Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS


PARU-PARU

1.1 DEFINISI

Tuberkulosis paru-paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim


paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan
moduslimfe

1.2 ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis adalah jenis kuman berbentuk batang


berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar
komponen M. tuberkulosis adalah berupa lemak atau ilipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikro organisme ini adalah bersifat aerob yaknimenyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah
apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.

1.3 PATOFISIOLOGI

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M Tuberculosis. Bakteri


menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan
terlihat bertumpuk. Perkembangan M Tuberculosis juga dapat menjangkau
sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui
sistem linfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal,tulang,dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem
kekebalan tubuh memberikan merespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neotrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil
dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya
eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronco pneumonia. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada msa
awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut granuloma.
Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi

1
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi
masa jaringan fibrosa. Bagian dari masa tersebut disebut gon tubercle. Materi
yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotin yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakkannya seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi yang akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi non aktif.
Selain infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit
akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.
Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa didalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
akan menimbulkan respons berbeda, kemudian pada akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

1.4 ASUHAN KEPERAWATAN


1.4.1 Pengkajian
A. Data Pasien
Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia melalui dari
usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama
antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah
sangat minim.
Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun
usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibandingkan TB paru
paru dengan perbandingan 3 :1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB
berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka kejadian
(prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,

2
kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang / kavitas
pada paru-paru).

B. Riwayat kesehatan

Keluhan yang sering muncul antara lain :

1. Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.


2. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus. Batuk ini terjadi
untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan batuk purulen (menghasilkan
sputum).
3. Sesak napas: bila sudah lanjut di mana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4. Nyeri dada: jaringan ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupaanoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6. Sianosis, sesak napas, dan kolaps merupakan gejala atelectasis.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
7. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.

C. Pemeriksaan fisik

a. Pada tahap dini sulit diketahui


b. Ronchi basah, kasar, dan penyaring.
c. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik.
d. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak).

3
D. Pemeriksaan tambahan

a. sputum Culture : untuk memastikan apakah keberadaan M.


tuberculosis pada stadium aktif.
b. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif
untuk BTA.
c. Skin Test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam Setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan penyakit sedang aktif.
d. Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di
bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan
CSF, serta biopsi kulit) : positif untuk M. tuberculosis.
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-
sel besar yang mengindikasi nekrosis.
g. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya
infeksi misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru-paru kronis lanjut.
h. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan
paru-paru
i. Bronkografi: adalah pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.
j. Darah: leukositosis, LED meningkat.
k. Test Fungsi Paru-paru :VC menurun, Dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis / infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit
pleura.

E. Penatalaksanaan

a. Penyuluhan
b. Pencegahan
c. Pemberian obat-obatan :
a) OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
b) Bronkodilator
c) Ekspektoran

4
d) OBH (Obat Batu Hitam)
e) Vitamin

1.5 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


TUBERKULOSIS PARU-PARU
Diagnosis Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan Jalan Nafas (Kode : 00031)
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
Batasan Karakteristik Faktor yang berhubungan
 Batuk yang tidak efektif Lingkungan
 Dipsnea  Perokok
 Kesulitan Verbalisasi  Perokok pasif
 Mata terbuka lebar  Terpajan asap
 Ortopnea Obstruksi jalan nafas
 Penurunan bunyi nafas  Adanya jalan nafas buatan
 Perubahan frekuensi nafas  Benda asing dalam jalan nafas
 Perubahan pola nafas  Eksudat dalam alveoli
 Sianosis  Hyperplasia pada dinding
 Sputum dalam jumlah yang bronkus
berlebihan  Mucus berlebihan
 Suara nafas tambahan  PPOK
 Tidak ada batuk  Sekresi yang tertahan
 Spasme jalan nafas
Fisiologis
 Asma
 Disfungsi neuromuscular
 Infeksi
 Jalan nafasalergik
NOC

Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas 0410


Definisi : Saluran Trakeobronkial yag terbuka dan lancer untuk pertukaran
udara
041004 Frekuensi pernafasan
041015 Irama pernafasan
041017 Kedalaman inspirasi

5
041012 Kemampuan untuk mengeluarkan secret
041002 Ansietas
041011 Ketakutan
041003 Tersedak
041007 Suara nafas tambahan
041013 Pernafasan cuping hidung
041014 Mendesah
041015 Dipsnea saat istirahat
041016 Dipsnea dengan aktivitas ringan
041018 Penggunaaan otot bantu nafas
041019 Batuk
041020 Akumulasi sputum
041021 Respirasi agonal
NIC

Manajemen Jalan Nafas (Kode : 3140)


Definisi : Fasilitasi Kepatenan Jalan Nafas
Aktivitas-aktivitas:  Bantu dengan dorongan
 Buka jalan nafas dengan teknik spirometer, sebagaimana
chin lift atau jaw thrust, sebagai mestinya
mana mestinya  Auskultasi suara nafas, catat
 Posisikan pasien untuk untuk area yang ventilasinya menurun
memaksimalkan ventilasi atau tidak ada dan adanya suara
 Identifikasi kebutuhan tambahan
aktual/potensial pasien untuk  Lakukan penyedotan melalui
masukkan alat membuka jalan endotrakea atau nasotrakea,
nafas sebagaimana mestinya
 Masukkan alat nasoparhyngeal  Kelola pemberian bronkodilator,
airway (NPA) atau sebagaimana mestinya
oropharyngeal  Ajarkan pasien bagaimana
 Masukkan alat nasopharyngeal menggunakan inhaler sesuai
airwa airway (OPA), resep sebagaimana mestinya
sebagaimana mestinya  Kelola pengobatan aerosol,
 Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
sebagaimana mestinya  Kelola nebulizer ultrasonik,
 Buang sekret dengan sebagaimana mestinya
memotivasi pasien untuk  Kelola udara atau oksigen yang
melakukan batuk atau menyedot dilembabkan, sebagaimana
lendir mestinya
 Motivasi pasien untuk bernafas  Ambil benda asing dengan
pelan, dalam, berputar dan forsep McGill, sebagaimana
batuk mestinya
 Gunakan teknik yang  Regulasi asupan cairan untuk
menyenangkan untuk mengoptimalkan keseimbangan
memotivasi bernafas dalam cairan untuk mengoptimalkan
kepada anak-anak (misal: keseimbangan cairan
meniup gelembung, meniup  Posisikan untuk meringankan

6
kincir, peluit, harmonika, balon, sesak nafas
meniup layaknya pesta; buat  Monitor status pernafasan dan
lomba meniup dengan bola ping oksigenasi,sebagaimana
pong, meniup bulu) mestinya
 Instruksikan bagaimana agar
bisa melakukan batuk efektif
NIC

Peningkatan (Manajemen) Batuk (Kode : 3250)


Definisi : Meningkatkan inhalasi dalam oleh pasien yang akan memicu tekanan
yang tinggi dalam intra-thorak dan penekanan pada bagian bawah parenkim paru
untuk dapat mengeluarkan udara yang kuat
Aktivitas-aktivitas:  Minta pasien untuk menarik
 Monitor fungsi paru, terutama nafas dalam beberapa kali,
kapasitas vital, tekanan volume keluar kan perlahan dan
inspirasi maksimal, tekanan batukkan di akhir ekhalasi
volume ekspirasi 1 detik (FEvi) (penghembusan)
dan FEvi/ FVC sesuai dengan  Lakukan teknik 'chest wall rib
kebutuhan spring' selama fase ekspirasi
 Dampingi pasien untuk bisa melalui manuver batuk, sesuai
duduk pada posisi dengan dengan kebutuhan
kepala sedikit lurus, bahu relaks  Tekan perut di bawah xiphoid
dan lutut ditekuk atau posisi dengan tangan terbuka sembari
fleksi membantu pasien untuk fleksi
 Dukung pasien menarik nafas kedepan selama batuk
dalam beberapa kali  Minta pasien untuk batuk
 Dukung pasien untuk dilanjutkan dengan beberapa
melakukan nafas dalam, tahan periode nafas dalam
selama 2 detik, bungkukkan ke  Dukung penggunakan incentive
depan, tahan 2 detik dan spirometry, sesuai dengan
batukkan 2-3 kali kebutuhan
 Minta pasien untuk menarik  Dukung hidrasi cairan yang
nafas dalam, bungkukkan ke sistemik, sesuai dengan
depan, lakukan tiga atau empat kebutuhan
kali hembusan (untuk membuka  Dampingi pasien menggunakan
area glottis) bantal atau selimut yang di lipat
untuk menahan perut saat batuk
NIC

Monitor Pernafasan (Kode :3350)


Definisi : Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukarann gas
Aktivitas-aktivitas:  Monitor nilai fungsi paru,
 Monitor kecepatan, irama, terutama kapasitas vital paru,
kedalaman dan kesulitan volume inspirasi maksimal,
bernafas volume ekspirasi maksimal
 Catat pergerakan dada, catat selama 1 detik (FEV1), dan
ketidaksimetrisan, penggunaan FEV1/FVC sesuai dengan data
otot-otot bantu nafas, dan yang tersedia
retraksi pada otot  Monitor hasil pemeriksaan
supraclaviculas dan interkosta ventilasi mekanik, catat pening

7
 Monitor suara nafas tambahan katan tekanan inspirasi dan
seperti ngorok atau mengi penurunan volume tidal
 Monitor pola nafas (misalnya.,  Monitor peningkatan kelelahan,
bradipneu, takipneu, kecemasan dan kekurangan
hiperventilasi, pernafasan udara pada pasien
kusmaul, pernafasan 1:1,  Catat perubahan pada saturasi
apneustik, res- pirasi biot, dan O, volume tidal akhir CO, dan
pola ataxic perubahan nilai analisa gas
 Monitor saturasi oksigen pada darah dengan tepat
pasien yang tersedasi (seperti,  Monitor kemampuan batuk
Sao Svoa, SpO2) sesuai dengan efektif pasien
protokol yang ada  Catat onset, karakteristik, dan
 Pasang sensor pemantauan lamanya batuk
oksigen non-invasif (misalnya,  Monitor sekresi pernafasan
pasang alat pada jari, hidung, pasien
dan dahi) dengan mengatur  Monitor secara ketat pasien-
alarm pada pasien berisiko pasien yang berisiko tinggi
tinggi (misalnya., pasien yang meng- alami gangguan respirasi
obesitas, melaporkan pernah (misalnya, pasien dengan terapi
mengalami apnea saat tidur, opioid, bayi baru lahir, pasien
mempunyai riwayat penyakit dengan ventilasi mekanik,
dengan terapi oksigen menetap, pasien dengan luka bakar di
usia ekstrim) sesuai dengan wajah dan dada, gangguan
prosedur tetap yang ada neuromuskular)
 Palpasi kesimetrisan ekspansi  Monitor keluhan sesak nafas
paru pasien, termasuk kegiatan yang
 Perkusi torak anterior dan meningkatkan atau
posterior, dari apeks ke basis memperburuk sesak nafas
paru, kanan dan kiri tersebut
 Catat lokasi trakea  Monitor suara ser dan
 Monitor kel otot-otot diapragma perubahan suara tersebut setiap
dengan pergerakan parasoksikal jam pada pasien luka bakar
 Auskultasi suara nafas, catat  Monitor suara krepitasi pada
area dimana terjadi penurunan pasien
atau tidak adanya ventilasi dan  Monitor hasil foto thoraks
keberadaan suara nafas  Buka jalan nafas dengan
tambahan menggunakan maneuver chin
 Kaji perlunya penyedotan pada lift atau jaw thrust, dengan tepat
jalan nafas dengan auskultasi  Posisikan pasien miring ke
suara nafas ronki di paru samping, sesuai indikasi untuk
 Auskultasi suara nafas setelah mencegah aspirasi, lakukan
tindakan, untuk dicatat teknik log roll, jika pasien
 Berikan bantuan resusitasi jika diduga mengalami cedera leher
diperlukan  Berikan bantuan terapi nafas
jika diperlukan (misalnya,
nebulizer)

8
Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut b.d Agen cedera biologis (infeksi)

Nyeri Akut (Kode : 00132)


Definisi :Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau diprediksi
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

 Bukti nyeri dengan  Agens cedera biologis (mis


menggunakan standar daftar infeksi, iskemia, neoplasma)
periksa nyeri untuk pasien yang  Agens cedera fisik (mis.,
tidak dapat mengungkapkannya abses, amputasi, luka bakar,
(mis, Neonatal Infant Pain terpotong, mengangkat berat,
Scale, Pain Assessment prosedur bedah, trauma,
Checklist for Senior with olahraga berlebihan)
Limited Ability to  Agen cedera kimia (mis, luka
Communicate) Diaforesis bakar, kapsaisin, metilen
 Dilatasi pupil klorida, agen mustard)
 Ekspresi wajah nyeri (mis.,
mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus,
meringis)
 Fokus menyempit (mis.,
persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan orang dan
lingkungan
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala
nyeri (mis., skala Wong-Baker
FACES, skala analog visual
skala penilaian numerik)
 Keluhan tentang karakteristik
nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri (mis.,
McGill Pain Questionnaire,
Brief Pain Inventory)
 Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi
asuhan)
 Mengekspresikan perilaku
(mis, gelisah, merengek,
menangis, waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan pada parameter
fisiologis (mis., tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan saturasi oksigen,
dan end- tidal karbon dioksida

9
[CO2))
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi

NOC

Kontrol Nyeri 1605


Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
160510 Menggunakan jurnal harianuntuk memonitor gejala dari waktu ke
160503 waktu
160504 Menggunakan tindakan pencegahan
160505 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik
160513 Menggunakan analgesik yang di rekomendasikan
Melaporkan perubahan perubahan terhadap gejala nyeri terhadap
160507 profesional kesehatan
160508 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
160509 Menggunakan sumber daya yang tersedia
160511 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
Melaporkan nyeri yang terkontrol
NOC

Tingkat Nyeri 2102


Definisi : Keparahan dari nyeri yang di amati atau dilaporkan
210201 Nyeri yang dilaporkan
210204 Penjangnya episode nyeri
210221 Menggosok area yang terkena dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210222 Agitasi
210223 Iritabilitas
210224 Mengernyit
210225 Mengeluarkan keringat
210226 Berkeringat berlebihan
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual

10
210228 Intoleransi makanan
210210 Frekuensi nafas
210211 Denyut jantung apical
210220 Denyut nadi radikal
210212 Tekanan darah
210214 Berkeringat
NIC

Manajemen Nyeri 1400


Definisi : pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan yang
dapatditerima oleh pasien
Aktivitas-aktivitas  Kurangi atau eliminasi faktor-
 Lakukan pengkajian nyeri faktor yang dapat
komprehensif yang meliputi mencetuskan atau
lokasi , karekteristik,onset/durasi, meningkatkan nyeri(misalnya,
frekuensi, kualitas, intensitas atau ketakutan , kelelahan,keadaan
beratnya nyeri dan faktor pencetus monoton dan kurang
 Observasi adanya petunjuk pengetahuan)
nonverbal mengenai ketidak-  Pertimbangkan keinginann
nyamanan terutama pada mereka pasien untuk berpartisipasi,
yang tidak bisa berkomunikasi kemampuan berpaartisipasi,
secara efektif kecenderungan, dukungan dari
 Pastikan perawatan analgesic bagi orang terdekat terhadap dan
pasien dilakuka dengan kontraindikasi ketika memilih
pemantauan yang ketat strategi penurunan nyeri
 Gunakan strategi komunikasi  Pilih dan implementasikan
terapeutik untuk mengetahui tindakan yang beragam
pengalaman nyeri dan sampaikan (misalnya,farmakologi,
penerimaan pasien terhadap nyeri nonfarmakologi,
 Gali pengetahuan dan interpersonal) untuk
kepercayaan pasien mengenai memfasilitasi penurunan
nyeri nyeri, sesuai dengan
 Perhatikan pengaruh budaya kebutuhan
terhadap respon nyeri  Ajarkan prinsip-prinsip
 Tentukan akibat dari pengalaman manajemen nyeri
nyeri terhadap kualitashidup  Pertmbangkan tipe dan
pasien (misalnya, tidur, nafsu sumber nyeri ketika memilih
makan, pengertian, perasaan , strategi penurunn nyeri

11
hubungan peforma kerja, dan  Dorong pasien untuk
tanggung jawab peran) memonitor nyeri dan
 Gali bersama pasien faktor-faktor menangani nyerinya dengan
yang dapat menurunkan atau tepat
memperberat nyeri  Ajarkan penggunaan teknik
 Evalasi pengalaman nyeri nonfarmakologi (seperti,
dimasalaluyang meliputi riwayat biofeed back. TENS,
nyeri kronik individu atau hypnosis, relaksasi,
keluarga atau nyeri yang bimbingan antisipasif, terapi
menyebabkan music, terapi bermain,, terapi
disability/ketidakmampuan/kecac aktifitas, akupressur, aplikasi
atan, dengan tepat panas/dingin dan pijatan,
 Evaluasi bersama pasien dan tim sebelum , sesudah dan jika
kesehatan lain mengenai memungkinkan , ketika
efektivitas tindakan pengontrolan melakukan aktifitas yang
nyer yang pernah di lakukan menimbulkan nyeri, sebelum
sebelumnya nyeri terjadi atau meningkat
 Bantu keluarga dalam mencari dan bersamaan dengan
dan menyediakan dukungan tindakan penurunan rasa nyeri
 Gunakan metode penilaian yang lainnya)
sesuai dengan tahapan  Gali penggunaan metode
perkembangan yang farmakologi yang di pakai
memungkinkan untuk pasien saat ini untuk
meonitoring perubahan nyeri yang menurunkan nyeri
akan dapat membantu  Ajarkan metodefarmakologi
mengidentifikasi faktor pencetus untuk menurunkan nyeri
actual dan potensial (missal,  Dorong pasien menggunakan
catatan perkembangan dan catatan obat-oobatan penurun nyeri
harian) yang adekuat
 Tentukan kebutuhan frekuensi  Kolaborasi dengan pasien,
untuk melakukan pengkajian orang terdekat dan tim
ketidaknyamanan pasien dan kesehatan lainnya untuk
mengimplementasikan rencana memilih dan
monitor mengimplementasikan
 Berikan informasi mengenai nyeri tindakan penurunan nyeri
, seperti penyebab nyeri, berapa nonfarmakologi sesuai

12
lama nyeri akan dirasakan , dan kebutuhan
antisipasi dari ketidak-nyamanan  Beriakn individu penurun
akibat prosedur nyeri yang optimal dengan
 Kendalikan faktor lingkungan peresepan analgesic
yang dapat mempengaaruhi  Implementasikan penggunaan
respon pasien terhadap pasien – -terkontrol analgesic
ketidaknyamanan (misalnya, (PCA), jika sesuai
suhu, ruangan , pencaahayaan,  Gunakan tindakan pengontrol
suara bising) nyeri sebelum nyeri
 Informasikan tim kesehatan lain bertambah berat
atau anggota keluarga mengenai  Berikan obat sebelum
strategi nonfarmakologi yang melakukan aktivitas untuk
sedang di gunakan untuk meningkatkan partisipasi,
mendorong pendekatan preventif namun (lakukan) evaluasi
terkait dengan manajemen nyeri (mengenai) bahaya dari sedasi
 Gunakan pendekata multi disiplin  Pastikan pemberian analgesic
untu manajemen nyeri , jika dan atau strategi
sesuai nonfarmakologi sebelum
 Pertimbangkan untuk merujuk dilakukan prosedur yang
pasien keluarga dan orang menimbulkan nyeri
terdekat pada kelompok  Periksa tingkat ketidak
pendukung dan sumber-sumber nyamanan bersama pasien ,
lainnya sesuai kebutuhan catat perubahan pada catatan
 Berikan informasi yang akurat medis pasien , informasikan
untuk meningkatkan pengetahun petugas kesehatan lain yang
dn respon keluarga terhadap merawat pasien
pengalaman nyeri  Evaluasi keefektifan dan dari
 Libatkan keluarga dalam tindakan pengontol nyeri yang
modalitas penurunan nyeri, jika di pakai selama pengkajian
memungkinkan nyeri dilakukan
 Monitor kepuasan pasien terhadap  Mulai dan modifikasi tindakan
manajeman nyeri dalam interval pengontrolan nyeri
yang spesifik berdasarkan respon pasien
 Dukung istirahaat atau tidur
yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri

13
 Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
 Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman
nyer sebelum nya

NIC

Pemberian analgesik (Kode : 2210)

Definisi : Penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

Aktivitas-aktivitas:  Berikan analgesik tambahan dan/atau


pengobatan jika diperlu kan untuk
 Tentukan lokasi, karakteristik, meningkatkan efek pengurangan nyeri
kualitas dan keparahan nyeri sebelum  Pertimbangkan penggunaan infus
mengobati pasien terus-menerus, baik sendiri atau
 Cek perintah pengobatan meliputi digabungkan dengan opioid bolus,
obat, dosis, dan frekuensi obat untuk mempertahan kan level serum
analgesik yang diresepkan  Jalankan tindakan keselamatan pada
 Cek adanya riwayat alergi obat pasien yang menerima analgesik
 Evaluasi kemampuan pasien untuk narkotika, sesuai kebutuhan
berperan serta dalam pemilihan  Mintakan pengobatan nyeri PRN
analgetik, rute dan dosis dan sebelum nyeri menjadi parah
keterlibatan pasien, sesuai kebutuhan  lnformasikan pasien yang
 Pilih analgesik atau kombinasi mendapatkan narkotika bahwa rasa
analgesik yang sesuai ketika lebih mengantuk kadang terjadi selama 2-3
dari satu diberikan hari pertama pemberian dan
 Tentukan pilihan obat analgesik selanjutnya akan menghilang
(narkotik, non narkotik, atau  Perbaiki kesalahan pengertian/mitos
NSAID), berdasarkan tipe dan yang dimiliki pasien dan anggota
keparahan nyeri keluarga yang mungkin keliru tentang
 Tentukan analgesik sebelumnya, rute analgesik
pemberian, dan dosis untuk mencapai  Evaluasi keefektifan analgesik dengan
hasil pengurangan nyeri yang optimal interval yang teratur pada setiap
 Pilih rute intravena daripada rute setelah pemberian khususnya setelah
intramuskular, untuk injeksi pemberian pertama kali, juga
pengobatan nyeri yang se jika observasi adanya tanda dan gejala
memungkinkan efek samping (misalnya, depresi
 Tinggalkan narkotik dan obat-obat pernafasan, mual dan muntah,mulut
lain yang dibatasi, sesuai dengan kering dan konstipasi)
aturan rumah sakit  Dokumentasikan respon terhadap
 Monitor tanda vital sebelum dan analgesik dan adanya efek samping
setelah memberikan analgesik

14
narkotik pada pemberian dosis  Evaluasi dan dokumentasikan tingkat
pertama kali atau jika ditemu- kan sedasi dari pasien yang menerima
tanda-tanda yang tidak biasanya opioid
 Berikan kebutuhan kenyamanan dan  Lakukan tindakan-tindakan untuk
aktivitas lain yang dapat membantu menurunkan efek samping analgesik
relaksasi untuk memfasilitasi (misalnya, konstipasi dan iritasi
penurunan nyeri lambung)
 Berikan analgesik sesuai waktu  Kolaborasikan dengan dokter apakah
paruhnya, terutama pada nyeri yang obat, dosis, rute pem berian, atau
berat perubahan interval dibutuhkan, buat
 Susun harapan yang positif mengenai rekomendasi khusus berdasarkan
keefektifan analgesik untuk prinsip analgesik
mengoptimalkan respon pasien  Ajarkan tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk menurunkan
efek samping, dan harapan terkait
dengan keterlibatan dalam keputusan
pengurangan nyeri

NIC

Manajemen Sedasi 2260

Definisi : Pemberian sedatif, pemantauan respon klien dan pemberian dukungan


psikologis selama prosedur terapi dan diagnostic

Aktivitas-aktivitas:  Pastikan peralatan resusitasi gawat


darurat tersedia ditempat, khususnya
 Review riwayat kesehatan klien dan sumber pemberian oksigen 100%,
hasil pemeriksaan diag- nostik untuk obat-obatan kegawat daruratan dan
mempertimbangkan apakah klien defibrillator
memenuhi kri-teria untuk dilakukan  Berikan obat-obatan sesuai protokol
pembiusan parsial cleh perawat yang yang diresepkan dokter, titrasi dengan
telah teregistrasi hati hati sesuai dengan respon klien
 Tanyakan klien atau keluarga  Monitor tingkat kesadaran dan tanda-
mengenai pengalaman parsial tanda vital klien, saturasi oksigen dan
sebelumnya EKG sesuai dengan panduan protokol
 Periksa alergi terhadap obat  Monitor klien mengenai efek lanjut
 Pertimbangkan intake cairan dan obat termasuk agitasi, depresi
intake terakhir makan pernafasan, hipotensi, mengantuk
 Review obat-obatan lain yang berlebihan, hipok- semia, aritmia,
dikonsumsi klien dan verivikasi ada apnea, atau eksaserbasi dari kondisi
tidaknya kontraindikasi terhadap sebelumnya
pembiusan  Pastikan ketersediaan dan pemberian
 Instruksikan klien dan/atau keluarga antagonis sesuai dengan prosedur
mengenai efek pembiusan protokol dan di resep kan dokter
 Dapatkan persetujuan tertulis dengan benar
Evaluasi tingkat kesadaran klien dan  Pertimbangakan jika pasien
reflexs protektif sebelum pembiusan memenuhi persyaratan untuk
 Dapatkan data tanda-tanda vital, dipulangkan atau di pindahkan sesuai

15
saturasi oksigen, EKG, tinggi dan dengan prosedur protokol
berat badan  Dokumentasikan ti dakan dan respon
 Inisiasi pemasangan infus klien sesuai prosedur
 Berikan instruksi kepulangan secara
tertulis sesuai prosedur

NIC

Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesic 2400

Definisi : Memfasilitasi proses pemberian dan regulasi dalam hal pemberian


analgesik terkontrol

Aktivitas-aktivitas:  Bantu pasien dan keluarga untuk


mengatur interval peng hentian yang
 Berkolaborasi dengan dokter, pasien tepat pada alat PCA
dan anggota keluarga dalam memilih  Bantu pasien dan keluarga untuk
jenis narkotik yang akan digunakan mengatur dosis tepat yang dibutuhkan
 Rekomendasikan pemberian aspirin pada alat PCA
dan obat-obat anti-infla- masi  Konsultasikan dengan pasien,
nonsteroid sebagai pengganti anggota keluarga dan dokter untuk
narkotik, sesuai kebutuhan menyesuaikan interval penghentian,
 Rekomendasikan penghentian laju dasar dan dosis yang dibutuhkan
pemberian opioid melalui jalur lain sesuai dengan respon pasien
 Hindari penggunaan meperidine  Instruksikan pasien bagaimana
hydrochloride (Demerol) meningkatkan atau menurun kan
 Pastikan bahwa pasien tidak alergi titrasi dosis, sesuai dengan laju
terhadap analgesik yang akan pernapasan, intensitas dan kualitas
diberikan nyeri dan
 Instruksikan pasien dan keluarga  Instruksikan pasien dan anggota
untuk memonitor intensitas, kualitas keluarga terkait reaksi efek samping
dan durasi nyeri dari agen pengurang rasa nyeri
 Instruksikan pasien dan keluarga  Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah
untuk memonitor laju per-napasan dan frekuensi dosis obat dan respon
dan tekanan darah terhadap pengobatan nyeri dalam
 Pasang akses nasogastrik, vena, catatan per kembangannya
subkutan atau spiral, sesuai  Monitor ketat ada tidaknya depresi
kebutuhan pernapasan pada pasien yang berisiko
 Validasi bahwa pasien dapat (misalnya., usia lebih dari 70 tahun;
menggunakan alat PCA (misalnya, riwayat henti napas saat tidur
mampu berkomunikasi, memahami penggunaan bersama PCA dengan
penjelasan dan mengikuti arahan ) agen penekan fungsi sistem saraf
 Kolaborasi dengan pasien dan pusat, obesitas, pembedahan abdo-
keluarga untuk memilih tipe alat men bagian atas atau pembedahan
infus PCA yang sesuai thor pemberian bolus PCA lebih dari
 Instruksikan pasien dan anggota 1 mg; riwayat kerusakan ginjal, hati,
keluarga mengenai bagaimana cara paru paru dan jantung)
menggunakan alat PCA  Rekomendasikan rejimen bowel
 Bantu pasien dan keluarga untuk untuk menghindari konstipasi

16
menghitung konsentrasi yang tepat  Konsultasikan dengan ahli nyeri di
antara obat dan cairan, menetapkan klinik bagi pasien yang mengalami
jumlah cairan yang mengalir setiap kesulitan dalam mencapai
jam melalui alat PCA pengontrolan nyeri
 Bantu pasien bolus analgesik yang
tepat
 Instruksikan pasien dan keluarga
untuk mengatur laju dasar infus yang
tepat pada alat PCA

2.6 OBAT-OBAT ANTI TUBERKULOSIS

a. Isoniazid (INH)

Dosis: 5 mg / Kg BB, PO

Efek Samping periferal neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitas.

b. Etambutol Hidroklorida (EMB)

Dosis: Dewasa 15 mg / Kg BB PO, untuk pengobatan ulang mulai dengan


25 mg/Kg BB perhari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg /
Kg BB / hari.

Anak 6-12 tahun: 10-15 mg / Kg BB / hari

Efek samping: optik neuritis (dapat sampai menjadi buta) dan skin rash.

c. Rifampin/Rifampisin (RFP)

Dosis: 10 mg / Kg BB/hari PO.

Efek samping : hepatitis, reaksi demam, purpura, nauseamual, dan vomiting.

d. Pyrazinamide (PZA)

Dosis: 15-30 mg / Kg BB PO.

Efek samping : diperurikemia, hepatotoksisitas, skin rash, arthralgia, dan


distress gastrointestinal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta :


Mocomedia

Herdman T.Heather. 2015. Diagnosa Keprawatan. Jakarta : EGC

Moorhead. 2016. Nursimg Outcome Classification (NOC). Yogyakarta :


Mocomedia

Somantri Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai