Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Prinsip – prinsip legal etis pada pengambilang


keputusan dalam konteks keperawatan study kasus
ethical decision making

DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU: RAHAJU Nlngtyas,SKp.,M.kep.

1. MEYLANDRY SIMON LAMERA (A012822043)

2. BILHA SILPAKOLINGGA (A012822017)

3. EKAMILA S O SITOKDANA ( )

4. YAFET EWEI (A012822071 )

5. FOKE MAMBRASAR (A012819065 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya sehingga makalah mengenai Asam Basa dapat terselesaikan. Makalah ini
merupakan tugas dalam mata kuliah KONSEP DASAR KEPERAWATAN yang bertujuan
untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa lebih mudah memahami materi
yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untukdapat mengaitkan suatu
materi pada kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan
dapat memenuhi harapan kita semua.

Sentani, 8 november 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan penulisan.............................................................................2
1.2.1 Tujuan umum................................................................................ 2
1.2.1 Tujuan khusus............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengerian Decison Making...........................................................3
B. Tipe-Tipe Decision Making.......................................................... 3
1. Programmed Decision Making............................................... 4
2. Non-Programmed Decision Makinng..................................... 5
C. Prinsip Etik dalam Pengambilan Keputusan Keperawatan ......... 6
1. Otonomi (Autonomy).......................................................... 6
2. Berbuat Baik (Beneficience)................................................ 7
3. Keadilan (Justice)................................................................ 7
4. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)................................. 7
5. Kejujuran (Veracity) .......................................................... 7
6. Menepati janji (Fidelity)...................................................... 7
7. Kerahasiaan (Confidentiality)............................................. 8
D. Langkah-langkah dalam Decision Making................................... 8
E. Aplikasi Decision Making dalam Manajemen Keperawatan ...... 9
F. Contoh Kasus............................................................................... 11
BAB III Pembahasan
1. Menerapkan tujuan dan sasaran........................................................... 13
2. Identifikasi persoalan........................................................................... 13
3. Mengembangkan alternatif................................................................. 13
4. Menentukan alternatif.......................................................................... 14
5. Implementasi Alternatif Terpilih......................................................... 14
6. Evaluasi dan Umpan balik................................................................... 15

BAB IV Penutup
1.3.1 kesimpulan ............................................................................................ 16
1.3.2 saran....................................................................................................... 17

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap individu atau organisasi tidak akan terlepas dari masalah. Masalah pada
dasarnya adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian dari apa yang semestinya terjadi
atau tercapai. Kesalahan dalam melakukan identifikasi masalah akan menyebabkan
kesalahan dalam penyelesaiannya. Kesalahan identifikasi tersebut bisa disebabkan kita
salah dalam menafsirkan gejala yang merupakan akibat dari masalah yang terjadi.
Untuk dapat menyelesaikan masalah, maka perlu dilakukan proses penyelesaian
masalah dari mulai mengumpulkan informasi yang terkait dengan gejala dan masalah
yang dihadapi, hingga kepada penyelesaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
Proses tersebut sering kali dinamakan sebagai proses penyelesaian masalah (problem
solving).
Penyelesaian masalah sering kali tidak mudah karena berbagai faktor yang terkait
dengan masalah sering kali tidak berpola tunggal, baik yang terkait dengan faktor
penyebab maupun alternatif penyelesaiannya. Alternatif yang mana yang akan kita
pilih pada dasarnya mendorong kita untuk mengambil keputusan, karena keputusan
harus diambil agar proses dapat terus berjalan.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Tidak hanya
berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan, tetapi penting untuk
meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat pada semua tingkatan
posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk
sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan
pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan
keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang
sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai
dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan,
yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat

4
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya
dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
Oleh karena pentingnya pengambilan keputusan, maka perlu diberlakukan suatu
pembahasan secara mendalam mengenai pengambilan keputusan yang akan kita ikuti
dalam mata kuliah pengambilan keputusan, agar kita dapat memahami esensi dari
pengambilan keputusan itu sendiri. Selain sebagai kewajiban tugas kelompok,
makalah ini diperbuat bertujuan untuk memberi pemahaman kepada pembaca, agar
mampu memahami konsep dasar pengambilan keputusan secara sederhana dan jelas.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum apa itu Teori dan Konsep dasar Pengambilan
Keputusan terutama dalam keperawatan.

1.2.2. Tujuan Khusus


a) Mahasiswa mengetahui konsep umum dari Decision Making
b) Mahasiswa mengetahui tipe dan jenis Decision Making
c) Mahasiswa mengetahui Prinsip Etik dalam Pengambilan Keputusan Keperawatan
di rumah sakit
d) Mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja langkah-langkah dalam Decision
Making
e) Mahasiswa mampu memahami penerapan Decision Making dalam manajemen
keperawatan di rumah sakit terutama bagi perawat

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Decison Making


Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin
akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi
masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr :Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang
termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah
dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif
dan tindakan.

B. Tipe-Tipe Decision Making


1. Programmed Decision Making
Seringkali situasi yang dihadapi oleh pengambil keputusan dalam sebuah
organisasi merupakan situasi yang sudah pernah terjadi sebelumnya dan muncul
kembali secara berulang-ulang. Untuk menghadapi situasi tersebut, organisasi
menggunakan apa yang disebut Performance Program, yaitu sebuah prosedur standar

6
dan terstruktur dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi situasi tertentu.
Pengambilan keputusan seperti inilah yang disebut dengan Programmed
Decision.Programmed Decision memungkinkan pengambil keputusan untuk
mengambil keputusan secara cepat tanpa harus mencari informasi, mempertimbangkan
alternatif, dan berbagai hal lainnya yang memakan waktu. Meski demikian, manajer
harus waspada kapan saatnya menyesuaikan Performance Program karena organisasi
harus dapat berespon terhadap lingkungan yang dinamis dan berubah-
ubah.Performance Program yang efektif dipakai saat ini misalnya, mungkin tidak
efektif lagi untuk dipakai dua tahun mendatang. Contohnya adalah penetapan gaji
pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian
dan sebagainya.

2. Non-Programmed Decision Makinng


Pengambilan keputusan yang merespon terhadap sebuah situasi baru yang belum
pernah dihadapi sebelumnya disebut sebagai non-programmed decision making.
Pengambilan keputusan tipe ini mengharuskan pengambil keputusan mencari
informasi sebanyak-banyaknya untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik
diantara alternatif-alternatif yang ada. Mengingat lingkungan bisnis masa kini yang
terus berubah-ubah dengan cepat dan penuh dengan ketidakpastian, manajer akan
banyak menghadapi non-Programmed Decision.
Situasi non-programmed decision tertentu yang terjadi secara berulang-ulang
dapat dikembangkan menjadi Programmed Decision apabila manajer cermat dan
mampu membuat Performance Program yang tepat. Contohnya adalah pengalokasian
sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian
teknologi yang modern dan sebagainya.

C. Prinsip Etik dalam Pengambilan Keputusan Keperawatan


1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan
atau piliah yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan respec
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

7
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi
pelayanan kesehatan terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan
4. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Pada prinsip ini berarti tindakan keperawatan pada klien tidak menimbulkan
bahaya atau cidera fisik dan psikologis pada klien
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran . Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemamapuan seseoranga untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus
ada agar menjadi akurat, komprensensif, objek untuk memfasilitasi pemahaman
dan ada penerimaan materi yang ada dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang sgala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan diirinya selama
menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien. Ketaan, kesetiaan, adalah kewajiban seorang perawat untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya pada pasien.

8
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus di jaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika di izinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.

D. Langkah-langkah dalam Decision Making


Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternative
4. Mengevaluasi alternative
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan

Menurut Peter Drucer :


1. Menetapkan masalah
2. Manganalisa masalah
3. Mengembangkan alternative
4. Mengambil keputusan yang tepat
5. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif
     
Pengambilan keputusan merupakan proses yang komleks yang memerlukan penanganan
yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah beriktu
(Gibson dkk, 1987):
1. Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan
keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu, apa hasil
yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
2. Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan
harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan
memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga
memerlukan upaya penggalian.
3. Mengembangkan alternatif : Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai
alternatif yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama

9
alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini.
Belum ada komentar dan analisis.
4. Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih
satu alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan,
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif
pada masa yang akan datang.
5. Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu
sendiri merupakan abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
6. Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan
evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang
sudah diputuskan.

E. Aplikasi Decision Making dalam Manajemen Keperawatan


Dalam mengaplikasikan pengambilan keputusan dalam bidang keperawatan
dibutuhkan peran perawat sebagai tenaga kerja yang bekerja di rumah sakit untuk
mengambil bagian dalam pembuatan keputusan terhadap asuhan keperawatan yang
diterapkannya pada pasien.
Perawat sebagai tenaga kesehatan mayoritas di tempat pelayanan kesehatan,
termasuk rumah sakit, mempunyai posisi yang utama dalam pemberian pelayanan
kesehatan karena asuhan keperawatan yang diberikan perawat bersifat kontinyu,
konstan, koordinatif, dan advokatif, sehingga perawat mempunyai peran penting yang
kesinambungan demi tercapainya tujuan pelayanan kesehatan yaitu pemberian asuhan
keperawatan. Tenaga perawat sebagai anggota tim kesehatan dalam menjalankan
peran dan fungsinya bersifat mandiri, kolaboratif dan atau saling tergantung dengan
anggota tim kesehatan lain. Menurut Potter and Perry (2005), bahwa perawat
mempunyai fungsi yang sangat luas yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam lingkup area yang bervariasi. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut perawat
melaksanakan peran-peran yang saling berhubungan seperti sebagai pemberi
pelayananan keperawatan, pengambil kepututsan klinik dan etik, protector dan
advokat dari pasien, manajer, rehabilitator, comforter, komunikator, dan pendidik.
Untuk dapat berperan secara aktif dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan,
diperlukan perawat yang mampu berpikir kritis dan logis untuk mengambil keputusan

10
yang tepat dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat menimbulkan
masalah peran yang ambigu menimbulkan dilema etik. Dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi
dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema
etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan
pemecahan dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka
proses keperawatan/ pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thopson,
1981).
Sebagai seorang profesional, perawat bertanggung jawab dan mengemban
tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang
asuhan keperawatan yang diberikan. Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat
dan akurat sangat dibutuhkan perawat untuk dapat menyelamatkan pasien yang
dihadapi. Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
memahami dan mampu menerapkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
profesi keperawatan (Hidayat, 2012). Kemampuan perawat ketika menangani pasien
dalam kondisi-kondisi kritis tentu tidak lepas dari latar belakang pendidikan yang
pernah ditempuh serta pengalaman yang pernah dijalani. Termasuk di sini adalah
kemampuan perawat dalam mengambil keputusan saat gawat darurat. Perawat
memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah-langkah
keperawatan yang diperlukan sesuai dengan standar keperawatan. Perawat dalam
menjalankan tugasnya harus sesuai dengan kode etik dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan (Mudayana, 2014)

11
Contoh Kasus

Seorang laki-laki berumur 60 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan tidak
bisa buang air kecil selama + 5 hari sehingga terasa nyeri di bagian kandung kemih dengan
riwayat yang sama 2 minggu sebelumnya terpasang Dower Cateter (DC) . Setelah
diperiksa didapatkan diagnosa dokter umum yaitu inkontinensia urine, sehingga dokter
meminta perawat untuk memasang DC sesuai dengan ukuran kelamin dewasa. Pada saat
perawat pelaksana melakukan tindakan pemasangan DC, perawat melaporkan kepada
dokter bahwa selang DC tidak dapat masuk ke saluran kencing pasien dikarenakan ada
tahanan, sehingga dokter meminta perawat untuk menghentikan tindakan, namun pasien
merasa tidak puas sehingga pasien dan keluarga meminta kepada dokter agar perawat
memasang ulang DC. Akhirnya permintaan pasien dipenuhi, namun saat tindakan
pemasangan DC dilakukan tiba-tiba keluar darah segar dari saluran kencing pasien. Namun
pasien masih memaksa perawat untuk tetap melanjutkan tindakan tersebut dengan alasan
pasien merasakan sakit dan ingin bisa Buang Air Kecil (BAK). Disini apa yang
seharusnya dilakukan oleh perawat, menghentikan pemasangan dengan resiko pasien tidak
bisa BAK atau melanjutkan pemasangan DC selama pasien menunggu pemeriksaan
tunjangan lebih lanjut namun keinginan pasien tidak terpenuhi.

12
BAB III
Pembahasan
Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem solver, yaitu
memecahkan masalah kesehatan pasiennya dengan menggunakan metode pemecahan
masalah. Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi perawat untuk
membuat keputusan etik. Dengan cara sebagai berikut ;
1) Menghubungkan kasus dengan teori yang paling tepat. Sehingga perawat
mendapatkan gambaran terkait pilihan keputusan yang harus diambilnya.
Mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah yang terjadi.
2) Perawat harus menghubungkan dengan  prinsip prinsip etika profesi yang berlaku.
3) Perawat perlu mengidentifikasi siapa saja yang ikut serta dalam pengambilan
keputusan.
4) Perawat mengidentifikasi konsekwensi yang mungkin terjadi dari alternatif
keputusan yang ada.
5) Perlu memperhatikan keinginan pasien dalam hal ini berkaitan dengan  prinsip etik
yaitu otonomi yang berarti hak untuk membuat keputusan
Prinsip utama dalam melaksanakan peran perawat adalah moral dan etika
keperawatan. Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus
selalu berpedoman pada etika keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu
keperawatan. Hal ini penting, guna menghindarkan kesalahan yang dapat berakibat fatal
terhadap pasien dan eksistensi profesi keperawatan yang sedang mencari identitas diri.
Pada kasus di atas dilema etik yang dialami klien yaitu pada nilai Autonomy dan
Non-Maleficience dimana pasien meminta untuk tetap dilakukan pemasangan DC namun
keadaannya yang tidak memungkinkan karena terjadi perdarahan pada saluran kencing
klien. Dalam keadaan ini, sebagai perawat harus mengutamakan keselamatan klien
sehingga perawat menganjurkan untuk tidak dilkukan pemasangan DC. Pada kasus seperti
ini peran perawat adalah sebagai solving maker dimana pengambilan keputusan bisa
diterima dengan baik oleh semua pihak.

13
Berikut adalah langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan masalah yang
dialami oleh pasien
1. Menerapkan tujuan dan sasaran
Menentukan orang yang terlibat: pasien, keluarga pasien, dokter, dan perawat
a) Tindakan yang diusulkan: tidak menuruti keinginan pasien untuk memasang
ulang DC
b) Maksud dari tindakan tersebut: agar tidak membahayakan diri pasien.
c) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak dilakukan tindakan
pemasangan ulang DC, Pasien dan keluarganya menyalahkan perawat dan
apabila keluarga pasien kecewa terhadap pelayanan di Rumah Sakit mereka
bisa menuntut ke rumah sakit

2. Identifikasi persoalan
Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut: Pasien tidak dapat BAK selama +
5 hari. Pasien meminta dokter agar perawat memasang ulang DC padahal pada
pemasangan DC yang pertama didapatkan tahanan pada saluran kencing pasien.
Keluarga mendukung keinginan pasien agar pasien dapat BAK. Konflik yang
terjadi adalah:
a) Pemasangan DC Ulang mengakibatkan perdarahan dari saluran kencing pasien.
b) Adanya perdarahan pada saluran kencing pasien mengakibatkan pasien dan
keluarga khawatir sehingga mengakibatkan pasien tidak nyaman dan tidak puas
dengan pelayanan yang diberikan.

3. Mengembangkan alternatif
Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi
tindakan tersebut
1) Tidak menuruti keinginan pasien tentang pemasangan DC dengan konsekuensi
a. Tidak memperparah perdarahan dari saluran kencing pasien
b. Pasien tidak bisa BAK
c. Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
d. Menimbulkan kecemasan bagi pihak keluarga dan pasien

14
2) Tidak menuruti keinginan pasien, dan perawat membantu untuk meredakan
nyeri dengan manajemen nyeri sambil menunggu pemeriksaan lanjutan dengan
konsekuensi:
a) Tidak memperparah perdarahan dari saluran kencing pasien.
b) Pasien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan
ambang nyeri)
c) Keinginan pasien untuk BAK tidak terpenuhi

3) Menuruti keinginan pasien untuk memasang ulang DC sambil menunggu


pemeriksaan tunjangan lebih lanjut. Artinya pemasangan DC dilanjutkan
meskipun terdapat perdarahan pada saluran kencing dengan konsekuensi:
a) Risiko memperparah perdarahan pada saluran kencing pasien.
b) Pasien dan keluarga harus menandatangani Inform Concent jika tetap
dilakukan pemasangan DC
c) Hak pasien sebagian dapat terpenuhi

4. Menentukan alternatif
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap pasien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan/ paling tepat untuk pasien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri
(relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Jadi pada kasus diatas pemilihan alternatif bagi pasien adalah pada
point 2

5. Implementasi Alternatif Terpilih


1) Memfasilitasi pasien dalam manajemen nyeri
2) Membantu proses adaptasi pasien terhadap nyeri/ meningkatkan ambang nyeri
3) Mengoptimalkan sistem dukungan
4) Membantu pasien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap
masalah yang sedang dihadapi

15
6. Evaluasi dan Umpan balik
Evaluai umpan balik dilakukan untuk melihat keefektifan dari tindakan yang
diterapkan pada klien (menejemen nyeri) .Apabila terbukti efektif diteruskan
namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah
ditetapkan antara petugas kesehatan dan pasien/ keluarganya akan dilaksanakan.

Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan,


yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis. Kasus diatas menjadi
suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif
yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Pengambilan keputusan
merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang harus
dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan
permasalahan pada tatanan klinik. Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan
pengetahuan serta pemahaman penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan
pedoman perawat profesional dalam melakukan tindakan praktik keperawatan secara
professional sehingga keselamatan dan kenyamanan pasien selalu menjadi prioritas
utama.

16
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga
bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama
walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duannya
mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilema etik,
dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor,
baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena adanya interaksi atau
hubungan yang saling membutuhkan.
Dilema etik sering terjadi di Rumah Sakit dalam menjalankan praktik asuhan
keperawatan. Sebagai tenaga profesional terkadang perawat berada pada posisi yang
sulit untuk memutuskan dikarenakan alternatif pilihan keputusan yang sama sama
memiliki nilai positif dan negatif. Dalam suatu keputusan etis suatu keputusan diambil
berdasarkan kebutuhan pasien dan tidak merugikan pasien. Keputusan etis dibuat
berdasarkan kesepakatan antara pasien dan perawat.
Dalam setiap pengambilan keputusan tindakan keperawatan perawat harus
melibatkan pasien atau keluarga. Putusan yang diambil harus melalui proses analisa
dan berdasarkan prinsip etik yang berlaku. Dalam suatu keputusan etis suatu
keputusan diambil berdasarkan kebutuhan pasien dan tidak merugikan pasien. Disini
seorang perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa keputusan etis yang diambil
adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang. Oleh sebab itu dilema etik
harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi
dengan penuh tanggung jawab dan tuntas. Pembelajaran tentang etika dan moral dalam
dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa
sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika
keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan).

17
B. Saran
Pengetahuan etika adalah dasar untuk menyelesaikan isu masalah praktek
keperawatan, namun sedikit yang diketahui tentang pentingnya etika dan faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan dalam penyampaian perawatan yang berkualitas
(Connie, 2005). Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara
mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan suatu dilema etik. Selain itu, Sebagai seorang tenaga medis atau
kesehatan khususnya perawat haruslah memiliki etik keperawatan yang tidak hanya
dimiliki tetapi dihayati dan diterapkan dalam menjalankan tugas-tugas untuk
melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien. Pasien tidak hanya dijadikan
obyek namun juga dijadikan patner aktif dalam  pemberian atau peningkatan derajat
kesehatannya

18
Daftar Pustaka

Hani, Handoko. 2008. Manajemen Edisi Kedua. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta

George. R. Terry. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen. Bumi Aksara : Jakarta

Mudayana, A. A. (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37, 69-
74.

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing: Concept, process and practice (A.
Yasmin, Trans. 4th ed.). Jakarta: EGC

Makalah Dilema etik. http://hafikoandresni005.com/2013/06/makalah-dilema-etik.html.


diakses tanggal 14 Maret 2016. Hidayat, S. A. (2012).

Etika Keperawatan. http://www.slideshare.net/ameeraffanya/makalah-etik-keperawatan.


diakses tanggal 14 Maret 2016.

19

Anda mungkin juga menyukai