DI SUSUN OLEH
Marlinda Eka Sulistia (1902016057)
Muhammad Rezha Rahman (1902016062)
Alya Rosalin (1902016066)
Sely Adellia Arifin (1902016072)
Devita Dwi Putri Rimaswari (1902016075)
Nabhilah (1902016079)
Oktavia Tri Anggraini (1902016087)
Afifah Nur Rahma (1902016088)
Selviana (1902016091)
Nona Novela (1902016101)
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Persepsi dan pengambilan keputusan” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan di
dalamnya.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
edukasi mengenai Perilaku Organisasi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat
kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami
juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik
serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………......................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................………….……......…2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................………………….…5
3.1 Kesimpulan.......................................................................………………….…17
3.2 Saran.................................................................................………………….…17
3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................………………….…18
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Organisasi akan selalu tumbuh dan berkembang dengan tantangan yang baru dan
tujuan yang baru, dalam organisasi setiap keputusan yang akan di ambil merupakan hasil
proses komunikasi dan partisipasi yang terus menerus dari keseluruhan organisasi. Hasil
keputusan tersebut merupakan pernyataan yang di setujui dan alternatif tindakan optimal
untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan proses penyeleksian
beberapa alternatif keputusan baik yang disepakati sehingga akhir keputusan itu
merupakan alternatif optimal yang di pilih dengan proses mekanisme tertentu
Contoh : Akibat dari serangan yang terjadi di Amerika, pada umumnya masyarakat
USA mempunyai persepsi bahwa orang Muslim identik dengan teroris. Karena
masyarakat Amerika menginterprestasikan apa yang dilihatnya pada saat itu. Tetapi saat
ini ada beberapa masyarakat yang mempunyai persepsi bahwa tidak semua orang
Muslim adalah teroris.
Persepsi menurut Robbins adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu
untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka.
Persepsi Menurut Manahan adalah gambaran seseorang tentang sesuatu obyek yang
menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi. Misalnya saja, seorang wanita yang
berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di
mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan
memandangnya.Dari pendapat di atas yang dimaksud dengan persepsi adalah proses
6
gambaran yang ada pada individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan yang
diterima oleh indera sehingga memberikan makna kepada lingkungan.
Setiap individu memiliki persepsi masing – masing dalam dirinya, tindakanlah yang
membuatnya berbeda. Sedangkan pengertian persepsi itu sendiri adalah suatu proses
yang mengikutsertakan bagian dari panca indera melalui suatu rangsangan yang diterima
oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Melalui alat indera yang menjadi
penghubung antara seorang individu dengan dunia luarnya.
Persepsi merupakan sebuah rangsangan yang diinderakan oleh manusia,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu tersebut menyadari dan
memahami tentang apa yang diinderakan.
7
g. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan
dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau
untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
h. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa
semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.
Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk
ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya
membentuk persepsi.
b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang
sedikit.
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu
yang lain akan banyak menarik perhatian.
d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna
lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali
dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam.
8
Persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi
terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli
berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang
adalah teori atribusi : teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku
individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara
internal atau eksternal
2.3.2 Teori Atribusi
Menurut Manahan adalah proses pembentukan persepsi dimulai dengan
jalan obsevasi tentang sesuatu obyek atau subyek, yang kemudian diinterpretasikan
menjadi persepsi dengna melengkapi gambaran-gambaran penyebab dan yang akan
mengakibatkan sesuai akan terjadi secara berlanjut.
Menurut Robbins adalah pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila
individu
mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan
faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan
dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka
mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif didalam dirinya. Namun persepsi
kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dan lain sebagainya, akan berbeda
karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri
(eksternal). Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau
internal bergantung pada tiga factor, yaitu :
1. Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang
berlainan dalam situasi yang berlainan.
2. Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi
dengan cara yang sama.
3. Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke
waktu.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada
kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau
memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan
pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya
saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari
kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
9
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat
persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih)
untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam
kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini
dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
1. Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka
saksikan berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal
ini dikarenakan kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar
kita.
2. Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu berdasarkan
suatu karakteristik tunggal.
3. Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru
saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada
karakteristik yang sama.
4. Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain.
Misalnya saja orang yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap
orang lain sama dengannya.
5. Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap
kelompok seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk
malas, maka kita akan mempersepsikan semua orang gemuk secara sama.
Generalisasi seperti ini dapat menyerdehanakan dunia yang rumit ini dan
memungkinkan kita mempertahankan konsistensi, namun sangat mungkin juga
bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran ataupun tidak relevan.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang
dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan, yang
mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternatif tindakan yang harus dilakukan
untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang masalah yang kita
alami dapat menjadi suatu keuntungan bagi orang lain. Jadi kesadaran bahwa ada masalah
dan bahwa keputusan mungkin atau mungkin tidak diperlukan adalah masalah perseptual.
11
Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat
tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh
managernya.
Keputusan itu sendiri merupan faktor kegiatan yang sangan penting. Jiwa
kepimpinan dalam suatu organisasi itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi
masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan
yang berkualitas dan dapat diterima oleh bawahannya. Ini biasanya merupakan
12
keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap
bawahan . keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan
diri pada human relations.
Sebelum menentukan keputusan beikut ini adalah proses atau tahap dalam pengambilan
keputusan
1. Tahap 1, Indetifikasi dan definisi masalah
Tahap ini meliputi kegiatan pengambilan informasi, proses informasi, dan
pertimbangan yang mendalam. Beberapa indikator lain yang dapat membantu dalam
melihat permasalahan dalam organisasi adalah sebagai berikut ;
a. Penyimpangan kinerja
13
Indikator ini muncul apabila terjadi sebuah pubahan secara tiba – tiba pada
beberapa pola kinerja yang telah ditetapkan.
Contohnya, meningkatnya perputarn karyawan, tingkat absensi yang meningkat,
penurunan tingkat penjualan, pengeluaran yang semakin meningkat, dan
banyaknya produk yan rusak.
b. Kritikan orang lain
Berbagai tindakan orang diluar organisasi bisa menjadi pentujuk adanya
masalah.
Pelanggan mungkin tidak puas dengan sebuah produk yang dikomsumsi,
pemerintah memberikan tindakan hukum, dan serikat buruh yang mungkin
memberikan keluhannya.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat memberi informasi masalah melalui berbagai cara.
Contoh jika pesaing sukses dalam meluncurkan produk baru yang menjadi
pesaing produk organisasi, maka timbul suatu masalah.
14
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima
dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin
harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan
sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang
malah ditangani oleh sedikit orang. Hal sebaliknya juga sering terjadi. Keputusan
yang seharusnya dapat ditangani oleh 2-3 orang diserahkan kepada sebuah tim yang
terdiri dari 40 orang atau lebih. Akibatnya timbul perdebatan yang tak henti-hentinya.
Jadi tentukan dulu cara pengambilan keputusan yang paling cocok dengan situasi dan
masalah yang ada: individu, tim, musyawarah, voting, dan lain-lain.
1. Potensial Kreatif
15
2.9 ETIKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Autonomy
2. Non-malfeasance
Hal ini berkaitan dengan “Apakah keputusan yang diambil akan mencederai
pihak lain?”. Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan
menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu
pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya
menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain. Misalnya kasus
yang belakangan menghangat yaitu pemerintah dengan UU ITE (Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik) yang baru disahkan dan ditentang oleh banyak
pihak. Salah satunya implikasi dari UU tersebut adalah pemblokiran situs porno.
Meskipun usaha pemerintah baik, namun banyak pihak yang menentangnya.
3. Beneficence
Hal ini berkaitan dengan “apakah keputusan yang diambil benar-benar
membawa manfaat?”. Manfaat yang diambil melalui keputusan harus dapat menjadi
solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan
termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan
16
yang sempurna, namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan
yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
5. Fidelity
Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita
mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat
secara keseluruhan dan memahami peran dengan baik.
Tingkat yang lebih tinggi ini menambah nilai pada hak orang lain, tidak peduli
dengan pendapat mayoritas dan dapat mempertanyakan praktik organisasi yang
menurut mereka salah.
2. Lingkungan Organisasi
17
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi. Secara
umum, orang dengan moral yang kuat lebih kecil kemungkinannya untuk membuat
keputusan yang tidak etis jika mereka dikendalikan oleh lingkungan organisasi
sebagai tempat tinggal yang kurang lebih sama Sebagai bagian dari proses
pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan bahwa orang yang sudah memiliki
moral yang kuat terkontaminasi oleh lingkungan organisasi sebagai tempat tinggal
yang mengizinkan atau mempromosikan praktik para pengambil keputusan yang
tidak etis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menurut Stephen P. Robbins persepsi (perception) adalah proses di mana individu
mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka.
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagi suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternative yang tersedia.
2 faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu, faktor internal dan faktor eksternal
2 model peningkatan kreatifitas pengambilan keputusan, yaitu : potensial kreatif dan
model kreatifitas 3 komponen
3.2 SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang harus dilengkapi, sehingga kami mengharapkan saran dari pembaca untuk
memperbaiki makalah ini
18
DAFTAR PUSTAKA
http://mahfudzirfan.blogspot.com/2015/12/perilaku-organisasi-persepsi-pembuatan-keputusan-
individu.html?m=1
https://slideplayer-info.cdn.ampproject.org/v/s/slideplayer.info/amp/12564853/?
amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=16010068070370&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fslideplayer.info%2Fslide%2F12564853%2F
19