Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
dapat menular dan mematikan (Sudoyo, dkk, 2012). Virus tersebut menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia sehingga individu yang terinfeksi akan
mengalami penurunan daya tahan tubuh yang ekstrim sehingga mudah
terjangkit penyakit-penyakit infeksi dan keganasan yang dapat menyebabkan
kematian (Price & Wilson, 2013).
Epidemi HIV/AIDS saat ini telah melanda seluruh negara di dunia.
Penyakit ini menyebar dengan cepat tanpa mengenal batas negara dan pada
semua lapisan. Hawari (2006) menyebutkan masalah HIV/AIDS sudah menjadi
masalah global dengan kecepatan penyebaran yang sangat pesat. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit ini sebagai wabah paling
mematikan sepanjang sejarah, sehingga untuk mengantisipasinya WHO
membentuk organisasi khusus penanggulangan HIV/AIDS (Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS) dan menetapkan tanggal 1 Desember sebagai hari
AIDS sedunia.
Sejak pertama kali kasus infeksi virus yang menyerang kekebalan tubuh
ini ditemukan di New York pada tahun 1981, diperkirakan virus telah
mengakibatkan kematian lebih

dari 25 juta orang di seluruh dunia

(Uvikacansera, 2010). Disepanjang tahun 2008, dilaporkan terdapat 2 juta

kematian terkait AIDS dan tercatat 33,4 juta ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
tersebar diseluruh dunia, termasuk 2,7 juta kasus orang yang baru tertular HIV.
Jumlah ini terus bertambah dengan kecepatan 15.000 kasus baru perhari,
dengan estimasi 5 juta pasien baru terinfeksi HIV setiap tahunnya di seluruh
dunia (UNASAIDS, 2009).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka penambahan
kasus HIV/AIDS tercepat di Asia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen
PP&PL) Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah kasus baru
HIV pada tahun 2011 dan 2013 mengalami peningkatan. Penemuan kasus baru
HIV meningkat dari 21.511 orang pada tahun 2012 menjadi 29.037 pada tahun
2013. Secara kumulatif jumlah penemuan kasus HIV/AIDS mulai 1 April 1987
hingga 31 Maret 2014 adalah 134.042 kasus HIV, 54.231 kasus AIDS dan
9.615 kematian yang disebabkan oleh virus ini. Kalimantan Selatan menempati
urutan ke 14 dari 33 propinsi di Indonesia dengan jumlah kumulatif penemuan
kasus HIV/AIDS terbanyak yaitu 7.584 kasus HIV dan 3.339 kasus AIDS
(Kemenkes RI, 2014).
Pada data yang disampaikan Ditjen PP&PL Kemenkes RI tersebut juga
menyebutkan bahwa tingkat prevalensi kasus AIDS di propinsi Kalimantan
Selatan sendiri menempati urutan ke 19 terbanyak dari 33 propinsi di Indonesia
yaitu 10,31 per 10.000 penduduk (Kemenkes RI, 2014). Pada bulan Agustus
2014, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) menyelenggarakan asistensi
program penanggulangan HIV/AIDS Kota Banjarmasin. Berdasarkan penuturan
langsung Lilik Hernanto, Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2PLP) Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin, KPA menyampaikan bahwa jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS


yang dilaporkan di Kalimantan Selatan mulai Tahun 1993 sampai dengan Juni
2014.
Kota Banjarmasin merupakan salah satu kabupaten di propinsi
Kalimantan Selatan yang memiliki angka penemuan kasus HIV/AIDS yang
cukup fluktuatif walaupun tidak termasuk ke dalam daerah rawan HIV/AIDS.
Pada tahun 2012 di Kota Banjarmasin ditemukan 20 kasus HIV baru dan 8
kasus AIDS baru, sedangkan pada tahun 2013 ditemukan 18 kasus HIV baru
dan 12 kasus AIDS baru (Badan Pusat Statistik, 2014). Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin sebagai instansi pemerintah yang memberikan pelayanan
kesehatan telah bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
mendirikan Klinik Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan Care, Support
and Treatment (CST) di RSUD Ulin Banjarmasin dan di RSUD dr. H. Ansari
Saleh dalam upaya mendukung tercapainya MDGs. Klinik VCT di RSUD Ulin
Banjarmasin sendiri mulai membuka pelayanan Januari 2011 dan hingga saat
ini menyediakan layanan VCT (konseling dan tes HIV sukarela) dan CST
(pelayanan, dukungan dan perawatan) termasuk penyediaan obat.
Penyakit HIV/AIDS menimbulkan beberapa permasalahan yang cukup
serius bagi penderitanya. HIV menyebakan beberapa kerusakan sistem imun
dan menghancurkannya. Perjalanan penyakit HIV yang terbagi dalam empat
stadium secara fisik menimbulkan kerentanan terhadap beberapa penyakit
seperti munculnya penyakit TBC, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang
disebabkan oleh jamur, pembengkakan kelenjar getah bening, muncul herpez
zoster berulang dan bercak gatal di seluruh tubuh (Nursalam & Ninuk, 2007).
Pada akhirnya penderita HIV/AIDS akan mengalami kesulitan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari bahkan mereka tidak mampu lagi untuk bekerja.


Ketidakmampuan mereka untuk bekerja mengindikasikan bahwa mereka
mengalami penurunan kualitas hidup (Diatmi & Fridari, 2014).
Selain permasalahan fisik di atas, penyakit HIV/AIDS juga berdampak
terhadap kondisi psikologis penderita. AIDS oleh masyarakat umum dianggap
suatu penyakit yang cukup menakutkan dan merupakan isyarat atau vonis
bahwa penderita telah dipastikan akibatnya akan meninggal (Riyanto, 2006). dr.
Windi lebih lanjut menyampaikan bahwa stigma negatif yang berkembang di
masayarakat Kota Banjarmasin yang menganggap penyakit HIV sangat erat
kaitannya dengan homoseksualitas, biseksual, pelacuran dan penggunaan
narkoba dengan jarum suntik menyebabkan penderita menjadi malu jika orang
lain mengetahui penyakitnya. Selain itu, masyarakat menjadi takut tertular
sehingga menghindar sejauh mungkin melakukan kontak dengan penderita
yang menyebabkan penderita merasa terasing bahkan dengan keluarganya
sendiri. Reaksi pertama yang diperlihatkan oleh sebagian besar pasien yang
baru mengetahui penyakitnya adalah menangis, mempertanyakan kesalahan
apa yang telah diperbuat hingga ia harus menerima kenyataan ini,
menyalahkan pasangannya jika yang menjadi penyebab penularannya melalui
pasangan, merasa tidak berguna, dan muncul ketakutan akan datangnya
kematian.
Beberapa hari kemudian mulai menampakkan perilaku Stres seperti
mengurung diri di kamar, tidak mau makan sehingga berat badan turun. Hal
tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pardita (2014) dalam
penelitiannya

menyebutkan

bahwa

ada

perbedaan

kondisi

psikologis

seseorang, sebelum dan sesudah terkena HIV/AIDS yang meliputi tingkat

stress, tingkat frustrasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, dan


rasa berduka. Reaksi psikologis dirasakan secara signifikan oleh responden
setelah terkena penyakit HIV/AIDS. Selain itu, masalah yang dialami ODHA
baik secara fisik maupun psikologis muncul stress, penurunan berat badan,
kecemasan, gangguan kulit, frustrasi, bingung, kehilangan ingatan, penurunan
gairah kerja, perasaan takut, perasaan bersalah, penolakan, Stres bahkan
kecenderungan bunuh diri (Wahyu, Taufik & Asmidirllyas, 2012).
Stres merupakan gangguan mental terbesar yang sering terjadi pada
pasien dengan penyakit terminal atau kronik. Prevalensi munculnya gangguan
Stres yang disebabkan oleh penyakit HIV mencapai 22% hingga 45% (Mello,
Sequrado & Malbergier, 2010) bahkan dapat mencapai 20% hingga 79%
tergantung dengan populasi, masa penelitian dan alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat Stres (Dal-Bo, Manoel, Filho, da Silva, Cardoso, Cortez,
2013). Dalam pertemuan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Cahaya Mustika
pada tanggal 1 April 2015 di Klinik VCT-CST RSUD Ulin Banjarmasin, yang
dihadiri oleh delapan belas penderita HIV/AIDS yang berdomisili di Kota
Banjarmasin, bahwa sebagian dari mereka menunjukkan gejala Stres seperti
merasa sedih, malu, berkecil hati dalam menghadapi masa depan, takut akan
kematian, sering menangis jika sedang sendiri, merasa kecewa pada diri
sendiri maupun pasangannya, merasa bersalah hingga pantas untuk dihukum,
mudah marah, merasa tidak puas terhadap apa saja yang ada, merasa tidak
berharga. Kondisi psikologis tersebut sangat berpengaruh pada kesiapan
pasien menjalani pengobatan lebih lanjut.
Salah satu upaya agar penderita HIV/AIDS dapat menerima bahwa
dirinya terinfensi HIV dan siap menjalani pengobatan ARV sedini mungkin

adalah dengan mengurangi dampak psikologis yang dialami penderita akibat


penyakit ini termasuk munculnya gangguan Stres. Konsultasi dengan dokter,
pengobatan dan terapi dapat mengurangi dampak psikologis akibat penyakit ini.
Penderita HIV/AIDS yang mendapatkan dukungan dari kelompok terbukti tidak
mengalami Stres (Ndu, Arinze-Onyia, Aguwa & Obi, 2011). Dukungan emosi
yang diberikan kepada penderita HIV/AIDS terbukti berpengaruh pada tingkat
Stresnya (Mello, dkk, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebaran
penyakit HIV/AIDS dewasa ini sangat mengkhawatirkan sehingga menjadi
salah satu prioritas setiap negara untuk mendapat penanganan secara serius.
Penyakit HIV/AIDS sendiri menimbulkan permasalahan yang cukup serius bagi
penderitanya, mulai dari masalah fisik yaitu menurunnya sistem kekebalan
tubuh

hingga

masalah

psikologis

seperti

munculnya

Stres.

Hal

ini

mempengaruhi kesiapan penderita untuk menjalani pengobatan ARV yang


menurut penelitian terkini harus dilakukan sedini mungkin untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan
intervensi psikologis yang cukup serius untuk mengatasi Stres yang dialami
pasien salah satunya dengan terapi kelompok suportif ekspresif. Terapi
kelompok suportif ekspresif ini memberikan dukungan kelompok berupa
pengetahuan melalui tukar pengalaman, nasihat dari anggota kelompok,
dukungan emosional yang diberikan oleh orangorang yang berada dalam
kondisi dan memiliki permasalahan yang sama, memberikan kesempatan
penderita untuk mengekspresikan pengalaman dan berbagi kisah yang
berkaitan dengan penyakitnya yang dapat mengubah hidup mereka. Melalui
terapi kelompok suportif ekspresif, penderita biasanya merasakan kelegaan

dan muncul harapan positif karena menyadari bahwa ada orang lain yang
mengalami permasalahan yang sama. Hal ini kemudian memunculkan suatu
pertanyaan apakah terapi kelompok suportif ekspresif juga efektif dalam
menurunkan Stres pada penderita HIV/AIDS dengan karakteristik simptom
Stres yang khas seperti malu, muncul perasaan bersalah, perasaan dihukum,
menarik diri, mudah marah, dan khawatir pada kesehatan.
Penelitian Rotheram dkk (2012) di Thailand menunjukkan bahwa
hubungan keluarga dan sosial merupakan dukungan struktural yang penting
yang mempengaruhi kesehatan dan kesehatan mental seseorang dengan HIV.
Dukungan sosial berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih baik dan
gejala Stresf yang lebih kecil. Penelitian Basavaraj dkk (2010) di India tentang
kualitas hidup pasien dengan HIV/AIDS menemukan kualitas hidup merupakan
konsep

multidimensi

yang

defenisi

dan

penilaiannya

tetap

menjadi

kontroversial. HIV/AIDS menghadirkan dampak ekonomi yang sangat tinggi dari


sudut pandang masyarakat. Karena HIV/AIDS merupakan penyakit yang parah,
memiliki efek besar pada semua aspek kehidupan, sehingga evaluasi terhadap
kualitas hidup menjadi sangat penting. Penelitian Simoni dkk (2010) tentang
Stres pada pasien HIV menunjukkan bahwa Stres merupakan salah satu comorbiditas infeksi HIV, dengan perkiraan prevalensi gangguan Stres utama
diantara orang-orang dengan HIV sebesar 20% sampai dengan 37%.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Ulin
Banjarmasin selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai dengan
Desember 2013 jumlah pasien HIV/AIDS sebanyak 120 orang yang dirawat
inap, sebanyak 20 orang setiap hari. Dari 120 orang pasien HIV/AIDS sebanyak
80 orang setelah mengetahui diagnosa penyakit HIV/AIDS keluarga tidak

datang lagi ke rumah sakit. Sebagian besar pasien HIV/AIDS mempersepsikan


tingkat kualitas hidupnya rendah. Oleh karena itu, hal ini memerlukan perhatian
khusus dari keluarga dan tenaga kesehatan.
Pelaporan dan pencatatan VCT PUSYANSUS RSUD Ulin Banjarmasin,
pada tahun 2011 penderita positif HIV sebanyak 381 orang laki-laki dan 167
orang perempuan dan yang didampingi kelurga saat konseling hanya 125
orang. Pada tahun 2012 penderita positif HIV sebanyak 337 orang laki-laki dan
195 orang perempuan dan yang didampingi saat konseling hanya 150 orang.
Dan pada tahun 2013 penderita positif HIV sebanyak 409 orang laki-laki dan
perempuan sebanyak 181 orang dan yang didampingi keluarga sebanyak 110
orang.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
lamanya pengobatan dengan tingkat stres pada pasien HIV/AIDS di RSUD Ulin
Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan lamanya
pengobatan dengan tingkat stres pada pasien HIV/AIDS di RSUD Ulin
Banjarmasin?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan lamanya pengobatan dengan tingkat stres
pada pasien HIV/AIDS di RSUD Ulin Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi lamanya pengobatan pada pasien HIV/AIDS di RSUD
Ulin Banjarmasin.
b. Mengidentifikasi tingkat stres pada pasien HIV/AIDS di RSUD Ulin
Banjarmasin.
c. Mengidentifikasi hubungan lamanya pengobatan dengan tingkat stres
pada pasien HIV/AIDS di RSUD Ulin Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku pasien
dengan kenyataan di lapangan dibandingkan teori-teori yang diterima di
bangku kuliah.
b. Penelitian ini

dapat

menambah

khasanah

keilmuan

mengenai

hubungan lamanya pengobatan dengan tingkat stres pada pasien


HIV/AIDS di RSUD Ulin Banjarmasin.
c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih
lanjut khususnya yang berkaitan dengan tingkat stres pada pasien
HIV/AIDS di RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi evidence based pratice tentang
lamanya pengobatan dengan tingkat stres pada pasien HIV/AIDS di RSUD
Ulin Banjarmasin.

E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Sushil Yaday (2010) mengenai studi kasus dukungan sosial,
harapan dan kualitas hidup orang-orang dengan HIV/AIDS di Nepal
menemukan bahwa orang yang hidup dengan HIV/AIDS dengan dukungan
informasi, dukungan emosional, dukungan sosial dan dukungan jaringan
sosial membantu meningkatkan kualitas hidup pasien HIV/AIDS. Dan hasil
penelitian ini memiliki implikasi untuk menyediakan perawatan, pengobatan,

10

dan psiko-sosial untuk mempertahankan kualitas hidup orang dengan


HIV/AIDS.
2. Penelitian Racmawati (2013) yang meneliti kualitas hidup pasien HIV/AIDS
yang mengikuti terapi Anti Retroviral Virus yang mengemukakan menjadi
ODHA merupakan suatu yang berat dalam hidup, dimana permasalahan
yang komplek selalu dihadapi setiap hari, bukan hanya berurusan dengan
kondisi penyakit, tetapi kondisi penyakit yang disertai dengan stigma sosial
yang diskriminatif. Hal ini yang menyebabkan menurunnya semangat hidup
ODHA yang kemudian membawa efek dominan menurunnya kualitas hidup
ODHA. Dukungan penilaian dari keluarga sangat dibutuhkan saat terjadi
diskriminasi. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing, menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan dan perhatian.

3. Peter Williams (2012) dalam penelitiannya terhadap pasien HIV/AIDS di


Ontario Canada menunjukkan sebanyak 297 (54,2%) orang mengalami
Stres. Penelitian yang dilakukan oleh Kinyanda (2012) pada 618 pasien
HIV/AIDS sebanyak 358 (57.9%) dengan mayor Stres disorder.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Cover
    Kuesioner Cover
    Dokumen1 halaman
    Kuesioner Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen12 halaman
    Penda Hulu An
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen4 halaman
    Kuesioner
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Alasan Memilih Judul
    Alasan Memilih Judul
    Dokumen2 halaman
    Alasan Memilih Judul
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Penelitian
    Rancangan Penelitian
    Dokumen3 halaman
    Rancangan Penelitian
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Yg Bujur
    Daftar Pustaka Yg Bujur
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka Yg Bujur
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen6 halaman
    Bab V
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Vi Intisari
    Vi Intisari
    Dokumen1 halaman
    Vi Intisari
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Lakip Kpu Bka 2015 - 2
    Lakip Kpu Bka 2015 - 2
    Dokumen36 halaman
    Lakip Kpu Bka 2015 - 2
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Penelitian
    Jadwal Penelitian
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Penelitian
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Xii Daftar Gambar
    Xii Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Xii Daftar Gambar
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka - 2
    Daftar Pustaka - 2
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka - 2
    NyonyaMahmudiansyah
    100% (1)
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover 2
    Cover 2
    Dokumen1 halaman
    Cover 2
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen3 halaman
    Kuesioner
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Sasuwu
    Sasuwu
    Dokumen1 halaman
    Sasuwu
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Iufd
    Iufd
    Dokumen56 halaman
    Iufd
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat
  • Diskripsi Hasil Ka Sari
    Diskripsi Hasil Ka Sari
    Dokumen1 halaman
    Diskripsi Hasil Ka Sari
    NyonyaMahmudiansyah
    Belum ada peringkat