Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

K3 (KESELAMATAN KECELAKAAN KERJA)

“FAKTOR KIMIA”

Disusun Oleh :

MUHAMAD KHOLIQ ANWAR

C.111.20.0024

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SEMARANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugrahnya saya dapat menyelesaikan makalah bertema “Keselamatan dan
Kesehatan Kerja”.

Tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas


yang diberikan dosen pengajar, juga untuk bahan pembelajaran untuk memperluas
pengetahuan bagi para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Kami telah berusaha menyusun makalah ini dengan baik, namun kami
menyadari bahwa kami memiliki kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh karena
itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan dalam penulisan maupun isi
makalah, maka kami memohon maaf yang sebesar besarnya.

Serta dari dosen pengajar sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih untuk pengetahuan bersama.

Semarang, 26 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)...................................................3
2.2. Faktor Ergonomi.................................................................................................4
2.3. Contoh analisis faktor psikologi pada kasus K3..................................................5
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proses pelaksanaan proyek


konstruksi sangat di utamakan oleh perusahaan-perusahaan konstruksi. Jika terjadi
hal-hal yang merugikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama bagi
pekerja. Otomatis merugikan perusahaan konstruksi dalam segi biaya dan waktu.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekarang ini telah menduduki tempat
yang penting dalam perusahaan konstruksi. Karena jika keselamatan dan
kesehatan kerja tidak diutamakan, pekerja pun akan merasa tidak aman untuk
melakukan pekerjaan mereka dan perusahaan bisa rugi dalam segi biaya dan
waktu. Oleh karena itu rasa aman dan nyaman dalam bekerja merupakan tuntutan
bagi perusahaan. Rasa aman dan nyaman dalam bekerja tersebut diwujudkan
dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berupa jaminan kerja
bagi pekerja konstruksi di setiap perusahaan kontruksi.

Untuk mewujudkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang


sesuai dengan yang diharapkan, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan pekerja. Salah satunya faktor karakteristik kesehatan pekerja. Untuk
mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja bisa dimulai
dengan tahapan yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan kerja
dengan menggunakan Alat Pelindung Diri saat bekerja dan menjaga kesehatan
dengan istirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan yang sehat dan
seimbang. Jika hal ini selalu diterapkan oleh pekerja maka produktivitas pekerja
akan semakin meningkat. Kesehatan pekerja dapat terpelihara dan terjaga dengan
baik.

1
Karena sangat pentingnya kesehatan pekerja dan untuk mengurangi
kecelakaan kerja sebagai salah satu jenis risiko kerja, sangat mungkin pada
pekerja proyek konstruksi. Akibat dari kecelakaan kerja bisa bermacam-macam
mulai dari luka ringan, luka parah, cacat sebagian anatomis, cacat sebagian fungsi,
cacat total tetap, bahkan meninggal dunia. Untuk memberikan rasa aman dalam ii
melakukan pekerjaan merupakan tanggung jawab pemberi kerja melalui
pengalihan risiko kepada BPJS ketenagakerjaan dengan membayar iuran Jaminan
Kecelakaan Kerja bagi pekerjaanya yang jumlahnya berkisar antara 0,24% -
1,74% dari upah sebulan, sesuai kelompok risiko jenis usaha (Program jaminan
Sosial Ketenagakerjaan, Bagi pekerja penerima upah)..

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut.

1. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan


pada kasus proyek tersebut?
2. Bagaimana melakukan penanganan dan pencegahan agar tidak terjadi
kecelakaan lagi?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui factor factor apa saja yang dapat menyebabkan


terjadinya kecelakaan pada kasus tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dan pencegahan agar tidak
terjadi kecelakaan yang sama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo


(1995), adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan
bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan,
denda dan hukuman-hukuman lain.

Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai


suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani
tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Forum,
2008, edisi no.11).

Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan


seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam
hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting
dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992).

Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa


iklim yang aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan
kerja dan manajemen. (Suma’mur, 1992).

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri


Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan
kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang

3
lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta
agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

Konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku


yang tidak aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan
yang tidak aman.

2.2. Faktor Ergonomi

Pengukuran dan pengendalian Faktor Ergonomi harus dilakukan pada


Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Ergonomi. Potensi bahaya
Faktor Ergonomi meliputi:

 Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan.
 Desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja.
 Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja

Potensi bahaya di atas bisa dikendalikan dengan beberapa cara sesuai


dengan Pasal 23 angka 4, Permenaker No. 5 Tahun 2018 di bawah ini.

 Menghindari posisi kerja yang janggal.


 Memperbaiki cara kerja dan posisi kerja.
 Mendesain kembali atau mengganti Tempat Kerja, objek kerja,
bahan, desain Tempat Kerja dan peralatan kerja.
 Memodifikasi Tempat Kerja, objek kerja, bahan, desain Tempat
Kerja dan peralatan kerja.
 Mengatur waktu kerja dan waktu istirahat.
 Melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau
baik.
 Menggunakan alat bantu.

4
2.3. Contoh analisis faktor psikologi pada kasus K3

Pada pembahasan kali ini kami mengambil contoh kasus “Kecelakaan


kerja TKI di Malaysia” yang mengakibatkan 10 TKI meninggal dunia pada kamis
malam 28/05/2009

A. Kronologi
KUALA LUMPUR  - Tragedi kembali menimpa warga Indonesia yang
bekerja di Malaysia. Sedikitnya 10 tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Jatim
menjadi korban runtuhnya bangunan mal empat lantai di kawasan Petaling
Jaya, Selangor, Malaysia, Kamis malam (28/5). Di antara jumlah itu, empat
pekerja migran di sektor konstruksi ditemukan tak  bernyawa akibat tertimpa
puing-puing bangunan tersebut yang sedianya dirobohkan. ''Para korban
berasal dari Indonesia. Sampai saat ini datanya kami update setiap saat karena
pencarian korban masih dilakukan,'' jelas Atase Tenaga Kerja KBRI di Kuala
Lumpur Teguh Hendro Cahyono ketika dihubungi Jawa Pos Jakarta tadi
malam (29/5). Menurut dia, melalui kerja sama dengan pemerintah Malaysia,
KBRI telah menempuh segala upaya untuk bisa menemukan para korban asal
Indonesia. Empat korban yang meninggal adalah A. Suki Bin Nahru asal
Sampang, Madura; Mukhamad Masykur asal Pacitan; dan Anwarudin asal
Blitar. Seorang lainnya belum bisa diidentifikasi

5
Dua TKI, yakni Suryono dan Saleh, ditemukan dalam kondisi selamat.
Kini, keduanya dirawat di Rumah Sakit Universiti Malaya (UMMC), Petaling
Jaya. Empat orang lainnya masih dicari, yakni Rouf alias Yanto, Hadi,
Fauzan, dan Maddekip.
Di lokasi reruntuhan juga ditemukan SIM atas nama Arif Turantoi asal
Pacitan. Tapi, belum dipastikan apakah dia juga menjadi korban,'' tutur Teguh.
Gedung yang runtuh tersebut adalah bekas mal atau supermarket yang
sudah berusia 10 tahun. Bahkan, gedung itu sedang dalam proses dirobohkan,
tapi kemudian runtuh belum diketahui penyebabnya. Bekas bangunan tersebut
ambruk  pukul 16.15 waktu setempat Kamis lalu. Gedung yang beralamat di
Sekyen 14 Petaling Jaya itu merupakan bangunan kosong dan menurut jadwal
akan dirobohkan sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Jenazah tiga korban
ditemukan kali pertama dari ruang bawah tanah gedung pukul 14.00 waktu
setempat kemarin. Lantas, mayat para TKI itu diangkat dan dibawa ke rumah
sakit untuk diotopsi. Jenazah korban keempat ditemukan pukul 16.30 waktu
setempat.
Salah satu jenazah diidentifikasi sebagai Mukhammad Masykur, 31. Hal
itu didasarkan pada pengakuan seorang korban selamat, Suryono, 21, sepupu
korban. ''Kami berdua tinggal dalam satu tempat sejak tiba di Malaysia
sembilan bulan lalu. Musibah itu terjadi sejam setelah kami memulai
pekerjaan,'' ungkap Suryono sebagaimana dikutip Teguh.
Suryono menuturkan, musibah tersebut terjadi ketika para pekerja
konstruksi mulai memindahkan balok besi dari lori ke ruang bawah tanah.
Ketika itu, terdengar suara sangat keras. Tiba-tiba, gedung pun runtuh. ''Saya
berlari untuk menyelamatkan diri. Tapi, sepupu saya tidak beruntung. Saya
melihatnya terkubur puing-puing,'' jelasnya..
Suki Bin Nahru, korban tewas asal Sampang, Madura, ternyata sudah
menjadi warga negara Malaysia. Sementara itu, Masykur memiliki paspor
nomor AL 496323 yang dikeluarkan di Blitar tanggal 28/5/2008 dan berlaku
hingga 28/5/2011. Masykur lahir di Pacitan, 7 Juli 1978, dan tercatat
beralamat di Dusun Gayam, RT 03/01, Desa Sidomulyo, Kebonagung,

6
Pacitan. Anwarudin memegang paspor nomor AM 771491. Pria kelahiran
Blitar, 1 Januari 1971, tersebut dipekerjakan oleh Lian Hup Company.
Kemarin adalah hari pertama mereka bekerja. Seorang pekerja yang
ditemukan terluka dan mengalami shock adalah Saleh, asal Sampang, Madura.
Seorang pejabat Balai Kota Petaling Jaya membenarkan bahwa insiden terjadi
sebelum gedung dirobohkan. Sisasisa bangunan bekas Jaya Mal dan
Supermarket yang akan dirobohkan sebenarnya dalam tahap rencana
perobohan.
Polisi Petaling Jaya terus mencari korban hingga tadi malam. Sebab, ada
laporan bahwa sekitar 50 pekerja berada di lokasi ketika insiden terjadi.
Sekitar 100 personel pemadam kebakaran, polisi, serta petugas penyelamat
telah dikerahkan. Tiga ekskavator juga terus membongkar puing-puing. Jalan
di lokasi kejadian ditutup dan lalu lintas dialihkan.
Menteri Besar Tan Sri Abdul Khalid Ibrahim. Dia menambahkan,
penyelidikan tak hanya difokuskan pada  penyebab musibah, tapi juga
memberikan rekomendasi langkah pencegahan agar kasus serupa tidak
terulang. ''Pemerintah (negara bagian) telah minta Dewan Kota Petaling Jaya
untuk memantau kawasan sekitar lokasi dan mendukung investigasi lanjutan,''
Kepala BNP2TKI Mohammad Jumhur Hidayat menyatakan sudah
mengirimkan tim untuk mengidentifikasi para korban ke lokasi. Dia juga
berjanji membantu pencarian identitas dan mengawal hingga jenazah
dipulangkan ke tanah air. ''Ada juga tim di tanah air yang mencari tahu korban
diberangkatkan PJTKI mana, lewat konsorsium asuransi mana. Juga, mencari
alamat keluarga korban,'' ujarnya.
Menurut dia, tim di Malaysia juga akan mengawal proses hukum jika
diperlukan. Walaupun kemungkinan itu murni kecelakaan, dia akan berupaya
para TKI mendapat santunan. Jika ternyata TKI yang teridentifikasi masuk
tidak melalui jalur resmi, Jumhur menegaskan pemerintah tetap akan
bertanggung jawab untuk memberi santunan. ''Ini kecelakaan kerja. Jadi,
sebisa mungkin hak-hak mereka dipenuhi,'' tegasnya. Depnakertrans kemarin
mengirimkan tim khusus untuk menangani pengurusan jenazah, pengobatan,

7
dan evakuasi TKI yang menjadi korban dipastikan akan di tanggung
sepenuhnya oleh pemerintah Malaysia dan diberikan asuransi bagi korban
kecelakaan

B. Penyebab Kecelakaan
1. Peran owner
a. Tingkat kompetisi yang tinggi cenderung meminimalkan harga
sehingga keselamatan kurang diperhataikan.
 b. Client dalam posisi untuk mengontrol setiap tingkat dari keselamatan
melalui penawaran yang diajukan kontraktor.
2. Peran perencana
a. Peran perencana belum sepenuhnya memberikan training keselamatan
secara intensive.  
b. Kurangnya pengetahuan dan latihan antara kontraktor dan pekerja.
c. ketidak tepatan perencanaan konstruksi yang dapat menyebabakan
kecelakaan sebesar 28,80%.
d. factor-faktor kunci perencanaan keselamatan:
o perubahan mindset perencana menuju pola pikir keselamatan.  
o peningkatan pengetahuan perencana tentang konsep keselamatan.
o menyertakan aspek keselamatan pada tahap desain.
o membuat alat-alat dan pedoman kerja yang memperhatikan
keselaamatan.

3. Faktor konstruksi

a). kesukaran desain seperti langit-langit lengkung dll, padahal seharusnya


desain konstruksi suatu bangunan harus memiliki desain yang mamadai
dan memenuhi standar keselamatan. Maksudnya disini ialah suatu
bangunan selain memiiki desain yang indah juga harus memiliki
desain/rancangan bangunan yang kuat dan kokoh. Karena desain suatu
bangunan yang asal asalan akan mempengaruhi kekuatan bangunan

8
yang akan di bangun Sehingga dengan begitu konstrusi suatu bangunan
memiliki desain yang yang memenuhi standar keselamatan.  

b). Peralatan yang digunakan dalam pembangunan gedung tersebut kurang


memadai/tidak berstandar nasional (SNI). pada dasarnya dalam
pembangunan suatu gedung membutuhkan peralatan yang memedai,
peralatan yang dapat mendukung sepenuhnya pekerjaan pembangunan
suatu konstruksi bangunan.  peralatan Standar Nasional
Indonesia (SNI).dengan begitu suatu bangunan dapat dikerjakan sesuai
dengan standart operation procedures (SOP) sehingga akan tercipta
suatu konstruksi  bangunan yang kokoh dan kuat.

c). Material yang digunakaan dalam pembangunan gedung tersebut kurang


bermutu dan belum berstandar naasional. Disamping itu pembangunan
atau pemasangan material kurang disiplin dan tidak memperhatikan
aspek pemasangan material secara benar. Seharusnya pemasangan
Material dalam suatu konstruksi bangunan, material/bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan suatu gedung harus benar-benar perlu
diperhatikan, karena bahan/material yang akan digunakan dalam
konstruksi suatu bangunan memegang peranan utama kokoh dan
tidaknya konstruksi bangunan tersebut. bagaimana mungkin suatu
bangunan dapat berdiri dengan kokoh jika bahan/material yang akan
digunakan dalam pembuatan gedung tersebut tidak memenuhi standart,
Dalam proses pemasangan ataupun pelaksanaan konstruksi diperlukan
kedisiplinan.Sebagai contoh, sifat alami beton merupakan material yang
amat baik untuk menahan tekan namum amat peka (lemah) terhadap
tarik. Bila terkena gaya tarik melebihi ambanag batasnya pada proses
pembuatannya ataupun saat operasionalnya dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya kegagalan konstruksi. selain kualitas bahan yang
digunakan takaran dalam pencapuran bahan bahan material juga perlu
diperhatikan agar tercipta bahan bangunan yang berkualitas.

9
d). Pengambilan data tentang struktur dan sifat tanah sebelum
pembangunan gedung tersebut kurang diperhatikan. Padahal sebenarnya
Pengambilan data lapangan harus benar-benar diperhatikan untuk
menghasilkan perencanaan struktur yang baik dan aman. Sebagai
contoh, data-data tentang tanah, apabila didapatkan secara sekunder saja
tanpa pengambilan secara fisik di lapangan akan menghasilkan
rekomendasi yang semu atau bias. Dari proses penyelidikan tanah yang
tidak benar ini  berpotensi terhadap terjadinya kegagalan konstruksi.
Penelitian teknik saat perencanaan didefinisikan sebagai kegiatan
mengumpulkan dan merekam semua data yang diperlukan dalam proses
pelaksanaan konstruksi. Dalam industri konstruksi, penelitian teknik
meliputi penelitian lapangan, geoteknik, material yang akan dipakai,
metode pelaksanaan yang akan diaplikasikan. Rekomendasi teknik yang
baik merupakan hasil dari penelitian yang akurat. Selanjutnya,
rekomendasi teknik yang  baik akan mengarah kepada perencanaan
struktur yang akurat dan aman. Sebaliknya, bila penelitian lapangan
dilakukan dengan tidak mematuhi standar operasional prosedur, akan
menghasilkan rekomendasi dengan kualitas semu.

C. Analisis mengapa kasus tersebut masuk ke dalam factor Ergonomi

Dalam kasus di atas para pekerja tidak beritahu oleh owner dan perencana
bahwa gedung atau bangunan tersebut tidak layak. akibatnya bangunan tersebut
runtuh dan memakan 10 korban yaitu para pekerja itu sendiri, dan seharusnya
tempat tersebut sudah tidak bisa digunakan untuk bekerja karna bangunan
tersebut berupa bangunan bekas mall atau supermarket yang sudah berusia 10
tahun dan gedung itu sedang dalam proses dirubuhkan.

10
D. Saran

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam kasus


diatas, antara lain:

1. Peran owner

a) Owner harus aktif terlibat dalam pengawasan kontraktor. Agar angka


kecelakaan konstruksi cenderung turun/rendah.
b) Owner ikut dalam safety meeting . memperkerjakan supervisor
keselamatan secara full time.

2. Peran perencana
a) ada dua tingkat fasilitas umpan dari suatu kasus kecelakaan
 safety management.  
 proses perencanaan keselamatan untuk masa depan.  
 perlunya dukungan computer based system.
b) perencanaan harus mempertanggungjawabkan terhadap keselamatan dalam
karya perencanaan.

3. Peran kontraktor

a. kontraktor harus mempertimbangkan factor keselamatan pada tahap


penawaran dan semua tahap dari proyek suatu konstruksi.
b. evaluasi terhadap pengawas tentang keselamatan ; top manager
membahas keselamatam pada saat mengunjungi  pekerjaan. Akan
mengurangi kecelakaan
c. peningkatan control, misalnya: kunjungan tiap minggu dari top
management, akan mengurangi tindak kecelakaan.
d. Suprvisor bisa memebahas suatu konflik dengan bawahannya,
mempunyai prestasi pengurangan kecelakaan yang lebih tinggi.

11
e. Pelatihan kepala pekerja , adanya laporan kekepala perusahaan , adanya
penghargaan keselamatan kepada para  pekerja.
f. Oficier keselamatan yang full-time. Dukungan yang kuat dari top
management. Monitoring terhadap pengawas.
g. Perhaatian dari top management , monitoring keselamatan pengawas
yang membantu pekerja baru dan punya  pengertian kepada pekerja.
h. Memberikan kepelatian penggunaan peralatan suatu konstruksi
bangunan supaya pekerja dapat memaksimalkan  peralatan yang ada
sehingga bangunan memliki standar keselamatan.
i. Ada hubungan yang signifikan antara iklim keselamtan dan perilaku
kerja yang selamat, tekanan pada pekerja tak  berpengaruh langsung
dengan iklim keselamatan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya kecelakan merupakan proses interaksi dari faktor-faktor


penyebab yang menimbulkan peluang terjadinya hal tersebut. Kecelakaan bukan
merupakan sebuah kejadian tunggal yang spontanitas terjadi, tetapi ia telah
didahului oleh insiden-insiden kecil sehingga pada tahap akhirnya akan
menyebabkan accident atau kecelakaan tersebut (FTA). Kecelakaan bukan
kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Kecelakaan dapat
dicegahdengan menerapkan prinsip sistem K3 dan pendekatan pencegahan
kecelakaan.Pada kasus Agus icing ini, seharusnya kecelakaan dapat dihindarkan
denganmelakukan tindakan preventif seperti berhati-hati dan menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai ketentuan. Jika saja hal tersebut dilakukan oleh
korban maka kecelakaan dapat dihindari

13

Anda mungkin juga menyukai