Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

Praktek Kerja Lapangan (PKL) Online


Faktor Bahaya Keselamatan Kerja Di Industri Garmen
Balai Keselamatan Kerja Provinsi Jawa Tengah
Di susun Oleh :
Kelompok 3
1. Noor Jainsyah, A.Md.Kep 9. Ns. Utami Wahyu Lestari, S.Kep
2. Rendy Haryanto, A.Md.Kep 10. Vamaura Ashabil Denisya, A.Md.Kep
3. Rezky Dzul Adha, A.Md.Kep 11. Ns. Varansiska Pakaila, S.Kep
4. Riska Sofia Indriani, A.Md.Kep 12. Verawati R, Amd.Keb
5. Septiama Wulandari, AMd.Kep 13. Winarti, A.Md.Kep
6. Silvia Fransiska Susiana, A.Md.Keb 14. Wiwit Putri Handayani, AMK
7. Silvia Maretaningtyas, S.Kep 15. Ns. Yetty Tiarma Panggabean, S.Kep
8. Tiara Eka Yuniar, S.Kep., Ners 16. Ns. Yulius Eliasar Langmau, S.Kep

Pelatihan Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis


Health Management System
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan perusahaan
dengan aspek keselamatan kerja di Industri Garmen Balai Keselamatan Kerja Provinsi
Jawa Tengah sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kunjungan yang kami lakukan ini merupakan salah satu rangkaian acara dalam
pelatihan Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis Perusahaan yang
diselenggarakan oleh Balai Keselamatan Kerja Provinsi Jawa Tengah bekerja sama
dengan Health Management System. Kunjungan ini sekaligus sebagai evaluasi peserta
terhadap pelatihan yang telah diberikan pada hari-hari sebelumnya sehingga dapat
dijadikan sebagai tolok ukur untuk menjadi paramedic perusahaan.
Kami ucapkan terimakasih kepada para pengajar dan pembimbing dari Balai
Keselamatan Kerja Provinsi Jawa Tengah, panitia dari Health Management System, dan
rekan-rekan sejawat pelatihan hiperkes yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini.
Demikian laporan ini dibuat sehingga bisa menjadi acuan dan referensi dalam
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.

Semarang, 13 Juli 2023

Tim
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Dasar Hukum
BAB II HASIL LAPORAN...............................................................................................
a. Gambaran umum dan proses produksi industri garmen
b. Identifikasi faktor bahaya keselamatan kerja dan risiko yang ditimbulkan serta
upaya pencegahan/penanggulangan
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
LAMPIRAN......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industrialisasi di Indonesia telah mendorong tumbuhnya industri di berbagai
sektor. Hal tersebut yang mendukung penggunaan teknologi, peralatan, mesin
serta bermacam-macam bahan untuk menghasilkan produk atau jasa yang
bagus agar dapat bersaing di pasaran. Namun, seiring dengan kemajuan dan
perkembangan tersebut memicu berbagai masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), seperti bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya potensi bahaya,
risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja (Notoatmodjo, 2011).
Aspek K3 pada perusahaan di Indonesia belum menjadi prioritas, khususnya
perusahaan swasta. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut
meminimalkan tenaga kerja dan pengeluaran dengan meraih keuntungan yang
sebesar-besarnya serta kurang pedulinya pihak perusahaan akan pentingnya
aspek K3, sehingga masih banyak peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang terjadi. Padahal dengan adanya peristiwa kecelakaan kerja di suatu
perusahaan akan mengurangi profit perusahaan itu sendiri karena harus
membayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu,
membayar kerugian bahkan mengganti alat atau mesin yang rusak akibat
kecelakaan tersebut (Rinanti, 2013). Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah menghimbau pada setiap
perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) maupun OHSAS: 18001 (Occupational Health and Safety Series).
Berdasarkan laporan Internasional Labour Organization (ILO), ada pekerja
meninggal setiap hari akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan.
Lebih dari 2,78 juta kematian per tahun. Selain itu, ada sekitar 374 juta cidera
dan penyakit akibat kecelakaan kerja non-fatal setiap tahun, banyak di antaranya
mengakibatkan ketidakhadiran dalam pekerjaan. Di Indonesia, pada tahun 2013
disebutkan bahwa setiap 15 detik terdapat 1 tenaga kerja yang meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja dan 160 tenaga kerja mengalami sakit akibat kerja
(Kemenkes RI, 2014). pada tahun 2015 terdapat 98.970 kasus kecelakaaan
kerja, 2016 terdapat 106.129 kasus kecelakaan kerja, dan 2017 terdapat 123.000
kasus kecelakaan kerja. Untuk total jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya
mengalami peningkatan hingga 5% (Prins David Saut, 2018).
Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa kinerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 di perusahaan– perusahaan
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan karena masih banyak kasus
kecelakaan yang terjadi, yang seharusnya angka kecelakaan disuatu perusahaan
adalah kecelakaan nihil (Zero Accidient).
Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal tersebut menjadi
penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Dengan semakin meningkatnya
kasus kecelakaan kerja dan kerugian akibat kecelakaan kerja, serta
meningkatnya potensi bahaya dalam proses produksi, dibutuhkan pengelolaan
K3 secara efektif, menyeluruh, dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mencegah dan mengurangi dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

B. Tujuan
Berdasarkan undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan
mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah
sebagai berikut:
1. Memperolah gambaran proses produksi/kegiatan di Industri Garmen yang
dapat meningkatkan resiko bahaya kecelakaan kerja.
2. Mengidentifikasi faktor bahaya dan risiko yang ditimbulkan serta upaya
pencegahan/penanggulangan faktor bahaya keselamatan kerja, seperti
peralatan/mekanik, listrik, kebakaran dll
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Peraturan Pemerintah R.I Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.
01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per. 03/
MEN/1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja;
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri;
7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016, tentang K3
Pesawat Tenaga dan Produksi;
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018, tentang K3 Lingkungan
Kerja;
BAB II
HASIL LAPORAN

A. Gambaran umum dan proses produksi/kegiatan di Industri Garmen Jawa Tengah


B. Identifikasi faktor bahaya dan resiko keselamatan kerja yang ditimbulkan serta upaya
pencegahan/penanggulangan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai