis memahami bawasannya tak ada satupun di dunia ini yang sempurna, tak ter kecuali
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca berkenan memberikan saran
dan masukan serta kritik yang membangun guna memberikan koreksi bagi penulis Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khusus nya dalam bidang
manajemen pada skripsi ini.
Fitriadi Fauzan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... .... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... .... iii
LEMBAR LULUS UJI KOMPREHENSIF ............................................... .... iii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... .... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... .... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... .... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... .... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... ... vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... .... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 13
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 13
D. Perumusan Masalah ................................................................. 14
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 14
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................. 45
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 52
1. Analisa Location Quotient (LQ) ....................................... 53
2. Analisis shif share ............................................................. 57
3. Analisis Tipologi Klassen ................................................... 59
4. Analisis SWOT ................................................................ 65
a. Analisis SWOT Pantai Lawata ............... 65
b. Analisis SWOT Obyek daya tarik wisata alam kota bima ...............
81
c. Analisis SWOT Obyek daya tarik wisata alam kota bima ...............
89
d. Analisis SWOT Pariwisata kota bima ............... ........ 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 94
B. Saran ....................................................................................... 95
Berdasarkan data UNWTO (2017), pendapatan secara global dari sektor pariwisata
mencapai $1.340 billion dengan kunjungan turis sebanyak 1.326 million. Menurut WTTC
(World Travel & Travel Council) pada tahun 2018, sektor pariwisata tumbuh sebesar 3,9%
dengan memberikan kontribusi $8,8 trillion serta memberikan 319 million lapangan pekerjaan
bagi perekonomian dunia.
Dari gambar 1.7. memperlihatkan bahwa jumlah kunjungan wisman pada triwulan I
sebanyak 288.892 orang dan wisnus sebanyak 328.556 orang. Pada triwulan II, wisman sebanyak
572.512 orang dan wisnus sebanyak 953.671 orang. Pada triwulan III wisman sebanyak 241.668
orang dan wisnus sebanyak 378.730 orang. Dan pada triwulan IV wisman sebanyak 101.484
orang dan wisnus sebanyak 158.261 orang. Total wisman pada tahun 2018 sebanyak 1.204.556
orang dan wisnus sebanyak 1.819.218 orang. Dengan jumlah wisatawan yang berkunjung
tersebut, Provinsi NTB mendapatkan PAD sebanyak Rp. 1,6 triliun dengan pemasukan dari
sektor pariwisata sebesar Rp. 1,7 triliun.
B. Identifikasi Masalah
1. Target pendapatan daerah sektor pariwisata belum tercapai
2. Penentuan sektor-sektor basis dan non-basis sebagai pendukung sektor pariwisata belum
jelas
3. Sektor pariwisata belum maksimal dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi lokal
4. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD dan PDRB belum maksimal
5. Daerah-daerah tujuan wisata masih banyak yang berpotensi untuk dikembangkan
6. Pembangunan sarana dan fasilitas pendukung daerah tujuan wisata masih belum
maksimal
7. Ketersediaan sumber daya manusia pendukung pariwisata masih minim
8. Promosi daerah tujuan wisata yang potensial belum ada
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini menggunakan Location Quotient (LQ) dalam menentukan sektor basis dan
non basis terkait sektor pariwisata di Kota Bima
2. Penelitian ini menggunakan Analisis shif share dalam menentukan perkembangan sektor
pariwisata di Kota Bima
3. Penelitian ini menggunakan Analisis Tipologi Klassen dalam menentukan pertumbuhan
ekonomi terkait sektor pariwisata di Kota Bima
4. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT potensi sektor pariwisata di Kota Bima
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah, permasalahan dalam penelitian dapat dibuat
sebagai berikut:
1. “Bagaimana Location Quotient (LQ) dalam mengklasifikasikan sub sektor basis dan non
basis terkait sektor pariwisata di Kota Bima?”
2. “Bagaimana Analisis shift share dalam menentukan perkembangan sektor pariwisata di
Kota Bima?”
3. “Bagaimana Analisis Tipologi Klassen dalam menentukan pertumbuhan ekonomi terkait
sektor pariwisata di Kota Bima?”
4. “Bagaimana analisis SWOT potensi sektor pariwisata di Kota Bima?”
E. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan sub sektor basis dan non basis terkait
sektor pariwisata di Kota Bima menggunakan analisis location quotient (LQ)
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sektor pariwisata di Kota Bima
menggunakan analisis shift share
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi terkait sektor pariwisata
di Kota Bima menggunakan analisis Tipologi Klassen
4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sektor pariwisata di Kota Bima
menggunakan analisis SWOT
F. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis dalam menambah ilmu, pengetahuan serta
wawasan dalam mengembangkan potensi pariwisata terkait jurusan yang penulis ambil,
yakni ekonomi pembangunan
2. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan daerah tujuan wisata yang akan
dikembangkan untuk mengetahui strategi pengembangan potensi wisata di daerah
tersebut
3. Penelitian ini bermanfaat bagi Pemerintah Kota Bima khususnya Dinas Pariwisata
sebagai bahan masukan dan informasi terkait pengembangan daerah tujuan wisata
4. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya peneliti dan praktisi terkait
kepariwisataan, pembangunan daerah sebagai penambah informasi serta dalam
melakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
16
B. Pariwisata
Menurut etimologi, kata tour berasal dari bahasa Latin „tornare‟ dan Yunani „tornos,‟
mempunyai arti „lingkaran; pergerakan mengelilingi titik pusat‟. Imbuhan -ism berarti aksi atau
proses, sedangkan imbuhan -ist menyatakan melakukan aksi. Penggabungan kata tour dan
imbuhan -ism dan -ist berarti aksi dari pergerakan di sekitar lingkaran. Seperti lingkaran, wisata
merepresentasikan perjalanan yang bersifat kembali lagi, yakni perilaku meninggalkan/pergi
kemudian kembali pada titik awal, orang yang melakukan perjalanan tersebut disebut dengan
turis.
Menurut UU No. 10 Tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang
dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daerah tujuan
pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada
dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Pariwisata/pa·ri·wi·sa·ta/ n yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi;
pelancongan; turisme. Menurut Raju (2012:2) pariwisata muncul dari pergerakan orang ke suatu
tempat dan mereka menetap di tempat tersebut pada berbagai tempat tujuan. Pariwisata memiliki
elemen perjalanan ke tempat tujuan serta menetap dan beraktivitas pada tujuan tersebut.
Kegiatan perjalanan serta menginap berada di luar tempat tinggal dan tempat kerja. Pergerakan
ke tempat tujuan bersifat sementara, dalam jangka pendek dan akan kembali ke tempat semula
dalam waktu beberapa hari, minggu atau bulan. Lickorish dan Jenkins (1997:2) pariwisata
menyiratkan bahwa seseorang melakukan perjalanan yang mungkin kurang dari sehari (day
tripper / pengunjung); atau perjalanan dalam batas nasional/wisata domestik; atau mungkin
perjalanan yang melintasi batas internasional/wisata internasional.
Pariwisata adalah kegiatan yang terjadi ketika orang menyeberang perbatasan untuk liburan
atau bisnis dan tinggal setidaknya 24 jam tetapi kurang dari satu tahun (Mill and Morrison,
1998: 2). Menurut WTO atau World Tourism Organization, Pariwisata adalah kegiatan manusia
yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya.
Prof. Salah Wahab dalam Yoeti (2008:116) Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,
sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri
kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. Spillane (1982:20) dalam
Ahmad dan Rio (2015:567) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan
perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan
lain-lain.
Baggio (2013:3) menjelaskan karakteristik dari pariwisata antara lain:
Pergerakan orang-orang ke suatu tujuan dibedakan menjadi perjalanan (journey) dan
menetap (stay) di luar dari tempat tinggal dan pekerjaan
Perpindahan dilakukan secara sementara dengan durasi relatif singkat, yang berbeda dari
migrasi
Melakukan aktivitas berbeda dari orang-orang di daerah yang dikunjungi
Maksud dari pariwisata adalah rekreasi, bukan untuk mencari tempat tinggal permanen
atau bekerja di tempat yang dikunjungi
Pariwisata merupakan penjabaran dari kegiatan kesenangan dengan menggunakan uang,
waktu bebas dan keinginan sendiri
C. Jenis pariwisata
Berkunjung ke suatu tempat untuk wisata bagi semua orang merupakan kegiatan yang
menyenangkan. Bagi sebagian orang, wisata akan lebih menyenangkan dan meningkatkan nilai
wisata bagi dirinya apabila mereka melakukan wisata atau mengunjungi tempat-tempat tertentu
yang memiliki atraksi atau ciri khas tertentu. Hal ini dipengaruhi dari jenis-jenis pariwisata yang
dikehendaki masing-masing pengunjung wisata.
Adapun berbagai jenis pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata (Yoeti, 2008:127),
yaitu:
1. Wisata budaya, motivasinya untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan tertentu
2. Wisata perjalanan, umumnya berpergian menikmati keindahan alam
3. Wisata kesehatan dan rekreasi, motifasinya mengunjungi lokasi untuk bersantai dan
menikmati serta menyegarkan wisatawan akan kondisi jasmani dan rohani
4. Wisata olahraga, motifasinya untuk berolahraga seperti mendaki gunung, berburu, atau
ikut serta dalam kegiatan olahraga seperti Olympiade
5. Wisata komersil untuk urusan dagang, motivasinya mengunjungi pameran-pameran atau
pekan raya atau festival yang bersifat komersial menyangkut kebutuhan atau profesi dari
wisatawan tersebut
6. Wisata maritim, motivasinya menyaksikan keindahan laut, pantai, sungai dan danau
Berbagai jenis pariwisata berdasarkan letak geografis :
1. Pariwisata lokal (local tourism)
2. Pariwisata regional (regional tourism)
3. Pariwisata nasional (national tourism)
4. Pariwisata regional-internasional
5. Kepariwisataan dunia (international tourism)
Menurut Ismayanti (2012:10) jenis wisata dibagi menjadi beberapa jenis yakni sebagai
berikut:
1. Wisata Kuliner. Wisata untuk mengenyangkan dan memanjakan perut pengunjung
dengan aneka ragam masakan khas, juga untuk mendapatkan pengalaman menarik dari
sensasi kuliner daerah
2. Wisata Olahraga. Wisata yang dipadukan dengan kegiatan olahraga. Kegiatan wisata ini
berupa kegiatan olahraga aktif yang membuat pengunjung melakukan gerakan olah
tubuh. Selain itu, pengunjung juga dapat hanya menjadi penikmat dan pecinta olahraga
saja
3. Wisata komersial. Wisatawan yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pameran-
pameran dan festival yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang
dan sebagainya
4. Wisata bahari. Wisata yang dikaitkan dengan dengan pantai, air laut, dan pulau
5. Wisata industri. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan orang-orang awam ke suatu
tempat perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk melihat proses industri
6. Wisata Bulan Madu. Perjalanan yang dilakukan pasangan pengantin baru dengan
fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan
7. Wisata Cagar Alam. Wisata yang mengkhususkan ke tempat atau cagar alam, Taman
lindung, pegunungan, hutan daerah dan sebagainya, yang kelestariannya dilindungi oleh
Undang-Undang.
Menurut AH Mir (2008, dalam Pineda dan Brebbia, 2016:67), tujuan utama dari suatu
perjalanan dapat menentukan bentuk dan jenis dari wisata.
1. Archeological tourism. Bentuk alternatif dari wisata budaya dengan tujuan
mempromosikan dan melestarikan sejarah arkeologi
2. Cultural heritage tourism. Wisata warisan budaya merupakan yang terbanyak di dunia.
Wisata yang menunjukkan identitas suatu daerah
3. Pilgrimage tourism. Dalam hal keagamaan dan spiritual, ziarah merupakan perjalanan
panjang dalam pencarian moral dan batin. Wisata ziarah merupakan bagian penting bagi
pengikut keagamaan
4. Adventure tourism. Bagian dari wisata yang melibatkan eksplorasi perjalanan yang
eksotik, dimana traveler mengharapkan apa yang tidak diharapkan berupa tantangan
5. Agri tourism. Merupakan liburan di pertanian. Pengunjung dapat hanya melihat maupun
terlibat dalam proses pertanian
6. Atomic tourism. Berkaitan dengan tempat atau situs sejarah atom
7. Bookstore tourism. Merupakan bagian dari wisata budaya yang mempromosikan toko
buku yang berada dalam destinasi wisata
8. Disaster tourism. Aksi perjalanan ke daerah bencana untuk melihat proses pemulihan,
maupun peninggalan bencana
9. Drug tourism. Pengenalan jenis obat terlarang maupun penggunannya
10. Excursions. Perjalanan sekelompok orang untuk kesenangan atau tujuan pendidikan ke
suatu tempat
11. Garden tourism. Kunjungan ke kebun botani atau taman bersejarah
12. Medical tourism. Perjalanan yang bertujuan melihat praktik medis
13. Shark tourism. Kunjungan ke habitat hiu
14. Space tourism. Kunjungan untuk mempelajari perihal terkait pesawat dan luar angkasa
15. Eco-tourism. Industri wisata terkait lingkungan dan budaya lokal
16. Water tourism. Wisata air
17. Wild life tourism. Wisata di alam bebas
18. Wine tourism. Wisata pengolahan minuman anggur
D. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan suatu daerah menjadi destinasi wisata bukanlah proses yang mudah. Banyak
pertimbangan yang harus dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah daerah, pengelola
maupun pemerintah pusat.
Menurut Bhatia (2012:222), suatu pemerintahan sebelum mengembangkan sektor pariwisata
harus memperhatikan isu-isu :
1. Pertumbuhan rata-rata sektor pariwisata, apakah akan dikembangkan menjadi wisata
massal, dikembangkan perlahan, atau selektif
2. Peran sektor pariwisata bagi perekonomian nasional, serta kesesuaian perkembangan dan
pertumbuhannya mengacu pada perencanaan pengembangan nasional, regional dan lokal
3. Aturan atau undang-undang untuk sektor publik dan private dalam pengembangan
industri pariwisata
4. Aturan atau undang-undang untuk pelaku usaha domestik dan asing
5. Kebijakan yang akan dibuat, apakah sama dengan industri lainnya atau adanya kebijakan
khusus
6. Kebijakan pengembangan industri pariwisata, apakah jangka panjang atau jangka pendek
Menurut UN-WTO (2011), tanggung jawab pemerintah dalam penentuan kebijakan sektor
pariwisata berada dalam beberapa hal berikut:
1. Menentukan kebijakan operasional bagi sektor publik dan swasta
2. Menentukan kebijakan leglislasi, regulasi dan kontrol, pelesatarian lingkungan dan
budaya
3. Kebijakan pembangunan infrastruktur pariwisata
4. Kebijakan pembangunan kualitas SDM penunjang sektor pariwisata
5. Implementasi kebijakan pariwisata, yakni evaluasi kekayaan pariwisata, identifikasi dan
kategorisasi produk wisata unggulan dan kompetitif, menentukan persyaratan dan
ketentuan penyediaan infrastruktur pada keragaman pariwisata, serta mengelaborasi
program pembiayaan dalam aktivitas pariwisata
Unsur-unsur pariwisata menurut Pendit (1994) dalam Putra (2019:15) antara lain:
1. Akomodasi. Merupakan tempat tinggal sementara bagi pengunjung. Sekarang telah
berkembang luas ke arah pemenuhan kebutuhan dasar lainnya seperti makan, perjalanan,
rekreasi, dsb.
2. Jasa boga dan restoran. Pengadaan makanan dan minuman secara komersial pada saat
berwisata maupun untuk di bawa pulang
3. Transportasi dan jasa angkutan. Angkutan menuju atau di dalam destinasi wisata untuk
memudahkan pergerakan pengunjung
4. Atraksi wisata. Kegiatan yang dapat menarik minat pengunjung, baik dilihat saja maupun
dilakukan pengunjung
5. Cinderamata. Barang-barang khas destinasi wisata yang dapat dibawa oleh pengunjung
6. Biro perjalanan. Badan usaha pelayanan dalam proses wisata
Yoeti (2008 : 164), mengemukakan tiga kriteria yang menentukan bagi suatu objek wisata;
1) Something To See, adalah objek wisata harus mempunyai sesuatu yang dapat dilihat atau
ditonton oleh pengunjung atau daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan
yang berkunjung; 2) Something To Do, adalah sarana bagi wisatawan untuk melakukan sesuatu
yang berguna, memberikan perasaan senang, bahagia, relax; 3) Something To Buy, merupakan
fasilitas bagi wisatawan untuk membeli sesuatu yang digunakan pada saat itu ataupun sebagai
cinderamata.
Konsep pembangunan pariwisata menurut McIntosh dan Goeldner (1990) dalam Judisseno
(2017:65)
1. Perspektif sejarah yang memahami pariwisata dengan melihat perkembangan pariwisata
dari masa ke masa
2. Perspektif ekonomi yang melihat pariwisata sebagai pertemuan suplai dan kebutuhan
yang menggerakkan perekonomian suatu negara dilihat dari sisi devisa, ketenagakerjaan,
upah dan gaji dan dampak ekonomi lainnya
3. Perspektif sosial yang melihat pariwisata atas dasar interaksi sosial antara wisatawan dan
masyarakat lokal
4. Perspektif produk dan jasa pariwisata mulai dari penciptaan, pemasaran dan
pendistribusiannya sampai ke tangan wisatawan
5. Perspektif geografis yang melihat pariwisata dari sisi spasial (jarak) meliputi aspek jarak,
waktu, batas wilayah
6. Perspektif manajerial yang membahas pariwisata dari sisi kegiatan pengelolaan industri
pariwisata secara umum
Tabel 2.1.
Karakteristik tipologi Klassen
Gi:Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis
G: Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi
Si: Kontribusi sektor i di wilayah analisis
S: Kontribusi sektor i di wilayah referensi
J. Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Kotler dan Keller (2012:63) diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Sedangkan menurut Rangkuti
(2013:19), analisis SWOT diartikan sebagai analisa yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
1. Kekuatan (strength) adalah keterampilan atau keunggulan terhadap pesaing yang dimiliki
oleh perusahaan atau organisasi. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya
keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok, dan faktor-
faktor lain.
2. Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan
atau organisasi.
3. Peluang (opportunity) adalah situasi yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan
atau organisasi. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada
situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan
dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan atau
organisasi.
4. Ancaman (threath) adalah keadaan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang
yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,
meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan
teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi
keberhasilan perusahaan
Metode analisis SWOT merupakan metode analisis yang paling dasar dalam melakukan
analisis strategi, yang bermanfaat untuk mengetahui suatu permasalahan ataupun suatu topik dari
4 empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisis ini biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi
untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan suatu perusahaan tau
organisasi dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan yang dimiliki dan juga
menghindari berbagai ancaman yang terjadi.
Jika digunakan dengan baik dan benar, maka analisis ini akan dapat digunakan untuk
membantu melihat sisi-sisi yang terabaikankan atau tidak terlihat dari sebuah perusahaan atau
organisasi. Dari uraian di atas tadi, analisis SWOT adalah instrumen yang bermanfaat dalam
melakukan analisis strategi dalam manajemen perusahaan atau organisasi .Analisis ini berperan
sebagai alat untuk meminimalisir kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam suatu
perusahaan atau organisasi serta menekan dampak dari ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
Analisis SWOT dalam Kepariwisataan dapat di manfaatkan untuk merumuskan arahan dan
skenario dalam perkembangan pariwisata baik dalam skala mikro sampai skala makro yang
saling berhubungan, artinya SWOT dapat merumuskan secara rasional dan berurutan sesuai
dengan tujuan keperluanya sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran mengenai permasalahan yang perlu diindikasikan untuk
pengembangan industri pariwisata.
2. Menganalisis hubungan antar isu pengembangan industri pariwisata.
3. Memberikan skenario dan arahan keadaan sekarang dan masa datang yang akan dituju bagi
pengembangan industri pariwisata.
Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa manfaat yang akan di gunakan untuk
perencanaan dan pengembangan industri pariwisata.
Menurut Ferrel dan Harline (2011:58), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis
SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan
membantu perusahaan mencapai tujuaannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan
yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis
SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha
penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka/paduan sistematis
dalam diskusi untuk membahas kondisi alternatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan
perusahaan.
K. Penelitian Terdahulu
Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan yang akan dilakukan. Di bawah ini peneliti
akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang pernah dilakukan.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Peneliti Metode penelititan Hasil penelitian
Syarif ahmad dan Adi Deskriptif disimpulkan bahwa : 1). Sarana dan
Hidayat Argubi, 2018, kualitatif dan prasarana pariwisata di Kota Bima
“Pengembangan kuantitatif meliputi sarana kesehatan,
transportasi, air bersih, energi,
Pariwisata Kota Bima perbankan, pos, telekomunikasi, dan
Sebagai daerah usaha sarana dan jasa pariwisata
Transit Wisata serta potensi daya tarik wisata di
Alternatif” Kota Bima yang melimpah; 2).
Strategi pengembangan pariwisata
Kota Bima sebagai daerah transit
wisata alternatif terdapat dua yaitu
strategi umum dan strategi alternatif.
3). Program-program yang
dirancang untuk pengembangan
Kota Bima sebagai daerah tujuan
wisata meliputi: program
penyusunan blok kawasan, program
pengembangan produk wisata,
program inventarisasi daya tarik
wisata, program peningkatan
keamanan melalui Sistem Keamanan
Lingkungan (Siskamling),
pembangunan hotel berbintang,
meningkatkan akses ke Kawasan
Kolo, rencana pengembangan sarana
wisata tirta, penyediaan fasilitas
toilet dan kamar mandi umum,
penyediaan ruang terbuka (open
space), memperluas pangsa pasar,
melakukan promosi melalui Biro
Perjalanan Wisata, melakukan
promosi melalui internet dan media
lainnya, mendirikan TIC (Tourism
Information Centre),
Nurul Islamy, 2019, Deskriptif Location Quotient (LQ), Analisis
Analisis Sektor kuantitatif Shift–Share, dan Tipologi Klassen.
Potensial, Dapatkah Berdasarkan tiga metode tersebut
diperoleh hasil bahwa dari delapan
Pariwisata Menjadi kategori unggulan, tiga
Lokomotif Baru diantaranya merupakan kategori
Ekonomi Nusa yang menyokong pariwisata di NTB
Tenggara Barat? yakni lapangan usaha
Transportasi dan Pergudangan, Real
Estate dan Jasa–jasa. Kategori
penting lainnya yaitu
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Konstruksi; dan
Perdagangan berpotensi lebih
digenjot untuk semakin
meningkatkan perekonomian NTB.
Bagi pengusaha, kategori
unggulan yang menyokong
pariwisata tersebut dapat “dilirik”
untuk investasi di masa
mendatang.
Ristina Wahyu Astuti, Analisis fixed Hasil penelitian menunjukkan
2018, effect model bahwa periode tahun 2011-2016
Analisis Pengaruh variabel sektor pertanian,
sektor pertanian, pariwisata, investasi dan tenaga
pariwisata, investasi kerja secara bersama-sama
dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap petumbuhan terhadap pertumbuhan ekonomi.
ekonomi pada
kabupaten/kota di
provinsi Nusa
tenggara Barat tahun
2011-2016
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Pada penelitian dengan metode kualitatif,
data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif (Sugiyono, 2016:15). Pendekatan
kualitatif dimulai dengan memunculkan pertanyaan dan serangkaian prosedur, pengumpulan data
diperoleh dari responden, analisis data dibangun dari khusus ke umum, kemudian peneliti
membuat interpretasi data tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisis
opini, penilaian, sikap dan gejala-gejala dari analisis potensi sektor pariwisata di Kota Bima
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:9) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu dimana cara ilmiah tersebut mengandung penjelasan bahwa
kegiatan penelitian tersebut didasarkan pada ciri - ciri keilmuan yakni rasional, empiris dan
sistematis. Menurut Arikunto (2016: 203) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya dengan standar yang telah ditentukan.
Sugiyono (2016:21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan
dalam menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode kuantitatif
36
dan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu menurut Menurut Arikunto
(2016:27) metode penelitian kuantitatif adalah penelitian kuantitatif menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Menurut
Sugiyono (2016:15), penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan
Setelah data itu dikumpulkan, maka kemudian data tersebut dianaisis dengan menggunakan
teknik pengolahan data. Analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bertujuan
untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam identifikasi masalah. Menurut Sugiyono
(2016:206) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul.
Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mantabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari
setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Metode yang digunakan
oleh penulis dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif.
Menurut Sugiyono (2016:206) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
Jenis data yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Data Primer
a) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
hal ini yang bertindak sebagai interviewer adalah penulis, dengan informans sebagai
b) Observasi
Observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan penulis dalam hal ini bersifat
dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil
berbagai peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang akan
penelitian yang mencakup interaksi dan percakapan di antara subyek yang diteliti.
2. Data sekunder. Data ini diperoleh dari catatan-catatan organisasi dan literatur-literatur
kepustakaan yang sudah ada yang berhubungan dengan topik penelitian, yaitu dokumen
resmi dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian, seperti arsip dan dokumen yang
berasal dari dinas Pariwisata Kab. Bima, dan sumber terkait. Studi kepustakaan
bersumber dari buku-buku, jurnal, dokumen elektronik yang relevan terhadap penelitian.
F. Sumber Informasi
Data penelitian diperoleh menggunakan informan source sebagai sumber data dengan
memperoleh data yang akurat melalui orang yang dipilih yang mengerti tentang hal ikhwal
penelitian. Informan source menurut Sugiyono (2016:85) adalah mereka tidak hanya memberi
keterangan tentang sesuatu kepada peneliti tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber bukti
berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.
Informan dalam penelitian ini adalah, dinas Pariwisata Kota Bima, Masyarakat di lingkungan
daerah tujuan wisata yang diobservasi; Pengelola daerah tujuan wisata yang diobservasi;
Pengunjung daerah tujuan wisata yang diobservasi; serta pihak-pihak yang terkait.
Dalam proses memeriksa reliabilitas dan validitas data, peneliti menggunakan Triangulasi,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Sugiyono,
2016:15).
penggunaan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, yaitu dengan jalan:
1. Membandingkan apa yang dikatakan responden tentang situasi penelitian dengan apa
dilakukan.
H. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatukan tentang pokok-pokok persoalan apa yang menjadi objek dalam
penelitian.
1. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, dengan alasan bahwa data hasil penelitian
di Kota Bima.
Analisis data dilakukan awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data
diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara,
Sesuai dengan tipe penelitian deskriptif, maka setelah data terkumpul, data disederhanakan ke
dalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasi yang pada hakekatnya untuk
mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara
kualitatif yakni melakukan pemaparan serta penjabaran secara mendalam. Kenudian diperoleh
Selain model analisis data kualitatif, langkah analisis data yang dilakukan adalah dengan
hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk
Tahap selanjutnya setelah mereduksi data adalah melakukan penyajian data. Dengan
melakukan penyajian data, data dapat disusun dalam pola hubungan sehingga akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. Dalam penyajian data, penulis
3. Menarik kesimpulan
Setelah selesai melakukan penyajian data, penarikan kesimpulan dilakukan sebagai suatu
1. Bentuk lambang daerah adalah perisai segi lima dengan garis tepi warna hitam,
didalamnya berisi lukisan-lukisan :
a. Sebuah bintang bersudut lima berwarna kuning emas.
b. Setangkai bulir padi berjumlah 45 butir berwarna kuning dan setangkai kapas
berjumlah 17 (Tujuh Belas) buah berwarna hijau putih.
c. Sebuah kubah masjid berwarna putih.
d. Rantai dalam ikatan yang tidak terputus yang berjumlah 8 (delapan) buah
berwarna hitam.
e. Gambar Burung Garuda yang berpaling kedua sisi.
f. Persegi delapan (Nggusu Waru)
g. Garis pembatas dan tulisan berwarna hitam.
h. Tulisan Kota Bima.
i. Sehelai pita putih bertuliskan Maja Labo Dahu Berwarna Hitam.
2. Pada bagian bawah Lambang Daerah terdapat tulisan Maja Labo Dahu
3. Arti simbol yang terdapat dalam Lambang Daerah :
1. Perisai : Bentuk dasar perisai berwarna hijau daun yang
sederhana serta memiliki keseimbangan memberi
kesan kemudahan pelayanan kepada masyarakat serta
mencerminkan kemakmuran masyarakat Kota Bima.
2. Bintang : Bersudut lima sebagai Lambang Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa
3. Kubah : Melambangkan kehidupan masyarakat Daerah Kota
Bima yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
4. Rantai : Rantai dalam ikatan bersambung melambangkan
keanekaragaman masyarakat yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat
Berbangsa dan Bernegara.
5. Rangkaian Padi: Melambangkan keadilan sosial, kesejahteraan,
dan Kapas serta kedamaian serta Persatuan dan Kesatuan dalam
dalam ikatan yang Wadah Negara Kesatuan RI yang di Proklamasikan
tidak terputus Tanggal 17 – 8 – 1945 yang bergambar dari tujuh
belas rantai yang saling terkait, delapan Buah Kapas
dan 45 bulir padi.
6. Tulisan Kota Bima: Memberi makna bahwa Kota Bima telah memiliki
di atas Kubah Pemerintah Otonom.
7. Gambar Burung: Mencerminkan Masyarakat Kota Bima yang
Garuda berpaling ke mengandung sitsem sosial Adat Bersendikan Sara-
dua sisi Sara Bersendi Kitabullah.
8. Persegi Delapan: 1. Iman ro Taqwa (keimanan dan ketaqwaan)
(Ngggusu Waru) 2. Ilmu ro Bae Ade (Ilmu Pengetahuan)
mencerminkan sifat 3. Loa ro Tingi (Keahlian dan Ketrampilan)
dan Fisiolofis
Kepemimpinan Dana 4. Londo ro Dou (Asal Usul Keturunan)
Mbojo 5. Mori ro Woko (Keadaan serta Tata
Kehidupan)
6. Ruku ro Rawi (Tingkah Lakunya)
7. Nggahi ro Eli (Tutur Katanya)
8. Hidi ro Toho (Fisik dan Mentalnya)
MOTTO:
Motto Daerah Kota Bima adalah “Maja Labo Dahu”.
Arti “Motto Maja Labo Dahu” adalah orang yang beriman dan bertaqwa akan malu kepada
Tuhan, kepada manusia dan diri sendiri dan takut kepada Allah dan juga kepada manusia apabila
tidak mematuhi perintah dan larangan agama dan adat yang baik.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Gambar 4.3. Jumlah wisatawan ke Kota Bima
M. Hasil penelitian
Hasil penelitian yang akan dijelaskan didapat dari data primer, yakni wawancara langsung
dengan informan yang berasal dari Dinas Pariwisata Kota Bima, masyarakat/pengelola,
pengunjung dan pihak-pihak yang berkaitan dengan destinasi pariwisata yang dibahas serta
observasi langsung peneliti di lapangan. Untuk data sekunder, peneliti mengambil dari sumber-
sumber terkait destinasi wisata yang ditelaah serta analisis potensi sektor pariwisata di Kota
Bima.
1. Analisa Location Quotient (LQ)
Metode Location Quotient/LQ digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang
dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis dan sektor non basis
dengan menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan satu sektor antara daerah yang
diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas (Kartikaningdyah,
2013). Perhitungan nilai LQ adalah sebagai berikut.
Nilai LQ
Lapangan Usaha PDRB
2016 2017 2018
A. Pertanian,Kehutanan,dan
Perikanan 0,655755 0,61677 0,576154
B. Pertambangan dan
Penggalian 0,017145 0,019872 0,028215
C. Industri Pengolahan 0,801531 0,764941 0,730767
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2,954573 2,518151 2,334186
E. Pengadaan Air dan
Pengelolaan Sampah 0,443386 0,433963 0,414133
F. Konstruksi 1,039561 1,024612 0,963238
G. Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Sepeda
Motor dan Mobil 1,889999 1,824385 1,684765
H. Transportasi dan
Pergudangan 1,332349 1,396214 1,341402
I. Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 1,432948 1,409984 1,441632
J. Informasi dan Komunikasi 0,845158 0,820663 0,753566
K. Jasa Keuangan dan
Asuransi 0,727506 0,711896 0,650177
L. Real Estate 1,800914 1,754943 1,618912
M, N. Jasa Perusahaan 2,128081 2,065282 1,910085
O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 2,116455 2,029264 1,892421
P. Jasa Pendidikan 1,788256 1,702365 1,56792
Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 1,819794 1,73423 1,603705
R, S, T, U. Jasa Lainnya 1,853152 1,787441 1,661311
Sumber: data penelitian diolah, 2019
Nilai location quotient digunakan untuk menentukan sub sektor-sub sektor mana yang
merupakan sub sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis merupakan sektor yang melakukan
aktifitas berorientasi ekspor keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis
memiliki peran penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Sedangkan
sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
batas wilayah perekonomian bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal.
Tabel 4.5 memperlihatkan nilai LQ dari sektor-sektor yang ada dalam PDRB Kota Bima,
Prov. NTB. Pada tahun 2016-2018, yang menjadi sektor basis dengan nilai LQ > 1 adalah sektor
pengadaan listrik dan gas; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; transportasi dan
pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan; real estate; jasa perusahaan; administrasi
pemerintahan; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta jasa lainnya. Sedangkan
sektor non basis dengan nilai LQ < 1 adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan;
pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan air dan pengolahan; informasi
dan komunikasi serta jasa keuangan dan asuransi.
Sebagai pendukung pariwisata di Kota Bima, lapangan usaha yang menjadi sub sektor
pendukung antara lain penyediaan akomodasi dan makan, jasa perusahaan, transportasi dan
pergudangan, perdagangan besar dan eceran serta pengadaan listrik dan gas. Sub sektor-sektor
tersebut merupakan sub sektor basis dengan nilai LQ > 1. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor
pariwisata di Kota Bima berdasarkan telaah location quotient berpotensi besar untuk
dikembangkan karena didukung oleh lima sub sektor basis berdasarkan PDRB ADH konstan.
Tabel 4.6.
Jumlah Wisatawan Prov. NTB Periode 2016-2018
Jumlah wisatawan di Prov. NTB
Wisatawan
2016 2017 2018
wisatawan
Mancanegara 1404328 1430249 1090020
Wisatawan Domestik 1690109 3508903 1820104
Jumlah 3094437 4939152 2910124
Sumber: BPS Prov.NTB, 2019
Tabel 4.7.
Jumlah Wisatawan Kota Bima Periode 2016-2018
Jumlah wisatawan di Kota Bima
Wisatawan
2016 2017 2018
wisatawan
Mancanegara 779 1152 1053
Wisatawan Domestik 18724 36465 37286
Jumlah 19503 37617 38339
Sumber: Dispar Kota Bima, 2019
Tabel 4.8.
Persentase Jumlah Wisatawan Periode 2016-2018
%
Wisatawan
2016 2017 2018
wisatawan
Mancanegara 0,055 0,081 0,097
Wisatawan Domestik 1,108 1,039 2,049
Jumlah 1,163 1,12 2,146
Sumber: Data penelitian diolah, 2019
Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa persentase jumlah wisatawan yang datang ke Kota
Bima memiliki tren positif. Pada 2018, jumlah wisatawan memiliki persentase yang lebih besar
sebanyak 2,146% dari total kunjungan wisatawan di Prov. NTB. Hal tersebut dapat diakibatkan
adanya bencana alam yang menimpa wilayah lain dari Prov. NTB sehingga wisatawan lebih
memilih untuk berkunjung ke Kota Bima.
2. Analisa Shift Share
Analisis shift share merupakan metode yang digunakan untuk melihat perkembangan dari
sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi yang lain dan
perkembangan sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor lain. Metode
perhitungan SS beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi atau nilai tambah suatu daerah (Dij)
dipengaruhi oleh tiga komponen utama yaitu regional share (Nij), pertumbuhan sektoral
(proportional shift), dan pertumbuhan daya saing wilayah (differential shift). Perhitungan
analisis shift share adalah sebagai berikut.
Dij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan
ekonomi di Prov. NTB
Nij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan
ekonomi di Prov. NTB
Mij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan
sektor i Prov. NTB
Cij = perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima disebabkan oleh keunggulan komparatif
sektor i di Kota Bima
Eij = PDRB sektor/subsektor i di Kota Bima
rij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Kota Bima)
rin = laju pertumbuhan sektor i di daerah n (Provinsi NTB)
rn = laju pertumbuhan PDRB di daerah n (Provinsi NTB)
Cij = Eij (rij-rin)
= 5,78 (8,12-10,44)
= - 13,41
Mij = Eij (rin-rn)
= 5,78 (10,44-5,82)
= 26,7
Nij = Eij x rn
= 5,78 x 5,82
= 33,64
Dij = Nij + Mij + Cij
= 33,64 + 26,7 + (-13,41)
= 46,9
Perhitungan di atas diambil dari data laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB dan Kota Bima
pada tahun 2016, yang merupakan perhitungan shift share sektor pariwisata yang diambil dari
sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Untuk tahun 2017, nilai shift share sebesar
102,005 sedangkan untuk tahun 2018 memiliki nilai sebesar -68,82. Nilai shift share tahun 2018
memberikan bauran negatif sebesar -68,82 yang berarti bahwa sub sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum sebagai penunjang sektor pariwisata Kota Bima akan berjalan lambat. Hal ini
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB yang diakibatkan menurunnya laju
pertumbuhan yang dimungkinkan akibat dari banyaknya bencana alam yang mengganggu
perekonomian regional provinsi NTB.
Tabel 4.9.
Laju Pertumbuhan PDRB Periode 2016-2018
Laju Pertumbuhan PDRB
Laju PDRB ADHK Kota Bima
Lapangan Usaha PDRB Prov. NTB
2016 2017 2018 2016 2017 2018
A.Pertanian, Kehutanan, dan
1.92 4.55 3.03 1.96 6.60 1.65
Perikanan
B.Pertambangan dan Penggalian 6.21 7.85 5.03 6.49 -19.86 -33.71
C.Industri Pengolahan 5.84 5.55 3.97 5.32 5.93 1.33
D.Pengadaan Listrik dan Gas 17.35 3.49 1.93 11.25 4.29 1.55
E.Pengadaan Air, Pengelolaan
4.58 5.51 0.87 4.89 4.61 -3.64
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
F.Konstruksi 8.35 9.62 4.83 8.64 7.62 2.41
G.Perdagangan Besar dan Eceran,
8.01 8.55 5.99 7.66 8.64 5.45
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H.Transportasi dan Pergudangan 5.45 7.59 4.11 6.58 7.19 2.03
I.Penyediaan Akomodasi dan Makan
8.12 6.70 5.38 10.44 7.61 -4.59
Minum
J.Informasi dan Komunikasi 8.54 7.96 6.62 8.79 8.66 5.41
K.Jasa Keuangan dan Asuransi 6.37 9.58 6.53 12.32 9.98 6.77
L.Real Estat 5.85 5.84 5.74 6.18 7.05 4.66
M,N.Jasa Perusahaan 5.35 5.67 6.51 6.99 5.87 5.08
O.Administrasi Pemerintahan,
2.64 2.70 2.38 2.69 3.30 1.03
Pertahanan dan Jaminan Sosial
P.Jasa Pendidikan 5.87 5.87 5.53 5.38 6.54 5.22
Q.Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.89 5.54 8.72 5.70 7.07 8.08
R,S,T,U.Jasa Lainnya 6.60 7.95 5.71 6.29 7.35 5.33
Produk Domestik Regional Bruto 5.78 6.76 4.85 5.82 0.11 -4.56
Sumber: BPS Prov. NTB, data diolah 2019
Tabel 4.10
Analisis shift share berdasarkan PAD
Tahun Nilai SS
2016 176433,338
2017 235859,841
2018 145955,957
Sumber: Data penelitian diolah, 2019
Berdasarkan tabel 4.10, dapat digambarkan bahwa analisa shift share berdasarkan laju
pertumbuhan ekonomi dan PAD Kota Bima dengan Provinsi NTB memiliki nilai positif yang
berarti bahwa laju pertumbuhan ekonomi dan PAD Kota Bima memberikan kontribusi positif
bagi Provinsi NTB.
3. Analisa Tipologi Klassen
Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor di suatu wilayah dengan cara
membandingkan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dengan pertumbuhan ekonomi wilayah
yang lebih luas dan membandingkan pangsa sektor tersebut dengan nilai rata–ratanya di tingkat yang
lebih luas. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor
tersebut dalam membentuk perekonomian di suatu wilayah. Untuk melihat potensi ekonomi di suatu
wilayah digunakan pendekatan pertumbuhan sektoral dan kontribusinya terhadap perekonomian di
suatu wilayah. Melalui metode ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan dari
sektor ekonomi yang berbeda, yaitu: sektor unggulan dan tumbuh pesat, sektor unggulan tapi
pertumbuhannya tertekan, sektor potensial yang berkembang cepat, dan sektor yang tidak potensial.
Tabel 4.11.
Karakteristik tipologi Klassen
Laju Pertu
Laju
PDRB PDRB ADH Kontribu mbuha
Pertumbuhan PDRB Prov.
ADHK Berlaku Kota si n
Lapangan Usaha PDRB PDRB NTB
Kota Bima sektoral sektor
Provinsi NTB
Bima al
Tabel 4.12 memperlihatkan nilai-nilai dalam tipologi Klassen yang didasarkan pada
perbandingan nilai laju pertumbuhan PDRB serta kontribusi sektor-sektor PDRB menurut
lapangan usaha antara Kota Bima dengan Provinsi NTB. Dapat disimpulkan bahwa semua sektor
PDRB menurut lapangan usaha ditinjau dari kontribusi sektoral dan pertumbuhan sektoral
memiliki interpretasi sektor-sektor tersebut merupakan sektor potensial dan masih dapat
dikembangkan.
Di Kota Bima, untuk sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai
pendukung sektor pariwisata, tipologi Klassen memiliki interpretasi Si < S dan Gi > G yang
diartikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor potensial dan masih dapat dikembangkan
dengan kontribusi sebanyak 4,6% bagi Provinsi NTB.
Tabel 4.13.
Penentuan tipologi Klassen berdasarkan PAD
4. Analisa SWOT
Pembahasan berdasarkan teori Middleton (2019:58), yang mengungkapkan lima komponen
yang harus ada dalam produk wisata, yaitu :
11. Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural
attraction, social attraction
12. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata
13. Aksebilitas menuju daerah tujuan wisata
14. Image daerah tujuan wisata
15. Harga yang dikenakan pada konsumen
Kemudian dilakukan analisis SWOT terhadap potensi setiap destinasi wisata yang dibahas
dalam penelitian ini.
Tabel 4.14.
Obyek Daya Tarik Wisata Alam Kota Bima
N0 Nama Obyek Jenis Obyek
Wisata Kelurahan Kecamatan
Wisata
1 Pantai Ni'u Wisata Pantai/ Dara Rasanae Barat
Bahari
2 Pantai Lawata Wisata Pantai/ Dara Rasanae Barat
Bahari
3 Pantai Kolo Wisata Pantai/ Kolo Asakota
Bahari
4 Pantai Ule Wisata Pantai/ Melayu Asakota
Bahari
5 Pantai So Ati Wisata Pantai/ Kolo Asakota
Bahari
6 Pulau kambing Wisata Pantai/
Bahari
7 Pantai Amahami Wisata Pantai/ Dara Rasanae Barat
Bahari
8 Diwu Monca WisataTirta Lampe Rasanae
Timur
9 Lanco Gajah Wisata Tirta jati baru Asakota
10 Taman Ria Wisata Alam
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2018
Dari banyaknya wisata alam di atas, ada beberapa obyek daya tarik wisata yang cukup
dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam Kota Bima diantaranya
sebagai berikut:
A. Pantai Lawata
Nama Lawata tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Bima maupun NTB. Nama
Pantai yang indah di pintu masuk Kota Bima ini memang sudah sejak lama menjadi
obyek wisata andalan bagi Kota Bima. Asal nama Lawata diambil dari kata “Lawang Ita”
yang merupakan percampuran bahasa Jawa dan Bima. Saat itu Sang Bima yang merupakan
musafir dari Jawa kedatangannya disambut oleh masyarakat dan Para Ncuhi di tepi pantai.
Pada saat penyambutan, para Ncuhi mempersilahkan sambil berkata “Lawang Ita” yaitu
“lawang” berarti pintu dan “Ita” berarti Anda. Kata “lawang ita” ini ejaannya kemudian
mulai berubah dalam pelafalannya menjadi Lawata. Pantai Lawata ibarat sebuah gerbang
selamat datang, memberi isyarat bahwa perjalanan akan segera memasuki Kota Bima.
Panjang pantai kira-kira setengah kilometer yang dikelilingi perbukitan yang indah. Di
bawah bukit berbatu terdapat sebuah goa peninggalan Jepang. Dahulu tempat ini
merupakan tempat peristrahatan bagi para bangsawan Bima dan kemudian menjadi
tempat rekreasi andalan masyarakatyang selalu ramai dikunjungi.
Gambar 4.4. Citra satelit pantai Lawata
Pemerintah Kota Bima terus membenahi Pantai Lawata untuk menjadisalah satu
obyek wisata pantai andalan di kota Bima dengan membangun berbagai fasilitas seperti
rumah makan terapung, perlengkapan berenang, panggung hiburan rakyat serta
sederetan penataan lainnya.
1) Atraksi wisata di daerah tujuan wisata; natural attraction, built attraction, cultural
attraction, social attraction
Menurut Kepala Dinas Pariwisata:
“Selain menawarkan panorama pantai yang mempesona untuk dilihat, bisa juga untuk
swaphoto, memancing, atau sekedar makan bersama keluarga. Di areal sekitar pantai
Lawata, diatas bukit yang menghadap ke arah pantai juga telah di bangun rumah-
rumah makan untuk para wisatawan santap siang. Selain itu, tersedia pula lesehan-
lesehan yang menyajikan berbagai makanan khas daerah bima. Wisatawan juga dapat
membawa pulang oleh-oleh khas daerah Bima yang sangat mudah di dapat di kios-kios
penjual suovenir dan oleh-oleh khas Bima. Para wisatawan juga dapat mencoba
berbagai wahana olahraga air. Panorama keindahan Teluk Bima yang tenang sangat
jelas bila berdiri di atas bukit pantai Lawata”.
Menurut Pengunjung :
“Kalo pergi ke pantai Lawata kita bisa nongkrong-nongkrong di tepi pantai, berenang,
mancing ikan disana. Hasil tangkapannya pun dapat langsung di olah di rumah-rumah
makan yang ada di sekitar pantai. Saya juga sering coba snorkling di pantai ini.
Karangnya bagus, airnya jernih terus juga banyak ikannya. Pokoknya mantap deh. Salut
buat pengelola, semoga terus diadakan peningkatan sarana dan prasarananya biar saya
dan keluarga lebih betah lagi main-main di pantai ini”.
Menurut pandangan penulis, atraksi wisata yang ditawarkan oleh ODTW pantai Lawata
sudah baik dan bervariasi. Hal tersebut dapat menarik lebih banyak pengunjung.
Menurut Bayraktar, dkk. (2016:251), atraksi yang ditawarkan oleh daerah wisata akan
lebih menarik banyak pengunjung bila terdiri dari beberapa atraksi wisata.
Menurut Pengunjung :
“Karena kebetulan kami sekeluarga pecinta Seafood makan di Pantai Lawata menjadi
sangat penting. Sajian khas baharinya yang sangat beragam jadi satah satu sebab kami
sekeluarga tidak pernah bosan ke pantai Lawata. Kelaparan kami akan seketika
terobati bila main ke pantai ini. ikan-ikan yang dibakar jenisnya cukup banyak
ragamnya. Selain ikan juga ada cumi bakar, udang bakar dan lain-lain”.
Untuk sarana lain yang berada di pantai Lawata, Kadis Pariwisata mengungkapkan
bahwa sudah terdapat sarana ibadah berupa musholla, pusat informasi, penginapan,
panggung pentas dan gazebo untuk istirahat pengunjung.
Sumber: Observasi penelitian, 2019
Gambar 4.5. Sarana pendukung di pantai Lawata
Pelayanan prima (service excellent) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam
memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima
merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang memenuhi
standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan
pelanggan/masyarakat. Pelayanan prima adalah kepedulian terhadap pelanggan.
Jadi pelayanan prima pada dasarnya adalah rasa keperdulian organisasi yang
berorientasi keuntungan (profit oriented) atau organisasi yang berorientasi sosial
(nonprofit) terhadap pelanggan yang ditunjukkan dengan adanya sikap, perhatian, dan
tindakan nyata, sehingga pelanggan merasa nyaman dengan pelayanan prima yang
diberikan (http://standardisasi.menlhk.go.id). Menurut tanggapan penulis, pelayanan di
pantai Lawata sudah dikatakan baik. Layanan parkir, penyebrangan, sarana ibadah,
panggung dan kesehatan sudah tersedia. Fasilitas istirahat bagi pengunjung tersedia
gazebo.
Apakah stasiun transportasi (Pelabuhan, Bandara, terminal dan stasiun) selalu tersedia
bagi wisatawan yang ingin mengakses destinasi tersebut ?
Menurut Kepala Dinas Parwisata :
“Memang belum tersedia kendaraan khusus untuk ke destinasi ini akan tetapi bagi para
wisatawan asing maupun manca Negara yang ingin mengakses destinasi ini dapat
menaiki Bus umum lintas antar kota antar provinsi”.
Terkait image (gambaran umum) terhadap pantai Lawata, pihak dinas pariwisata
menuturkan bahwa pantai Lawata merupakan destinasi wisata ikon kota Bima dari jaman
dahulu. Menurut penuturan salah satu pengunjung, pantai Lawata memang sudah ramai
dikunjungi sejak lama. Sebagai sarana rekreasi masyarakat Bima khususnya. Tetapi ada
kekurangannya untuk saat ini, kawasan pantai agak kotor dengan sampah. Pengunjung
tersebut juga menuturkan harapan agar pihak-pihak terkait segera menangani masalah
tersebut, agar pantai Lawata sebagai salah satu ikon kota Bima tetap terjaga dan populer
sampai ke luar daerah.
Hasil pengamatan penulis, dapat dikatakan bahwa pantai Lawata merupakan image bagi
kota Bima, karena dikenal sejak dahulu sebagai gerbang masuknya kota Bima, hal ini
termasuk pada citra unik destinasi wisata. Untuk citra kognitif, pengunjung merasakan
fasilitas dan sarana yang tersedia sudah memadai. Sedangkan untuk citra afektif,
pengunjung merasakan kenyamanan dan rasa senang mengunjungi pantai Lawata. Citra
destinasi (destination image) merupakan pengetahuan mengenai suatu destinasi dan apa
yang dirasakan oleh wisatawan selama berwisata. Coban (2012) dalam (AsyaHanif et al,
2016) penelitiannya menjelaskan bahwacitradestinasi terdiri dari hasil penilaian rasional
atau citra kognitif (cognitive image) dan penilaian emosional atau citra afektif (affective
image) dari destinasi itu sendiri. Hasil penelitian dari Cipta dan Farida (2018)
mengungkapkan bahwa image/citra daerah tujuan wisata menentukan gambaran yang
diterima (perceived value) dan perhatian (behavioral intention) dari calon pengunjung untuk
mendatangi suatu obyek wisata.
5) Harga yang dikenakan pada konsumen
Menurut Kepala Dinas Pariwisata :
“Sebenarnya alangkah lebih bagusnya destinasi ini agar di gratiskan saja karena
mengingat letak Pantai Lawata yang dapat dikatakan sebagai wajahnya kota Bima”.
“Akan tetapi dengan sangat terpaksa kami mengeluarkan peraturan agar para
wisatawan yang mengunjungi destinasi ini membeli tiket masuk seharga Rp.2000.Hasil
pendapatan dari pengunjung ini akan digunakan untuk peningkatan sarana dan
prasarana yang ada di Pantai Lawata”.
Penulis menanggapi bahwa untuk destinasi wisata, harga masuk pantai Lawata
dikatakan murah meriah. Biaya transportasi juga terjangkau, harga makanan dan
minuman di lokasi juga standar, harga sarana permainan air pun terjangkau, sampai
tarif menginap pun tidak terlalu mahal. Hal tersebut dapat mendukung bertambahnya
pengunjung untuk berwisata. Fasilitas pariwisata yang ada di Pantai Lawata berupa
shelter dan panggung hiburan yang akan menampilkan berbagai macam hiburan dan
kesenian rakyat. Hasil penelitian Baiturrahman (2018), menunjukkan bahwa harga
termasuk salah satu faktor penentu yang dipertimbangkan calon pengunjung destinasi
wisata.
Tabel 4.13.
Analisis SWOT Pantai Lawata
Kekuatan (strength-S) Kelemahan (weakness-W)
1. Merupakan ikon Kota Bima 1. Atraksi wisata air yang minim
2. Suasana nyaman 2. Tidak ada transportasi khusus ke
3. Udara sejuk pantai Lawata
4. Berada pada posisi strategis/dekat 3. Masih dalam tahap
pusat kota dan dilintasi jalan antar pengembangan
provinsi 4. Fasilitas pendukung untuk kuliner
belum tertata dengan baik dan
menarik
Peluang (oppurtinity-O) Ancaman (threats-T)
1. Adanya rencana pemerintah kota 1. Pantai Lawata bukanlah satu-
untuk mengembangkan pantai satunya obyek wisata di Kota Bima
Lawata 2. Pantai Lawata bukanlah satu-
2. Adanya otonomi daerah untuk satunya obyek wisata pantai di
pengembangan pariwisata Kota Bima
3. DTW dekat dengan pusat kota 3. Perilaku pengunjung yang
4. Motivasi untuk wisata yang tinggi membuang sampah sembarang di
dari masyarakat lokal maupun luar pantai
daerah 4. Belum tersedianya sarana tempat
5. Terletak pada jalan antar provinsi sampah yang cukup
5. Pengembangan kawasan ekonomi
khusus Mandalika
1) Strategi SO (strength and oppurtinity). Pantai Lawata yang merupakan ikon Kota Bima
sejak dahulu kala dapat dijadikan kekuatan untuk meraih peluang pengembangan potensi
destinasi wisata dalam rangka menarik pengunjung dari luar daerah dan mancanegara
sebanyak banyaknya.
2) Strategi ST (strength and threats). Adanya dukungan dari pemerintah kota Bima melalui
RPJPD untuk pembangunan fasilitas menuju dan di daerah destinasi wisata dapat
meminimalisir kekurangan pada ODTW.
3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). Kekurangan pada DTW pantai Lawata yang
diakibatkan adanya sampah yang mengotori pantai dapat dijadikan sebagai ajang kegiatan
bersih-bersih pantai dengan mengikutsertakan masyarakat dan wisatawan yang
berkunjung.
4) Strategi WT (weakness and threats). Penambahan fasilitas pendukung di pantai Lawata
dan sarana dan infrastuktur transportasi dapat menambah daya tarik dan menambah daya
saing dengan DTW lainnya.
Pantai Amahami yang berada di daerah Mpunda memiliki keunggulan, yang pertama
karena dekat pusat kota (± 2,5 Km). Yang kedua, tempat ini biasa digunakan untuk
latihan kuda pacuan. Memiliki taman untuk berjalan-jalan, kemudian sebagai tempat
wisata kuliner khas Bima juga. Adanya masjid terapung juga menambah daya tarik di
kawasan pantai ini.
Menurut pengunjung, biasanya ia melepas penat di pinggir pantai Amahami sambil
menikmati pemandangan, kalau sore bisa melihat sunset. Sedangkan menurut pengunjung
lain, ia biasanya keliling pantai dengan menyewa perahu bersama keluarga baru nanti
anak-anak berenang di pantai. Menurut informasi dari pedagang, di daerah Amahami
biasanya ramai di sore sampai malam hari pada hari-hari biasa. “Banyak yang makan di
sini kalau malam hari, atau sekedar duduk-duduk santai sambil ngobrol”, ujarnya.
Untuk wisata alam Diwu Monca, kelebihan wisata alam yang ditawarkan adalah tracking
pemandangan alam menyusuri DAS (daerah aliran sungai) sungai Lampe sampai tempat
seperti kolam. Kolam itulah yang disebut sebagai Diwu Monca. Menurut penuturan
seorang pengunjung, wilayah diwu monca pemandangannya asih asri, udara masih segar,
tetapi ia menuturkan memang lokasinya agak jauh. Salah satu masyarakat menjelaskan
bahwa orang-orang yang datang ke sini untuk menikmati alam sambil jalan-jalan
menyusuri sungai, terakhir mereka melepas lelah dengan berenang di kolam diwu monca.
Hasil konfirmasi kepada pemilik warung, ia mengatakan bahwa di Pantai So Ati memang
sarana ibadah agak jauh kalau dari tempatnya. Biasanya pengunjung yang menyewa
saungnya menggunakan wc dan sholat di dalam rumahnya. “mereka kan sudah
menggunakan (menyewa) saung saya, jajan juga di sini, kadang bakar ikan juga, saya
persilahkan pakai sarana di rumah saya, apalagi untuk sholat”, ujarnya.
Hasil konfirmasi kepada pihak disbudpar. “memang belum kita garap kalau di pantai So
Ati, tapi sudah masuk ke dalam perencanaan. Mudah-mudahan kalau di Kolo-nya sudah
kita rapihkan, baru kita geser ke daerah itu. Maklumlah dengan segala keterbatasan
yang kita miliki, ga bisa kita garap semuanya sekaligus”. Narasumber juga mengatakan
bahwa pihak dinasnya mengakui bahwa sarana dan fasilitas seperti lahan parkir, sarana
ibadah, wc umum belum disediakan khusus, hanya dikelola warga setempat.
Untuk sarana parkir kendaraan di Pantai Amahami, salah satu pengunjung menuturkan
bahwa ia memarkir kendaraan roda duanya langsung dilokasi di pinggir pantai. Untuk
parkir kendaraan roda empat, ia menuturkan bahwa mereka parkir di pinggir jalan di
pantai. Untuk bus pariwisata, ia belum pernah menjumpai rombongan yang berwisata ke
pantai Amahami. “biasanya hanya warga-warga sekitar yang rekreasi, kalau dari luar
kota, saya kira mereka datangnya perorangan atau perkelompok beberapa orang saja,
sehingga saya belum pernah lihat untuk bus pariwisata”.
Senada dengan pengunjung tersebut, salah satu pedagang di Pantai Amahami
mengungkapkan bahwa kalau untuk parkir kendaraan, motor dan mobil kecil langsung
parkir d dekat pantai. “di pantai sini untuk parkir kendaraan langsung di samping
warung, biasanya kalau bukan orang sini, tamu luar kota/daerah yang mencari tempat
makan saja atau jalan-jalan santai”.
Untuk fasilitas dan layanan lain di Pantai Amahami, salah satu pengunjung menuturkan
bahwa untuk warung yang menjajakan makanan minuman ringan banyak, untuk tempat
makan juga banyak, ramai pengunjungnya. “karena dekat kota, makanan dan minuman
banyak tersedia. Warung makanan khas Bima maupun yang biasa juga ada”. Pengunjung
tersebut juga menambahkan bahwa untuk wc umum, ia menggunakan di masjid yang ada
di pantai. “untuk layanan kesehatan saya kira ada puskesmas, atau klinik”, kata
pengunjung tersebut.
Hasil konfirmasi kepada pedagang, ia mengatakan bahwa untuk sarana ibadah bisa di
masjid terapung dalam area pantai, atau musholla di seberang jalan. Pihak disbudpar
menjelaskan bahwa pantai Amahami masih terus akan dilengkapi sarananya. “Taman
sudah kita bangun sebagai penunjang wisata pantai. Nanti kita tambah sarananya, kan
masjid sudah ada, tinggal sarana toilet umum dan kita tambah tempat sampah, juga
lahan parkir khusus”. Narasumber juga mengatakan bahwa pihak dinasnya tengah
mengkoordinasikan untuk mengalokasikan pedagang yang ada.
Untuk kawasan Diwu Monca, pengunjung memarkir kendaraan dititipkan di rumah
warga dengan membayar seikhlasnya. “Karena areanya masih benar-benar alam, di sini
tidak ada pedagang, kita harus bawa bekal sendiri”, menurut seorang pengunjung.
Warga sekitar menuturkan bahwa kawasan diwu monca agak jauh dari permukiman
penduduk dengan medan yang bervariasi, sehingga warga enggan untuk berjualan disana.
“medannya agak sulit, sehingga agak repot untuk berdagang disana, kita hanya
menyediakan tempat untuk parkir kendaraan dan tempat istirahat sementara, untuk
pemandu juga kita bisa”, menurut seorang warga. Untuk sarana penunjang, pengunjung
dan warga menuturkan hal senada bahwa belum tersedia penunjang apapun karena
memang agak jauh dari permukiman dan keramaian. Menurut pihak Dispar, kawasan
Diwu Monca belum menjadi prioritas dikarenakan kawasan wisata yang diprioritaskan
belum selesai dari target.
“Amahami merupakan gerbang masuknya Kota Bima, itulah citra yang selama ini
sudah terbentuk”, ujar pihak disbudpar. “Untuk wisata pantai, masih akan terus
dikembangkan oleh pemkot”, tambahnya. Menurut warga setempat, Amahami sudah
terkenal karena tempat dilatihnya kuda-kuda pacuan. Beberapa tahun ini dikembangkan
karena daerah ini tempat masuk untuk ke kota. Menurut Soekadijo (2000), salah satu
batasan suatu kawasan wisata unggulan adalah daerah tersebut dapat berfungsi sebagai
identitas daerah.
Citra wisata untuk Diwu Monca adalah wisata alam berupa tracking sungai dan kolam
mata air dengan pemandangan pegunungan yang asri. Wisatawan akan dimanjakan
dengan rimbunnya pepohonan dan suara-suara hewan liar.
Menurut penuturan pengunjung, pengeluaran ke daerah Diwu Monca tidak terlalu mahal.
Kita memanfaatkan dari warga sekitar yang menawarkan jasa pemandu, menyediakan
makanan dan untuk tempat istirahat.
Tabel 4.16.
Analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Alam Kota Bima
Untuk sentra tenun Bima Rambadompu, warga menjelaskan bahwa “daya tarik dari desa
ini adalah kain tenun khas Bima yang masih diproduksi secara turun menurun dengan
motif-motif khas Bima yang masing-masing mempunyai arti dan makna tersendiri. Kita
perlihatkan proses penenunan menggunakan alat tradisional, pengunjung juga bisa
mencoba alatnya memilih kain tenun yang dapat bisa mereka beli sebagai souvenir”.
Menurut seorang pengunjung, “kita bisa melihat proses pembuatan/tenun langsung dari
warga. Kita langsung bisa beli kain tenun disitu juga, harga mulai Rp. 150.000 sampai
jutaan ada”.
2. Fasilitas dan pelayanan di daerah tujuan wisata
Museum Asi Mbojo dulunya merupakan Istana bagi Raja dan Sultan Bima. Museum ini
dikonstruksi dengan campuran gaya Eropa dan Bima pada tahun 1927 oleh Mr.
Obzicshteer Rehata, arsitek kelahiran Ambon yang diundang pemerintah Kolonial
Belanda ke Bima. Ia dibantu oleh Bumi Jero Istana dan dilakukan secara gotong royong
oleh masyarakat ditambah pembiayaan dari anggaran belanja kesultanan. Asi Mbojo
terletak di tengah-tengah Kota Bima di atas lahan seluas 10 Ha. Luas dari utara selatan
kurang lebih dua kali luas dari timur barat. Istana menghadap ke barat. Di depannya
terdapat alun-alun disebut lapangan “Sera Suba” karena di sana tempat latihan pasukan
kesultanan yang disebut “Suba”. Di sini juga raja tampil secara terbuka di depan rakyat
pada saat upacara- upacara penting atau perayaan hari besar keagamaan.
Untuk sarana parkir di Museum Asi Mbojo, disini tersedia luas, untuk rombongan besar
menggunakan bus pariwisata tertampung. Untuk urusan makan dan minum karena adanya
di pusat kota, pengunjung tidak perlu khawatir, pun dengan fasilitas ibadah maupun
kesehatan. “memang untuk sarana kesehatan hanya menyediakan kotak P3K saja sesuai
standar, selebihnya kita rujuk ke klinik di dekat museum. Untuk sarana lainnya
pengunjung tidak perlu khawatir, tempat ini berada di pusat kota”, tutur seorang penjaga
museum.
Pada masa lalu, kaum wanita Mbojo (Bima-Dompu) telah mampu memproduksi berbagai
jenis kain tenun yang bermutu dan bernilai seni. Bukan hanya untuk kebutuhan
masyarakat Mbojo, tetapi juga menjadi barang yang laris di wilayah Nusantara. Semua
orang tua bangga, bila putra-putri mereka menjadi penenun yang terampil dan kreatif.
Sebaliknya bila putri mereka tidak memiliki ketrampilan di bidang Muna ro Medi, orang
tua akan merasa malu kepada masyarakat, karena gagal melaksanakan amanat adat yang
mengharuskan semua wanita Mbojo menjadi penenun yang terampil.
Untuk sarana penunjang wisata tenun di desa Rabadompu, Rasanae Timur, seperti sarana
parkir, akomodasi makan minum, sarana ibadah, dan kesehatan sudah ada. “kebetulan
daerah wisatanya ada di perkampungan tempat keramaian, jadi sarana-sarana seperti
itu sudah ada, memang tidak dibangun khusus dari pemerintah hanya memanfaatkan
yang ada di kampung sini”, ujar warga sekitar. Menurut pengunjung, ia menngatakan
bahwa di daerah sentra tenun ini banyak pilihannya, kita bebas mau melihat pembuatan
dan membeli dari tempat yang menurut kita bagus. Parkir kendaraan langsung dilokasi,
tempat makan tersedia, sarana ibadah pun ada. Menurut pihak dispar, sentra tenun
tersebut merupakan implementasi dari pengembangan wisata berbasis wisata dengan akar
budaya. “kita libatkan masyarakat sekitar dalam melestarikan budaya sekaligus
menambah tingkat ekonomi masyarakat melalui kerajinan tenunnya”. “untuk sarana
yang ada, karena berbasis masyarakat, kita hanya memberikan arahan saja agar
kampung yang menjadi sentra wisata tenun tersebut mempersiapkan dengan baik”.
Akses ke sentra tenun desa Rambadompu sangat mudah karena letaknya di pusat kota,
pengunjung dapat memanfaatkan sarana transportasi yang ada seperti ojek, benhur, taksi
maupun bus. Akses dari pusat transportasi (Pelabuhan, Bandara, terminal) sangat mudah.
“Untuk kedua tempat wisata tersebut, pengunjung dapat dengan mudah menemukan dan
mengakses transportasi, sarana jalannya pun sudah baik, jenis transportasinya juga
banyak”, ungkap pihak dispar.
4. Image daerah tujuan wisata
Citra Museum Asi Mbojo sudah terkenal di Kota Bima. Sebagai istana kesultanan Bima
tentunya merupakan tempat sumber sejarah dan adat budaya. Masyarakat yang akan
mempelajari sejarah dan adat budaya Bima pasti akan mengunjungi Museum Asi Mbojo.
Untuk Rambadompu, citra daerah wisata budaya ini merupakan sentra kain tenun khas
Bima. Berbagai motif kain tenun khas Bima ditawarkan dan diperlihatkan prosesnya
didesa wisata ini.
Tabel 4. 17.
Analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Budaya Kota Bima
1) Strategi SO (strength and oppurtinity). Dapat dijadikan strategi pemerintah Kota Bima
dalam mengembangkan wisata budaya dalam rangka menarik pengunjung dari luar
daerah dan mancanegara sebanyak banyaknya.
2) Strategi ST (strength and threats). Pemerintah kota Bima dapat menonjolkan keunggulan
wisata budaya dalam rangka bersaing dengan daerah lain.
3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). Pemeliharaan warisan budaya dapat dijadikan
sebagai kegiatan yang dapat menarik wisatawan.
4) Strategi WT (weakness and threats). Jumlah pengunjung yang sedikit dapat menjadi
dorongan bagi pemerintah Kota Bima dalam mengembangkan wisata budaya dalam
rangka menarik pengunjung dari luar daerah dan mancanegara sebanyak banyaknya.
D. Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima
Dari analisis SWOT Obyek Daya Tarik Wisata Alam dan Obyek Daya Tarik Wisata
Budaya Kota Bima, dapat dilakukan analisis SWOT terhadap sektor pariwisata di Kota
Bima.
Tabel 4. 18.
Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima
1) Strategi SO (strength and oppurtinity). Posisi daerah tujuan wisata yang srategis dan
RPJMD dan RIPPDA Kota Bima serta adaya otonomi daerah yang mendukung
pariwisata menjadi acuan yang dapat digunakan dalam mengembangkan potensi
pariwisata. Hal tersebut didukung dengan adanya kelompok masyarakat sadar (pokdar)
wisata yang sudah terbentuk. Kota Bima dapat mengembangkan konsep Kota Tepian Air
yang dapat menjadi peluang menarik kunjungan wisata sebanyak banyaknya.
2) Strategi ST (strength and threats). Kota Bima sebagai tempat mengenal adat istiadat,
sejarah dan budaya Bima, serta banyaknya kawasan wisata alam untuk dikembangkan
menjadi tantangan pemerintah kota Bima dalam bersaing dengan daerah lain.
3) Strategi WO (weakness and oppurtinity). Minimnya program untuk kunjungan ke daerah
wisata, atraksi wisata air yang masih minim, fasilitas yang kurang memadai, menjadi
peluang pemerintah Kota Bima dalam mengembangkan potensi pariwisata sesuai RPJMD
dan RIPPDA.
4) Strategi WT (weakness and threats). Minimnya program untuk kunjungan ke daerah
wisata, atraksi wisata air yang masih minim, fasilitas yang kurang memadai, menjadi
peluang pemerintah Kota Bima dalam mengembangkan potensi pariwisata sesuai RPJMD
dan RIPPDA agar dapat bersaing dengan daerah lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan
Berdasarkan nilai Location Quotient (LQ), yang menjadi sub sektor non basis dengan nilai
LQ < 1 adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian;
industri pengolahan; pengadaan air dan pengolahan; informasi dan komunikasi serta jasa
keuangan dan asuransi. Sebagai pendukung pariwisata di Kota Bima, lapangan usaha yang
menjadi sub sektor pendukung antara lain penyediaan akomodasi dan makan, jasa perusahaan,
transportasi dan pergudangan, perdagangan besar dan eceran serta pengadaan listrik dan gas. Sub
sektor-sektor tersebut merupakan sub sektor basis dengan nilai LQ > 1. Hal ini dapat diartikan
bahwa sektor pariwisata di Kota Bima berdasarkan telaah location quotient berpotensi besar
untuk dikembangkan karena didukung oleh lima sub sektor basis berdasarkan PDRB ADH
konstan.
Berdasarkan Analisis shif share, yang merupakan perhitungan shift share sektor pariwisata
diambil dari sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Untuk tahun 2017, nilai shift
share sebesar 102,005 sedangkan untuk tahun 2018 memiliki nilai sebesar -68,82. Nilai shift
share tahun 2018 memberikan bauran negatif sebesar -68,82 yang berarti bahwa sub sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum sebagai penunjang sektor pariwisata Kota Bima akan
berjalan lambat. Hal ini dipengaruhi oleh laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB yang
diakibatkan menurunnya laju pertumbuhan yang dimungkinkan akibat dari banyaknya bencana
alam yang mengganggu perekonomian regional provinsi NTB.
Berdasarkan Analisa Tipologi Klassen, Kota Bima, untuk sub sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum sebagai pendukung sektor pariwisata, tipologi Klassen memiliki interpretasi
Si < S dan Gi > G yang diartikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor potensial dan masih
dapat dikembangkan dengan kontribusi sebanyak 4,6% bagi Provinsi NTB.
Dari penelitian yang dilakukan, berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Kota Bima memiliki potensi pariwisata pantai yang masih banyak untuk
dikembangkan. Ditinjau dari atraksi94yang tersedia di daerah tujuan wisata (DTW) pantai,
kebanyakan pantai di Kota Bima yang ditetapkan sebagai daerah wisata masih belum banyak
tersedia, sehingga masih berpotensi untuk dikembangkan. Dari aspek fasilitas dan pelayanan,
kebanyakan daerah wisata pantai di Kota Bima belum tersedia. Pihak-pihak terkait di Kota Bima
ditantang untuk membangun dan memperbaiki sarana fasilitas dan pelayanan wisata maupun
pendukung wisata di daerah tujuan wisata terutama sarana ibadah, toilet umum dan sarana jalan.
Perihal aksesibilitas, kebanyakan dari daerah tujuan wisata pantai di Kota Bima masih
memerlukan perhatian dalam bidang transportasi dan sarana jalan umum. Untuk citra destinasi
wisata pantai, kebanyakan daerah wisata pantai di Kota Bima sudah memiliki citranya sendiri.
Hal ini merupakan kelebihan dan daya dukung dalam mengembangkan potensi wisata pantai di
Kota Bima. Terakhir, dalam hal pengenaan harga/biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan, daerah
wisata pantai di Kota Bima memiliki biaya yang wajar dan terjangkau oleh pengunjung.
C. Saran
5. Berdasarkan analisis location quotient (LQ), pemerintah Kota Bima harus
menembangkan sub sektor penunjang lainnya seperti sub sektor informasi dan
komunikasi, jasa pendidikan, transportasi, dan pengadaan air dan pengelolaan sampah.
6. Berdasarkan analisis shift share, sub sektor penyediaan akomodasi dan makan minum
harus menjadi perhatian pemerintah Kota Bima terkait laju pertumbuhan PDRB. Sub
sektor penunjang pariwisata lainnya juga harus memiliki nilai positif dalam rangka
menunjang sektor pariwisata.
7. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, pemerintah Kota Bima harus lebih
mengoptimalkan potensi yang dimiliki agar sektor pariwisata dapat memberikan
sumbangan bagi perekonomian secara signifikan.
8. Berdasarkan analisis SWOT, Pemerintah Kota Bima melalui RPJMD dan RIPPDA dapat
mengembangkan potensi sektor pariwisata baik wisata alam dan budaya dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan daya saing dengan daerah lain
dengan tujuan peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Syamsir. “Metodelogi Penelitian : Cara Praktis Menulis Disertasi”. Edisi pertama.
Universitas Trisakti. Jakarta. 2006
Ahmad, Muhridhon dan Rio, Andreas. “Mobile Tourism Application Design for Magelang
Regency”, e-Proceeding of Art & Design: Vol. 2, o. 2 Agustus 2015, ISSN: 2355-9349
Ahmad, Syarif dan Argubi, AH. “Pengembangan Pariwisata Kota Bima Sebagai Daerah Transit
Wisata Alternatif”. Jurnal Pariwisata, SADAR WISATA. Vol. 1 No.1 2018
Ahmad, Syarif dan Argubi, Adi Hidayat. “Pengembangan Pariwisata Kota Bima Sebagai
Daerah Transit Wisata Alternatif”, Jurnal Sadar Wisata Volume 1, No 1, Januari 2018, Hal
1-20
Ananda, Candra Fajri. “Pembangunan Ekonomi Daerah: Dinamika dan Strategi Pembangunan”,
UB Press, Malang, 2018
Arikunto, Suhasirmi. “Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktik”, Rineka Cipta, Jakarta,
2016
Astuti, Ristina Wahyu. “Analisis Pengaruh sektor pertanian, pariwisata, investasi dan tenaga
kerja terhadap petumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Nusa tenggara Barat
tahun 2011-2016”, Skripsi, UIN Suka, Yogyakarta, 2018
Baggio, Rodolfo. “Studying complex tourism Systems: A Novel Approach Based on Networks
Derived from A Time Series”, XIV April International Academic Conference on Economic
and Social Development, Moscow, 2013
BAPEDA. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bima Nusa
Tenggara Barat tahun 2013-2018”, BAPEDA Provinsi Bima Nusa Tenggara Barat. 2013
Bhatia, AK . “Tourism Development”. Sterling publications. New Delhi. 2012
Dina, Maulina. “Strategi Persaingan Harga Pasar Di Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel
Surabaya”. Undergraduate thesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. UIN Sunan
Ampel Surabaya. 2016
Ferrel, OC. Dan Hartline, Michael. “Marketing Strategy”, Thomson, Ohio, 2011
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS”, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2016
Hermawan, Agus. “Komunikasi Pemasaran”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012
Hidayat, Wahyu. “Perencanaan Pembangunan Daerah: Pendekatan Pertumbuhan Ekonomi,
Disparitas Pendapatan dan Kemiskinan di Jawa Timur”, UMM Press, Malang, 2017
Hutchinson, Francis dan Chong, Terence. “The SIJORI cross-border region: Transnational
Politics, Economics and culture”, ISEAS Institute, Singapore, 2016
Islamy, Nurul. “Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru
Ekonomi Nusa Tenggara Barat?”, Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and
Recreation, Vol. 2 No. 1 April 2019
Ismayanti. “Pengantar Pariwisata”, Grasindo, Jakarta, 2012
Judisseno, Rimsky K. “Aktivitas dan Kompleksitas Kepariwisataan”, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2017
Junaidi, Achmad. “Analisis Program Siaran Berita Berjaringan di Programa 1 RRI Samarinda
dalam Menyampaikan Berita Dari Kawasan Perbatasan”, eJournal Ilmu Komunikasi, 2015,
3 (2) :278-292
Komarudin. “Ensiklopedia Manajemen, Edisi IX”. Bumi Aksara. Jakarta. 2001
Kotler, Phillip dan Keller, Kevin. “Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13” Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2012
Lickorish, Leonard dan Jenkins, Carson. “An Introduction to Tourism”. Butterwoeth-Heinemann.
Oxford. 1997
Middleton, Victor, et.al. “Marketing In Travel And Tourism. Elsevier. Oxford. 2019
Mokhtarian, Patricia, dan Singer, Matan. “What Moves Us? An Interdisciplinary Exploration of
Reasons for Traveling”, Routledge, 2015
Morrison, Alastair dan Mill, Christie. “The Tourism System: An Introductory”. Hall & McArthur.
Canada. 1998
Munroe, Myles. “Understanding Your Potential”. Destiny Image Pub. Shippenburg. 2016
Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pineda, FD. Dan Brebbia, CA. “Sustainable Tourism VII”, WIT Press, Southampton, 2016
Prasetyo, Andjar dan Arifin, M. Zaenal. “Pengelolaan Destinasi Wisata Yang Berkelanjutan
Dengan Sistem Indikator Pariwisata”. Indocamp. Jakarta. 2018
Putra, Rizki A. “Analisis Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Kecamatan Teluk
Pandan Kabupaten Pesawaran”, Skripsi, FISIP UNILA, 2019
Raina, AK dan Agarwal, SK. “The Essence Of Tourism Development (Dynamics, Philosophy,
And Strategies)”. Sarup & sons. New delhi. 2004
Raju, GP. “Tourism Marketing and Management”. Manglam Pub. New Delhi. 2012
Rangkuti, Freddy. “SWOT Balanced Scorecard, Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif
Plus Cara Mengelola Kinerja dan Resiko”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013
RIPPDA Kota Bima 2018-2023
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2018
Shidarta, dkk. “Aspek Hukum Ekonomi & Bisnis”. Prenadamedia group. Jakarta. 2018
Singagerda, Faurani. “Analisis Aliran Investasi dan Perdagangan Pariwisata Indonesia”, Journal
UNPAR, vol. 17. No.2, 2014
Singgalen, Yerik dan Kudubun, Elly E. “Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata :
Studi Kasus Kelompok Museum Pemerhati Sejarah Perang Dunia ke II di Kabupaten Pulau
Morotai”, Jurnal Cakrawala 2018, ISSN 1693 6248, h.199-213
Sjafrijal. “Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi”. Edisi pertama cetakan
pertama. Rajawali Pers. Jakarta. 2014
Sugiyono. “Stastistika Untuk Penelitian”, edisi revisi terbaru cetakan ketigabelas, CV Alfabeta.
Bandung. 201
Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”. Edisi revisi cetakan pertama. PT
Bumi Aksara. Jakarta. 2006
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Woodside, Arch G. dan Martin, Drew. “Tourism Management: Analysis, Behaviour, and
Strategy”. CAB International. Oxford. 2010
Yoeti, Oka A. “Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata”. Pradaya Paramita.
Jakarta. 2008
Zebua, Manahati. “Inspirasi Pengembangan Pariwisata Daerah”, DeePublish, Yogyakarta, 2016
www.kbbi.kemdikbud.go.id
Abi Hafiz, http://www.abihafiz.wordpress.com, Juli, 2019
https://www.wttc.org/about/media-centre/press-releases/press-releases/2019/travel-tourism-
continues-strong-growth-above-global-gdp/
https://www.republika.co.id/berita/en/national-politics/18/10/23/ph201e414-indonesia-worlds-
ninthfastest-growing-tourism-sector
https://www.liputan6.com/bisnis/read/687691/traveling-jadi-prioritas-kedua-masyarakat-
indonesia?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com%2F
https://ekbis.sindonews.com/read/1364689/34/kunjungan-wisman-162-juta-devisa-pariwisata-
capai-usd176-miliar-1545375563
http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/24426/t/Komisi+X+Ajak+Wisatawan+Kembali+Kunjungi+
Destinasi+Wisata+NTB
http://standardisasi.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2016/09/SPM-pariwisata-alam.pdf
http://lipi.go.id/lipimedia/anjloknya-rupiah-tarik-minat-70-ribu-wisman/21338
https://www.suarantb.com/pendidikan/2018/05/256216/Konsep.Pendidikan.dan.Pariwisata.Belu
m.Sejalan/
https://www.idntimes.com/news/indonesia/kementerian-pariwisata/dongkrak-pad-csc/full
https://www2.unwto.org/publication/unwto-annual-report-2011