Dosen Pengajar:
NIP 19730310199703002
Disusun Oleh:
(Kelompok 1 Reguler A)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta
inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Etika Keperawatan ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang
berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan
kita Nabi MuhammadSAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan teori atau system etik .
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya
dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta
menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.
2
DAFTAR ISI
1.1 Kesimpulan………………….…………………...…………...………………3
1.2 Saran……………………………..………………………………..…………..3
Daftar Pustaka …………...……………………………………………………….iv
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahuai teori etik dan prinsip prinsip dalam profesi keperawatan
2. Memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan diketahuinya teori-teori
etik dalam profesi keperawatan diketahuinya prinsip – prinsip etik dalam
keperawatan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian etik
“Pengertian etik atau etika berasal dari bahasa yunani ethos ataupun etika
dan ta etika yang berarti, kebiasaan (castum), adat ; etos lebih berarti kesusilaan,
perasaan bathin atau kecendrungan hati dengan mana seseorang melakukan
perbuatan.menurut webster etik adalah ilmu yang mempelejari tentang apa yang
baik apa yang buruk “Gregen , 2019,”Ethika Profesi KeperawatanDan Hukum
Kesehatan”, Jakarta, 2019).
2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berartikewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadikewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang’.Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau
prinsip. Prinsip- prinsip tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi
sumber-sumber, dan euthanasia.Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan
adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama,
5
sekarangmerupakan juga salah satu teori etika yang terpenting Ada tiga prinsip yg
harus dipenuhi :
1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban,
2. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan
dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berartikalaupun
tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah halyang
niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hukum moral universalBagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sbg
perintah tak bersyarat (imperatif kategoris), yg berarti hukum moral ini
berlaku bagisemua orang pada segala situasi dan tempat. Perintah
Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan kalau orang menghendaki
akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu mrpk hal ygdiinginkan dan
dikehendaki oleh orang tersebut. Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg
dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan
akibatnya, atau tanpamempedulikan apakah akibatnya tercapai dan
berguna bagi orang tsb atautidak.
C. Prinsip-prinsip Etik
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip Otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
6
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
7
6. Menepati janji (Fidelity)
7. Karahasiaan (Confidentiality)
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Contoh: perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi,
klien,sesame karyawan dan masyarakat. Jika salah member dosis obat kepada
klien perawat tersebut dapat digugat oleh klien yang menerima obat, oleh
dokteryang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.
8
DAFTAR PUSTAKA