Anda di halaman 1dari 13

KESELAMATAN KERJA UMUM

DOSEN PENGAMPU : Dr. dr. Femmy Schouten, MM

OLEH

KELAS : TD 1.2

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :


1. FEBBY KHOFIZAH ALDI (2301104)
2. KADEK DIAH MAHARANI (2301141)
3. RIDO F BUTAR BUTAR (2301267)

PRODI D-IV TRANSPORTASI DARAT

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA (PTDI – STTD) BEKASI


Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 06 Maret 2024

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata pengantar..............................................................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................................
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................................
BAB II ISI...................................................................................................................................................................
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.............................................................................................
2.2 Peraturan Perundang-undangan K3............................................................................................................
2.3 Faktor Penyebab Kecelakaan......................................................................................................................
2.4 Sumber-Sumber Bahaya Tenaga Kesehatan Kerja..............................................................................................
2.5 Alat Pelindung Diri.........................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keselamatan harus ditanamkan dan menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan
sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan satu bagian dari keselamatan pada umumnya.
Keselamatan dan kerja (K3) adalah modal utama untuk para sumber daya manusia yang
bekerja pada terutama pada bagian produksi. Jika K3 tidak diberikan secara baik akan
merugikan karyawan tersebut dan bisa juga berdampak buruk pada Proses pembinaan ini tak
pernah ada habis-habisnya.Salah satu bentuk perhatian kepada karyawan untuk meminimalisir
resiko kecelakaan kerja adalah dengan memaksimalkan program keselamatan dan kerja di
dalam. Program keselamatan dan kerja adalah suatu sistem yang dibuat kepada karyawan
maupun sebagai mencegah timbulnya kecelakaan kerja yang terjadi akibat hubungan kerja di
dalam lingkungan kerja.
Keselamatan dan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan terlepas dari sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kerja tidak hanya penting bagi
pekerja, tetapi keselamatan dan kerja juga menjadi penentu produktivitas suatu pekerjaan.
Keselamatan kerja umum merupakan salah satu aspek penting dalam menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerja. Keselamatan kerja umum merujuk pada
proses dan tata yang diusahakan untuk mengurangi risiko kerja yang dapat menyebabkan
kemungkinan terjadinya peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit kerja di tempat kerja. Di
dalam kegiatan sehari-hari saat melakukan aktivitas, kita tidak pernah menduga akan
mendapatkan risiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali yang belum menyadari
akan hal ini, termasuk di Indonesia, baik di lingkungan kerja (pabrik, atau kantor), di jalan
raya, tempat-tempat umum maupun di lingkungan rumah.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
2. Apa saja peraturan perundang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab kecelakakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
4. Sebutkan sumber-sumber bahaya tenaga kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
5. Ap aitu alat pelindung diri Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?

3. Tujuan Masalah
1. Taruna/I dapat memahami pengendalian risiko kerja dengan prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
2. Taruna/I dapat mengetahui dasar dasar keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) dan
penerapannya di lingkungan kerja.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Terdapat beberapa pengerian dari K3, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, pengertian keselamatan dan
kesehatan kerja atau K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (OHSAS 18001).
3. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebuah ilmu untuk antisipasi, rekoginis,
evaluasi dan pengendalian bahaya yang muncul di tempat kerja yang dapat berdampak
pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja, serta dampak yang mungkin bisa dirasakan
oleh komunitas sekitar dan lingkungan umum (ILO 2008).
Berdasarkan PP nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3, tujuan dari diterapkannya standar
keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
1. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur dan terintegrasi
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja atau buruh, dan atau serikat pekerja atau serikat buruh
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Adapun tujuan dari K3 secara umum, adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan untuk Pegawai
Tujuan utama dari disusunnya ketentuan K3 adalah sebagai peraturan serta perlindungan
untuk para pekerja di berbagai bidang. Baik itu sektor industri seperti konstruksi,
pertambangan, ataupun institusi lain seperti perkantoran. Perlindungan di sini juga
termasuk memperhatikan kesehatan para pekerja. Dengan begitu kinerja para pegawai
dapat terjaga bahkan meningkat.
2. Penjagaan Bagi Pekerja
Adanya K3 juga bertujuan memberikan penjagaan bagi para pekerja di semua tingkatkan,
pengunjung, dan masyarakat di sekitar lokasi kerja. Hal yang dimaksud penjagaan di sini
lebih kepada memastikan lokasi kerja aman untuk semua orang.
Perusahaan harus dapat memberikan kepastian bahwa semua pihak yang sedang berada di
lapangan, terjamin keselamatan dan kesehatannya.
3. Bekal Saat Bekerja
Ketentuan K3 yang telah disusun dapat menjadi bekal untuk para pekerja melakukan
tugasnya. Setiap pegawai harus mengikuti protokol dan aturan yang berlaku. Sehingga
segala jenis proses yang ada di lokasi kerja tidak boleh dilakukan sembarangan. Terutama
pada tempat-tempat kerja dengan risiko bahaya cukup tinggi. Penerapan aturan dan SOP
(Standard Operating Procedure) mutlak harus dilakukan. Karena setiap ketentuan yang
ada telah dibuat berdasarkan perhitungan yang matang. Ketika prosedurnya dilanggar,
sangat berisiko terjadi kecelakaan kerja.
4. Penjaminan untuk Sumber Daya
Penjaminan untuk sumber daya yaitu segala kebutuhan yang berhubungan dengan
aktivitas produksi. Baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam
(SDA). Dengan begitu kegiatan produksi tetap bisa berjalan dengan efektif. Penerapan K3
memberikan jaminan keamanan untuk para pekerja dan lingkungan. Hal ini juga bisa
meminimalisir risiko kecelakaan serta timbul penyakit karena kerja. Ditambah lagi untuk
mengurangi dampak kerusakan alam atau lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas
pekerjaan.
5. Penjamin untuk Hidup Sekitarnya

2
Selain menjamin keamanan pekerja, K3 juga menjamin hidup orang-orang lain di sekitar.
Seperti rekan kerja, pengguna, pengunjung, keluarga dari pekerja, dan juga masyarakat
yang berada di sekitar lokasi pabrik atau perusahaan. Penyusunan ketentuan K3 harus
menjamin keamanan semua pihak yang terlibat. Baik secara langsung maupun tidak
langsung. Supaya mengurangi potensi bahaya dari risiko pekerjaan.
6. Peningkatan Kesejahteraan
Perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan pegawai. Membuat para pekerja
merasa aman dan terpenuhi segala hak-haknya. Dengan begitu mereka dapat
melaksanakan kewajiban pekerjaan dengan baik dan profesional. Aturan K3 harus
mencakup upaya-upaya peningkatan kesejahteraan ini dengan jelas. Bukan membiarkan
para pegawai untuk menghabiskan banyak waktunya pada penyedia pekerjaan. Sehingga
produktivitas juga akan ikut meningkat.

2. Peraturan Perundang-undangan K3
Salah satu upaya dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja adalah dengan penerapan peraturan perundangan, antara lain melalui:
1. Adanya ketentuan dan syarat‐syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi.
2. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku sejak tahap rekayasa.
3. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan ‐pemeriksaan
langsung tempat kerja.
Berikut merupakan Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebagai berikut:
1. UUD 1945
 Pasal 27 ayat 2 :
Tiap‐tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
Bab IV Pembinaan Perlindungan Kerja
 Pasal 9 :
Tiap tenaga kerja berhak mendapaat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakukan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
 Pasal 10:
Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
1) Norma keselamatan kerja
2) Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan
3) Norma kerja
4) Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
5) (tidak berlaku)
3. UU No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
Bab I Tentang Istilah‐istilah
 Pasal 1 (1) “tempat kerja” ialah ruangan atas lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap di ruang kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber‐
sumber bahaya yang diperinci dalam pasal 2, termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian ‐bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
 Pasal 1 (2) “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
 Pasal 1 (6) “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang‐undang ini.
Bab II Ruang lingkup K3 Konstruksi
 Pasal 2 (1) K3 di segala tempat kerja di darat, di dalam tanah, permukaan air,
didalam air, maupun di udara dalam wilayah RI

3
 Keterangan Pasal 2 (2) . c dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan,
pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya
termasuk bangunan-bangunan pengairan, saluran atau persiapan. Dilakukan
pekerjaan dalam ketinggian, di atas permukaan tanah atau perairan.
Bab X Kewajiban Pengurus
 Pasal 14 Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan kerja (UU & semua
peraturan pelaksanaan yg berlaku)
b. Memasang gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan.
c. Menyediakan secara cuma‐cuma semua perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
tempat kerja
4. UU No. 23/1992 Tentang Kesehatan
Bagian keenam
Kesehatan Kerja
Pasal 23:
1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal.
2) Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan kesehatan kerja.
3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4) Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)
dan Ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
5. UU No. 3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 Pasal 3 ayat 2:
Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.
 Pasal 8 ayat 1:
Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.
 Pasal 10 ayat 1:
Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali
24 jam.
6. UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi
 Ketentuan umum
“Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan lingkungan,
untuk mewujudkan terib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”
 Pasal 22: Kontrak kerja Konstruksi
Kontrak Kerja Konstruksi sekurang‐kurangnya harus mencakup uraian mengenai:
“Perlindungan tenaga kerja yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan K3 serta jaminan sosial”
 Pasal 23: Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
Ayat (2) : Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata
lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.
7. UU No. 28/2002 Tentang Bangunan Gedung
 Ketentuan Umum
“Mengatur tentang kehandalan, keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan gedung ”
 Pelaksanaan Teknis K3
- Kewajiban dibidang penanggulangan kebakaran
- Kewajiban pemasangan sistem proteksi pasif & aktif
- Kelengkapan sarana evakuasi dan daerah aman
- Kelengkapan sarana pengolahan limbah
- Kelengkapan sarana kenyamanan gedung
8. UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan

4
 Pasal 86:
Pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja.
 Pasal 87:
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

3. Faktor Penyebab Kecelakakan


Suatu industri sangat tidak menginginkan terjadinya kecelakaan, karena dapat
menimbulkan kerugian bagi industri tersebut. Kecelakaan dapat disebabkan oleh pekerja atau
keadaan lingkungan kerja pada suatu perusahaan yang tidak tertata atau teratur. Penyebab atau
potensi bahaya yang menimbulkan celaka sering kali tidak dihiraukan karena belum
merupakan hal yang merugikan perusahaan, sampai terjadi kecelakaan barulah perusahaan
mulai menghiraukannya. Pekerja juga sering melakukan tindakan bahaya tanpa disadari,
walaupun sudah mengetahui tindakan tersebut berbahaya tetap saja pekerja tersebut
melakukannya. Dari data statistik kecelakaan didapatkan bahwa 85% sebab kecelakaan adalah
karena faktor manusia (Suma’mur PK., 2009:3). Sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua
golongan penyebab. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi
segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang
merupakan penyebab kecelakaan. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan
nenurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. kecelakaan diperusahaan dapat disusun
menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh dilantai dan
tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan, luka bakar,
dan lain sebagainya (Suma’mur, 2014: 453).
Sebab-sebab kecelakaan, dikelompokkan atas: (Husnan dan Ranopandojo, 2000:250)
1) Sebab teknis
Menyangkut masalah kekurangan peralatan yang digunakan, mesin-mesin, bahan-
bahan serta buruknya lingkungan kerja, penerangan suara kebisingan yang
berlebihan dan maintenance.
2) Human (Manusia)
Biasanya disebabkan oleh devisiensies para individu seperti: sikap yang ceroboh,
tidak hati-hati, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, mengantuk, pecandu
obat bius, atau alkohol.
Selanjutnya dapat pula dikelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan
kerja, yaitu faktor internal yang berasal dari karyawan itu sendiri dan faktor eksternal yang
berasal dari lingkungan (Panggabean, 2002 : 115)
a) Faktor internal meliputi dari pada karyawan itu sendiri. Seperti bertindak sembrono,
terlalu menggampangkan dan cenderung lalai dalam melakukan tugasnya dan
karyawan cenderung malas menggunakan peralatan kesehatan yang sudah disediakan
untuk karyawan dari perusahaan.
b) Faktor eksternal mencakup faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Seperti tanah
atau medan yang licin, pemeliharaan mesin yang tidak baik, kaca jendela tidak
dilengkapi dengan tirai, tata letak ruang yang kurang aman, dan adanya peralatan
yang rusak sangat berpengaruh dengan keselamatan kerja.

4. Sumber-Sumber Bahaya Kesehatan Tenaga Kerja


Sumber-sumber bahaya tenaga kerja terdiri dari berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi pekerja. Berikut adalah beberapa sumber-sumber bahaya yang dapat
ditemukan di lingkungan kerja:
a. Sumber yang berasal dari fisik seperti bising, getaran, pencahayaan, radiasi layer, elektrik
dapat membahayakan tenaga kerja karena mereka dapat menimbulkan dampak fisik yang
bahaya bagi manusia. Bising, getaran, dan pencahayaan dapat menyebabkan, kebisingan,
dan kebisingan yang dapat menyebabkan dan ketidaknyamanan. Radiasi layer, elektrik,
dan radiasi lainnya dapat menyebabkan eksitasi atom-atom penyerap, pemanasan, efek
termis, dan efek lainnya yang bersifat minor, yang dapat menimbulkan dampak bagi Sinar
ultraviolet, sinar x, dan sinar gamma, yang termasuk radiasi elektromagnetik, memiliki
energi yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan selular dan genetika.

5
b. Sumber yang berasal dari kimia seperti partikel debu, cairan desinfektan, uap, vapour,
mist dapat bahaya bagi tenaga kerja karena mereka mengandung bahan kimia yang dapat
menimbulkan masalah jika terkena atau terdorong ke dalam tubuh. Contohnya, partikel
debu dapat merusak paru-paru, cairan desinfektan dapat merusak kulit dan sistem imun,
uap dan vapour dapat mengurangi kualitas udara, dan mist dapat menyebabkan gangguan
pada sistem respirator. Untuk mengurangi risiko ini, dan tenaga kerja harus
memperhatikan keselamatan dan kerja (K3) dan menggunakan peralatan yang sesuai
untuk mengendalikan bahan kimia tersebut.
c. Sumber yang berasal dari biologi seperti mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur,
vector dapat bahaya bagi tenaga kerja karena mereka dapat menyebabkan berbagai
penyakit dan gangguan di dalam lingkungan kerja. Misalnya, virus seperti SARS-CoV-2
(virus penyebab COVID-19) dapat menyebar di lingkungan kerja dan menginfeksi tenaga
kerja, serta mengakibatkan masalah. Sementara itu, bakteri dan jamur dapat menyebabkan
penyakit seperti tuberculosis, dan dermatitis atau infeksi kulit yang dapat mengakibatkan
tenaga kerja hamil, miskin, dan anak-anak terkena gangguan. Vector seperti musuh dapat
menyebar penyakit seperti malaria dan dengue, yang dapat mengakibatkan tenaga kerja
hamil, miskin, dan anak-anak terkena gangguan.
d. Ergonomi dan posisi kerja tidak netral juga dapat mempengaruhi tenaga kerja, seperti
berulang, kelebihan beban, dan meja dan kursi yang tidak ergonomis. Ergonomi
merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji keterbatasan, kelebihan, serta karakteristik
manusia, dan memanfaatkan informasi tersebut dalam memperbaiki sistem kerja agar
lebih efektif dan efisien. Posisi kerja yang tidak netral dan berulang dapat menjadi bahaya
bagi tenaga kerja, karena dapat menyebabkan berbagai masalah seperti kelebihan beban,
jarang ruang, dan statis Ergonomi membantu dalam mengurangi kelebihan beban,
meliputi jarang ruang, dan menjadikan statis lebih efektif
e. Psikosiosial adalah hazard yang terkait dengan interaksi antara dan di antara lingkungan
kerja, yang dapat merusak fisik dan psikologis pekerja Faktor-faktor psikosiosial yang
dapat membahayakan kerja termasuk konflik antar rekan, stress kerja, shift work, beban
kerja, dan karir Konflik antar rekan dapat menyebabkan yang meningkat, yang kemudian
dapat mengakibatkan fisik dan psikologis pekerja Stress kerja dapat disebabkan oleh
faktor-faktor seperti tekanan yang lebih besar di pekerjaan, keadaan fisik lingkungan
kerja yang tidak nyaman, stasiun kerja yang tidak ergonomis, dan kerja shift Shift work
merupakan faktor yang dapat meningkatkan dan gangguan psikologis pekerja, karena
pemakaian jam kerja yang dan bekerja di waktu yang berbeda Beban kerja yang berlebih
atau kurang dapat mengakibatkan yang meningkat, yang kemudian dapat mengakibatkan
fisik dan psikologis pekerja Career-related stress, seperti karir yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan pekerja, dapat meningkatkan dan ganggua psikologis pekerja Untuk
mengurangi efek dari psikosiosial, dan manajer harus memahami dan mengidentifikasi
bahaya psikosiosial dan kerja, serta mengembangkan solusi untuk mengurangi
dampaknya terhadap pekerja.

5. Alat Pelindung Diri


A. Pengertian
Alat pelindung diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
disekelilingnya. Kewajiban ini sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen
Tenaka Kerja republic Indonesia. Alat pelindung diri (APD) merupakan alat yang sangat
penting untuk menunjang dan keselamatan kerja bagi pekerja terutama untuk yang
bekerja dibagian lapangan atau industry. Dampak dari mengabaikan pemakaian APD
biasanya akan terasa dalam waktu jangka, akumulasi dampak tersebut karyawan atau
pekerja telah non produktif, untuk itu sangat penting utuk memakai APD sedini mungkin.
Dasar hukum penggunaan alat pelindung diri (APD) induk dari peraturan perundang-
undangan K3 adalah Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit

6
akibat kerja. Suma’mur (1995) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian alat pelindung diri, yaitu:
1. Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk menjamin
bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang diharapkan.
Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.
2. Pemeliharaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi tempat
kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan
perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.
B. Kriteria Alat Pelindung Diri
Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula beberapa kriteria
dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka, 2008):
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada pekerja atas
potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak
menjadi beban tambahan bagi pemakainya.
3. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis bahayanya maupun
kenyamanan dan pemakiannya.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan lainnya
pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
sebagainya.
C. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya terdiri dari beberapa macam. Alat
pelindung diri yang digunakan tenaga kerja sesuai dengan bagian tubuh yang dilindungi,
antara lain:
1. Alat Pelindung Kepala
Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk
melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau
terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari. Jenis
alat pelindung kepala antara lain:
a). Tutup kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. Tutup
kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.
b). Topi (hats/cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau mesin yang
berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.
2. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia
korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari,
pukulan atau benturan benda keras.
a). Kacamata (spectacles) Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,
debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas yang masuk kedalam
telinga.
a). Sumbat telinga (ear plug) Ear plug dapat terbuat dari kapas, olyeth, karet alami dan
bahan sintetis. Ear plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax) hanya dapat
digunakan untuk sekali pakai (disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan dan olyeth
yang dicetak dapat digunakan berulang kali.

7
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas,
uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan.
Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di
lingkungan kerja. Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan
di olyethyle-perusahaan antara lain :
a). Masker Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih
besar masuk ke dalam saluran pernafasan.
5. Alat Pelindung Tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari dari benda tajam atau
goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus. Sarung tangan terbuat
karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus sarung tangan dari
kain/katun untuk melindungi kontak dengan panas dan dingin.
6. Alat Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras, benda
tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus
7. Alat Pelindung Badan
Digunakan untuk melindungi bagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin,
cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi tubuh
pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai lulut atau overall yaitu menutupi suluruh
bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain dril, kulit, PVC/lene, karet, asbes atau kain
yang dilapisi alumunium.

8
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur K3,
seperti UUD 1945, UU No. 14/1969, dan UU No. 1/1970. Tujuan dari K3 adalah untuk
melindungi pekerja, menjaga keamanan di tempat kerja, memberikan bekal saat bekerja,
menjamin sumber daya, menjaga hidup orang di sekitar, dan meningkatkan kesejahteraan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam industri konstruksi, di mana K3
harus diterapkan di semua tempat kerja termasuk pekerjaan konstruksi. Undang-undang
seperti UU Kesehatan, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jasa Konstruksi, Bangunan Gedung,
dan Ketenagakerjaan mengatur tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Faktor
penyebab kecelakaan kerja meliputi faktor mekanis, lingkungan, dan manusia, serta
sumber bahaya kesehatan tenaga kerja dapat berasal dari berbagai aspek seperti fisik,
kimia, biologi, ergonomi, dan psikosiosial.
Pentingnya Alat Pelindung Diri (APD) juga disoroti dalam makalah ini, di mana
APD sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dari berbagai
bahaya di tempat kerja. Pemilihan APD yang tepat sesuai dengan jenis bahaya yang
dihadapi, serta memenuhi kriteria efektif, nyaman, dan mudah digunakan, dapat
membantu mencegah cedera dan penyakit akibat kerja. Jenis-jenis APD yang disebutkan
meliputi pelindung kepala, mata, telinga, pernafasan, tangan, kaki, dan badan.

2. SARAN
Dari kesimpulan diatas, saran yang dapat kami paparkan sebagai berikut:
1. Pentingnya untuk memperhatikan dan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di tempat kerja, terutama dalam industri konstruksi. Manajemen perusahaan harus
memastikan bahwa semua pekerja memiliki pengetahuan dan perlindungan yang cukup
terkait dengan K3.
2. Perusahaan harus memastikan bahwa Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dan efektif
disediakan untuk pekerja sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi. Pelatihan tentang
pemakaian APD yang benar juga harus diberikan kepada pekerja.
3. Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan terkait K3, seperti UU
Kesehatan, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jasa Konstruksi, Bangunan Gedung, dan
Ketenagakerjaan. Kepatuhan terhadap regulasi ini akan membantu menjaga keselamatan
dan kesehatan pekerja.
4. Manajemen perusahaan harus melakukan evaluasi rutin terhadap faktor penyebab
kecelakaan kerja, baik yang bersifat mekanis, lingkungan, maupun manusia. Tindakan
pencegahan yang tepat harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko kecelakaan
kerja.
5. Peningkatan kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya K3 di kalangan pekerja dan
manajemen perusahaan dapat dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, dan kampanye
keselamatan kerja secara berkala.

9
DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2020). Pengertian K3. Diakses pada tanggal 06 Maret 2024 dari
https://temank3.kemnaker.go.id/page/detail_news/5/62e5d2b779e51361bec18520e075af1
9
Bagaskara. (2024). 3 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja yang Sering Terjadi. Diakses pada
tanggal 06 Maret 2024 dari https://mutucertification.com/faktor-penyebab-kecelakaan-
kerja/
Bagaskara. (2024). Pengertian, Maksud, Serta Tujuan K3. Diakses pada tanggal 06 Maret 2024
dari https://mutucertification.com/pengertian-maksud-tujuan-k3/

10

Anda mungkin juga menyukai