Anda di halaman 1dari 24

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DAN PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

Dosen Pengampu:
Ibu Eka Merdekawati,SE.M.Ak

Disusun Oleh:
Kelompok XI

 Muh Thalut Sabri_105731109519


 Wahyuni_105731108519

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh...


Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh semesta.

Penulis sangat berterimah kasih karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah yang berjudul “Aspek Keperilakuan Pada Pengambilan Keputusan Dan Pengambil
Keputusan” kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangannya.
Terimakasih, Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar 24 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3


2.1 Dilema Bisnis .......................................................................................................... 3
2.2 Proses Pengambilan Keputusan ................................................................................ 3

2.3 Cara Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi ...................................................... 9

2.4 Tekhnik Pengambilan Keputusan ............................................................................. 13

2.5 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi ............................ 16

2.6 Pengambilan Keputusan Oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar ............................ 17

2.7 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambil Keputusan......................... 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 20

3.2 Saran ......................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang


namanyaanalisis laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam
menganalisis laporan keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benar
benar mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang
benar-benar menguasai bidangnya haruslah memiliki keperilakuan atau behavior yang
memang sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.
Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa
dikaitkan dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu
sosial dan psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi
Keperilakuan menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
karena semua bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana proses pengambilan keputusan"
2. Bagaimana cara pengambilan keputusan dalam organisasi?
3. Apa saja teknik pengambilan keputusan?
4. Apa saja asumsi keperilakuan dalam pengambilan keputusan organisasi?
5. Bagaimana perbedaan pengambilan keputusan oleh pendatang baru versus parapakar?
6. Bagaimana peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan keputusan?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana aspek keperilakuan pada pengambilan keputusan


dan pengambil keputusan
Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.

1.4 Manfaat Penulisan

 Dapat memberikan pemahaman lebih mengenai Akuntansi Keperilakuan.


 Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Akuntansi Keperilakuan,
khususnya materi Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Pengambil
Keputusan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dilema Bisnis

Pengertian dilema etika adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia
harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. Para
auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karir bisnis
mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang mengancam akan mencari seorang auditor
baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk menerbitkan sutu pendapat wajar tanpa syarat, akan
mewakili suatu dilema etika yang serius terutama jika pendapat wajar tanpa syarat bukanlah
pendapat yang tepat untuk diterbitkan.

Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan seorang atasan yang telah menyatakan
nilai pendapatan departemennya secara material lebih besar daripada nilai yang sebenarnya agar
dapat menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika yang sulit. Tetap menjadi
bagian manajemen sebuah perusahaan yang selalu mengusik dan memperlakukan para
pegawainya dengan tidak layak atau melayani para pelanggannya secara tidak jujur merupakan
suatu dilema moral, khususnya jika ia memiliki keluarga yang harus dibiayai serta terdapat
persaingan yang sangat ketat dalam lapangan pekerjaan.

2.2 Proses Pengambilan Keputusan

2.2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu berada dan dijalani oleh setiap manusia
dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan manusia menuntut
banyak keputusan yang harus dibuat. Hampir setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik
di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor, atau di mana saja di dalam masyarakat. Keputusan
dapat dibuat oleh individu, kelompok individu, organisasi, atau dapat pula keputusan yang dibuat
oleh pemerintah atau negara. Keputusan itu dibuat dengan satu tujuan yang dicapai. Dalam
pengertian yang sangat populer, mengambil atau membuat suatu keputusan berarti memilih satu
dari sekian banyak alternatif. Dalam hal ini seseorang yang akan mengambil keputusan tidak
hanya menghadapi satu pilihan, tetapi banyak pilihan alternatif yang tersedia untuk dipilih. Jika

3
hanya terdapat satu alternatif dan tidak tersedia alternatif lainnya, maka hal itu bukanlah sesuatu
yang dapat dipilih. Sesuatu yang berkaitan. dengan pilihan adalah jika seseorang berhadapan
dengan lebih dari satu alternatif pilihan.

Proses pengambilan keputusan adalah salah satu mekanisme pemikiran manusia yang paling
kompleks karena berbagai faktor dan tindakan campur tangan di dalamnya, dengan hasil yang
berbeda. Orasanu dan Connolly (1993) mendefinisikannya sebagai serangkaian operasi kognitif
yang dilakukan secara sadar yang mencakup unsur-unsur lingkungan pada waktu dan tempat
tertentu. Narayan dan Corcoran-Perry (1997) mempertimbangkan pengambilan keputusan
sebagai interaksi antara masalah yang perlu dipecahkan dan seseorang yang ingin
menyelesaikannya dalam lingkungan tertentu. Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk
mencapai sebuah keputusan, yakni harus menyadari bahwa perlunya membuat keputusan,
menentukan tujuan akan dicapai, menghasilkan alternatif yang mengarah pada pencapaian tujuan
yang diajukan, megevaluasi apakah alternatif ini memenuhi harapan seseorang dan terakhir,
menentukan alternatif terbaik yang dapat menyiratkan hasil global yang efisien (Halpern, 1997).

Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih di


antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak di masa depan. Seperti banyak aktivitas
sosial lainnya, proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah langkah sebagai
berikut:

1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau peluang


Langkah ini dapat berupa respons terhadap suatu kejadian yang problematis, ancaman.
atau peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para
pengambil keputusan membutuhkan informasi mengenai lingkungan, keuangan dan
operasi. Informasi terkait kondisi lingkungan eksternal mengungkapkan adanya peluang
produk atau pasar baru atau malah ancaman terhadap status quo. Informasi keuangan atau
operasional dapat mengingatkan manajemen terhadap masalah yang memerlukan
tindakan segera. Pendidikan, pengalaman, watak, karakter dan faktor-faktor keperilakuan
lainnya dari para pengambil keputusan dapat menentukan apakah masalah tersebut akan
dianggap penting, menjanjika peluang, atau menginisiasi proses pengambilan keputusan.
Beberapa manajer lebih suka status quo dan hanya bereaksi terhadap kejadian utama yang
tidak dapat diantisipasi. Sementara manajer lainnya terdorong bahkan oleh diskrepansi

4
minor dan tidak akan berhenti sampai solusi yang memuaskan ditemukan dan diterapkan.
Sekali suatu masalah atau peluang telah ditentukan sebagai pokok perhatian, maka
mäsalah tersebut harus didefinisikan dengan hati-hati. Pada situasi yang kompleks,
aktivitas ini sebaiknya dilakukan oleh tim yang anggotanya mempunyai latar belakang
pendidikan dan keahlian yang berbeda.
2. Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya Ketika definisi atas
suatu masalah atau peluang telah selesai, pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi
atas konsekuensinya dimulai. Dalam tahapan ini, sebanyak mungkin alternatif yang
praktis diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian tersebut sering kali dimulai dengan
melihat persamaan masalah yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada
waktu itu. Jika tindakan yang dipilih berhasil, maka kemungkinan tindakan tersebut akan
diulangi. Jika tidak, pencarian terhadap alternatif tambahan akan diperluas. Fitur-fitur
yang dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keuangan atas biaya dan manfaat yang
berkaitan dengan setiap alternatif. Estimasi ini akan disaring dan diperiksa. kembali jika
alternatif tersebut dianggap mungkin dan layak untuk memperoleh perhatian lebih lanjut,
Kuantifikasi nonkeuangan akan diterjemahkan ke dalam pendapatan dan beban jika
memungkinkan. Tidak semua fitur dari suatu alternatif dapat dikuantifikasi. Dalam kasus
ini, manfaat dan pengorbanan yang relevan dibuat daftarnya.
3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan
Tahapan yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu
dari beberapa alternatif. Walaupun tahapan ini tampaknya rasional, tetapi keputusan akhir
sering kali didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis dibandingkan pada fakta
fakta ekonomi. Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi beberapa
alternatif yang mungkin, masing-masing memiliki kelebihan tertentu daripada yang lain.
terkait kriteria keputusan yang dipilih. Manajer juga menyadari manfaat dan biaya politis
dari setiap alternatif.
4. Penerapan dan tindak lanjut
Kesuksesan atau kegagalan atas keputusan akhir bergantung pada efisiensi dan
penerapannya. Penerapan tersebut hanya berhasil jika orang-orang yang menguasai
sumber daya organisasi benar-benar berkomitmen untuk melakukannya. Situasi yang ide
mial akan Terwujud jika sumber kekuatan itu dikuasai oleh pendukung dari keputusan

5
yang diambil. Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan balik secara periodik dan
koreksi segera atas Segala kesalahan yang terjadi mutlak diperlukan.

2.2.2 Motif Kesadaran

Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena merupakan
sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks
pengambilan keputusan, yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian, serta (2)
keinginan terhadap kompleksitas dan keragaman.

Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan eksplorasi, serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan atau
lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah motif.
Dua faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya
(pasti atau tidak pasti).

Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat Prediksi,


para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan, yaitu :

1. Model keputusan yang direncanakan secara sederhana. 2. Model keputusan yang tidak
direncanakan secara sederhana.
2. Model keputusan yang direncanakan secara kompleks.
3. Model keputusan yang tidak direncanakan secara kompleks.

2.2.3 Jenis-Jenis dari Model Proses

Motif-motif yang berada di belakang keputusan bersifat kompleks. Tiga model utama
pengambilan keputusan berusaha untuk menentukan motif dari seorang pengambil keputusan
dalam suatu organisasi. Model-model tersebut adalah model ekonomi, model sosial dan model
kepuasan Simon.

1. Model Ekonomi

Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia
adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi di antara beragam
motif dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif yang mungkin diketahui dan bahwa

6
probabilitas yang terkait dengan alternatif-alternatif tersebut dapat dihitung dengan pasti.
Keputusan tidak bergantung pada preferensi pribadi, melainkan didikte oleh tujuan organisasi
yang konsisten. Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi sebagai
berikut :

a. Kepuasan akan sepenuhnya rasional terkait rencan tujuan.


b. Sistem pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan adanya
pemilihan Alternatif.
c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk
Menentukan alternatif terbaik.
e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan maupun misterius.

Model rasionalitas ekonomi dari para pengambil keputusan selalu berusaha memaksimalkan
hasil dalam perusahaan dan keputusan akan diarahkan pada titik p maksimum, yang mana biaya
marjinal sama dengan pendapatan marjinal (MC=MR).

2. Model Sosial

Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrem. Model ini mengasumsikan bahwa
manusia pada kenyataannya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan didasarkan pada
interaksi sosial. Dalam hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan kerja merupakan
kekuatan utama yang memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan model rasionalitas ekonomi
ada model yang digambarkan secara psikologi. Sigmund Freud memandang manusia sebagai
sekumpulan perasaan, emosi dan naluri dengan perilaku yang dipandu keinginan yang tidak
disadari. Jelas jika hal ini merupakan deskripsi yang lengkap. maka orang tidak dapat membuat
keputusan yang efektif.

Meskipun banyak psikolog kontemporer memperdebatkan deskripsi manusia Freudian, hampir


semua sependapat bahwa pengaruh psikologi berdampak signifikan pada perilalu pengambilan
keputusan. Selanjutnya, tekanan dan pengaruh sosial mungkin menyebabkan manajer membuat
keputusan yang tidak rasional. Terdapat empat alasan utama mengapa fenomena ini terjadi.
Fenomena ini disebut eskalasi komitmen yang terjadi karena :

7
a. Karakteristik proyek. Hal ini mungkin menjadi alasan utama untuk keputusan eskalasi.
Karakteristik dan tugas atau proyek seperti keuntungan atau investasi tertundah atau masalah
temporer yang mungkin menyebabkan pengambil keputusan tetap atau meningkatkan komitmen
pada tindakan yang salah.

b. Determinan psikologi. Jika keputusan menjadi buruk, manajer memiliki kesalahan pemrosesan
informasi karena pengambil keputusan melibatkan ego yang membuat informasi negatif
diabaikan dan perisai pertahananpun dibangun.

c. Kekuatan sosial. Mungkin para pengambil keputusan mendapat tekanan dari rekan kerja
dan/atau mereka perlu mempertahankan gengsi, sehingga mereka terus atau mengeskalasi
komitmen untuk tindakan yang salah. d. Determinan organisasi. Bukan hanya karakteristik
proyek yang mengalami eskaasi keputusan yang buruk, begitu juga halnya dengan kegagalan
dalam komunikasi, disfungsi politik dan bertahan pada perubahan,

3. Model Simon

Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep
Simon tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai makhluk yang
rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, membuat
pilihan dan belajar. Akan tetapi terbatas batasan rasionalītas mereka.

Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk memproses informasi secara berurutan. Mereka
tidak pernah memiliki informasi penuh dan memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengelola
data dalam jumluh besar. Dengan demikian, sikap manusia dalam kondisi ini adalah perilaku
yang berusaha memuaskan dan bukan untuk melakukan optimalisasi. Orang menganggap
masalah telah selesai saat solusi yang layak dan dapat diterima ditemukan, Untuk
mempresentasikan model rasionalitas ekonomi yang lebih realistis. Herbert Simon mengajukan
model alternatif. la merasa bahwa perilaku pengambil keputusan manajemen dapat
dideskripsikan sebagai berikut :

a. Dalam memilih alternatif, manajer berusaha meminimalkan kepuasan, atau mencari sesuatu
yang memuaskan atau cukup bagus. Contoh kriteria kepuasan minimal adalah keuntungan yang
memadai atau saham pasar dan harga yang adil.

8
b. Mereka menyadari bahwa dunia nyata yang mereka rasakan merupakan model dunia nyata
yang disederhanakan secara drastis. Mereka puas dengan penyederhanaan tersebut karena
mereka yakin dunia nyata adalah kosong.

c. Mereka mengejar kepuasan minimal daripada yang maksimal, yang dapat membuat pilihan
tanpa menentukan semua kemungkinan alternatif perilaku dan tanpa memastikan bahwa ini
sudah mencakup semua alternatif.

d. Mereka memperlakukan dunia itu kosong, mereka dapat membuat keputusan hanya dengan
metode pengalaman atau trik perdagangan atau kekuatan kebiasaan. Teknik tersebut tidak
menuntut kemustahilan dari kapasitas pemikirannya.

2.3 Cara Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Berbagai pendekatan dalam pengambilan keputusan, seperti menggunakan pendekatan


rasional dengan menganalisis variabel-variabel terkait, menggunakan metode tertentu dengan
tahapan yang jelas dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka
yang memiliki kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat
dan menggunakannya. Dengan proses tersebut, maka keputusan rasional memiliki tingkat
keberhasilan yang tinggi dan dapat membuat akuntabilitas dan dijelaskan mengapa suatu
keputusan dapat diambil. Berdasarkan alasan tersebut, para pemimpin berupaya mengambil
keputusan dengan metode rasional dengan menggunakan metode analisis, seperti SWOT, Cause
and Effect Analysis, Value Chain Analysis, dan lain sebagainya.

Metode pengambilan keputusan yang rasional memang merupakan metode yang diunggulkan
oleh berbagai pihak, tetapi hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya. benar dalam artian
tidak dapat mengubah situasi menjadi lebih baik atau memberikan keuntungan yang diharapkan,
bahkan mungkin terdapat keputusan yang sifatnya merugikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
organisasi yang merugi dan guling tikar. Dengan alasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak selamanya pengambilan keputusan. rasional membuahkan hasil yang diharapkan.
Ketidak berhasilan dalam pengambilan keputusan tersebut disebabkan adanya prakondisi yang
tidak dapat dipenuhi, Prakondisi tersebut adalah bahwa (1) analisis harus dilakukan oleh para
profesional. (2) menggunakan metode analisis yang tepat. (3) didukung dengan data yang
lengkap, akurat dan terkini, serta (4) tersedianya cukup waktu.

9
Pengambilan keputusan merupakan daerah profesional, misalnya, untuk memprediksi penyakit
yang akan timbul pada musim banjir menjadi kewenangan para dokter, sementara untuk
memprediksi inflasi pada musim kemarau menjadi kewenangan para ekonom, tentunya dengan
bantuan pihak terkait untuk mengumpulkan data. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua
pengambilan keputusan dilakukan oleh profesional karena keterbatasan kewenangan. Pada kasus
tertentu, para profesional memiliki keterbatasan untuk melakukan kegiatan kegiatan yang dapat
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, memberikan alternatif solusi dan menyiapkan
rekomendasi sementara keputusan diambil oleh para pemimpin yang bertanggung jawab dan
berweanang untuk memutuskan, sehingga sering terjadi rekomendasi hasil analisis tidak dapat
diterima. Hal ini membuktikan bahwa para pemimpin selain memperhatikan hasil analisis juga
menggunakan cara lain dalam pengambilan keputusan. Prakondisi tersebut harus dipenuhi untuk
mendapatkan keputusan akhir yang tepat.

2.3.1 Rasional Terbatas.

Rasionalitas terbatas (bounded rationality) berarti bahwa orang-orang memiliki keterbatasan


dalam pemikiran rasional. Organisasi merupakan sesuatu yang kompleks dan para manajer
memiliki waktu dan kemampuan untuk memproses informasi dalam jumlah yang terbatas bagi
pengambilan keputusan. Oleh karena pemimpin tidak memiliki waktu yang cukup atau
kemampuan untuk memproses informasi yang lengkap mengenai keputusan yang kompleks,
mereka harus satisfice. Satisficing berarti bahwa pembuat keputusan memilih alternatif solusi
pertama yang memenuhi kriteria keputusan minimal. Salah satu aspek yang menarik dari konsep
rasional terbatas adalah bahwa urutan yang mana alternatif-alternatif tersebut akan dipilih. Jika
pengambil keputusan sedang melakukan optimasi, semua alternatif akhirnya akan dicantumkan
dalam hierarki urutan preferensi. Oleh karena semua alternatif akan dipertimbangkan, maka
urutan mana alternatif-alternatif tersebut dievaluasi tidak akan relevan. Akan tetapi, tidak
demikian halnya dengan kasus yang penyelesaiannya dianggap memuaskan. Dengan
mengasumsikan bahwa suatu masalah mempunyai lebih dari satu penyelesaian potensial, pilihan
yang cukup memuaskan akan menjadi pilihan pertama yang dapat diterima dengan baik oleh
para pengambil keputusan.

10
2.3.2 Intuisi Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu
pengetahuan, sebagai pendekatan untuk merespons suatu fenomena dan sebagai suatu proses
berfikir. Group Taylor dan Francis (2010), mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir,
Group menyatakan bahwa input dan proses dikelola menggunakan pengetahuan yang diperoleh
dari proses pembelajaran yang lama dan telah diakumulasikan dalam memori. Pengelolaan input
tersebut merupakan proses otomatis tanpa menggunakan pikiran sadar. Dari input dan proses
tersebut diperoleh output berupa perasaan (feeling) sebagai dasar untuk mengembangkan intuisi,
Intuisi juga dapat didefinisikan sebagai perasaan untuk mengenali sesuatu tanpa penjelasan,
tetapi intuisi bukan sesuatu yang misterius. Hal ini yang membuat intuisi menjadi menarik untuk
mempelajari. Berdasarkan pengertian tersebut, maka intuisi dibentuk dari proses yang panjang,
otomatis, tidak menggunakan pikiran sadar dan tidak dapat dijelaskan asal usulnya. Intuisi
dikembangkan dari pengetahuan yang telah lama diperoleh dan diakumulasikan di dalam
memori. Dalam Weil Kakabadse dinyatakan bahwa intuisi merupakan metode yang sah
(terlegitimasi) untuk proses pengambilan keputusan. Selanjutnya, Kakabadse juga berpendapat
bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi digunakan dalam situasi ambigu, tidak stabil atau
pada waktu terdapat informasi yang berlebihan. Senada dengan hal tersebut. Robbins dan Judge
(2009) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi dapat dilakukan pada kondisi
(1) ketidakpastian yang tinggi. (2) keterbatasan/ketidaklengkapan variabel, (3) tidak dapat
diprediksinya variabel secara rasional/ilmiah, (4) keterbatasan fakta-fakta, (5) tidak sepenuhnya
fakta terkait dengan permasalahan, (6) keterbatasan data untuk analisis, (7) terdapat beberapa
alternatif solusi penyelesaian yang baik dan argumentatif, dan (8) keterbatasan waktu.

2.3.3 Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan dipilih yang lebih tinggi
daripada masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan setidaknya pada dua alasan, Pertama,
cukup mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak (visible). Kedua. perlu diingat
bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan keputusan dalam
organisasi. Para pengambil keputusan ingin terlihat kompeten dan menguasai masalah. Hal ini
memotivasi mereka untuk memusatkan perhatian pada masalah yang tampak bagi orang lain.
Jangan sekali-kali mengabaikan kepentingan pribadi dari pengambil keputusan. Jika pengambil
keputusan menghadapi suatu konflik antara memilih suatu masalah yang penting bagi organisasi

11
dan masalah yang penting bagi dirinya, kepentingan pribadilah yang cenderung menang. Hal ini
juga berkaitan dengan masalah visibilitas.

2.3.4 Pembuavisibilitas

Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan mengandalkan
heuristis atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Heuristic adalah strategi yang
disederhanakan dalam pengambilan keputusan yang mana para manajer dihadapkan pada
lingkungan yang kompleks, informasi yang terbatas dan keterbatasan kognitif. Kekurangan dari
model ini adalah dapat menimbulkan kesalahan keputusan. Terdapat dua kategori umum
heuristis, yaitu ketersediaan dan keterwakilan. Masing-masing kategori menciptakan bias dalam
penilaian. Bias lain yang sering ada pada para pengambil keputusan adalah kecenderungan untuk
mengangkat komitmen ke arah tindakan yang gagal.

1. Availability Heurgagal
Heuristis penilaian ini terjadi ketika para manajer menggunakan informasi yang telah
tersedia sebagai dasar penilaian atas peristiwa yang sedang berlangsung. Misalnya,
keputusan untuk tidak menanamkan saham pada perusahaan yang memiliki produk baru.Bias
potensialnya adalah informasi yang tersedia bisa jadi salah dan tidak relevan. Ide tentang
produk baru tersebut baik dan kegagalannya bisa jadi waktu peluncurannya yang kurang
tepat.
2. Representativeness Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika seorang manajer menilai kemiripan sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa yang sama. Misalnya, manajer memutuskan memperkerjakan
seorang karyawan karena karyawan tersebut juga alumni dari sekolah/universitas yang sama
dengan karyawan sebelumnya yang sukses. Bias potensialnya adalah diskriminasi pada
faktor-faktor yang relevan karena bisa saja kemampuan karyawan baru tersebut tidak
sesuaidengan pekerjaan yang ditawarkan.
3. Anchering and Adjustment Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika seorang manajer membuat keputusan berdasarkan
penyesuaian nilai yang telah ada sebelumnya. Misalnya, penetapan gaji baru hanya dengan
menaikkan gaji tahun sebelumnya dengan proporsi yang masuk akal. Bias potensialnya
adalah adanya bias keputusan yang tidak tepat terhadap peningkatan nilai karena nilai pasar

12
mungkin lebih tinggi daripada gaji yang diterima, sehingga tidak dapat mencegah karyawan
mencari pekerjaan yang lainnya.

2.3.5 Perbedaan Individual: Gaya Pengambilan Keputusan

Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi setiap pendekatan dari
keempat pendekatan yang berbeda atas proses pengambilan keputusan. Model ini dirancang agar
dapat digunakan oleh para manajer dan memberi aspirasi bagi manajer, tetapi kerangka kerja
umumnya dapat digunakan pada setiap pengambilan keputusan apapun. Pondasi dasar yang
menjadi modal adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda pada dua dimensi. Pertama,
cara mereka berpikir. Ada orang yang memang logis dan rasional. Mereka mengolah informasi
secara berurutan (serial). Sebaliknya, ada orang yang intuitif dan kreatif. Mereka memahami
segala sesuatu secara keseluruhan. Hal yang perlu dicatat bahwa perbedaan ini melebihi batas-
batas manusiawi umumnya sebaimana yang digambarkan terkait rasionalitas yang terbatas.
Dimensi yang kedua, toleransi pribadi terhadap ambiguitas. Ada orang yang mempunyai
kebutuhan tinggi untuk menyusun informasi dengan meminimalkan ambiguitas, sementara yang
lain mampu memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.

2.3.6 Keterbatasan Organisasi

Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Para manajer,
misalnya, mengambil keputusan-keputusannya untuk mencerminkan sistem penilaian kinerja dan
pemberian imbalan dengan mematuhi peraturan formal dan memenuhi batas waktu yang
ditetapkan organisasi. Keputusan di masa lalu juga merupakan preseden yang memaksa atas
diambilnya keputusan saat ini.

2.c

2.4.1 Teknik Partisipatif

Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara tradisional masuk dalam
kategori partisipatif, Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau
kelompok dalam proses yang dapat dilakukan secara formal maupun informal dan memerlukan
interaksi intelektual, emosional dan fisik. Sejumlah partisipan dalam pengambilan keputusan
berkisar dari tidak adanya partisipasi pada satu sisi, yang mana manajer mengambil keputusan

13
dan tidak meminta bantuan atau ide dari partisipan sampai partisipasi penuh pada sisi lainnya,
yang mana setiap orang yang terkait akan terpengaruh oleh keputusan menjadi sepenuhnya
terlibat. Dalam praktiknya, tingkat partisipasi ditentukan oleh faktor pengalaman individu atau
kelompok dan sifat tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak
terstrukturnya tugas, maka partisipasi di dalamnya pun semakin banyak..

2.4.2 Teknik Keputusan Kelompok

Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau kelompok karena
pengambilan keputusan individu membantu pengambilan keputusan dalam organisasi saat ini,
schingga pemahaman mengenai dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan
pengambilan keputusan. Sebagai contoh, pembahasan masalah dan fenomena mengenai
kesesuaian nilai dan kelompok, seperti perubahan risiko (bahwa kelompok mungkin.

Membuat keputusan yang lebih berisiko daripada anggota individu) membantu seseorang
memahami kompleksitas pengambilan keputusan kelompok secara lebih baik. Kenyataannya,
belakangan ini sejumlah skema keputusan sosial muncul dari penelitian psikologi sosial. Skema
tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Skema kemenangan mayoritas

Skema yang lazim digunakan kelompok sampai pada keputusan yang didukung oleh mayoritas.
Skema ini muncul untuk memandu pengambilan keputusan saat tidak ada keputusan yang benar
dan objektif. Misalnya, model mobil apa yang dibuat saat berbagai model populer belum diuji
dalam “pengujian” pendapat publik.

2. Skema kemenangan sebenarnya

Saat semakin banyak informasi yang diberikan dan pendapat dibahas dalam skema ini.
Kelompok menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar dan objektif. Misalnya, kelompok
memutuskan apakah penggunaan nilai tes untuk menyeleksi karyawan akan berguna dan apakah
informasi nilai tersebut mampu memprediksi kinerja.

3. Skema mayoritas dua per tiga

14
Skema ini sering digunakan juri yang cenderung menghukum terdakwa saat dua per tigal juri
menyetujui.

4. Aturan perubahan pertama

Dalam skema ini, kelompok cenderung menggunakan keputusan yang mencerminia “perubahan
pertana dalam pendapat yang ditunjukkan pada anggota kelompok jika kelompok produsen
mobil terbagi dalam kelompok yang memproduksi mobil touring atau tidak. Maka kelompok
cenderung melakukan ide awal setelah salah satu kelompokyare yang menyatakan bahwa
pernyataan tersebut adalah adanya Jika juri mengala jalan buntu, anggota akhirnya. Mengikuti
ketua juri untuk mengubah posisi.

2.4.3 Teknik Delphi

Teknik Delphi dipopulerkan belakangan ini sebagai teknik pengambilan keputusan kelompok
untuk prediksi jangka panjang. Saat ini, berbagai organisasi bisnis, pendidikan, pemerintahan,
kesehatan dan militer menggunakan Delphi. Tidak ada teknik keputusan yang dapat memprediksi
masa depan, tetapi teknik Delphi mampu meramal dengan baik. Teknik ini memiliki beberapa
variasi, tetapi umumnya berkinerja sebagai berikut

1. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari para ahli, tetapi dalam kasus ini bukan para ahli
yang mungkin sengaja menggunakannya) dibentuk. Tetapi anggota tidak berinteraksi
(tatap muka) satu sama lain. Dengan demikian, biaya pengeluaran untuk mempertemukan
kelompok dapat dikurangi.
2. Setiap anggota diminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan nama untuk
Setiap keputusan kelompok.
3. Setiap anggota kemudian menerima umpan balik dari orang lain. Dalam beberapa
Variasi, alasan dicantumkan (tanpa nama), tetapi kebanyakan hanya berupa data dan
daftar gabungan yang digunakan.
4. Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi pada
Sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan tetap sama,
Yang berarti setiap orang masuk dalam posisinya.

15
2.4.4 Teknik Kelompok Nominal

Saat pendekatan kelompak nominal murni dikembangkan menjadi teknik khusus untuk
pengambilan keputusan dalam organisasi, pendekatan ini dinamakan Nominal Group Technique
(NGT) dan terdiri dari langkah-langkah berikut:

1. Munculnya gagasan yang tidak dapat dinyatakan melalui tulisan.


2. Umpan balik round-robin dari anggota kelompok yang mencatat setiap ide dalam Frasa
pendek pada flip chart atau papan tulis.
3. Pembahasan dari setiap gagasan yang tercatat untuk melakukan klarifikasi dan evaluasi.
4. Voting individu mengenai gagasan yang menjadi prioritas dengan keputusan Kelompok
yang diambil secara matematis berdasarkan peringkat.

2.5 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi

2.5.1 Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan

Perusahaan dapat menjawab sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa dalam
banyak hal dengan seorang individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan
begitu banyak dan kompleks. Masalah tersebut sering kali melibatkan lebih dari satu
departemen atas aktivitas tertentu. Keputusan yang bersifat rutin atau berulang kali
muncul secara teratur, sementara keputusan lainnya biasanya bersifat unik dan tidak
berulang.
Untuk mengatasi kelebihan heban dalam pengambilan keputusan, organisasi
mengembangkan prosedur operasi standar yang formal atau tidak formal untuk masalah
masalah yang sifatnya berulang. Prosedur operasi standar ini menjadi aturan pengambilan
keputusan untuk keputusan rutin dalam bidang-bidang, seperti manajemen persediaan,
perhitungan biaya, penetapan harga dan pemrosesan pesanan. Keputusan dibuat
berdasarkan aturan pengambilan keputusan yang telah ditentukan sebelumnya yang

16
disebut dengan keputusan yang direncanakan. Cybert dan March (1963) menggambarkan
empat konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis, yakni (1)
Resolusi semu dari konflik. (2) Menghindari ketidakpastian, (3) Pencarian masalah, dan
(4) Pembelajaran organisasi.

2.5.2 Pengambilan Keputusan Dengan Konsensus Versus Aturan Mayoritas

Topik lainnya yang kontroversial adalah apakah keputusan tersebut sebaiknya didasarkan pada
konsensus atau aturan yang sesuai. Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan
didefinisikan sebagai kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan. Dalam
situasi sejumlah, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang, serta evaluasi
atas keuntungan dan kelemahannya. Selain mengimplikasikan akurasi, konsensus juga dianggap
mendorong individu untuk membagi pengetahuan dan keahlian mereka secara lebih bebas dan
menginspirasi mereka untuk mengomunikasikan seluruh informasi yang relevan. Beberapa orang
mengklaim bahwa hal tersebut memotivasi anggota kelompok untuk melakukan yang terbaik
dalam implementasi untuk memastikan pencapaian tujuan kelompok tersebut.

Pengambilan keputusan dengan konsensus membutuhkan lebih banyak waktu daripada


pengambilan keputusan dengan aturan yang canggih. Oleh karenanya, konsensus menjadi kurang
sesuai untuk diterapkan jika berada di waktu-waktu kritis. Walaupun konsensus memiliki
keunggulan yang terbukti, pengambilan keputusan dengan aturan mayoritas (dengan pandangan
yang berlawanan dan pembenarannya dinyatakan tertulis) harus disubstitusikan dan diterima
pada banyak situasi pengambilan keputusan sebagai satu-satunya alternatif yang memungkinkan.

2.6 Pengambilan Keputusan Oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar

2.6.1 Pengujian Informasi

Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan yang
dipertimbangkan lebih lanjut hanya informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas, yang
mana keputusan tersebut yang harus dilaksanakan. Studi itu menunjukkan bahwa baik para pakar
maupun para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam istilah kualitatif dan

17
menggunakan metode yang serupa (misalnya, perhitungan rasio, perkembangan Trend dan
laporan arus kas). Apakah hal yang berbeda adalah bauran dari metode yang digunakan? Para
pakar lebih banyak mengandalkan aturan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dibandingkan
dengan para pendatang baru dan mereka juga menguji data dengan lebih banyak tahun.
Analisisnya dipandu oleh suatu perasaan terhadap perusahaan, yang memberikan kerangka kerja
bagi mereka untuk menyusun daftar pertanyaan yang terstruktur sebagai panduan untuk
pencarian data secara diskriminatif.

2.6.2 Integrasi Pengamatan dan Temuan

Dalam konteks ini, integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan baik. Berdasarkan
hubungan sebab akibat maupun berdasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Ketika
mengintegrasikan pengamatan dan temuan, para pendatang baru. Menghubungkan pengamatan
dan temuan yang dapat menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya,
para pakar menempatkan penekanan khusus pada kontradiksi yang potensial terkait pengamatan
dan temuan sebagai alat untuk memeriksa masalah yang mendasarinya.

2.6.3 Pertimbangan

Pertimbangan yang digunakan selama proses pengambilan keputuian tampak lebih jelas dalam
merumuskan hipotesis, mengembangkan petunjuk dalam rumusan keputusan akhir dan dalam
menyusun ringkasan-ringkasan temuan. Para pendatang baru tampaknya menyetarakan
pertimbangan dengan memutuskan “kapan waktu yang tepat untuk memilih mana dari fakta fakta
yang diamati yang merupakan masalah utama.” Bagi para ahli, pertimbangan adalah suatu upaya
untuk mengembangkan dalam pikirannya terkait “suatu gambaran dari apa yang sebenarnya
terjadi.” Mereka mencapai hal ini melalui penggunaan teknik-teknik yang sistematis yang
menghasilkan jalan pintas tanpa mengorbankan urutan logis dalam analisis yang dilakukan. Para
pakar tidak menyimpan catatan atas setiap temua individu, tetapi mengikhtisarkannya ke dalam
kelompok-kelompok yang terkait dan kemudian merumuskan hipotesis yang akan diuji. Mereka
menggunakan daftar dari masalah-masalah umum yang ditemukan di masa lalu sebagai titik
referensi dalam mengenali masalah yang terjadi saat ini dan dalam mengembangkan upaya
penyelesaian.

18
2.7 Peran Keperibadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan

Toleransi terhadap ambiguitas mengukur sampai pada tingkat mana yang mana individu merasa
terancam oleh ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana ambiguitas
memengaruhi kepercayaannya dalam keputusan tersebut. Beberapa penulis merasa bahwa orang
yang tidak toleran terhadap ambiguitas diperkirakan akan kurang atau yakin dengan
keputusannya. Mereka akan mencari lebih banyak informasi dalam situasi yang ambigu
dibandingkan rekan kerja mereka yang toleran. Penulis lain menyarankan bahwa intoleransi
dapat mengurangi persepsi mereka terkait ketidakpastian, sehingga membuat mereka
mengabaikan ketidakpastian. Oleh karenanya, mereka dapat menunjukkan keyakinan yang lebih
besar dan mencari lebih sedikit informasi daripada individu yang toleran.

2.7.1 Peran Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan

Berdasarkan definisinya. keputusan manajemen memengaruhi kejadian atau tindakan masa


depan. Keputusan tersebut dapat memengaruhi hanya satu peristiwa masa depan atau
memengaruhi semua kejadian atau tindakan setelah keputusan itu dibuat. Tidak ada kejadian.
atau tindakan yang dapat diubah oleh suatu keputusan ketika kejadian atau tindakan tersebut
telah selesai. Informasi akuntansi yang fokus pada peristiwa di masa lalu tidak dengan sendirinya
dapat mengubah kejadian atau dampaknya, kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses
pengambilan keputusan yang mana kejadian masa depan beserta konsekuensinya ditentukan.
Oleh karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada
periode waktu yang berbeda, maka itu hanya dikaitkan oleh sejumlah fakta bahwa proses
pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi
nonkeuangan. Oleh karena itu, pertanyaan pentingnya adalah, "Kapan informasi akuntansi
relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan?" Menurut Hopwood, informasi
akuntansi dapat menyediakan beberapa stimulus yang mana masalah dan peluang dikenali dan
didefinisikan, tindakan alternatif diisolasi dan konsekuensinya dijelaskan dan memainkan
peranan dalam analisis serta penilaian alternatif.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara tradisional, sistem biaya belum menyentuh aspek-aspek keperilakuan, sehingga


menghasilkan suatu reaksi yang kurang diharapkan manakala sistem biaya tersebut digunakan
dalam pengendalian dan evaluasi kinerja. Walaupun berpotensi untuk meningkatkan motivasi
kerja, sistem biaya tradisional juga berpotensi menaikkan kemungkinan perilaku disfungsional
dari orang-orang dan memiliki kecenderungan yang bersifat memaksa. Melalui pendekatan-
pendekatan keperilakuan, penggunaan sistem biaya langsung akan dapat meminimalkan atau
menghilangkan reaksi disfungsional dari pihak-pihak yang terkait.

3.2 Saran

Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan bagi
para karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self ability) agar
mampu menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, ArfanIkhsan.2017. akuntansi Keperilakuan; akuntansi Multiparadigma Edisi 3
Jakarta:Salembaempati

21

Anda mungkin juga menyukai