Anda di halaman 1dari 14

Undang - Undang Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 36 Tahun 2014
No. 32 Tahun 1996
Tentang Tenaga Kesehatan
Tentang Tenaga Kesehatan
Bagian
Analisa Isi
Bagian
Analisa Isi
BAB I
Berisi tentang ketentuan umum terdapat 3
BAB I
berisi tentang ketentuan umum hanya
pasal yaitu pasal 1, 2 dan 3
terdapat 1 pasal, yaitu pasal 1, disini
Ada beberapa point yang ditambahkan
ada 4 point penjelasan terkait pasal 1,
pada BAB I pasal 1, diantaranya pada
yaitu point 1 tentang Pengertian tenaga
point 2 tentang asisten tenaga kesehatan;
kesehatan; point 2 tentang sarana
point 5 tentang kompetensi; point 6 tentang
kesehatan; point 3 tentang upaya
uji kompetensi; point 7 tentang sertifikat
kesehatan; dan point 4 tentang menteri
kompetensi; point 8 tentang sertifikat
yang bertanggung jawab terhadap
profesi; point 9 tentang registrasi; point 10
bidang kesehatan.
tentang surat tanda registrasi; point 11
tentang surat izin praktik; point 12 tentang
standar profesi; point 13 tentang standar
pelayanan profesi; point 14 tentang standar
prosedur operasional; point 15 tentang
konsil tenaga kesehatan; point 16 tentang
organisasi profesi; point 17 tentang
kolegium masig-masing tenaga kesehatan;
point 18 tentang penerima pelayanan
kesehatan; point 19 tentang pemerintah
pusat; dan point 20 tentang pemerintah
daerah.
1. Ada penambahan pasal terhadap BAB I
yaitu pasal 2 dan pasal 3. Dimana pasal
2 tentang asas dari dikeluarkannya
undang-undang ini, serta pasal 3 tentang
tujuan dari UU ini.
2. Pada point 2 tentang sarana kesehatan
(peraturan lama) diganti dengan nama
fasilitas pelayanan kesehatan (peraturan
baru).
BAB II
mengatur terkait dengan Tanggung jawab
Pada PP No. 32 Th. 1996, belum ada
dan wewenang pemerintah dan pemerintah
peraturan terkait dengan Tanggung
daerah dimana pada pasal 4 menjelaskan
jawab dan wewenang pemerintah dan
tentang tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah yang ada pada UU
Pemerintah Daerah, Pasal 5 menjelasakn
No. 36 tahun 2014
kewenangan pemerintah dalam
melaksanakan tanggung jawabnya,
diantaranya : menetapkan kebijakan
Tenaga Kesehatan skala nasional selaras
dengan kebijakan pembangunan nasional,
Merencanakan kebutuhan, Melakukan
pengadaan, Mendayagunakan, Membina,
mengawasi, dan meningkatkan mutu
Tenaga Kesehatan melalui pelaksanaan
kegiatan sertifikasi Kompetensi dan
pelaksanaan Registrasi Tenaga Kesehatan;

Melaksanakan kerja sama, baik dalam


negeri maupun luar negeri di bidang
Tenaga Kesehatan dan Menetapkan
kebijakan yang berkaitan dengan Tenaga
Kesehatan yang akan melakukan pekerjaan
atau praktik di luar negeri dan Tenaga
Kesehatan warga negara asing yang akan
melakukan pekerjaan atau praktik di
Indonesia.
Dalam pasal 6 menjelaskan kewenangan
pemerintah daerah provinsi dalam hal :
a. Menetapkan kebijakan Tenaga
Kesehatan selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional;
b. Melaksanakan kebijakan Tenaga
Kesehatan;
c. Merencanakan kebutuhan Tenaga
Kesehatan;
d. Melakukan pengadaan Tenaga
Kesehatan;
e. Melakukan pendayagunaan melalui
pemerataan, pemanfaatan dan
pengembangan;
f. Membina, mengawasi, dan
meningkatkan mutu Tenaga Kesehatan
melalui pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan praktik Tenaga Kesehatan;
dan
g. Melaksanakan kerja sama dalam negeri
di bidang Tenaga Kesehatan.
Dan dalam pasal 7 menjelaskan terkait
kewenangan Pemerintah daerah
kabupaten/kota diantaranya :
a. Menetapkan kebijakan Tenaga
Kesehatan selaras dengan kebijakan
nasional dan provinsi;
b. Melakukan kebijakan Tenaga
Kesehatan;
c. Merencanakan kebutuhan Tenaga
Kesehatan;
d. Melakukan pengadaan Tenaga
Kesehatan;
e. Melakukan pendayagunaan melalui
pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan;
f. Membina, mengawasi, dan
meningkatkan mutu Tenaga Kesehatan
melalui pelaksanaan kegiatan perizinan
Tenaga Kesehatan; dan
g. Melaksanakan kerja sama dalam negeri

di bidang Tenaga Kesehatan.


BAB III

Mengatur kualifikasi dan pengelompokkan


tenaga kesehatan, pada pasal 8, tenaga
kesehatan yang terdiri atas tenaga
kesehatan dan asisten tenaga kesehatan.
Sementara itu pada pasal 9 ayat (1)
Mengatur kualifikasi seorang tenaga
kesehatan minimum diploma tiga kecuali
tenaga medis, pada asal 10 ayat (1)
Kualifikasi seorang asisten Tenaga
Kesehatan minimum pendidikan menengah
di bidang kesehatan, ayat (2) terkait asisten
Tenaga Kesehatan hanya dapat bekerja
dibawah supervisi Tenaga Kesehatan
Pada pasal 11 ayat (1)
BAB II
Pengelompokkan Tenaga Kesehatan terdiri
dari :
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis
k. tenaga teknik biomedika
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
Pasal 11 ayat (2)
Jenis Tenga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga medis terdiri atas dokter,
dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter
gigi spesialis
Pasal 11 ayat (3)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga psikologi klinis adalah
psikologi klinis
Pasal 11 ayat (4)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga keperawatan terdiri atas
berbagai jenis perawat
Pasal 11 ayat (5)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga kebidanan adalah bidan
Pasal 11 ayat (6)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk

Belum ada peraturan yang menrincikan


kualifikasi dan pengelompokkan tenaga
kesehatan.

Pasal 2 ayat (1)


Pengelompokkan Tenaga Kesehatan:
a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kefarmasian;
d. tenaga kesehatan masyarakat;
e. tenaga gizi;
f. tenaga keterapian fisik;
g. tenaga keteknisian medis

Pasal 2 ayat (2)


Tenaga medis meliputi dokter dan
dokter gigi

Belum diatur pada PP no. 32 tahun


1996
Pasal 2 ayat (3)
Tenaga keperawatan meliputi perawat
dan bidan
Sebelumnya bidan termasuk jenis
tenaga kesehatan kelompok tenaga
keperawatan
(pasal 2 ayat (3))
Pasal 2 ayat (4)
Tenaga kefarmasian meliputi apoteker,

BAB IV

kelompok tenaga kefarmasian terdiri atas


apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
Pasal 11 ayat (7)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga kesehatan masyarakat
terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga
promosi kesehatan dan ilmu perilaku,
pembimbing kesehatan kerja, tenaga
administrasi dan kebijakan kesehatan,
tenaga biostatik dan kependudukan, serta
tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga
Pasal 11 ayat (8)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga kesehatan lingkungan
terdiri atas sanitasi lingkungan, entomolog
kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan
Pasal 11 ayat (10)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga keterapian terdiri atas
fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara,
dan akupuntur
Pasal 11 ayat (11)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga keteknisian medis terdiri
atas perekam medis dan informasi
kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi
pelayanan darah, refraksionis optisien atau
optometris, teknisi gigi, penata anestesi,
terapis gigi dan mulut, dan audiologist
Pasal 11 ayat (12)
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga teknik biomedika terdiri
atas radiographer, elektromedis, ahli
teknologi laboratorium medik, fisikawan
medik, radioterapis, dan ortotik prostetik

analis farmasi dan asisten apoteker

Pasal 11 ayat (13)


Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga kesehatan tradisional
terdiri atas tenaga kesehatan tradisional
ramuan dan tenaga kesehatan tradisional
keterampilan
Pada pasal 12 disampaikan dalam
memenuhi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan serta kebutuhan pelayanan
kesehatan, Menteri dapat menetapkan jenis
Kesehatan lain dalam setiap kelompok
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
Pasal 13 dan 14 UU 36 2014 ini

Belum diatur pada PP no. 32 tahun


1996

Pasal 2 ayat (5)


Tenaga kesehatan masyarakat meliputi
epidemiolog, enotomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh
kesehatan, administrator kesehatan dan
sanitarian

Sebelumnya entomolog kesehatan dan


mikrobiolog kesehatan termasuk jenis
tenaga kesehatan kelompok kesehatan
masyarakat (pasal 2 ayat (5))
Pasal 2 ayat (7)
Tenaga keterapian fisik meliputi
fisioterapis, okupasi terapis dan terapis
wicara
Pasal 2 ayat (8)
Tenaga keteknisan medis meliputi
radiographer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan,
refraksionis optisien, teknisi transfusi
dan perekam medis
Sebelumnya radiographer, radioterapis,
elektromedis termasuk jenis tenaga
kesehatan kelompok keteknisan medis
(pasal 2 ayat (8))

Belum diatur pada PP no. 32 tahun


1996

BAB IV

Pasal 6 ayat (1) dan (2) kurang lengkap

merupakan penjabaran yang lebih lengkap


dari pasal 6 ayat (1) dan (2) PP 32 1996 ttg
kewajiban pemerintah utk penempatan dan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan
baik dalam jumlah, jenis, dan kompetensi
secara merata agar terjamin
keberlangsungan pembangunan kesehatan
secara merata bagi seluruh masyarakat.
Serta penyusunan perencanaan tenaga
kesehatan berdasarkan ketersediaan
berdasarkan kebutuhan dan upaya
kesehatan melalui pemetaan tenaga
kesehatan
Pasal 15 faktor faktor yang harus
diperhatikan oleh mentri kesehatan dalam
menyusun perencanaan tenaga kesehatan.
Dalam Pasal 15 ini terdapat beberapa
tambahan faktor yang harus diperhatikan,
seperti: ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan; kemampuan pembiayaan;
kondisi geografis dan sosial budaya; serta
kebutuhan masyarakat.
Diatur pada bab V Yaitu sumber daya di
bidang kesehatan pada bagian kesatu
tentang tenaga kesehatan. Menjelaskan
secara singkat tentang kualifikasi tenaga
kesehatan dan kewenangan tenaga
kesehatan dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, serta pengadaan
tenaga kesehatan yang dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan di bidang
kesehatan
Pada bagian pendayagunaan, dijelaskan
bahwa
1. Pendayagunaan tenaga kesehatan
dilakukan dengan sistem
otonomi,dimana pendayagunaan tenaga
kesehatan dapat dilakukan tidak hanya
oleh pemerintah,tetapi juga pemerintah
daerah dengan melibatkan peranan
masyarakat sesuai dengan tugas dan
fungsi masing masing berdasarkan
ketentuan peraturan undang-undang
2. Penempatan tenaga kesehatan
dilakukan melalui seleksi dengan tetap
memperhatikan pemanfaatan dan
pengembangan tenaga kesehatan,
sehingga dalam undang undang ini
disebutkan bahwa pemerintah
mewajibkan lulusan perguruan tinggi

membahas perencanaan tenaga


kesehatan.

.
Pasal 6 ayat (3) faktor faktor yang
harus diperhatikan oleh mentri
kesehatan dalam menyusun
perencanaan kesehatan

BAB IV

Pada bagian kedua yaitu pengadaan


menjelaskan secara rinci renrang
pengadaan tenaga kesehatan yang
dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan di bidang kesehatan untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.

diatur pada bagian penempatan bahwa


1. Penempatan tenaga kesehatan
dilakukan dengan metode
sentralisasi dari pusat, merupakan
tugas dan tanggung jawab menteri
untuk melakukan hal tersebut
2. Penempatan tenaga kesehatan
dilakukan dengan cara masa bakti,
dengan memperhatikan:
a. kondisi wilayah dimana
Nakes ditempatkan
b. lama penempatan
c. jenis yankes yang dibutuhkan
masyarakat
d. prioritas sarana kesehatan
3. Cara masa bakti tenaga kesehatan
dilakukan pada :

yang diselenggarakan oleh pemerintah


wajib untuk mengikuti seleksi
penempatan
3. status implementasi penempatan
kepegawaian dilaksanakan dengan cara:
a. Pengangkatan sebagai PNS
b. Pengangkatan sebagai pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja
c. Penugasan khusus ( misalnya
penempatan dokter setelah internship,
residen senior, paska PPDS dengan
ikatan dinas dan tenaga esehatan
lainnya)
d. Penempatan Nakes dari
pengangkatan TNI/POLRI
4. Dalam UU 36 Tahun 2014 juga
menjelaskan mekanisme pendayagunaan
dilakukan di dalam maupun di luar negeri
5. Lokasi penempatan Nakes dapat
dipindahkan ke daerah lain antar provinsi,
antar kabupaten, maupun antar kota oleh
pemerintah atau pemerintah daerah
6. Jaminan kepegawaian oleh pemerintah
dengan adanya kenaikan pangkat istimewa
dan perlindungan untuk Nakes yang
bertugas didaerah tertingggal, perbatasan,
atau daerah rawan konflik
7. UU 36 Tahun 2014 memuat kewajiban
pemerintah dan pemerintah daerah dalam
pendayagunaan Nakes saat terjadi
kekosongan di Yankes serta kewenangan
pemerintah untuk mewajibkan wajib
kerja pada tenaga kesehatan dengan
kualifikasi akademik dan kompetensi
untuk bekerja didaerah khusus NKRI
dengan fasilitas tunjangan khusus, fasilitas
rumah dinas oleh PEMDA
8. Pemerintah dan PEMDA memiliki
kewenangan untuk menentukan Pola ikatan
dinas bagi calon tenaga kesehatan
9. Tenaga Kesehatan wajib melakukan
upaya pengembangan diri melalui
pendidikan, pelatihan, dan kesinambungan
dalam praktik keprofesian dan menjadi
tanggung jawab kepala daerah dan
pimpinan fasilitas Yankes untuk
mrmbrtiksn kesempatan yang sama kepada
personel Nakes dengan
mempertimbangkan penilaian kerja

a. Sarana kesehatan yang


diselenggarakan oleh pemerintah
b. Sarana kesehatan yang
diselenggarakan oleh mayarakat
dengan instruksi pemerintah
c. Lingkungan perguruan tinggi
sebagai staf pengajar
d. Lingkungan Angkatan bersenjata
Republik Indonesia
Dalam UU 32 tahun 1996 juga
menyebutkan tentang status
kepegawaian Nakes meliputi
pegawai negeri dan pegawai tidak
tetap
4. Untuk Nakes yang telah
melakukan masa bakti akan
diberikan surat keterangan dari
menteri sebagai persyaratan izin
penyelenggaraan upaya kesehatan
pada sarana kesehatan

BAB V

Bab V tentang Konsil Tenaga Kesehatan


Indonesia
Telah dibentuk suatu konsil tenaga
kesehatan untuk meningkatkan mutu
dan meberikan perlindungan serta
kepastian hukum kepada tenaga
kesehatan.

Belum
diatur
pembentukan
Konsil
Kesehatan Indonesia

Berdasarkan pasal 34 ayat 1 : Konsil


tenaga kesehatan dibentuk untuk
meningkatkan mutu praktik Tenaga
Kesehatan serta untuk memberikan
perlindungan dan kepastian hukum kepada
Tenaga Kesehatan dan masyarakat

Untuk meningkatkan mutu dijelaskan


dalam bab IX tentang Pembinaan dan
Pengawasan.
Bagian kesatu yaitu Pembinaan pasal
28 ayat 1 : Pembinaan tenaga kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan mutu
pengabdian profesi tenaga kesehatan
melalui pembinaan karier, disiplin, dan
teknis profesi tenaga kesehatan (ayat 2)
Untuk memberikan perlindungan
dan kepastian hukum tenaga
kesehatan diatur dalam Bab V
bagian kedua pasal 24 (ayat 1 dan 2)
tentang Perlindungan Hukum
Pasal
30
menyebutkan
bahwa
pembinaan disiplin tenaga kesehatan
menjadi
tanggung
jawab
penyelenggara dan atau pimpinan
sarana kesehatan ynag bersangkutan
(ayat 1).
Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa
yang melakukan pembinaan teknis
profesi tenaga kesehatan adalah
menteri.

Untuk memberikan perlindungan dan


kepastian hukum kepada Tenaga
Kesehatan dan masyarakat.
Pasal 34 : Mengatur tentang anggota
dari konsil tenaga kesehatan (ayat 2 dan
3), tugasnya bersifat independen (ayat 4)
dan
bertanggung
jawab
kepada
presiden melalui menteri (ayat 5)
Pasal 36 : Fungsi sebagai koordinator
konsil masing-masing tenaga kesehatan
(ayat 1), tugas berdasar ayat 1 (ayat 2), dan
wewenang berdasar ayat 1 (ayat 3)
Pasal 37 : Fungsi konsil yang lain yaitu
pengaturan, penetapan, dan pembinaan
tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik tenaga kesehatan (ayat 1)
Pasal 37 ayat 2 : tugas konsil berdasarkan
ayat 1

mengenai
Tenaga

PP No. 32 Tahun 1996 belum mengatur


tentang konsil dan tugas, fungsi, serta
wewenangnya.

Pasal 38
Pemerintah
mendorong
dan
mengarahkan pengembangan perbekalan
kesehatan dengan memanfaatkan potensi
nasional yang tersedia terutama untuk obat
dan vaksin baru serta bahan alam yang
berkhasiat obat dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup, termasuk
sumber daya alam dan sosial budaya.

Dalam uu no 32, belum ada peraturan


tentang pengembangan perbekalan
kesehatan dengan memanfaatkan
potensi nasional terutama untuk obat
dan vaksin baru serta bahan alam yang
berkhasiat obat
dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup,

Pasal 39
Ketentuan

Pada UU no 36 tahun 2014 dijelaskan


bahwa perbekalan kesehatan (semua

mengenai

perbekalan

kesehatan ditetapkan dengan Peraturan


Menteri.

Pasal 40
Pemerintah menyusun daftar dan jenis
obat yang secara esensial harus tersedia
bagi kepentingan masyarakat yang ditinjau
dan disempurnakan paling lama setiap 2
(dua) tahun sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan teknologi.
Pemerintah menjamin agar obat
sebagaimana dimaksud tersedia secara
merata dan terjangkau oleh masyarakat
seperti perbekalan kesehatan berupa obat
generik
Pasal 41
Pemerintah
daerah
berwenang
merencanakan
kebutuhan
perbekalan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan
daerahnya dan tetap memperhatikan
pengaturan dan pembinaan standar
pelayanan yang berlaku secara nasional.
Bagian Keempat Teknologi dan Produk
Teknologi
Pasal 42
1) Teknologi dan produk teknologi
kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan,
dikembangkan, dan dimanfaatkan bagi
kesehatan masyarakat.
2) Teknologi kesehatan sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) mencakup
segala metode dan alat yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit,
mendeteksi
adanya
penyakit,
meringankan
penderitaan
akibat
penyakit,
menyembuhkan,
memperkecil
komplikasi,
dan
memulihkan kesehatan setelah sakit.
3) Ketentuan mengenai teknologi dan
produk
teknologi
kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus
memenuhi
standar
yang
ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.
Pasal 43
1) Pemerintah membentuk lembaga yang
bertugas dan berwenang melakukan

bahan dan peralatan yang diperlukan


untuk
menyelenggarakan
upaya
kesehatan) ditetapkan dengan peraturan
Mentri, sedangkan dalam UU no 32
tahun 1996 tidak ada pembahasan
tentang Hal tersebut.
Belum ada pasal yang mengatur
tentang pengadaan perbekalan obat
esensial oleh pemerintah dalam UU No
32 tahun 1996

Belum ada pasal yang mengatur


tentang
perencanaan
perbekalan
kesehatan oleh pemerintah daerah
dalam UU No 32 tahun 1996

Dalam UU No. 32 tahun 1996 tidak


membahas tentang teknologi dan
produk teknologi seperti yang ada pada
UU No.36 Tahun 2014

Dalam UU No. 32 tahun 1996 tidak


membahas tentang teknologi dan

BAB VI

penapisan, pengaturan, pemanfaatan,


serta pengawasan terhadap penggunaan
teknologi dan produk teknologi.
2) Pembentukan lembaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pada bab VI UU No. 36 tahun 2014
BAB VI
Tentang tenaga kesehatan membahas
tentang registrasi dan perizinan tenaga
kesehatan.
Tidak ada (--)

Bagian kesatu tentang registrasi pasal 44


menyatakan setiap tenaga kesehatan yang
menjalankan praktik wajib memiliki STR
yang diberikan oleh konsil masing-masing
tenaga kesehatan setelah memnuhi
persyaratan sebagai berikut: memiliki
ijazah, sertifikat kompeteni/profesi, surat
keterangan sehat fisik dan mental, surat
pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi, pernyataan mematuhi
dan melaksanakanketentuan etika profesi.
STR berlaku selama 5 tahun dan dapat
diregistrasi ulang setelah memenuhi
beberapa persyaratan : memiliki STR lama,
sertifikat kompetensi/profesi, surat
keterangan sehat fisik daan mental,
pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi, telah mengabdi diri
sebagai tenaga profesi/vokasi dibidangnya,
memenuhi kecakapan dalam kegiatan
pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan atau
kegiatan ilmiah lainnya
Pasal 45 menyatakan bahwa tata cara
registrasi dan registrasi ulang diatur
dengan peraturan konsil masing-masin
tenaga kesehatan.
Bagian kedua pasal 46 membahas tentang
perizinan. Setiap tenaga kesehatan yang
menjalankan praktek wajib memiliki izin,

produk teknologi seperti yang ada pada


UU No.36 Tahun 2014

Pada bab VI PP No.32 tahun 1996


tentang tenaga kesehatan membahas
tentang penghargaan.
Pasal 25 menyatakan bahwa tenaga
kesehatan yang bertugas pada sarana
kesehatan atas dasar prestasi kerja,
pengabdian, kesetiaan, berjasa pada
negara, atau meninggal dunia dalam
melaksanajan tugas diberikan
penghargaan. Peghargaan tersebut
dapat diberikan oleh pemerintah dan
atau masyarakat berupa kenaikan
pangkat, tanda jasa, uang, dan bentuk
lain.
Tidak ada (--)

Tidak ada (--)

Tidak ada (--)

izin tersebut dalam bentuk SIP. Untuk


mendapatkan SIP tenaga kesehatan harus
memiliki: STR yang masih berlaku,
rekomendasi dari organisasi profesi, dan
tempat duduk. SIP tersebut hanya berlaku
untuk 1 tempat. SIP masih berlaku
sepanjang STR masih berlaku, tempat
praktik masih sesuai dengan yang
tercantun dalam SIP.
Pasal 47 menyatakan bahwa tenaga
kesehatan yang menjalankan praktik
mandiri harus memasang papan nama
praktik.
Pasal 44 : mengatur tentang registrasi
tenaga kesehatan yang mana dalam ayat 1
setiap tenaga kesehatan yang menjalankan
praktik wajib memiliki STR. STR
diberikan jika memenuhi beberapa
persyaratan salah satunya memiliki ijazah
pendidikan di bidang kesehatan
Pasal 46 : Setiap tenaga kesehatan
kesehatan menjalankan praktik di bidang
pelayanan kesehatan wajib memiliki izin,
yang diberikan dalam bentuk SIP yang
diberikan oleh pemda kab/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kab/kota tempat tenaga
kesehatan menjalankan praktiknya.
Pasal 47: tenaga kesehatan yang
menjalankan praktik mandiri harus
memasang papan nama praktik.
Pasal 48 : dilakukan pembinaan praktik
terhadap tenaga kesehatan
Bagian keempat penegakan disiplin
tenaga kesehatan
Pasal 49 : untuk menegakkan disiplin
tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan
praktik, konsil masing masing tenaga
kesehatan
menerima
pengaduan,
memeriksa, dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin tenaga kesehatan.
Sanksi dapat berupa
Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pencabutan STR atau
SIP; dan/atau
Kewajiban mengikuti pendidikan
atau
pelatihan
di
institusi
pendidikan kesehatan

Tidak ada (--)

Dalam UU 32 tidak dijelaskan


pengaturan tentang registrasi atau STR.
Tetapi diatur pesyaratan nya dalam
pasal 3 yaitu tenaga kesehatan wajib
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan di bidang kesehatan yang
di nyatakan dengan ijazah dari lembaga
pendidikan
pasal 4 yaitu tenaga kesehatan hanya
dapat melakukan upaya kesehatan
setelah tenaga kesehatan memiliki izin
dari menteri.

Pasal 32 : menteri melakukan


pengawasan terhadap tenaga kesehatan
dalam melaksakan tugas profesinya
Pasal 33: menteri dapat mengambil
tindakan disiplin terhadap tenaga
kesehatan, tindakan disiplin dapat
berupa teguran, pencabutan izin untuk
melakukan upaya kesehatan.

BAB VII

BAB VIII

BAB IX

Serta tenaga kesehatan dapat mengajukan


keberatan atas putusan sanksi disiplin
Pada pasal 50 mengatur pembentukan
BAB VII
organisasi profesi dengan setiap jenis
tenaga kesehatan hanya dapat membentuk
1 organisasi, sementara pada pasal 51
organisasi profesi dapat membentuk
kolegium masing-masing tenaga kesehatan
Pada bagian judul terdapat penambahan BAB VIII
tenaga kesehatan warga negara indonesia
lulusan luar negeri, sehingga tidak hanya
membahas tenaga kesehatan WNA tetapi
juga mengatur tenaga kesehatan WNI
lulusan luar negeri.
Terdapat perbedaan dibandingkan UU No
32, yaitu isi pasal 52 UU No 36
menjelaskan proses WNI lulusan luar
negeri untuk melakukan praktik di
Indonesia, sedangkan UU No 32 hanya
membahas proses perizinan praktik WNA
yang ingin praktik di Indonesia. Pada pasal
52 mengandung 8 ayat.
Pasal 58
BAB V
Berisi tentang hak tenaga kesehatan selama
menjalankan praktiknya, yaitu berupa :
a. Memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan SOP
b. Memperoleh informasi yang lengkap
dan benar dari Penerima Pelayanan
Kefarmasian atau keluarganya
c. Menerima imbalan jasa
d. Memperoleh perlindungan
e. Mendapatkan
kesempatan
untuk
mengembangkan profesinya
f. Menolak keinginan yang bertentangan
g. Memperoleh hak lain sesuai dengan
per-UU.
Pasal 58
(1)Berisi tentang kewajiban tenaga
kesehatan dalam praktiknya, yaitu
berupa :
a. Memberikan pelayanan kesehatan
yang sesuai
b. Memperoleh
persetujuan
atas
tindakan yang akan diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan
Penerima Pelayanan Kesehatan

Hanya mengatur pembentukan


organisasi profesi tanpa ketentuan yang
jelas

Pada UU No 32, BAB VIII hanya


membahas Tenaga Kesehatan Warga
Negara Asing. Jika dibandingkan
denganUU No 36, maka UU No 32
yang mengandung 2 ayat hanya
membahas siapa dan bagaimana
ketentuan warga negara asing untuk
melakukan praktik di Indonesia.

Pada pasal 24 hanya mengatur hak


untuk mendapat perlindungan hukum
selebihnya tidak diatur

1. Pada BAB V Pasal 22 dijelaskan


bahwa kewajiban tugas profesinya
dalam melaksanakan tugas yaitu :
a. Menghormati hak pasien
b. Menjaga kerahasiaan identitas
dan data kesehatan pribadi pasien
c. Memberikan informasi yang
berkaitan dengan kondisi dan
tindakan yang akan dilakukan
d. Meminta persetujuan terhadap

BAB X

BAB XI
BAB XII

BAB XIII

BAB XIV
BAB XV

d. Membuat dan menyimpan dokumen


e. Merujuk
Penerima
Pelayanan
Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain
yang mempunyai Kompetensi dan
kewenangan yang sesuai
(2)Untuk b & d, hanya berlaku bagi
pelayanan kesehatan perseorangan.
Pasal 59
(1)Berisi tentang kewajiban tenaga
kesehatan yang menjalankan praktik
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
untuk memberikan pertolongan pertama
apabila dalam keadaan darurat.
(2)Pada ayat 1, dijelaskan bahwa tenaga
kesehatan dilarang menolak ataupun
meminta uang muka terlebih dahulu.
Disusun peraturan tentang
penyelenggaraan keprofesian, seperti pada
bagian ketiga dan keempat mengatur
pelimpahan tidakan medis antar profesi
tenaga medis dengan syarat yang
menerima limpahan tindakan termsuk
dalam kemampuan dan keterampilan telah
dimiliki oleh penerima pelimpahan
dibawah pemberi pelimpah, selain itu
mengatur standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan standar prosedur
profesi.
Mengatur tentang penyelesaian
perselisihan penerima pelayanan kesehatan
dan tenaga kesehatan
Peraturan menjelaskan mengenai
BAB IX
pembinaan dan pengawasan menjadi satu
bagian, adanya pemberian kepastian
hukum bagi masyarakat dan tenaga
kesehatan. Tetapi peraturan ini tidak
menjelaskan tentang tindakan disiplin. Dan
yang melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap tenaga kesehatan
adalah Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Berisi sanksi administratif bagi setiap
BAB X
tenaga kesehatan yang tidak menjalankan
peraturan lebih rinci seperti sankri dapat
berupa teguran lisan, tertulis, atau denda
administratif
Menjelaskan tentang ketentuan pidana bagi BAB X
tenaga kesehatan yang sengaja melakukan
pelanggaran lebih rinci
Berisi tentang ketentuan peralihan bagi
tenaga kesehatan terkait dengan registrasi

tindakan yang akan dilakukan


e. Membuat dan memelihara rekam
medis
Ketentuan tersebut diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
Tidak diatur

Tidak disusun tentang penyelenggaraan


keprofesian

Tidak diatur
Peraturan
menjelaskan
mengenai
pembinaan dan pengawasan secara
menjadi dua bagian, tidak menjelaskan
mengenai pemberian kepastian hukum
bagi masyarakat dan tenaga kesehatan.
Peraturan ini menjelaskan tentang
tindakan disiplin dan yang melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kesehatan adalah Menteri.
Berisi ketentuan pidana bagi tenaga
kesehatan yang melakukan pelanggaran
secara sengaja dengan denda
administratif, dan hanya menjelaskan
secara garis besar.
Menjelaskan tentang ketentuan pidana
bagi tenaga kesehatan yang sengaja
melakukan pelanggaran kurang rinci
Belum diatur

dan perizinan

MAKALAH PHARMACEUTICAL CARE


MEMBANDINGKAN UNDANG-UNDANG RI NO. 36 TAHUN 2014 DAN
PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA
KESEHATAN

OLEH
KELOMPOK 5
DWI RACHMADHINA D
RIYANI W
LULUK MARDIANA
VITA RIZKI F
FARIDA KUSUMADEWI
RIZKA N
SITI MASLAHAH S
BERNIKA EKA IFADA
RACHMANUR K.J
M. HASAS W
ANGGA WARDANA
ANNISA MUHDIYAH
CHRISTINE N
SHINTA AMELIA
AMIRUL MUMININ
NURUL F. PUA UPA
AINUN J.R
FAJAR I.R.N
SELLY APRIYANTI
OKY FENTY M
QUROTUL AINI
NURUL RAMADHANI ISLAMI
DWI EVI D.S
LITA MEVINDA

114215073
114215074
114215075
114215076
114215077
114215078
114215079
114215080
114215081
114215082
114215083
114215084
114215085
114215086
114215087
114215088
114215089
114215090
114215091
114215092
114215093
114215094
114215095
114215096

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA
SURABAYA
2015

Anda mungkin juga menyukai