KELOMPOK I
1. M. Haryanto
2. Reza Maula Dikrama
3. Ahmad Ramdani
4. Ahmad Salamun
5. Kukuh Anggrianto
6. Hardi Pradana Purba
PENYELENGGARA
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan di PT. Advanex Precision Indonesia yang disusun sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan program Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Umum.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih ditemukan beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasannya pengetahuan dan wawasan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Selama penyusunan laporan ini, kami mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam
kepada:
1. PT. Surya Gemilang Tridaya yang telah mengakomodir untuk pelaksanaan
pembinaan calon ahli keselamatan dan kesehatan kerja umum ini.
2. PT. Advanex Precision Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk melaksanakan praktek kerja lapangan.
3. Rekan-rekan sesama peserta pembinaan calon ahli keselamatan dan kesehatan
kerja umum yang telah bersama-sama belajar dan memberikan motivasi serta
pengetahuannya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk ilmu
pengetahuan yang lebih luas dan menjadi sumbangsih untuk dunia keselamatan dan
kesehatan kerja.
Hormat Kami,
(Penyusun)
i
DAFTAR ISI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah
mengatakan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Beliau mencatat pada
2019 jumlah kecelakaan kerja 114.000 kasus kecelakaan. Sementara di 2020 menjadi
177.000 kasus kecelakaan.
“Merujuk pada data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2019 terdapat 114.000 kasus
kecelakaan kerja, tahun 2020 terjadi peningkatan pada rentang Januari hingga
Oktober 2020 BPJS Ketenagakerjaan mencatat terdapat 177.000 kasus kecelakaan
kerja,” kata Menaker dalam Peringatan Bulan K3 Nasional di Kilometer Nol Sabang,
Selasa (12/12/2021). Di Indonesia, angka kecelakaan kerja menunjukkan angka yang
sangat mengkhawatirkan. Menurut penelitian International Labor Organization (ILO),
Indonesia menempati urutan ke 52 dari 53 negara dengan manajemen K3 yang buruk.
Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia secara umum masih
terabaikan, hal ini ditunjukan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi dan tingkat
kepedulian dalam dunia usaha terhadap keselamatan kerja yang masih rendah.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada bejana tekan, pesawat angkat
angkut, pesawat tenaga produksi.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam tempat kerja antara lain
faktor perilaku pekerja yang cenderung kurang kesadaran akan ketentuan standar
keselamatan kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat
kerja, peralatan yang digunakan dan faktor kurang disiplinnya para tenaga kerja
didalam mematuhi ketentuan mengenai K3 yang antara lain mengatur tentang
pemakaian alat pelindung diri. Kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh kesalahan
manusia (human error), baik dari aspek kompetensi para pelaksana maupun
pemahaman arti pentingnya penyelenggaraan K3, hal ini didukung juga dengan masih
banyak pekerja yang tidak memiliki kesadaran akan keselamatan dalam bekerja.
Secara umum, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program
yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang
2
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah
untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan
serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit. K3 merupakan aspek yang penting
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan serta produktivitas karyawan. Keselamatan
kerja tinggi akan menekan tingkat kecelakaan yang menyebabkan sakit, cacat, dan
kematian dapat ditekan sekecil mungkin. Keselamatan kerja yang rendah maka akan
berpengaruh buruk terhadap kesehatan sehingga berakibat pada produktivitas yang
menurun. Kecelakaan kerja akan mengurangi produktivitas dan meningkatkan biaya
produksi.
C. RUANG LINGKUP
1. Pengawasan K3 Kelembagaan
2. Bidang SMK3
3. Pengawasan K3 Kelistrikan
4. Bidang Kesehatan Kerja
3
D. DASAR HUKUM
1. Dasar Hukum Kelembagaan.
- Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat
(1) & (2)
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984 tentang
Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional (DK3N), Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah
(DK3W) dan Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang Panitia
Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3).
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3).
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:
Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
4
- Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
3. Dasar Hukum Pengawasan Kelistrikan
- UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
- Kepmenaker No. Kep.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan PUIL 2000 di
Tempat Kerja.
- Permenaker No. Per.02/MEN/1989 tentang Instalasi Penyalur Petir.
- Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No. : Kep. 311/BW/2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik
- Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja
- Permenaker No. 31 Tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker No.
Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4. Dasar Hukum Pengawasan Kesehatan kerja
- Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
- PP No. 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
- PerPres No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
- Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-
01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-
01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.
- Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyenggaraan Keselamatan Kerja.
- Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
- Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
5
- Permenaker No. Per. 01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
- Permankertrans No. Per. 11/Men/2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tempat
Kerja
- Kepmennakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
- Surat Edaran Men. Tenaga Kerja No. 1 tahun 1979 tentang Kantin dan Ruang
Makan
- SE Dirjen Binawas No. 86 Tahun 1989 tentang Perusahaan Katering yang
Mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja.
- SE 280/2010 tentang Pandemi Influenza
6
BAB 2
KONDISI PERUSAHAAN
B. VISI
“Satisfaction-PLUS network” untuk dunia yang lebih baik
C. MISI
1. Menjadi unik
2. Merangkul dan membuat perubahan
3. KISS (keep it simple and speedy)
4. Bertindak menurut inisiatif diri sendiri
5. Fokus terhadap tanggung jawab
6. Libatkan hatimu
7. Nikmati pekerjaanmu
7
BAB 3
ANALISA
Hasil observasi kelompok I saat kunjungan industri secara virtual di PT. Advanex
Precision Indonesia pada tanggal 2 September 2021:
A. ANALISA TEMUAN POSITIF
8
Simbol dan Label
Limbah B3
04 Tahun 1980
Tentang Syarat-Syarat
Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR
5 Adanya Daftar Sebaiknya posisi Permenkes No. 48
Toilet di Toilet di tampilkan Tahun 2016 tentang
Perusahaan. di Lay Out ruangan Standar Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja
Perkantoran, pasal 20
ayat (2)
6 Adanya Tombol Tombol Darurat di UU No 1 Th. 1970
Darurat di Area cover dengan Box Tentang Keselamatan
Kerja agar tidak mudah Kerja pasal 14 huruf b
tersentuh. tentang pemasangan
gambar keselamatan
kerja
9
Bahan Berbahaya dan
Beracun, pasal 11
ANALISA/ POTENSI
NO FOTO TEMUAN REKOMENDASI DASAR HUKUM
BAHAYA
1 Tidak ada Kondisi APAR tidak Di setiap lokasi Permenakertra
10
3 APAR tidak APAR sulit ditemukan Pemberian tanda Permenakertra
3 Tahun 2014
Tentang
Pedoman
Perencanaan,
Penyediaan,
Dan
Pemanfaatan
Prasarana Dan
Sarana
Jaringan
Pejalan Kaki
Di Kawasan
Perkotaan,
Pasal 1 ayat 3
11
5 Cara kerja Dapat menyebabkan Meja kerja di atur 1. Permenaker
12
7 Organization - Seharusnya Undang No. 1
Chart P2K3 sebelum di tempel tahun 1970
tanpa ada dipastikan dulu tentang
tanda tangan untuk ditanda Keselamatan
dari tangani. Kerja pasal 10
pimpinan. Permenaker
No 04 Th
1987 Tentang
Tata Cara
Penunjukkan
Ahli
Keselamatan
Kerja
8 Area limbah Terjadinya potensi Sosialisasi tentang UU No. 18
sampah tidak terkontaminasi dari pembuangan Tahun 2008
terkategorika limbah B3 dengan sampah sesuai tentang
n (campur limbah domestik dengan Pengelolaan
sampah kategorinya Sampah, Pasal
karton plastik masing-masing 2
dan yang Dilakukan PP No. 81
lainya). monitoring Tahun 2012
Tentang
Pengelolaan
Sampah Rumah
Tangga Dan
Sampah Sejenis
Sampah
Rumah Tangga
13
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum kondisi K3 bidang kelembagaan, SMK 3, pengawasan kelistrikan,
dan kesehatan kerjadi PT. Advanex Precision Indonesia masih perlu ditingkatkan
penerapannya terhadap perundangan dan peraturan yang masih berlaku.
B. SARAN
1. Agar temuan K3 oleh Kelompok I diatas dapat dipertimbangkan oleh Manajemen
PT. Advanex Precision Indonesia untuk perbaikan kinerja K3 di tempat kerja.
2. Adapun hal-hal yang merupakan “opportunity for improvement” adalah:
Lokasi titik berkumpul (assembly point) tidak terhalang oleh kendaraan,
pohon, dan lainnya. Dan juga signboard dapat terlihat jelas oleh seluruh
karyawan.
Sebaiknya posisi apar di tampilkan di Lay Out ruangan.
Tombol Darurat di cover dengan Box agar tidak mudah tersentuh.
MSDS harus selalu terupdate dan delaminating agar tidak cepat rusak dan
kotor.
Menyesuaikan jumlah toilet, jumlah jamban, dan jumlah urinoar dengan
jumlah karyawan sesuai dengan standar.
Adanya Jalur pejalan kaki agar karyawan tertib saat berjalan di area pabrik dan
terhindar dari bahaya tertabrak kendaraan.
Meja kerja di atur lebih tinggi sampai posisi badan tidak bungkuk lagi dan Jika
memungkinkan bisa diberi kursi apabila tidak menggangu proses produksi.
Sosialisasi tentang pembuangan sampah sesuai dengan kategorinya masing-
masing.
Pemberian tanda pemasangan APAR harus sesuai dengan standar.
14
REFERENSI
1. Buku Himpunan Peraturan Perundangan K3
2. Profil Perusahaan
3. Modul Ahli K3 Umum
15