BAB IV
HASIL PENELITIAN
42
fungsi
RSUD
Ulin
selain
mengemban
fungsi
pelayanan
juga
Penuh
Tingkat
Lengkap
16
Bidang
(SK
Menkes
2007
melalui
Keputusan
Gubernur
Kalimantan
Selatan
43
dan
pelatihan,
penelitian
dan
44
f
1
8
21
30
%
3,3
26,7
70
100
45
f
13
17
30
%
43,3
56,7
100
46
f
3
16
10
1
30
%
10
53,3
33,4
3,3
100
47
10
14
5
1
30
33,3
46,7
16,7
3,3
100
Ringan
Sedang
Berat
Jumlah
Sangat Berat
Normal
33,3
66,7
100
Ringan
56,3
25
18,8
16
100
Sedang
80
10
10
10
100
Berat
100
100
Jumlah
10
33,3
14
46,7
16,7
3,3
30
100
48
Sedangkan pasien yang memiliki kadar gula darah berat dengan derajat
keparahan stroke berat berjumlah 91 orang (100%).
Hasil analisis dengan uji korelasi rank spearman diperoleh hasil bahwa
nilai Correlation: 0,435; p=0,016 < =0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara kadar gula darah dengan derajat keparahan
stroke pada pasien di RSUD Ulin Banjarmasin.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kadar Gula Darah
Hasil penelitian mengenai kadar gula darah menunjukkan bahwa
pasien dengan kadar gula darah ringan berjumlah 16 orang (53,3%), pasien
dengan kadar gula darah sedang berjumlah 10 orang (33,3%), pasien dengan
kadar gula darah normal berjumlah 3 orang (10%) dan pasien dengan kadar
gula darah berat berjumlah 1 orang (3,3%). Kadar gula darah dipengaruhi oleh
asupan nutrisi, pola istirahat dan pola hidup. Sebagian besar responden
memiliki kadar gula darah ringan akibat diit gula atau diabetes mellitus serta
terapi pengobatan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan. Diabetes
mellitus dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi,
obesitas, Stroke, Jantung hingga kematian.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiharjdo (2014), yang
menyebutkan bahwa pasie stroke yang melakukan kunjungan ulang sebagian
besar mengalami penurunan kadar gula darah akibat pemberian terapi oleh
dokter serta pola diit gula yang telah diberitahukan oleh petugas kesehatan
pada kunjungan sebelumnya.
2. Derajat keparahan Stroke pada pasien Stroke
Hasil penelitian mengenai derajat keparahan Stroke pada pasien
Stroke menunjukkan bahwa pasien dengan derajat keparahan Stroke sedang
berjumlah 14 orang (46,7%) dan pasien dengan derajat keparahan Stroke
49
50
51
< =0,05 atau dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kadar gula darah dengan derajat keparahan stroke pada pasien di RSUD Ulin
Banjarmasin.
Peneliti menyimpulkan bahwa, peningkatan kadar gula darah dapat
memperberat kerja suplai oksigen dalam darah menuju otak. Otak sebagai
penggerak utama sistem syaraf akhirnya mengalami penyumbatan dan
membuat sistem syaraf khususnya ekstremitas mengalami kelumpuhan.
Apabila pasien stroke tidak dapat mengendalikan kadar gula darah dalam
tubuhnya, maka akan memperparah derajat stroke yang dialami dan beresiko
mengalami kelumpuhan total, penyusutan ekstremitas (kecacatan) bahkan
hingga terjadinya komplikasi penyakit lain hingga mengakibatkan kematian.
Derajat keparahan pasien stroke dipengaruhi oleh tingginya kadar gula
darah. Bila kadar gula naik, maka derajat keparahan Stroke seseorang yang
akan bertambah parah. Kadar gula darah berhubungan dengan perburukan
klinis pada pasien dengan stroke iskemik akut dimana kenaikan kadar gula
darah dapat menimbulkan efek yang merugikan terhadap kerusakan jaringan
otak.
Hasil Correlation: 0,435 artinya bernilai positif. Korelasi sempurna ini
mempunyai makna jika nilai kadar gula darah naik, maka derajat keparahan
stroke naik sehingga seseorang dengan kadar gula darah tinggi berpeluang
sebesar 43,5% mengalami peningkatan derajat keparahan stroke. Kenaikan
kadar gula darah berkomplikasi yang sering pada stroke, dimana pada
umumnya demam terkait dengan proses inflamasi dan infeksi karena pasien
stroke rentan terhadap berbagai komplikasi.
Peningkatan angka kematian pada stroke dengan kadar gula darah
tinggi terutama pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral
52
(batang otak) dan lebih cenderung pada stroke iskemik akibat infark serebral.
Kebanyakan pasien stroke dengan kadar gula darah diatas 200 mg/dl dalam
waktu 1 hingga 7 hari, namun kejadian ini tidak terus-menerus terjadi dan akan
mereda dalam waktu 1-2 hari pada 90% pasien stroke (Wei Yu dkk., 2013).
Penelitian Saini dkk, (2009) yang meneliti tentang kadar gula darah
sebagai prediktor buruk terhadap luaran stroke iskemik akut, dengan
melakukan pengukuran suhu saat awal dirawat dan diulang setiap delapan
jam hingga 72 jam awitan stroke dan luaran stroke dinilai dengan
menggunakan selisih nilai NIHSS saat awal dirawat dan hari ke-7
mendapatkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan nilai
p<0,01(OR= 2,76; 95%IK 2,043,73).
Peningkatan tekanan intra kranial lebih banyak dan lebih cepat terjadi
pada stroke hemoragik. Inflamasi akut juga akan mengaktivasi aksis
hypothalamic-pituitaryadrenal (HPA) melalui aksi integrasi dari proinflamatory
cytokines. Adrenocorticotropin hormone (ACTH) yang diinduksi cytokines
(TNF/tumor necrotizing factor), IL-1, IL-2,IL-6 akan mengaktivasi sekresi CRH
(corticotrophin releasing hormone) dan arginin vasopressin (AVP) dari
hipotalamus, ekspresi gen proopiomelanocortin (POMC) hipofise yang akan
menghasilkan peningkatan kortisol. Pada stroke hemoragik, inflamasi
disebabkan kerusakan jaringan dan adanya darah di luar pembuluh darah
yang bersifat sebagai benda asing (Munir, 2015).
D. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dilakukan dengan obsevasional dengan menggunakan NIHSS yang
dilakukan hanya satu kali pada saat pasien kontrol ke Poli Klinik dan tidak
53
dilakukan pada fase akut yaitu saat responden masuk perawatan sehingga
tidak dapat diketahui perbedaan skor NIHSS awal dan pasca perawatan.
2. Penelitian ini hanya mendesain untuk memeriksa dan menganalisis satu
variabel independen yang berpeluang menjadi penyebab derajat keparahan
Stroke pada pasien di Ruang Seruni RSUD Ulin Banjarmasin, sedangkan faktor
lain yang juga berpeluang menjadi faktor yang berhubungan dengan derajat
keparahan Stroke pada pasien di Ruang Seruni RSUD Ulin Banjarmasin tidak
diteliti
3. Adanya keterbatasan data yang ada di lembar observasional/kuesioner,
sehingga hal ini mengakibatkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tidak
bisa menggambarkan keseluruhan penyebab yang berhubungan dengan
derajat keparahan stroke pada pasien di Ruang Seruni RSUD Ulin
Banjarmasin.