Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN OBSERVASI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

UPAYA PENGURANGAN RESIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN


HAZARD PADA PEGAWAI POM BENSIN DI PT.PERTAMINA
LINGKAR SELATAN MATARAM

(PENGGUNAAN APD UNTUK MENGURANGI RESIKO TERJADINYA


GANGGUAN KESEHATAN SEPERTI PUSING)

DOSEN PEMBIMBING:

Harlina Putri Rusiana., Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. Vivi sulastri ( 050 STYC 20)


2. Hidaroyanti (020 STYC20)
3. Fikriarjimansani ( 016 STYC20)
4. Lalu syahrulazkian ( 025 STYC 20)
5. Nursasih hikmayati ( 038 STYC 20)
6. Nori saputra ( 035 STYC20)
7. Angguncahyai ( 005 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang maha pemurah


dan lagi maha penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahu
wa ta’ala, yang telah melimpahkan hidayah, inayah dan rahmat-nya sehingga
kami mampu menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan judu “Proposal K3
di SPBU” tepat pada waktunya.
Penyusunan proposal ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai
pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan proposal ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
proposal ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan proposal ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari proposal yang sederhana
ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada proposal berikutnya.

Mataram, 11 januari
2022

2
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belaknag .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 1
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................... 3
2.1 Konsep teori Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)..................... 3
2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja .............................................. 5
2.3 Konsep Dasar Hazard ....................................................................... 9
2.4 Konsep teori Pertamina.................................................................... 10
2.4 Konsep teori Alat Pelindung Diri (APD)......................................... 10
BAB III HASIL OBSERVASI .................................................................... 15
3.1 Deskripsi Pelaksanaan ..................................................................... 15
3.2 Hasil Pengamatan............................................................................. 15
3.3 Kesimpulan ...................................................................................... 15
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN ..................................................... 16
4.1 Latar Belakang ................................................................................. 16
4.2 Tujuan .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaknag


Menurut Occupational Safety Health Administrasi (OSHA), pengertian
K3 adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko keselamatan manusia dan
properti baik dalam industri maupun bukan.. Indonesia juga memiliki undang-
undang yang mengatur mengenai K3, Dasar hukum undang undang K3
adalah UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat 1 dan 2
tentang pelaksanaan K3 serta pasal 87 ayat 1 tentang wajibnya perusahaan
dalam menerapkan aturan K3. UU No.13 Tahun 2003 Pasal 86 (1) berbunyi”
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.”
Pertamina merupakan suatu perusahaan sebagai Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan dengan maksud untuk menyelenggarakan usaha
dibidang minyak dan gas bumi baik di dalam maupun diluar negeri serta
kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang
minyak dan gas bumi tersebut.
Alasan kelompok kami mengambil k3 di pertamina yaitu karena
petugas pertamina di Jl lingkar selatan sangatlah rentan terjadi resiko
gangguan kesehatan seperti pusing dikarenakan sebagian dari orang yang
berkegiatan di pertamina jarang ada yang menggunakan APD seperti masker.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) pada petugas pertamina di jalan
lingkar selatan
2. T u j u a n K h u s u s
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas
pertamina
b. Untuk mengetahui tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan di PT pertamina

1
c. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan di
pertamina
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari penyusunan laporan ini yaitu agar mahasiswa/i
dapat:
1. Mengetahui seberapa tingkat K3 diterapkan di lingkunganpertamina
Jl.Lingkar Selatan.
2. Menambah pengetahuan Mahasiswa/i STIKES Yarsi Mataram mengenai
K3.
3. Penulis dan kelompok dapat langsung merasakan pengalaman observasi
dan memberikan pendidikan kesehatan langsung mengenai penerapan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep teori Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


2.1.1 Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan
keselamatan kerja atau Occupational Safety and Health adalah
meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik
secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan,
mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang
timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisiologis dan psikologis pekerja dan
untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan
setiap orang dengan tugasnya (Meliza, S.,2020).
Kesehatan kerja merupakan suatu unsur kesehatan yang berkaitan
dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Sedangkan, keselamatan kerja merupakan suatu sarana utama untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan
kerugian berupa luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugian harta
benda, kerusakan peralatan atau mesin dan kerusakan lingkungan secara
luas. Jadi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu
upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja (Silalahi, S.
R. ,2020)
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dalam

3
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 165 :
pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan
bagi tenaga kerja. (Silalahi, S. R. ,2020)
2.1.2 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bermanfaat untuk
memelihara dan melindungi derajat kesehatan tenaga kerja dari faktor/
bahaya yang dihadapi di tempat kerja untuk mencapai produktivitas
dan kesejahteraan tenaga kerja.
2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja menurut Joint ILO/WHO Committee
tahun 1995 antara lain :
1. Mempromosikan dan memeliharakesehatan fisik,mental dan
sosial pekerja.
2. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja.
3. Melindungi pekerja dari resiko terhadapfaktor-faktor yang
mengganggu kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja
yang sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.
5. Menyesuaikan manusia pada pekerjaannya.
2.1.4 Aspek Terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat terkait dengan kesehatan
tenaga kerja, yang dipengaruhi oleh 3 faktor berikut, yaitu :
1. Beban kerja baik beban secara fisik maupun mental
2. Kapasitas kerja , yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Keterampilan
b. Kesegaran jasmani dan rohani
c. Status kesehatan dan gizi
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Ukuran tubuh

4
3. Lingkungan kerja, meliputi antara lain :
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi
d. Ergonomic
e. Psikologi
2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja
2.2.1 Pengertian penyakit akibat kerja
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Penyakit ini artefisial oleh karena timbulnya di sebabkan oleh adanya
pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit buatan manusia
(Manmade disease). Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk
mendefinisikan penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang timbul
karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan karena pekerjaan
atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah
tersebut mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing
memiliki dasar hukum dan perundang-undangan yang menjadi
landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang penyebabnya
adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur, 2009).

2.2.2 Jenis Penyakit Akibat Kerja


Beberapa jenis penyakit akibat kerja menurut Simposium
Internasional oleh ILO dalam Anizar (2009), yaitu
1. Penyakit akibat kerja (occupational disease) Penyakit
yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang
kuat dengan pekerjan, yang pada umumnya terdiri dari satu
agen penyebab yang sudah diakui,
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work related
disease) Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,
dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan
faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang
mempunyai etiologi yang kompleks, dan Penyakit yang mengenai

5
populasi kerja (disease affecting working populations) Penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat pekerja. Namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan
yang buruk untuk kesehatan.
2.2.3 Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Berdasarkan faktor penyebabnya PAK dikelompokkan atas :

1. Faktor Fisik
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Suhu Tinggi Heat stress, heat cramp
Suhu Dingin Frostbite
Kebisingan Kehilangan pendengaran (hearing loss)
Getaran Reynold disease
Tekanan Caisons disease

2. Faktor Ergonomi
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Beban Kerja Hernia
Cara Kerja Trauma otot dan sendi
Posisi Kerja Tidak Penyakit musculoskeletal

Ergonomis
Gerak Repetitive Carpal tunnel syndrome
Kontraksi Statis Kelelahan

3. Faktor Kimia
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Zat Iritan Iritasi selaput lender
Zat Korosif Luka bakar
Zat Karsinogenik Kanker
Zat Alergen Dermatitis, Asma
Zat Mutagenik Mutasi genetik/kanker

6
4. Faktor biologi
Terkait dengan binatang pengerat atau mikroorganisme
yang dapat menyebabkan penyakit
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui :
1. Pengaturan tempat kerja, disain tempat kerja disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia.
2. Pemilihan dan Peraturan Peralatan kerja (Tools and Equipmen)
3. Pengaturan cara kerja.
4. Pencatatan dan pelaporan.
5. Penanganan kasus dan treatment.
Upaya untuk mencegah atau mengurangi terjadinya PAK dapat
ditinjau dari faktor penyebabnya antara lain adalalah :
1. Alat
Gunakan alat pelindung diri atau pilihlah peralatan yang lebih
aman untuk digunakan khususnya pada beberapa peralatan yang
dapat berdampak pada kesehatan antara lain , computer, mesin
jahit,peralatan yang bergetar atau menimbulkan bising dan
peralatan lain-lain.
2. Manusia
Faktor manusia yang menjadi penyebab terjadinya
PAK adalah cara melakukan pekerjaan atau cara kerja. Cara
kerja yang tidak benar akan mempengaruhi postur tubuh,
misalnya saat mengangkat barang, saat memindahkan
barang dan lain-lain. Untuk mencegah PAK berkaitan
dengan perubahan postur tubuh, maka perhatikan aturan-
aturan berikut :
a. Hindari kegiatan melekukkan kepala dan leher kedepan
(menunduk) atau melekukkan kebelakang (mendongak).
b. Hindari melekukkan badan kedepan (membungkuk).

c. Hindari gerakan memutar dan asimetrik. Jika harus berputar


usahakan hanya sampai dua pertiga putaran.

7
d. Usahakan untuk menggunakan kursi dengan
sandaran (backrest), dan duduk pada posisi bersandar pada
sandaran (posisi tegak).
e. Pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar, posisi
tubuh tegak dan lekukan siku pada posisi 90-120 derajat,
sehingga tubuh berada optimal untuk mengeluarkan tenaga.
f. Jika bekerja pada posisi berdiri, usahakan dapat sesekali
duduk pada waktu senggang untuk relaksasi otot kaki.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja antara lain faktor lingkungan fisik, kimia dan
lingkungan sosial. Untuk mencegah terjadinya PAK, maka
lingkungan fisik dan kimia perlu didisain sesuai dengan standar
kesehatan kerja. Disamping itu perlu diciptakan hubungan sosial
yang erat antar pekerja yang akan membantu terwujudnya
kesehatan kerja. Faktor lingkungan yang perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya PAK antara lain :
a. Pengaturan beban kerja, antaralain :
1) Pembebanan tidak melebihi 30-40% dari
kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka
waktu 8 jam sehari.
2) Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban maksimum
untuk tenaga kerja Indonesia adalah 40kg.
3) Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih
dari sekali maka beban maksimum
tersebut harus disesuaikan.
4) Denyut nadi setelah bekerja tidak melebihi 30-40x/menit
di atas denyut nadi sebelum bekerja.
5) Tidak mengangkat beban lebih dari 4,5 kg pada posisi
duduk.

6) Tidak mengangkat beban lebih dari 16-20 kg saat


berdiri.

8
7) Alat bantu mekanik dan tim mengangkat harus
di rancang untuk megurangi risiko cidera yang
berkaitan dengan beban 16 kg s.d 55 kg.

8) Tidak mengangkat, menurunkan atau membawa beban


lebih dari 55 kg tanpa bantuan mekanis yang tersedia.
b. Letak objek kerja 10 s.d 20 cm lebih tinggi dari siku untuk
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.
c. Letak objek kerja 10 s.d 20 cm lebih rendah dari siku untuk
pekerjaan yang membutuhkan penekanan dengan tangan.
Bahan kimia yang digunakan saat bekerja dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja, misalnya pestisida,
insektisida, atau bahan saniter, dan bahan kimia lainnya dapat
menyebabkan PAK. Tempatkan bahan kimia berbahaya bagi
kesehatan di ruang penyimpanan khusus dan wadah tertutup
rapat
2.3 Konsep Dasar Hazard
2.3.1 Pengertian Hazard
Bahaya (hazard) merupakan suatu sumber potensi kerugian atau
situasi dengan potensi yang menyebabkan kerugian (AS/NZS, 1999).
Hammer (1989) mengatakan bahwa hazard merupakan kondisi yang
berpotensi untuk menyebabkan injury 5 terhadap orang, kerusakan
peralatan atau struktur bangunan, kerugian material, atau
mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang
telah ditetapkan. Hazard dapat dibedakan berdasarkan kejadiannya,
yaitu hazard yang disebabkan oleh alam (bencana alam) dan
disebabkan oleh manusia.
2.3.2 Jenis Hazard
Hazard dapat dikelompokkan menjadi tujuh berdasarkan jenisnya
(Hendra. 2006):
1. Biological Hazard (bahaya biologi), seperti virus, jamur, bakteri,
tanaman, dan binatang yang menginfeksi manusia;
2. Chemical Hazard (bahaya kimia), seperti bahaya
yang ditimbulkan oleh bahan beracun dan berbahaya (B3), debu,
larutan

9
kimia, uap kimia, daya ledak bahan kimia, oksidasi, dan bahan
kimia mudah terbakar;
3. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja
yang tidak sesuai, material handling, pencahayaan yang kurang,
gerakan tubuh terbatas, desain pekerjaan yang dilakukan, dan
pergerakan yang berulang-ulang;
4. Physical Hazard (bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas,
kebisingan, getaran, dan tekanan;
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial), seperti jam kerja
panjang, trauma, lingkungan kerja tidak nyaman, dan sebagainya;
6. Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang
disebabkan benda-benda bergerak, yang dapat menimbulkan
dampak seperti terpotong, tergores, tersayat;
7. Electrical Hazard (bahaya listrik), bahaya yang ditimbulkan oleh
arus listrik pendek, listrik statis.
2.4 Konsep teori Pertamina
2.4.1 Difinisi pertamina
Pertamina merupakan suatu perusahaan sebagai Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan dengan maksud untuk menyelenggarakan usaha
dibidang minyak dan gas bumi baik di dalam maupun diluar negeri
serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di
bidang minyak dan gas bumi tersebut.
2.4.2 Tujuan didirikan pertamina
Salah satu tujuan didirikannya perusahaan / pertamina adalah untuk
mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan
secara efektif dan efesien seta memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.
2.5 Konsep teori Alat Pelindung Diri (APD)
2.5.1 Pengertian APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya

10
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker,
2006).
APD adalah alat pelindung diri yang dipakai oleh tenaga kerja secara
langsung untuk mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai
faktor yang ada atau timbul di lingkungan kerja (Soeripto, 2008).
2.5.2 Jenis- jenis APD
Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja yaitu :
1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul
benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di
udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia,
jasad renik (mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.
2. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia
berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di
badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas,
radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang
tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras
atau benda tajam.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan
dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang
berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.

11
5. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan
api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi
mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
6. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
7. Pakaian Pelindung Pakaian
pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-
bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan dengan
mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
8. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja
agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi
pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
2.5.3 Kriteria APD
Kriteria Alat Pelindung Diri (APD) agar dapat dipakai dan efektif
dalam penggunaan dan pemiliharaan menurut Tarwaka (2008) yaitu :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif
pada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,
nyaman dipakai dan tidak merupakan beban bagi pemakainya.

12
3. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya.
4. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
5. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai.
6. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
7. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
di pasaran.
8. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
9. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang
ditetapkan
2.5.4 Faktor yang mempengaruhi penggunaan APD
Faktor yang mempengaruhi penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) antara lain (Mulyanti, 2008) :
1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
2. Sikap, yaitu reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek.
3. Kondisi APD, yaitu berkaitan dengan fasilitas/ketersediaan APD
yang akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.
4. Pengawasan, berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan
kuantitatif.
5. Dukungan sosial, baik dari rekan kerja maupun dari pimpinan.
Peran rekan kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD
sedangkan peran atasan/ pimpinan adalah berupa adanya
anjuran, pemberian sanksi maupun pemberian hadiah.
2.5.5 Solusi yang ditawarkan
Pada PT Pertamina solusi yang ditawarkan mahasiswa untuk
mengurangi resiko penyakit akibat kerja ( PAK) terutama pada
penggunaan APD yaitu:

13
1. Meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja dengan
mematuhi peraturan / prosedur kerja yang telah ditentukan untuk
mencegah terjadinya suatu penyakit.
2. Meminimalisir terjadinya kecelakaan akibat kerja yang disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan petugas pertamina terhadap
penggunaan APD dengan baik.

14
BAB III
HASIL OBSERVASI

3.1 Deskripsi Pelaksanaan


Pelaksanaan observasi terkait pemberian edukasi K3 RS pencegahan bahaya
terpapar infeksi Pneumonitis pada pekerja pertamina di laksanakan pada:
Hari / Tanggal : Sabtu 25 Desember 2021
Tempat : pertamina lingkar selatan Mataram
Alamat : Jl.Lingkar Selatan,Pagutan,Kec.Mataram
3.2 Hasil Pengamatan
Kelompok kami melakukan observasi pada pertamina di jln lingkar
selatan kelompok kami menanyakan kepada petugas pertamina yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan dari pegawai dan keselamatan kerja pada
pegawai yang bekerja di ruang lingkup pertamina Dari hasil observasi kami
terhadap petugas pertamina yang bertugas dipertamina Jl.Lingkar selatan.,
sebagian besar petugas pertamina hanya menggunakan masker saat
melakukan pekerjaan dan jarang menggunakan sarung tangan. Hal ini
tentunya tidak menutup kemungkinan para petugas pertamina yang sedang
melakukan pengisian bensin bisa terkena gangguan kesehatan seperti pusing
karena tidak menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap . Menurut
keterangan data subjektif dari salah seorang petugas pertamina ada beberapa
rekan mereka yang mengalami gangguan kesehatan seperti pusing pada
keterangan lainya juga bahwa tidak sedikit dari pekerja atau petugas SPBU di
Jl Lingkar selatan yang menganggap remeh masalah dampak atau resiko pada
kesehatan mereka sendiri .
3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan tujuan edukasi
yakni Meminimalisir terjadinya resiko kerja dan mencegah munculnya atau
terjadinya gangguan kesehatan seperti pusing yang akan
mempengaruhi pekerjaaan dari pekerja pertamina di Jl.limgkar selatan

15
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN

4.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kepanjangan dari
K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PP 50 Tahun 2012). Hazard atau bahaya merupakan
sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan
kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko
menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998). Penyakit akibat kerja adalah
gangguan kesehatan yang dialami oleh seseorang akibat rutinitas atau paparan
zat tertentu di tempat kerja.
Salah satu hazard yang cukup membahayakan adalah uap bensin. Uap
bensin yang terhirup dalam jumlah kecil dan dalam jangka pendek dapat
menimbulkan gangguan kesehatan seperti pusing, sakit kepala, mual, dan
muntah. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gaya berjalan yang
terhuyung-huyung, gangguan bicara dan kebingungan. Konsentrasi sangat
tinggi dapat menyebabkan pingsan dan kematian akibat gagal napas. 3 Hal ini
diperparah dengan tidak digunakannya masker yang melindungi dari paparan
uap bensin. Dengan demikian perlu dirancang fasilitas kerja dan sikap kerja
yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan kerja dan mencegah keluhan
yang timbul akibat kerja.
Pada hasil penelitian jurnal dengan judul “gambaran keluhan
muskuloskeletal dan gangguan kesehatan pada operator spbu di denpasar”
yaitu penggunaan masker pada operator SPBU berjumlah 8 orang (16%).
Gangguan kesehatan yang dialami oleh operator SPBU adalah pusing,
mual/muntah, dan sesak nafas. Gangguan kesehatan berupa pusing dialami
oleh 16 orang (32%), mual/muntah dialami 6 orang (12%), dan sesak nafas
dialami 16 orang (32%). Chillcott menyebutkan paparan uap bensin dalam
jangka pendek dapat menimbulkan gejala- gejala seperti pusing, sakit kepala,
mual, dan muntah.3 Gejala ini ditemukan pada responden, ditambah dengan
keluhan sesak nafas.

16
4.3 Tujuan
4.3.1 Tujuan umum
Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan ini guna untuk mengurangi
dan meminimalkan resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
penggunaan APD pada petugas di SPBU Jl.Lingkar selatan
4.3.2 Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan petugas SPBU tentang pentingnya
memakai APD
2. Meningkatkan pengetahuan petugas SPBU tentang resiko
penyakit akibat kerja
4.4 Metode Pelaksanaan
4.4.1 Tahap Persiapan
1. Kelompok kami menentukan lokasi yang akan di observasi
2. Kelompok mempersiapkan lembar observasi yang akan menjadi
bahan observasi
3. Kelompok mendatangi lokasi yang telah ditentukan
4. Kelompok melakukan observasi
5. kelompok menyusun materi yang akan disampaikan saat
pendidikan kesehatan
4.4.2 Tahap Pelaksanaan
Job Description:
1. Moderator : Lalu Syahrul Askian
2. Pemateri : Vivi Sulastri
3. Anggota : Anggun Cahyani
Hida Royanti
Nori saputra
Fikriarjimansani
Nursasihhikmayati

17
Tahapan Pelaksanaan
Pembukaan - Anggota menyiapkan dan
( 3 menit) membagikan leaflet
- Moderator memperkenalkan diri dan seluruh anggota
- Moderator menyampaikan tujuan
- Moderator menanyakan kesedian pekerja dan
melakukan kontrak waktu

Kerja - Pemateri memberikan pra test mengenai


pemahaman pekerja sebelum
(10 menit)
penyamapaian materi
- Pemateri mejelaskan tentang pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja, Hazard dan
penyakit akibat kerja serta pemateri
menjelaskan penyebab serta cara
menghindarinya
- Pemateri memberikan kesempatan pekerja
untuk bertanya

- Pemateri post test mengene materi yang disampa


untuk mengtahui sejauh mana pekerja memahami m
yang
telah disampaikan
Penutup Anggota melakukan
(2menit) pendokumntasian bersama Pekerja

Pemeriksaan Melakukan cek tensi pada


Kesehatan Petugas pertamina bersamaan.
(10 menit)

18
4.4.3 Tahap Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi mengenai pemahaman pekerja
tentang apa yang dipaparkan yaitu Cara Menggunakan APD yang
baik dan benar Untuk Mengurangi resiko terjadinya penyakit
pneumontis melalui sesi Tanya jawab dan akan dilakukan
demontrasi kembali pada pegawai untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman pekerja. Adapun List pertanyaan yang diberikan adalah:

1. Apa yang anda ketahui tentang K3?


2. Apa saja factor yang menyebabkan pusing ?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya pusing ?
4. bagaimana cara menggunakan APD yang benar ?
Setelah memberikan pertanyaan kepada peserta, anggota
mencatat responding dari peserta. Adapun table responding
sebagai berikut:

TabelHasilRespondingPeserta
Nama Peserta:
No Pertanyaan Respon sebelum Respon sesudah
1. Apa yang anda ketahui
tentang K3?
2. Apa saja factor yang
menyebabkan pusing ?

3. Bagaimanacara mencegah
terjadinya
pusing?
4. Bagaimana cara
menggunakan APD
yang benar ?

19
DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, Riswan Dwi. Keselamatan dan kesehatan kerja. Deepublish, 2016.

Frans, Virgina Pingkan. "Analisa Dampak Dari Alat Pelindung Diri Terhadap
Benefit Dalam Health Safety Environment." (2012).

Febrianti, Astri Arri, et al. "Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam
Manajemen Alat Perlindungan Diri (APD)." Jurnal Abdi
Masyarakat Humanis 2.2 (2021).
Keselamatan, Suaeb A. "Kesehatan Kerja." Jakarta: Universitas
Gunadarma (2013).

Muharram, Mahesa Arya. "Analisis Hubungan Dukungan Sosial Dan Efikasi Diri
Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT. Pertamina
(Persero) DPPU Juanda Sidoarjo." Journal of Health Science and
Prevention 4.2 (2020): 111-124.

Watson, Geoffrey S., and M. R. Leadbetter. "Hazard analysis II." Sankhyā: The
Indian Journal of Statistics, Series A (1964): 101-116.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Observasi

Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan
Ya Tidak

A Manajemen K3

I Lingkungan Fisik 

Apakah disediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan 


1 bahaya kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan?

2 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan? 

Apakah ada materials safety data sheet untuk pengendalian  


3
bahaya kimia berbahaya?
Apakah ada prosedur tetap untuk pengendalian bahan-  
4
bahan yang mudah terbakar dan meledak?
Apakah ada petunjuk tertulis pengendalian dan  
6
penanggulangan keadaan darurat?
Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di tempat- 
7
tempat berbahaya?
Apakah ada prosedur untuk memasuki ruangan tertutup 
(confined space) yang mencakup pengecekan
8
pendahuluan, ventilasi, alat-alat pelindung diri dan lain-
lain?
Apakah nomor-nomor telepon untuk keadaan darurat 
9
dipajang dengan jelas?
Apakah saran ventilasi untuk pengendalian bau, uap, 
10
asap, dan debu memenuhi syarat?
Apakah ada prosedur untuk memusnahkan 
11
barang/bahan yang sudah tidak dipakai?
Apakah bagian-bagian dari mesin yang berputar 
12
(bergerak) diberi pelindung yang baik?

21
Apakah semua pengaman “interlock” mesin maupun 
13 listrik dalam keadaan baik?
Apakah semua pengaman otomatis telah distel dengan 
14
baik?
Apakah semua tombol-tombol “STOP” berfungsi  
15
dengan baik dan diberi label dengan jelas?
Apakah ada bagian-bagian peralatan mesin yang 
16
bergerak/berputar tidak berpengalaman?
Apakah semua peralatan angkat diberi tanda beban 
17 maksimum yang diizinkan (safe working load =
SWL)?
Apakah tersedia alat angkat yang memadai sesuai 
18
kebutuhan?
Apakah operator alat angkat telah mempunyai kualifikasi  
19
cukup?
20 Apakah semua alat angkut dalam kondisi baik? 

Apakah dipasang rambu-rambu/tanda peringatan 


secukupnya untuk para pemakai jalan, pejalan kaki
21
dan pengemudi dalam areal operasi kendaraan
pengangkut?
Apakah permukaan daerah operasi alat angkut dalam 
22
keadaan baik?
Apakah lantai, gang dan lintasan terpelihara  
22
kebersihannya dan tidak licin?
Apakah permukaan daerah yang basah ditutup dengan 
23
anti slip?
24 Apakah fasilitas penyimpana cukup memadai? 

Apakah tersedia secara khusus tempat penyimpanan 


25
benda-benda yang tidak terpakai?

22
26 Apakah tempat penyimpanan tersebut sudah  

direncanakan sebelumnya?

Apakah peralatan angkat dan angkut material cukup tersedia?  


27

Apakah penempatan/penyusunan barang-barang cukup 


28
stabil, aman dan bebas dari bahaya runtuh?
Apakah dipasang tanda kapasitas maksimum yang 
29 diperbolehkan untuk rak dan lantai yang dipakai penempatan
barang?
Apakah muatan rak dan lantai tidak melampaui 
30
kapasitasnya?
Apakah gudang/tempat penyimpanan barang diatas 
31 maupun dibawah permukaan tanah memenuhi
ketentuan?
Apakah tempat penyimpanan barang diperiksa secara 
32
berkala?
Apakah semua bahaya-bahaya bahan kimia yang 
33
disimpan telah diketahui dan dicatat?
Apakah disediakan tempat penyimpanan yang aman, 
32 pemberian label dan prosedur penggunaan bahan
berbahaya?
Apakah pintu-pintu keluar (exit) berfungsi dengan baik?  
33

Apakah semua bahan-bahan yang mudah terbakar dan  


34
meledak disimpan dan digunakan secara aman ?
Apakah tersedia tempat yang tertutup untuk bahan buangan  
35
yang mudah terbakar ?
Apakah instruksi-instruksi yang jelas telah dipasang  
36 ditempat penyimpanan maupun pembuangan bahan-bahan
yang mudah terbakar dan meledak ?

23
Apakah alat pemadam kebakaran tersedia dengan jumlah dan jenis 
yang cukup serta dengan penempatan yang baik , mudah terlihat dan
37
terjangkau
?
Apakah hidran kebakaran dan persediaan air selalu 
38 cukup untuk digunakan oleh regu pemadam
kebakaran ?
Bila terdapat resiko kebakaran khusus misalnya 
39 kebakaran magnesium, sodium, dan lain-lain, apakah
tersedia peralatan khusus untuk pemadamnya ?
Apakah terdapat system peringatan kebakaran (alarm) 
40
yang baik terdengar dan terlihat dengan jelas ?
Apakah secara teratur diadakan latihan peran evakuasi  
41
/ penyelamatan bagi seluruh tenaga kerja ?
Apakah terpasang instruksi-instruksi dan nomor- 
42
nomor telepon dalam keadaan bahaya ?
Apakah terdapat kotak P3K yang lengkap dan  
43
memadai ditempat-tempat strategis ?
Apakah terdapat petugas P3K secara khusus dan  
44
dalam jumlah yang memadai ?
Apakah tempat-tempat kerja diberi penerangan yang 
45
memadai ?
Apakah tersedia tempat pembuangan sampah dan  
46
bahan yang tidak terpakai lagi ?
Jika terdapat tangga pengaman , apakah dalam keadaan 
47 baik dan dilengkapi dengan pengaman pegangan tangan
dan sebagainya ?
Apakah alat pelindung diri yang tersedia dipelihara 
48
sesuai denngan ketentuan ?
II Lingkungan Biologis

24
Apakah dilakukan pemeliharaan halaman , jalan-jalan kendaraan  
1
pagar pembatas dan sebagainya ?
Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan  
2
kerapihannya ?
Apakah terdapat instalasi pengolahan air limbah 
3
(IPAL)?
Apakah dilakukan penanganan terhadap limbah padat? 
4

5 Bagaimana penanganan limbah padat? 

6 Apakah ada tempat sampah disetiap ruangan?  

Bagaimana sistem pembuangan sampah yang 


7
berlaku?
Apakah alat pelindung diri dipelihara sesuai 
8
ketentuan?
Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan  
9
kerapiannya?
10 Suhu udara dilingkungan kerja cukup nyaman?  

11 Cukupkah pertukaran udaranya diruangan ?  

III Lingkungan Kimiawi

Apakah ditempat kerja terdapat bahan yang bersifat korosif  


dan beracun , terdapat fasilitas untuk membrsihkan / membilas
1
tubuh yang segera dapat dipakai dalam keadaan bahaya ?

Apakah secara teratur diadakan pemeriksaan untuk evaluasi dan 


2 mengendalikan bahan-bahan beracun dan berbahaya (toxic and
hazardous materials)?
Jika perusahaan menggunakan bahan kimia berbahaya,  
apakah para pekerja yang bersangkutan sudah dididik
3
dan dilatih serta mengetahui cara-cara menanganinya?

25
Apakah dilakukan pengujian kandungan bahan berbahaya  
4
pada contoh produk?
Bilamana terdapat bahan beracun apakah disediakan  
5
“antidotes”
Apakah tempat penyimpanan bahan beracun dan bahan berbahaya  
6
sudah sesuai dengan ketentuan?
IV Lingkungan Psikososial

Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan dan 


Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai tugas dan fungsinya
1
menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970?

Apakah perusahaan telah mempunyai perizinan  


2 keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan dari
instansi berwenang?
Apakah perusahaan telah ikut serta dalam program 
3
JAMSOSTEK?
Apakah para manajer menerapkan manajemen risiko(risk  
4
management)?
Apakah perusahaan mengasuransikan kebakaran,  
5
peledakan, dan ganti rugi lainnya?
Apakah keselamatan dan kesehatan kerja dimasing-masing  
6 bidang pekerjaan secara teratur dikaji ulang dan
dimutakhirkan?
Apakah perusahaan mempunyai Panitia Pembina 
7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
Apakah diadakan pertemuan berkala antara pekerja 
dengan petugas keselamatan dan kesehatan kerja untuk
8
mendiskusikan masalah-masalah keselamatan dan kesehatan
kerja ?
Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya sudah 
9
direncanakan dengan baik ?

26
Apakah terdapat sarana dan fasilitas (film,video,dan lain-lain ) 
10
untuk dan pembinaan pekerja ?

27
Lampiran 2: Dokumentasi
GAMBARAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA
SPBU AKIBAT PAJANAN BENZENA
DI WILAYAH SEBERANG ULU II

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana kedokteran (S. Ked)

Oleh:
VERA NOVITA SARI
NIM: 702017065

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
ii
iii
iv
ABSTRAK

Nama : Vera Novita Sari


Program Studi : Kedokteran
Judul : Gambaran Keluhan Kesehatan pada Pekerja SPBU Akibat
Pajanan Benzena Di Wilayah Seberang Ulu II

Benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang dapat ditemukan di


udara, air, dan tanah. Salah satu kegiatan yang beresiko terpajan benzena adalah
industri BBM, dengan produk yang disalurkan berupa premium, pertamax,
pertamax plus, kerosene dan solar. Jalur pajanan benzena dapat melalui
saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit. Pajanan akut maupun kronis
senyawa benzena dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi efek pajanan benzena terhadap kesehatan adalah lama
pajanan, durasi pajanan, praktik kerja meliputi penggunaan APD dan personal
hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan
pada pekerja SPBU akibat pajanan benzena di wilayah Seberang Ulu II. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer dan
sekunder dari SPBU di wilayah Seberang Ulu II dengan besar sampel sebanyak
50 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel peneitian
ini diambil dengan cara total sampling. Hasil uji statistik didapatkan gambaran
keluhan kesehatan terbanyak yang ditemukan pada pekerja SPBU di wilayah
Seberang Ulu II adalah pusing sebanyak 37 orang (74%), sakit kepala sebanyak
21 orang (42%), tremor sebanyak 17 orang (34%), gejala iritasi mata sebanyak
16 orang (32%), dan takikardi sebanyak 12 orang (24 %).

Kata Kunci : Pajanan benzena, APD, personal hygiene, keluhan kesehatan

v
ABSTRACT

Name : Vera Novita Sari

Study Program: Medicine

Title : Description of Health Complaints to Gas Station Workers Due to


Exposure Benzene in the area opposite Ulu II

Benzene is an aromatic hydrocarbon that can be found in air, water and soil. One
of the activities at risk of exposure to benzene is the fuel industry, with products
distributed in the form of premium, pertamax, pertamax plus, kerosene and diesel.
The pathway for benzene exposure can be through the gastrointestinal tract,
respiratory tract, and skin. Acute or chronic exposure to benzene compounds can
cause health problems. Factors that can influence the effect of benzene exposure
on health are length of exposure, duration of exposure, work practices including
the use of PPE and personal hygiene. This study aims to determine the
description of health complaints among gas station workers due to benzene
exposure in the Seberang Ulu II area. This type of research is a descriptive study
using primary and secondary data from gas stations in the Seberang Ulu II area
with a sample size of 50 samples that have met the inclusion and exclusion
criteria. This research sample was taken by total sampling. The results of
statistical tests showed that the most health complaints found in gas station
workers in the Seberang Ulu II area were dizziness as many as 37 people
(74%), headaches as many as 21 people (42%), tremors as many as 17 people
(34%), eye irritation symptoms. as many as 16 people (32%), and tachycardia as
many as 12 people (24%).

Keywords: Benzene exposure, personal protective equipment (PPE), personal


hygiene, health complaints
vi
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1) dr. Yanti Rosita, M.Kes, selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu Ertati
Suarni, S.Si., M.Farm.Apt, selaku dosen pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2) SPBU di wilayah Seberang Ulu II yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang saya perlukan;
3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
4) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Februari 2021

Penulis
vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ......................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Benzena.............................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Benzena................................................................ 6
2.1.2 Struktur Benzena.................................................................... 6
2.1.3 Sifat Fisika dan Kimia Benzena............................................. 7
2.1.4 Sumber Pajanan Benzena....................................................... 8
2.1.5 Jalur Pajanan Benzena ........................................................... 9
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Benzena..........................
10 2.2.1 Usia
........................................................................................ 10 2.2.2
Jenis Kelamin......................................................................... 11
2.2.3 Durasi Pajanan Benzena......................................................... 11
2.2.4 Lama Pajanan Benzena .......................................................... 11
2.2.5 Praktik Kerja Aman................................................................ 12
2.3 Keluhan Kesehatan Akibat Pajanan Benzena .................................... 19
2.4 Mekanisme Toksisitas Benzena dalam Tubuh................................... 21
a. Absorbsi ........................................................................................ 21
b. Distribusi ....................................................................................... 22
c. Metabolisme .................................................................................. 23
d. Eliminasi dan Ekskresi ................................................................. 24
2.5 Kerangka Teori .................................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 26
viii
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 26
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 26
3.3.1 Populasi .................................................................................. 26
3.3.2 Sampel dan Besar Sampel...................................................... 26
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................. 27
3.4 Variabel Penelitian.............................................................................
27 3.4.1 Variabel Terikat (Dependent)
................................................ 27 3.4.2 Variabel Bebas
(Independent)................................................ 27
3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 27
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................ 30
3.7 Cara Pengumpulan Data .................................................................... 30
3.7.1 Data Primer ............................................................................ 30
3.7.2 Data Sekunder ........................................................................ 30
3.8 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data .................................... 31
3.8.1 Cara Pengolahan Data ............................................................ 31
3.8.2 Analisis Data .......................................................................... 31
3.8.3 Tabulasi Pengumpulan Data .................................................. 31
3.9 Alur Penelitian ................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ................................................................................................... 34
4.2 Pembahasan........................................................................................ 42
4.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 49
5.2 Saran .................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51


ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................... 4


Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Kimia Benzena....................................................... 7
Tabel 2.2 Penggunaan APD ............................................................................. 18
Tabel 2.3 Perilaku Personal Hygiene ............................................................... 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 28
Tabel 3.2 Distribusi Responden menurut Karakteristik Pekerja...................... 32
Tabel 3.3 Distribusi Responden menurut Pajanan Benzena ............................ 33
Tabel 3.4 Distribusi Responden menurut Praktik Kerja Aman........................ 33
Tabel 3.5 Distribusi Responden menurut Keluhan Kesehatan......................... 33
Tabel 4.1 Profil SPBU di wilayah Seberang Ulu II ......................................... 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin .......... 36
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia.......................... 37
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Lama Pajanan .......... 37
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Durasi Pajanan......... 38
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Praktik Kerja............ 38
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Penggunaan APD .... 39
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Personal Hygiene .... 40
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Keluhan Kesehatan.. 40
Tabel 4.10 Keluhan Kesehatan berdasarkan Durasi Pajanan........................... 41
Tabel 4.11 Keluhan Kesehatan berdasarkan Penggunaan APD....................... 42
Tabel 4.12 Keluhan Kesehatan berdasarkan Personal Hygiene ...................... 42

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Benzena .......................................................................... 7


Gambar 2.2 Alat Pelindung Kepala ................................................................. 14
Gambar 2.3 Alat Pelindung Mata (Goggles).................................................... 14
Gambar 2.4 Alat Pelindung Mata (Face Shield).............................................. 15
Gambar 2.5 Alat Pelindung Telinga (Ear Muff) .............................................. 15
Gambar 2.6 Alat Pelindung Pernapasan (Masker)........................................... 16
Gambar 2.7 Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan Karet) ........................... 16
Gambar 2.8 Alat Pelindung Kaki (Sepatu) ...................................................... 17
Gambar 2.9 Pakaian Pelindung ........................................................................ 18
Gambar 2.10 Metabolisme Benzena ................................................................ 24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pernyataan ...................................................................... 56


Lampiran 2. Informed Consent ........................................................................ 57
Lampiran 3. Daftar Kuesioner.......................................................................... 58
Lampiran 4. Lembar Observasi........................................................................ 63
Lampiran 5. Hasil............................................................................................. 65
Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 67
Lampiran 7. Uji Statistik .................................................................................. 68
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian............................................................... 79
Lampiran 9. Surat Kode Etik ........................................................................... 80
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 81
Lampiran 11. Kartu Bimbingan Skripsi ........................................................... 84
Lampiran 12. Biodata....................................................................................... 85

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik yang dapat ditemukan
di udara, air, dan tanah. Salah satu kegiatan yang beresiko terpajan benzena
adalah industri BBM, dengan produk yang disalurkan berupa premium,
pertamax, pertamax plus, kerosene dan solar (WHO, 2010).
Benzena banyak ditemukan di kilang minyak bumi sebagai hasil dari
produksi minyak mentah dan sebagai produk sampingan dari operasi
penyulingan minyak (Akerstrom, 2016).
Menurut Agency for Toxic Substances and Disease Registry (2015)
bahan kimia berbahaya dan beracun yang terdapat dalam kandungan minyak
bumi adalah benzena, toluene, xylene, ethylene, Total Petroleum
Hydrocarbon (TPH), dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs).
Paparan benzena terhadap manusia telah dikaitkan dengan berbagai
efek secara akut dan jangka panjang, efek dan penyakit kesehatan, termasuk
kanker dan anemia aplastik. Eksposur dapat terjadi akibat pekerjaan dan
penggunaan barang-barang yang mengandung benzena, seperti produk
minyak bumi, termasuk bahan bakar motor dan pelarut. Paparan asap
tembakau juga merupakan sumber paparan. Benzena sangat menguap
sehingga pajanan sering terjadi melalui inhalasi (WHO, 2010).
Efek pajanan akut benzena dapat menimbulkan efek kesehatan yaitu
iritasi mata dengan gejala mata terasa gatal, panas, dan kemerahan (Keman
dan Saadatuddaroini, 2019).
Menurut Edokpolo dkk (2015) benzena memiliki sifat karsinogen
yang dapat menyebabkan terjadinya leukimia. Paparan akut terhadap
benzena dengan konsentrasi tinggi juga dapat mempengaruhi kerja sistem
saraf pusat sehingga menimbulkan keluhan pusing dan mual.
Dampak pajanan benzena akut juga dapat menyebabkan kurangnya
suplai oksigen ke otak sehingga menimbulkan gejala pusing, denyut jantung
cepat, sakit kapala, tremor, dan penurunan kesadaran (Sipayung dkk, 2016).

1 Universitas Muhammadiyah palembang


2

Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC)


pajanan kronis benzena dapat menyebabkan leukimia myeloid akut,
neoplasma limfoid, dan kanker pada organ hematolimfatik (IARC, 2012).
Pajanan benzena yang tinggi dapat menyebabkan kanker, seperti
leukimia diantara pekerja SPBU. Namun, selama dekade terakhir, rata-rata
jangka panjang pajanan benzena mengalami penurunan karena
perkembangan teknis dan perubahan praktik kerja (Akerstrom, 2016).
Bahan kimia tersebut dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan
yang dimulai dari iritasi hingga memicu kanker karena bersifat karsinogen.
Pekerja SPBU merupakan bagian dari pengisian bahan bakar kendaraan yang
memiliki resiko tinggi terhadap efek dari pajanan benzena. Pekerja SPBU
terpajan senyawa organik yang mudah menguap seperti benzena, toluena,
etil benzena dan xilena (BTEX) yang berasal dari uap bahan bakar,
kandungan gas dari knalpot kendaraan dan terpapar secara langsung melalui
inhalasi dan kulit (Salem dkk, 2017).
Pajanan bahan kimia merupakan penyebab terbesar terjadinya
dermatitis kontak iritan akibat kerja. Bahan kimia yang dapat menimbulkan
dermatitis kontak iritan salah satunya adalah hasil minyak bumi yang
mengandung benzena. Dermatitis kontak iritan akibat kerja tidak hanya
dipengaruhi faktor kontak dengan bahan kimia iritan saja. Akan tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti lama pajanan, durasi pajanan,
penggunaan alat pelindung diri (APD), dan personal hygiene (Rachmasari,
2013).
Lama pajanan adalah lamanya seseorang terpajan bahaya dalam satuan
jam perhari, sedangkan durasi pajanan adalah lamanya seseorang terpajan
suatu bahaya dalam satuan tahun (ATSDR, 2007).
Durasi pajanan ditentukan berdasarkan lama kerja dari pekerja
SPBU, sehingga pengalaman kerja dari pekerja akan mempengaruhi besar
kecilnya pajanan benzena yang diterima pekerja tersebut (ATSDR, 2007).
Praktik kerja aman saat bekerja seperti penggunaan alat pelindung diri
(APD) dan personal higiene seperti kebiasaan mencuci tangan merupakan
faktor pemicu yang mempengaruhi kadar benzena di tubuh. Selain faktor
usia,
Universitas Muhammadiyah palembang
3

jenis kelamin, lama pajanan, durasi pajanan, dan kebiasaan merokok, alat
pelindung diri (APD) menjadi faktor pemicu terhadap jumlah pajanan
benzena karena alat pelindung diri (APD) digunakan sebagai usaha untuk
melindungi diri dan mengurangi efek pajanan benzena pada pekerja SPBU
(Maywati, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Qian dkk (2018) menyatakan
bahwa paparan kronis benzena dengan dosis tinggi atau rendah dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti anemia aplastik, sindrom
myelodysplastic, dan leukimia. Sehingga pekerja SPBU berisiko menderita
penyakit tersebut.
Berdasarkan uraian di atas perlu melakukan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran keluhan kesehatan akibat pajanan
benzena serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar benzena
dalam tubuh. Selain itu penelitan mengenai keluhan kesehatan akibat
pajanan benzena belum pernah dilakukan di Seberang Ulu II. Oleh
karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran keluhan
kesehatan pekerja SPBU akibat pajanan benzena di Seberang Ulu II.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran keluhan kesehatan pada pekerja SPBU akibat
pajanan benzena di wilayah Seberang Ulu II?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan pada pekerja SPBU
akibat pajanan benzena di wilayah Seberang Ulu II.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pekerja SPBU (jenis
kelamin dan usia).
2. Untuk mengetahui gambaran pajanan benzena akut (durasi pajanan,
lama pajanan).

Universitas Muhammadiyah palembang


4

3. Untuk mengtahui gambaran praktik kerja aman (penggunaan alat


pelindung diri (APD) dan personal hygiene pekerja SPBU).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan peneliti tentang keluhan kesehatan akibat pajanan benzena.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan:
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan masyarakat
umum.
2. Sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan penelitian
selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil


Rendy Analisis Resiko Penelitian deskriptif Karyawan SPBU adalah
Noor Salim Kesehatan dengan metode pekerja dengan resiko tinggi
(2011). Pajanan Benzena analisa kuantitatif terhadap pajanan benzena dan
pada Karyawan di dengan metode pada pekerja yang terpajan
Spbu ‘X’ analisis resiko. dalam waktu 3 tahun atau
Pancoranmas lebih dapat beresiko kanker.
Depok.
Nizar Gambaran Penelitian Gambaran praktek kerja aman
Fathul Praktek Kerja menggunakan pada operator SPBU di
Khoir Aman Terhadap metode cross wilayah ciputat timur
(2017) Paparan Benzena sectional. sebanyak 11 orang melakukan
pada Pekerja praktek kerja dengan baik.
Operator SPBU di Penggunaan APD sebanyak 35
Wilayah Ciputat orang operator
Timur. SPBU menggunakan APD
yang buruk.
Personal hygiene sebanyak 28
orang operator SPBU dengan
personal hygiene buruk.
Faktor lingkungan sebanyak
42 orang operator SPBU
dengan faktor lingkungan
buruk.

Universitas Muhammadiyah palembang


5

Usia karyawan operator SPBU


rata-rata 27,74 bulan.
Jenis kelamin pekerja operator
SPBU untuk laki-laki
sebanyak 42 orang dan
perempuan sebanyak
31 orang.
Sigit Hubungan Penelitian Terdapat 1 orang pekerja yang
pudyoko Pajanan Benzena observational dengan kadar fenol dalam urine
(2010) dengan Kadar metode kuantitatif melebihi batas normal.
Fenol dalam Urine desain cross Tidak ada hubungan antara
dan Gangguan sectional. masa kerja dengan kadar fenol
Sistem dalam urine.
Hematopoietic Ada hubungan masa kerja
pada Pekerja dengan profil darah hanya
Instalasi BBM. untuk beberapa variabel saja.
Tidak ada hubungan status
merokok dengan kadar fenol
dalam urine.
Tidak ada hubungan status
merokok dengan profil darah.

Universitas Muhammadiyah palembang


51

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR). 2015. Addendum to
The Toxicological Profile for Benzene. U.S. Department of Health and
Human Services: Agency for Toxic Substances and Disease Registry.

Agency for toxic substance and Disease Registry (ATSDR). 2007. Toxicological
Profile for Benzene. U.S. Departement of Health and Human Services:
Agency for Toxic Substances and Disease Registry.

Akerstrom, M. D. dkk. 2016. Personal Exposure to Benzene and 1,3-Butadiene


During Petroleum Refinery Turnarounds and Work in The Oil Harbour. Int
Arch Occup Environ Health, 1289–1297.

Amaloyah dan Yulianto. 2017. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan: Toksikologi


Lingkungan. Jakarata: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Arnold, S. 2013. The Use of Biomonitoring Data in Exposure and Human Health
Risk Assessment: Benzene Case Study. Crit Rev Toxicol, 43, (2): 119–153.

Ayatina, N. 2014. Fenomena Petugas SPBU Perempuan di Kabupaten Sleman.


Boss, G. R dan Edwin, S. 1981. Age-Relatedphysiological Changes And Their
Clinical Significance. The Western Journal Of Medicine, Vol. 135, No. 6:
424-440.
Buku Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2017.
Jakarta: SCBD.

Denny, Y dan Putri, K. D. S. 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan


Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri. The Indonesian Journal of
Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1: 24-36.

Diana, U. 2014. Analisis Resiko Kesehatan Paparan Benzena Pada Pekerja Di


Pusat Pengepul Produksi (PPP) PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field
Tahun 2014.

Universitas Muhammadiyah palembang


52

Edokpolo, B. dkk. 2015. Health Risk Assessment for Exposure to Benzene in


Petroleum Refinery Environments . International Journal of Environmental
Research and Public Health, 12, 595-610.

International Agency for Research of Cancer (IARC). 2012. IARC Monographs


on The Evaluation of the Carcinogenic Risk of Chemicals. evaluation.
IARC, Lyon, 100.

Jorunn, K. D. 2008. Effects of Benzena on Human Hematopoiesis. The Open


Hematologi Journal, 2, 87-102.

Keman, S dan Saadatuddaroini. 2019. Korelasi Masa Kerja, Jam Kerja Terhadap
Kadar T, T-Moconic Acid Urin Pekerja Terpapar Benzena di Pertambangan
Minyak Tradisional Bojonegoro. The Indonesian Jorunal of Occupational
Safety and Health, 8, 115-123.

Luoping, Z. C. 2010. Systems Biology of Human Benzene Exposure. Chemical


Biological Interactions, 184(1-2), 86-93.

Maywati, S. 2012. Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin Pekerja
Bagian Pengeleman Sandal. KEMAS, vol. 2, hal. 142-148.

Meliana, Dkk. 2019. Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Benzena Pada


Pedagang Tetap Dan Supir Di Terminal Kampung Rambutan. Journal Of
Religion And Public Health, Volume 1, Nomor 1.

Nebert DW, R. A. et al. 2002. NAD(P)H:Quinone Oxidoreductase (NQO1),


Polymorphism, Exposure to Benzene, and Predisposition to Disease. A Huge
Review. Genet Med, 4 (2), 62-70.

Nomiyama, K. 1974. Respiratory Elimination of Organic Solvents in Man:


Benzene, Toluene, N-Hexane, Trichloroethylene, Acetone, Ethyl Acetate
and Ethyl Alcohol. Int Arch Arbeitsmed, 32, 85-91.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


Per.08/Men/Vii/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Universitas Muhammadiyah palembang


53

Pudyoko, S. 2010. Hubungan Pajanan Benzene dengan Kadar Fenol Dalam Urine
dan Gangguan Sistem Hematopoietic pada Pekerja Instalasi BBM.

Rachmasari, N. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Dermatitis Kontak Iritan pada Pengrajin Logam di Desa Cepogo,
Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Volume 2, Nomor 1.

Ridley. J. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.

Rizkiawati, A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Hemoglobin


(Hb) dalam Darah pada Tukang Becak di Pasar Mranggen Demak. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, vol. 1, no. 2, hal. 663-669.

Ross, D. 2000. The Role Of Metabolism And Specific Metabolites In Benzene-


Induced Toxicity: Evidence And Issues. J Toxicol Environ Health, 61 (5-6),
357-372.

Sadriyani, S. 2008. Analisis Pengaruh Konsentrasi Benzena Di Tempat Kerja


Terhadap Kadar Fenol Dalam Urin Tenaga Kerja Bengkel Rumbia Jaya
Makasar. Universitas Hasanudin Makasar.

Salem, E. dkk. 2018. Genotoxic Effects of Occupational Exposure to Benzene in


Gasoline Station Workers. Industrial Health, 56, 132–140.

Sastroasmoro, S. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung


Seto.

Scott, R. M. 1989. Chemical Hazard in the Workplace. Michigan: Lewis Public inc.

Sherwood, R.J. 1988. Pharmacokinetics of Benzene in A Human After Exposure at


About The Permissible Limit. Ann NY Acad Sc1, 534, 635-647.

Sipayung. dkk. 2016. Korelasi Paparan Benzene dengan Gambaran Complete


Blood Count Karyawan Spbu X dan Y. Jurnal Mkmi, 12, 2.

Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: FK UI.

Universitas Muhammadiyah palembang


54

Tunsaringkarn dkk. 2012. Occupational exposure of gasoline station workers to


BTEX compounds in Bangkok, Thailand. Int J Occup Environ
Med;3(3):117–25

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan . Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Workplace Health and Safety. 2010. Benzen At The Work Site. Government of
Alberta.

World Health Organization (WHO). 2010. Exposure to Benzene: A Major Public


Health Concern.

Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Qian, S. et al. 2018. Benzene Induces Haematotoxicity by Promoting Deacetylation


and Autophagy. J Cell Mol Med, 23:1022-1033.

Universitas Muhammadiyah palembang


ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA


OPERATOR SPBU DI DENPASAR

Ida Bagus Arjuna1, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Bagian Fisiologi FK UNUD

Keluhan muskuloskeletal dan gangguan kesehatan merupakan permasalahan umum yang


diderita oleh operator SPBU dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat menurunkan kualitas hidup
dan performa kerja dari operator tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
keluhan muskuloskeletal dan gangguan kesehatan pada operator SPBU di Denpasar. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 50
orang terdiri dari operator SPBU di sepuluh SPBU di Denpasar. Keluhan muskuloskeletal diukur
dengan kuesioner Nordic Body Map dan gangguan kesehatan dengan kuesioner gangguan kesehatan.
Tabel dan diagram digunakan untuk menunjukkan hasil penelitian. Dari penelitian ini, didapatkan
Keluhan muskuloskeletal yang dialami operator SPBU di Denpasar terbanyak pada bagian betis kiri
29 orang (58%), betis kanan 28 orang (56%), kaki kiri 27 orang (54%), kaki kanan 27 orang (54%),
pergelangan tangan kanan 18 orang (36%), dan tangan kanan 15 orang (30%). Hal ini disebabkan
postur kerja operator yang berdiri statis dalam waktu lama. Gangguan kesehatan yang dialami adalah
pusing 16 orang (32%) dan sesak nafas 16 orang (32%). Dapat disimpulkan bahwa gambaran keluhan
muskuloskeletal terbanyak diderita operator SPBU di Denpasar adalah pada anggota gerak bawah dan
anggota gerak atas kanan. Gambaran gangguan kesehatan yang diderita operator SPBU di Denpasar
adalah pusing dan sesak nafas. Disarankan untuk melakukan gerakan peregangan selama 5 menit
setiap 30 menit bekerja dan menggunakan masker. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
untuk penelitian lebih lanjut.

Kata kunci: Keluhan Muskuloskeletal, Gangguan Kesehatan, Operator SPBU

ABSTRACT

Musculoskeletal problems and health problems are common problems that faced by SPBU
operator. This problems can significantly diminish the quality of life and working performance of the
operator. The purpose of this research is to know the ilustration of musculoskeletal problems and
health problems on SPBU operators in Denpasar. This research was a descriptive study using cross
sectional approach. There were fifty subjects consist of SPBU operators in ten SPBU in Denpasar.
Musculoskeletal problems measured with a Nordic Body Map questionnaire and health problems
using a health problems questionnaire. The results interpreted by tables and diagrams. The results
showed, the majority of musculoskeletal problem that experienced by the SPBU operators in
Denpasar are mostly on left calf 29 subjects (58%), right calf 28 subject (56%), left foot 27 subjects
(54%), right foot 27 subjects (54%), right wrist 18 subjects (36%), and right hand 15 subjects (30%).
This was caused by working stance of the operators that standing still for a long time. Health
problems experienced by the operators are dizziness 16 subjects (32%) and shortness of breath 16
subjects (32%). It can be concluded that the ilustration of musculoskeletal problems that experienced
by the SPBU operators in Denpasar are mostly on lower extrimities and right upper extrimities. The
ilustration of health problems that experienced by the SPBU operators in Denpasar are mostly
dizziness and shortness of breath. It is suggested to do stretching for 5 minutes every 30 minutes of
work and using a mask. The results of this research could be applied as a basis for further research.

Key Words : Musculosceletal problems, Health Problems, SPBU Operators

PENDAHULUAN Tidak bisa dipungkiri, hampir sebagian besar


Bahan bakar saat ini sudah menjadi masyarakat, terutama di Bali, memiliki minimal
kebutuhan mendasar bagi sebagian besar manusia. satu kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan
Hal ini disebabkan karena semakin majunya sulitnya akses ke berbagai tempat karena minimnya
teknologi dan meningkatnya taraf hidup manusia. keberadaan kendaraan umum di Bali. Meskipun

1
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016

saat ini pemerintah Bali mulai membenahi METODE PENELITIAN


transportasi di Bali dengan Transsarbagita, namun Penelitian ini merupakan penelitian
masyarakat masih terbiasa menggunakan kendaraan deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
pribadinya. Penelitian ini dilakukan di sepuluh SPBU yang
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan berada di Denpasar Timur dan sekitarnya pada
bakar di Bali yang kini semakin meningkat, SPBU bulan Oktober 2014.
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) mulai
banyak dibangun. Pilihan fasilitas yang ada di tiap Kriteria Inklusi:
SPBU pun berbeda-beda. Ada yang dilengkapi 1. Operator SPBU laki-laki di Denpasar Timur
mini market, ATM (Anjungan Tunai Mandiri), dan sekitarnya.
penjualan gas LPG (Liquid Petroleum Gas), hingga 2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian
pelumas mesin. Selain itu waktu operasionalnya ini.
pun beragam. Umumnya SPBU beroperasi pukul
06.00-22.00 WITA, namun ada juga yang Kriteria Eksklusi:
memberikan pelayanan 24 jam. Operator SPBU yang memiliki kelainan
Setiap SPBU memiliki beberapa operator pada otot, tulang, dan/atau pernapasan sebelum
yang berjaga untuk melayani pelanggannya. penelitian dilakukan.
Operator masing-masing SPBU memiliki shift jaga
yang umumnya terdiri atas dua shift, shift pagi Besar sampel
beroperasi pukul 06.00-14.00 WITA dan shift sore Besar sampel dalam penelitian ini
yang beroperasi pukul 14.00-22.00 WITA. SPBU ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow
yang beroperasi 24 jam memiliki shift tambahan, 1997, diperoleh jumlah sampel penelitian minimal
yaitu shift malam yang beroperasi pukul 22.00- sebesar 50 sampel. Subjek yang memenuhi kriteria
06.00 WITA.1 inklusi diberi penjelasan tentang maksud dan
Dalam menjalankan tugasnya, operator tujuan penelitian ini serta dimintakan kesediannya
SPBU bekerja dalam posisi berdiri. Lamanya dengan menandatangani informed consent. Data
berdiri beragam, tergantung tingkat keramaian penelitian dikumpulkan melalui kuesioner Nordic
SPBU. Berdiri untuk waktu yang lama tanpa Body Map dan kuesioner gangguan kesehatan..
diselingi istirahat dapat menimbulkan berbagai Data yang terkumpul kemudian dianalisis.
komplikasi jika dilakukan untuk jangka waktu yang
panjang. Data statistik kerja Inggris HASIL PENELITIAN
memperkirakan lebih dari ribuan pekerja di Inggris Karakteristik Subjek Penelitian
mengalami banyak cedera akibat berdiri terlalu Hasil analisis statistik deskriptif yang
lama. Sebagai gejala awal pekerja yang berdiri meliputi rerata, rentangan, dan simpang baku (SB)
terlalu lama mengalami rasa tidak nyaman pada dari variabel umur, pengalaman kerja, dan indeks
kaki, lengan dan leher. Jika diteruskan untuk massa tubuh serta status pernikahan disajikan pada
jangka waktu yang panjang bisa menimbulkan Tabel 1.
masalah kesehatan serius seperti gangguan vena Rentang umur responden operator SPBU di
kronis, kemungkinan peningkatan risiko stroke, Denpasar 20 – 69 tahun, yang paling dominan
gangguan degeneratif pada sendi-sendi, dan berusia 21 sampai 30 tahun yaitu 24 orang (48%)
artherosklerosis karotis.2 dengan rerata 33,86 tahun dan simpang baku
Selain berdiri, operator SPBU terpapar sebesar 13,51. Terdapat 7 orang (14%) operator
beberapa hazard lain. Salah satu hazard yang cukup yang berusia diatas 50 tahun. Pekerja yang berusia
membahayakan adalah uap bensin. Uap bensin yang diatas 50 tahun mulai mengalami penurunan
terhirup dalam jumlah kecil dan dalam jangka pendek performa kerja. Penurunan produktivitas biasanya
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti sangat terasa pada pekerjaan yang membutuhkan
pusing, sakit kepala, mual, dan muntah. Pada pembelajaran dan kecepatan.4 Masih adanya
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gaya berjalan pekerja yang berusia diatas 50 tahun, bahkan ada
yang terhuyung-huyung, gangguan bicara dan yang berusia 69 tahun, menunjukkan bahwa usia
kebingungan. Konsentrasi sangat tinggi dapat lanjut masih dapat bekerja sebagai operator SPBU.
menyebabkan pingsan dan kematian akibat gagal Berdasarkan pengalaman kerja pada
napas.3 Hal ini diperparah dengan tidak digunakannya operator SPBU, yang paling dominan adalah 1
masker yang melindungi dari paparan uap bensin. sampai 10 tahun sebanyak 31 orang (62%), 9
Dengan demikian perlu dirancang fasilitas kerja dan operator memiliki pengalaman kerja selama 11
sikap kerja yang ergonomis untuk memberikan sampai 20 tahun, 4 operator telah bekerja selama
kenyamanan kerja dan mencegah keluhan yang timbul lebih dari 30 tahun, 3 operator bekerja selama 21
akibat kerja. sampai 30 tahun, dan 3 operator bekerja kurang
dari 1 tahun. Berdasarkan status pernikahan
diketahui bahwa sebanyak 35 orang (70%) telah
menikah dan 15 orang (30%) belum menikah.

2
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016

Keluhan Muskuloskeletal
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan muskuloskeletal didata dari
Umur, Pengalaman Kerja, dan Indeks Massa Tubuh pengisian kuesioner modifikasi Nordic Body Map
dengan skala dua yang ditanyakan saat subjek
sedang bekerja. Hasil dari pemetaan keluhan
muskuloskeletal yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 di atas, keluhan
muskuloskeletal yang paling sering timbul adalah
keluhan pada anggota gerak bawah. Keluhan yang
timbul pada bokong sebanyak 17 orang (34%),
paha kiri sebanyak 11 orang (22%), paha kanan
sebanyak 11 orang (22%), betis kiri sebanyak 29
orang (58%) , betis kanan sebanyak 28 orang
(56%), kaki kiri sebanyak 27 orang (54%), kaki
kanan sebanyak 27 orang (54%), lutut kanan
sebanyak 23 orang (46%), lutut kiri sebanyak 22
orang (44%), pergelangan kaki kiri sebanyak 20
orang (40%), dan pergelangan kaki kanan sebanyak
20 orang (40%). Untuk lebih jelasnya data tersebut
disajikan dalam diagram batang di bawah ini.

Indeks massa tubuh responden setelah


dikelompokkan sesuai patokan WHO mendapatkan
hasil yaitu 5 orang (10%) memiliki berat badan
rendah, 18 orang (36%) mempunyai berat badan
normal, 9 orang (18%) berisiko obesitas, 16 orang
(32%) sudah termasuk obesitas grade I, dan 2 orang
(4%) sudah termasuk obesitas grade II. Indeks
massa tubuh yang melebihi batas normal salah
satunya disebabkan oleh kurangnya minat olahraga
responden. Ini disebabkan karena ketika responden Gambar 1.
selesai bekerja sebagai operator, sebagian Diagram Keluhan Muskuloskeletal di bagian
diantaranya merasa pegal dan lelah, sehingga malas anggota gerak bawah
untuk berolah raga. Faktor lain yang bisa menjadi
penyebabnya antara lain pola makan, dan kebiasaan Data dari tabel dan grafik diatas sesuai dengan
hidup lainnya.
postur kerja operator SPBU yang bekerja dalam
posisi berdiri dalam waktu yang cukup lama. Setiap
Tabel 2. Distribusi keluhan muskuloskeletal yang
orang yang bekerja berdiri berjam-jam pada
dialami oleh operator SPBU
akhirnya akan mengalami keluhan muskuloskeletal.
Keluhan ini termasuk nyeri pada telapak kaki,
bengkak, kelelahan otot, nyeri pinggang, dan kaku
pada leher dan pundak. Postur statis ini bila
dilakukan dalam jangka waktu yang lama
mengakibatkan otot akan berkontraksi terus-
menerus dan dapat menyebabkan tekanan pada
bagian tubuh tersebut. Hal ini dapat meningkatkan
risiko timbulnya keluhan muskuloskeletal pada
kakinya.5
Saat seseorang mempertahankan posisi
berdiri dalam waktu lama tanpa diselingi jalan
secara periodik, sirkulasi darah dan cairan tubuh
lainnya akan terganggu dan menyebabkan
terkumpulnya cairan di anggota gerak bawah yang
menyebabkan bengkak. Tidak heran keluhan awal
dan yang paling umum di derita pekerja yang
berdiri dalam waktu lama adalah ketidaknyamanan
dan sakit di daerah kaki, pinggang, leher, dan
punggung.6

3
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016

Tuntutan kerja dari operator SPBU Bagian tubuh lainnya yang banyak
mengharuskan operator untuk berdiri statis selama dikeluhkan oleh responden adalah pada bagian
memasukkan data, meletakkan nozzle ke tangki leher, tangan, dan bokong. Seperti yang dapat
bensin pelanggan, menerima pembayaran, hingga dilihat pada diagram di atas, responden yang
memberi kembalian untuk mempercepat kerjanya. mengeluh sakit pada leher atas sebanyak 8 orang
Kondisi ini akan diperparah saat antrian kendaraan (16%), leher bawah sebanyak 9 orang (18%), bahu
panjang terutama motor yang terjadi pada jam-jam kiri sebanyak 7 orang (14%) bahu kanan sebanyak
sibuk. Akibatnya keluhan muskuloskeletal yang 11 orang (22%), lengan atas kiri sebanyak 2 orang
dialami semakin parah, karena semakin lama (4%), lengan atas kanan sebanyak 1 orang (2%),
operator berdiri statis, semakin lama otot pantat sebanyak 4 orang (8%), siku kanan sebanyak
berkontraksi menahan otot tersebut, semakin besar 1 orang (2%), lengan bawah kanan sebanyak 5
juga tekanan yang diterima oleh otot. orang (10%), pergelangan tangan kiri sebanyak 4
Ada satu SPBU yang memang menyediakan orang (8%), pergelangan tangan kanan sebanyak 18
tempat duduk khusus bagi operatornya yang orang (36%), tangan kiri sebanyak 4 orang (8%),
menjaga stasiun pengisian khusus motor, namun dan tangan kanan sebanyak 15 orang (30%).
keluhan muskuloskeletal tetap ada. Hal ini Keluhan pada pergelangan tangan kanan dan
dikarenakan posisi kerja terbaik adalah posisi kerja tangan kanan disebabkan karena gerakan terus
yang tidak monoton, bergantian secara berkala menerus ketika pengisian bensin. Ini menyebabkan
antara duduk dan berdiri.7 Pergantian posisi antara otot pada pergelangan tangan kanan dan tangan
duduk dan berdiri membuat posisi tubuh lebih kanan terus berkontraksi sehingga menyebabkan
fleksibel, membagi beban kerja secara merata ke kelelahan dan menimbulkan keluhan. Nozzle yang
beberapa bagian tubuh, sehingga mengurangi cukup berat juga memperparah keluhan ini. Untuk
tekanan pada otot dan sendi.6 mengurangi keluhan pada bagian pergelangan
Apabila operator diperbolehkan duduk tapi tangan kanan dan tangan kanan, operator dapat
melakukan istirahat jika sudah merasa tidak
tidak berganti posisi ke posisi berdiri secara nyaman dan melakukan gerakan peregangan
berkala, hasilnya akan sama saja, keluhan dengan menggerakkan dan melemaskan
muskuloskeletal akan tetap ada. Hal yang dapat pergelangan tangan dan tangannya selama beberapa
dilakukan untuk mengurangi keluhan menit.
muskuloskeletal yang timbul adalah Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
dengan melakukan pergantian posisi antara timbulnya keluhan muskuloskeletal pada operator
duduk dan berdiri setidaknya setiap 30 menit SPBU. Hal yang paling besar berperan terhadap
diselingi waktu istirahat selama 5 menit. Pada timbulnya keluhan tersebut adalah postur kerja.
saat istirahat, operator bisa melemaskan otot- Postur kerja operator yang kurang ergonomis
ototnya dengan gerakan peregangan atau berjalan menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal.
jalan di sekitar SPBU. Jika memungkinkan, Faktor lainnya adalah kurangnya variasi posisi
disediakan kursi di stasiun pengisian yang kerja yang membuat beban kerja terpusat
disesuaikan ketinggiannya agar operator dapat dibeberapa bagian saja. Pengetahuan akan penyakit
bekerja secara berdiri maupun duduk. Jika tidak muskuloskeletal juga masih rendah pada operator
memungkinkan, kursi harus tersedia di tempat SPBU. Untuk itu pihak pengelola SPBU
beristirahat. Kursi ini harus dibuat sesuai diharapkan dapat memberikan edukasi dan
dengan ketinggian yang optimal secara penyuluhan berupa training untuk mengajarkan
ergonomis bagi operator dalam menjalankan sikap kerja yang lebih ergonomis dan menyediakan
tugasnya. Disarankan juga bagi pekerja yang tempat duduk yang sesuai di pos pengisian
bekerja dalam posisi berdiri statis untuk melakukan terutama pos pengisian khusus motor.
peregangan di bagian leher dan pundak untuk
mengurangi keluhan.6 Gangguan Kesehatan
Hasil dari pemetaan yang telah dilakukan
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 di
atas penggunaan masker pada operator SPBU
berjumlah 8 orang (16%). Gangguan kesehatan
yang dialami oleh operator SPBU adalah pusing,
mual/muntah, dan sesak nafas. Gangguan
kesehatan berupa pusing dialami oleh 16 orang
(32%), mual/muntah dialami 6 orang (12%), dan
sesak nafas dialami 16 orang (32%). Untuk lebih
jelasnya data tersebut disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 2.
Diagram Keluhan Muskuloskeletal di bagian leher,
bokong, dan anggota gerak atas
4
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016

Tabel 3. Distribusi frekuensi pemakaian masker semakin hebat dan mengganggu. Oleh karena itu
dan gangguan kesehatan biasanya operator menggunakan masker saat
sedang flu, untuk mengurangi gejala-gejala
tersebut.

Gambar 4.
Diagram gangguan kesehatan dengan pemakaian
masker

Berdasarkan Gambar 4 didapatkan


gambaran gangguan kesehatan dengan pemakaian
masker pada operator SPBU di Denpasar. Dari 16
operator yang mengeluhkan pusing, semuanya
tidak menggunakan masker. Dari 8 operator yang
mengeluhkan mual/muntah, hanya 1 orang (12,5%)
yg menggunakan masker. Dari 16 operator yang
mengeluhkan sesak nafas, 2 orang diantaranya
menggunakan masker.

PENUTUP

Simpulan
1. Keluhan muskuloskeletal pada operator SPBU
di Denpasar yaitu terbanyak pada pergelangan
tangan kanan sebanyak 18 orang (36%), tangan
kanan sebanyak 15 orang (30%), betis kiri
sebanyak 29 orang (58%) , betis kanan
sebanyak 28 orang (56%), kaki kiri sebanyak 27
orang (54%), kaki kanan sebanyak 27 orang
(54%), lutut kanan sebanyak 23 orang (46%),
lutut kiri sebanyak 22 orang (44%).
Gambar 3. 2. Gangguan kesehatan yang dialami oleh
Diagram gangguan kesehatan operator SPBU di Denpasar adalah pusing
sebanyak 16 orang (32%),
Chillcott menyebutkan paparan uap bensin mual/muntah sebanyak 6 orang (12%), dan
dalam jangka pendek dapat menimbulkan gejala- sesak nafas sebanyak 16 orang (32%).
gejala seperti pusing, sakit kepala, mual, dan
muntah.3 Gejala ini ditemukan pada responden, Saran
ditambah dengan keluhan sesak nafas. Namun ada Kepada operator SPBU disarankan:
beberapa hal yang menyebabkan sedikitnya 1. Melakukan pergantian posisi antara duduk dan
operator yang mengeluhkan gangguan kesehatan berdiri disertai relaksasi otot setelah 30 menit
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, bekerja. Relaksasi yang dapat dilakukan seperti:
kebanyakan operator sudah merasa terbiasa a) Melemaskan kaki dengan menggerak-
menghirup uap bensin, sehingga mereka tidak gerakkan kaki atau dengan berjalan-jalan
mengeluhkan adanya gangguan kesehatan. Gejala- disekitar SPBU, b) Menggerak-gerakkan tangan
gejala tersebut pernah dialami saat pertama bekerja atau dengan meluruskan tangan ke depan atau
sebagai operator, namun sekarang sudah tidak lagi ke bawah sehingga otot tangan tidak
dirasakan. Gejala-gejala tersebut juga muncul berkontraksi terlalu lama, c) Istirahat sebaiknya
ketika kelelahan, kurang istirahat ataupun sakit. dilakukan sekitar 5 menit sebelum operator
Gejala-gejala yang biasanya dapat ditolerir menjadi kembali melanjutkan pekerjaan.

5
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.10, OKTOBER, 2016

2. Menggunakan masker ketika bekerja untuk


meminimalisir paparan uap bensin, menjaga
kesehatan, dan mengkonsumsi suplemen.

Kepada peneliti selanjutnya, dapat melakukan


penelitian lanjutan dengan rancangan penelitian
analitik untuk membuktikan adanya hubungan
antara postur kerja dengan risiko timbulnya
keluhan muskuloskeletal pada operator SPBU serta
hubungan penggunaan masker dengan gangguan
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmi, A. 2009. Analisis Hubungan Tingkat


Kebisingan dan Keluhan Subjektif (Non
Auditory) pada Operator SPBU di DKI Jakarta
Tahun 2009. Jakarta: Universitas Indonesia.
2. Halim, I. and Omar, A.R. 2011. A Review on
Health Effects Associated with Prolonged
Standing in the Industrial Workplaces. IJRRAS
8 (1). 14-21.
3. Chilcott, R.P. 2007. Petrol: Toxicological
Overview. CHAPD HQ, HPA.
4. Skirbekk, V. 2003. Age and Individual
Productivity: A Literature Survey. Germany:
Max Planck Institute for Demographic
Research.
5. Anonim. 2011. The Ergonomics of Sitting &
Standing at Work. CM Condominium Manager
Magazine. 7-10.
6. Hughes, N.L. Nelson, A. Matz, M.W. Lloyd, J.
2011. Solution for Prolonged Standing in
Perioperative Settings. AORN Journal 93 (6).
767-774.
7. Ebben, J.M. 2003. Improved Ergonomic for
Standing Work. 1105 Media Inc.

6
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Anda mungkin juga menyukai