Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. PLN INDONESIA POWER TELLO MAKASSAR

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 179

dr. Andi Uswah Amalia, S.Ked

PENYELENGGARA

PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI

Makassar, 4 DESEMBER - 15 DESEMBER 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami berhasil menyelesaikan penulisan laporan PKL ini tepat pada
waktunya. Laporan PKL ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dari
pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) Umum yang diadakan oleh
PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi.
Dalam penyusunan laporan PKL ini kami melakukan praktek kunjungan
lapangan (PKL) secara online di PT. PLN INDONESIA POWER TELLO
MAKASSAR.. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para instruktur Ahli
K3 Umum dan rekan-rekan Indotama Jasa Sertifikasi atas bimbingan dan
dorongannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PKL ini sesuai waktu
yang ditentukan. Kemudian kepada rekan-rekan calon Ahli K3 Umum atas
kebersamaan dan dukungannya selama ini. Dalam penyusunan laporan ini kami
sadar bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan
masukan dan saran yang bersifat membangun sehingga tercapainya kesempurnaan
isi maupun penulisan dari laporan ini.

Tim Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................... 4

B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 5

C. Ruang Lingkup…………………………………...………………………………… 5

D. Dasar Hukum ..................................................................................................... 8

BAB II KONDISI PERUSAHAAN ............................................................................. 16

A. Gambaran Umum Perusahaan......................................................................... 16

B. Penemuan Objek K3 ........................................................................................ 19

BAB III ANALISA TEMUAN HASIL OBSERVASI .................................................... 21

A. Analisa dan Temuan Positif.............................................................................. 28

B. Analisa dan Temuan Negatif ............................................................................ 54

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 71

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 71

B. Saran................................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 72


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan Kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. (Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, 2020)
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja. (Transmigrasi, 1981) Kecelakaan kerja merupakan suatu
kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja dan
kemungkinan besar disebabkan karena adanya kaitan bahaya dengan pekerja
dan dalam jam kerja. (Tjahjanto & Azis, 2016)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Dalam
menjalankan K3 dibutuhkan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ahli K3
adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
Undang Keselamatan Kerja. Ahli K3 berkewajiban membantu mengawasi
pelaksanaan peraturan Perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya,
memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas, dan merahasiakan segala keterangan
tentang rahasia perusahaan/instalasi yang didapat berhubung dengan
jabatannya. Adapun wewenang Ahli K3 yaitu dapat memasuki tempat kerja
sesuai dengan keputusan penunjukannya, meminta keterangan dan atau
informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
di tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukannya, harus memonitor,
memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi, dan memberikan persyaratan
serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. (RI, 1992)
Kesehatan Kerja menurut Joint ILO/WHO Committee on Occupational
Health (1995) bertujuan pada promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-
tingginya dari Kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua
pekerjaan; pencegahan gangguan Kesehatan pada pekerja yang disebabkan
oleh kondisi kerja; perlindungan pekerja dalam pekerjaan dari risiko akibat faktor-
faktor yang mengganggu Kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikologisnya. (Kerja D. P., 2020) Lingkungan kerja adalah aspek higiene di
tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi
dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. (Indonesia M. K., 2018) Limbah
adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. (Islam, et al., 2021) Sementara limbah B3 adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau
membahayakan. (Setiyono, 2001)
PT. PLN INDONESIA POWER TELLO Makassar adalah salah satu
perusahaan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia yang wajib melaksanakan
K3 di tempat kerjanya. Oleh karena itu sebagai calon Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Umum, kami dari kelompok 2 melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) secara online. Adapun tema yang perlu kami kaji ialah terkait
Bidang Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
Tema tersebut akan kami sesuaikan dengan peraturan perundang–undangan,
peraturan menteri tenaga kerja maupun regulasi lain sebagai salah satu
pedoman agar penerapan K3 di tempat kerja dapat terlaksana dengan baik.
Salah satu perusahaan yang memiliki risiko bahaya tinggi berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2018 tentang Lingkungan Kerja Perusahaan
Potensi Bahaya Tinggi seperti PT PLN Indonesia Power Tello Makassar.
Pengawasan K3 sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja maupun orang lain yang masuk dalam area tersebut. PT PLN Indonesia
Power Tello Makassar bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik dan
pelayanan pemeliharaan listrik yang memiliki karyawan sebanyak 239 orang
dengan jam kerja satu shift 8 jam/hari, 40 jam/minggu, dan 5 hari kerja/minggu.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 mengenai SMK3 pasal 5 ayat 1
berbunyi kewajiban berlaku bagi perusahaan mempekerjakan pekerja/buruh
paling sedikit 100 orang dan mempunyai potensi bahaya tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam laporan ini akan
dijelaskan bagaimana kondisi perusahaan, Analisa hasil observasi yang
kemudian dibandingkan dengan perundang–undangan, serta saran sebagai
Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum. Upaya perlindungan
tenaga kerja bertujuan agar tenaga kerja, orang lain di tempat kerja dan sumber
produksinya selalu dalam keadaan sehat, selamat, aman dan sejahtera sehingga
pada akhirnya tercapai suatu tingkat produktivitas yang tinggi dengan tetap
mengutamakan keselamatan dan Kesehatan kerja. Menyadari pentingnya aspek
keselamatan dan Kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama
pada implementasi fisik maka perusahaan/industri/proyek umumnya memiliki
organisasi alat unit kerja dengan tugas khusus yang menangani masalah
keselamatan kerja.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini diantaranya:
1. Untuk menambah bekal ilmu pengetahuan dan wawasan sebagai Calon Ahli
K3 Umum (AK3U) dengan praktik nyata dalam penerapan persyaratan dan
pembinaan K3 di tempat kerja terkait dengan Kesehatan Kerja, Ergonomi,
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
2. Untuk mengetahui penerapan peraturan dan norma K3.
3. Untuk mengidentifikasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PLN INDONESIA POWER TELLO Makassar.
4. Untuk melakukan analisa dan memberikan saran atau rekomendasi kepada
perusahaan agar saran dan/atau rekomendasi tersebut dapat digunakan
sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk menghindari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
5. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai Calon Ahli K3 Umum.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengamatan dari laporan PKL ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja, Ergonomi
a. Dasar-dasar Kesehatan kerja dan peraturan perundangan norma
kesehatan kerja
b. Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK)
c. Pemeriksaan Kesehatan tenaga kerja
d. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
e. Gizi kerja dan penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja
f. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja
g. Pencegahan penyakit di tempat kerja
2. K3 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya
a. Pengertian lingkungan kerja, iklim kerja, Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB), kebisingan, getaran, radiasi gelombang radio atau gelombang
mikro, radiasi ultra ungu (ultra violet), medan magnet statis, tekanan udara
ekstrim, pencahayaan, kualitas udara dalam ruangan (KUDR), Nilai
Ambang Batas (NAB), higiene, sanitasi, Bahan Kimia berbahaya, Nilai
Ambang Kuantitas (NAK), Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB),
label, Globally Harmonised Systems (GHS), Dokumen Pengendalian
Potensi Bahaya (DPPB), ruang terbatas (confined spaces), bekerja pada
ketinggian (working at height) dan alat pelindung diri (APD).
b. Faktor-faktor lingkungan kerja yang berdampak pada kesehatan tenaga
kerja.
c. Penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja.
d. Personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
e. Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
f. Syarat-syarat K3 pada tempat kerja yang mengelola pestisida.
g. Syarat-syarat K3 pada pemakaian asbes.
h. K3 pengelolaan limbah di tempat kerja.
i. Syarat-syarat K3 bekerja pada ruang terbatas.
j. Syarat-syarat K3 bekerja pada ketinggian
k. Syarat-syarat K3 pekerjaan pada penyelaman di dalam air
l. Pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD)

3. Ruang Lingkup K3 Konstruksi

a. Karakteristik kegiatan proyek konstruksi bangunan

b. Jenis-jenis bahaya pada kegiatan konstruksi bangunan

c. Unsur-unsur terkait pada kegiatan konstruksi bangunan

d. Strategi penerapan K3 pada proyek konstruksi bangunan

e. Elemen program K3 proyek konstruksi bangunan

f. Pengawasan pelaksanaan K3 proyek konstruksi bangunan

g. Personil dan peralatan

h. Inspeksi rutin internal

4. Ruang Lingkup K3 Listrik


a. K3 Instalasi penyalur petir
b. K3 Elevator dan escalator
c. Personil K3 listrik
Perancangan, Pemasangan, pemeriksaan, pengujian, pelayanan,
pemeliharaan dan pengawasannya instalasi listrik Teg > 25V dan
dayanya > 100W
5. Ruang Lingkup K3 Penanggulangan Kebakaran
a. Personil K3 Penanggulangan Kebakaran
b. Sistem Proteksi Kebakaran; aktif (APAR, hidran, springkler,dll)
dan pasif (material dinding tahan api/fire retardant)
c. Personil pemadam kebakaran terlatih (training K3, lisensi K3, dll)
6. Ruang Lingkup Keahlian dan Kelembagaan K3

a. Membentuk Panitia Pembinaan Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja (P2K3).
b. Pengesahan P2K3
c. Perusahaan Jasa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (PJK3)
d. Organisasi dan Program Kerja
e. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
7. Ruang Lingkup K3 Mekanik

a. K3 Mekanik Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut


b. K3 Mekanik Pesawat Tenaga Produksi
8. Ruang Lingkup SMK3

a. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


Tempat Kerja
b. Kebijakan dan Komitmen K3
c. Audit SMK3
d. Penghargaan K3 (Zero Accident Award Sertifikat SMK3)

D. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang menjadi landasan untuk melakukan pengawasan
Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Dasar Hukum K3 Secara Umum
Adapun dasar hukum K3 secara umum adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
2. Dasar Hukum Kesehatan Kerja, Ergonomi
Adapun dasar hukum mengenai pengawasan K3 Kesehatan Kerja dan
Ergonomi adalah sebagai berikut:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja
2) Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan International Nomor 120 Mengenai Higiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
3) Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per-
01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
Per01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan,
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis
Perusahaan
5) Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
6) Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja
7) Permennakertrnas No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja
8) Permennakertrans No. Per. 11/Men/2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di
Tempat Kerja
9) Permennakertrans No. Per. 25/Men/2008 tentang Pedoman Diagnosis
dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
10) Permennakertrans No. Per. 15/Men/2008 tentang Pertolongan pertama
Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
11) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
12) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 333 Tahun 1989 Tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
13) Kepmennakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
14) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan
15) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
16) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/89 tentang Perusahaan
Catering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja
17) SE 280/2010 tentang Pandemi Influenza
18) Kepdirjen PPK No. 20/DJPPK/2005 tentang Petunjuk Pelaksaan
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
19) Kepdirjen PPK No. 22/DJPPK/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
20) Kepdirjen No. 44/DJPPK/2012 tentang Pedoman Pemberian
Pengharaan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di
Tempat Kerja
21) SE Menaker No. M/9/HK.04/VII/2021 Tentang Optimalisasi Penerapan
Protokol Kesehatan Di Tempat Kerja Dan Penyediaan Perlengkapan
Sarana Kesehatan Bagi Pekerja/Buruh Oleh Perusahaan selama
Pandemi Covid-19
22) SE Menaker No. M/8/HK.04/V/2020 tentang perlindungan pekerja/buruh
dalam program jaminan kecelakaan kerja pada kasus penyakit akibat
kerja karena corona virus disease 2019 (covid-19)
23) SE Menaker No. M/7/AS.02.02/V/2020 tentang Rencana
Keberlangsungan Usaha Dalam Menghadapi Pandemi Corona Virus
Disease 2019
24) SE Menaker No. M/3/HK.04/III/2020 tentang pelindungan pekerja/buruh
dan kelangsungan usaha dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan covid- 19
25) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/36/HM.01/IV/2020 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Keberlangsungan Usaha Dalam
Menghadapi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
26) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/76/HM.01/VII/2020 tentang
Protokol K3 Kembali Bekerja Dalam Pencegahan Penularan Covid-19.
27) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/77/HM.01/VII/2020 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Keberlangsungan Usaha Dalam
Menghadapi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Bagi
Usaha Kecil dan Menengah.
28) Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 5/151/AS.02/XI/2020 tentang
pedoman Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)Pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja Pada masa pandemi Covid-19
3. Dasar Hukum Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya
a. Dasar Hukum Lingkungan Kerja
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
b. Dasar Hukum Higiene Dan Sanitasi
1. Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan Internasional No.120 mengenai Hygiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
c. Dasar Hukum K3 Pada Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
2. Keputusan Dirjen PPK No. Kep. 84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara
Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan
Menengah
3. Keputusan Dirjen PNK No.Kep.001/PPK-PNK/V/2014 tentang
Petunjuk Teknis Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitas di Perusahaan
4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1997 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor-faktor Kimia di Lingkungan Kerja
d. Dasar Hukum Syarat-Syarat K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas (Confined
Spaces)
Surat Keputusan Dirjen Bonswasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006
tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas
e. Dasar Hukum Syarat-Syarat K3 Bekerja Pada Ketinggian (Working at
Height)
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 9 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Dalam
Ketinggian
f. Dasar Hukum Pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010
tentang Alat Pelindung Diri

4. Dasar Hukum dari K3 Konstruksi bangunan adalah :


a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1980 tentang K3 pada
Konstruksi Bangunan
d. SKB Menaker dan Men PU ke-174/1986 dan No. 104/KPTS/1986
tentang K3 pada Tempat Kegiatan Konstruksi beserta Pedoman
Pelaksanaan K3 pada Tempat Kegiatan Konstruksi
e. Surat edaran Dirjen Binawas No. 13/BW/1998 tentang Akte Pengawasan
Proyek Konstruksi bangunan
f. Surat Dirjen Binawas No. 147/BW/KK/IV/1997 tentang Wajib Lapor
Pekerjaan Proyek Konstruksi

5. Dasar Hukum K3 Pengawasan listrik, lift dan proteksi bahaya sambaran


petir yaitu :
a. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
SistemManajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
c. Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
d. Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di
Tempat Kerja
e. Permenaker Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir
f. Permenaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
g. Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang K3 Elevator dan Eskalator
h. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
i. & K3 Nomor Kep. 47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli
K3 Bidang Listrik
j. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3
Nomor Kep. 48/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Teknisi K3 Listrik

6. Dasar hukum yang berkaitan dengan K3 Penanggulangan Kebakaran


yaitu:
a. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/Men/1980
tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 02/Men/1983


tentang Instalasi Kebakaran Alarm Automatik
d. Keputusan Menteri Tenaga Nomor 186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
e. Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
f. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan RI No. 13/MEN/XI/2015 tentang
Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

7. Dasar hukum mengenai Sistem Manajemen K3 Peraturan Pemerintah No.


50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
8. Dasar hukum terkait Kelembagaan K3
a. Peraturan Menteri tenaga kerja No. 04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan
Ahli KeselamatanKerja
b. Peraturan Menteri tenaga kerja No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara
Petunjukan, Kewajiban, Dan Wewenang Ahli Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/MEN/1995 Tentang. Perusahaan
Jasa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

9. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No. Per-


01/MEN/1/2007 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan K3
a. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-26/MEN/2014 Tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajement
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Peraturan Menteri tenaga kerja RI No. Per-18/MEN/2016 Tentang
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Peraturan Menteri tenaga kerja RI Kep-1135/MEN/1987 Tentang
BendaharaKesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-245/MEN/1990 Tentang
Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
e. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per239/MEN/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi 8
Kompetensi Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
f. Peraturan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.
Per372/MEN/XI/2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2010-2014
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar merupakan salah
satu penyedia energi listrik yang berkaitan dengan mesin pembangkit (diesel dan
gas turbin) yang memproduksi energi listrik di Sulawesi Selatan yang mulai
beroperasi sejak tahun 1971. PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello
Makassar dalam Upaya untuk menjadi pemasok listrik yang handal haruslah
senantiasa meningkatan kinerja karyawan dengan memperhatikan kenyamanan
dan keamanan karyawannya Ketika bekerja, yaitu dengan memberikan
perlindungan serta jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan.
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain
yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan
lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar melayani kebutuhan
listrik masyarakat seperti pengajuan pemasangan listrik, pengajuan naik
tegangan atau tambah daya, cek tagihan listrik PLN, pembayaran hingga
komplain. PT. PLN UPDK Tello Makassar terletak di Jl. Urip Sumoharjo KM 7
Makassar Sumoharjo KM 5 Tello Baru, Kec. Panakkukang, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan. Luas daerah yang dimiliki oleh PT. PLN UPDK Tello 5372.
24m². Adapun denah dan Struktur Organisasi dari PT PLN UPDK Tello Makassar
dapat di lihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Denah PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar
1. Visi dan Misi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
a. Visi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
1) Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi
insani.
2) Menjadi unit pembangkitan yang andal, efisien dan berwawasan
lingkungan.
b. Misi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait,
berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham
2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi
4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
5) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
6) Melaksanakan pemeliharaan yang berorientasi kepada “On Condition
Base Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku
petunjuk pabrik dan pengalaman operasi.
7) Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh
operasi pembangkitan terhadap mutu.
8) Kecelakaan nihil.
2. Struktur Organisasi
Berikut struktur organisasi susunan pengurus P2K3 PT. PLN (Persero)
Indonesia Power Tello Makassar:

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello
Makassar
3. Jumlah Tenaga Kerja PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar
PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar memiliki jumlah tenaga
kerja sebanyak 239 orang yang terdiri dari:
a. Tenaga kerja laki-laki : 222 orang
b. Tenaga kerja perempuan : 17 orang
4. Jam Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar
PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello Makassar memiliki 3 shift kerja,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Shift 1 (pagi) : 08.00 – 17.00 WITA
b. Shift 2 (siang) : 16.00 – 01.00 WITA
c. Shift 3 (malam) : 00.00 – 09.00 WITA
4. Sarana dan Fasilitas
Adapun Sarana dan Fasilitas di PT. PLN (Persero) Indonesia Power Tello
Makassar antara lain:
a. Pos Pengamanan (Pos Security)
b. Area Parkir Kendaraan
c. Aula Sikarannuang
d. K3 Penanggulangan Kebakaran
1) Unit Fire Fighting Station : 1 unit

Gambar 2.3. Unit Fire Fighting Station


2) Unit Fire Hydrant Station : 1 unit

Gambar 2.4. Unit Fire Hydrant Station


3) Unit Rumah Pompa Hydrant : 1 unit
Gambar 2.5. Unit Rumah Pompa Hydrant
4) Pilar Hydrant (Borel & Box) : 10 Pilar Hydrant

Gambar 2.6. Pilar Hydrant


5) Unit APAR Jenis Dioksida (CO2) : 123 unit
Gambar 2.7. APAR Jenis Dioksida (CO2)
e. Pesawat Angkat
1) Overhead Crane memiliki kapasitas 5 ton dan 20 ton sebanyak 2 unit
2) Gantry Crane memiliki kapasitas 20 ton

Gambar 2.8. Gantry Crane


f. Pesawat Tenaga Produksi
1) N-01 (GE 1)
2) N-02 (GE 2)
3) N-03 (SWD 1)
4) N-04 (SWD 2)
5) N-05 (MHI 1)
6) Tabung udara tekan (Kompressor) 30 BAR
g. Pesawat Angkut
1) Electric Forklift

Gambar 2.9. Electric Forklift


h. Klinik
1) Personil Dokter Perusahaan
2) Tenaga Para Medis
3) Ruang Klinik

Gambar 2.10. Ruang Klinik


i. Fasilitas Kantor
1) Air Bersih
2) Listrik
3) Musholla
4) Toilet
5) Tempat Sampah
6) Jalur Pejalan Kaki & Assembly Point
7) Kantin

Gambar 2.11. Kantin


8) Alat Pelindung Diri

Gambar 2.12. Alat Pelindung Diri


9) Kontak P3K
Gambar 2.13. Kotak P3K
j. Pergudangan
1) Penyimpanan Sementara Limbah B3

Gambar 2.14. Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3


5. Pengukuran Lingkungan Kerja
PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar melakukan pengukuran
lingkungan kerja setiap semester oleh Laboratorium terakreditasi.
Pengukurannya berupa pencahayaan, kebisingan, getaran, dan Hygiene
Factor.
Gambar 2.15. Hasil Pengujian Lab. Kebisingan

Gambar 2.16. Hasil Pengujian Lab. Getaran


B. Penemuan Objek K3
1. K3 Secara Umum
a. Adanya Ahli K3 Spesialis yang sudah bersertifikat
b. Adanya Ahli K3 Umum yang sudah bersertifikat
c. Penggunaan APD
d. Adanya rambu/marka/safety sign, muster point
e. Adanya prosedur kerja (SOP), JSA, JSO, HIRARC (Manajemen Risiko)
f. Jumlah jam kerja mengikuti peraturan ketenagakerjaan
g. Terbentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) yang telah melaksanakan Audit SMK3

Gambar 2.17. Gambar Integritas SMK3


h. Beberapa anggota belum memiliki sertifikat keahlian
2. K3 Lingkungan Kerja
a. Rambu jalur evakuasi tertutup pohon
b. Lemari tempat alat berantakan
c. Toilet yang cukup untuk karyawan
d. Pengukuran lingkungan kerja setiap semester oleh laboratorium
terakreditasi. Pengukuran berupa pencahayaan, kebisingan, getaran dan
higiene faktor
e. Untuk smoking area sudah di sediakan tempat khusus
f. Jalur khusus pejalan kaki di dalam perusahaan sudah pudar
3. K3 Kesehatan Kerja
a. Adanya poliklinik di perusahaan yang memiliki 1 (satu) personal dokter
pemeriksa, 2 (dua) tenaga paramedis, dan 1 (satu) petugas P3K
b. Adanya hand sanitizer
c. Adanya air minum
d. Pemeriksaan Kesehatan berkala dilakukan 1 tahun sekali dalam setiap
tahun untuk semua pekerja di area tingkat bahaya risiko tinggi dan untuk
para pekerja dengan usia > 40 tahun yang bekerja di area tingkat bahaya
risiko rendah
e. Terdapat kotak P3K
f. Petugas P3K sudah tersertifikasi
g. Dokter perusahaan telah memiliki sertifikat Kesehatan Kerja atau Higiene
Perusahaan (HIPERKES)
h. Adanya pemeriksaan Kesehatan awal dan berkala
4. K3 Bahan Kimia Berbahaya (B3)
a. Satu orang petugas K3 kimia (Sertifikat/Lisensi tidak dapat ditunjukkan)
b. Tidak adanya MSDS bahan kimia yang digunakan
c. Adanya kerjasama dengan perusahaan pengelola limbah yang sudah
d. Memiliki satu unit tempat penyimpanan sementara limbah B3
e. Memiliki SOP penanganan tumpahan limbah B3 cair
f. Memiliki SOP penyimpanan dan pengangkutan limbah B3
g. Limbah padat memakai mobil container
h. Limbah cair memakai mobil tank/isotank
i. Jenis limbah yang dihasilkan berupa oli bekas, filter oli, majun sarung
tangan bekas, dan sludge
BAB III
ANALISA TEMUAN HASIL OBSERVASI

A. Analisa dan Temuan Positif


SARAN/
NO FOTO LOKASI TEMUAN ANALISIS DASAR HUKUM
REKOMENDASI
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja, dan Bahan Berbahaya
1. Tempat Isi kotak P3K Isi Kotak P3K Di harapkan Permenaker Nomor 15
Penyimpanan terdiri dari: perusahaan Tahun 2008 pasal 10
Limbah B3 1. Kasal steril memelihara dan huruf (b) : “Isi kotak P3K
terbungkus = mengecek masa sebagaimana tercantum
20 kadaluarsa pada isi dalam lampiran II

2. Perban (5 kotak P3K di Peraturan Menteri ini dan

cm) = 2 perusahaan. tidak boleh diisi bahan

3. Perban (10 atau alat selain yang

cm) = 2 dibutuhkan untuk

4. Plester pelaksanaan P3K di

Tebal (1,25 tempat kerja.

cm) = 2
5. Plester
cepat = 10
6. Kapas (25
g) = 1
7. Mittela = 2
8. Gunting = 1
9. Peniti = 12
10. Latex = 2

2. Kantor PT. PLN Memiliki Adanya Sebaiknya dilakukan Peraturan Menteri Tenaga
(Persero) petugas P3K petugas P3K penambahan petugas Kerja dan Transmigrasi
Indonesia berjumlah 1 akan P3K agar dapat No. PER-
Power Tello orang yang memudahkan menyesuaikan dengan 15/MEN/VIII/2008 Tentang
Makassar telah memiliki penanganan jumlah tenaga kerja Pertolongan Pertama
lisensi petugas pertolongan 239 orang. Jika sudah Pada Kecelakaan Di
P3K dan buku pertama saat terdapat petugas P3K Tempat Kerja
kegiatan P3K terjadi tetapi belum memiliki Pasal 2 Ayat 1
Terdapat regu kecelakaan sertifikat, maka Pengusaha wajib
P3K dan sehingga dilakukan pembinaan menyediakan petugas
evakuasi yang mengurangi terhadap petugas P3K P3K dan fasilitas P3K
terdiri dari 1 jumlah tersebut. Pasal 3 Ayat 1
ketua dan 10 kerugian yang Untuk petugas P3K Petugas P3K di tempat
anggota dapat terjadi. yang telah memiliki kerja sebagaimana
Namun, sertifikat dapat dimaksud dalam pasal 2
jumlah melakukan perpanjang ayat 1 harus memiliki
petugas P3K SKP sebelum masa lisensi dan buku kegiatan
di PT. PLN berlaku SKP berkhir P3K dari Kepala Instansi
(Persero) yang bertanggung jawab
Indonesia di bidang ketenagakerjaan
Power Tello setempat
Makassar Pasal 5 Ayat 1
belum sesuai Petugas P3K di tempat
dengan kerja sebagaimana
peraturan dimaksud dalam pasal 3
yang berlaku ayat 1, ditentukan
berdasarkan jumlah
pekerja/buruh dan potensi
bahaya di tempat kerja,
dengan rasio
sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I
Peraturan Menteri ini
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya rendah
(jumlah pekerja 25-
150) = 1 orang petugas
P3K
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya rendah
(jumlah pekerja >150)
= 1 orang petugas P3K
untuk setiap 150 orang
atau kurang
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya tinggi
(jumlah pekerja ≤100)
= 1 orang petugas P3K
- Tempat kerja dengan
potensi bahaya tinggi
(jumlah pekerja >100)
= 1 orang petugas P3K
untuk setiap 100 orang
atau kurang

3. Kantor PT. PLN Terdapat Tenaga Tenaga kesehatan Permenaker No.


Indonesia Sertifikat kesehatan yaitu yang bertugas 1/Men/1976 tentang
Power Tello Hiperkes untuk dokter di PT. diharapkan dapat kewajiban latihan
Makassar Dokter PLN (Persero) memberikan pelayanan hyperkes bagi dokter
UPDK Tello kesehatan yang baik perusahaan
Makassar telah kepada pekerja
Pasal 1 Setiap
memiliki
perusahaan diwajibkan
sertifikat
untuk mengirimkan setiap
pelatihan
dokter perusahaannya
hyperkes
untuk mendapatkan
latihan dalam bidang
Hygiene Perusahaan,
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
4. Klinik PT. PLN Terdapat tandu PT. PLN Perlu diletakkan di Peraturan Menteri Tenaga
(Persero) yang disimpan memiliki tandu tempat yang mudah Kerja dan Transmigrasi
Indonesia di klinik untuk dijangkau bersama No. PER-
Power Tello membawa dengan kotak P3K. 15/MEN/VIII/2008 Tentang
Makassar pekerja yang Dan perlu disediakan Pertolongan Pertama
mengalami kendaraan yang dapat Pada Kecelakaan Di
kecelakaan digunakan untuk Tempat Kerja
baik itu untuk mengantar korban jika Pasal 11
dibawa ke butuh perawatan Alat evakuasi dan alat
klinik maupun medis di RS transportasi meliputi:
ke ambulans. tandu atau alat lain untuk
Pekerja yang memindahkan korban ke
dibawa tempat yang aman atau
dengan tandu rujukan; dan mobil
adalah pekerja ambulance atau
yang kendaraan yang dapat
mengalami digunakan untuk
kecelakaan pengangkutan korban
yang tidak
dapat berjalan
atau pun yang
tidak sadarkan
diri

Ruang Lingkup Lingkungan Kerja


1. Area Area Ruang mesin - Penerapan prinsip Peraturan Menteri
Pembangkit pembangkit pembangkit 5R harus terjaga Ketenagakerjaan R.I.
PT. PLN tertata rapi dan cukup luas - Jaga agar ruang Nomor 5 Tahun 2018
(Persero) bersih. untuk lalu mesin tidak Tentang Keselamatan dan
Indonesia Terdapat isolasi lintas orang, mengalami Kesehatan Kerja
Power Tello di lantai barang dan kebocoran air Lingkungan Kerja
Makassar ruangan yang alat, serta - Pemeriksaan dan Pasal 5 Ayat 1
dekat dengan tidak terlihat pengujian faktor Pelaksanaan syarat-syarat
mesin adanya fisika, terutama K3 Lingkungan Kerja
Pencahayaan sampah atau pencahayaan, dilakukan melalui
yang digunakan barang-barang getaran dan kegiatan: a. pengukuran
pencahayaan yang kebisingan harus dan pengendalian
alami dan diletakkan ditinjau secara Lingkungan Kerja; dan b.
buatan. Dan berkala yang penerapan Higiene dan
telah diperiksa sembarangan. dilakukan baik Sanitasi
oleh Lantai secara internal Pasal 5 Ayat 2 huruf a
laboratorium ruangan juga maupun Pengukuran dan
yang terdiri dari melibatkan pengendalian Lingkungan
terakreditasi lantai kasar lembaga eksternal Kerja meliputi faktor fisika
Mesin sehingga Pasal 5 Ayat 3
menghasilkan pekerja tidak Penerapan Higiene dan
kebisingan yang mudah Sanitasi meliputi:
minimal. Dan terjatuh dan Bangunan tempat kerja,
telah diperiksa dengan fasilitas kebersihan,
oleh adanya isolasi kebutuhan udara, dan tata
laboratorium di lantai yang laksana kerumahtanggaan
yang dekat dengan Pasal 6 Ayat 2
terakreditasi mesin Pengukuran Lingkungan
Mesin mengurangi Kerja dilakukan sesuai
menghasilkan kemungkinan dengan metoda uji yang
getaran yang mengalirnya ditetapkan Standar
minimal. Dan arus Listrik ke Nasional Indonesia
telah diperiksa lantai. Pasal 7 Ayat 1
oleh Pencahayaan, Pengendalian lingkungan
laboratorium getaran dan kerja dilakukan agar
yang kebisingan Tingkat pajanan faktor
terakreditasi harus sesuai fisika dan faktor kimia
dengan berada di bawah NAB
standar yang Pasal 8 Ayat 2
berlaku NAB faktor fisika
(berada di tercantum dalam lampiran
bawah NAB) yang merupakan bagian
agar tidak tidak terpisahkan dari
menyebabkan peraturan Menteri ini
kecelakaan Pasal 58
maupun Setiap tempat kerja yang
penyakit memiliki potensi bahaya
akibat kerja. lingkungan kerja wajib
Pada PT. PLN dilakukan pemeriksaan
nilai NAB dan/atau pengujian
pencahayan, Pasal 59
getaran dan (1) Pemeriksaan dan/atau
kebisingan pengujian dilakukan
sudah sesuai secara internal
dengan maupun melibatkan
standar yang Lembaga eksternal
berlaku yang dari luar tempat kerja
penilaiannya (3) Pemeriksaan dan/atau
dilakukan oleh pengujian secara
pihak internal harus
eksternal dilakukan oleh
karena PT. personal K3 bidang
PLN belum Lingkungan Kerja
memiliki ahli (4) Lembaga ekternal
K3 meliputi: unit
Lingkungan pelaksana teknis
Kerja pengawasan
ketenagakerjaan,
direktorat bina
keselamatan dan
Kesehatan kerja
beserta unit pelaksana
teknis bidang K3, unit
pelaksaan teknis
daerah yang
membidangi pelayanan
pengujian K3, dan
Lembaga lain yang
terakreditasi dan
ditunjuk oleh Menteri
(5) Pemeriksaan dan/atau
pengujian sebagaiman
dimaksud pada ayat 4
dilakukan oleh:
pengawas
ketenagakerjaan
spesialis K3
lingkungan kerja,
penguji K3, atau ahli
K3 lingkungan kerja
Pasal 62 Ayat 1
Pemeriksaan dan/atau
pengujian berkala
dilakukan secara eksternal
paling sedikit 1 tahun
sekali atau sesuai dengan
penilaian risiko atau
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pasal 69
NAB dan/atau standar
dapat ditinjau secara
berkala paling sedikit 3
tahun sekali sesuai
dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan
teknologi
2. Ruang Terbuka Terdapat Tempat Sebaiknya tempat Peraturan Menteri
PT. PLN tempat sampah sampah yang sampah diberikan Ketenagakerjaan R.I.
(Persero) disediakan label untuk sampah Nomor 5 Tahun 2018
Indonesia dilengkapi organic, non organic, Tentang Keselamatan dan
Power Tello dengan dan bahan berbahaya. Kesehatan Kerja
Makassar penutup yang Selain itu sebaiknya Lingkungan Kerja
terbuat dari pada tempat sampah Pasal 5 Ayat 3
bahan kedap disediakan kantong Penerapan Higiene dan
air; terpisah plastic agar Sanitasi meliputi:
untuk masing- memudahkan dalam Bangunan tempat kerja,
masing jenis pengangkutan fasilitas kebersihan,
sampah; sampah dan kebutuhan udara, dan tata
memiliki pembersihan tempat laksana kerumahtanggaan
warna yang sampah serta tidak Pasal 37
berbeda-beda menjadi sarang lalat (1) Tempat sampah dan
dan simbol atau binatang peralatan kebersihan
serta tulisan serangga yang lain harus disediakan pada
yang setiap tempat kerja
menunjukkan (2) Tempat sampah
bahwa sebagaimana
tempat-tempat dimaksud pada ayat
sampah (1) paling sedikit harus:
tersebut terpisah dan diberikan
merupakan label untuk sampah
tempat organic, non organic,
sampah untuk dan bahan berbahaya
masing- sesuai dengan
masing jenis ketentuan peraturan
sampah perundang-undangan;
dilengkapi dengan
penutup dan terbuat
dari bahan kedap air;
dan tidak menjadi
sarang lalat atau
Binatang serangga
yang lain
Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2008 Tentang
Penanggulangan Sampah
Pasal 22 Ayat 1
Kegiatan penanganan
sampah meliputi:
pemilahan dalam bentuk
pengelompokan dan
pemisahan sampah
sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau sifat
sampah; pengumpulan
dalam bentuk
pengambilan dan
pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat
penampungan sementara
atau tempat pengolahan
sampah terpadu;
pengangkutan dalam
bentuk membawa sampah
dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan
sampah sementara atau
dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju
ke tempat pemrosesan
akhir; pengolahan dalam
bentuk mengubah
karakteristik, komposis,
dan jumlah sampah;
dan/atau pemrosesan
akhir sampah dalam
bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu
hasil pengolahan
sebelumnya ke media
lingkungan secara aman
3. Toilet PT. PLN Toilet ini bersih Kondisi toilet Rutin membersihkan Peraturan Menteri
Indonesia dengan saluran PT. PLN toilet, Menyediakan Ketenagakerjaan R.I.
Power Tello pembuangan air Indonesia tempat sampah untuk Nomor 5 Tahun 2018
Makassar yang mengalir Power Tello pembuangan tissue Tentang Keselamatan dan
dengan baik, Makassar toilet atau pembalut Kesehatan Kerja
dilengkapi sudah (untuk Perempuan) Lingkungan Kerja
dengan pintu, memenuhi Pasal 34
penerangan standar (1) Toilet harus: Bersih
yang cukup, Hygiene dan dan tidak menimbulkan
sirkulasi udara Sanitasi serta bau; Tidak ada lalat,
baik, dan telah dipisah nyamuk, atau
tersedia air antara toilet serangga lainnya;
bersih. laki-laki dan Tersedia saluran
Tersedia juga Perempuan. pembuangan air yang
jamban dan mengalir dengan baik;
termpat cuci Tersedia air bersih;
tangan yang Dilengkapi dengan
disertai sabun pintu; Memiliki
penerangan yang
cukup; Memiliki
sirkulasi udara yang
baik; Dibersihkan
setiap hari secara
periodik; dan Dapat
digunakan selama jam
kerja.
(2) Kelengkapan fasilitas
toilet paling sedikit
meliputi: Jamban; Air
bersih yang cukup; Alat
pembilas; Tempat
sampah; Tempat cuci
tangan; dan Sabun.
(3) Penempatan toilet
harus terpisah antara
laki-laki, Perempuan,
dan penyandang cacat
serta diberikan tanda
yang jelas.
Pasal 38 ayat (1)
Tempat pembuangan
pembalut harus
disediakan pada ruang
toilet perempuan.
4. Kantor dan Tersedia Kantor dan Perlu dilakukan Peraturan Menteri
Ruang Mesin ventilasi udara Ruang Mesin pembersihan secara Ketenagakerjaan R.I.
PT. PLN telah berkala terhadap Nomor 5 Tahun 2018
memiliki ventilasi buatan. Tentang Keselamatan dan
system Kesehatan Kerja
ventilasi udara Lingkungan Kerja
baik bersifat Pasal 41
alami maupun (1) Pengurus dan/atau
buatan Pengusaha wajib
sehingga menyediakan system
kualitas udara ventilasi udara untuk
tetap terjaga menjamin kebutuhan
(bersih dan udara pekerja dan/atau
sehat) mengurangi kadar
kontaminan di tempat
kerja
(2) System ventilasi dapat
bersifat alami atau
buatan atau kombinasi
keduanya.
(3) Dalam hal
menggunakan ventilasi
buatan maka ventilasi
tersebut harus
dibersihkan secara
berkala paling sedikit 3
bulan sekali atau
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ruang Lingkup Bahan Berbahaya
1. Tempat Terdapat simbol Simbol Setiap B3 wajib di Kepmenakertrans No. 187
Penyimpanan bahaya beracun bahaya berikan label B3 dan Tahun 1999 Tentang
Sementara B3 di pintu sebagai wajib memberikan Pengendalian Bahan
Limbah B3 Cair masuk tempat pencegahan penyuluhan terkait Kimia Berbahaya Di
PT. PLN penyimpanan awal untuk bahaya LB3 kepada Tempat Kerja
Indonesia sementara pekerja agar pekerja Pasal 2
Power Tello limbah B3 terhindar dari Pengusaha atau Pengurus
Makassar kecelakaan yang menggunakan,
kerja menyimpan, memakai,
memproduksi dan
mengangkut bahan kimia
berbahaya di tempat kerja
wajib mengendalikan
bahan kimia berbahaya
untuk mencegah
terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat
kerja.
2. TPS LB3 Cair Tersedia APD Telah tersedia Sebaiknya dilakukan Permenakertrans No.
bagi pekerja APD yang perawatan rutin PER. 08/MEN/VII/2010
dan juga sesuai SNI terhadap APD yang Tentang Alat Pelindung
terdapat bagi pekerja sudah tersedia Diri
himbauan dan APD Pasal 2
pengenaan tersebut Pengusaha wajib
APD diberikan menyediakan APD bagi
kepada pekerja/buruh di tempat
Tenaga Kerja kerja
3. Tempat Terdapat satu Oil trap Perlu disediakan Peraturan Menteri
Penampungan tempat oil trap digunakan tempat penyimpanan Lingkungan Hidup Dan
Oli untuk yang terlindung dari Kehutanan RI Nomor 6
menyimpan hujan dan tertutup Tahun 2021 Tentang Tata
limbah oli serta tidak tercampur Cara Dan Persyaratan
yang dengan limbah B3 Pengelolaan Limbah
merupakan atau jenis limbah Bahan Berbahaya Dan
hasil dari lainnya. Selain itu, Beracun
kegiatan tempat penyimpanan Pasal 51 ayat
produksi di limbah B3 harus (1) Setiap Orang yang
PT. PLN memenuhi standar menghasilkan Limbah
Indonesia yang telah ditentukan B3, Pengumpul Limbah
Power Tello B3, Pemanfaat Limbah
Makassar B3, Pengolah Limbah
agar tidak B3, dan Penimbun
mencemari Limbah B3 wajib
lingkungan melakukan
kerja. Penyimpanan Limbah
B3
(3) Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah
B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) dilarang melakukan
pencampuran Limbah
B3 yang disimpannya.
(4) Untuk dapat
melakukan
Penyimpanan Limbah
B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1), Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah
B3 wajib memenuhi:
a. Standar
Penyimpanan
Limbah B3 yang
diintegrasikan ke
dalam nomor induk
berusaha, bagi
Penghasil Limbah
B3 dari Usaha
dan/atau Kegiatan
wajib SPPL.
Pasal 52
Standar Penyimpanan
Limbah B3 meliputi:
a. Limbah B3 yang
disimpan terlindung
dari hujan dan tertutup;
b. Memiliki lantai kedap
air
c. Dilengkapi dengan
simbol dan label
Limbah B3
d. Limbah B3 dikemas
dengan menggunakan
kemasan dari bahan
logam atau plastik
e. Kemasan mampu
mengungkung Limbah
B3 untuk tetap berada
di dalam kemasan
f. Memiliki penutup yang
kuat untuk mencegah
terjadinya tumpahan
pada saat dilakukan
pemindahan dan/atau
pengangkutan, dan
g. Kondisi kemasan tidak
bocor, tidak berkarat,
dan tidak rusak.
4. Tempat Terdapat alat Alat pengukur Perlu dilakukan Peraturan Menteri
Penyimpanan mengukur berat berat ini pengukuran jumlah Lingkungan Hidup Dan
Limbah Cair B3 limbah B3 yang digunakan limbah B3 yang Kehutanan RI Nomor 6
akan disimpan untuk dihasilkan agar sesuai Tahun 2021 Tentang Tata
mengukur dengan standar Cara Dan Persyaratan
jumlah limbah penyimpanan limbah Pengelolaan Limbah
yang telah B3 Bahan Berbahaya Dan
dihasilkan dan Beracun
seberapa Pasal 79 ayat
lama limbah- (1) Setiap Orang yang
limbah menghasilkan Limbah
tersebut dapat B3 wajib melakukan
disimpan di Penyimpanan Limbah
tempat B3 paling lama:
penyimpanan a. 90 (Sembilan
sementara puluh) hari sejak
limbah B3 Limbah B3
dihasilkan, untuk
Limbah B3 yang
dihasilkan sebesar
50 kg (lima puluh
kilogram) per hari
atau lebih
b. 180 (seratus
delapan puluh) hari
sejak Limbah B3
dihasilkan, untuk
Limbah B3 yang
dihasilkan kurang
dari 50 kg (lima
puluh kilogram) per
hari untuk Limbah
B3 kategori 1
c. 365 (tiga ratus
enam puluh lima)
hari sejak Limbah
B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3
yang dihasilkan
kurang dari 50 kg
(lima puluh
kilogram) per hari
untuk Limbah B3
kategori 2 dari
sumber tidak
spesifik dan
sumber spesifik
umum; atau
d. 365 (tiga ratus
enam puluh lima)
hari sejak Limbah
B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3
kategori 2 dari
sumber spesifik
khusus.
B. Analisa dan Temuan Negatif

SARAN/REKOMEND
No. FOTO LOKASI TEMUAN ANALISIS DASAR HUKUM
ASI
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja, dan Bahan Berbahaya
PT. PLN Indonesia Jumlah kotak Jumlah tenaga Sebaiknya Permenaker No. 15 tahun
1.
Power Tello P3K di kerja di Perusahaan 2008 pasal 10 huruf (c)
Makassar perusahaan Perusahaan menambahkan 4 nomor (2) : “Disesuaikan
sebanyak 239 kotak P3K jenis kotak dengan jumlah
dan kotak P3K A; atau 2 kotak P3K pekerja/buruh, jenis dan
jenis kotak A jenis kotak B; atau 1 jumlah kotak P3K
ada 6 buah, kotak P3K jenis kotak sebagaimana tercantum
sedangkan C. dalam Lampiran III
kotak P3K Peraturan Menteri ini.
jenis kotak A
untuk jumlah
TPS Limbah B3 Tidak PT. PLN Dapat dilakukan Keputusan Menteri
2.
PT. PLN Indonesia tersedianya termasuk pengendalian dengan Tenaga Kerja RI No. Kep.
Power Tello LDKB di perusahaan menyediakan LDKB 187/MEN/1999 Tentang
Makassar dalam TPS yang Pengendalian Bahan
Perlu
Limbah B3 menyimpan Kimia Berbahaya di
diletakkan/ditempel
bahan kimia di Tempat Kerja
keterangan LDKB di
tempat kerja, Pasal 6
dinding dalam TPS
maka wajib LDKB sebagaimana
Limbah B3
melakukan dimaksud dalam pasal 4
pengendalian dan label sebagai
bahan kimia dimaksud dalam pasal 5
berbahaya di ditentukan di tempat yang
tempat kerja. mudah diketahui oleh
tenaga kerja dan pegawai
pengawasan ketenagaan
kerja
Ruang Terbuka PT. Peletakan Peletakan Penataan selang harus Permenaker No. 05 tahun
3.
PLN Indonesia selang yang selang yang ditata serapi mungkin 2018 tentang
Power Tello tidak rapi tidak rapi dapat agar tidak menghalangi keselamatan dan
Makassar mengganggu kegiatan lain Kesehatan kerja
proses lingkungan Pasal 5
kegiatan yang
Penerapan higine dan
lain
sanitasi meliputi:
Bangunan tempat kerja,
fasilitas kebersihan,
kebutuhan udara, dan tata
leksana kerumahtanggaan
kerja.
Kantor PT. PLN Memiliki 1 Ahli Perusahaan Sebaiknya jumlah Ahli Keputusan Menteri
4.
Indonesia Power K3 Kimia atau industry K3 Kimia dapat Tenaga Kerja RI No. Kep.
Tello Makassar yang ditambah dan juga 187/Men/1999 Tentang
mempergunaka melakukan Pengendalian Bahan
n bahan kimia perpanjangan SKP Kimia Berbahaya di
berbahaya < Tempat Kerja
NAK wajib
Pasal 22 Ayat 3
memiliki
Kursus tehnis Petugas K3
petugas K3
Kimia sebagaimana
Kimia
dimaksud pada ayat (2)
sekurang-
huruf d, dilaksanakan oleh
kurangnya 1
perusahaan sendiri,
orang apabila
perusahaan jasa K3 atau
system kerja
instansi yang berwenang
non shift dan
dengan kurikulum seperti
sekurang-
yang tercantum dalam
kurangnya 3
lampiran IV Keputusan
orang apabila
Menteri ini
system kerja
shift.
Klinik PT. PLN Tidak Klinik PT. PLN Perlu dipasang tanda Peraturan Menteri Tenaga
5.
Indonesia Power ditemukan Indonesia dengan papan nama Kerja dan Transmigrasi RI
Tello Makassar papan nama Power Tello yang jelas dan mudah Nomor 15 Tahun 2008
yang jelas dan Makassar telah terlihat. Tentang Pertolongan
mudah dilihat memenuhi Pertama Pada
seluruh Kecelakaan di Tempat
persyaratan Kerja
yang
Pasal 9 ayat 2 huruf d
ditentukan
Persyaratan ruang P3K
perundang-
meliputi diberi tanda
undangan
dengan papan nama yang
kecuali papan
jelas dan mudah dilihat.
nama yang
jelas dan
mudah dilihat.
Hal ini
menyulitkan
pekerja
maupun tamu
yang
membutuhkan
pertolongan.
Ruang Terbuka PT. Terdapat sapu Alat-alat Perlu dibuat tempat Peraturan Menteri
6.
PLN (Persero) yang tidak kebersihan penyimpanan alat-alat Ketenagakerjaan R.I.
Indonesia Power dsimpan dan seharusnya kebersihan Nomor 5 Tahun 2018
Tello Makassar diletakkan memiliki tempat Tentang Keselamatan dan
dengan baik tersendiri dan Kesehatan Kerja
disamping dikumpul di Lingkungan Kerja
mesin control tempat yang Pasal 43 Ayat 1
dan lemari sama agar
Pengusaha dan/atau
yang rusak memudahkan
Pengurus harus
dalam
melaksanakan
menyimpan
ketatarumahtanggaan
dan membuat
dengan baik di tempat
alat kebersihan
kerja
tersebut dapat
Pasal 43 Ayat 2 huruf e
bertahan lama.
Ketatarumahtanggaan
yang baik meliputi Upaya
mengembangkan
prosedur kebersihan,
penempatan dan
penataan untuk alat,
perkakas, dan bahan
Pasal 44 Ayat 1

Alat kerja, perakakas, dan


bahan harus ditata dan
disimpan secara rapi dan
tertib untuk menjamin
kelancaran pekerjaan dan
tidak menimbulkan
bahaya kecelakaan
Ruang Terbuka PT. Terdapat lemari Lemari yang Perlu dilakukan Peraturan Pemerintah RI
7.
PLN (Persero) rusak yang rusak ini pengangkutan sampah Nomor 27 Tahun 2020
Indonesia Power terletak termasuk spesifik ke tempat Tentang Pengelolaan
Tello Makassar disamping dalam sampah pembuangan sampah Sampah Spesifik
mesin control domestik, yang akhir atau lemari dapat Pasal 52
dan mesin- sebaiknya di daur ulang untuk (2) Pemilahan Sampah
mesin produksi dibuang atau digunakan kembali berukuran besar
lainnya diolah dengan sebagai tempat dikelompokkan
cara di daur penyimpanan lainnya menjadi:
ulang b. Sampah yang
dapat digunakan
Kembali
c. Sampah yang
dapat didaur ulang
Pasal 54
Pengangkutan Sampah
berukuran besar dilakukan
oleh:
a. Setiap Orang, dari
sumber Sampah ke
tempat fasilitas
pengumpulan
Sampah
Pasal 55
(1) Pengolahan Sampah
berukuran besar
dilakukan sesuai
dengan kelompok
Sampah hasil
pemilahan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 52 ayat (2)
(2) Pengolahan Sampah
berukuran besar
dilakukan terhadap
Sampah yang tidak
dapat didaur ulang
atau dimanfaatkan
kembali.
Tempat Terdapat ruang Tempat Perlu disediakan Peraturan Menteri
8.
Penyimpanan untuk penyimpanan tempat penyimpanan Lingkungan Hidup Dan
Sementara Limbah penyimpanan sementara untuk limbah B3 yang Kehutanan RI Nomor 6
Cair B3 sementara limbah cair B3 sesuai dengan standar Tahun 2021 Tentang Tata
limbah cair B3 digunakan dan ketentuan yang Cara Dan Persyaratan
dan terdapat untuk telah diatur di Pengelolaan Limbah
rambu-rambu menyimpan perundang-undangan Bahan Berbahaya Dan
untuk B3 serta limbah cair B3 Beracun
terdapat ruang dalam kurun
Pasal 60 ayat
untuk lalu lintas waktu tertentu
(2) Fasilitas Penyimpanan
manusia. sebelum
Limbah B3 berupa
akhirnya
bangunan memenuhi
diangkut ke
persyaratan:
tempat
penyimpanan a. Rancang bangun
akhir yang sesuai dengan
kemudian akan jenis, karakteristik,
diolah atau dan jumlah Limbah
ditimbun B3 yang disimpan;

b. Luas ruang
penyimpanan
sesuai dengan
jumlah Limbah B3
yang disimpan;

c. Desain dan
konstruksi yang
mampu melindungi
Limbah B3 dari
hujan dan tertutup;

d. Atap dari bahan


yang tidak mudah
terbakar;

e. Memiliki system
ventilasi untuk
sirkulasi udara;

f. Sistem
pencahayaan
disesuaikan
dengan rancang
bangun tempat
Penyimpanan
Limbah B3

g. Lantai kedap air


dan tidak
bergelombang

h. Lantai bagian
dalam dibuat
melandai turun kea
rah bak
penampung
tumpahan dengan
kemiringan paling
tinggi 1% (satu
persen)

i. Lantai bagian luar


bangunan dibuat
agar air hujan tidak
masuk ke dalam
bangunan tempat
penyimpanan
Limbah B3

j. Saluran drainase
ceceran, tumpahan
Limbah B3
dan/atau air hasil
pembersihan
ceceran atau
tumpahan Limbah
B3

k. Bak penampung
tumpahan untuk
menampung
ceceran, tumpahan
Limbah B3
dan/atau air hasil
pembersihan
ceceran atau
tumpahan Limbah
B3, dan

l. Dilengkapi dengan
simbol Limbah B3
sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Tempat Terdapat Wadah untuk Perlu disediakan Peraturan Menteri
9.
Penyimpanan wadah untuk penyimpanan tempat penyimpanan Lingkungan Hidup Dan
Limbah Cair B3 penyimpanan limbah cair B3 untuk limbah B3 yang Kehutanan RI Nomor 6
limbah cair B3 digunakan sesuai dengan standar Tahun 2021 Tentang Tata
yang terbuat untuk dan ketentuan yang Cara Dan Persyaratan
dari drum menyimpan telah diatur di Pengelolaan Limbah
logam dan limbah cair B3 perundang-undangan Bahan Berbahaya Dan
tersusun rapi dalam kurun Beracun
waktu tertentu
Pasal 69 ayat (1) Limbah
sebelum
B3 yang disimpan pada
akhirnya
bangunan wajib dilakukan
diangkut ke
pengemasan.
tempat
Pasal 70 ayat (1)
penyimpanan
Pengemasan
akhir yang
sebagaimana dimaksud
kemudian akan
dengan Pasal 69 ayat (1)
diolah atau
dilakukan dengan
ditimbun.
menggunakan kemasan
Wadah yang
berupa drum
digunakan
untuk Pasal 71 ayat
penimpanan (1) Penyimpanan
limbah K3 Limbah B3 dengan
dapat berupa menggunakan
drum sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1)
huruf a wajib
memenuhi
persyaratan:

a. Ditumpuk
berdasarkan
jenis kemasan

b. Jarak antara
tumpukan
kemasan
dengan atap
paling rendah 1
(satu) meter;
dan

c. Disimpan
dengan system
blok dengan
ketentuan:

1. Setiap blok
terdiri atas 2
(dua) x 3
(tiga); dan

2. Memiliki
lebar gang
antar blok
paling sedikit
60 cm (enam
puluh
sentimeter)
atau
disesuaikan
dengan
kebutuhan
operasional
untuk lalu
lintas
manusia dan
kendaraan
pengangkut
(forklift)

(2) Tumpukan
berdasarkan jenis
kemasan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1)
huruf a dilakukan
dengan ketentuan:

a. Untuk kemasan
berupa drum logam
dengan kapasitas
200 (dua ratus)
liter, tumpukan
paling banyak 3
(tiga) lapis dengan
setiap lapis diberi
alas palet untuk 4
(empat) drum.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
PT PLN (Persero) UPTDK Tello Makassar telah melakukan penerapan k3
pada bidang K3 Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja & B3 yaitu:
1. Pada bidang kesehatan kerja, perusahaan telah fasilitas kesehatan seperti
klinik yang dilengkapi dengan tenaga kesehatan yang berkompeten serta
dilakukan pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus terhadap
tenaga kerja. Perusahaan juga telah menyediakan fasilitas kantin dan juga
terdapat fasilitas toilet yang terpisah anatara pekerja laki-laki dan Perempuan.
2. Pada bidang lingkungan kerja, perusahaan telah menerapakan hygine yang
sesuai dengan standar peraturan yang berlaku, juga terdapat tempat
penyimpanan sementara Limbah B3. Perusahaan juga telah mempunyai
petugas ahli k3 kimia
3. Pada bidang K3 Bahan Berbahaya dan Beracun, Perusahaan telah
menerapkan syarat-syarat K3 bahan berbahaya dan beracun yang sesuai
dengan standar peraturan yang berlaku.
B. Saran
1. Melakukan perbaikan dari hasil audit.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kesehatan kerja,
ergonomi, lingkungan kerja dan bahan berbahaya.
3. Dari temuan negative pada laporan PKL ini dapat dilakukan inspeksi lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. (2020). Modul


Pembinaan - Dasar K3 Dalam Pengawasan Norma Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Indonesia, M. K. (2018). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor


5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Jakarta.

Indonesia, P. R. (1970). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970


Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.

Indonesia, P. R. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.

Indonesia, P. R. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun


2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Jakarta.

Islam, F., Priastomo, Y., Mahawati, E., Budiastutik, N. U., Hairuddin, M. C., Akbar, F. F.,
. . . Purwono, E. (2021). Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Medan: Yayasan
Kita Menulis.

Kerja, D. P. (2020). Modul Pembinaan Kesehatan Kerja.

Koperasi, M. T. (1976). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Koperasi


Nomor: PER.01/MEN/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan. Jakarta.

RI, M. T. (1992). Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-02/MEN/1992


Tentang Tata Cara Petunjukan, Kewajiban, Dan Wewenang Ahli Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Setiyono. (2001). Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3. Jurnal Teknologi Lingkungan,
2(1), 72-77.

Tjahjanto, R., & Azis, I. (2016). Analisis Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Atas
Kapal MV. CS Brave. KAPAL, Vol. 13, No.1, 13-18.

Transmigrasi, M. T. (1981). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor:


PER.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai