DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH :
1. NISDHANI ALFAJ
2. NUR HOVIFATUL HASANAH
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala
yang berkat anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “kasus euthanasia” ini. Sholawat serta selama kita haturkan kepada
junjungan agung Nabi Besar Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah
memberikan pedoman kepada kita jalan yang sebenar-benarnya jalan berupa
ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap
makalah ini dalam rangka perbaikan makalah-makalah yang akan datang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
I.3 TUJUAN................................................................................................5
1.4 MANFAAT...........................................................................................5
III.1 KESIMPULAN.................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :
1. Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan?
2. Apa saja ethical issue dalam praktik keperawatan?
3. Apa saja prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan?
I.3 Tujuan
I.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
6
d. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
e. Moral Right
Moral right menyangkut apa yang benar dan salah pada perbuatan, sikap,
dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani atau
timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati.
Standar moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau
masyarakat dimana ia dibesarkan.
7
II.2 Ethical Issue dalam Praktik Keperawatan
1. Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya
baik, tanpa penderitaan ; sedangkan thanathos artinya mati atau kematian.
Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian
yang baik atau mati dengan baik tanpa penderitaan.Ada pula yang
menerjemahkan bahwa euthanasia secara etimologis adalah mati cepat tanpa
penderitaan.
Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini. Ada
yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek pencabutan
kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukuan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Saat ini yang
dimaksudkan dengan enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri
kehidupan pasien terminal dengan memberikan suntikan yang mematikan atas
permintaan pasien itu sendiri, atau dengan kata lain euthanasia
merupakan pembunuhan legal.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan
hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang
dibuat oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda),
yaitu :
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri.
A. Jenis-jenis Euthnasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan dari
mana sudut pandangnya atau cara melihatnya.
8
Dilihat dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :
a. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan
hidup pasien. Dengan kata lain, euthanasia pasif merupakan tindakan tidak
memberikan pengobatan lagi kepada pasien terminal untuk mengakhiri
hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan
tidak lagi memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup
pasien, seperti tidak memberikan alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan
rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis
maupun keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki
kematian anggota keluarga mereka dengan berbagai alasan, misalnya untuk
mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau karena sudah tidak mampu
membayar biaya pengobatan.
9
atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal
sebagai mercy killing.
10
II.3 Prinsip Legal Dalam Praktik Keperawatan : Tort
Tort adalah kesalahan yang dibuat kepeda seseorang atau hak miliknya.
A. Tort intesional
Merupakan tindakan terencana yang melanggar hak orang lain, seperti
kekerasan, ancaman dan kesalah pahanan.
1. Ancaman adalah intesional yang mengandung maksud melakukan kontak
menyerang dan membahayakan.
Contoh : perawat mengancam akan tetap melakukan tindakan x-ray
walaupun pasien tidak menyetujui hal itu.
2. Kekerasan adalah segala sentuhan yang disengaja dilakukan tanpa ijin.
Contoh: perawat mengancam untuk melakukan injeksi tanpa persetujuan
klien, jika perawat tetap memberikan injeksi maka itu disebut kekerasan.
3. Kesalah Pahaman adalah terjadi jika seorang ditahan tanpa adanya surat
resmi. Contoh : hal ini terjadi ketika perawat menahan klien dalam area
terbatas yang mengganggu kebebasan klien tersebut.
B. Tort Kuasi-Intensional
Merupakan tindakan yang direncanakan, tidak akan menimbulkan hal yang
tidak diinginkan jika tindakan tersebut dilakukan, seperti pelanggaran privasi
dan pencemaran nama baik.
1. Pelanggaran privasi.
Pelanggaran privasi adalah melindungi hak klien untuk bebas dari
gangguan terhadap masalah pribadinya.
Ada 4 tipe pelanggaran pribadi :
1) Gangguan terhadap privasi
2) Peniruan nama
3) Penderitaan tentang fakta pribadi/fakta yang memalukan
11
4) Piblikasi palsu tentang seseorang
Contoh : pemberian informasi medis klien kepada pihak tidak berwenang
seperti wartawan atau atasan klien.
C. Tort Nonintensional
1. Malpraktik
Malpraktik adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur oprasional. Untuk malpraktek
kedokteran juga dapat dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi
ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus telah melanggar undang-
undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan
dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam
sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada
pasien.
Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang
dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan
pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan
terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat
orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama. Ellis dan Hartley
(1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik
dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah
12
terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang
tugas/pekejaannya. Terhadap malpraktek dalam keperawatan maka
malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk menggambarkan
kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Tindakan yang termasuk dalam malpraktek :
1. Kesalahan diagnosa
2. Penyuapan
3. Penyalahan alat
4. Pemberian dosis obat yang salah
5. Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.
2. Persetujuan
Formulir persetujuan (consent) yang telah ditandatangani dibutuhkan
untuk semua pengobatan rutin, prosedur yang berbahaya seperti operasi,
beberapa program pengobatan seperti kemoterapi dan penelitian yang
melibatkan klien (TJC,2006). Klien menandatangani formulir persetujuan
umum saat masuk rawat inap di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lain. Klien atau yang mewakilinya harus menandatangani formulir persetujuan
khusus atau pengobatan sebelum pelaksanaan prosedur tertentu secara terpisah.
13
Undang-undang Negara bagian menetukan persyaratan individu yang
secara hukum dapat memberikan persetujuan untuk pengobatan medis
(Medical Patient Rights Act, 1994). Perawat harus mengenal dan memahami
hukum Negara serta kebijakan dan prosedur persetujuan di institusi tempat ia
bekerja.
Jika klien menderita tuna rungu, buta huruf, atau berbicara dalam bahasa
asing, maka harus disediakan tenaga penerjemah untuk menjelaskan istilah
yang tertulis dalam formulir persetujuan. Anggota keluarga atau kerabat yang
dapat berbicara dalam bahasa klien sebaiknya jangan menjadi penerjemah
informasi kesehatan. Bantulah klien dalam membuat pilihan.
3. Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu
tindakan, seperti operasi atau prosedur dianostik invasive, berdasarkan
pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternative, dan akibat
penolakan (Black,2004). Informed consent adalah kewajiban hukum bagi
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah
yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan
(Dalinis,2005). Penjelasan juga menggambarkan alternative pengobatan dan
risiko terkait dalam semua pilihan pengobatan. Kegagalan memperoleh
persetujuan selain pada keadaan darurat dapat mengakibatkan timbulnya
tuntutan kekerasan. Tanpa persetujuan tertulis, seorang klien dapat mengajukan
tuntutan terhadap penyedia pelayanan kesehatan atas kelalaian.
Infored consent merupakan bagian dari hubungan antara penyedia
pelayanan kesehatan dan klien. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien
tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotik. Karena perawat tidak
melakukan operasi atau prosedur medis langsung, maka pengambilan
persetujuan bukan merupakan tugas perawat. Orang yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan prosedur tersebut juga bertanggung jawab atas pengambilan
informed consent.
14
4. Siswa Keperawatan
Siswa keperawata memiliki tanggung jawab hukum jika tindakannya
membahayakan klien. Jika bahaya timbul sebagai akibat tindakannya ata
ketiadaan tindakannya, maka siswa, instruktur, fasilitas kesehatan, dan institusi
pendidikan juga bertanggung jawab terhadap kesalahan tersebut. Siswa
keperawatan tidak diperbolehkan untuk menerima tugas yang tidak
dipersiapkan sebelumnya. Instruktur harus mengawasi mereka selama
pembelajaran keterampilan baru. Meskipun siswa keperawatan bukan pekerja
rumah sakit, tetapi institusi tetap bertanggung jawab untuk mengawasi tindakan
siswa keperawatan. Siswa keperawatan diharapkan melakukan tindakan secara
aman seperti halnya seorang perawat professional. Staf fakultas bertanggung
jawab untuk memberikan instruksi dan mengawasi siswa, tetapi pada beberapa
situasi tanggung jawab ini juga diemban perawat staf yang bertugas sebagai
pengajar. Setiap sekolah keperawatan harus memberikan definisi yang jelas
mengenai tanggung jawab fakultas dan pengajar.
Saat siswa bekerja sebagai asisten perawat, mereka tidak boleh
melaksanakan tugas yang tidak terdapat dalam deskripsi tugas bagi asisten
perawat. Sebagai contoh, meskipun telah belajar tentang pemberian obat
instramuskular, tetapi siswa tidak boleh melakukannya. Jika perawat pengawas
memberikan tugas tanpa memastikan kemampuan siswa tersebut, maka secara
hukum ia juga akan bertanggung jawab. Jika seseorang meminta siswa yang
bertugas sebagai asisten perawat untuk melaksanakan prosedur yang belum
dapat mereka lakukan secara aman, maka ia harus menyampaikan informasi
tersebut kepada pengawas agar mereka memperoleh bantuan.
5. Asuransi Malpraktik
Malpraktik atau asuransi tanggung jawab profesi merupakan kontrak
antara perawat dan perusahaan asuransi. Asuransu malpraktik memberikan
perlindungan pada perawat saat terlibat tuntutan atas kelalaian professional
atau malpraktik medis. Sebagai bagian dari kontrak, perusahaan asuransi
membayar biaya persidangan dan pengacara yang mewakili perawat. Perawat
15
yang dipekerjakan oleh institusi kesehatan biasanya ditanggung oleh pihak
asuransi institusi tersebut. Perawat tidak perlu memperoleh asuransi tambahan,
kecuali ia berencana melakukan praktik di luar institusi. Namun asuransu
intitusi tersebut hanya menanggung perawat yang bekerja sesuai cakupan
pekerjaannya.
16
II.4 EUTHANASIA MENURUT PANDANGAN ISLAM
Di dalam pandangan islam masih belum jelas apa hukum euthanasia tapi sudah
banyak ulama yang berpendapat dan mengeluarkan dasarannya masin-masing.
Euthanasia di dalam islam dibagi menjadi dua yaitu ada euthanasia aktif (al
qatlu alahmad) dan euthanasia pasif.
a. Euthanasia aktif
Walaupun niatnya baik untuk meringankan pasien tapi tetap saja haram,
dikarenakan membunuh dengan cara yang salah walaupun niatnya baik.
Walaupun itu juga telah diperbolehkan oleh keluarga pasien. Dan juga ada
beberapa dalil yang juga bersangkutan di antaranya
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi
b. Euthanasia pasif
17
Dalam euthanasia pasif ini sebenarnya lebih toleran karena bertujuan
ini di lakukan karena pengobatan yang diberikan sudah tidak ada gunanya
lagi dan tidak akan membawa kesembuhan pada pasien. Walaupun hokum
ini masih belum jelas tetapi ada salah satu tokoh muslim yang
dengan takaran dosis yang tinggi sesuai penyakit yang di derita dan juga
BAB III
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang
perawat yang professional dalam bertugas dalam bidang pelayanan masyarakat
harus memahami dan menerapkan etika keperawatan yang digunakan sebagai
acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan
buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawanb moral.
Selain berpedoman pada etika keperawatan, dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, perawat juga harus mengetahui prinsip-prinsip etika
keperawatan, ethical issue dalam praktik keperawatan dan prinsip-prinsip legal
dalam praktik keperawatan, sehingga nantinya dalam memberikan pelayanan
kesehatan, seorang perawat dapat meberikan pelayanan terbaik kepada klien.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anni isfandyarie, 2011, tanggung jawab bagi tenaga medis buku 1
Muhammad, kartono, 1992, teknologi kedokteran dan tantangan terhadap bioetika
Al-maliki, abdurahman, 1990. Nizham al uqubuat. Beirut : darul ummah
.http://ristalikestar.blogspot.com/2014/04/makalah-etika-keperawatan.html. 31
oktober 2018
https://www.academia.edu/10188957/Etika_Keperawatan_Euthanasia_? 31
oktober 2018
20