Anda di halaman 1dari 125

K3 RUMAH SAKIT & SIAGA BENCANA

(sbg Implementasi SNARS Ed.1)

Oleh; AHMAD NURFALLAH


DASAR HUKUM
Dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan K3 RS :
 UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
 UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
 UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
 Permenaker Nomor 5/Men/1996 tentang SMK3
 Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/IV/2007 tentang pedoman
Manajemen K3 Rumah Sakit
 Permenkes 34/2017 tentang Akreditasi RS
 Kepmenkes Nomor 1087/2010 tentangt Standar K3 di RS
 Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit
 Pedoman Teknis Bangungan Rumah Sakit yang Aman Dalam Situasi
Darurat Dan Bencana -Direktorat Binyangmedik dan Sarkes -Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja
 Upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di
tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.
Isu K3 RS

Beberapa isu K3 RS yang penting adalah :


 Keselamatan pasien dan pengunjung
 Keselamatan dan kesehatan petugas kesehatan
 Keselamatan bangunan
 Keselamatan lingkungan
Keselamatan pasien
 Suatu proses pelayanan pasien
yang aman terdiri dari:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan manajemen
risiko
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Tindak lanjut dan solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko
Tujuan K3 Rumah Sakit
adalah terciptanya :
 cara kerja,
 lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan
 dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan karyawan RS ,pasien dan
masyarakat pengunjung
Manfaat K3 Rumah Sakit
1. Bagi RS :
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS.
2. Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
5 prinsip dasar
dalam penerapan SMK3

continuous
Peningkatan
Penetapan
Berkelanjutan
improvement Kebijakan K3
dan menjamin
Peninjauan
Peninjauan Ulang Komitmen
& Peningkatan
Ulang&
Peningkatan
SMK3 oleh
Manajemen
oleh manajemen
Perencanaan
K3
Pengukuran
dan
Evaluasi Penerapan
K3
1. Komitmen & Kebijakan K3 RS

Kepala RS menunjukkan komitmen dan diwujudkan dalam


kebijakan :
•Komitmen Kepala RS memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja seluruh tenaga
kesehatan maupun karyawan serta pekerja di wilayah kerja
•Menempatkan Organisasi K3 RS
•Menyediakan sumber daya yang berkualitas
•Menetapkan personel untuk menangani K3 RS
•Merencanakan K3 RS yang terkordinasi
•Menilai kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3 RS

Pegawai menunjukkan komitmen dengan wajib ikut dalam K3.

Kebijakan & komitmen ditinjau secara teratur.


Kebijakan K3.
 Komitmen tertulis dan ditanda
tangani oleh pengurus tertinggi dari
tempat kerja(Ka RS)
 Memuat visi dan tujuan
 Komitmen dan tekad untuk
melaksanakannya
 Kerangka dan program kerja
 Dibuat melalui proses konsultasi
dengan Pegawai atau perwakilan
Pegawai
 Disebarluaskan kepada seluruh
Pegawai, pemasok(Pihak Ke3) dan
pelanggan (masyarakat)
 Bersifat dinamis
 Selalu ditinjau ulang

ts@utps-k3
PEMBENTUKAN TIM K3
Berbentuk Surat Keputusan Kepala RS, meliputi :
 Susunan organisasi

 Tim K3 masuk dalam struktur organisasi


 Terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggotanya
adalah seluruh unit yang ada di RS
TUGAS DAN FUNGSI TIM K3
TUGAS ; FUNGSI ;
1. Merumuskan a. Perumusan kebijakan,
kebijakan,Peraturan, Peraturan, Pedoman, Panduan
Pedoman, Panduan (Juklak/Juknis) dan Standar
(Juklak/Juknis), Standar Operasional Prosedure
Operasional Prosedure (SPO) K3
(SPO) K3 , Checklist
Monitoring dll
2. Mengembangkan, b. Penyusunan Program K3
Melaksanakan dan c. Pelaksanaan Program K3
mengevaluasi program K3 RS d.Pengawasan dan Evaluasi
Program K3
Contoh; STRUKTUR TIM K3 RS
2. PERENCANAAN PROGRAM K3
RS
•Dibuat oleh Kepala RS dan Tim K3
•Berupa perencanaan tahunan atau lima tahunan
•Mengacu pd peraturan per-uu-an dan risiko
•Merencanakan identifikasi bahaya serta penilaian dan
pengendalian rIsiko
•Berkonsultasi dengan wakil pegawai, -P2K3,Ahli K3 (bila perlu)
•Perencanaan yang berkembang dan berkelanjutan

SMART
Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, Timely
SMART
• Tujuan yang Anda tetapkan harus jelas dan spesifik. Jelas
Specific akan membantu menguraikan apa yang akan Anda
lakukan, sedangkan spesifik akan membuat segala upaya
Anda fokus pada target yang akan dicapai

• Apa yang ingin Anda capai haruslah bisa diukur, misalnya


Measurable seberapa kuat, seberapa sering, seberapa banyak, atau
seberapa dalam

• Tujuan yang Anda tetapkan haruslah bisa dicapai. Dengan


begitu Anda akan berkomitmen untuk mencapainya
Achievable dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai Anda
menetapkan tujuan yang tidak mungkin Anda capai
• Realistis atau masuk akal adalah hal lain yang harus
dipenuhi oleh tujuan yang ingin Anda capai. Jangan
Realistic membuat tujuan yang terlalu sulit sehingga tidak mungkin
Anda capai atau membuat tujuan yang tidak sejalan
dengan keinginan atau hasrat hati And
• Anda harus bisa menetapkan kapan tujuan tersebut harus
dicapai. Apakah minggu depan, tahun depan, atau lima
Timely tahun lagi. Dengan adanya batasan waktu, Anda akan
terpacu untuk segera memulai melakukan tindaka
Perencanaan meliputi
 Identifikasi Bahaya Potensial
 phisik,kimia,ergonomi,biologi,psikososial
 Kecelakaan kerja
 Penilaian Risiko
 menentukan besaran Risiko
 Risiko = penilaian potensi bahaya x
probabilitas
 Pengendalian Risiko
 Sesuai hirarki pengendalian risiko
MATRIK PERENCANAAN PROGRAM
No Kegiatan Lokasi Penanggu Pelaksana Waktu Dana Keterangan
ng jawab
1
2
3
4
5
dst
PENERAPAN
Jaminan kemampuan
SDM
Sarana  Identifikasi sumber bahaya
Dana yang memadai  Penilaian Resiko
 Tindakan pengendalian resiko

Keterlibatan TIM & pegawai


melalui kegiatan pendukung
program
Komunikasi
Pelaporan
Dokumentasi  Dalam penerapan konsultasi
 Pembangkitan Motivasi
Manajemen  Peningkatan kesadaran
Informasi
3. TAHAP PELAKSANAAN/PENERAPAN

 Kepala RS memberikan informasi kebijakan K3 di


RS
 Memberikan pelatihan/peningkatan pengetahuan
mengenai K3 kepada seluruh staff
 Melakukan identifikasi bahaya potential dan
penilaian risiko kerja
 Melakukan tindakan pengendalian
IDENTIFIKASI BAHAYA POTENTIAL
Bahaya Potential
Ruang/tem Fisik Kimia Ergono Biologi Psiko Kecelak
pat mi sosial aan
No Kerja
1 Poli Umum
2 Poli Gigi
3 Kia
4 Apotik
5 Ruang
admin
6 Ruang Tunggu
7 Pantry

8 dll
Identifikasi Potensi Bahaya
Identifikasi Potensi Bahaya
Identifikasi Potensi Bahaya
Identifikasi Potensi Bahaya
Pekerja yang
No Bahaya Potensial Lokasi
paling beresiko
BIOLOGIK : Ruang Petugas medis
Virus,jamur ,parasit ,HIV /AIDs pemeriksaan dokter/dokter gigi,
rubeola (campak) ,rubella (campak Ruang perawatan, perawat, petugas
jerman),herperviruses (herpes Ruang OK, Ruang lab, Petugas
simplek),varicella (cacar air/ herpes Bersalin,Ruang Kebersihan,
zoster),cytomegalovirus Pemeriksaan/Oper petugas
(CMV),Mycobacterium tuberculosis asi Gigi,Kamar pengumpul
(TBC) mayat, Tempat sampah, Petugas
pembuangan kamar
limbah, mayat,petugas
bangsal,laundry sanitasi, Petugas
laundry

Binatang (tikus, kecoa, lalat, kucing, housekeeping seluruh karyawan


dan lain-lain) dan penghuni
rumah sakit
Identifikasi Potensi Bahaya
No Bahaya Potensial Lokasi Pekerja yang paling
beresiko
4 PSIKOLOGI PSIKOSOSIAL : Semua Area sesama pekerja, pekerja dengan
ketidak harmonisan hubungan antar pelanggan, maupun pekerja
manusia, masalah antar pekerja dengan pimpinan
,Stress

5 FISIOLOGI / ERGONOMI: Semua Area Semua karyawan


angkat dan angkut, posisi duduk,
ketidak sesuaian antara peralatan
kerja dan ukuran fisik pekerja,
Pekerjaan yg dilakukan scr manual,
Postur yg salah dlm melakukan
pekerjaan, Pekerjaan yg berulang

6 BAHAYA LINGKUNGAN, KECELAKAAN Semua Area Semua karyawan


KERJA DAN BAHAYA MESIN:
kecelakaan,luka, Strain (atau pulled
muscle), atau ketidaknyamanan
(peralatan kurang atau mengangkat
perangkat, lantai licin)
PENGENDALIAN RISIKO

N Ruang/tempat Bahaya Pengendalian Risiko


O potensial
1 Poli Klinik Fisik :
Umum
Kimia :
(BP)
Ergonomi
Biologi
Kecelakaan Kerja
Penyakit Akibat
Kerja
dll
4. Monitoring/Pengukuran dan evaluasi
Monitoring/Pengukuran & Evaluasi

Melalui :

Inspeksi & Pengujian

Audit SMK3 RS

Tindakan perbaikan dan pencegahan


Langkah utama monitoring dan evaluasi adalah
sebagai berikut;

 Menetapkan standar dan indikator untuk menilai


proses pelaksanaan program/ kegiatan. Standar biasa
mencakup semua input yang digunakan (dana,
meteri/bahan, cara atau metode, SDM, Prosedur,
Tehnologi dll).
 Mengumpulkan data dan melakukan investigasi
kinerja (pengamatan) dari pelaksanaan kegiatan/
proses kegiatan yang dipilih untuk dibandingkan
dengan standar/indikator (baik kualitatif maupun
kuantitatif) yang telah ditentukan.
 Mengamati perubahan lingkungan dan
mengumpulkan data untuk pengkajian pengaruh
lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang
sedang dilaksanakan
 Pengolahan, analisis data dan sistesis hasil. Data
yang dikumpulkan (termasuk perubahan
lingkungan) diolah dan dianalisis untuk membuat
penilaian dan kesimpulan tentang proses
pelaksanaan kegiatan. Hasil analisis dan
kesimpulan akan digunakan lebih lanjut untuk
perumusan rekomendasi tindak lanjut.
 Pengambil keputusan melakukan tindakan
(termasuk koreksi dn penyesesuai kegiatan,
maupun perencanaan ulang).
 Menyampaikan semua hasil monitoring,
pengendalian dan tindak lanjut kepada pihak
yang berkepentingan sebagai wujud
akuntabilitas dan proses pengambilan
keputusan lebih lanjut
Faktor-faktor yg mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja
Beban Lingkungan
kerja kerja
-Fisik -Fisik
-Mental -Kimia
-Biologi
-Ergonomi

Kapasitas kerja
-Psikologi
- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani &
rohani
- Status kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh
Pengendalian Faktor Risiko
Faktor Fisik :
 Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain:
penggunaan safety box limbah tajam,
 kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas,
 pemasangan keramik anti licin pada koridor dan
lantai yang miring,
 pemasangan rambu “awas licin”,
 pemasangan kaca film dan stiker pada dinding /
pintu kaca agar lebih kelihatan,
 kebijakan penggunaan sabuk keselamatan pada
pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih
dari 2 meter, dan lain-lain.
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya radiasi:
 pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi,
 pelatihan proteksi bahaya radiasi,
 penyediaan APD radiasi,
 pengecekan tingkat paparan radiasi secara
berkala dan
 pemantauan paparan radiasi pada petugas
radiasi dengan personal dosimetri pada
patugas radiasi.
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya kebisingan:
 substitusi peralatan dengan alat-alat baru
dengan ambang kebisingan yang lebih
rendah,
 penggunaan pelindung telinga dan
 pemantauan tingkat kebisingan secara
berkala oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan
Rumah Sakit (ISLRS).
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya pencahayaan:
 pemantauan tingkat pencahayaan secara
berkala oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan
Rumah Sakit (ISLRS) dan hasil pemantauan
dilaporkan ke Direktur, Teknik dan Unit
K3 untuk tindak lanjut ruangan yang
tingkat pencahayaannya tidak memenuhi
persyaratan.
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya listrik:
 kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan harus dipasang oleh
bagian Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit
(IPSRS) atau orang yang kompeten.
 Peralatan elektronik di RSUP dr Sardjito secara berkala
dilakukan maintenance oleh bagian IPSRS dan seluruh
peralatan yang layak pakai akan diberikan label layak pakai
berupa stiker warna hijau, sedangkan yang tidak layak pakai
akan diberikan stiker merah dan peralatan tersebut ditarik
oleh bagian IPSRS.
 Unit K3 dan IPSRS secara berkala melakukan sosialisasi ke
seluruh satuan kerja tentang perilaku aman dalam
menggunakan listrik di rumah sakit.
Pengendalian Faktor Risiko
 Bahaya akibat iklim kerja: resiko ini meliputi kondisi
temperatur dan kelembaban ruang kerja.
 Pemantauan temperatur dan kelembaban dilakukan oleh ISLRS.
Acuan dari standar temperatur dan kelembaban mengacu pada
keputusan menteri kesehatan RI no 1402 tahun 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
 Masalah yang sering muncul adalah temperatur melebihi standar
seperti di Instalasi Binatu dan ruang produksi gizi, karena belum
memungkinkan untuk distandarkan pengendalian yang dilakukan
dengan pemberian minum yang cukup.
 Masalah kelembaban yang tinggi beresiko terjadinya kolonisasi
kuman patogen sehingga meningkatkan angka infeksi baik bagi
pasien maupun bagi pekerja. Pengendalian secara teknis yg
dilakukan; Upaya yang dilakukan untuk menghambat kolonisasi
kuman terutama pada ruang perawatan pasien, ICU dan kamar
operasi harus dilakukan desinfeksi ruangan lebih sering dan
pemantauan angka kuman secara berkala.
Pengendalian Faktor Risiko
 Bahaya biologi : resiko bahaya biologi yang paling banyak adalah
akibat kuman patogen dari pasien yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh, dropet dan udara.
 Pengendalian resiko ini dilakukan oleh Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) akan tetapi termasuk dalam area
pemantauan Unit K3.
 Resiko air borne dissease dikendalikan dengan rekayasa ruangan
tekanan negatif beserta peraturan administratif dan APD.
 Resiko penularan melalui droplet dikendalikan dengan menyediakan
masker bagi petugas, pengantar pasien dan pasien yang batuk, serta
sosialisasi etika batuk oleh PPI.
 Resiko blood borne dissease dikendalikasn dengan penggunaan alat-
alat single use beserta peraturan administratif dan APD.
Lanjutan pengendalian Bahaya biologi …………….

 untuk mencegah penularan penyakit blood borne dissease


khususnya Hepatitis B harus dilakukan Imunisasi Hepatitis B
dengan perioritas pada karyawan dengan kadar titer anti HBs
< 0,2 u/L terutama yang bekerja pada tindakan invasif
terhadap pasien.
 dilakukan penanganan paska pajanan infeksi khususnya pada
HIV dan Hepatitis B.
 Bila pekerja atau peserta didik mengalami kecelakaan kerja
berupa tertusuk jarum bekas pasien atau terkena percikan
darah dan cairan tubuh pada mukosa (mata, mulut) atau
terkena pada luka, maka wajib melaporkan kepada
penanggung jawab ruangan pada saat itu dan setelah
melakukan pertolongan pertama harus segera periksa ke IGD
agar dilakukan telaah dan tindak lanjut paska pajanan sesuai
prosedur untuk mengurangi resiko tertular.
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya kimia: resiko ini terutama terhadap
bahan kimia golongan berbahaya dan beracun
(B3).
 Pengendalian yang telah dilakukan adalah
dengan identifikasi bahan-bahan B3, pelabelan
standar, penyimpanan standar, penyiapan
MSDS, penyiapan P3K, APD dan safety
shower serta
 pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3.
 Rekayasa juga dilakukan dengan penggunaan
Laminary Airflow pada pengelolaan obat dan
B3 lainnya.
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya ergonomi: resiko ini banyak terjadi
pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien
maupun barang.
 Sosialisasi cara mengangkat dan mengangkut
yang benar selalu dilakukan.
 Dalam pemilihan sarana dan prasarana
rumah sakit juga harus mempertimbangkan
faktor ergonomi tersebut terutama peralatan
yang dibeli dari negara lain yang secara fisik
terdapat perbedaan ukuran badan
Pengendalian Faktor Risiko
Bahaya psikologi: resiko psikologi teidak
terlalu kelihatan akan tetapi selalu ada
meskipun kadarnya tidak terlalu mencolok.
 Upaya yang dilakukan antara lain dengan
mengadakan pertemuan antar satuan kerja,
antar staff dan pimpinan dan pada acara-
acara bersama seperti saat ulang tahun RS
dan lain-lain yang bertujuan agar terjalin
komunikasi yang baik sehingga secara
psikologi menjadi lebih akrab dengan harapan
resiko bahaya psikologi dapat ditekan
seminimal mungkin.
5. Tinjauan Ulang & Peningkatan

Dilakukan oleh manajemen Meliputi :

Evaluasi penerapan SMK3 RS

Tujuan, sasaran, & kinerja K3 RS

Hasil audit SMK3 RS

Evaluasi kebutuhan untuk peningkatan SMK3 RS


Dampak zat kimia
MANUAL HANDLING
POSTUR MEMBUNGKUK
POSTUR DUDUK
Mekanisme kerja pelaksana K3

Ketua : pimpin
& koord
kegiatan org
Komunikasi rekomendasi
Peninjauan
Pada Direktur
Ulang&
Komunikasi pencegahan
KAK &Peningkatan
PAK pd pekerja,
pasien,
oleh pengunjung
manajemen Sekretaris :
pimpin & koord
kesekretariatan

Rumusan pemecahan
Masalah berdasar
Data &info berupa Anggota: laksanakan
Rekomendasi tugas org & rapat
Bahas masalah k3
Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit
Kecelakaan Kerja
 Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan,
kerugian material dan penderitaan dari yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat.

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :


1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas
laboratorium itu sendiri.
PEKERJAAN KOMPLEKS
PEMAKAIAN APD
KEGIATAN MENYUNTIK/AMBIL
DARAH
LAY OUT LABORATORIUM
Pengendalian Infeksi Nosokomial
pada Pasien dan Pekerja
Alat kesehatan
 adalah instrumen, aparatus, mesin dan atau
implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, meringankan penyakit
dan merawat orang sakit.
ALAT KESEHATAN
ALAT KESEHATAN
ALAT KESELAMATAN
 Beberapa sarana Keselamatan kerja yang
perlu diawasi antara lain bejana tekan uap,
penangkal petir, sistem pemadaman
kebakaran, sistem jaringan gas medis.
Sarana tesebut perlu mendapat
pemeliharaan dan pengawasan sehingga
aman dalam pengoperasiannya.
PENANGKAL PETIR & BEJANA
TEKAN
ALAT PELINDUNG DIRI
ERPP
Kebakaran

 Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur


bersama-sama. Unsur-unsur tersebut adalah
adalah oksigen, panas dan bahan yang mudah
terbakar. Bahan yang mudah terbakar di Rumah
Sakit antara lain ethyl eter, ethylene oxide dan
ethyl alcohol.
 Sebagai tempat layanan umum perlu
disediakan peralatan pemadaman kebakaran
mulai dari APAR, Hydran hingga sistem
pemadaman Otomatis. Jalur evakuasi juga perlu
dipasang.
Segi Tiga Api
APAR
SISTEM PEMADAM API OTOMATIS
Akreditasi Rumah Sakit
 KARS - SNARS Ed. 1
 MFK 1
 PERATURAN , PERSYARATAN
FASILITAS DAN PERIJINAN
SNARS Ed.1
Standar MFK 1
 Rumah sakit mematuhi peraturan dan
perundang-undangan tentang bangunan,
perlindungan kebakaran, dan persyaratan
pemeriksaan fasilitas.
Maksud dan Tujuan MFK 1: lihat
SNARS 1
 Direktur rumah sakit dan pimpinan lainnya bertanggung jawab
untuk perundang - undangan dan persyaratan lainnya yang berlaku
bagi fasilitas rumah sakit baik yang merupakan regulasi di tingkat
nasional maupun tingkat daerah menerapkan persyaratan yang
berlaku, termasuk mempunyai izin dan atau sertifikasi sesuai
peraturan perundangan, antara lain izin-izin tersebut dibawah ini :
izin-izin tersebut
a) izin mengenai bangunan
b) izin operasional rumah sakit yang masih berlaku
c) Sertifikat laik fungsi (SLF) bila diperlukan
d) Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
e) izin genset
f) izin radiologi
g) sertifikat sistem pengamanan/pemadaman kebakaran
h) sistem kelistrikan
i) izin incinerator (bila ada)
j) izin tempat pembuangan sementara bahan berbahaya dan beracun
(TPS B-3)
k) izin lift (bila ada)
l) izin instalasi petir
m) izin lingkungan
Standar MFK 2

 Rumah sakitmempunyai program


manajemen risiko fasilitas dan lingkungan
yang menggambarkan proses pengelolaan
risiko yang dapat terjadi pada pasien,
keluarga, pengunjung dan staf
Maksud dan tujuan MFK 2 : lihat SNARS 1
Program Manajemen Risiko:

a) Keselamatan dan keamanan


b) Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan
limbahnya
c) Penanggulangan bencana (emergensi)
d) Proteksi kebakaran (fire safety) –
properti dan para penghuni dilindungi dari
bahaya kebakaran dan asap
e) Peralatan medis – pemilihan,
pemeliharaan dan penggunaan teknologi
dengan cara yang aman untuk mengurangi
risiko
f) Sistem penunjang (utilitas) – pemeliharaan
sistem listrik, air dan sistem penunjang
lainnya dengan tujuan untuk mengurangi
risiko kegagalan operasional
 KARS - SNARS Ed. 1
 MFK 6 KESIAPAN
PENANGGULANGAN BENCANA
DASAR HUKUM
 UUD 1945 (amandemen ke-2) pasal 28G ayat 1,
yang berbunyi "Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda yang dibawah
kekuasaanya, serta berhak rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi”
 UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Pasal 35 dan 36)
 UU No. 36 tentang Kesehatan UU No. 44 tentang
Rumah Sakit
DASAR HUKUM
 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Pasal 5 dan 6)
 Permenkes No. 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
 Permenkes No. 19 Tahun 2016 tentang Sistem
Penaggulangan Gawat Darurat
 Kepmenkes No. 145 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
 Kepmenkes No. 1228 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Kepmenkes No. 738 Tahun 2006
tentang Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan
Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Standar MFK 6

 RS mengembangkan, memelihara, program


manajemen disaster untuk menanggapi
keadaan disaster dan bencana alam atau
lainnya yang memiliki potensi terjadi
dimasyarakat
Manajemen Disaster antara lain berisi proses :
a) menentukan jenis, kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya,
ancaman dan kejadian
b) menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien
yang ada dan bila terjadi bencana
c) menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut
d) menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian
e) mengelola sumber daya selama kejadian, termasuk sumber-sumber
alternatif
f) mengelola kegiatan klinis selama kejadian, termasuk tempat
pelayanan alternatif pada waktu kejadian
g) mengidentifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf
selama kejadian (juga lihat MFK 11.1 EP 4)
h) mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung
jawab pribadi staf dengan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap
menyediakan pelayanan pasien.
Standar MFK 6.1

 RS melakukan simulasi penanganan/


menanggapi kedaruratan, wabah dan
bencana
Kegawatdaruratan
 Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian
yang dapat menimbulkan kematian atau luka
serius bagi pekerja, pengunjung ataupun
masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha,
mengganggu operasional, menyebabkan
kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam
finansial dan citra RS.
 Sistem Tanggap Darurat RS : BSB (Brigade Siaga
Bencana) dan Internal.
Pengertian Tanggap dan
Darurat
 Tanggap menurut KBBI adalah (1) segera mengetahui
(keadaan) dan memperhatikan sungguh-sungguh, (2)
cepat mengetahui dan menyadari gejala yang timbul
 Darurat adalah suatu kondisi tidak normal/tidak
diinginkan yang terjadi pada suatu tempat atau kegiatan
yang cenderung membahayakan atau merusak
peralatan/harta benda atau lingkungan
Pengertian Tanggap Darurat

Tanggap darurat adalah suatu kondisi siap atau


siaga untuk melakukan tindakan dalam
menghadapi bencana yang sewaktu-waktu
dapat terjadi yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam menghadapi keadaan darurat dan
bencana
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan
Pengertian Bencana

 Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


 mengancam dan menganggu kehidupan dan
 penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
 faktor manusia maupun faktor alam dan atau
non
 alam, sehingga dapat menimbulkan korban jiwa,
 kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
 dampak psikologis
 Pengertian Pencegahan Bencana
 Serangkaian upaya yang dilakukan untuk
 mengurangi atau menghilangkan risiko bencana
 melalui pengurangan ancaman bencana maupun
 kerentanan pihak yang terancam bencana
 Pengertian Penanggulangan Bencana
 Serangkaian upaya yang meliputi penetapan
 kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
 bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
 darurat dan rehabilitasi
Kesiapsiagaan Bencana

 Serangkaian upaya yang dilakukan


 untuk mengantisipasi bencana melalui
 pengorganisasian serta melalui
 langkah yang tepat guna dan berdaya
 guna (UU RI No.24 Tahun 2007)
Kegiatan Kesiapsiagaan Bencana di RS

1.Pengaktifan Tim Siaga Bencana (Hospital Disaster Team)


2.Pelatihan siaga atau simulasi bagi seluruh personel RS
3.Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan RS
4.Penyiapan dukungan & mobilisasi sumber daya / logistik
5.Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan
terpadu untuk mendukung kebencanaan
6.Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan
dini (early warning system)
7.Peyusunan rencana kemungkinan (contigency plan)
8.Mobilisasi personel dan sarana-prasarana pendukung
kebencanaan di rumah sakit
Mitigasi

 Serangkaian upaya yang dilakukan untuk


mengurangi risiko bencana melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (PP No 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana)
Mitigasi di Rumah Sakit

 Pembuatan bangunan tahan gempa


 Pembuatan jalur evakuasi
 Pembuatan rambu-rambu petunjuk arah evakuasi
dan titik kumpul aman
 Pengadaan sarana keselamatan evakuasi
 Pembuatan dan penempelan tanda atau rambu
pintu darurat dan atau tangga darurat
 Sosialisasi bencana di rumah sakit
 Pelatihan bencana di rumah sakit
 Simulasi kedaruratan atau bencana di rumah sakit
Panduan Tanggap Darurat

 Tata cara atau pedoman kerja dalam


menanggulangi suatu keadaan darurat
dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia untuk menanggulangi
akibat dari suatu kondisi yang tidak
normal dengan tujuan untuk
mencegah atau mengurangi kerugian
yanng lebih besar
Tahapan Kesiapan RS

A. Identifikasi Potensi Kondisi Darurat dan


Bencana
B. Penyusunan Rencana Tanggap
Darurat dan Bencana
C. Pembentukan Tim Tanggap Darurat
dan Bencana
D. Skenario Tanggap Darurat dan
Bencana
E. Simulasi Kondisi Darurat dan Bencana
A. Identifikasi Potensi Kondisi
Darurat dan Bencana

 K3 dan Tim Manajemen Risiko RS


melakukan inventarisir kondisi darurat
di rumah sakit selain bencana
(kecelakaan massal, keracunan
massal, ledakan pabrik kimia, ledakan
bom, endemik penyakit, kebocoran
limbah B3, dll)
 Melakukan assessment risiko bencana
yang mungkin diterima rumah sakit
(Hazard Vulnerability Analysis - HVA)
HAZARD VULNERABILITY ANALYSIS
SEVERITY - {MAGNITUDE - MITIGATION)
PROBABILITY HUMAN PROPERTY BUSINESS PREPARED¬ INTERNAL EXTERNAL RISK
IMPACT IMPACT IMPACT NESS RESPONSE RESPONSE
EVENT
Commanxyf
POSSJOUT/ Pnysica!
LitieMiood mis Time, eflea- Mutual A>o
of oeart losses ana Iragopecn of PiwptMrmtng Poia&e nnear
imII sness staff and
orinpjr/ damages
supples
0- t*A f B Low 0-NfA 0- N/A I 0-1*A 0- l*A f ««an 2- 0 - w*
! - «*««(, »LOW 2- MMcr«r»
SCORE 1 r «tew f'MrfnH J ■ Hfgn 1 0- f00%
IAxfe-afe
<JMM!r 3
2 - Wwt'rt
Mass Casualty
incident 0%
(trauma)
Mass Casualty
Incident 0%
(modica/mfocttous)
Terrorism. Biological 0%

VIP Situation 0%

Infant Abduction 0%

Hostage Situation 0%

Civil Disturbance 0%

Labor Action 0%

Forensic Ac mission 0%

Bomb Threat 0%

AVERAGE 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0%


B. Penyusunan Rencana Tanggap Darurat
dan Bencana:

1. Mitigasi (Mitigation)
Merupakan kajian awal yang dilakukan untuk
mengeliminasi / menurunkan derajat risiko jangka
panjang terhadap manusia / harta benda yang
diakibatkan bencana
2. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Merupakan kegiatan yang dilakukan lebih lanjut
berdasar hasil mitigasi yang mencakup
pengembangan kemampuan personil, penyiapan
prasarana, fasilitas & sistem bila terjadi kondisi
darurat atau bencana
3. Kesigapan (Response)
Merupakan kemampuan penanggulangan pada saat
terjadi darurat atau bencana yang terencana, cepat
dan tepat (SAR, pemadaman kebakaran, dll)
4. Pemulihan (Recovery)
Merupakan kegiatan jangka pendek untuk
memulihkan kebutuhan pokok minimun kehidupan
masyarakat yang terkena kondisi bencana dan
dalam waktu panjang mengembalikan
kehidupannya secara normal
D. Penyusunan Skenario Tanggap Darurat
dan Bencana

1. Tim K3RS dan Tim Tanggap Darurat


dan Bencana bekoordinasi dalam
membuat skenario kondisi bencana di
rumah sakit
2. Pembuatan skenario harus
disesuaikan dengan kondisi darurat dan
bencana sesuai dengan prioritas risiko
yang mungkin terjadi (HVA)
E. Simulasi Kondisi Darurat dan Bencana

1. Simulasi meliputi dua hal penting


yaitu Penanggulangan pada saat
terjadi kondisi darurat atau bencana
dan pada saat kondisi setelah terjadi
bencana
2. Simulasi merupakan suatu evaluasi
apakah SPO yang sudah dibuat sudah
sesuai dengan kondisi di lapangan
sewaktu diujicobakan melalui simulasi
Kegiatan persiapan sampai dengan
pelaksanaan simulasi:

1. Pemberitahuan
2. Evakuasi
3. Penghitungan jumlah orang, peralatan,
berkas atau data yang dievakuasi
4. Penilaian keadaan darurat
5. Memindahkan korban darurat dan bencana
6. Kontak telepon awal dengan pihak luar
7. Penghentian sarana dan kegiatan tertentu
8. Membuat atau mendirikan
penghalang
9. Menyebarkan informasi kepada
penghuni RS
10. Membersihkan sisa-sisa bahan
yang digunakan untuk simulasi
11. Pekerja masuki gedung kembali
12. Pertemuan penutup (debriefing)
KESELAMATAN & KEAMANAN
PROGRAM DARURAT PROGRAM IDENTIFIKASI PROGRAM SIMULASI

2 3
1

Rumah sakit Rumah sakit Rumah sakit


menjamin mengidentifikasi melibatkan
keselamatan & semua orang semua orang
keamanan dan tempat dan SDM yang
fasilitas fisik berisiko ada
BAHAN BERBAHAYA & LIMBAH

BAHAN BERBAHAYA & LIMBAH


PROGRAM IDENTIFIKASI
PROGRAM DARURAT

1 2

Rumah sakit mampu


Rumah sakit menangani,
mengidentifikasi menyimpan dan
bahan berbahaya penggunaan yang
dan limbah RS aman
KEBAKARAN

PROGRAM
KESELAMATAN PROGRAM FIRE SAFETY PROGRAM SIMULASI

1 2 3

Rumah sakit Rumah sakit Rumah sakit


menjamin mampu melibatkan
keselamatan mendeteksi api, semua orang
semua orang memadamkan dan SDM yang
dari asap dan serta ada
api mengevakuasi
PERALATAN MEDIS
PROGRAM
IDENTIFIKASI PROGRAM DARURAT

1 2

Rumah sakit Rumah sakit mampu


mengidentifikasi dan memiliki system
dan inventarisasi penarikan peralatan
peralatan medis atau produk medis
AIR , LISTRIK. GAS MEDIS &
PERKUNCIAN
PROGRAM PROGRAM
KETERSEDIAN IDENTIFIKASI PROGRAM SIMULASI

1 2 3

Rumah sakit Rumah sakit


Rumah sakit
mmengidentifika melakukan
menjamin
si dan menjamin simulasi dan
ketersediaan air
keamanan menguji system
dan listrik
tempat tempat air dan
selama 24 jam 7
berisiko kelistrikan
hari
Organisasi Tanggap Darurat Tugas &
Tanggung Jawab
PEMERAN DALAM KEADAAN
DARURAT
Organisasi Emergency
1. Unsur Pimpinan
 Penanggung-jawab emergency
 Koordinator emergency
 Kepala Bagian Keamanan
 Komandan Regu dari masing-masing unit
2. Unsur Staf
 Sekretariat emergency termasuk komunikasi dengan
pihak luar
 Telephonist
 Operator radio
 Petugas sound system & panel kontrol
 Petugas telekomunikasi
3. Kelompok Teknisi
 Operator listrik / genset
 Operator pompa kebakaran
 Operator sistem tata udara
 Operator lif
 Operator utilitas lainnya
4. Kelompok Sekuriti & Penyelamatan
 Tim pemadam kebakaran
 Tim sekuriti dan perparkiran
 Tim evakuasi
 Tim pembersih / janitorial
 Tim P3K
 Tim Pemandu orang-orang disabled
5. Kelompok Evaluasi
 Tim evaluasi
 Pengawas
Uraian Tugas
1. Pimpinan emergency
 berfungsi selaku emergency Director
 memantau atau mengawasi pelaksanaan pengendalian emergency
 mengambil alih tugas Chief Warden / deputinya bila tidak dapat
melakukan tugasnya.
 Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan kendali emergency
2. Warden
 Memimpin operasi pemadaman tingkat awal dan penyelamatan
jiwa
 Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni gedung
 Memberikan instruksi dalam setiap tindakan emergency
 Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait (Dinas
Kebakaran, Polisi, PLN, Tim SAR, dll)
 Melaporkan status keadaan darurat kepada unsur pimpinan
 Deputi Chief Warden membantu tugas-tugas Chief Warden
3. Kelompok Komunikasi
◦ Kurir
 Menyampaikan berita dari Chief Warden / Deputy
Chief Warden kepda Floor Warden pada saat ada
gangguan pada sarana komunikasi selama operasi
penanggulangan tingkat awal
◦ Telephonis
 Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat
 Segera menghubungi Chief Warden atau Deputinya
untuk tugas penanggulangan kebakaran tingkat awal
◦ Operator Radio
 Melaksanakan hubungan komunikasi lewat handy talky
dari dan ke Chief Warden atau Deputy-nya
◦ Sound System
 Menyampaikan pengumuman atau perintah Chief
Warden atau Deputy Chief Warden ke setiap lantai
atau seluruh gedung melalui public address system.
- Operator kontrol panel
 Memonitor terus menerus kontrol panel untuk
mengentahui terjadinya kebakaran secara dini
 Jika monitor kontrol panel menyala dan alarm berbunyi
segera menghubungi zona / lantai yang termonitor lewat
public address untuk pengecekan situasi
 Jika tidak diperoleh informasi dari Floor Warden di lantai
/ zona yang termonitor itu, segera menuju ke lantai /
zona tersebut untuk memeriksa kejadian yang
sebenarnya dan segera melaporkannya ke Chief Warden
atau Deputy-nya
 Dalam terjadi alarm palsu, segera menghubungi Floor
Warden di lantai tersebut agar memberitahukan kepada
seluruh penghuni di lantai tsb.
 Membunyikan general alarm atau alarm per lantai atas
perintah Chief Warden atau Deputy Chief Warden.
4. Kelompok Teknisi
 Operator Lift
 Semua passenger lift tidak beroperasi dan kereta lift berada di
lantai 1, Main Lobby
 Service lift akan dioperasikan sebagai lift kebakaran untuk
keperluan petugas security dan petugas Dinas Kebakaran untuk
pemadaman kebakaran dan menolong korban
 Operator A/C
 Sistem AC tidak beroperasi atau pada posisi off.
 Operator Listrik / genset
 Siaga mengoperasikan on atau off listrik pada lantai tertentu atau
seluruh gedung sesuai instruksi Chief Warden
 Siaga mengoperasikan genset secara manual bila sistem otomatis
tidak bekerja pada saat pasokan listrik PLN terputus
◦ Operator Pompa Kebakaran
 Siaga mengoperasikan pompa air secara manual apabila sistem
otomatis tidak bekerja sehingga dapat menyediakan air untuk
kebutuhan pemdaman kebakaran
◦ Operator Pengendalian Asap
 Siaga untuk mengoperasikan pressurized fan / kipas udara tekanan
positif secara manual pada ruang tangga darurat bila sistem otomatis
tidak bekerja pada saat general alarm berbunyi.
5. Kelompok Sekuriti dan Penyelamat
◦ Tim Pemadam Kebakaran
 Memadamkan api pada kesempatan pertama dengan alat yang
tersedia secara cepat dan tepat (menggunakan alat pemadam api
ringan atau hidran)
 Melokalisasi area yang terbakar dengan menyemprotkan hidran
pada barang yang mudah terbakar sampai Dinas Kebakaran
datang.
 Membantu di lantai lain yang terbakar bila memerlukan tenaga
dan bekerja sama dengan kelompok lain yang memerlukan
bantuan.
 Menggunakan tangga darurat atau lift kebakaran selama lift
tersebut aman.
◦ Tim Securiti
 Menangani urusan keamanan dalam bangunan maupun Iingkungannya saat
penanggulangan keadaan darurat berlangsung.
 Melaksanakan pengawasan area dan mencegah orang yang dicurigai
menggunakan kesempatan melakukan kejahatan.
 Menangkap orang yang jelas-jelas te melakukan kejahatan dan membawanya
ke POSKO Sekuriti di Main Lobby
 Bersama tim evakuasi memeriksa ruangan dan memastikan benar benar
bahwa semua personhl telah ke luar dengan aman dan mengunci pintu. Tim mi
adalah tim terakhir meninggalkan Iantai
 Satu orang sekuriti bertugas menjaga dan mengoperasikan lift kebakaran yang
dipergunakan untuk kelompok pemadam kebakaran serta membantu meng-
evakuasikan orang sakit, cedera, meninggal dan sebagainya.
◦ Tim Evakuasi
 Mengatur dan menunjukkan rute untuk evakuasi, dad wang-wang
di setiap lantai ke daerah tempat berkumpul / konsolidasi.
 Memberi peringatan-peringtan terhadap orang yang membawa
barang berat /besar, orang yang akan menggunakan lift agar tidak
menimbulkan bencana tebih buruk.
 Memeriksa ruangan kantor kemungkinan ada personhl yang masih
tertinggal.
 Bila ternyata masih ada yang tertinggal di dalam ruangan, segera
lapor ke Floor Warden selarijutnya laporkan ke Chief Warden.
 Menghitung berapa jumlah korban (sakit, pingsan, meninggal, luka
luka) dan berusaha meng-evakuasikan korban melalui lift
kebakaran, tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran.
◦ Tim Parkir
 Mengatur perparkiran saat penanggulangan keadaan darurat
termasuk pengaturan jalur dan rambu-rambu
 Mengatur ai-us mobil masuk dan ke luar termasuk mobil unit
pemadam
 Bekerjasama dengan tim sekuriti dan Kepolisian dalam masalah
parkir
◦ Tim PPPK
 Memberikan pertolongan kepada korban (sakit, cedera, meninggal) di
luar gedung setelah di-evakuasikan oleh petugas evakuasi.
 Berusaha memanggil ambulans dan mengatur penggunaannya
 Mengatur pengiriman orang sakit, cedera ke Rumah Sakit terdekat
dengan menggunakan ambulans
◦ Tim Pembersih / Janitor
 Membersihkan area dari genangan air akibat pecahnya kepala
sprinkler, tumpahan cairan, bekas-bekas pemadaman dll
 Membantu dalam upaya pencarian lokasi bom, dalam hal adanya
ancaman bom dan searcher dalam pencarian orang, barang dan
sebagainya.
6. Tugas Petugas Peran Kebakaran dalam
kondisi normal
 Memahami tata letak ruang bangunan, baik daerah
perkantoran yang menjadi tanggung-jawabnya maupun
mengenai bangunan gedung secara keseluruhan terutama
mengenai jalan-jalan ke luar evakuasi dsb
 Memahami tentang alat-alat proteksi kebakaran yang
terdapat dalam bangunan, sistem pemadam dan
pendeteksian kebakaran, cara kerjanya dan
menggunakannya.
 Memahami cara pencegahan dan penanggulangan kebakaran
dan menjaga keamanan secara baik di daerah yang menjadi
tanggung-jawabnya.
 Memahami prosedur yang harus diikuti pada waktu terjadi
keadaan darurat dan bila terjadi haruslah diperoleh
kepastian bahwa prosedur tersebut akan dilaksanakan
sebagaimana mestinya
 Memelihara daftar yang terakhir tentang personil dibawah tanggung-
jawabnya dan berusaha mendidik mereka mengenai peralatan yang
ada, melakukan upaya pencegahan kebakaran dan menerapkan
prosedur evakuasi.
 Bersama Chief Warden menentukan daerah berkumpul di tempat
parkir bagi penghuni lantai apabila terjadi keadaan darurat dan
meneliti anggota-nya sebelum mereka kembali ke kantornya.
 Menyediakan kotak PPPK dan mampu memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
7. Petugas Peran Kebakaran Penghuni Gedung Pada
saat Kebakaran
◦ Floor Warden
 Memimpin operasi pemadaman tingkat awal dan tugas penyelamatan
jiwa di lantai yang menjadi tanggung-jawabnya.
 Menerima perintah dan melaporkan jalannya operasi kepada Chief
Warden atau Deputy Chief Warden
◦ Stair Warden
 Melaksanakan peng-evakuasian penghuni melalui tangga darurat setelah
mendapat perintah dari Floor Warden
◦ Petugas Pemadam
 Memadamkan kebakaran tingkat awal dengan menggunakan APAR atau
hidran
◦ Petugas Pencari (Searcher)
 Memeriksa secara cermat di semua ruangan di lantai tersebut untuk
memastikan apakah penghuni lantai sudah ber-evakuasi semua dan tidak ada
yang tertinggal
 Berkewajiban melapor kepada Floor Warden
◦ Pemandu Orang Disabled
 Membantu dan memandu orang-orang disabled ke tempat aman yang terdekat
(biasanya dua pemandu untuk setiap disabled person)
 Meng-evakuasikan orang-orang disabled apabila instruksi evakuasi penghuni
gedung segera dilaksanakan
◦ Petugas PPPK Lantai
 Memberikan pertolongan pertama terhadap korban di lantai yang menjadi
tanggung-jawabnya
 Melaporkan kepada Tim PPPK Gedung
◦ Petugas Evaluasi
 Menghitung jumlah karyawan yang
ber-evakuasi dari lantai yang menjadi
tanggung-jawabnya
 Mengecek ulang di tempat berkumpul
di luar gedung
DENAH EVAKUASI
PETUNJUK EVAKUASI
ERPP
PENUTUP
 SMK3 RS: lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman
baik bagi karyawan, pasien, pengunjung ataupun
masyarakat di sekitar RS.
 Pengelolaan K3 di RS dapat berjalan dengan baik bila
ada komitmen pimpinan puncak/Direktur RS.
 Perlu pemahaman, kesadaran dan perhatian yang
penuh dari segala pihak yang terlibat di RS, sehingga
apa yang diharapkan bisa tercapai.
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai