Dosen Pengampu
Dr. Aprina, SKp.M.Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kharisma Nur Alifah (2214301055)
Serli Miranda (2214301070)
M. Rio Ubad Noer (2214301084)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu membimbing dan memberikan
hikmat serta berkatnya kepada kami dalam menyelesaikan tugas laporan perkuliahan Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan
perukuliahan ini sesuai dengan ketentuan dan judul yang telah ditentukan dengan tema
“PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS”.
Tujuan dari penyusunan laporan ini untuk menyelesaikan tugas laporan perkulihan dari mata
kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan , untuk memperoleh nilai dalam pemenuhan
tugas. Diharapkan tugas pembuatan laporan ini dapat dikoreksi oleh Ibu Dr. Aprina,
SKp.M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah dengan memenuhi ketentuan pengerjaan
tugas dengan baik. Kami selaku penulis menyadari bahwa tugas laporan perkuliahan yang
kami buat ini masih jauh dari nilai sempurna, maka dari itu kami menerima setiap kritik dan
saran yang membangun jika terdapat kesalahan dalam tugas laporan kami. Mohon maaf yang
sebesarnya jika masih terdapat banyak kekurangan, semoga laporan tugas ini bisa bermanfaat
untuk pembaca dan juga menambah ilmu bagi kita semua. Terima kasih.
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Sebagai kewajiban tugas kelompok, makalah ini dibuat bertujuan untuk memberi pemahaman
kepada pembaca, agar mampu memahami konsep dasar pengambilan keputusan secara
sederhana dan jelas.
Definisi dari kata etis merupakan suatu hal yang berurusan atau berkaitan dengan moral dan
juga mengacu pada sesuatu yang benar atau salah untuk mencapai sesuatu.
Pengertian dari kata etis merupakan bertindak secara konsisten terhadap sesuatu yang
biasanya dipikirkan oleh masyrakat dan individu ketika dianggap sebagai nilai yang baik
yang mencakup keadilan, martabat, kesejahteraan, kesetaraan, kejujuran, keragaman, dan
hak-hak individu.
Keputusan etis merupakan suatu keputusan yang dibuat oleh orang professional yang
mengabdi pada suatu bidang pekerjaan tertentu. Oleh karena itu dalam membuat suatu
keputusan etis, seorang professional Perawat akan mengacu pada kode etik profesi.
- Menentukan faktanya
- Mengidentifikasi pemangku kepentingan dan melihat situasi dari perspektif mereka
- Mempertimbangkan alternatif yang tersedia
- Memikirkan tentang bagaimana suatu keputusan dapat mempengaruhi para
pemangku kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternative
berdasarkan: membuat keputusan, efek dari integritas dan karakter pribadi,
konsekuensinya, kewajiban, prinsip dan hak.
Hak atas hidup dan keamanan, individu memiliki hak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman
terhadap kesehatan dan keselamatan mereka
Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang
harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang terkait dengan permasalah
an pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawat
an yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang
selalu berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan
keputusan menjadi lebih berat. Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar
dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi individu
tersebut bekerja. Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem solver, yaitu
memecahkan masalah kesehatan pasiennya dengan menggunakan metode pemecahan
masalah.Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi perawat untuk
membuat keputusan etik. Dalam Sumijatun , dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu
dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan
penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik.
Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau
kemungkinan. Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien dan perawat.
Oleh karena itu seorang perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa keputusan etis yang
diambil adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang. Kesepakatan persetujuan
antara pasien dan perawat tentang keputusan tindakan tersebut dapat berupa informed consent
sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik tersebut diambil berdasarkan
kesepakatan bersama. Dalam setiap pengambilan keputusan etis peran perawat adalah sebagai
konselor dan advokat, artinya perawat harus memberikan informasi tentang kondisi dan
situasi yang terjadi, dan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan
keputusan. Sebagai advokat, berarti perawat melindungi hak pasien untuk mendapatkan
perawatan yang menguntungkan dan tidak merugikan. Dalam Sumijatun dikatakan bahwa
praktik keperawatan melibatkan interaksi yang kompleks antara nilai individu, sosial dan
politik, serta hubungannya dengan masyarakat tertentu.Sebagai dampaknya perawat sering
mengalami situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya. Meskipun demikian, perawat
tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang tentunya lebih
bersifat kemanusiaan.
Dalam membuat keputusan perawat akan berpegang teguh pada pola pikir rasional serta
tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku. Dalam
proses pengambilan keputusan etis dikenal beberapa teori yang dapat menjadi pembenaran
terhadap suatu putusan etik, yaitu teori teleologi dan deontologi. Teologi berasal dari kata
telos yang artinya tujuan, dalam hal ini keputusan etik didasarkan pada tujuan yang hendak
dicapai. Bagaimana dampak jika dilakukan tindakan, apakah berdampak baik, suatu tindakan
dinilai baik apabila Tindakan tersebut bertujuan baik pula.Teori kedua adalah teori
deonyologi yaitu suatu konsep yang menitik beratkan pada moral dan kewajiban. Deontologi
berbicara mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kasus diatas ditinjau dari segi
teori teleologis maka informasi terkait dengan penyakit pasien tidak harus diberitahukan
mengingat resiko yang ditakutkan oleh keluarga Ketika pasien mengetahui penyakitnya maka
pasien akan mengalami depresi atau penolakan. Terlepas dari tujuan tindakan tersebut
perawat dianggap tidak melaksanakan kewajiban suatu profesi yang harus tunduk kepada
kode etik dan peraturan yang berlaku.
dalam jurnalnya yang berjudul Consumer pespectives on nurse practicioners and
independence practice di Washingtonmen jelaskan bahwa 90% dari respondennya merasa
puas dan menyukai praktik keperawatan dibanding dengan praktik kesehatan lain. Hal ini
dikarenakan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya perawat tidak hanya sekedar
memberi pengobatan, tetapi juga ada unsur “merawat”, bersikap caring dan ramah kepada
pasiennya. Sehingga pasien lebih nyaman dirawat oleh perawat. Keputusan untuk memilih
pengobatan dan siapa yang mengobati adalah hak penuh seorang pasien.
- Prinsip yang Pertama adalah Benefience dimana pada kaidah ini, perawat dalam
memberikan layanan keperawatan harus selalu berorientasi pada upaya yang
memberi seluas-luasnya manfaat bagi kepentingan pasien. Bahkan bisa melwati
batas kepentingan pribadi (altruistic).
- Prinsip yang Kedua adalah Nonmalefiency yang berarti tidak merugikan pasien.
Nonmaleficiency adalah tidak melukai atau tidak membahayakan orang lain.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk melakukan tindakan yang tidak
membahayakan atau berisiko menciderai pasiennya. Dalam kasus telah diuraikan
bahwa pasien menolak mendapatkan pengobatan selain dari perawat tersebut,
sedangkan putusan tindakan harus segera dilakukan. Karena jika tidak diakukan
tindakan maka perawat malah justru membahayakan pasien. Ditilik dari prinsip ini
nampaknya tindakan perawat yang tepat adalah melakukan tindakan dengan
menjahit luka pasien untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih hebat yang
merugikan pasien. Dalam keperawatan, risiko atau bahaya baik yang disengaja
maupun tidak selalu tidak dapat diterima.
- Prinsip yang Ketiga yaitu Confidentiality.Dengan kejujuran dan menjaga
kerahasiaan pasien yang ditangani, seorang perawat harus memiliki citra yang
baik sebagai seorang professional. Prinsip yang ketujuh yaitu Fidelity atau
Komitmen, sudah seharusnya seorang perawat yang professional memiliki
komitmen yang kuat, perawat harus independen dan tidak hanya menimbang
keputusan secara ilmiah tetapi juga dengan prinsip etik didalam keperawatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://heradenai.blogspot.co.id/IKD
http://nerssdei.blogspot.co.id/2013/01/pengambilan-keputusan-legal-etis/
https://osf.io/jxkeb/download/?format=pdf
- .