Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO

Seorang laki – laki 25 tahun, mahasiswa kedokteran, datang ke dokter


pembimbingnya untuk menyampaikan kalau ia tidak dapat mengikuti kegiatan di RS
karena sakit sekaligus untuk konsultasi tentang penyakitnya. Ia mengeluh batuk
berdahak yang hebat warna mukoid, kadang kuning, pilek dan disertai demam yang
hilang timbul dialaminya sudah 10 hari. Selain itu ia juga mengeluh sakit kepala
terutama pagi hari, myalgia, anoreksia, dan kadang-kadang diare. Suhunya mencapai
38, 5˚C, denyut nadi 100X/menit, tensi 115/70 mmHg, dan pernapasannya 20X/menit.
Sebelumnya ia juga pernah menderita batuk dan beringus tapi sudah agak baikan
setelah minum obat antitusif dan antibiotic. Ini dialaminya 1 bulan sebelum sakit yang
sekarang dideritanya.

KATA SULIT

1. Anorexia : Hilangnya selerah makan

2. Antibiotic : Substansi kimiawi yang di hasilkan oleh suatu organisme , yang


mampunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikro organism lain .

3. Antitussive : Agen yang menekan batuk

4. Diaerrhea : Pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal ,


dengan keadaan faces yang encer

5. Myalgia : Nyeri otot

6. Mucoid : lendir terdiri dari sekresi kelenjar berbagai garam , sel yang
berdaskumai dan lekosit
KATA KUNCI
1) Laki-laki 25 tahun
2) Batuk berdahak hebat, warna mukoid kadang warna kuning
3) Demam hilang timbul 2 minggu lalu
4) Mengeluh nyeri kepala, myalgia, anoreksia, kadang-kadang diare
5) Tanda vital :
 Suhu 38oC : Demam
 Nadi 100x permenit : normal
 TD 115/70 mmHg : normal
 RR 20x permenit : normal
6) Riwayat batuk beringus sebelumnya
7) minum obat antitusif dan antibiotik

RUMUSAN MASALAH

1. Anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan


2. Patomekanisme dari tiap gejala
o Demam
o Batuk berdahak
o Sakit kepala
o Myalgia
o Diare
3. Deferensial Diagnosis
Jawaban Pertanyaan
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
 Anatomi

Anatomi sistem pernapasan diawali dari Cavum nasi. Cavum nasi


terbagi Nostril dan choanae di bagian anterior dan Nasofaring dibagian
posterior. Selanjutnya adalah faring, Faring terbagi atas 3 yaitu Oropharynx,
Nasopharnyx, dan Laryongpharynx. Kemudian terdapat Larynx yang terdiri dari
2 jenis kartilago, yaitu kartilago tunggal (Thyroidea, cricoidea, epiglottica) dan
kartilago berpasangan (Arytenoidea,corniculata dan cuneiforme), epiglottis di
laring berfungsi untuk menutup saluran nafas ketika makan sehingga makanan
tidak masuk ke saluran nafas, pada larynx juga terdapat plica vocalis dan plica
vestibularis yang akan menghasilkan suara.
Setelah itu, terdapat trakea yang terbentuk dari kartilago hyalin dan
memiliki cincin yang berbentuk seperti tapal kuda, bertujuan agar cincin tidak
menghambat kerja esofagus yang berada dibagian dorsal dari trakea. Lalu di
bagian caudal, terdapat bronkus yang sebelumnya dipercabangkan dari
bifurcatio tracheae. Bronkus terdiri atas Bronkus principalis sebagai bronkus
utama dan bronkus lobaris yang mempercabangkan bronkus segmentalis.
Bronkus terbagi atas dextra dan sinistra, dimana bagian dextra lebih pendek dan
vertikal sedangkan bagian sinistra lebih panjang dengan diameter yang lebih
kecil. Kemudian terdapat paru yang dipisahkan oleh dinding thiorax dengan
cavum pleura. Paru terdiri atas pulmo dextra dan sinistra. Pulmo dextra terbagi
dari 3 lobus (superior, medius, inferior) yang dipisahkan oleh fissura obliqua
dan fissura transversa sedangkan Pulmo sinistra terbagi dari 2 lobus (superior
dan inferior) yang hanya dipisahkan oleh fissura transversa.

 Fisiologi

Respirasi terdiri atas 2 yaitu Respirasi eksternal dan respirasi internal.


- Respirasi eksternal
Sistem pertukaran O2 dan CO2 diawali dari proses ventilasi dimana O2
masuk dari atmosfer ke kantung udara alveolus paru, setelah itu terjadi
proses difusi dimana O2 dan CO2 ditukarkan melalui darah ke kapiler
pulmonal yang terdapat di dalam kantung udara. Selanjutnya, terjadi proses
perfusi dimana Darah mengangkut O2 dan CO2 dari paru ke jaringan tubuh.
Kemudian terjdi proses regulasi, dimana O2 dan CO2 tadi dibawa dari
jaringan ke kapiler sistemik.

- Respirasi internal
Hasil transpor atau proses regulasi pada respirasi eksternal diolah melalui
proses metabolisme sel yang kemudian akan menghasilkan CO2 sebagai
produk.

PATOMEKANISME TIAP GEJALA


 DEMAM
Ditandai dengan adanya benda asing yaitu bakteri yang masuk di dalam
tubuh seseorang sehingga menyebabkan infeksi atau peradangan, bakteri
tersebut dimakan oleh makrofag dimana makrofag akan melepaskan pirogen
endogen dari bakteri tersebut dan akan dikirimkan di hipotalamus tepatnya di
prostaglandin, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus. Secara
spesifik hipotalamus akan memicu respon dingin seperti mengigil agar
meningkatkan produksi panas dan mendorong vasokonstriksi kulit untuk
mengurangi pengeluaran panas. Sehingga kedua tindakan tersebut
meningkatkan suhu tubuh ketika patokan baru sehingga terjadilah demam

 BATUK
biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, Ketika terjadinya
paparan atau infeksi virus tb yang akan menyerang saluran pernafasan maka
nervus vagus akan memberi sinyal atau informasi ke medulla oblongata bahwa
adanya benda asing yang menyerang saluran pernafasan, dari sini medulla
oblongata akan memberi perintah untuk membuat batuk melalui jalur afferen
fathway melalui nervus vagus dan nervus perinicus ke medulla spinalis bagian
anterior, tugasnya disini adalah untuk menggerakkan otot ekspirasi untuk
mengeluarkan batuk.

 SAKIT KEPALA

karena vasodilatasi pembuluh darah otak. Vasodilatasi ini sendiri terjadi


akibat adanya obstruksi saluran napas oleh dahak yang terakumulasi selama
malam hari. Obstruksi ini mengakibatkan tubuh kekurangan O2. Karena tubuh
terutama otak sangat membutuhkan O2, sebagai kompensasinya pembuluh
darah otak mengalami vasodilatasi untuk meningkatkan dsitribusi O2. Namun
hal ini berakibat pada penekanan reseptor nyeri sehingga timbul sakit kepala.

Obstruksi saluran Tubuh kekurangan


napas akibat O2
akumulasi dahak

Demam Vasodilatasi

Penekanan reseptor
nyeri

Sakit kepala
 MYALGIA

Pada saat otot mau bekerja, otot membutuhkan energi. Yaitu melalui dari
respirasi aerob (perubahan glikogen menjadi ATP dengan menggunakan bahan
bakar O2. Disaat otot bekerja dengan berlebihan, akhirnya respirasi aerob tidak
dapat memenuhi kebutuhan energi dari otot dan tubuh berusaha mencari cara
lain dengan respirasi anerob dimana di respirasi anaerob ini tidak membutuhkan
O2 sebagai bahan bakarnya, tetapi asam laktat. Asam laktat akan diubah menjadi
ATP dalam mitokondria. Dengan bekerjanya respirasi anaerob ini, asam laktat
akan lebih banyak terhasilkan dibandingkan O2. Dengan meningkatnya ATP,
meningkatnya ion H+, asam laktat akan menumpuk dan nosiseptor (reseptor
nyeri) pada otot akan lebih sensitif. Semakin sensitif nosiseptor, semakin nyeri
terasa. nosiseptor pada ATP (P2X3 reseptor molekul) dan pada ion H+ (TRPV1)

.
 DIARE
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan
villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi
air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.

DIAGNOSIS BANDING
TB PARU

a. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu pentakit infeksi yang sudah sangat lama
dikenal manusia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan bakteri mycobakterium tuberculosis, yang dapat menyerang
berbagai organ terutama pariu-paru. Penyakit ini bila tidak diobati dapat
menimbulkan komlikasi berbahaya hingga kematian.

b. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois.
Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan
bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,
tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang
tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini
agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan
asam (BTA). Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan
dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan
yang lembab dan gelap bisa sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak
tahan atau dapat mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran udara
c. Epidemiologi
 Epidemiologi global

TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih


kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium. Pada tahun 1998 ada
3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia. Sebagian besar dari kasus TB
ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi dinegara negara yang berkembang.

 Epidemiologi TB diindonesia

Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi didunia


setelah china dan india. Pada tahun 1988 diperkirakan TB di china, india, dan
indonesia berturut-turut 1.828.000, 1,414.000, dan 519.000 kasus. Perkiraan
kejadian BTA di sputum yang positif di indonesia adalah 266.000 tahun 1998.

d. Faktor resiko
 kemiskinan berbagai penduduk,tidak hanya pada negara yang
berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu dinegara
maju.
 adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia
dan perubahan dari struktur usia manusia yang hidup.
 perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi.
 terlantar dan kurangnya biaya untuk obat
e. Patomekanisme
Penularan tuberkulosis paru terjadi kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas 1-2 jam. Bila partikel ini dihisap oleh orang sehat, ia
akan menempel pada saluran pernapasan. Bakteri dapat masuk ke alveolar. Kuman
akan dihadapi pertama kali oleh netrofil, kemudia baru oleh makrofag. Kebanyakan
bakteri ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap
dijaringan paru, berkembang biak dalam sito-plasma makrofag. Disini ia dapat
terbawa masuk keorgan tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dijaringan paru akan
berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer. Sarang
ini dapat terjadi disetiap jaringan paru. Bila menjalar sampai kepleura , maka
terjadinya efusi pleura. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran
keseluruh paru menjadi TB milier.

Gejala

A. Gejala respiratprik
- Batuk  3 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
B. Gejala sistemik
- Demam - anoreksia
- Malaise - bb menurun
- Keringat malam

Pemeriksaan Penunjag

A. Pemeriksaan darah (LED, Limfosit)


B. Pemeriksaan serologi (ELISA, Mycodot, Uji PAP)
C. Pemeriksaan cairan pleura (Uji Rivalta +, Limfosit dominan)
D. Pemeriksaan PCR, RFLP
E. Histopatologi Jaringan
F. Uji Tuberkulin
PENATALAKSNAAN
Pemberian OAT sesuai kategori pasien

 I = kasus baru
 II = kambuh, gagal terapi atau putus obat
 III = kasus baru dahak (dengan kelainan parenkim) atau kasus TB
ekstrapulmonal
 IV kasus Kronik

PENCEGAHAN
 Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
 Membudayakan perilaku etika berbatuk
 Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat
 Peningkatan daya tahan tubuh
 Penanganan penyakit penyerta TBC
 Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di fasilitas pelayanan
kesehatan, dan diluar fasilitas pelayanan kesehatan
KOMPLIKASI
TB ekstrapulmonal seperti :

 TB saluran pernapasan atas


 TB meningitis
 TB perikardium
 TB KGB
 TB spondilitis
 TB gagal ginjal dan saluran kencing
 TB gastrointestinal
 TB Mata
 TB kulit
PROGNOSIS
Prognosis TB paru tergantung diagnosis dini dan pengobatan. TB
ekstrapulmonal memiliki prognosis yang lebih buruk.
PNEUMONIA

Defenisi

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mecakup bronkiolus respiratorius & alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru & gangguan pertukaran gas setempat. Yang
disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur & parasit).
bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, maka proses peradangan akan terus
berlanjut & menimbulkan berbagai komplikasi.

Etiologi

Penyebab pneumonia bermacam-macam yaitu bakteri, virus, fungi, alergi,


aspirasi, hypostatic pneumonia. Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh
pneumococcus, staphylococcus, H. Influenzae, mycobacterium tuberculosis, klebsiella
& E. Coli.

Epidemiologi

1) 1 Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian & kecacatan


yang tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek
umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di
masyarakat atau di dalam RS/Pusat perawatan. Penumaonia yang
merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim paru yang
serius dijumpai sekitar 15%-20%
Patogenesis dan Penularan Pneumonia

Mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi. Umumnya


mikroorganisme yang terdapat di saluran nafas bagian atas sama dengan di saluran
nafas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian ditemukan jenis
mikroorganisme yang berbeda. Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru
mengalami gangguan sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian
bawah. Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk
transmisi primer yaitu aspirasi secret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah
berkolonisasi pada orofaring, infeksi aerosol yang infeksius dan penyebaran hematogen
dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara
tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih
jarang terjadi

Menurut WHO (2010), pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara. Virus
dan bakteri biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak yang dapat
menginfeksi paru-paru jika dihirup. Virus juga dapat menyebar melalui droplet udara
lewat batuk atau bersin. Selain itu, radang paru-paru bias menyebar melalui darah,
terutama selama dan segera setelah lahir.

Faktor Risiko

- Malnutrisi
- Merokok
- Infeksi saluran nafas akut
- Faktor lingkungan
- Faktor perilaku
Gejala Klinis

Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum


kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil, disertai
nafas yang pendek, nyeri dada seperti pada pleuritis, nyeri tajam atau seperti
ditusuk, salah satu nyeri atau kesulitan bernafas dalam batuk. Orang dengan
pneumonia batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab.

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan radiologi
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronkhogram (air space disease) misalnya oleh streptococcus
pneumonia, bronkopneumoniae (segimental disease) oleh antara lain
staphylococcus virus atau mikroplasma dan pneumonia intertisial
(intertisial disease) oleh virus dan mikroplasma
 Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri : leukosit
normal atau rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus atau mioplasma
atau pada infeksi berat. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas
 Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum darah, aspirasi nasotrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi atau biopsy
 Pemeriksaan khusus
Titer antibody terhadap infeksi virus, legionella dan mikroplasma.
Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan oksigen
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab sesuai


yang di tentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencakup:

 Antibiotic, terutama untuk pneumoniae bakterialis. Pneumonia lain


dapat diobati dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri
sekunder
 Istrahat
 Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
 Teknik-teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus
dan mengurangi resiko atelectasis

Juga diberikan obat-obatan lain yang spesifik untuk mikro-organisme


yang di identifikasi dari biakan sputum.

Komplikasi

Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner misalnya pada pneumonia


pneumokokkus dengan bakteriemi dijumpai pada 10% kasus berupa : meningitis,
arthtritis, endocarditis, pericarditis, peritonitis dan emplema. Terkadang dijumpai
komplikasi ekstrapulmoner non infeksius bias dijumpai yang memperlambat resolusi
gambaran radiologi antara lain: gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark
paru, dan infark miokard akut. Dapat terjadi komplikasi lain berupa acute respiratory
distress syndrome (ARDS), gagal organ jamak dan komplikasi lanjut berupa pneumonia
nasokimial.
Prognosis

 Pneumonia komunitas
Kejadian PK di USA adalah 3,4 juta kasus pertahun, dan 20% diantaranya perlu
dirawat di RS. Secara umum angka kematian pneumonia oleh pneumokokkus
adalah sebesar 5%. Namun dapat meningkat pada orang tua dengan kondisi
berat
 Pneumonia nosokimial
Angka mortalitas PN dapat mencapai 33-50%, yang bias mencapai 70% bila
termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang dideritanya. Penyebab
kematian biasanya adalah akibat bakteriemi terutama oleh ps.aeruginosa atau
acinobacteri spp.

BRONCHITIS

Definisi

 Bronkitis Akut : peradangan selaput bronkus paru – paru. Ini adalah


presentasi yang sangat umum di gawat darurat, pusat perawatan darurat,
dan kantor perawatan primer
 Bronkitis kronik : Batuk produktif kronis yang berlangsung lebih dari 3
bulan dalam kurun waktu 2 tahun

Etiologi

 Bronkitis akut : paling sering disebabkan oleh virus dan biasanya


sembuh sendiri. Sekitar 95 % bronkitis akut pada orang dewasa yang
sehat adalah sekunder dari virus. Kadang – kadang dapat disebabkan
oleh alergen, iritasi, dan bakteri. Iritan termasuk inhalasi asap, inhalasi
udara tercemar, debu, dan lainnya.
 Bronkitis kronik : Faktor penyebab yang paling penting adalah paparan
asap rokok baik karena merokok aktif atay inhalasi pasif. Virus dominan
yang merupakan penyeybab adalah influenza tipe A dan B, dan agen
bakteri yang dominan adalah Staphylococcus, Streptococcus, dan
Mycoplasma pneumonia.
Epidemiologi

 Bronkitis akut : Paling sering terlihat pada musim flu. Di Amerika


Serikat, musim flu paling umum selama musim gugur dan musim dingin,
Biasa terjadi pada anak - anak < 2thn dan puncak lain pd kel anak usia 9-15
thn
 Bronkitis kronik : Terjadinya bronkitis kronik pada populasi umum
telah didokumentasikan bervariasi antara 3% hingga 7% orang dewasa
sehat. Meningkatnya prevalensi bronkitis dianggap terkait dengan
bertambahnya usia , merokok tembakau, paparan pekerjaan

Patogenesis

Hambatan
infeksi jalan
Eksaserbasi peradangan
akut
Sel imun
melepaskan
mediator Peradangan
Sekresi bronkus
inflamasi
lendir

Inflamasi
pada Bronkitis Bronkitis
bronkus akut
Kronik

Dimulai dari terjadi nya infeksi pada saluran pernapsan yang disebabkan alergen
masukke dalam tubuh sehingga sel imun yang membentuk IgE akan melepasakan
mediator inflamasi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin , dll sehingga terjadi
inflamasi pada bronkus yang menyebabkan bronkitis akut. Setelah terjadi hipersekresi
yang berlebihan oleh sel piala terjadi penurunan terkait dalam pelepasan zat pengatur
seperti enzim pengubah angiostensin dan enzim netral selanjutnya pada eksaserbasi
akut bronkitis , membran mukosa bronkus menjadi hiperemik dan edematosa dengan
berkurangnya fugsi mukosiliar bronkus ini pada gilirannya mengarah untuk hambatan
aliran udara karena obstruksi luminal ke saluran udara kecil. Saluran udara tersumbat
oleh puing – puing dan ini semakin meningkatkan iritasi. Batuk khas bronkitis
disebabkan oleh sekresi lendir yang berlebihan pada bronkitis kronik.

Manifestasi Klinis

• Batuk dengan produksi lendir


• Sesak napas
• Nyeri dada
• Demam
• Malaise

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

 Rontgen

Pada pemeriksaan foto thorax, didapatkan corakan bronkovaskular yang


meningkat yang ditandai dengan gambaran opak pada bagian bronkus. Pada
bronchitis juga di dapatkan diafragma lebih terangkat dan atau rata seperti pada
gambar dibawah ini :
• Tes Dahak
Tes dahak dilakukan untuk memastikan apakah ada tanda-tanda infeksi
virus maupun bakteri

• Tes Fungsi Paru


Tes ini menggunakan alat spirometri untuk mengukur fungsi paru-paru
manusia secara spesifik dengan membandingkan volume paru dan aliran udara
yang masuk dan keluar paru-paru. Pada dasarnya cara kerja spirometri adalah
dengan mengukur jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan dihembuskan.

PENATALAKSANAAN

• Antibiotik

Antibiotik diresepkan oleh dokter apabila telah pasti didapatkan


bronchitisnya merupakan infeksi bakteri. Kebanyakan kasus bronchitis paling
banyak karena infeksi virus sehingga pemberian antibiotik tidak terlalu efektif.
Jadi, apabila bronchitis yang terinfeksi oleh virus, maka tidak perlu diberikan
antibiotik karena pada dasarnya bronchitis karena infeksi virus dapat sembuh
sendiri tanpa perawatan khusus. Antibiotik yang paling sering digunakan
misalnya seperti; Amoxicillin

• Antitusif

Antitusif diberikan untuk menekan batuk penderita. Jenis antitusif yang


bisa digunakan seperti Dekstrometrophan (DMP), kodein, noskapin dsb.

• Bronkodilator

Bronkodilator diberikan apabila penderita mengalami asma atau


penyempitan saluran napas. Bronkodilator berfungsi agar bronchus pada saluran
napas dilatasi. Obat bronkodilator yang sering digunakan adalah salbutamol,
teofilin, aminofilin dsb.

• NSAID

NSAID diberikan apabila pasien merasakan demam. NSAID yang dapat


digunakan seperti ibuprofen, ketoprofen, acetominofen dsb.
PENCEGAHAN

Pecegahan yang dapat dilakukan untuk mecegah bronchitis antara lain :

• Vaksin flu musiman


Untuk mencegah berulangnya bronkitis akut, dokter mungkin
menyarankan Anda untuk mendapatkan vaksin flu musiman.

• Istrahat yang cukup


Istrahat yang cukup dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh,
sehingga tidak mudah terinfeksi oleh virus ataupun bakteri.

• Batasi paparan polusi udara


Membatasi paparan polusi udara juga merupakan salah satu bentuk
pencegahan dari bronchitis. Karena polusi udara mengandung banyak alergen
ataupun kuman dan benda asing yang dapat diinhalasi dan bisa menyebabkan
saluran napas terinfeksi dalam hal ini terinfeksi pada bronkus. Karena pada
dasarnya bronchus sangat sensitif terhadap benda asing yang masuk.

 Perubahan gaya hidup


Dokter dapat merekomendasikan perubahan gaya hidup sehat untuk
mencegah terjadinya bronchitis, seperti berhenti merokok baik itu merokok aktif
maupun pasif.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada bronchitis terutama bronchitis


kronik adalah pneumonia. Karena sudah tertumpuknya mukus karena infeksi
bakteri pada bronchus, sehingga infeksi tersebut turun kebawah tepatnya pada
alveolus sehingga terjadilah infeksi juga pada aleovelus ini yang menyebabkan
pneumonia.
PROGNOSIS

• Brocnchitis akut
Umumnya bronchitis akut dapat sembuh sendiri tanpa perawatan khusus
karena kebanyakan kasus bronchitis akut adalah karena infeksi virus. Bronchitis
akut karena infeksi bakteri jika dengan penanganan yang baik, maka
prognosisnya juga akan baik. Tetapi apabila penanganannya tidak baik, maka
besar kemungkinan bronchitis akut bisa menjadi bronchitis kronik.
 Bronchitis Kronik
Pada bronchitis kronik dengan perawatan dan penangana yang tepat dan
baik, prognosis pun juga akan baik. Sebaliknya apabila penanganan tidak baik
maka prognosis bisa terjadi perburukan faal paru dan juga pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

 Ilmu penyakit dalam jilid I edisi VI


 Ilmu penyakit dalam jilid II edisi VI
 PATOFISIOLOGI ELIZABETH
 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448067
 kamus saku kedokteran dorlan
 Sobotta anatomi jilid II
 Fisiologi Sherwood edisi 8
 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc.articles/PMC2696782
 Bahan ajar Dr.dr.Nur Ahmad Tabri, Sp. PD K-P, Sp. P ( K )
 www.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai