Anda di halaman 1dari 19

Makalah

“PERSEPSI, HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN


INDIVIDU DAN ORGANISASI, ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN,
SERTA PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM ORGANISASI “

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Komunikasi Organisasi
Semester VI/MPI II

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
DHAULIFA ZAHRAH : 181030053
HIJRAH : 181030034
MOH. ZALDI : 181030039
RIFALDI : 181030036
RISWANDI : 181030058
SELVINA ANASIA : 181030056

Dosen Pengampu:

Ibu Dr. Sri Dewi Lisnawaty,S.Ag., M.Si.

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  Persepsi, Hubungan
Persepsi Dengan Mengambil Keputusan Individu Dan Organisasi, Etika Dalam
Mengambil Keputusan, Serta Mengambil Keputusan Inovasi Dalam Organisasi ini tepat
pada waktunya. Tak lupa pula Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW
beserta keluarganya aamiin.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Komunikasi Organisasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Persepsi, Hubungan Persepsi Dengan Mengambil Keputusan Individu
Dan Organisasi, Etika Dalam Mengambil Keputusan, Serta Mengambil Keputusan Inovasi
Dalam Organisasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Dewi Lisnawaty, S.Ag., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Komunikasi Organisasi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis
Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………………. i

Kata Pengantar……………………………………………………………… ii

Daftar Isi……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………….……………………………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………….…………. 3

C. Tujuan ………………………….…………………………………….…. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Persepsi.............................................................................……… 4

B. Hubungan Persepsi Dengan Mengambil KeputusanIndividu Dan

Organisasi……………………………………….............…...................... 5

C. Etika Dalam Pengambilan Keputusan......................................................... 7

D. Pengambilan Keputusan Kreatif Dan Inovasi Dalam Organisasi................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………… 14

B. Saran…………………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah
suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu.1

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman


terhadap sesuatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Persepsi ini di definisikan
sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita
(penglihatan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari
disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.2

Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan masalah,
bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan
mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan
menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua informasi
diperoleh melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan
informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan
guna mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran
preferensi mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil
keputusan ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan akal
pikiran dan menggunakan perasaan atau dengan persepsi.

Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan. Pengambilan
keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah atau pun suatu pilahan tentang
kesempatan. Dalam suatu organisasi yang diperlukan suatu keputusan dalam

1 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 445
2 Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h.
110.

1
pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan
pemikiran tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.

Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi


manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur
organisasi. Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap
tanpa memasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya
merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.

Munculnya pesaing-pesaing baru membuat organisasi melakukan pembelajaran agar


dapat beradaptasi dan bertahan dalam persaingan bisnis. Keadaan pasar dengan iklim
kompetisi yang tinggi menurut Palmer, dkk (2006) merupakan salah satu alasan
mengapa perusahaan perlu untuk berubah. Pembelajaran yang dilakukan organisasi ini
berupa seperangkat perilaku berbasis ilmu pengetahuan,nilai, strategi,dan teknologi
yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan individu dan meningkatkan kinerja
organisasi, melalui perubahan terencana pada perilaku kerja anggota organisasi.

Berdasarkan hasil asesmen dan penelitian, tampak bahwa terdapat beberapa hal


yang berada di bawah target perusahaan dan harus dikembangkan, yaitu innovation dan
continous improvement, hal ini yang menjadi dasar untuk memilih intervensi
pengembangan organisasi yang terfokus pada pengembangan kreativitas dan
inovasi.Menurut Peter Drucker, dalam memimpin suatu organisasi, seorang manajer
tidak hanya melakukan pekerjaanpekerjaan administratif atau pengambilan keputusan
(decision making) saja, tetapi ia harus melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih kreatif.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu persepsi ?
2. Bagaimana hubungan persepsi dengan mengambil keputusan individu dan
organisasi ?
3. Apa saja etika dari pengambilan keputusan ?
4. Bagaimana pengambilan keputusan kreatif dan inovasi dalam organisasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi persepsi
2. Untuk memahami hubungan persepsi dengan mengambil keputusan individu dan
organisasi
3. Untuk mengetahui apa saja etika dari pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui bagaimana mengambil keputusan kreatif dan inovasi dalam
organisasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa
Latin percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk
inderawi dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan
kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.3

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap


sesuatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Persepsi ini di definisikan sebagai
proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita (penglihatan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk
sadar akan diri kita sendiri.4

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap
oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak. Didalamnya terjadi proses
berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman.5

Dalam persektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi
sedangkan penafsiran interpretasi adalah inti persepsi yang identik penyandian-balik
(decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada definisi Lahliry (1991)
persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dimana kita menafsirkan data sensoris, yakni
data yang diterima melalui 5 indra kita atau definisi Lindsay & Norman (1977): “Persepsi
adalah proses dimana organism menginterpretasi dan mengorganisir transasi untuk
menghasilkan pengalaman yang berarti tentang dunia”.6

3 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 445.
4 Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 110.
5 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 86.
6 Liliweri Alo, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta: PT. Prenadamedia Group, 2015), h.166.

4
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak
mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih satu
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan
anggapan kita setelah menerima rangsangan dari apa yang dirasakan oleh panca indra kita,
rangsangan tersebut kemudian berkembang menjadi pemikiran yang membuat kita memiliki
suatu pandangan terkait suatu kasus atau kejadian yang tengah terjadi.

B. Hubungan Persepsi Dengan Mengambil Keputusan

Persepsi diri dan pengambilan keputusan, adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama
lain. Persepsi merupakan sebuah pemahaman individu dalam menentukan, menilai maupun
mengartikan sesuatu berdasar informasi yang diterima, sedangkan keputusan adalah sebuah
akhir dari proses berpikir. Sesuai peran masing-masing, persepsi diri sebagai satu-satunya
faktor penting dalam penilaian, pemahaman serta penyeleksian untuk membentuk sebuah
konsep pikir positif maupun negatif, guna memperoleh hasil atau efek yang akan
berpengaruh bagi seseorang dalam mempertimbangkan tujuan studi. Sedangkan
pengambilan keputusan, merupakan tahap akhir untuk menentukan apa yang menjadi
prioritas penting yang harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.7

Keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari dua atau lebih alaternatif yang dimiliki.
Pengambilan keputusan muncul karena adanya sebuah rekasi dari maslah yang sedang dana
tau akan dihadapi. Terkadang suatu masalah bagi seseorang bisa jadi merupakan kondisi
yang menyenangakan bagi orang lain. Mobil Anda mogok di jalan, itu menjadi masalah
buat Anda akan tetapi bagi tukang bengkel menjadi pemasukan baginya. Dalam mengambul
keputusan membutuhkan interpretasi dan evaluasi informasi yang didapat, pemilihan
informasi data yang tepat sangar menentukan keputusan Anda. Sekali lagi proses perseptual
Annda akan mempengaruhi hasil akhir.8

Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku, mereka mencoba
menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi
kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai
manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun
persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena mereka

7 http://eprints.ums.ac.id/57458/19/Naskah%20Publikasi.pdf.hal.4
8 Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th Edition, McGraw-Hill.

5
adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan apakah
perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :

 Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam


situasi yang berlainan.

 Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan
cara yang sama.

 Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.

Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau
prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi.
Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan
melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang
salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing
dari produk pesaing.9

Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu


saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :

 Wawancara karyawan

Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak
akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang
calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan
mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual
mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan
kerja suatu organisasi.

 Pengharapan kinerja

Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka
mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai
seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita.. Misalnay manager
memperkirakan orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku
demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah ini.

9 https://tariecliple.wordpress.com/2012/11/06/persepsi-dan-pengambilan-keputusan/

6
 Evaluasi kinerja

Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada  proses perseptual. Walaupun
penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif
adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai
karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.

 Upaya karyawan

Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi
bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu
pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias)
perseptual.

 Kesetiaan karyawan

Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan adalah apakah
karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian
kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan
tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun
sebagai pengacau.

 Pembentukkan Profil

Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih biasanya berdasarkan ras
atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau investigasi

C. Etika Dalam Pengambilan Keputusan

Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral.
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan
etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya.

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaiutu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara

7
bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun. Istilah
etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan
mengukur perilaku professional seseorang.

Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang atau
badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang dapat diterima umum dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa etika
adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya.

Sedangkan pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan
satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau
tindakan.

Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang penting dalam
pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang
etis, yaitu:

a. Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau


konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk
jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan
bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi.
b. Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada
niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari
utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini
mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan.
Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat
untuk mencapai tujuan.
c. Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr
seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu
tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi
hak dasar dari individu.

8
d. Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan
memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian
manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu
nilai: keadilan.
e. Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia
didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan
demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan
individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur
lainnya.

Pertimbangan etis merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan
organisasioanal. Tiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan
memeriksa factor-faktor yang membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga
kriteria keputusan etis tersebut yaitu :10

1. Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau konsekuensi


mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat
mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa individu.

2. Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil keputusan


yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar. Penggunaan hak
sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan perlindungan kepada individu,
tetapi dapat merintangi efisiensi dan produktivitas.

3. Kriteria menekankan pada keadilan, mensyartkan individu untuk mengenakan dan


memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian
manfaat dan biaya yang pantas. Melindungi kepentingan individu yang kurang
terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi kriterian ini dapat mendorong
kepemilikian yang akan mengurangi pengambilan risiko, inovasi, dan produktivitas.

10 https://tariecliple.wordpress.com/2012/11/06/persepsi-dan-pengambilan-keputusan/

9
D. Pengambilan Keputusan Kreatif Dan Inovasi Dalam Organisasi

Kreativitas berarti menciptakan sesuatu yang baru. Dalam konteks bisnis, itu berarti
penciptaan ide-ide baru, metode baru atau produk / layanan baru. Kreativitas meningkatkan
kualitas keputusan. Ini meningkatkan ruang lingkup alternatif untuk dipertimbangkan untuk
pemecahan masalah. Sangat penting untuk menangani masalah yang tidak ada pengulangan
dan baru karena masalah seperti itu tidak dapat diselesaikan dengan solusi yang telah
ditentukan. Mereka membutuhkan pemikiran imajinatif untuk solusi mereka. Karena tidak
ada masalah yang memiliki solusi tunggal, kreativitas membantu dalam menghasilkan ide-
ide baru yang membantu dalam mengambil keputusan akhir.11

Sendangkan Inovasi bisa didenifisikan sebagai ”proses” tertentu seorang dengan melalui
pendayagunaan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulant dan individu yang
mengelilinginya yang berusaha meghasilkan produk baru, baik bagi dirinnya sendiri atau
pun bagi lingkungannya.”Terdapat beberapa syarat inovasi sebagaimana yang diuraikan di
bawah ini. Pertama, produk baru ini harus bermanfaat bagi masyarakat lingkungannya.
Kedua, sifat baru pada produk ini merupakan sesuatu yang relatif, sehingga produk yang
dihasilkan itu bisa jadi merupakan sesuatu yang baru bagi seseorang meski tidak baru bagi
yang lain, dan bisa jadi produk yang dihasilkan itu merupakan sesuatu yang baru baik bagi
dirinnya maupun bagi orang lain. Pada kedua kondisi ini, produk baru ini bisa dikategorikan
sebagai suatu inovasi. Ketiga, di samping harus memiliki sifat baru, produk ini juga harus
memiliki fungsi dan manfaat yang bisa menutupi kebutuhan tertentu yang dirasakan oleh
individu atau pun kelompok (Jawwad,AA, 2004:1).12

Bowd, McDougall dan Yewchuck (1994) menjelaskan ciri-ciri aspek kognitif yang
diperlukan untuk menghasilkan pemikiran kreatif yang meliputi : (1) Fluency : kelancaran
menjawab pertanyaan; (2) Flexibility:mampu menghasilkan gagasan yg tdk biasa; (3)
Originality : mampu melihat dari sudut pandang yang berbeda dan mampu menghasilkan
gagasan yang original; (4) Elaboration:mampu mengelaborasi konsep dan
mengimplementasikan;(5) Visualization : mampu berimajinasi dan memvisualisasikan
konsep; (6) Transformation : mampu mengubah suatu benda/gagasan pada benda/obyek lain
dan melihat makna & manfaat dgn cara baru; (7) Intuition : kemampuan melihat hub./kaitan
suatu hal dgn hal lain dalam kondisi informasi terbatas dan (8) Synthesis : kemampuan

11 https://borobudur-training.com/kreativitas-dalam-pengambilan-keputusan/
12 jipptumg--idharahayu-1186-1-22okb-i.pdf.hal.3

10
mengkombinasikan bagian-bagian ke dalam keseluruhan yang kompak dan logis
(Ancok,D,2012:68).

Musrofi, M. (2007:1) menjelaskan bahwa setiap manusia diberi karunia potensi atau
bakat. Manusia seharusnya bersyukur terhadap karunia potensi/bakat yang telah diberikan
Sang Pencipta Allah SWT. kepada dirinya. Hakikat bersyukur menurut Quraish Shihab
adalah menampakkan nikmat sesuai kehendak pemberi, juga menyebut-nyebut dengan
baik.Cara mensyukuri nikmat bakat atau potensi diri yaitu : (1) merenungi dan mengenali
potensi diri atau bakat yang sesungguhnya ada dalam diri kita; (2) memfokuskan diri pada
bakat tersebut dengan secara terus-menerus melatih dan memanfaatkan bakat itu sebagai
realisasi tugas kekhalifahan dimuka bumi (Musrofi, M., 2007:3-4).13

Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam sebuah organisasi sangat menentukan


banyaknya inovasi yang dihasilkan.Inovasi pada dasarnya sangat ditentukan oleh
kemampuan pemimpin perusahaan untuk memotivasi karyawan mengaktualisasikan seluruh
potensi yang dimiliki. Pemimpin mulai dari puncak sampai pada yang pemimpin unit kerja
operasional pada lini paling bawah dalam struktur organisasi berperan dalam inovasi. de
Jong dan Hartog (2007) menunjukkan bahwa teori kepemimpinan yang diduga mempunyai
keterkaitan yang erat dengan inovasi di perusahaan yaitu kepemimpinan transformasional,
kepemimpinan partisipatif dan Leader-Member Exchange (LMX) (Ancok,D.,2012:121-
122).

Pertama, Kepemimpinan partisipatif. Gaya pengambilan keputusan berurutan dari sisi


kewenangan yang diberikan kepada bawahan yaitu mulai dari tanpa wewenang apapun
(otokratis) sampai pada pemberian wewenang yang paling besar kepada bawahan (delegasi).
Proses pengambilan keputusan yang bergerak semakin kearah delegasi maka semakin
meningkatkan semangat berinovasi. Seorang yang bergaya kepemimpinan partisipatif
adalah pemimpin yang memberikan peluang kepada karyawan untuk ikut berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan dan mempengaruhi keputusan yang dibuat pemimpin.Gaya
kepemimpinan tersebut memberikan peluang kepada bawahan untuk menentukan arah dan
merancang tugas yang diinginkan. Hal itu dapat membuka peluang untuk mengembangkan
kreativitas karyawan dalam menghasilkan inovasi (Ancok,D.,2012:127).

13 jipptumg--idharahayu-1186-1-22okb-i.pdf.hal.7

11
Kedua, Leader-Member Exchange (LMX). Ancok,D.(,2012:12) menjelaskan pada kondisi
high exchange, hubungan pemimpin dengan orang yang dipimpin relatif akrab dan mereka
merasa sebagai bagian hubungan pertukaran yang tinggi apabila pemimpin memiliki
kepercayaan pada bawahannya. Kepercayaan ini tumbuh karena bawahan memiliki
integritas dan kompetensi.baik dari aspek teknis pekerjaan maupun dalam hubungan sosial
dengan orang lain. Pada kondisi high exchange, pemimpin berbagi informasi,
mendelegasikan pekerjaan, melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,
memberikan pekerjaan yang menarik dan memberikan banyak kemudahan kepada
bawahannya seperti gaji tinggi, tempat kerja yang lebih luas, dan jadwal kerja yang lebih
baik. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang high exchange akan lebih besar
pengaruhnya pada semangat inovasi para karyawan, dan munculnya karya inovatif dalam
perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena karyawan merasa bebas menyampaikan
idenya, pada sisi lain pemimpin lebih mau mendengarkan gagasan mereka.

Ketiga, Gaya Kepemimpinan Transformasional. Ciri-ciri kepemimpinan transformasional


meliputi :1) Idealized Influence : sifat-sifat keteladanan (role model) yang ditunjukkan
kepada pengikut dan sifat-sifat yang dikagumi pengikut dari pemimpinnya. Perwujudan
sifat keteladanan antara lain lebih mengutamakan kepentingan karyawan daripada
kepentingan diri sendiri; bersedia menanggung resiko dari keputusan yang diambil
karyawan; 2) Intellectual Stimulation : mengembangkan kompetensi pengikutnya dengan
cara memberikan tantangan dan pertanyaan agar pengikutnya berolah pikir mencari cara
baru dalam melakukan suatu pekerjaan; 3) Individual Consideration:ciri pemimpin yang
memperhatikan kebutuhan karyawan dan membantu karyawan agar mereka bisa maju dan
berkembang dalam karir dan kehidupan mereka; 4) Inspirational Motivation : sifat
pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak karyawan untuk
mewujudkan sebuah cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka menjadi bermakna.
Bekerja bukan hanya sarana untuk mendapatkan uang, melainkan juga sebuah wahana
untuk menemukan kebermaknaan dalam hidup

12
Ancok,D (.2012:131). Ancok,D.(2012:130) menjelaskan gaya kepemimpinan
transformasional lebih mampu mendorong inovasi baik pada level individual maupun
kelompok. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan pemimpin transformasional memandang
karyawan sebagai orang yang bertanggungjawab, memiliki kesadaran internal untuk bekerja
dan bangga pada pekerjaannya. Pemimpin transformasional mampu menghargai bawahan
dan mendorong bawahan untuk mengaktualisasi potensi insani yang dimiliki secara
maksimal. Pemimpin transformasional juga mampu mengembangkan pemimpin-pemimpin
baru dilingkungan kerjanya, menciptakan lingkungan kerja yang apresiatif sehingga dapat
menggugah gairah dan semangat berinovasi dan belajar bersama, menjadikan dirinya
sebagai model integritas bagi anggotanya.14

14 jipptumg--idharahayu-1186-1-22okb-i.pdf.hal.11

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak
mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih
satu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan anggapan kita setelah menerima rangsangan dari apa yang dirasakan oleh
panca indra kita, rangsangan tersebut kemudian berkembang menjadi pemikiran yang
membuat kita memiliki suatu pandangan terkait suatu kasus atau kejadian yang tengah
terjadi.
2. Keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari dua atau lebih alaternatif yang
dimiliki. Pengambilan keputusan muncul karena adanya sebuah rekasi dari maslah
yang sedang dana tau akan dihadapi. Terkadang suatu masalah bagi seseorang bisa
jadi merupakan kondisi yang menyenangakan bagi orang lain. Mobil Anda mogok di
jalan, itu menjadi masalah buat Anda akan tetapi bagi tukang bengkel menjadi
pemasukan baginya.
3. Dalam mengambil keputusan membutuhkan interpretasi dan evaluasi informasi yang
didapat, pemilihan informasi data yang tepat sangar menentukan keputusan Anda.
Sekali lagi proses perseptual Anda akan mempengaruhi hasil akhir.
4. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai
moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya
pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu
utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan
relativisme (self-interest).
5. Suatu organisasi agar bisa bersaing dengan perusahaan lain maka perlu melalukan
inovasi secara terus-menerus dalam berbagai aspek, baik produk, layanan, proses
kerja, metode maupun lainnya. Salah satu modal untuk melakukan inovasi adalah
adanya kreativitas. Keterkaitan antara keduanya yaitu kreativitas merupakan
pengembangan ide-ide baru sedangkan inovasi adalah proses penerapan ide-ide
tersebut secara aktual ke dalam praktek. Kreativitas merupakan interaksi antara

14
potensi individu dengan lingkungan. Agar kreativitas berkembang di organisasi maka
ada beberapa upaya yang dilakukan yaitu curah pendapat di dalam tim/kelompok
kerja, gaya kepemimpinan yang mendorong kreativitas dan mengmbangkan kultur
kreaetif.

B. SARAN

Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Agar keputusan yang diambil mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendri,
melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya, maka diperlukan
pemimpin yang mempunyai integritas yang menjunjung tinggi moral dan etika.

Bagi individu hendaknya melatih diri untuk mengembangkan kreativitas berdasarkan


potensi diri. Bagi kelompok kerja untuk membiasakan curah pendapat dengan lebih baik.
Bagi pemimpin hendaknya dapat mengubah gaya kepemimpinan memungkinkan
berkembangnya. kreatifitas dan mengembangkan kultur/budaya kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

15
http://repository.radenfatah.ac.id/5260/3/BAB%20II.pdf

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-persepsi

http://blog.binadarma.ac.id/dedi1968/wp-content/uploads/2011/05/materi-1-ob.ppt

http://www.slideshare.net/drsnurhidayat/partisipasi-dalam-organisasi

P. Robbins, Stephen, “Perilaku Organisasi”, Prentice Hall, 2001, Jilid 1

http://eprints.ums.ac.id/57458/19/Naskah%20Publikasi.pdf

Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th Edition,
McGraw-Hill.

Dr. Hj Syahribulan, M.Si, Dr. Hj. Hasniati, M.Si, Drs. Nurdin Nara, M.Si, Dr. Atta Irene
Allorante, M.Si, Dra. Hj. Khalawatiah, MA. 2013. Modul Mata Kuliah Etika
Administrasi Negara. Makassar. Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIPOL
Universitas Hasanuddin

Bulanbalun.
(2014)pengertianetikaetikaetimologiberasal.http://bulanbalun.blogspot.co.id/2014/03/
pengertianetika-etika-etimologi-berasal.html, 09 Oktober 2015

Az17bersama.
(2013).etikapengambilankeputusan.http://az17bersama.blogspot.co.id/2013/04/etika-
pengambilan-keputusan.html, 09 Oktober 2015

Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan & Inovasi. Penerbit : Erlangga Jakarta

Asrori,M.(2008). Psikologi Pembelajran. Penerbit :CV. Wacana Prima Bandung

Goleman,D., Haufman,P.,dan Ray,M.(2005) : The Creative Spirit : Nyalakan Jiwa Kreatifmu

di Sekolah, Tempat Kerja dan Komunitas.Penerbit : MLC Bandung

Gallo,C. (2010). Rahasia Inovasi Steve Jobs : Prinsip Berbeda Untuk Melakukan Terobosan.

Edisi Terjemahan (2011). Penerbit : Erlangga Jakarta

Jawwad,MAA.(2004). Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berpikir Pada Diri dan

Organisasi.Penerbit : PT. Syaamil Cipta Media Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai