PENYELENGGARA
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami berhasil menyelesaikan penulisan laporan PKL ini tepat pada
waktunya. Laporan PKL ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dari
pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) Umum yang diadakan oleh
PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi.
Dalam penyusunan laporan PKL ini kami melakukan praktek kunjungan
lapangan (PKL) secara online di PT. PLN INDONESIA POWER TELLO
MAKASSAR.. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para instruktur Ahli
K3 Umum dan rekan-rekan Indotama Jasa Sertifikasi atas bimbingan dan
dorongannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PKL ini sesuai waktu
yang ditentukan. Kemudian kepada rekan-rekan calon Ahli K3 Umum atas
kebersamaan dan dukungannya selama ini. Dalam penyusunan laporan ini kami
sadar bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan
masukan dan saran yang bersifat membangun sehingga tercapainya kesempurnaan
isi maupun penulisan dari laporan ini.
Tim Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup…………………………………...………………………………… 5
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 71
B. Saran................................................................................................................ 71
A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan Kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, 2020)
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja. (Transmigrasi, 1981) Kecelakaan kerja merupakan suatu
kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja dan
kemungkinan besar disebabkan karena adanya kaitan bahaya dengan pekerja
dan dalam jam kerja. (Tjahjanto & Azis, 2016)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Dalam
menjalankan K3 dibutuhkan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ahli K3
adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
Undang Keselamatan Kerja. Ahli K3 berkewajiban membantu mengawasi
pelaksanaan peraturan Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya,
memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas, dan merahasiakan segala keterangan
tentang rahasia perusahaan/instalasi yang didapat berhubung dengan
jabatannya. Adapun wewenang Ahli K3 yaitu dapat memasuki tempat kerja
sesuai dengan keputusan penunjukannya, meminta keterangan dan atau
informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
di tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukannya, harus memonitor,
memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi, dan memberikan persyaratan
serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. (RI, 1992)
Kesehatan Kerja menurut Joint ILO/WHO Committee on Occupational
Health (1995) bertujuan pada promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-
tingginya dari Kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua
pekerjaan; pencegahan gangguan Kesehatan pada pekerja yang disebabkan
oleh kondisi kerja; perlindungan pekerja dalam pekerjaan dari risiko akibat faktor-
faktor yang mengganggu Kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikologisnya. (Kerja D. P., 2020) Lingkungan kerja adalah aspek higiene di
tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi
dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. (Indonesia M. K., 2018) Limbah
adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. (Islam, et al., 2021) Sementara limbah B3 adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau
membahayakan. (Setiyono, 2001)
PT. PLN INDONESIA POWER TELLO Makassar adalah salah satu
perusahaan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang wajib melaksanakan
K3 di tempat kerjanya. Oleh karena itu sebagai calon Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Umum, kami dari kelompok 2 melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) secara online. Adapun tema yang perlu kami kaji ialah terkait
Bidang Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
Tema tersebut akan kami sesuaikan dengan peraturan perundang–undangan,
peraturan menteri tenaga kerja maupun regulasi lain sebagai salah satu
pedoman agar penerapan K3 di tempat kerja dapat terlaksana dengan baik.
Salah satu perusahaan yang memiliki risiko bahaya tinggi berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2018 tentang Lingkungan Kerja Perusahaan
Potensi Bahaya Tinggi seperti PT PLN Indonesia Power Tello Makassar.
Pengawasan K3 sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja maupun orang lain yang masuk dalam area tersebut. PT PLN Indonesia
Power Tello Makassar bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik dan
pelayanan pemeliharaan listrik yang memiliki karyawan sebanyak 239 orang
dengan jam kerja satu shift 8 jam/hari, 40 jam/minggu, dan 5 hari kerja/minggu.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 mengenai SMK3 pasal 5 ayat 1
berbunyi kewajiban berlaku bagi perusahaan mempekerjakan pekerja/buruh
paling sedikit 100 orang dan mempunyai potensi bahaya tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam laporan ini akan
dijelaskan bagaimana kondisi perusahaan, Analisa hasil observasi yang
kemudian dibandingkan dengan perundang–undangan, serta saran sebagai
Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum. Upaya perlindungan
tenaga kerja bertujuan agar tenaga kerja, orang lain di tempat kerja dan sumber
produksinya selalu dalam keadaan sehat, selamat, aman dan sejahtera sehingga
pada akhirnya tercapai suatu tingkat produktivitas yang tinggi dengan tetap
mengutamakan keselamatan dan Kesehatan kerja. Menyadari pentingnya aspek
keselamatan dan Kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama
pada implementasi fisik maka perusahaan/industri/proyek umumnya memiliki
organisasi alat unit kerja dengan tugas khusus yang menangani masalah
keselamatan kerja.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini diantaranya:
1. Untuk menambah bekal ilmu pengetahuan dan wawasan sebagai Calon Ahli
K3 Umum (AK3U) dengan praktik nyata dalam penerapan persyaratan dan
pembinaan K3 di tempat kerja terkait dengan Kesehatan Kerja, Ergonomi,
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
2. Untuk mengetahui penerapan peraturan dan norma K3.
3. Untuk mengidentifikasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PLN INDONESIA POWER TELLO Makassar.
4. Untuk melakukan analisa dan memberikan saran atau rekomendasi kepada
perusahaan agar saran dan/atau rekomendasi tersebut dapat digunakan
sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk menghindari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
5. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai Calon Ahli K3 Umum.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengamatan dari laporan PKL ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja, Ergonomi
a. Dasar-dasar Kesehatan kerja dan peraturan perundangan norma
kesehatan kerja
b. Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK)
c. Pemeriksaan Kesehatan tenaga kerja
d. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
e. Gizi kerja dan penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja
f. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja
g. Pencegahan penyakit di tempat kerja
2. K3 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya
a. Pengertian lingkungan kerja, iklim kerja, Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB), kebisingan, getaran, radiasi gelombang radio atau gelombang
mikro, radiasi ultra ungu (ultra violet), medan magnet statis, tekanan udara
ekstrim, pencahayaan, kualitas udara dalam ruangan (KUDR), Nilai
Ambang Batas (NAB), higiene, sanitasi, Bahan Kimia berbahaya, Nilai
Ambang Kuantitas (NAK), Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB),
label, Globally Harmonised Systems (GHS), Dokumen Pengendalian
Potensi Bahaya (DPPB), ruang terbatas (confined spaces), bekerja pada
ketinggian (working at height) dan alat pelindung diri (APD).
b. Faktor-faktor lingkungan kerja yang berdampak pada kesehatan tenaga
kerja.
c. Penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja.
d. Personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
e. Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
f. Syarat-syarat K3 pada tempat kerja yang mengelola pestisida.
g. Syarat-syarat K3 pada pemakaian asbes.
h. K3 pengelolaan limbah di tempat kerja.
i. Syarat-syarat K3 bekerja pada ruang terbatas.
j. Syarat-syarat K3 bekerja pada ketinggian
k. Syarat-syarat K3 pekerjaan pada penyelaman di dalam air
l. Pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD)
D. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang menjadi landasan untuk melakukan pengawasan
Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Dasar Hukum K3 Secara Umum
Adapun dasar hukum K3 secara umum adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
2. Dasar Hukum Kesehatan Kerja, Ergonomi
Adapun dasar hukum mengenai pengawasan K3 Kesehatan Kerja dan
Ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja
2) Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan International Nomor 120 Mengenai Higiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
3) Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per-
01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
Per01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis
Perusahaan
5) Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
6) Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja
7) Permennakertrnas No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja
8) Permennakertrans No. Per. 11/Men/2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di
Tempat Kerja
9) Permennakertrans No. Per. 25/Men/2008 tentang Pedoman Diagnosis
dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
10) Permennakertrans No. Per. 15/Men/2008 tentang Pertolongan pertama
Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
11) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
12) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 333 Tahun 1989 Tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
13) Kepmennakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
14) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan
15) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
16) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/89 tentang Perusahaan
Catering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja
17) SE 280/2010 tentang Pandemi Influenza
18) Kepdirjen PPK No. 20/DJPPK/2005 tentang Petunjuk Pelaksaan
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
19) Kepdirjen PPK No. 22/DJPPK/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
20) Kepdirjen No. 44/DJPPK/2012 tentang Pedoman Pemberian
Pengharaan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di
Tempat Kerja
21) SE Menaker No. M/9/HK.04/VII/2021 Tentang Optimalisasi Penerapan
Protokol Kesehatan Di Tempat Kerja Dan Penyediaan Perlengkapan
Sarana Kesehatan Bagi Pekerja/Buruh Oleh Perusahaan selama
Pandemi Covid-19
22) SE Menaker No. M/8/HK.04/V/2020 tentang perlindungan pekerja/buruh
dalam program jaminan kecelakaan kerja pada kasus penyakit akibat
kerja karena corona virus disease 2019 (covid-19)
23) SE Menaker No. M/7/AS.02.02/V/2020 tentang Rencana
Keberlangsungan Usaha Dalam Menghadapi Pandemi Corona Virus
Disease 2019
24) SE Menaker No. M/3/HK.04/III/2020 tentang pelindungan pekerja/buruh
dan kelangsungan usaha dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan covid- 19
25) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/36/HM.01/IV/2020 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Keberlangsungan Usaha Dalam
Menghadapi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
26) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/76/HM.01/VII/2020 tentang
Protokol K3 Kembali Bekerja Dalam Pencegahan Penularan Covid-19.
27) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/77/HM.01/VII/2020 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Keberlangsungan Usaha Dalam
Menghadapi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Bagi
Usaha Kecil dan Menengah.
28) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/151/AS.02/XI/2020 tentang
pedoman Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)Pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja Pada masa pandemi Covid-19
3. Dasar Hukum Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya
a. Dasar Hukum Lingkungan Kerja
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
b. Dasar Hukum Higiene Dan Sanitasi
1. Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan Internasional No.120 mengenai Hygiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
c. Dasar Hukum K3 Pada Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
2. Keputusan Dirjen PPK No. Kep. 84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara
Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan
Menengah
3. Keputusan Dirjen PNK No.Kep.001/PPK-PNK/V/2014 tentang
Petunjuk Teknis Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitas di Perusahaan
4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1997 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor-faktor Kimia di Lingkungan Kerja
d. Dasar Hukum Syarat-Syarat K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas (Confined
Spaces)
Surat Keputusan Dirjen Bonswasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006
tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas
e. Dasar Hukum Syarat-Syarat K3 Bekerja Pada Ketinggian (Working at
Height)
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 9 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Dalam
Ketinggian
f. Dasar Hukum Pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010
tentang Alat Pelindung Diri
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello
Makassar
3. Jumlah Tenaga Kerja PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar
PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar memiliki jumlah tenaga
kerja sebanyak 239 orang yang terdiri dari:
a. Tenaga kerja laki-laki : 222 orang
b. Tenaga kerja perempuan : 17 orang
4. Jam Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar
PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar memiliki 3 shift kerja,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Shift 1 (pagi) : 08.00 – 17.00 WITA
b. Shift 2 (siang) : 16.00 – 01.00 WITA
c. Shift 3 (malam) : 00.00 – 09.00 WITA
4. Sarana dan Fasilitas
Adapun Sarana dan Fasilitas di PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello
Makassar antara lain:
a. Pos Pengamanan (Pos Security)
b. Area Parkir Kendaraan
c. Aula Sikarannuang
d. K3 Penanggulangan Kebakaran
1) Unit Fire Fighting Station : 1 unit
cm) = 2
5. Plester
cepat = 10
6. Kapas (25
g) = 1
7. Mittela = 2
8. Gunting = 1
9. Peniti = 12
10. Latex = 2
2. Kantor PT. PLN Memiliki Adanya Sebaiknya dilakukan Peraturan Menteri Tenaga
(Persero) petugas P3K petugas P3K penambahan petugas Kerja dan Transmigrasi
Indonesia berjumlah 1 akan P3K agar dapat No. PER-
Power Tello orang yang memudahkan menyesuaikan dengan 15/MEN/VIII/2008 Tentang
Makassar telah memiliki penanganan jumlah tenaga kerja Pertolongan Pertama
lisensi petugas pertolongan 239 orang. Jika sudah Pada Kecelakaan Di
P3K dan buku pertama saat terdapat petugas P3K Tempat Kerja
kegiatan P3K terjadi tetapi belum memiliki Pasal 2 Ayat 1
Terdapat regu kecelakaan sertifikat, maka Pengusaha wajib
P3K dan sehingga dilakukan pembinaan menyediakan petugas
evakuasi yang mengurangi terhadap petugas P3K P3K dan fasilitas P3K
terdiri dari 1 jumlah tersebut. Pasal 3 Ayat 1
ketua dan 10 kerugian yang Untuk petugas P3K Petugas P3K di tempat
anggota dapat terjadi. yang telah memiliki kerja sebagaimana
Namun, sertifikat dapat dimaksud dalam pasal 2
jumlah melakukan perpanjang ayat 1 harus memiliki
petugas P3K SKP sebelum masa lisensi dan buku kegiatan
di PT. PLN berlaku SKP berkhir P3K dari Kepala Instansi
(Persero) yang bertanggung jawab
Indonesia di bidang ketenagakerjaan
Power Tello setempat
Makassar Pasal 5 Ayat 1
belum sesuai Petugas P3K di tempat
dengan kerja sebagaimana
peraturan dimaksud dalam pasal 3
yang berlaku ayat 1, ditentukan
berdasarkan jumlah
pekerja/buruh dan potensi
bahaya di tempat kerja,
dengan rasio
sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I
Peraturan Menteri ini
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya rendah
(jumlah pekerja 25-
150) = 1 orang petugas
P3K
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya rendah
(jumlah pekerja >150)
= 1 orang petugas P3K
untuk setiap 150 orang
atau kurang
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya tinggi
(jumlah pekerja ≤100)
= 1 orang petugas P3K
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya tinggi
(jumlah pekerja >100)
= 1 orang petugas P3K
untuk setiap 100 orang
atau kurang
SARAN/REKOMEND
No. FOTO LOKASI TEMUAN ANALISIS DASAR HUKUM
ASI
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja, dan Bahan Berbahaya
PT. PLN Indonesia Jumlah kotak Jumlah tenaga Sebaiknya Permenaker No. 15 tahun
1.
Power Tello P3K di kerja di Perusahaan 2008 pasal 10 huruf (c)
Makassar perusahaan Perusahaan menambahkan 4 nomor (2) : “Disesuaikan
sebanyak 239 kotak P3K jenis kotak dengan jumlah
dan kotak P3K A; atau 2 kotak P3K pekerja/buruh, jenis dan
jenis kotak A jenis kotak B; atau 1 jumlah kotak P3K
ada 6 buah, kotak P3K jenis kotak sebagaimana tercantum
sedangkan C. dalam Lampiran III
kotak P3K Peraturan Menteri ini.
jenis kotak A
untuk jumlah
TPS Limbah B3 Tidak PT. PLN Dapat dilakukan Keputusan Menteri
2.
PT. PLN Indonesia tersedianya termasuk pengendalian dengan Tenaga Kerja RI No. Kep.
Power Tello LDKB di perusahaan menyediakan LDKB 187/MEN/1999 Tentang
Makassar dalam TPS yang Pengendalian Bahan
Perlu
Limbah B3 menyimpan Kimia Berbahaya di
diletakkan/ditempel
bahan kimia di Tempat Kerja
keterangan LDKB di
tempat kerja, Pasal 6
dinding dalam TPS
maka wajib LDKB sebagaimana
Limbah B3
melakukan dimaksud dalam pasal 4
pengendalian dan label sebagai
bahan kimia dimaksud dalam pasal 5
berbahaya di ditentukan di tempat yang
tempat kerja. mudah diketahui oleh
tenaga kerja dan pegawai
pengawasan ketenagaan
kerja
Ruang Terbuka PT. Peletakan Peletakan Penataan selang harus Permenaker No. 05 tahun
3.
PLN Indonesia selang yang selang yang ditata serapi mungkin 2018 tentang
Power Tello tidak rapi tidak rapi dapat agar tidak menghalangi keselamatan dan
Makassar mengganggu kegiatan lain Kesehatan kerja
proses lingkungan Pasal 5
kegiatan yang
Penerapan higine dan
lain
sanitasi meliputi:
Bangunan tempat kerja,
fasilitas kebersihan,
kebutuhan udara, dan tata
leksana kerumahtanggaan
kerja.
Kantor PT. PLN Memiliki 1 Ahli Perusahaan Sebaiknya jumlah Ahli Keputusan Menteri
4.
Indonesia Power K3 Kimia atau industry K3 Kimia dapat Tenaga Kerja RI No. Kep.
Tello Makassar yang ditambah dan juga 187/Men/1999 Tentang
mempergunaka melakukan Pengendalian Bahan
n bahan kimia perpanjangan SKP Kimia Berbahaya di
berbahaya < Tempat Kerja
NAK wajib
Pasal 22 Ayat 3
memiliki
Kursus tehnis Petugas K3
petugas K3
Kimia sebagaimana
Kimia
dimaksud pada ayat (2)
sekurang-
huruf d, dilaksanakan oleh
kurangnya 1
perusahaan sendiri,
orang apabila
perusahaan jasa K3 atau
system kerja
instansi yang berwenang
non shift dan
dengan kurikulum seperti
sekurang-
yang tercantum dalam
kurangnya 3
lampiran IV Keputusan
orang apabila
Menteri ini
system kerja
shift.
Klinik PT. PLN Tidak Klinik PT. PLN Perlu dipasang tanda Peraturan Menteri Tenaga
5.
Indonesia Power ditemukan Indonesia dengan papan nama Kerja dan Transmigrasi RI
Tello Makassar papan nama Power Tello yang jelas dan mudah Nomor 15 Tahun 2008
yang jelas dan Makassar telah terlihat. Tentang Pertolongan
mudah dilihat memenuhi Pertama Pada
seluruh Kecelakaan di Tempat
persyaratan Kerja
yang
Pasal 9 ayat 2 huruf d
ditentukan
Persyaratan ruang P3K
perundang-
meliputi diberi tanda
undangan
dengan papan nama yang
kecuali papan
jelas dan mudah dilihat.
nama yang
jelas dan
mudah dilihat.
Hal ini
menyulitkan
pekerja
maupun tamu
yang
membutuhkan
pertolongan.
Ruang Terbuka PT. Terdapat sapu Alat-alat Perlu dibuat tempat Peraturan Menteri
6.
PLN (Persero) yang tidak kebersihan penyimpanan alat-alat Ketenagakerjaan R.I.
Indonesia Power dsimpan dan seharusnya kebersihan Nomor 5 Tahun 2018
Tello Makassar diletakkan memiliki tempat Tentang Keselamatan dan
dengan baik tersendiri dan Kesehatan Kerja
disamping dikumpul di Lingkungan Kerja
mesin control tempat yang Pasal 43 Ayat 1
dan lemari sama agar
Pengusaha dan/atau
yang rusak memudahkan
Pengurus harus
dalam
melaksanakan
menyimpan
ketatarumahtanggaan
dan membuat
dengan baik di tempat
alat kebersihan
kerja
tersebut dapat
Pasal 43 Ayat 2 huruf e
bertahan lama.
Ketatarumahtanggaan
yang baik meliputi Upaya
mengembangkan
prosedur kebersihan,
penempatan dan
penataan untuk alat,
perkakas, dan bahan
Pasal 44 Ayat 1
b. Luas ruang
penyimpanan
sesuai dengan
jumlah Limbah B3
yang disimpan;
c. Desain dan
konstruksi yang
mampu melindungi
Limbah B3 dari
hujan dan tertutup;
e. Memiliki system
ventilasi untuk
sirkulasi udara;
f. Sistem
pencahayaan
disesuaikan
dengan rancang
bangun tempat
Penyimpanan
Limbah B3
h. Lantai bagian
dalam dibuat
melandai turun kea
rah bak
penampung
tumpahan dengan
kemiringan paling
tinggi 1% (satu
persen)
j. Saluran drainase
ceceran, tumpahan
Limbah B3
dan/atau air hasil
pembersihan
ceceran atau
tumpahan Limbah
B3
k. Bak penampung
tumpahan untuk
menampung
ceceran, tumpahan
Limbah B3
dan/atau air hasil
pembersihan
ceceran atau
tumpahan Limbah
B3, dan
l. Dilengkapi dengan
simbol Limbah B3
sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Tempat Terdapat Wadah untuk Perlu disediakan Peraturan Menteri
9.
Penyimpanan wadah untuk penyimpanan tempat penyimpanan Lingkungan Hidup Dan
Limbah Cair B3 penyimpanan limbah cair B3 untuk limbah B3 yang Kehutanan RI Nomor 6
limbah cair B3 digunakan sesuai dengan standar Tahun 2021 Tentang Tata
yang terbuat untuk dan ketentuan yang Cara Dan Persyaratan
dari drum menyimpan telah diatur di Pengelolaan Limbah
logam dan limbah cair B3 perundang-undangan Bahan Berbahaya Dan
tersusun rapi dalam kurun Beracun
waktu tertentu
Pasal 69 ayat (1) Limbah
sebelum
B3 yang disimpan pada
akhirnya
bangunan wajib dilakukan
diangkut ke
pengemasan.
tempat
Pasal 70 ayat (1)
penyimpanan
Pengemasan
akhir yang
sebagaimana dimaksud
kemudian akan
dengan Pasal 69 ayat (1)
diolah atau
dilakukan dengan
ditimbun.
menggunakan kemasan
Wadah yang
berupa drum
digunakan
untuk Pasal 71 ayat
penimpanan (1) Penyimpanan
limbah K3 Limbah B3 dengan
dapat berupa menggunakan
drum sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1)
huruf a wajib
memenuhi
persyaratan:
a. Ditumpuk
berdasarkan
jenis kemasan
b. Jarak antara
tumpukan
kemasan
dengan atap
paling rendah 1
(satu) meter;
dan
c. Disimpan
dengan system
blok dengan
ketentuan:
1. Setiap blok
terdiri atas 2
(dua) x 3
(tiga); dan
2. Memiliki
lebar gang
antar blok
paling sedikit
60 cm (enam
puluh
sentimeter)
atau
disesuaikan
dengan
kebutuhan
operasional
untuk lalu
lintas
manusia dan
kendaraan
pengangkut
(forklift)
(2) Tumpukan
berdasarkan jenis
kemasan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1)
huruf a dilakukan
dengan ketentuan:
a. Untuk kemasan
berupa drum logam
dengan kapasitas
200 (dua ratus)
liter, tumpukan
paling banyak 3
(tiga) lapis dengan
setiap lapis diberi
alas palet untuk 4
(empat) drum.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT PLN (Persero) UPTDK Tello Makassar telah melakukan penerapan k3
pada bidang K3 Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja & B3 yaitu:
1. Pada bidang kesehatan kerja, perusahaan telah fasilitas kesehatan seperti
klinik yang dilengkapi dengan tenaga kesehatan yang berkompeten serta
dilakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus terhadap
tenaga kerja. Perusahaan juga telah menyediakan fasilitas kantin dan juga
terdapat fasilitas toilet yang terpisah anatara pekerja laki-laki dan Perempuan.
2. Pada bidang lingkungan kerja, perusahaan telah menerapakan hygine yang
sesuai dengan standar peraturan yang berlaku, juga terdapat tempat
penyimpanan sementara Limbah B3. Perusahaan juga telah mempunyai
petugas ahli k3 kimia
3. Pada bidang K3 Bahan Berbahaya dan Beracun, Perusahaan telah
menerapkan syarat-syarat K3 bahan berbahaya dan beracun yang sesuai
dengan standar peraturan yang berlaku.
B. Saran
1. Melakukan perbaikan dari hasil audit.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kesehatan kerja,
ergonomi, lingkungan kerja dan bahan berbahaya.
3. Dari temuan negative pada laporan PKL ini dapat dilakukan inspeksi lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Islam, F., Priastomo, Y., Mahawati, E., Budiastutik, N. U., Hairuddin, M. C., Akbar, F. F.,
. . . Purwono, E. (2021). Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Medan: Yayasan
Kita Menulis.
Tjahjanto, R., & Azis, I. (2016). Analisis Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Atas
Kapal MV. CS Brave. KAPAL, Vol. 13, No.1, 13-18.