DOSEN PEMBIMBING:
Mataram, 11 januari
2022
2
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belaknag .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 1
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................... 3
2.1 Konsep teori Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)..................... 3
2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja .............................................. 5
2.3 Konsep Dasar Hazard ....................................................................... 9
2.4 Konsep teori Pertamina.................................................................... 10
2.4 Konsep teori Alat Pelindung Diri (APD)......................................... 10
BAB III HASIL OBSERVASI .................................................................... 15
3.1 Deskripsi Pelaksanaan ..................................................................... 15
3.2 Hasil Pengamatan............................................................................. 15
3.3 Kesimpulan ...................................................................................... 15
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN ..................................................... 16
4.1 Latar Belakang ................................................................................. 16
4.2 Tujuan .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan di
pertamina
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari penyusunan laporan ini yaitu agar mahasiswa/i
dapat:
1. Mengetahui seberapa tingkat K3 diterapkan di lingkunganpertamina
Jl.Lingkar Selatan.
2. Menambah pengetahuan Mahasiswa/i STIKES Yarsi Mataram mengenai
K3.
3. Penulis dan kelompok dapat langsung merasakan pengalaman observasi
dan memberikan pendidikan kesehatan langsung mengenai penerapan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 165 :
pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan
bagi tenaga kerja. (Silalahi, S. R. ,2020)
2.1.2 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bermanfaat untuk
memelihara dan melindungi derajat kesehatan tenaga kerja dari faktor/
bahaya yang dihadapi di tempat kerja untuk mencapai produktivitas
dan kesejahteraan tenaga kerja.
2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja menurut Joint ILO/WHO Committee
tahun 1995 antara lain :
1. Mempromosikan dan memeliharakesehatan fisik,mental dan
sosial pekerja.
2. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja.
3. Melindungi pekerja dari resiko terhadapfaktor-faktor yang
mengganggu kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja
yang sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.
5. Menyesuaikan manusia pada pekerjaannya.
2.1.4 Aspek Terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat terkait dengan kesehatan
tenaga kerja, yang dipengaruhi oleh 3 faktor berikut, yaitu :
1. Beban kerja baik beban secara fisik maupun mental
2. Kapasitas kerja , yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Keterampilan
b. Kesegaran jasmani dan rohani
c. Status kesehatan dan gizi
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Ukuran tubuh
4
3. Lingkungan kerja, meliputi antara lain :
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi
d. Ergonomic
e. Psikologi
2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja
2.2.1 Pengertian penyakit akibat kerja
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya di sebabkan oleh adanya
pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia
(Manmade disease). Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk
mendefinisikan penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang timbul
karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan karena pekerjaan
atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah
tersebut mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing
memiliki dasar hukum dan perundang-undangan yang menjadi
landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang penyebabnya
adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur, 2009).
5
populasi kerja (disease affecting working populations) Penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat pekerja. Namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan
yang buruk untuk kesehatan.
2.2.3 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Berdasarkan faktor penyebabnya PAK dikelompokkan atas :
1. Faktor Fisik
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Suhu Tinggi Heat stress, heat cramp
Suhu Dingin Frostbite
Kebisingan Kehilangan pendengaran (hearing loss)
Getaran Reynold disease
Tekanan Caisons disease
2. Faktor Ergonomi
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Beban Kerja Hernia
Cara Kerja Trauma otot dan sendi
Posisi Kerja Tidak Penyakit musculoskeletal
Ergonomis
Gerak Repetitive Carpal tunnel syndrome
Kontraksi Statis Kelelahan
3. Faktor Kimia
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Zat Iritan Iritasi selaput lender
Zat Korosif Luka bakar
Zat Karsinogenik Kanker
Zat Alergen Dermatitis, Asma
Zat Mutagenik Mutasi genetik/kanker
6
4. Faktor biologi
Terkait dengan binatang pengerat atau mikroorganisme
yang dapat menyebabkan penyakit
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui :
1. Pengaturan tempat kerja, disain tempat kerja disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia.
2. Pemilihan dan Peraturan Peralatan kerja (Tools and Equipmen)
3. Pengaturan cara kerja.
4. Pencatatan dan pelaporan.
5. Penanganan kasus dan treatment.
Upaya untuk mencegah atau mengurangi terjadinya PAK dapat
ditinjau dari faktor penyebabnya antara lain adalalah :
1. Alat
Gunakan alat pelindung diri atau pilihlah peralatan yang lebih
aman untuk digunakan khususnya pada beberapa peralatan yang
dapat berdampak pada kesehatan antara lain , computer, mesin
jahit,peralatan yang bergetar atau menimbulkan bising dan
peralatan lain-lain.
2. Manusia
Faktor manusia yang menjadi penyebab terjadinya
PAK adalah cara melakukan pekerjaan atau cara kerja. Cara
kerja yang tidak benar akan mempengaruhi postur tubuh,
misalnya saat mengangkat barang, saat memindahkan
barang dan lain-lain. Untuk mencegah PAK berkaitan
dengan perubahan postur tubuh, maka perhatikan aturan-
aturan berikut :
a. Hindari kegiatan melekukkan kepala dan leher kedepan
(menunduk) atau melekukkan kebelakang (mendongak).
b. Hindari melekukkan badan kedepan (membungkuk).
7
d. Usahakan untuk menggunakan kursi dengan
sandaran (backrest), dan duduk pada posisi bersandar pada
sandaran (posisi tegak).
e. Pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar, posisi
tubuh tegak dan lekukan siku pada posisi 90-120 derajat,
sehingga tubuh berada optimal untuk mengeluarkan tenaga.
f. Jika bekerja pada posisi berdiri, usahakan dapat sesekali
duduk pada waktu senggang untuk relaksasi otot kaki.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja antara lain faktor lingkungan fisik, kimia dan
lingkungan sosial. Untuk mencegah terjadinya PAK, maka
lingkungan fisik dan kimia perlu didisain sesuai dengan standar
kesehatan kerja. Disamping itu perlu diciptakan hubungan sosial
yang erat antar pekerja yang akan membantu terwujudnya
kesehatan kerja. Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya PAK antara lain :
a. Pengaturan beban kerja, antaralain :
1) Pembebanan tidak melebihi 30-40% dari
kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka
waktu 8 jam sehari.
2) Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban maksimum
untuk tenaga kerja Indonesia adalah 40kg.
3) Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih
dari sekali maka beban maksimum
tersebut harus disesuaikan.
4) Denyut nadi setelah bekerja tidak melebihi 30-40x/menit
di atas denyut nadi sebelum bekerja.
5) Tidak mengangkat beban lebih dari 4,5 kg pada posisi
duduk.
8
7) Alat bantu mekanik dan tim mengangkat harus
di rancang untuk megurangi risiko cidera yang
berkaitan dengan beban 16 kg s.d 55 kg.
9
kimia, uap kimia, daya ledak bahan kimia, oksidasi, dan bahan
kimia mudah terbakar;
3. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja
yang tidak sesuai, material handling, pencahayaan yang kurang,
gerakan tubuh terbatas, desain pekerjaan yang dilakukan, dan
pergerakan yang berulang-ulang;
4. Physical Hazard (bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas,
kebisingan, getaran, dan tekanan;
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial), seperti jam kerja
panjang, trauma, lingkungan kerja tidak nyaman, dan sebagainya;
6. Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang
disebabkan benda-benda bergerak, yang dapat menimbulkan
dampak seperti terpotong, tergores, tersayat;
7. Electrical Hazard (bahaya listrik), bahaya yang ditimbulkan oleh
arus listrik pendek, listrik statis.
2.4 Konsep teori Pertamina
2.4.1 Difinisi pertamina
Pertamina merupakan suatu perusahaan sebagai Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan dengan maksud untuk menyelenggarakan usaha
dibidang minyak dan gas bumi baik di dalam maupun diluar negeri
serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di
bidang minyak dan gas bumi tersebut.
2.4.2 Tujuan didirikan pertamina
Salah satu tujuan didirikannya perusahaan / pertamina adalah untuk
mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan
secara efektif dan efesien seta memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.
2.5 Konsep teori Alat Pelindung Diri (APD)
2.5.1 Pengertian APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya
10
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker,
2006).
APD adalah alat pelindung diri yang dipakai oleh tenaga kerja secara
langsung untuk mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai
faktor yang ada atau timbul di lingkungan kerja (Soeripto, 2008).
2.5.2 Jenis- jenis APD
Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja yaitu :
1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul
benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di
udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia,
jasad renik (mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.
2. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia
berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di
badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas,
radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang
tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras
atau benda tajam.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan
dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang
berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.
11
5. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan
api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi
mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
6. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
7. Pakaian Pelindung Pakaian
pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-
bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan dengan
mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
8. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja
agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi
pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
2.5.3 Kriteria APD
Kriteria Alat Pelindung Diri (APD) agar dapat dipakai dan efektif
dalam penggunaan dan pemiliharaan menurut Tarwaka (2008) yaitu :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif
pada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,
nyaman dipakai dan tidak merupakan beban bagi pemakainya.
12
3. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya.
4. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
5. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai.
6. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
7. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
di pasaran.
8. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
9. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang
ditetapkan
2.5.4 Faktor yang mempengaruhi penggunaan APD
Faktor yang mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) antara lain (Mulyanti, 2008) :
1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
2. Sikap, yaitu reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek.
3. Kondisi APD, yaitu berkaitan dengan fasilitas/ketersediaan APD
yang akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.
4. Pengawasan, berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan
kuantitatif.
5. Dukungan sosial, baik dari rekan kerja maupun dari pimpinan.
Peran rekan kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD
sedangkan peran atasan/ pimpinan adalah berupa adanya
anjuran, pemberian sanksi maupun pemberian hadiah.
2.5.5 Solusi yang ditawarkan
Pada PT Pertamina solusi yang ditawarkan mahasiswa untuk
mengurangi resiko penyakit akibat kerja ( PAK) terutama pada
penggunaan APD yaitu:
13
1. Meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja dengan
mematuhi peraturan / prosedur kerja yang telah ditentukan untuk
mencegah terjadinya suatu penyakit.
2. Meminimalisir terjadinya kecelakaan akibat kerja yang disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan petugas pertamina terhadap
penggunaan APD dengan baik.
14
BAB III
HASIL OBSERVASI
15
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN
16
4.3 Tujuan
4.3.1 Tujuan umum
Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan ini guna untuk mengurangi
dan meminimalkan resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
penggunaan APD pada petugas di SPBU Jl.Lingkar selatan
4.3.2 Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan petugas SPBU tentang pentingnya
memakai APD
2. Meningkatkan pengetahuan petugas SPBU tentang resiko
penyakit akibat kerja
4.4 Metode Pelaksanaan
4.4.1 Tahap Persiapan
1. Kelompok kami menentukan lokasi yang akan di observasi
2. Kelompok mempersiapkan lembar observasi yang akan menjadi
bahan observasi
3. Kelompok mendatangi lokasi yang telah ditentukan
4. Kelompok melakukan observasi
5. kelompok menyusun materi yang akan disampaikan saat
pendidikan kesehatan
4.4.2 Tahap Pelaksanaan
Job Description:
1. Moderator : Lalu Syahrul Askian
2. Pemateri : Vivi Sulastri
3. Anggota : Anggun Cahyani
Hida Royanti
Nori saputra
Fikriarjimansani
Nursasihhikmayati
17
Tahapan Pelaksanaan
Pembukaan - Anggota menyiapkan dan
( 3 menit) membagikan leaflet
- Moderator memperkenalkan diri dan seluruh anggota
- Moderator menyampaikan tujuan
- Moderator menanyakan kesedian pekerja dan
melakukan kontrak waktu
18
4.4.3 Tahap Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi mengenai pemahaman pekerja
tentang apa yang dipaparkan yaitu Cara Menggunakan APD yang
baik dan benar Untuk Mengurangi resiko terjadinya penyakit
pneumontis melalui sesi Tanya jawab dan akan dilakukan
demontrasi kembali pada pegawai untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman pekerja. Adapun List pertanyaan yang diberikan adalah:
TabelHasilRespondingPeserta
Nama Peserta:
No Pertanyaan Respon sebelum Respon sesudah
1. Apa yang anda ketahui
tentang K3?
2. Apa saja factor yang
menyebabkan pusing ?
3. Bagaimanacara mencegah
terjadinya
pusing?
4. Bagaimana cara
menggunakan APD
yang benar ?
19
DAFTAR PUSTAKA
Frans, Virgina Pingkan. "Analisa Dampak Dari Alat Pelindung Diri Terhadap
Benefit Dalam Health Safety Environment." (2012).
Febrianti, Astri Arri, et al. "Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam
Manajemen Alat Perlindungan Diri (APD)." Jurnal Abdi
Masyarakat Humanis 2.2 (2021).
Keselamatan, Suaeb A. "Kesehatan Kerja." Jakarta: Universitas
Gunadarma (2013).
Muharram, Mahesa Arya. "Analisis Hubungan Dukungan Sosial Dan Efikasi Diri
Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT. Pertamina
(Persero) DPPU Juanda Sidoarjo." Journal of Health Science and
Prevention 4.2 (2020): 111-124.
Watson, Geoffrey S., and M. R. Leadbetter. "Hazard analysis II." Sankhyā: The
Indian Journal of Statistics, Series A (1964): 101-116.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Observasi
Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan
Ya Tidak
A Manajemen K3
I Lingkungan Fisik
21
Apakah semua pengaman “interlock” mesin maupun
13 listrik dalam keadaan baik?
Apakah semua pengaman otomatis telah distel dengan
14
baik?
Apakah semua tombol-tombol “STOP” berfungsi
15
dengan baik dan diberi label dengan jelas?
Apakah ada bagian-bagian peralatan mesin yang
16
bergerak/berputar tidak berpengalaman?
Apakah semua peralatan angkat diberi tanda beban
17 maksimum yang diizinkan (safe working load =
SWL)?
Apakah tersedia alat angkat yang memadai sesuai
18
kebutuhan?
Apakah operator alat angkat telah mempunyai kualifikasi
19
cukup?
20 Apakah semua alat angkut dalam kondisi baik?
22
26 Apakah tempat penyimpanan tersebut sudah
direncanakan sebelumnya?
23
Apakah alat pemadam kebakaran tersedia dengan jumlah dan jenis
yang cukup serta dengan penempatan yang baik , mudah terlihat dan
37
terjangkau
?
Apakah hidran kebakaran dan persediaan air selalu
38 cukup untuk digunakan oleh regu pemadam
kebakaran ?
Bila terdapat resiko kebakaran khusus misalnya
39 kebakaran magnesium, sodium, dan lain-lain, apakah
tersedia peralatan khusus untuk pemadamnya ?
Apakah terdapat system peringatan kebakaran (alarm)
40
yang baik terdengar dan terlihat dengan jelas ?
Apakah secara teratur diadakan latihan peran evakuasi
41
/ penyelamatan bagi seluruh tenaga kerja ?
Apakah terpasang instruksi-instruksi dan nomor-
42
nomor telepon dalam keadaan bahaya ?
Apakah terdapat kotak P3K yang lengkap dan
43
memadai ditempat-tempat strategis ?
Apakah terdapat petugas P3K secara khusus dan
44
dalam jumlah yang memadai ?
Apakah tempat-tempat kerja diberi penerangan yang
45
memadai ?
Apakah tersedia tempat pembuangan sampah dan
46
bahan yang tidak terpakai lagi ?
Jika terdapat tangga pengaman , apakah dalam keadaan
47 baik dan dilengkapi dengan pengaman pegangan tangan
dan sebagainya ?
Apakah alat pelindung diri yang tersedia dipelihara
48
sesuai denngan ketentuan ?
II Lingkungan Biologis
24
Apakah dilakukan pemeliharaan halaman , jalan-jalan kendaraan
1
pagar pembatas dan sebagainya ?
Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan
2
kerapihannya ?
Apakah terdapat instalasi pengolahan air limbah
3
(IPAL)?
Apakah dilakukan penanganan terhadap limbah padat?
4
25
Apakah dilakukan pengujian kandungan bahan berbahaya
4
pada contoh produk?
Bilamana terdapat bahan beracun apakah disediakan
5
“antidotes”
Apakah tempat penyimpanan bahan beracun dan bahan berbahaya
6
sudah sesuai dengan ketentuan?
IV Lingkungan Psikososial
26
Apakah terdapat sarana dan fasilitas (film,video,dan lain-lain )
10
untuk dan pembinaan pekerja ?
27
Lampiran 2: Dokumentasi
GAMBARAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA
SPBU AKIBAT PAJANAN BENZENA
DI WILAYAH SEBERANG ULU II
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana kedokteran (S. Ked)
Oleh:
VERA NOVITA SARI
NIM: 702017065
v
ABSTRACT
Benzene is an aromatic hydrocarbon that can be found in air, water and soil. One
of the activities at risk of exposure to benzene is the fuel industry, with products
distributed in the form of premium, pertamax, pertamax plus, kerosene and diesel.
The pathway for benzene exposure can be through the gastrointestinal tract,
respiratory tract, and skin. Acute or chronic exposure to benzene compounds can
cause health problems. Factors that can influence the effect of benzene exposure
on health are length of exposure, duration of exposure, work practices including
the use of PPE and personal hygiene. This study aims to determine the
description of health complaints among gas station workers due to benzene
exposure in the Seberang Ulu II area. This type of research is a descriptive study
using primary and secondary data from gas stations in the Seberang Ulu II area
with a sample size of 50 samples that have met the inclusion and exclusion
criteria. This research sample was taken by total sampling. The results of
statistical tests showed that the most health complaints found in gas station
workers in the Seberang Ulu II area were dizziness as many as 37 people
(74%), headaches as many as 21 people (42%), tremors as many as 17 people
(34%), eye irritation symptoms. as many as 16 people (32%), and tachycardia as
many as 12 people (24%).
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1) dr. Yanti Rosita, M.Kes, selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Ertati
Suarni, S.Si., M.Farm.Apt, selaku dosen pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2) SPBU di wilayah Seberang Ulu II yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang saya perlukan;
3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
4) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................. 4
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
jenis kelamin, lama pajanan, durasi pajanan, dan kebiasaan merokok, alat
pelindung diri (APD) menjadi faktor pemicu terhadap jumlah pajanan
benzena karena alat pelindung diri (APD) digunakan sebagai usaha untuk
melindungi diri dan mengurangi efek pajanan benzena pada pekerja SPBU
(Maywati, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Qian dkk (2018) menyatakan
bahwa paparan kronis benzena dengan dosis tinggi atau rendah dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti anemia aplastik, sindrom
myelodysplastic, dan leukimia. Sehingga pekerja SPBU berisiko menderita
penyakit tersebut.
Berdasarkan uraian di atas perlu melakukan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran keluhan kesehatan akibat pajanan
benzena serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar benzena
dalam tubuh. Selain itu penelitan mengenai keluhan kesehatan akibat
pajanan benzena belum pernah dilakukan di Seberang Ulu II. Oleh
karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran keluhan
kesehatan pekerja SPBU akibat pajanan benzena di Seberang Ulu II.
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR). 2015. Addendum to
The Toxicological Profile for Benzene. U.S. Department of Health and
Human Services: Agency for Toxic Substances and Disease Registry.
Agency for toxic substance and Disease Registry (ATSDR). 2007. Toxicological
Profile for Benzene. U.S. Departement of Health and Human Services:
Agency for Toxic Substances and Disease Registry.
Arnold, S. 2013. The Use of Biomonitoring Data in Exposure and Human Health
Risk Assessment: Benzene Case Study. Crit Rev Toxicol, 43, (2): 119–153.
Keman, S dan Saadatuddaroini. 2019. Korelasi Masa Kerja, Jam Kerja Terhadap
Kadar T, T-Moconic Acid Urin Pekerja Terpapar Benzena di Pertambangan
Minyak Tradisional Bojonegoro. The Indonesian Jorunal of Occupational
Safety and Health, 8, 115-123.
Maywati, S. 2012. Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin Pekerja
Bagian Pengeleman Sandal. KEMAS, vol. 2, hal. 142-148.
Pudyoko, S. 2010. Hubungan Pajanan Benzene dengan Kadar Fenol Dalam Urine
dan Gangguan Sistem Hematopoietic pada Pekerja Instalasi BBM.
Scott, R. M. 1989. Chemical Hazard in the Workplace. Michigan: Lewis Public inc.
Workplace Health and Safety. 2010. Benzen At The Work Site. Government of
Alberta.
ABSTRACT
Musculoskeletal problems and health problems are common problems that faced by SPBU
operator. This problems can significantly diminish the quality of life and working performance of the
operator. The purpose of this research is to know the ilustration of musculoskeletal problems and
health problems on SPBU operators in Denpasar. This research was a descriptive study using cross
sectional approach. There were fifty subjects consist of SPBU operators in ten SPBU in Denpasar.
Musculoskeletal problems measured with a Nordic Body Map questionnaire and health problems
using a health problems questionnaire. The results interpreted by tables and diagrams. The results
showed, the majority of musculoskeletal problem that experienced by the SPBU operators in
Denpasar are mostly on left calf 29 subjects (58%), right calf 28 subject (56%), left foot 27 subjects
(54%), right foot 27 subjects (54%), right wrist 18 subjects (36%), and right hand 15 subjects (30%).
This was caused by working stance of the operators that standing still for a long time. Health
problems experienced by the operators are dizziness 16 subjects (32%) and shortness of breath 16
subjects (32%). It can be concluded that the ilustration of musculoskeletal problems that experienced
by the SPBU operators in Denpasar are mostly on lower extrimities and right upper extrimities. The
ilustration of health problems that experienced by the SPBU operators in Denpasar are mostly
dizziness and shortness of breath. It is suggested to do stretching for 5 minutes every 30 minutes of
work and using a mask. The results of this research could be applied as a basis for further research.
1
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016
2
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016
Keluhan Muskuloskeletal
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan muskuloskeletal didata dari
Umur, Pengalaman Kerja, dan Indeks Massa Tubuh pengisian kuesioner modifikasi Nordic Body Map
dengan skala dua yang ditanyakan saat subjek
sedang bekerja. Hasil dari pemetaan keluhan
muskuloskeletal yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 di atas, keluhan
muskuloskeletal yang paling sering timbul adalah
keluhan pada anggota gerak bawah. Keluhan yang
timbul pada bokong sebanyak 17 orang (34%),
paha kiri sebanyak 11 orang (22%), paha kanan
sebanyak 11 orang (22%), betis kiri sebanyak 29
orang (58%) , betis kanan sebanyak 28 orang
(56%), kaki kiri sebanyak 27 orang (54%), kaki
kanan sebanyak 27 orang (54%), lutut kanan
sebanyak 23 orang (46%), lutut kiri sebanyak 22
orang (44%), pergelangan kaki kiri sebanyak 20
orang (40%), dan pergelangan kaki kanan sebanyak
20 orang (40%). Untuk lebih jelasnya data tersebut
disajikan dalam diagram batang di bawah ini.
3
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016
Tuntutan kerja dari operator SPBU Bagian tubuh lainnya yang banyak
mengharuskan operator untuk berdiri statis selama dikeluhkan oleh responden adalah pada bagian
memasukkan data, meletakkan nozzle ke tangki leher, tangan, dan bokong. Seperti yang dapat
bensin pelanggan, menerima pembayaran, hingga dilihat pada diagram di atas, responden yang
memberi kembalian untuk mempercepat kerjanya. mengeluh sakit pada leher atas sebanyak 8 orang
Kondisi ini akan diperparah saat antrian kendaraan (16%), leher bawah sebanyak 9 orang (18%), bahu
panjang terutama motor yang terjadi pada jam-jam kiri sebanyak 7 orang (14%) bahu kanan sebanyak
sibuk. Akibatnya keluhan muskuloskeletal yang 11 orang (22%), lengan atas kiri sebanyak 2 orang
dialami semakin parah, karena semakin lama (4%), lengan atas kanan sebanyak 1 orang (2%),
operator berdiri statis, semakin lama otot pantat sebanyak 4 orang (8%), siku kanan sebanyak
berkontraksi menahan otot tersebut, semakin besar 1 orang (2%), lengan bawah kanan sebanyak 5
juga tekanan yang diterima oleh otot. orang (10%), pergelangan tangan kiri sebanyak 4
Ada satu SPBU yang memang menyediakan orang (8%), pergelangan tangan kanan sebanyak 18
tempat duduk khusus bagi operatornya yang orang (36%), tangan kiri sebanyak 4 orang (8%),
menjaga stasiun pengisian khusus motor, namun dan tangan kanan sebanyak 15 orang (30%).
keluhan muskuloskeletal tetap ada. Hal ini Keluhan pada pergelangan tangan kanan dan
dikarenakan posisi kerja terbaik adalah posisi kerja tangan kanan disebabkan karena gerakan terus
yang tidak monoton, bergantian secara berkala menerus ketika pengisian bensin. Ini menyebabkan
antara duduk dan berdiri.7 Pergantian posisi antara otot pada pergelangan tangan kanan dan tangan
duduk dan berdiri membuat posisi tubuh lebih kanan terus berkontraksi sehingga menyebabkan
fleksibel, membagi beban kerja secara merata ke kelelahan dan menimbulkan keluhan. Nozzle yang
beberapa bagian tubuh, sehingga mengurangi cukup berat juga memperparah keluhan ini. Untuk
tekanan pada otot dan sendi.6 mengurangi keluhan pada bagian pergelangan
Apabila operator diperbolehkan duduk tapi tangan kanan dan tangan kanan, operator dapat
melakukan istirahat jika sudah merasa tidak
tidak berganti posisi ke posisi berdiri secara nyaman dan melakukan gerakan peregangan
berkala, hasilnya akan sama saja, keluhan dengan menggerakkan dan melemaskan
muskuloskeletal akan tetap ada. Hal yang dapat pergelangan tangan dan tangannya selama beberapa
dilakukan untuk mengurangi keluhan menit.
muskuloskeletal yang timbul adalah Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
dengan melakukan pergantian posisi antara timbulnya keluhan muskuloskeletal pada operator
duduk dan berdiri setidaknya setiap 30 menit SPBU. Hal yang paling besar berperan terhadap
diselingi waktu istirahat selama 5 menit. Pada timbulnya keluhan tersebut adalah postur kerja.
saat istirahat, operator bisa melemaskan otot- Postur kerja operator yang kurang ergonomis
ototnya dengan gerakan peregangan atau berjalan menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal.
jalan di sekitar SPBU. Jika memungkinkan, Faktor lainnya adalah kurangnya variasi posisi
disediakan kursi di stasiun pengisian yang kerja yang membuat beban kerja terpusat
disesuaikan ketinggiannya agar operator dapat dibeberapa bagian saja. Pengetahuan akan penyakit
bekerja secara berdiri maupun duduk. Jika tidak muskuloskeletal juga masih rendah pada operator
memungkinkan, kursi harus tersedia di tempat SPBU. Untuk itu pihak pengelola SPBU
beristirahat. Kursi ini harus dibuat sesuai diharapkan dapat memberikan edukasi dan
dengan ketinggian yang optimal secara penyuluhan berupa training untuk mengajarkan
ergonomis bagi operator dalam menjalankan sikap kerja yang lebih ergonomis dan menyediakan
tugasnya. Disarankan juga bagi pekerja yang tempat duduk yang sesuai di pos pengisian
bekerja dalam posisi berdiri statis untuk melakukan terutama pos pengisian khusus motor.
peregangan di bagian leher dan pundak untuk
mengurangi keluhan.6 Gangguan Kesehatan
Hasil dari pemetaan yang telah dilakukan
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 di
atas penggunaan masker pada operator SPBU
berjumlah 8 orang (16%). Gangguan kesehatan
yang dialami oleh operator SPBU adalah pusing,
mual/muntah, dan sesak nafas. Gangguan
kesehatan berupa pusing dialami oleh 16 orang
(32%), mual/muntah dialami 6 orang (12%), dan
sesak nafas dialami 16 orang (32%). Untuk lebih
jelasnya data tersebut disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 2.
Diagram Keluhan Muskuloskeletal di bagian leher,
bokong, dan anggota gerak atas
4
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016
Tabel 3. Distribusi frekuensi pemakaian masker semakin hebat dan mengganggu. Oleh karena itu
dan gangguan kesehatan biasanya operator menggunakan masker saat
sedang flu, untuk mengurangi gejala-gejala
tersebut.
Gambar 4.
Diagram gangguan kesehatan dengan pemakaian
masker
PENUTUP
Simpulan
1. Keluhan muskuloskeletal pada operator SPBU
di Denpasar yaitu terbanyak pada pergelangan
tangan kanan sebanyak 18 orang (36%), tangan
kanan sebanyak 15 orang (30%), betis kiri
sebanyak 29 orang (58%) , betis kanan
sebanyak 28 orang (56%), kaki kiri sebanyak 27
orang (54%), kaki kanan sebanyak 27 orang
(54%), lutut kanan sebanyak 23 orang (46%),
lutut kiri sebanyak 22 orang (44%).
Gambar 3. 2. Gangguan kesehatan yang dialami oleh
Diagram gangguan kesehatan operator SPBU di Denpasar adalah pusing
sebanyak 16 orang (32%),
Chillcott menyebutkan paparan uap bensin mual/muntah sebanyak 6 orang (12%), dan
dalam jangka pendek dapat menimbulkan gejala- sesak nafas sebanyak 16 orang (32%).
gejala seperti pusing, sakit kepala, mual, dan
muntah.3 Gejala ini ditemukan pada responden, Saran
ditambah dengan keluhan sesak nafas. Namun ada Kepada operator SPBU disarankan:
beberapa hal yang menyebabkan sedikitnya 1. Melakukan pergantian posisi antara duduk dan
operator yang mengeluhkan gangguan kesehatan berdiri disertai relaksasi otot setelah 30 menit
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, bekerja. Relaksasi yang dapat dilakukan seperti:
kebanyakan operator sudah merasa terbiasa a) Melemaskan kaki dengan menggerak-
menghirup uap bensin, sehingga mereka tidak gerakkan kaki atau dengan berjalan-jalan
mengeluhkan adanya gangguan kesehatan. Gejala- disekitar SPBU, b) Menggerak-gerakkan tangan
gejala tersebut pernah dialami saat pertama bekerja atau dengan meluruskan tangan ke depan atau
sebagai operator, namun sekarang sudah tidak lagi ke bawah sehingga otot tangan tidak
dirasakan. Gejala-gejala tersebut juga muncul berkontraksi terlalu lama, c) Istirahat sebaiknya
ketika kelelahan, kurang istirahat ataupun sakit. dilakukan sekitar 5 menit sebelum operator
Gejala-gejala yang biasanya dapat ditolerir menjadi kembali melanjutkan pekerjaan.
5
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016
DAFTAR PUSTAKA
6
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum