1.1 DEFINISI
1.2 ETIOLOGI
1.3 PATOFISIOLOGI
1
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi
masa jaringan fibrosa. Bagian dari masa tersebut disebut gon tubercle. Materi
yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotin yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakkannya seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi yang akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi non aktif.
Selain infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit
akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.
Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa didalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
akan menimbulkan respons berbeda, kemudian pada akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
2
kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang / kavitas
pada paru-paru).
B. Riwayat kesehatan
C. Pemeriksaan fisik
3
D. Pemeriksaan tambahan
E. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
b. Pencegahan
c. Pemberian obat-obatan :
a) OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
b) Bronkodilator
c) Ekspektoran
4
d) OBH (Obat Batu Hitam)
e) Vitamin
5
041012 Kemampuan untuk mengeluarkan secret
041002 Ansietas
041011 Ketakutan
041003 Tersedak
041007 Suara nafas tambahan
041013 Pernafasan cuping hidung
041014 Mendesah
041015 Dipsnea saat istirahat
041016 Dipsnea dengan aktivitas ringan
041018 Penggunaaan otot bantu nafas
041019 Batuk
041020 Akumulasi sputum
041021 Respirasi agonal
NIC
6
kincir, peluit, harmonika, balon, sesak nafas
meniup layaknya pesta; buat Monitor status pernafasan dan
lomba meniup dengan bola ping oksigenasi,sebagaimana
pong, meniup bulu) mestinya
Instruksikan bagaimana agar
bisa melakukan batuk efektif
NIC
7
Monitor suara nafas tambahan katan tekanan inspirasi dan
seperti ngorok atau mengi penurunan volume tidal
Monitor pola nafas (misalnya., Monitor peningkatan kelelahan,
bradipneu, takipneu, kecemasan dan kekurangan
hiperventilasi, pernafasan udara pada pasien
kusmaul, pernafasan 1:1, Catat perubahan pada saturasi
apneustik, res- pirasi biot, dan O, volume tidal akhir CO, dan
pola ataxic perubahan nilai analisa gas
Monitor saturasi oksigen pada darah dengan tepat
pasien yang tersedasi (seperti, Monitor kemampuan batuk
Sao Svoa, SpO2) sesuai dengan efektif pasien
protokol yang ada Catat onset, karakteristik, dan
Pasang sensor pemantauan lamanya batuk
oksigen non-invasif (misalnya, Monitor sekresi pernafasan
pasang alat pada jari, hidung, pasien
dan dahi) dengan mengatur Monitor secara ketat pasien-
alarm pada pasien berisiko pasien yang berisiko tinggi
tinggi (misalnya., pasien yang meng- alami gangguan respirasi
obesitas, melaporkan pernah (misalnya, pasien dengan terapi
mengalami apnea saat tidur, opioid, bayi baru lahir, pasien
mempunyai riwayat penyakit dengan ventilasi mekanik,
dengan terapi oksigen menetap, pasien dengan luka bakar di
usia ekstrim) sesuai dengan wajah dan dada, gangguan
prosedur tetap yang ada neuromuskular)
Palpasi kesimetrisan ekspansi Monitor keluhan sesak nafas
paru pasien, termasuk kegiatan yang
Perkusi torak anterior dan meningkatkan atau
posterior, dari apeks ke basis memperburuk sesak nafas
paru, kanan dan kiri tersebut
Catat lokasi trakea Monitor suara ser dan
Monitor kel otot-otot diapragma perubahan suara tersebut setiap
dengan pergerakan parasoksikal jam pada pasien luka bakar
Auskultasi suara nafas, catat Monitor suara krepitasi pada
area dimana terjadi penurunan pasien
atau tidak adanya ventilasi dan Monitor hasil foto thoraks
keberadaan suara nafas Buka jalan nafas dengan
tambahan menggunakan maneuver chin
Kaji perlunya penyedotan pada lift atau jaw thrust, dengan tepat
jalan nafas dengan auskultasi Posisikan pasien miring ke
suara nafas ronki di paru samping, sesuai indikasi untuk
Auskultasi suara nafas setelah mencegah aspirasi, lakukan
tindakan, untuk dicatat teknik log roll, jika pasien
Berikan bantuan resusitasi jika diduga mengalami cedera leher
diperlukan Berikan bantuan terapi nafas
jika diperlukan (misalnya,
nebulizer)
8
Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut b.d Agen cedera biologis (infeksi)
9
[CO2))
Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Putus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
NOC
10
210228 Intoleransi makanan
210210 Frekuensi nafas
210211 Denyut jantung apical
210220 Denyut nadi radikal
210212 Tekanan darah
210214 Berkeringat
NIC
11
hubungan peforma kerja, dan Dorong pasien untuk
tanggung jawab peran) memonitor nyeri dan
Gali bersama pasien faktor-faktor menangani nyerinya dengan
yang dapat menurunkan atau tepat
memperberat nyeri Ajarkan penggunaan teknik
Evalasi pengalaman nyeri nonfarmakologi (seperti,
dimasalaluyang meliputi riwayat biofeed back. TENS,
nyeri kronik individu atau hypnosis, relaksasi,
keluarga atau nyeri yang bimbingan antisipasif, terapi
menyebabkan music, terapi bermain,, terapi
disability/ketidakmampuan/kecac aktifitas, akupressur, aplikasi
atan, dengan tepat panas/dingin dan pijatan,
Evaluasi bersama pasien dan tim sebelum , sesudah dan jika
kesehatan lain mengenai memungkinkan , ketika
efektivitas tindakan pengontrolan melakukan aktifitas yang
nyer yang pernah di lakukan menimbulkan nyeri, sebelum
sebelumnya nyeri terjadi atau meningkat
Bantu keluarga dalam mencari dan bersamaan dengan
dan menyediakan dukungan tindakan penurunan rasa nyeri
Gunakan metode penilaian yang lainnya)
sesuai dengan tahapan Gali penggunaan metode
perkembangan yang farmakologi yang di pakai
memungkinkan untuk pasien saat ini untuk
meonitoring perubahan nyeri yang menurunkan nyeri
akan dapat membantu Ajarkan metodefarmakologi
mengidentifikasi faktor pencetus untuk menurunkan nyeri
actual dan potensial (missal, Dorong pasien menggunakan
catatan perkembangan dan catatan obat-oobatan penurun nyeri
harian) yang adekuat
Tentukan kebutuhan frekuensi Kolaborasi dengan pasien,
untuk melakukan pengkajian orang terdekat dan tim
ketidaknyamanan pasien dan kesehatan lainnya untuk
mengimplementasikan rencana memilih dan
monitor mengimplementasikan
Berikan informasi mengenai nyeri tindakan penurunan nyeri
, seperti penyebab nyeri, berapa nonfarmakologi sesuai
12
lama nyeri akan dirasakan , dan kebutuhan
antisipasi dari ketidak-nyamanan Beriakn individu penurun
akibat prosedur nyeri yang optimal dengan
Kendalikan faktor lingkungan peresepan analgesic
yang dapat mempengaaruhi Implementasikan penggunaan
respon pasien terhadap pasien – -terkontrol analgesic
ketidaknyamanan (misalnya, (PCA), jika sesuai
suhu, ruangan , pencaahayaan, Gunakan tindakan pengontrol
suara bising) nyeri sebelum nyeri
Informasikan tim kesehatan lain bertambah berat
atau anggota keluarga mengenai Berikan obat sebelum
strategi nonfarmakologi yang melakukan aktivitas untuk
sedang di gunakan untuk meningkatkan partisipasi,
mendorong pendekatan preventif namun (lakukan) evaluasi
terkait dengan manajemen nyeri (mengenai) bahaya dari sedasi
Gunakan pendekata multi disiplin Pastikan pemberian analgesic
untu manajemen nyeri , jika dan atau strategi
sesuai nonfarmakologi sebelum
Pertimbangkan untuk merujuk dilakukan prosedur yang
pasien keluarga dan orang menimbulkan nyeri
terdekat pada kelompok Periksa tingkat ketidak
pendukung dan sumber-sumber nyamanan bersama pasien ,
lainnya sesuai kebutuhan catat perubahan pada catatan
Berikan informasi yang akurat medis pasien , informasikan
untuk meningkatkan pengetahun petugas kesehatan lain yang
dn respon keluarga terhadap merawat pasien
pengalaman nyeri Evaluasi keefektifan dan dari
Libatkan keluarga dalam tindakan pengontol nyeri yang
modalitas penurunan nyeri, jika di pakai selama pengkajian
memungkinkan nyeri dilakukan
Monitor kepuasan pasien terhadap Mulai dan modifikasi tindakan
manajeman nyeri dalam interval pengontrolan nyeri
yang spesifik berdasarkan respon pasien
Dukung istirahaat atau tidur
yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
13
Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman
nyer sebelum nya
NIC
14
narkotik pada pemberian dosis Evaluasi dan dokumentasikan tingkat
pertama kali atau jika ditemu- kan sedasi dari pasien yang menerima
tanda-tanda yang tidak biasanya opioid
Berikan kebutuhan kenyamanan dan Lakukan tindakan-tindakan untuk
aktivitas lain yang dapat membantu menurunkan efek samping analgesik
relaksasi untuk memfasilitasi (misalnya, konstipasi dan iritasi
penurunan nyeri lambung)
Berikan analgesik sesuai waktu Kolaborasikan dengan dokter apakah
paruhnya, terutama pada nyeri yang obat, dosis, rute pem berian, atau
berat perubahan interval dibutuhkan, buat
Susun harapan yang positif mengenai rekomendasi khusus berdasarkan
keefektifan analgesik untuk prinsip analgesik
mengoptimalkan respon pasien Ajarkan tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk menurunkan
efek samping, dan harapan terkait
dengan keterlibatan dalam keputusan
pengurangan nyeri
NIC
15
saturasi oksigen, EKG, tinggi dan dengan prosedur protokol
berat badan Dokumentasikan ti dakan dan respon
Inisiasi pemasangan infus klien sesuai prosedur
Berikan instruksi kepulangan secara
tertulis sesuai prosedur
NIC
16
menghitung konsentrasi yang tepat Konsultasikan dengan ahli nyeri di
antara obat dan cairan, menetapkan klinik bagi pasien yang mengalami
jumlah cairan yang mengalir setiap kesulitan dalam mencapai
jam melalui alat PCA pengontrolan nyeri
Bantu pasien bolus analgesik yang
tepat
Instruksikan pasien dan keluarga
untuk mengatur laju dasar infus yang
tepat pada alat PCA
a. Isoniazid (INH)
Dosis: 5 mg / Kg BB, PO
Efek samping: optik neuritis (dapat sampai menjadi buta) dan skin rash.
c. Rifampin/Rifampisin (RFP)
d. Pyrazinamide (PZA)
17
DAFTAR PUSTAKA
18