Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL OBSERVASI

DALAM UPAYA PENGURANGAN RESIKO PENYAKIT AKIBAT


KERJA (PAK) DAN HAZARD PADA PEGAWAI PABRIK ROTI
LARIS DI DAERAH BABAKAN MATARAM
“Streching Ringan Untuk Mengurangi Nyeri Otot Dan Sendi”

DOSEN PENGAMPU : HARLINA PUTRI RUSIANA.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 10:

1. Ni Nyoman Chrisna Ayu P. D (031 STYC20)


2. Darmi Echi Anatia (009 STYC20)
3. Wiwin Hendriayani (051 STYC20)
4. Kasfiatul Izzaty

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
kami dapat menyelesaikan proposal mata kuliah Keselamatan Pasien &
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan berjudul “Proposal Dan
Laporan Hasil Observasi Dalam Upaya Pengurangan Resiko Penyakit Akibat
Kerja (PAK) Dan Hazard Pada Pegawai Pabrik Roti Laris Di Daerah Babakan
Mataram” ini.
Penyusunan proposal ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan proposal ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
proposal ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan proposal ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari proposal yang sederhana


ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada proposal berikutnya.

Mataram, 26 Desember 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3
2.1 Konsep Teori K3 ........................................................................................ 3
2.2 Konsep Teori Penyakit Akibat Kerja ......................................................... 5
2.3 Konsep Hazard ........................................................................................... 8
2.4 Konsep Teori Pabrik Roti .......................................................................... 10
2.5 Konsep Teori Ergonomi ............................................................................. 14
BAB III HASIL OBSERVASI ...................................................................... 18
3.1 Deskripsi Pelaksanaan ................................................................................ 18
3.2 Hasil Pengamatan ....................................................................................... 18
3.3 Kesimpulan ................................................................................................ 20
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN ....................................................... 21
4.1 Latar Belakang Hazard dan Penyakit Akibat Kerja di Pabrik Roti........... 21
4.2 Tujuan ....................................................................................................... 22
4.3 Metode Pelaksanaan .................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25
LAMPIRAN .................................................................................................... 26
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Observasi ...................................................... 26
Lampiran 2 : Dokumentasi ............................................................................... 32
Lampiran 3 : Jurnal ......................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di suatu perusahaan industri, faktor keselamatan kerja menjadi peranan
yang sangat penting. Oleh karena itu, harus banyak diperhatikan dan dijaga
agar perusahaan mampu mengantisipasi secepat mungkin terjadinya
kecelakaan akibat kerja, yaitu timbulnya kecelakaan yang berhubungan
dengan aktivitas kerja, baik secara langsung dan secara tidak langsung di
perusahaan. Keselamatan kerja mempunyai latar belakang sosial-ekonomis
dan kultural yang lebih luas. Keadaan ekonomi bersangkutan dengan
permasalahan keselamatan kerja.
Tujuan dari keselamatan kerja diantaranya yaitu untuk melindungi tenaga
kerja atas keselamatannya untuk melalukan pekerjaan,meningkatkan
kesejahteraan hidup karyawan atau pekerja, meningkatkan produksi serta
menjaga agar sumber-sumber produksi dapat terpelihara dengan baik sehingga
dapat dipergunakan secara efisien dan aman dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. (Ishaq. 2010)
Setiap perusahaan atau hampir semua perusahaan yang menerapkan sistem
keselamatan menetapkan indikator keberhasilan adalah tidak terjadinya
kecelakaan atau kehilangan waktu kerja karena kecelakaan. Target yang
ditetapkan adalah nol kecelakaan (Zero Acciden) atau nol cedera waktu yang
hilang (Zero Lost Time Injury). Angka zero accident atau zero lost time injury
adalah hasil dari suatu proses pengendalian bahaya atau sumber bahaya
sehingga tidak terjadi kecelakaan. (Ishaq. 2010)
K3 khususnya di toko Roti untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja,
stress, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja lingkungan kerja harus
didesain sedemikian rupa agar memenuhi persyaratan fisik sesuai peraturan
kesehatan kerja. Persyaratan fisik tempat pengolahan makanan antara lain
meliputi 6 yaitu: Desain bangunan tempat kerja, Desain perabot kerja, Desain
penyimpanan peralatan, Desain lantai dan saluran pembuangan limbah,
Penerangan dan Ventilasi pertukaran udara di ruang pengolahan. (Ishaq.
2010).

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada pegawai atau pekerja Pabrik Roti Laris di
Babakan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pegawai atau
pekerja Pabrik Roti Laris di Babakan
b. Untuk mengetahui tentang keluhan atau penyakit yang dialami yang
berhubungan dengan pekerjaan pada pegawai atau pekerja Pabrik Roti
Laris di Babakan
c. Untuk mengetahui sumber-sumber resiko penyebab PAK terhadap
pegawai atau pekerja Pabrik Roti Laris di Babakan.
d. Untuk mengetahui upaya penerapan K3 yang dijalankan oleh Pabrik
Roti Laris di Babakan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori K3
2.1.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan untuk mencapai
tujuan yang produktivitas setinggi-tingginya. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan
seperti proyek pembangunan gedung seperti apartemen dan tanpa
terkecuali di bidang kesehatan yaitu di rumah sakit dan lain-lain, karena
penerapan K3 itu sendiri dapat mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen
dalam upaya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Ketimpangan tersebut menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan
kerja. Dengan semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan kerugian
akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam proses
produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif, menyeluruh, dan
terintegrasi dalam manajemen perusahaan. Manajemen K3 dalam
organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan semangat
pekerja dan memungkinkan mereka memiliki keyakinan dalam
pengelolaan organisasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi
bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi(
Rijanto, 2010 ).
2.1.2 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bermanfaat untuk memelihara
dan melindungi derajat kesehatan tenaga kerja dari faktor/ bahaya yang
dihadapi di tempat kerja untuk mencapai produktivitas dan kesejahteraan
tenaga kerja.

3
2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja menurut Joint ILO/WHO Committee tahun 1995
antara lain :
a. Mempromosikan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan
sosial pekerja.
b. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja.
c. Melindungi pekerja dari resiko terhadap faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja yang
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.
e. Menyesuaikan manusia pada pekerjaannya.
2.1.4 Aspek Terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat terkait dengan kesehatan tenaga
kerja, yang dipengaruhi oleh 3 faktor berikut, yaitu :
1. Beban kerja baik beban secara fisik maupun mental
2. Kapasitas kerja , yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Keterampilan
b. Kesegaran jasmani dan rohani
c. Status kesehatan dan gizi
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Ukuran tubuh
3. Lingkungan kerja, meliputi antara lain :
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi
d. Ergonomic
e. Psikologi

4
2.2 Konsep Teori Penyakit Akibat Kerja
2.2.1 Penyakit Akibat Kerja
Pekerjaan yang dikerjakan dengan cara kerja yang tidak tepat, serta
fasilitas lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan ergonomi kerja dalam
jangka waktu tertentu akan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
akibat kerja. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permenaker No.1 Tahun 1981).
Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa PAK sangat terkait erat
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, untuk jangka waktu
tertentu.

2.2.2 Jenis Penyakit Akibat Kerja


Beberapa jenis penyakit akibat kerja yang kemungkinan terjadi di area
dapur dan pelayanan makanan antara lain :
1. Hernia : akibat sering membawa beban berat.
2. Gangguan otot dan sendi : cara mengangkat yang salah, kelelahan.
3. Varises : berdiri terlalu lama.
4. Kejang panas : terlalu lama terpapar panas dan suhu panas.
5. Stress : monoton, isolasi pekerjaan, tekanan pekerjaan.
2.2.3 Faktor Penyebab PAK
Berdasarkan faktor penyebabnya PAK dikelompokkan atas :
1. Faktor Fisik
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Suhu Tinggi Heat stress, heat cramp
Suhu Dingin Frostbite
Kebisingan Kehilangan pendengaran (hearing loss)

5
Getaran Reynold disease
Tekanan Caisons disease

2. Faktor Ergonomi
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Beban Kerja Hernia
Cara Kerja Trauma otot dan sendi
Posisi Kerja Tidak Penyakit musculoskeletal
Ergonomis
Gerak Repetitive Carpal tunnel syndrom
Kontraksi Statis Kelelahan

3. Faktor Kimia
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Zat Iritan Iritasi selaput lendir
Zat Korosif Luka bakar
Zat Karsinogenik Kanker
Zat Alergen Dermatitis, Asma
Zat Mutagenik Mutasi genetik/kanker

4. Baktor biologi terkait dengan binatang pengerat atau mikroorganisme


yang dapat menyebabkan penyakit.
2.2.4 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui :
1. Pengaturan tempat kerja, disain tempat kerja disesuaikan dengan
anatomi tubuh manusia.
2. Pemilihan dan Peraturan Peralatan kerja (Tools and Equipmen)
3. Pengaturan cara kerja.
4. Pencatatan dan pelaporan.
5. Penanganan kasus dan treatment.
Upaya untuk mencegah atau mengurangi terjadinya PAK dapat ditinjau
dari faktor penyebabnya antara lain adalah :

6
1. Alat
Gunakan alat pelindung diri atau pilihlah peralatan yang lebih aman
untuk digunakan khususnya pada beberapa peralatan yang dapat
berdampak pada kesehatan antara lain , computer, mesin jahit,peralatan
yang bergetar atau menimbulkan bising dan peralatan lain-lain.
2. Manusia
Faktor manusia yang menjadi penyebab terjadinya PAK adalah cara
melakukan pekerjaan atau cara kerja. Cara kerja yang tidak benar akan
mempengaruhi postur tubuh, misalnya saat mengangkat barang, saat
memindahkan barang dan lain-lain. Untuk mencegah PAK berkaitan
dengan perubahan postur tubuh, maka perhatikan aturan-aturan
berikut :
a. Hindari kegiatan melekukkan kepala dan leher kedepan
(menunduk) atau melekukkan kebelakang (mendongak).
b. Hindari melekukkan badan kedepan (membungkuk).
c. Hindari gerakan memutar dan asimetrik. Jika harus berputar
usahakan hanya sampai dua pertiga putaran.
d. Usahakan untuk menggunakan kursi dengan sandaran
(backrest), dan duduk pada posisi bersandar pada sandaran
(posisi tegak).
e. Pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar, posisi tubuh
tegak dan lekukan siku pada posisi 90-120 derajat, sehingga
tubuh berada optimal untuk mengeluarkan tenaga.
f. Jika bekerja pada posisi berdiri, usahakan dapat sesekali duduk
pada waktu senggang untuk relaksasi otot kaki.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja
antara lain faktor lingkungan fisik, kimia dan lingkungan sosial. Untuk
mencegah terjadinya PAK, maka lingkungan fisik dan kimia perlu
didisain sesuai dengan standar kesehatan kerja. Disamping itu perlu
diciptakan hubungan sosial yang erat antar pekerja yang akan

7
membantu terwujudnya kesehatan kerja. Faktor lingkungan yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya PAK antara lain :
a. Pengaturan beban kerja, antaralain :
1) Pembebanan tidak melebihi 30-40% dari kemampuan kerja
maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
2) Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban maksimum untuk
tenaga kerja Indonesia adalah 40kg.
3) Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali
maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan.
4) Denyut nadi setelah bekerja tidak melebihi 30-40x/menit di
atas denyut nadi sebelum bekerja.
5) Tidak mengangkat beban lebih dari 4,5 kg pada posisi duduk.
6) Tidak mengangkat beban lebih dari 16-20 kg saat berdiri.
7) Alat bantu mekanik dan tim mengangkat harus di rancang
untuk megurangi risiko cidera yang berkaitan dengan beban 16
kg s.d 55 kg.
8) Tidak mengangkat, menurunkan atau membawa beban lebih
dari 55 kg tanpa bantuan mekanis yang tersedia.
b. Letak objek kerja 10 s.d 20 cm lebih tinggi dari siku untuk
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.
c. Letak objek kerja 10 s.d 20 cm lebih rendah dari siku untuk
pekerjaan yang membutuhkan penekanan dengan tangan.
d. Bahan kimia yang digunakan saat bekerja dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja, misalnya pestisida, insektisida, atau bahan
saniter, dan bahan kimia lainnya dapat menyebabkan PAK.
Tempatkan bahan kimia berbahaya bagi kesehatan di ruang
penyimpanan khusus dan wadah tertutup rapat.
2.3 Konsep Teori Hazard
2.3.1 Pengertian Hazard
Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa
pada barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi), misalnya
pestisida yang ada pada sayuran ataupun panas yang keluar dari mesin

8
pesawat. Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa menimbulkan
dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila tidak
ada kontak (exposure) dengan manusia. Sebagai contoh, panas yang
keluar dari mesin pesawat tidak akan menimbulkan kecelakaan jika kita
tidak menyentuhnya. Proses kontak antara bahaya dengan manusia ini
dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Manusia yang menghampiri bahaya.
2. Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.

Hazard adalah aktivitas,obyek, komponen yang dianggap dapat


menimbulkan kerusakan atau terganggunya proses/aktivitas didalamnya
hingga kecelakaan kerja(Cooling,1990). Hazard Identification (HIRA)
adalah suatu metode pengukuran/penentuan resiko dari hazard sehingga
dapat diprediksi tingkat resiko dan impact dari hazard yang
ada(Labovsky,J, 2006 ). Hazard Identification(HAZID) merupakan
sebuah proses identifikasi hazards sebagai langkah awal penentuan
analisis resiko. Terdapat dua tujuan utama dalam identifikasi hazard
yakni untuk mendapatkan daftar hazard dan urutannya berdasarkan
tingkat resiko serta untuk mendapatkan penilaian kualitatif hazards dan
cara untuk mengurangi tingkat resiko hazard.

2.3.2 Jenis-jenis Hazard


Dalam terminologi kesehatan dan keselamatan kerja, bahaya
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya
kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian,
serta kerusakan properti perusahaan. Dampaknya bersifat akut.
Jenis bahaya keselamatan antara lain :
a. Bahaya mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik
seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.

9
b. Bahaya elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus
listrik.
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang
bersifat flammable (mudah terbakar)
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang
bersifat explosive
2. Bahaya kesehatan kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.
Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain :
a. Bahaya fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non
pengion, suhu ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau
bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, fumes, gas
c. Bahaya biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk
hidup yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus,
jamur yang bersifat patogen.
d. Bahaya psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,
hubungan dengan kondisi kerja yang tidak nyaman.
2.4 Konsep Teori Pabrik Roti
2.4.1 Definisi Pabrik Roti
Pabrik roti adalah tempat memproduksi makanan yang berbahan dasar
tepung dan dipanggang di dalam oven. Perang Dunia II mempengaruhi
industri roti secara signifikan di Britania Raya. Sekolah pembuat roti
ditutup, sehingga tidak ada regenerasi pembuat roti yang terampil. Hal
ini pun mendorong pengembangan metode baru untuk memenuhi
permintaan roti. Metode tersebut antara lain penambahan bahan kimia
ke dalam adonan, dan pembuatan mesin-mesin baru. Metode pembuatan
roti tradisional pun hampir seluruhnya tergantikan oleh metode baru.
Metode lama dianggap kurang efektif dan lebih mahal, sehingga pada
masa itu pembuat roti tradisional makin sulit dijumpai.

10
2.4.2 Bahan Dasar Pembuatan Roti
1. Beras Ketan
Komponen kimia yang utama pada serealia adalah karbohidrat
terutama pati kira-kira 80 % dari bahan kering, protein kira-kira 15
% dari bahan kering, dan lemak kira-kira 5 % dari bahan kering
serta mineral kira-kira 2 % (Buckle, 1985).
2. Mentega
Fungsi mentega dalam bahan pangan khususnya dalam kue dan
roti antara lain: memperbesar volume bahan pangan, menyerap
udara, stabilizer, membentuk cream, memperbaiki keeping quality
dan memberikan cita rasa gurih dalam bahan pangan.
3. Telur
Selain meningkatkan nilai gizi masakan, telur juga penting
dalam masak-memasak karena telur mempunyai beberapa sifat fisik
yang bermanfaat meliputi:
a. Pengental dan pengikat. Karena putih telur terkoagulasi jika
dipanaskan. Telur digunakan sebagai agensia pengental dalam
masakan seperti puding telur dan sebagai agensia pengikat pada
produk seperti risoles.
b. Pengemulsi. Kuning telur mengandung leshitin (suatu agensia
pengemulsi dan dapat digunakan dalam penyiapan mayones
serta emulsi lain).
c. Pembusa. Apabila putih telur dikocok, udara akan terjebak dan
protein terkoagulasi sebagian, membentuk busa ini adalah dasar
meringue.
4. Gula
Gula adalah istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri
pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang
diperoleh dari tebu (Buckle, 1985).
Penggunaan gula dalam adonan selain memberi rasa manis juga
berfungsi mengempukkan adonan dan sebagai anti oksidan.

11
Penambahan gula terlalu banyak dapat menyebabkan adonan hancur
atau meleleh saat pemanggangan, karena terbentuknya butiran keras
(set form) akibat koagulasi pati dan gluten tepung (Ketaren, 1986)
5. Soda Kue
Tepung soda kue merupakan bahan pengembang adonan yang
umum digunakan dalam pembuatan roti. Bahan ini terdiri NaHCO3
dan tepung. Ada dua macam soda kue yaitu soda kue dengan
aktivitas lambat atau aktivitas ganda dan soda kue dengan aktivitas
cepat atau aktivitas tinggi. Pemilihan jenis soda kue akan
mempengaruhi elastisitas dan plastisitas adonan. Soda kue aktivitas
lambat melepaskan CO2 setelah adonan terbentuk menghasilkan
retak-retak pada tepi biskuit. Bila digunakan suhu awal
(pembakaran roti) rendah maka diperoleh volume produk yang lebih
besar. Tetapi bila kenaikan suhu kurang cepat, volume akan kecil
dan untuk menghindarinya, suhu pembakaran dibuat merata
(Winarno, 2002).
2.4.3 Proses Pengolahan Roti
1. Pencuncian dan Perendaman
Proses pencucian dan perendaman biasa dilakukan terhadap produk
hasil pertanian sebelum mengalami proses lebih lanjut. Tujuan
pencucian dan perendaman yang utama adalah :
a. Menghilangkan bahan asing yang terdapat pada hasil pertanian
yang dapat mempengaruhi mutunya.
b. Mengurangi jumlah bakteri atau jenis mikroba lain.
c. Menginaktifkan enzim apabila digunakan air panas (hangat)
untuk perlakuan pencucian atau perendaman.
d. Mendapatkan kenampakan hasil pertanian yang bersih dan
menarik.
2. Penggilingan
Penggunaan proses penghancuran yang paling luas dalam industri
pangan kemungkinan adalah penggilingan butir-butir gandum
menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini digunakan untuk

12
berbagai tujuan seperti pengolahan jagung menjadi tepung jagung,
penggilingan gula dan pengolahan bahan kering seperti sayuran.
3. Penyaringan
Bahan digoyang atau digerakkan di atas saringan halus atau kain
saring, sehingga partikel yang lebih kecil dari ukuran lubang
saringan dapat lolos ke bawah dengan pengaruh gaya gravitasi.
4. Pengocokan Telur
Perlakuan mekanis seperti mengocok putih telur menyebabkan
terjadinya koagulasi parsial pada protein. Protein pada putih telur
tersebut adalah albumin yang mengurung buih sehingga buih
menjadi stabil. Buih pada putih telur tersebut dapat dibuat lebih
stabil dengan penambahan gula secara perlahan.
5. Pencampuran Adonan
Pencampuran adalah penyebaran satu komponen ke komponen lain
yang dimulai dengan mengelompokkan masing-masing komponen
dalam wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama
lain dalam bentuk komponen murni. Jadi apabila contoh diambil
dari tiap wadah, setelah dianalisa maka akan terlihat keseragaman
jenis komponen tersebut. Ketika pencampuran dilakukan contoh
akan menunjukkan peningkatan proporsi salah satu komponen
daripada proporsi yang diperkirakan dari seluruh proporsi dalam
wadah. Pencampuran yang sempurna kemudian didefinisikan bahwa
besar proporsi masing-masing komponen dalam campuran adalah
sama.
6. Proses Pengembangan
Proses pemanggangan roti sebenarnya adalah merupakan langkah
akhir dan sangat penting dalam memproduksi roti. Melalui suatu
penghantar panas suatu masa adonan yang tidak polatabel diubah
menjadi suatu produk yang ringan, mudah dicerna, dan sangat
komplek dan mendasar. Aktivitas biologi yang telah terjadi dalam
adonan dihentikan oleh pemanggangan disertai hancurnya mikrobia
dan enzim yang ada.

13
2.5 Konsep Teori Ergonomi
2.5.1 Definisi Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON
(KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) . Dengan ini dimaksudkan
dengan ergonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam
hubungannya dengan pekerjaan . Ergonomi adalah ilmu, seni dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik
maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik.
Tujuan dari studi ergonomi adalah merancang benda-benda
fasilitas dan lingkungan , sehingga efektifitas fungsionalnya meningkat
dan segi-segi kemanusiaan seperi kesehatan, keamanan dan kepuasan
dapat terpelihara. Ergonomi memiliki 2 (dua) aspek sebagai cirinya,
yaitu: Efektifitas sistem-sistem dengan manusia didalamnya dan sifat
memperlakukan manusia secara manusiawi. Untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut pendekatan Ergonomi, merupakan penerapan
pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia secara sistematis
dalam perancangan sistem-sistem Manusia-Benda, Manusia-Fasilitas
dan Manusia-Lingkungan. Dengan kata lain perkataan Ergonomi adalah
suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam beinteraksi dengan objek-
objek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari.
2.5.2 Manfaat Ergonomi
Menurut Pheasant (2003) ada beberapa manfaat ergonomi, yaitu :
1. Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara
ekonomi. Hal ini antara lain disebabkan oleh:
a. Efisiensi waktu kerja yang meningkat.
b. Meningkatnya kualitas kerja.
c. Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif
rendah.
2. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan, yang berarti:

14
a. Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Hal ini cukup
berarti karena biaya untuk pengobatan lebih besar daripada
biaya untuk pencegahan.
b. Dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat
darurat.
3. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau
didesain:
a. Pakaian kerja
b. Workspace
c. Lingkungan kerja
d. Peralatan/ mesin
e. Consumer product
2.5.3 Prinsip Ergonomi
Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi aman bagi
pekerja/manusia dan efisiensi kerja meningkat maka tercapai
kesejahteraan manusia. Keberhasilan aplikasi ilmu ergonomi dilihat dari
adanya perbaikan produktivitas, efisiensi, keselamatan dan diterimanya
sistem desain yang dihasilkan (mudah, nyaman dan sebagainya)
(Pheasant, 1999). Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat
ditentukan pekerjaan apa yang layak digunakan agar mengurangi
kemungkinan keluhan dan menunjang produktivitas. Penerapan
ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan (Anies, 2005), yaitu:
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, modifikasi atau
perbaikan dari proses yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini
adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya
terkait dengan tenaga kerja dan proses kerja yang sedang
berlangsung.
2. Pendekatan Konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat
efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika terkait

15
dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi,
prinsipprinsip ergonomi telah diterapkan. Penerapannya bersama-
sama dengan kajian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial
budaya dan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan
pendekatan teknologi tepat guna.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi
(Anies, 2005) :
1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin
sehingga didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
3. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi
tubuh dan anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan
efisien.
4. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah
meningkat 10 s/d 20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-
otot yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih
banyak.
5. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan
dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk
merencanakan tempat kerja dan perlengkapan yang dipergunakan,
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling
alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang
dibutuhkan.
2.5.4 Solusi Yang Ditawarkan
Pada Pabrik Roti Laris solusi yang ditawarkan mahasiswa untuk
mengurangi resiko penyakit akibat kerja (PAK) terutama pada faktor
ergonomis yaitu :
1. Memanajemen waktu kerja sesuai dengan standar kepegawaian
yaitu 8 jam sehari.
2. Meminimalkan beban kerja dengan membagi-bagi pekerja sesuai
dengan keahliannya.

16
3. Meminimalkan resiko ergonomis seperti nyeri sendi dan otot
dengan mengoptimalkan pemanfaatan alat-alat seperti mixer untuk
menguleni adonan.

17
BAB III
HASIL OBSERVASI

DAFTAR PERIKSA PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3) LINGKUNGAN NON MEDIS:
3.1 Deskripsi Pelaksanaan
Hari / tanggal : Jumat, 24 Desember 2021
Tempat/ Alamat : Babakan, Mataram.
Nama : Pabrik Roti Laris
3.2 Hasil Pengamatan
Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengumpulkan dan mengambil
data, serta melihat secara langsung ke pabrik roti Laris di bagian produksi.
No Bahan/Kondisi Potensi Kecelakaan Alternative Penanganan
I Lingkungan Fisik
1. Mixer Tangan bisa terpotong Menggunakan alat untuk
terkena baling- memasukan adonannya,
balingnya. dan APD lainnya.
2. Pembakaran/Oven Oven meledak di Harus ada pengecekan
besar sebabkan oleh terlebih dahulu dengan
bocornya gas. teliti,kemudian
menggunakan APD yang
di butuhkan.
3. Penggorengan Terkena tumpahan Harus menggunakan
minyak panas ketika Apron dada atau celemek,
roti di jatuhkan ke dan sarung tangan. Untuk
penggorengan mencegah terkena minyak
panas.
4. Penerangan Jika ruangan kurang Seharusnya pabrik
terang digunakan menyediakan penerangan
untuk bekerja dapat yang memadai untuk
mengakibatkan kenyamanan para
kecelakaan fisik pekerjanya.

18
5. Alat pemadam Kebakarn terjadi tidak Pabrik harus menyediakan
kebakaran dan ada alat penanganan alat penanganan pertama
P3K pertama dan jika seperti alat pemadam dan
terjadi kecelakaan kotak P3K untuk
kerja kotak P3K tidak karyawannya.
ada tersedia.
II Lingkungan
Biologis
1. Atap Jatuh akibat atap yang Menggunakan atap yang
terlalu rapih dan terbuka agar asap atau
kurang kuat karena radiasi panas yang
terbuat dari seng yang dihasilkan oleh oven
mudah korosif. ataupun kompor dapat
menyebar ke udara dan
tidak menumpuk di
ruangan.
2. Lantai Terpeleset karena Harus selalu
lantai yang licin membersihkan lantai
terkena tumpahan tempat bekerja untuk
minyak tidak di menghindari terpeleset
bersihkan kembali. atau tergelincir.
3. Limbah Penumpukan limbah Harus di buatkan tempat
dapat menyebabkan pembuangan limbah di
sumber penyakit baik luar ruangan agar tidak
bagi pekerja dan berdekatan dengan
terkontaminasi pada produksi roti di dalam
makanan yang ruangan.
diproduksi.
III Kimiawi
1. Bahan Kimia Tidak ada Seharusnya tetap
penanggulangan diajarkan dan di berikan
terkait bahan kimia pendidikan terkait

19
pada pabrik ini karena penanganan bahan kimia.
pembuatan roti tidak
menggunakan
pengawet ataupun
bahan kimia apapun.
IV Lingkungan
Psikosisoal
1. Jamsostek Jika terjadi kecelakaan Seharunya perusahaan
perusahaan tidak menyediakan jaminan
menanggung berupa kesehatan untuk karyawan
jaminan kesehatan agar terjamin keselamatan
tapi hanya kerja mereka di
memberikan uang lingkungan perusahaan.
ganti rugi.
2. Asuransi Perusahaan tidak Sedikit ataupun banyak
kebakaran, peledak menanggung asuransi karyawan jika tentang
dsb apapun dengan alas an keselamatan tetap pabrik
pabrik usaha kecil ataupun perusahaan
dengan karyawan menjamin keselamatan
yang sedikit. para pekerjanya.

3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan/ pabrik
yang bernama Pabrik Roti Laris maka dapat diambil kesimpulan secara umum
yang ada di Pabrik Roti Laris yaitu:
1. Perusahaan kurang memperhatikan kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi optimalisasi pekerjaan karyawan.
2. Perusahaan kurang mengoptimalkan alat-alat perusahaan yang dapat
meminimalkan beban kerja karyawan.
3. Perusahaan kurang meningkatkan SOP yang ada di perusahaan, untuk
lebih mementingkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

20
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN

4.1 Latar Belakang Hazard dan Penyakit Akibat Kerja di Pabrik Roti
Setelah melakukan observasi dan pengamatan di Pabrik Roti Laris dan
mendapatkan hasil, mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan mengenai
bahaya ergonomic dan stretching untuk mengurangi resiko nyeri sendi dan
otot pada pegawai pabrik roti terutama pada pekerja yang bertugas menguleni
adonan. Dan sangat penting memberikan pendidikan kesehatan ini guna
meminimalkan resiko PAK dan mengurangi bahaya pada faktor ergonomic
untuk para perkerja Pabrik Roti Laris.
K3 khususnya di toko Roti untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja,
stress, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja lingkungan kerja harus
didesain sedemikian rupa agar memenuhi persyaratan fisik sesuai peraturan
kesehatan kerja. Persyaratan fisik tempat pengolahan makanan antara lain
meliputi 6 yaitu: Desain bangunan tempat kerja, Desain perabot kerja, Desain
penyimpanan peralatan, Desain lantai dan saluran pembuangan limbah,
Penerangan dan Ventilasi pertukaran udara di ruang pengolahan.
Secara umum ada beberapa bentuk hazard dan penyakit pada pegawai
pabrik yaitu :
1. Hernia : akibat sering membawa beban berat.
2. Gangguan otot dan sendi : cara mengangkat yang salah, kelelahan
3. Varises : berdiri terlalu lama.
4. Kejang panas : terlalu lama terpapar panas dan suhu panas.
5. Stress : monoton, isolasi pekerjaan, tekanan pekerjaan.
Pada hasil penelitian jurnal dengan judul “Workstation Improvement Dan
Pemberian Stretching Karyawan Pembersihan Injeksi Menurunkan
Kebosanan Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, Dan Meningkatkan
Produktivitas Pada Industri Perak Di Cv Jps” keluhan muskuloskeletal pada
karyawan dipicu terutama akibat sikap kerja duduk statis dengan gerakan
yang monoton dalam waktu 8 jam. Workstation improvement berupa
perbaikan kursi yang sesuai antropometri dan pemberian stretching karyawan
dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal dikarenakan penelitian ini

21
berhubungan dengan menurunnya spasme otot dan peningkatan sirkulasi
darah pada otot dikarenakan adanya peregangan otot disela pekerjaan dan
perbaikan kondisi kerja.
Hal ini sesuai dengan penelitian Adiatmika (2007) bahwa perbaikan
kondisi kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat menurunkan keluhan
muskuloskeletal sebesar 5,24% pada perajin pengecatan logam di Kediri
tabanan. Total ergonomi ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
pekerja dengan mengurangi keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan keluhan
lainnya (Susihono, 2017). Penelitian lain yang mendukung penelitian ini
dilakukan Surata (2011) bahwa redesain alat dan sistem kerja menurunkan
keluhan muskuloskeletal sebesar 56,15%. Penelitian lainnya yang sesuai
dengan penelitian ini juga dilakukan Wahyono (2014) terhadap pengaruh
workplace exercise terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerja di bagian
sewing CV. Cahyo Nugroho jati (CNJ) Sukoharjo, setelah diberikan
stretching selama 3 minggu berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi
keluhan muskuloskeletal pada pekerja wanita di bagian sewing.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas mahasiwa ingin memberikan
pendidikan kesehatan dan pemberian intervensi berupa stretching dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal dikarenakan adanya perbaikan kondisi
stasiun kerja dan peregangan pada bagian otot tubuh di sela pekerjaan yang
menyebabkan keluhan otot berkurang.
4.2 Tujuan
4.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan ini guna untuk mengurangi dan
meminimalkan resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan faktor
ergonomic pada pegawai Pabrik Roti Laris di Babakan terutama pada
masalah nyeri sendi dan otot.
4.2.2 Tujuan Khusus
1. Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan ini untuk mengatasi saat
pekerja merasakan keluhan berupa nyeri otot dan sendi.
2. Memberikan pelatihan bagaimana cara streaching yang baik untuk
meminimalkan penyakit nyeri sendi dan otot pada pegawai.

22
4.3 Metode Pelaksanaan
4.3.1 Tahap Persiapan
1. Kelompok kami menentukan lokasi yang akan di observasi
2. Kelompok mempersiapkan lembar observasi yang akan menjadi
bahan observasi
3. Kelompok mendatangi lokasi yang telah ditentukan
4. Kelompok melakukan observasi
5. Kelompok menyusun materi yang akan disampaikan saat pendidikan
kesehatan
4.3.2 Tahap Pelaksanaan
Job Description:
1. Moderator : Darmi Echi Anatia
2. Pemateri : Ni Nyoman Chrisna Ayu PD
3. Anggota : Wiwin Hendriyani
Kasfiatul Izzati
Tahapan Pelaksanaan
Pembukaan - Anggota menyiapkan dan
( 3 menit) membagikan leaflet
- Moderator memperkenalkan diri dan
seluruh anggota
- Moderator menyampaikan tujuan
- Moderator menanyakan kesedian
pekerja dan melakukan kontrak waktu
Kerja - Pemateri memberikan pra test mengenai
(10 menit) pemahaman pekerja sebelum
penyamapaian materi
- Pemateri mejelaskan tentang pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja, Hazard
dan penyakit akibat kerja serta pemateri
menjelaskan penyebab serta cara
menghindarinya
- Pemateri memberikan kesempatan pekerja

23
untuk bertanya
- Pemateri post test mengene materi yang
disampaikan untuk mengtahui sejauh
mana pekerja memahami materi yang
telah disampaikan
Penutup Anggota melakukan
(2menit) pendokumntasian bersama
pekerja
Pemeriksaan Melakukan cek tensi pada
Kesehatan pegawai pabrik Roti Laris secara
(10 menit) bersamaan.

4.3.3 Tahap Evaluasi


Kelompok melakukan evaluasi mengenai pemahaman pekerja tentang
apa yang dipaparkan yaitu Cara Melakukan Streching Untuk
Mengurangi Nyeri Sendi dan Otot melalui sesi Tanya jawab dan akan
dilakukan demontrasi kembali pada pegawai untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman pekerja.

24
DAFTAR PUSTAKA

Navenata, Revian Cornedi dan Isma Masrofah. (2020, November). PENERAPAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI CV. ROTI GOLDEN
MENGGUNAKAN METODE PRELIMINARY HAZARD ANALYSIS.
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020, A02 (1-9).
Ishaq. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3).
Jakarta.
Smith, A., and Sonesh, S., (2011), How Hazards and Safety Training Influence
Learning and Performance, Journal of Applied Psychology 2011 American
Psychological Association Vol. 96
Rijanto, B. Budi., 2010. Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan (K3L), Mitra Wacana Media, Indonesia.
Riswan D. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
Ferdyastari, Nathasya dan I Putu Gede Adiatmik dan Susy Purnawati
(2018,Januari). WORKSTATION IMPROVEMENT DAN PEMBERIAN
STRETCHING KARYAWAN PEMBERSIHAN INJEKSI
MENURUNKAN KEBOSANAN KERJA, KELUHAN
MUSKULOSKELETAL, DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
PADA INDUSTRI PERAK DI CV JPS. Jurnal Ergonomi Indonesia (The
Indonesian Journal of Ergonomic). Vol.4(18-27).
Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati1 , Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2 ,
Putu Yudi Pramana Putra3. (2019,Juli). PEMBERIAN STATIC
STRETCHING EXERCISE DAPAT MENINGKATKAN FUNGSIONAL
PUNGGUNG BAWAH PADA PENJAHIT. Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic). Vol.5(67-73)

25
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan Observasi


Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan
Ya Tidak

A Manajemen K3

I Lingkungan Fisik ✓

Apakah disediakan alat pelindung diri yang sesuai ✓


1 dengan bahaya kerja serta dalam keadaan baik untuk
digunakan?

2 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan? ✓

Apakah ada materials safety data sheet untuk ✓


3
pengendalian bahaya kimia berbahaya?

Apakah ada prosedur tetap untuk pengendalian bahan- ✓


4
bahan yang mudah terbakar dan meledak?

Apakah ada petunjuk tertulis pengendalian dan ✓


6
penanggulangan keadaan darurat?

Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di tempat- ✓


7
tempat berbahaya?

Apakah ada prosedur untuk memasuki ruangan ✓


tertutup (confined space) yang mencakup pengecekan
8
pendahuluan, ventilasi, alat-alat pelindung diri dan
lain-lain?

Apakah nomor-nomor telepon untuk keadaan darurat ✓


9
dipajang dengan jelas?

Apakah saran ventilasi untuk pengendalian bau, uap, ✓


10
asap, dan debu memenuhi syarat?

Apakah ada prosedur untuk memusnahkan ✓


11
barang/bahan yang sudah tidak dipakai?

Apakah bagian-bagian dari mesin yang berputar ✓


12
(bergerak) diberi pelindung yang baik?

26
Apakah semua pengaman “interlock” mesin maupun ✓
13
listrik dalam keadaan baik?

Apakah semua pengaman otomatis telah distel dengan ✓


14
baik?

Apakah semua tombol-tombol “STOP” berfungsi ✓


15
dengan baik dan diberi label dengan jelas?

Apakah ada bagian-bagian peralatan mesin yang ✓


16
bergerak/berputar tidak berpengalaman?

Apakah semua peralatan angkat diberi tanda beban ✓


17 maksimum yang diizinkan (safe working load =
SWL)?

Apakah tersedia alat angkat yang memadai sesuai ✓


18
kebutuhan?

Apakah operator alat angkat telah mempunyai ✓


19
kualifikasi cukup?

20 Apakah semua alat angkut dalam kondisi baik? ✓

Apakah dipasang rambu-rambu/tanda peringatan ✓


secukupnya untuk para pemakai jalan, pejalan kaki
21
dan pengemudi dalam areal operasi kendaraan
pengangkut?

Apakah permukaan daerah operasi alat angkut dalam ✓


22
keadaan baik?

Apakah lantai, gang dan lintasan terpelihara ✓


22
kebersihannya dan tidak licin?

Apakah permukaan daerah yang basah ditutup dengan ✓


23
anti slip?

24 Apakah fasilitas penyimpana cukup memadai? ✓

Apakah tersedia secara khusus tempat penyimpanan ✓


25
benda-benda yang tidak terpakai?

26 Apakah tempat penyimpanan tersebut sudah ✓

27
direncanakan sebelumnya?

Apakah peralatan angkat dan angkut material cukup ✓


27
tersedia?

Apakah penempatan/penyusunan barang-barang ✓


28
cukup stabil, aman dan bebas dari bahaya runtuh?

Apakah dipasang tanda kapasitas maksimum yang ✓


29 diperbolehkan untuk rak dan lantai yang dipakai
penempatan barang?

Apakah muatan rak dan lantai tidak melampaui ✓


30
kapasitasnya?

Apakah gudang/tempat penyimpanan barang diatas ✓


31 maupun dibawah permukaan tanah memenuhi
ketentuan?

Apakah tempat penyimpanan barang diperiksa secara ✓


32
berkala?

Apakah semua bahaya-bahaya bahan kimia yang ✓


33
disimpan telah diketahui dan dicatat?

Apakah disediakan tempat penyimpanan yang aman, ✓


32 pemberian label dan prosedur penggunaan bahan
berbahaya?

Apakah pintu-pintu keluar (exit) berfungsi dengan ✓


33
baik?

Apakah semua bahan-bahan yang mudah terbakar dan ✓


34
meledak disimpan dan digunakan secara aman ?

Apakah tersedia tempat yang tertutup untuk bahan ✓


35
buangan yang mudah terbakar ?

Apakah instruksi-instruksi yang jelas telah dipasang ✓


36 ditempat penyimpanan maupun pembuangan bahan-
bahan yang mudah terbakar dan meledak ?

Apakah alat pemadam kebakaran tersedia dengan ✓


jumlah dan jenis yang cukup serta dengan
37
penempatan yang baik , mudah terlihat dan terjangkau
?

28
Apakah hidran kebakaran dan persediaan air selalu ✓
38 cukup untuk digunakan oleh regu pemadam
kebakaran ?

Bila terdapat resiko kebakaran khusus misalnya ✓


39 kebakaran magnesium, sodium, dan lain-lain, apakah
tersedia peralatan khusus untuk pemadamnya ?

Apakah terdapat system peringatan kebakaran (alarm) ✓


40
yang baik terdengar dan terlihat dengan jelas ?

Apakah secara teratur diadakan latihan peran evakuasi ✓


41
/ penyelamatan bagi seluruh tenaga kerja ?

Apakah terpasang instruksi-instruksi dan nomor- ✓


42
nomor telepon dalam keadaan bahaya ?

Apakah terdapat kotak P3K yang lengkap dan ✓


43
memadai ditempat-tempat strategis ?

Apakah terdapat petugas P3K secara khusus dan ✓


44
dalam jumlah yang memadai ?

Apakah tempat-tempat kerja diberi penerangan yang ✓


45
memadai ?

Apakah tersedia tempat pembuangan sampah dan ✓


46
bahan yang tidak terpakai lagi ?

Jika terdapat tangga pengaman , apakah dalam ✓


47 keadaan baik dan dilengkapi dengan pengaman
pegangan tangan dan sebagainya ?

Apakah alat pelindung diri yang tersedia dipelihara ✓


48
sesuai denngan ketentuan ?

II Lingkungan Biologis

Apakah dilakukan pemeliharaan halaman , jalan-jalan ✓


1
kendaraan pagar pembatas dan sebagainya ?

Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan ✓


2
kerapihannya ?

Apakah terdapat instalasi pengolahan air limbah ✓


3
(IPAL)?

29
Apakah dilakukan penanganan terhadap limbah ✓
4
padat?

5 Bagaimana penanganan limbah padat? ✓

6 Apakah ada tempat sampah disetiap ruangan? ✓

Bagaimana sistem pembuangan sampah yang ✓


7
berlaku?

Apakah alat pelindung diri dipelihara sesuai ✓


8
ketentuan?

Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan ✓


9
kerapiannya?

10 Suhu udara dilingkungan kerja cukup nyaman? ✓

11 Cukupkah pertukaran udaranya diruangan ? ✓

III Lingkungan Kimiawi

Apakah ditempat kerja terdapat bahan yang bersifat ✓


korosif dan beracun , terdapat fasilitas untuk
1
membrsihkan / membilas tubuh yang segera dapat
dipakai dalam keadaan bahaya ?

Apakah secara teratur diadakan pemeriksaan untuk ✓


2 evaluasi dan mengendalikan bahan-bahan beracun dan
berbahaya (toxic and hazardous materials)?

Jika perusahaan menggunakan bahan kimia ✓


berbahaya, apakah para pekerja yang bersangkutan
3
sudah dididik dan dilatih serta mengetahui cara-cara
menanganinya?

Apakah dilakukan pengujian kandungan bahan ✓


4
berbahaya pada contoh produk?

Bilamana terdapat bahan beracun apakah disediakan ✓


5
“antidotes”

Apakah tempat penyimpanan bahan beracun dan ✓


6
bahan berbahaya sudah sesuai dengan ketentuan?

IV Lingkungan Psikososial

30
Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan ✓
dan Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai
1
tugas dan fungsinya menurut Undang-undang No. 1
Tahun 1970?

Apakah perusahaan telah mempunyai perizinan ✓


2 keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan dari
instansi berwenang?

Apakah perusahaan telah ikut serta dalam program ✓


3
JAMSOSTEK?

Apakah para manajer menerapkan manajemen ✓


4
risiko(risk management)?

Apakah perusahaan mengasuransikan kebakaran, ✓


5
peledakan, dan ganti rugi lainnya?

Apakah keselamatan dan kesehatan kerja dimasing- ✓


6 masing bidang pekerjaan secara teratur dikaji ulang
dan dimutakhirkan?

Apakah perusahaan mempunyai Panitia Pembina ✓


7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

Apakah diadakan pertemuan berkala antara pekerja ✓


dengan petugas keselamatan dan kesehatan kerja
8
untuk mendiskusikan masalah-masalah keselamatan
dan kesehatan kerja ?

Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya sudah ✓


9
direncanakan dengan baik ?

Apakah terdapat sarana dan fasilitas (film,video,dan ✓


10
lain-lain ) untuk dan pembinaan pekerja ?

31
Lampiran 2 : Dokumentasi

32
Lampiran 3 : Jurnal

33
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DI CV. ROTI GOLDEN MENGGUNAKAN
METODE PRELIMINARY HAZARD ANALYSIS
Revian Cornedi Navenata*1), dan Isma Masrofah2)
1,2)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Suryakancana, Jl. Pasir Gede Raya,
Cianjur, 43216, Indonesia
Email: Reviancornedi@gmail.com

ABSTRAK
CV. ROTI GOLDEN yang bergerak dalam usaha makanan, dalam produksinya masih mengalami
kecelakan kerja seperti ledakan oven serta tumpahan minyak dari penggorengan. Hal ini dapat terjadi
karena minimnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui potensi bahaya yang akan terjadi, seberapa parah bahaya tersebut serta bagaimana
pencegahannya. Metode yang digunakan yaitu dengan metode Preliminary Hazard Analysis. Hasil
penelitian didapatkan bahwa potensi bahaya yg terjadi adalah terpotong, tumpahan minyak goreng,
tersetrum, ledakan/kebakaran, dengan masing-masing keparahan Minor, Major dan Catastrophic,
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai
dan sesuai di setiap bagian produksi.

Kata Kunci : APD, Penerapan K3, Preliminary Hazard Analysis.

1. Pendahuluan
Di suatu perusahaan industri, faktor keselamatan kerja menjadi peranan yang sangat
penting. Oleh karena itu, harus banyak diperhatikan dan dijaga agar perusahaan mampu
mengantisipasi secepat mungkin terjadinya kecelakaan akibat kerja, yaitu timbulnya kecelakaan
yang berhubungan dengan aktivitas kerja, baik secara langsung dan secara tidak langsung di
perusahaan.
Keselamatan kerja mempunyai latar belakang sosial-ekonomis dan kultural yang lebih
luas. Seperti pada Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan, kebiasaan, kepercayaan, dan
lain-lain sangat erat bersangkutan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Keadaan ekonomi
bersangkutan dengan permasalahan keselamatan kerja.
Tujuan dari keselamatan kerja diantaranya yaitu untuk melindungi tenaga kerja atas
keselamatannya untuk melalukan pekerjaan,meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan atau
pekerja, meningkatkan produksi serta menjaga agar sumber-sumber produksi dapat terpelihara
dengan baik sehingga dapat dipergunakan secara efisien dan aman dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
Namun usia muda terkadang lebih sering pula mengalami kasus kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa dan terkesan
ingin lebih instan dalam bekerja (Tresnaningsih, 1991).
Setiap perusahaan atau hampir semua perusahaan yang menerapkan sistem keselamatan
menetapkan indikator keberhasilan adalah tidak terjadinya kecelakaan atau kehilangan waktu
kerja karena kecelakaan. Target yang ditetapkan adalah nol kecelakaan (Zero Acciden) atau nol
cedera waktu yang hilang (Zero Lost Time Injury). Angka zero accident atau zero lost time
injury adalah hasil dari suatu proses pengendalian bahaya atau sumber bahaya sehingga tidak
terjadi kecelakaan.
K3 khususnya di toko Roti untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja, stress, kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja lingkungan kerja harus didesain sedemikian rupa agar memenuhi
persyaratan fisik sesuai peraturan kesehatan kerja. Persyaratan fisik tempat pengolahan
makanan antara lain meliputi 6 yaitu: Desain bangunan tempat kerja, Desain perabot kerja,

A02.1
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

Desain penyimpanan peralatan, Desain lantai dan saluran pembuangan limbah, Penerangan dan
Ventilasi pertukaran udara di ruang pengolahan.
Contoh kasusnya jika tempat perabotan atau peralatan memasak yang ada di tiko roti
tersebut tidak ergonomi maka akan terjadi kecelakaan terhadap si pekerja atau badan menjadi
pegal-pegal akibat tidak ergonomi nya desain tempat tersebut, lalu jika lantai yang ada di toko
roti tersebut licin maka akan terjadi nya kecelakaan yang sangatlah berbahaya bagi si pekerja,
kemudian jika tempat tersebut kurang dalam pencahayaan nya maka, akan tidak efisien dan
efektifbagi si pekerja dan akan menimbulkan kecelakaan juga.
CV. ROTI GOLDEN yang berada di kampung sinagar desa bojong kecamatan
karangtengah kabupaten Cianjur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan roti
yang merupakan untuk kebutuhan makanan yang dijual/dipasarkan di dalam pasar. CV. ROTI
GOLDEN ini melakukan proses produksi roti tanpa ada pemesanan khusus, akan tetapi ada juga
yang memesan secara khusus, dan bahan-bahan roti tersebut adalah tepung terigu, gula, garam,
margarine, ragi, rasa. menurut informasi yang didapatkan perusahaan ini merupakan anak
perusahaan dari CV. ROTI GOLDEN yang berada di daerah Ciamis.
Adapun permasalahan di perusahaan ini tidak adanya alat pelindungan diri (APD) dan
penerapan K3 nya pun kurang atau pun kadang tidak digunakan diperusahaan CV. ROTI
GOLDEN ini, kadang setiap perusahaan banyak yang menyepelekan terhadap penerapan K3.
Sehingga hal yang tidak diinginkan pun bisa terjadi seperti, oven yang bisa meledak,
tangan bisa melepuh akibat terkena panasnya oven atau minyak goreng ketika tidak
menggunakan alat perlindung diri, kemudian kaki bisa tertimpa loyang yang berisi banyak roti,
dan lain sebagainya.
Metode penelitian di sini menggunakan Preliminary Hazard Analysis di sini untuk
mengidentifikasi bahaya atau mengetahui bahaya yang akan terjadi di C.V. ROTI GOLDEN,
dan untuk memecahkan masalah yang ada di pabrik tersebut, mengapa menggunakan metode
ini karena di pabrik tersebut masih banyak yang tidak menggunakan alat pelindung diri(APD)
dan peneliti akan membuat tabel pertanyaan kepada karyawan dan mengambil data langsung
ke lapangan/pabrik tersebut (PHA) disini merupakan metode analisis risiko yang bersifat semi
kuantitatif yang dilakukan untuk:
• Mengidentifikasi semua bahaya yang ada di suatu tempat bekerja dan kejadian kecelakaan
potensial yang dapat menyebabkan terjadinya accident.
• Mengurutkan kejadian kecelakaan yang telah teridentifikasi berdasarkan tingkat
keparahannya.
• Mengidentifikasi pengendalian bahaya yang dibutuhkan oleh pekerja serta melakukan
follow up.

2. Metode
Lokasi penelitian dilakukan di C.V. ROTI GOLDEN di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat . Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan. Adapun identifikasi
bahaya langsung datang ke lapangan di sini untuk mengetahui langsung bahaya apa saja yang
akan terjadi di C.V. ROTI GOLDEN, kemudian peneliti akan melakukan observasi dengan
identifikasi bahaya tersebut, peneliti juga akan langsung mendapatkan data yang real yang
terjadi di lapangan atau di C.V. ROTI GOLDEN. Metode yang di gunakan yaitu dengan metode
Preliminary Hazard Alalysis dimana metode ini agar bisa mengidentifikasi bahaya atau
kecelakaan yang ada di pabrik CV. ROTI GOLDEN.
Secara terperinci, langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1
Flowchart Penelitian.

A02.2
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

Gambar 1. Flowchart penelitian

3. Hasil dan Pembahasan


Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengumpulkan dan mengambil data, serta
melihat secara langsung ke pabrik CV. Roti Golden di bagian produksi.

Tabel 1. Data Kecelakaan dari tahun 2013-2019


NO Bagian Produksi Jumlah Penyebab Alternatif Penanganan
kecelakaan kecelakaan
1 Mixer 0
2 Mesin betlen 0
3 Pembakaran/oven 1 Terjadinya bocor Pengecekan terlebih
besar gas akibat tidak dahulu,menggunakan APD
teliti dalam yang baik dan benar.
pengecekan
sehingga
menyebabkan
oven meledak
4 Pembakaran/oven 0
kecil
5 Penggorengan 84 Terkena minyak Menggunakan apron
Sering terjadi ketika roti di dada/celemek, kemudian
jatuhkan ke memakai APD lainnya.
penggorengan
6 Mesin paking 0
7 Mesin cutting 0

A02.3
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

Tabel 2. Data Potensi Kecelakaan (kecelakaan yang mungkin terjadi)


NO Bagian Produksi Potensi Kecelakaan Alternatif Penanganan
1 Mixer Tangan bisa terpotong terkena Menggunakan alat untuk
baling-balingnya. memasukan adonannya, dan
APD lainnya.
2 Mesin betlen Tersetrum Harus menggunakan
sepatu/sandal ketika bekerja,
sarung tangan, dll.
3 Pembakaran/oven Oven meledak di sebabkan oleh Harus ada pengecekan terlebih
besar bocornya gas. dahulu dengan teliti,kemudian
menggunakan APD yang di
butuhkan.
4 Pembakaran/oven Oven meledak di sebabkan oleh Harus ada pengecekan terlebih
kecil bocornya gas. dahulu dengan teliti, dan
menggunakan APDyang di
perlukan.
5 Penggorengan Terkena tumpaha minyak panas Harus menggunakan Apron
ketika roti di jatuhkan ke dada atau celemek, dan sarung
penggorengan tangan. Untuk mencegah
terkena minyak panas.
6 Mesin Tersetrum/ terkena lelehan Menggunakan sandal/sepatu,
paking/pengemas plastic dan sarung tangan,dll.
an
7 Mesin cutting Terpotong tangan/jarinya Menggunakan sarung tangan,
dan menggunakan APD yang
di butuhkan.
(Sumber : CV. ROTI GOLDEN)
Tabel 3. Data APD di bagian Produksi
NO Bagian APD yang Keterangan
Produksi di gunakan
1 Mixer Tidak ada Seharusnya menggunakan sarung tangan dan alat
untuk memasukan adonan, agar tidak menyebabkan
terpotong nya tangan
2 Mesin betlen Sarung Seharusnya menggunakan sepatu/sandal juga agar
tangan tidak tersetrum oleh alat tersebut
3 Oven besar Sarung Seharusnya menggunakan masker, celemek, tabung
tangan APAR dan sepatu agar tidak terjadi kebakaran serta
tidak terjadi kecelakaan pada pekerja
4 Oven kecil Sarung Seharusnya menggunakan masker, celemek, tabung
tangan APAR dan sepatu agar tidak terjadi kebakaran serta
tidak terjadi kecelakaan pada pekerja
5 Penggorengan Tidak ada Seharusnya menggunakan celemek dan sarung tangan
agar tidak terkena tumpahan minyak panas
6 Mesin paking Tidak ada Menggunakan sarung tangan dan sepatu/sandal agar
tidak terkana lelehan plastik/tersetrum
7 Mesin cutting Tidak ada Menggunakan sarung tangan agar tidak terpotong
tangan/jari
(Sumber : CV. ROTI GOLDEN)

A02.4
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

Tabel 4. Identifikasi kecelakaan


NO Bagian Produksi bentuk kecelakaan identifikasi kecelakaan
1 Pembakaran/Oven Oven meledak Akibat bocornya gas sehingga
besar terjadi ledakan pada oven
tersebut, atau bisa juga dari alat
tersbut mengalami kerusakan.
Seharusnya pekerja harus
mengecek terlebih dahulu
dengan teliti pada alat tersebut.
2 Penggorengan Terkena minyak panas Akibat menjatuhkan roti yang
akan di masak ke penggorengan
dan pekerja tidak menggunakan
APD seperti celemek dan
sarung tangan.

Tabel di atas adalah tabel identifikasi kecelakaan tabel disini merupakan kecelakaan yang
pernah terjadi di CV ROTI GOLDEN.

Tabel 5. Identifikasi Tingkat Keparahan Kecelakaan


NO Bagian Produksi Keparahan
1 Mixer Major
2 Mesin betlen Catastrophic
3 Pembakaran/oven besar Catastrophic
4 Pembakaran/oven kecil Catastrophic
5 Penggorengan Minor
6 Mesin Catastrophic
paking/pengemasan
7 Mesin cutting Major
Tabel 6. Lembar PHA

A02.5
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

Tabel 7. Lembar PHA (Lanjutan)

• Identifikasi bahaya di CV. ROTI GOLDEN


• Mixer
Di bagian ini APD yang di gunakan tidak ada, maka dari itu bahaya yang akan terjadi yaitu
bagian tubuh terpotong seperti tangan atau jari oleh baling-baing mixernya, saat proses
pencampuran adonan yang sedang di giling atau bisa juga ketika pekerja melamun dan karena
tidak menggunakan APD seperti, sarung tangan, alat untuk memasukan adonan ke dalam
mixernya.
• Mesin Betlen
Di bagian ini APD yang di gunakan hanya sarung tangan saja, maka dari itu bahaya yang
akan terjadi yaitu tersetrum mesin tersebut dan bisa menyebabkan pekerja meninggal ketika
akan memasukan adonan ke dalam mesin betlen dan menata adonan yang sudah di citak ke
loyang. Mengapa demikian karena pekerja tidak menggunakan sandal/sepatu ketika bekerja
hanya menggunakan sarung tangan saja, APD nya tidak di gunakan sehingga akan sangat
mudah terkena bahaya.
• Pembakaran/oven besar
Di bagian ini APD yang di gunakan hanya sarung tangan saja, maka bahaya yang akan
terjadi yaitu meledaknya oven dan terjadinya kebakaran karena bocor nya gas saat proses
pembakaran kemudian APD yang di gunakan nya pun tidak lengkap seperti sepatu, celemek,
masker dan tabung APAR , hal ini dapat merugikan pabrik atau bisa membuat pekerja luka atau
meninggal.
• Pembakaran/oven kecil
Di bagian ini APD yang di gunakan hanya sarung tangan saja, maka bahaya yang akan
terjadi yaitu meledaknya oven dan terjadinya kebakaran karena bocor nya gas saat proses
pembakaran kemudian APD yang di gunakan nya pun tidak lengkap seperti sepatu, celemek,
masker dan tabung APAR , hal ini dapat merugikan pabrik atau bisa membuat pekerja luka atau
meninggal.
• Penggorengan
Di bagian ini APD yang digunakan hanya sarung tangan saja, maka dari itu bahaya yang
A02.6
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

akan terjadi yaitu terkena tumpahan minyak panas saat proses memasukan roti ke
penggorengan tersebut karena saat akan menjatuhkan roti ke penggorengan di situ terjadi
tumpahan minyak ke bagian tubuh seperti tangan badan dan lain sebagainya. Dampaknya kulit
bisa melepuh. Akibat tidak menggunakan sarung tangan, apron dada/celemek dan APD lainnya.
• Mesin paking/pengemasan
Di bagian mesin ini APD yang di gunakan tidak ada/tidak menggunakan alat APD, maka
dari itu bahaya yang akan terjadi yaitu tersetrum dan terkena lelehan plastik kemasan,dampak
dari bahaya tersebut adalah pekerja meninggal jika tersetrum kemudian jika terkena lelehan
plastik kemasan pekerja akan melepuh bagian tubuhnya. Mengapa demikian karena tidak
menggunakan sarung tangan dan sepatu/sandal ketika menggunakan mesin ini.
• Mesin cutting
Di bagian ini APD yang di guakan tidak ada atau tidak menggunakan alat APD, maka
bahaya yang akan terjadi yaitu tangan atau jari bisa terpotong oleh mesin tersebut,saat proses
pemotongan plastik kemasan atau ketika pekerja melamun, mengapa demikian karena pekerja
tidak menggunakan sarung tangan dan juga kurang hati-hati, serta bisa akibat dari kelalaian
pekerja seperti melamun saat bekerja.
• Identifikasi seberapa parah bahaya yang akan terjadi di CV. ROTI GOLDEN
Berdasarkan Nilai Tingkat Keparahan yang sudah di dapat dari pengolahan data yang
berada pada tabel 3.5, ada lima keparahan dan peringkatnya yaitu: Catastrophic=5, Major=4,
Moderate=3, Minor=2, Negligible=1.
• Mixer
Tingkat keparahan yang terjadi pada bagian mixer yaitu: Major. Major disini yaitu hilang hari
kerja, cacat permanen/sebagian, kerusakan lingkungan yang sedang, kerugian finansial yang
besar, biaya pengobatan <50 juta.
• Mesin Betlen
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian mesin Betlen yaitu: Catastrophic.
Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan lingkungan yang
parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan >50 juta.
• Pembakaran/ oven besar
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian pembakaran/ oven besar yaitu:
Catastrophic.Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan
>50 juta.
• Pembakaran/ oven kecil
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian pembakaran/ oven kecil yaitu:
Catastrophic.Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan
>50 juta.
• Penggorengan
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian Penggorengan yaitu: Minor.
Minor disini yaitu penanganan P3K, tidak terlalu memerlukan bantuan dari luar, biaya finansial
sedag, biaya pengobatan < 1 juta.
• Mesin Paking/ pengemasan
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian Mesin Paking/pengamasan yaitu:
Catastrophic.Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan
>50 juta.

A02.7
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

• Mesin Cutting
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian Mesin Cutting yaitu: Major
Major disini yaitu hilang hari kerja, cacat permanen/sebagian, kerusakan lingkungan yang
sedang, kerugian finansial yang besar, biaya pengobatan <50 juta.
• Identifikasi pencegahan bahaya di CV. ROTI GOLDEN
Berdasarkan data yang di dapat dari hasil observasi dan sekaligus dari pengolahan data
yang sudah di olah, hal ini dapat memudahkan untuk memberikan pencegahan bahaya pada CV.
ROTI GOLDEN.
• Mixer
Pada bagian ini untuk pencegahan nya dengan menggunakan sarung tangan, alat untuk
memasukan adonan ke dalam mixer jangan sampai hanya dengan tangan kosong kemudian
tidak melamun saat bekerja dan selalu fokus saat bekerja.
• Mesin Betlen
Pada bagian ini untuk selalu menggunakan APD seperti sarung tangan, sandal/sepatu untuk
menghindari terkena aliran listrik. Karena dengan menggunakan alat APD yang lengkap
pekerja akan terlindungi dari bahaya yang akan terjadi.
• Pembakaran/oven besar
Pada bagian ini hal yang harus di perhatikan untuk mencegah terjadinya bahaya yaitu
dengan menggunakan sarung tangan, sepatu/sandal kemudian mempunyai tabung APAR dan
memakai masker, untuk siaga jika terjadinya kebakaran di pabrik tersebut dan untuk
menghindari bahaya untuk pekerja jika menggunakan APD yang sesuai dan lengkap, dan tidak
lupa untuk selalu ada pengecekan di bagian oven ini.
• Pembakaran/oven kecil
Kemudian untuk bagian ini juga sama hal nya seperti oven besar di atas, untuk mencegah
terjadinya bahaya yaitu dengan menggunakan sarung tangan, sepatu/sandal kemudian
mempunyai tabung APAR dan memakai masker, untuk siaga jika terjadinya kebakaran di
pabrik tersebut dan untuk menghindari bahaya untuk pekerja jika menggunakan APD yang
sesuai dan lengkap, dan tidak lupa untuk selalu ada pengecekan di bagian oven ini.
• Penggorengan
Pada bagian penggorengan ini hal yang harus di perhatikan yaitu penggunaan APD seperti
celemek/apron dada dan sarung tangan, agar terhindar dari bahaya terkena tumpahan minyak
panas.
• Mesin paking/pengemasan
Di mesin pengemasan ini untuk pecegahan bahaya tersebut harus menggunakan sarung
tangan, sandal/sepatu dan juga apron dada/celemek, Agar tidak terkena lelehan plastik dan tidak
terkena aliran listrik.
• Mesin cutting
Di bagian mesin ini yang harus di gunakan untuk mencegah terjadinya bahaya yaitu dengan
menggunakan sarung tangan untuk kebutuhan dan untuk perlindungan tangan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan/ pabrik yang
bernama CV. ROTI GOLDEN maka dapat diambil kesimpulan secara umum yang ada di CV.
ROTI GOLDEN yaitu:
• Tingkat kesadaran karyawan yang sangat rendah terhadap pemakaian alat pelindung
diri (APD)
• Perusahaan kurang meningkatkan SOP yang ada di perusahaan, untuk lebih
mementingkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
• Perusahaan kurang memperlengkapi alat pelindung diri (APD) yang seharusnya ada di

A02.8
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020

pabrik CV.ROTI GOLDEN.


• Dengan memberikan lembar PHA yang sudah di buat untuk acuan bagi perusahaan atau
pabrik CV. ROTI GOLDEN ini khususnya untuk di bagian produksi.

Daftar Pustaka
Busyairi, M., Safar Tosungku, & Oktaviani, A. (2014, desember). PENGARUH
KESELAMATAN KERJA DAN. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 13, 112-124.
Fridayanti, N., & Kusumasmoro, R. (2016, juni). Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
JURNAL ADMINISTRASI KANTOR, 4, 211-234.
Hasibuan. (2008). Variabel yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja. 188. jakarta : PT.
Bumi Aksara
Hunter. (2008). Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat
kerja. Journal Of Anatomy, Exercise and Osteoarthritis,
www.physicaltherapyprotocol.com.
Mangkunegara. (2005). Variabel yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja. Penerbit
Refika Abimana, Bandung. 162.
Masrofah, I., & Hermawan, F. (2020). Analisis Pengaruh Kecelakaan Kerja Terhadap
pemenuhan Target Produksi Dengan Regresi linier di PD Tahu Al-Barokah. jurnal
Media Teknik dan Sistem Industri, 95-100.
Sihombing, D., Walangitan, D., & Pratasis, P. (2014, maret). IMPLEMENTASI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3). Jurnal Sipil Statik, 2, 124-130.
Suhartini. (2013). Penerapan Komunikasi keselamatan dan Kesehatan Kerja. jurnal Institut
Teknologi Adhi Tama, Surabaya.
Suma'mur. (2004). Kecelakaan Kerja. Jakarta : CV Sagung Seto
Suma'mur. (1989). Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah
baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang
bersangkutan. jakarta: Masagung
sugiyono. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bandung : ALFABETA
Tresnaningsih. (2008). Namun umur muda terkadang sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa.

A02.9
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

WORKSTATION IMPROVEMENT DAN PEMBERIAN STRETCHING


KARYAWAN PEMBERSIHAN INJEKSI MENURUNKAN KEBOSANAN
KERJA, KELUHAN MUSKULOSKELETAL, DAN MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI PERAK DI CV JPS
1
Nathasya Ferdyastari, 2 I Putu Gede Adiatmika, 3 Susy Purnawati
1
Mahasiswa Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas Udayana
2
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
3
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Chanathasya@gmail.com

ABSTRAK

Kondisi kerja industri kerajinan perak di Bali masih ditemukannya beberapa masalah
ergonomi khususnya proses pembersihan injeksi. Sikap kerja duduk statis dan monoton serta
peralatan kerja tidak sesuai antropometri dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan
kebosanan. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan workstation improvement dan stretching
menurunkan kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan peningkatan produktivitas.
Telah dilakukan penelitian di industri perak CV JPS Gianyar, dengan rancangan sama subjek
terhadap 10 orang karyawan. Periode I (P0) proses pembersihan injeksi tanpa intervensi. Periode
II (P1) proses pembersihan injeksi dengan intervensi workstation improvement dan stretching.
Kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja antar Periode I dan Periode II.
Dianalisis dengan uji Paired Samples Test untuk perbedaan kemaknaan antar kelompok variabel
kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada tingkat kemaknaan
. .
Hasil penelitian menunjukkan workstation improvement dan pemberian stretching dapat
mengurangi kebosanan kerja Periode I 118,40±4,42; Periode II 108,50±4,78; terjadi penurunan
sebesar 8,4%. Mengurangi keluhan muskuloskeletal Periode I sebelum kerja 41,90±4,72 dan
sesudah kerja 71,70±8,4; Periode II sebelum kerja 37,20±3,29 dan sesudah kerja 56,20±4,47;
terjadi penurunan sebesar 21,61%; Meningkatkan produktivitas Periode I 0,13±0,04 dan Periode
II 0,19±0,06; terjadi peningkatan sebesar 46,15%. Terjadi penurunan kebosanan kerja, keluhan
muskuloskeletal, dan peningkatan produktivitas yang berbeda bermakna (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa workstation improvement dan pemberian stretching dapat
menurunkan kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan produktivitas kerja
karyawan pembersihan injeksi di industri perak CV JPS. Disarankan untuk diterapkan di industri
perak agar dapat mengurangi kebosanan kerja dan keluhan akibat proses kerja.

Kata kunci: Workstation Improvement, Stretching, Kebosanan kerja, Keluhan Muskuloskeletal,


Produktivitas.

18
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

WORKSTATION IMPROVEMENT AND APPLICATION OF


STRETCHING AMONG EMPLOYEES INJECTION CLEANING REDUCE
BOREDOM, MUSCULOSKELETAL COMPLAINT, AND INCREASE
PRODUCTIVITY AT SILVER INDUSTRY CV JPS
ABSTRACT

Working conditions silverware in Bali still found few problems ergonomic especially
processes injection cleaning. Static and monotonous working postures and inappropriate
anthropometry work tools may cause musculoskeletal and boredom disturbances. The purpose of
this research to prove workstation improvement and stretching in reducing boredom of work,
musculoskeletal disorders and increasing productivity.
The research has been conducted in silver industry at CV JPS Gianyar, with treatment
by subject design toward 10 employees subjects. Period I (P0) injection cleaning process without
any intervention. Period II (P1) the process of injection cleaning with work station improvement
and giving stretching intervention. Work boredom, musculoskeletal complaint and work
productivity the data between Period I and Period II. Analyzed with Paired Samples Test for
differences of meaning between groups variable boredom of work, musculoskeletal disorders,
ZRUNLQJ SURGXFWLYLW\ WR OHYHO RI PHDQLQJ . .
The result of research showed that workstation improvement and giving stretching can
reduce the boredom of work Period I 118.40±4.42; Period II 108.50±4.78; decrease of 8.4%.
Reduce musculoskeletal complaint Period I before work 41.90±4.72 and after work 71.70±8.42;
Period II before work 37.20±3.29 and after work 56.20±4.47; decrease of 21.61%. Increase
productivity Period I 0.13±0.04 and Period II 0.19±0.06; increase of 46.15%. There was a
decrease in boredom, musculoskeletal complaint, and increase productivity with significan level
(p<0.05).
The conclusion that the workstation improvement and giving stretching can reduce
boredom, musculoskeletal complaint and increase work productivity of employees injection
cleaning at silver industry CV JPS. So it is suggested to apply in the silver industry to reduce
boredom and complaints effect to work process.

Keyword: Workstation Improvement, Stretching, Boredom, Musculoskeletal Complaint,


Productivity.

PENDAHULUAN Salah satu industri perak di Bali


adalah CV JPS yang terletak di Batubulan
Kerajinan perak Bali sangat kabupaten Gianyar. Industri perak CV JPS
dipengaruhi oleh faktor pariwisata. Perak memproduksi perhiasan seperti cincin,
bali memperlihatkan beragam bentuk dan
kalung, gelang, dan bross serta hiasan rumah
jenis sesuai dengan fungsi dan maknanya yang terbuat dari perak dan alpaka.
bagi masyarakat.

19
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

Pembuatan perak dilakukan dalam kurang nyaman duduk menggunakan kursi


beberapa tahapan, pertama tahapan plastik dikarenakan permukaan duduk kursi
pembuatan master atau bentuk motif yang yang keras dan lantai yang berbahan
diinginkan, tahapan kedua injeksi yang keramik yang tergolong licin sehingga posisi
menggunakan alat vacuum wax injector kursi plastik sering bergeser. Efek duduk di
dengan kekuatan compressor yang terdiri atas kursi yang beralaskan busa akan
atas dua jenis yaitu auto untuk produk bali mengurangi terjadinya penekanan pada
(perhiasan yang sulit) dan manual bagian otot bokong dan paha bawah,
(perhiasan yang sederhana) dengan cara sehingga sirkulasi darah dan pasokan
memasukan lilin ke pencetakan atau karet oksigen tidak terganggu bila dibandingkan
yang sudah berisi pola, tahapan ketiga yaitu dengan menggunakan kursi plastik tanpa
pembersihan hasil sisa lilin injeksi yang adanya alas duduk.
keluar dari pola, tahapan keempat yaitu Penelitian sebelumnya menunjukan
pembatangan hasil injeksi, tahapan kelima adanya hubungan antara sikap duduk dan
gips proses pengadukan/blender, tahap lama duduk terhadap keluhan nyeri
keenam yaitu casting proses pemanasan punggung bawah pada pengrajin perak
perak dan pemadatan perak dengan (Padmiswari dan Adiartha, 2017)
menggunakan oven, tahap ketujuh finishing. Untuk mengurangi keluhan nyeri
Tahap lainnya yaitu home made pembuatan punggung pada karyawan dapat dilakukan
cincin dan buah kalung pada tahapan home dengan perbaikan kondisi kerja dan
made tidak menggunakan injeksi. Dari intervensi terhadap kemampuan individu
beberapa tahapan tersebut proses bagian untuk mengantisipasi tuntutan sikap kerja
pembersihan injeksi adalah bagian yang duduk lama yang dapat berefek pada
paling penting untuk diberikan intervensi. struktur low back pain dan keluhan
Proses kerja bagian pembersihan muskuloskeletal.
injeksi membutuhkan ketelitian kerja yang Karyawan bekerja dengan posisi
cukup tinggi, tingkat pengulangan kerja duduk statis dengan menggunakan kursi
yang melibatkan satu jenis otot bekerja berbahan plastik tanpa adanya alas duduk.
berulang, selain itu juga terjadi interaksi Kursi kerja karyawan tidak sesuai
benda tajam untuk membentuk lilin agar antropometri, karena itu perlunya
sesuai dengan bentuk polanya serta paparan penggunaan bahan kursi yang nyaman, lebih
alat panas untuk menambah lilin agar bentuk kuat, menggunakan busa pada alas duduk
polanya terlihat pas. dan sandaran pinggang serta harga yang
Karyawan bagian pembersihan injeksi terjangkau dengan kursi plastik yang
duduk dalam jangka waktu kurang lebih berkualitas.
selama 8 jam dengan menggunakan kursi Penelitian yang dilakukan Sutjana
plastik tanpa adanya alas duduk, ada (2008) mengenai data antropometri awal
beberapa karyawan yang menambahkan siswa kedokteran untuk aplikasi peralatan,
busa sebagai alas duduk untuk mengurangi didapatkan hasil dimensi tubuh perempuan
rasa sakit. Dari hasil wawancara, karyawan selalu lebih kecil dari pada laki-laki, dimensi

20
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

tubuh harus dipertimbangkan dalam didapatkan sampel sebanyak 10 orang.


merancang peralatan, panjang bahu ke Sejumlah sampel tersebut kemudian menjadi
pinggul 44,9 cm, lingkar pantat 105,0, kelompok Periode I dan juga sebagai
lingkar paha 61,3 cm, lingkar lengan 32,2 kelompok Periode II.
cm.
Aplikasi ergonomi workstation Instrumen Penelitian
improvement dengan desain yang Kebosanan kerja pada subjek diukur
disesuaikan dengan antropometri dengan kuesioner kebosanan kerja dengan 5
penggunaan kursi yang mempunyai skala likert. Keluhan muskuloskeletal pada
sandaran serta alas duduk dari bahan busa subjek diukur dengan kuesioner Nordic
yang dilapisi dengan kain dengan lebar Body Map dengan 4 skala likert. Pada hari
dudukan 40 cm, kedalaman 40 cm, tinggi sabtu setelah bekerja pada masing-masing
sandaran 48 cm, lebar sandaran 34 cm, Periode seluruh subjek mengisi kuesioner
tinggi tempat duduk dari lantai 45 cm, alas kebosanan kerja, mengukur denyut nadi
kursi menggunakan busa, kerangka pipa kerja dan dihitung waktu efektif selama
oval, finishing nickel chrome plating, berat membersihkan injeksi dan kuesioner Nordic
kursi 5,5 kg dan pemberian stretching disela Body Map diisi pada hari senin sebelum
pekerjaan diharapkan dapat mengurangi bekerja dan sabtu sesudah bekerja pada
kebosanan kerja dan sakit pada bagian masing-masing periode. Produktivitas kerja
pinggang, bokong, dan punggung karyawan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut
pembersihan injeksi. Luaran (output)
Produktivitas =
METODE PENELITIAN Masukan (input) x Waktu (time)

Penelitian ini merupakan penelitian HASIL PENELITIAN


eksperimental, dengan menggunakan Karakteristik subjek penelitian
rancangan sama subjek (treatment by subject Karakteristik subjek penelitian
design). Tujuan penelitian untuk disajikan pada Tabel 1
membuktikan workstation improvement dan
pemberian stretching karyawan pembersihan Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
injeksi dapat menurunkan kebosanan kerja,
keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan
produktivitas pada industri perak CV JPS.

Populasi dan Sampel


Populasi penelitian berjumlah 12
orang karyawan pembersihan injeksi di
industri perak CV JPS Batubulan, Gianyar. Berdasarkan Tabel 1 yang dianalisis
Karyawan semua berjenis kelamin wanita terhadap 10 orang karyawan pembersihan
dengan umur berkisar antara 24 ± 38 tahun. injeksi diketahui dari segi umur, subjek
Berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi termasuk dalam kategori produktif,

21
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

sedangkan dari segi masa kerja subjek Tabel 3 Hasil Uji Beda Keluhan
termasuk dalam kategori berpengalaman Muskuloskeletal Menggunakan Paitrd
atau cukup lama bekerja. Samples Test

Analisis Kebosanan Kerja


Rerata kebosanan kerja yang di uji
dengan Shapiro-Wilk test. diperoleh data
berdistribusi normal (p>0,05).
Uji dengan Paired Samples Test
Uji Beda Keluhan Muskuloskeletal
dilakukan dengan membandingkan skor
menggunakan Paired Samples Test sesudah
kebosanan kerja pada Periode I dan Periode
intervensi menunjukan p=0,000 adanya
II. Hasil uji dengan Paired Samples Test
perbedaan bermakna pada Periode I dan
disajikan pada Tabel 2
Periode II. Penurunan skor keluhan
muskuloskeletal sebesar 10,8 pada Periode
Tabel 2 Hasil Uji Beda Kebosanan kerja
II setelah diberikan intervensi selama 3
Menggunakan Paired Samples Test
minggu.

Analisis Produktivitas
Data produktivitas diperoleh dari
perbandingan antara keluaran (output) yaitu
waktu kerja efektif membersihkan injeksi,
masukan (input) yaitu beban kerja yang
Uji beda kebosanan kerja diterima pekerja selama bekerja yang
menggunakan Paired Samples Test sesudah ditentukan berdasarkan denyut nadi kerja
intervensi menunjukan p=0,000 adanya (denyut/menit), dan waktu (time) lama kerja
perbedaan bermakna pada Periode I dan dalam sehari. Uji dengan Shapiro-Wilk test
Periode II. Penurunan skor kebosanan kerja data berdistribusi normal (p>0,05).
sebesar 9,9 pada Periode II setelah diberikan Uji Paired Samples Test dilakukan
intervensi selama 3 minggu. dengan membandingkan skor produktivitas
pada periode I dan periode II. Hasil uji
Analisis Keluhan Muskuloskeletal
dengan Paired Samples Test disajikan pada
Rerata keluhan muskuloskeletal di
Tabel 4
uji dengan Shapiro-Wilk test. data
berdistribusi normal (p>0,05).
Tabel 4 Hasil Uji Beda Produktivitas
Uji Paired Samples Test dilakukan
Menggunakan Paired Samples Test
dengan membandingkan skor keluhan
muskuloskeletal pada Periode I dan Periode
II. Hasil uji dengan Paired Samples Test
disajikan pada Tabel 3

22
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

Uji beda produktivitas menggunakan yang diukur pada hari sabtu sesudah kerja.
Paired Samples Test sesudah intervensi Rerata kebosanan kerja Periode I sesudah
menunjukan p=0,019 adanya perbedaan bekerja adalah 118±4,42. Sedangkan rerata
bermakna pada Periode I dan Periode II kebosanan kerja Periode II sesudah bekerja
(p<0,05). Peningkatan produktivitas sebesar adalah 108±3,02. Hasil analisis menunjukan
0,06 pada Periode II setelah diberikan ada perbedaan bermakna (p<0,05). Adanya
intervensi selama 3 minggu. penurunan jumlah skor kebosanan kerja
sebesar 8,4% pada saat setelah dilakukannya
PEMBAHASAN intervensi.
Karakteristik Subjek Penelitian Workstation improvement berupa
Umur subjek yang terlibat dalam
perbaikan kursi yang sesuai antropometri
penelitian ini antara 24-38 tahun dengan
pada pekerja dapat mengurangi dampak
rerata 30±4,19 tahun. Rerata umur tersebut
kebosanan, ini dikarenakan jika pekerja
tergolong usia produktif. Menurut UU No.
nyaman dengan kondisi stasiun kerja maka
13 tahun 2003 bahwa batas usia kerja yang
akan meningkatkan kinerja, serta pemberian
berlaku di Indonesia adalah berumur 15-64
stretching disela pekerjaan merupakan
tahun. Seiring bertambahnya umur maka
variasi kerja yang dapat mengurangi
kekuatan otot akan menurun dan pada umur
ketegangan otot, meningkatkan kondisi
50-60 tahun kekuatan otot mencapai 75-
fisiologis tubuh, mengurangi kelelahan
85% kekuatan otot sewaktu masih muda
sehingga membuat pekerja merasa lebih
(Pheasant, 2003; Adrianto, 2014).
baik dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini
Rerata masa kerja karyawan yang
sesuai dengan pernyataan Sutjana (2008)
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
istirahat pendek di sela pekerjaan setiap 2
3,3 tahun dengan rentangan lama bekerja
jam kerja selama 5-10 menit maka kesiapan
antara 1-6 tahun. Masa kerja adalah
kerja tetap di atas ambang.
panjangnya waktu terhitung mulai pertama
Pekerjaan di pembersihan injeksi
kali pekerja masuk kerja, hingga saat
yang setiap hari dihadapi ditempat kerja
penelitian masuk (Amalia, 2007). Tingkat
hanya material sheet yang sama dan
pengalaman kerja seseorang akan
dilakukan secara berulang dan terus menerus
mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja
dalam waktu yang relatif lama tanpa adanya
dan timbul keluhan fisik (Umiyati, 2009).
variasi dapat menimbulkan kebosanan kerja,
Seseorang dapat dikatakan produktif jika
tipe pekerjaan yang monoton dapat
telah memiliki pengalaman kerja 0-2 tahun
menurunkan stimulasi mental sehingga
dalam bidang yang sama dan dapat bekerja
terjadi penurunan sirkulasi oksigen dan
secara efektif, efisien dan berkualitas
nutrien ke otak sehingga perhatian pekerja
(Maryam, 2007).
menurun dan bahkan sering kali
Kebosanan Kerja menimbulkan perasaan mengantuk hal ini
Kebosanan kerja pada bagian tentunya akan menurunkan produktivitas
pembersihan injeksi dihitung dengan pekerja.
menggunakan kuesioner kebosanan kerja

23
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

Penelitian ini sesuai dengan muskuloskeletal sesudah bekerja


penelitian yang dilakukan oleh Rea (2012) 56,20±4,47. Hasil analisis menunjukan ada
terhadap kebosanan kerja pada karyawan perbedaan bermakna (p<0,05). Selisih skor
radio Sonora Surabaya didapatkan hasil keluhan muskuloskeletal Periode I dan
bahwa, yang dibutuhkan oleh karyawan Periode II adalah 10,8 adanya penurunan
radio Sonora dalam mengatasi kebosanan jumlah skor keluhan muskuloskeletal
kerja adalah istirahat sejenak. Penelitian sebesar 21,6% pada saat sesudah
yang dilakukan Maryam (2007) terhadap dilakukannya intervensi.
hubungan antara masa kerja dan kebosanan Pembebanan statis dan paksa dapat
dengan produktivitas kerja karyawan PT menyebabkan aliran darah terhambat
TOA-Galva Industries didapatkan hasil ada sehingga suplai oksigen ke bagian otot tidak
hubungan yang signifikan antara kebosanan cukup. Keadaan tersebut menyebabkan
kerja dan produktivitas karyawan atau dapat akumulasi timbunan asam laktat dan panas
dikatakan produktivitas kerja dipengaruhi tubuh yang pada akhirnya menyebabkan
oleh kebosanan. kelelahan pada otot skeletal yang dirasakan
Berdasarkan hasil penelitian dan sebagai bentuk nyeri otot pekerja (Pheasant,
beberapa penelitian diatas, pemberian 2003).
intervensi berupa workstation improvement Keluhan muskuloskeletal pada
dan stretching terhadap kebosanan kerja karyawan pembersihan injeksi dipicu
menjadi sangat penting untuk mendapatkan terutama akibat sikap kerja duduk statis
perhatian mengingat bahwa hal tersebut dengan gerakan yang monoton dalam waktu
akan dapat mempengaruhi produktivitas 8 jam. Workstation improvement berupa
kerja. perbaikan kursi yang sesuai antropometri
dan pemberian stretching karyawan
Keluhan Muskuloskeletal pembersihan injeksi dapat mengurangi
Keluhan muskuloskeletal pada
keluhan muskuloskeletal dikarenakan
karyawan pembersihan injeksi dihitung penelitian ini berhubungan dengan
menggunakan kuesioner Nordic body map menurunnya spasme otot dan peningkatan
yang diukur pada saat hari senin sebelum
sirkulasi darah pada otot dikarenakan
kerja dan hari sabtu setelah bekerja. adanya peregangan otot disela pekerjaan dan
Keluhan muskuloskeletal pada karyawan perbaikan kondisi kerja.
pembersihan injeksi dipicu terutama akibat
Hal ini sesuai dengan penelitian
sikap kerja duduk statis dengan gerakan Adiatmika (2007) bahwa perbaikan kondisi
yang monoton dalam waktu kurang lebih 7-8 kerja dengan pendekatan ergonomi total
jam.
dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal
Rerata keluhan muskuloskeletal sebesar 5,24% pada perajin pengecatan
Periode I sebelum bekerja 41,90±4,72 dan logam di Kediri tabanan. Total ergonomi
rerata keluhan muskuloskeletal sesudah
ditujukan untuk meningkatkan kualitas
bekerja 71,70±8,42. Sedangkan rerata kesehatan pekerja dengan mengurangi
keluhan muskuloskeletal Periode II sebelum
bekerja 37,20±3,29 dan rerata keluhan

24
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan berkurangnya waktu istirahat curian, pekerja


keluhan lainnya (Susihono, 2017). lebih banyak berfokus membersihkan injeksi
Penelitian lain yang mendukung sehingga gerakan-gerakan yang kurang
penelitian ini dilakukan Surata (2011) efektif berkurang, hal ini yang dapat
bahwa redesain alat dan sistem kerja meningkatkan jumlah hasil pembersihan dan
menurunkan keluhan muskuloskeletal kecepatan waktu kerja efektif sehingga
sebesar 56,15%. produktivitas meningkat.
Penelitian lainnya yang sesuai Hal ini sesuai dengan penelitian
dengan penelitian ini juga dilakukan Choiron (2014) tentang penggunaan meja
Wahyono (2014) terhadap pengaruh dan kursi yang dibuat sesuai dengan postur
workplace exercise terhadap keluhan tubuh penggunanya berdasarkan data
muskuloskeletal pada pekerja di bagian antropometri dapat mengurangi keluhan
sewing CV. Cahyo Nugroho jati (CNJ) ketidaknyamanan pada bagian tubuh serta
Sukoharjo, setelah diberikan stretching dapat meningkatkan produktivitas sebesar
selama 3 minggu berpengaruh secara 12%.
signifikan dalam mengurangi keluhan Penelitian yang dilakukan Rusni
muskuloskeletal pada pekerja wanita di (2016) dengan workplace stretching
bagian sewing. exercise meningkatkan produktivitas kerja
Berdasarkan beberapa penelitian pada penjahit di PT Fussion hawai sebesar
diatas, pemberian intervensi berupa 66,67%.
workstation improvement dan stretching Penelitian lain yang dilakukan
dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal Daryono (2016) bahwa terjadi peningkatan
dikarenakan adanya perbaikan kondisi produktivitas kerja setelah melakukan
stasiun kerja dan peregangan pada bagian perbaikan stasiun kerja dan pemberian aktif
otot tubuh di sela pekerjaan yang stretching, hal ini sesuai dengan teori yang
menyebabkan keluhan otot berkurang. dikemukakan oleh Wignyosoebroto (2008)
bahwa peningkatan produktivitas kerja
Produktivitas dapat dilakukan dengan melalui dua faktor
Produktivitas kerja yang dilakukan
yaitu: faktor teknis dan faktor non teknis.
diperoleh rerata Periode I sesudah kerja Faktor teknis dilakukan dengan
0,13±0,04, sedangkan rerata Periode II evaluasi alat kerja dan perbaikan alat kerja
sesudah kerja 0,19±0,06. Hasil analisis
atau stasiun kerja, dalam penelitian ini
menunjukan ada perbedaan bermakna workstation improvement berupa
(p<0,05). Adanya peningkatan penggunaan kursi yang sesuai dengan
produktivitas sebesar 46,15% pada saat
pekerja. Sedangkan faktor non teknis yang
setelah dilakukannya intervensi. dilakukan melalui perbaikan metode dan
Workstation improvement berupa sistem kerja, team work, pengaturan waktu
penggunaan kursi yang sesuai antropometri kerja dan hal yang berorientasi pada human
dan pemberian stretching karyawan factor, dalam penelitian ini berorientasi pada
pembersihan injeksi menunjukan adanya human factor yaitu pemberian stretching
peningkatan produktivitas yang disebabkan

25
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

yang bertujuan merenggangkan tubuh di sela DAFTAR PUSTAKA


pekerjaan.
Adiatmika, I.P.G., A. Manuaba, N.
Simpulan dan Saran Adiputra., D.P. Sutjana. 2007.
Perbaikan Kondisi Kerja dengan
Simpulan
Pendekatan Ergonomi Total
Dari hasil analisis dan pembahasan yang Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal
telah dijabarkan sebelumnya, dapat dan Kelelahan Serta Meningkatkan
disimpulkan bahwa : Produktivitas dan Penghasilan Perajin
1. Work station improvement dan Pengecatan Logam di Kediri-tabanan.
pemberian stretching karyawan Disertasi. Program Studi doctor Ilmu
pembersihan injeksi menurunkan Kedokteran. Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
kebosanan kerja sebesar 8,4% dari
Amalia, D. 2007. Tinjauan Tingkat
rerata 118,40±4,43 menjadi Kelelahan Kerja pada Pekerja Unit
108,50±3,03 Produksi Industri Garment PT. Inti
2. Work station improvement dan Gramindo Persada. Fakultas Kesehatan
pemberian stretching karyawan Masyarakat Universitas Indonesia.
pembersihan injeksi menurunkan Choiron, M. 2014. Perancangan meja dan
keluhan muskuloskeletal sebesar kursi yang Ergonomis pada bagian
produksi Kerupuk Samiler dalam
21,61% dari rerata 71,70±8,42 menjadi rangka Peningkatan Produktivitas.
56,20±4,47 Penelitian Dosen Pemula Universitas
3. Work station improvement dan Jember.
pemberian stretching karyawan Daryono, Sutjana I.DP., Muliarta, I.M.
pembersihan injeksi meningkatkan 2016. Redesain Rakel dan Pemberian
produktivitas sebesar 46,15% dari Peregangan Aktif Menurunkan Beban
rerata 0,13±0,04 menjadi 0,19±0,06 Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal
Saran Serta Meningkatkan Produktivitas
Workstation improvement berupa Kerja Pekerja Sablon Pada Industri
Sablon Surya Bali Di Denpasar.
pemberian kursi ergonomis yang sesuai
Ergonomi Fisiologi Kerja Universitas
dengan antropometri pekerja dan pemberian Udayana. Jurnal Ergonomi Indonesia
stretching disarankan untuk dapat diterapkan (The Indonesian Journal of
pada industri perak agar dapat mengurangi Ergonomi) Vol.2, No. 2:1 Juli ±
kebosanan kerja dan keluhan akibat proses Desember 2016
kerja. Penelitian berikutnya dapat dilakukan Maryam. 2007. Hubungan antara masa kerja
dengan memberikan masing-masing dan Kebosanan dengan Produktivitas
kerja Karyawan PT. TOA-Galva
intervensi secara terpisah, untuk mengetahui
Industries. Skripsi. Jakarta: Fakultas
intervensi yang lebih memberikan efek pada Psikologi Universitas Islam Negeri.
kebosanan kerja dan keluhan Padmiswari, N.K.S, Adiartha, I.P. 2017.
muskuloskeletal yang timbul akibat proses Hubungan Sikap Duduk dan Lama
kerja Duduk Terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah pada Pengrajin Perak
di Desa Celuk Kecamatan Sukawati

26
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018

Kabupaten Gianyar., E-Jurnal Medika. Universitas islam Negeri Syarif


Vol 6 (2) Hidayatullah Jakarta Fakultas
Pheasant, S. 2003. Ergonomics, Work, and Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Health. London : Macmillan Academic Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Profesional Ltd. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Rea, G. S. 2012. Kebosanan Kerja pada 13 Tahun 2003 Tentang
Karyawan Radio Sonora Surabaya. Ketenagakerjaan.
Jurnal Psikologi Industri dan Wahyono. W., Sakolo, E,. 2014. Pengaruh
Organisasi. Vol 1 (2) Workplace Exercise Terhadap Keluhan
Rusni. N.W. 2016. Aplikasi Ergonomi Muskuloskeletal pada Pekerja di Bagian
dengan Workplace Stretching Exercise Sewing CV. Cahyo Nugroho Jati (CNJ)
dan Pemberian The Manis Sukoharjo. Jurnal Terpadu Ilmu
Memperbaiki Respon Fisiologis dan Kesehatan. 3 (2) 106-214
Meningkatkan Produktivitas Penjahit di Wignyosoebroto, S. 2008. Ergonomi, Studi
PT. Fussion Hawai. Tesis. Universitas Gerak dan Waktu. Teknik Analisa
Udayana. untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
Surata, I.W. 2011. Redesain Alat Pengering Jakarta: Guna Widya.
dan Sistem Kerja Meningkatkan
Kinerja Petani dan Mutu Rumput Laut
di Desa Ped Nusa Penida. Disertasi.
Denpasar: Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Susihono, W. Adiatmika, I.P.G., 2017.
Implementation of Total Ergonomics
Approach Through Multisisciplinary
Sciences for the Improvement of
:RUNHUV¶ +HDOWK 4XDOLW\ /LWHUDWXUH
Review Doctoral Dissertation Udayana
Bali-Indonesia. Journal of Global
Pharma Technology., 09(9): 252-256
Sutjana, D.P., Adiatmika, P., Susy, P., dkk.
2008. Preliminary Anthropometric Data
of Medical Students For Equipment
Applications. Jurnal Human Ergol.,37:
45-48
Sutjana, I.D.P. 2008. Kecelakaan Kerja di
Bali Dilihat dari Waktu Kejadian
Kecelakaan Tahun 1995-1998.(cited :
29 Desember 2017). Available From:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijbs/artic
le/viewFile/3716/2737
Umiyati. 2009. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha
Informal di Wilayah Ketapang
Cipondoh Tangerang tahun 2009.

27
Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716

Pemberian Static Stretching Exercise Dapat Meningkatkan Fungsional


Punggung Bawah Pada Penjahit

Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati1, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2, Putu Yudi
Pramana Putra3
1,3
Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
2
Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Pascasarjana, Universitas Udayana
e-mail korespondensi: gitakaruniasaraswati@gmail.com
doi:https://doi.org/10.24843/JEI.2019.v05.i02.p03
Article Received: 13 Oktober 2019; Accepted: 30 Desember 2019; Published: 31 Desember 2019

Abstrak

Penjahit merupakan salah satu aset penting untuk memenangkan persaingan industri
teksil. Sikap kerja selama menjahit dan bekerja dalam jangka waktu yang lama akan memicu
timbulnya keluhan muskuloskeletal seperti ketegangan otot dan rasa nyeri pada area
punggung bawah. Keluhan ini akan berdampak pada penurunan kemampuan fungsional
punggung bawah, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas. Hasil wawancara dan
penilaian menggunakan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) didapatkan hasil sikap kerja
penjahit berada di level 6 yang diintepretasikan sebagai posisi kerja penjahit perlu segera
dirubah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian static stretching exercise
dapat meningkatkan kemampuan fungsional punggung bawah pada penjahit. Metode
penelitian ini adalah eksperimental dengan one group pre test post test design. Penelitian
dilakukan pada bulan April 2018 dengan pengulangan 3 kali seminggu selama 4 minggu.
Sampel penelitian berjumlah 15 orang. Pengukuran fungsional punggung bawah
menggunakan modified-modified Schoober test. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan
Paired Sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan setelah
pemberian static stretching exercise (p<0,05). Disimpulkan pada penelitian ini adalah
kemampuan fungsional punggung bawah dapat ditingkatkan melalui static stretching
exercise.

Kata kunci: fungsional punggung bawah, penjahit, Rapid Upper Limb Assesment (RULA),
static stretching exercise

Static Stretching Exercise Can Increase Functional Lower Back In Tailor

Abstract

Tailor is the most important asset among the textil industry resources to win the competition.
Work posture when tailoring and work will generate musculaskeletal disorders such as muscle
tension and pain in the lower back area. Both complaints will have an impact on the decreased
functional ability of the lower back which leads to a decrease in productivity. The results of the initial
interview and assessment using the Rapid Upper Limb Assessment (RULA) found the work attitudes of
the tailor to be at level 6 interpreted as the work position of the tailor needs to be changed
immediately. The goal of this study is to prove the static stretching exercises can improve the
functional ability of the lower back area. This research method is experimental with one group pre

67
Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716

test design post test design. The study was conducted in April 2018 with repetition 3 times a week for
4 weeks. The research sample of 15 people. Functional measurement of the lower back using a
modified-modified Schoober test. Based on the results of data analysis using Paired Sample t-test
indicates that there are significant changes after giving static stretching exercise (p<0.05). The
conclusion of this study is that static stretching exercise can improve the functional ability of the
lower back.

Keywords: functional lower back, Rapid Upper Limb Assesment (RULA), static stretching exercise,
tailor

PENDAHULUAN

Guna menghasilkan produk tekstil yang berkualitas di era persaingan dunia industri
yang semakin ketat, Industri tekstil berlomba-lomba untuk mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki (Sinyo, 2015). Sektor Industri informal mulai banyak berkembang di Indonesia
khususnya wilayah Denpasar Bali, Salah satu sektor industri informal adalah Industri Tekstil.
Kebutuhan dan kepentingan masyarakat akan pakaian jadi terus meningkat dari tahun ke
tahun, sehingga industri tekstil mulai berkembang dari skala rumah tangga hingga skala
industri menengah keatas seperti garmen.
Garmen “X” merupakan industri garmen berskala menengah yang berada di kota
Denpasar, Provinsi Bali, yang bergerak dibidang produksi kaos. Industri garmen ini sudah
berdiri kurang lebih 30 tahun yang, dimana didalamnya terdapat beberapa jenis pekerjaan
seperti penjahit, tukang pola, tukang potong, tukang packing dan pekerjaan lainnya.
Distribusi karyawan terbesar adalah pada tenaga kerja penjahit. Tenaga kerja penjahit di
garmen “X” masih berada pada usia produktif yaitu rentangan umur 20 – 35 tahun, rata-rata
mereka sudah bekerja selama lebih dari 1 tahun. Karyawan khususnya penjahit bekerja
selama 6 hari dalam seminggu, dengan waktu kerja adalah selama 8 jam per hari. Apabila
orderan sedang menumpuk dan harus mengejar deadline jam kerjanya bisa mencapai 10-12
jam per hari. Para penjahit memiliki waktu untuk beristrahat selama 1 jam selama jam kerja.
Jam istirahat biasanya mereka isi dengan makan siang dan mengobrol dengan teman-
temannya.
Risiko kelelahan hampir terdapat pada setiap pekerjaan. Salah satu faktor yang
menyebabkan prestasi kerja menurun adalah kelelahan akibat kerja, Dampak yang
ditimbulkan dari kelelahan kerja adalah perasaan kurang nyaman pada tubuh, serta
menurunnya produktivitas kerja (Fitrihana, 2008). Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja
dan menambah tingkat kecelakaan akibat kerja (Nurmianto, 2003). Faktor risiko yang
berpotensi terhadap kelelahan kerja pada penjahit adalah sikap kerja seperti posisi statis dan
monoton, Posisi badan saat duduk yang dibungkukan ke arah mesin jahit. Faktor risiko
tersebut berasal dari sikap kerja, gerakan simultan yang berulang, ketidaksesuaian desain
tempat duduk, tinggi meja yang tidak sesuai, penchayaan yang kurang, posisi kaki yang
cenderung ditekuk karena posisi pedal dimesin jahit (Kaergaard & Andersen, 2000).
Cara pemeriksaan dengan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) merupakan suatu
metode pemeriksaan risiko sikap atau posisi kerja dengan menganalisa postur tubuh untuk
memperkirakan terjadinya kemungkinan problematika musculoskeletal. Setelah pemeriksaan
dengan RULA diharapkan kenyamanan kerja, produktivitas kerja dapat ditingkatkan sehingga
peningkatan kualitas produksi, setelah dilakukannya perbaikan sikap kerja (Tarwaka, 2010).
Hasil screening dengan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) pada posisi kerja penjahit
didapatkan hasil dengan nilai rata-rata 6 dimana nilai ini menunjukan posisi kerja penjahit
perlu segera dirubah dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencegah terjadinya
kecelakaan akibat kerja.

68
Nyeri atau sakit punggung adalah keluhan umum yang sangat sering terjadi di
masyarakat dan berdasarkan hasil survey diperkirakan mengenai 65% dari seluruh populasi.
Pada penelitian terdahulu diperoleh data bahwa 82,5% penjahit mengalami keluhan rasa
kurang nyaman pada area pinggang, lalu 60% pada area bokong, 57,5% , pada leher bagian
bawah 47,5% dan pada leher bagian atas adalah 45% (Rivai, dkk., 2014). Sikap kerja pada
penjahit akan berdampak pada reaksi tegangan otot yang imbalance dalam waktu yang
panjang. Posisi postur tubuh yang kurang ergonomis juga menyebabkan terjadi mekanisme
proteksi alami dari otot-otot tulang belakang untuk menjaga dan mempertahankan stabilitas
postural, sehingga timbul manifestasi penggunaan yang berlebih pada salah satu sisi otot
secara terus-menerus sehingga muncul dampak ketidakseimbangan postur tubuh yang
dominan salah satu sisi. Keterbatasan range of motion (ROM) disebabkan oleh berkurangnya
fleksibilitas otot.
Kemampuan fungsional punggung bawah berperan dalam berbagai gerak tubuh
misalnya memutar badan, mengangkat, membungkuk. Penjahit yang dominan pekerjaannya
didominasi dengan sikap kerja yang monoton seperti duduk membungkuk statis dengan
jangka waktu yang panjang berisiko mengalami penurunan kemampuan fungsional dari area
punggung bawah. Penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara posisi
duduk statis dalam jangka waktu yang panjang dengan fleksibilitas lumbal pada pembatik di
Surakarta (Dewi, 2015. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan pemeriksaan RULA
didapatkan adanya risiko seorang penjahit mengalami penurunan fleksibilitas lumbal
sehingga perlu dilakuan suatu usaha intervensi fisioterapi yang bertujuan mencegah, menjaga,
mengembangkan dan memulihkan fungsi gerak tubuh penjahit. Salah satu metode intervensi
fisioterapi yang data digunakan adalah static stretching exercise.
Static stretching exercise adalah latihan peregangan yang bertujuan untuk dapat
memperbaiki kelenturan atau fleksibilitas, mengurangi ketegangan otot tubuh, memperbaiki
sirkulasi, mengurangi keluhan nyeri otot, dan meminimalisir risiko cidera. Metode latihan
peregangan umumnya dapat dibedakan menjadi peregangan statis dan dinamis. Pada saat
posisi latihan kelompok otot sasaran diregangkan dengan cara mempertahankan posisi dalam
waktu tertentu (Pulcheria, 2016).
Penelitian terdahulu yang diteliti oleh Garcia, dkk. (2013) terhadap 148 pasien yang
mengalami keluhan nyeri punggung bawah dengan kondisi kronis dengan perlakuan latihan
peregangan yang mengarahkan punggung kearah ekstensi atau lebih terkenal dengan sebutan
back school exercise selama 4 minggu, didapatkan hasil bahwa back school exercise lebih
efektif dalam memperbaiki keterbatasan fungsional. Static stretching exercise yang dilakukan
secara baik dan benar dalam waktu yang relatif lama akan meningkatkan elastisitas otot,
mengurangi ketegangan otot, rileksasi otot dan memperbaiki struktur otot. Peningkatan
elastisitas otot juga mempunyai efek peningkatan endurance otot terhadap perubahan
gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis. Static stretching exercise juga akan
memperbaiki sistem sirkulasi darah sehingga mengatasi terjadinya spasme atau ketegangan
otot yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi (Borenstein & David, 1989).

METODE

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan one group pre test
post test design. Terdapat 1 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan dengan static
stretching exercise. Penelitian ini dilakukan di Garmen “X” pada Bulan April 2018.
Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 4 minggu. Sampel penelitian
berjumlah 15 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi terpilih sebagai
subjek penelitian. Kriteria inklusi adalah berusia 20-35 tahun, dalam keadaan umum baik

69
(vital sign normal), menjadi penjahit minimal 1 tahun, tidak mengalami indikasi cidera
punggung bawah seperti hernia nucleus pulposus (HNP), fraktur vertebra, spondilolistesis,
tidak dalam kondisi hamil, memiliki IMT normal, dan bersedia secara sukarela menjadi
subjek penelitian dari awal penelitian sampai akhir dengan menandatangani informed
consent. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menganalisis umur, jenis
kelamin, dan lama bekerja, dan analitik untuk menguji fungsional punggung bawah dengan
paired t-test karena data berdistribusi normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel penelitian yang mengikuti sampai akir adalah 15 orang. Sampel merupakan
penjahit wanita. Tabel 1 menampilkan karakteristik sampel berdasarkan umur, IMT, dan lama
bekerj.

Tabel 1
Karakteristik Sampel

Karakteristik N Rerata±SB
Umur (Th) 15 26,26±3,45
IMT (Kg/m2) 15 20,97±1,32
Lama Bekerja (Th) 15 3,80±1,47

Usia sampel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah rentangan 20-35
tahun dengan rerata adalah 26,26±3,45 yang berarti subjek penelitian masih berada pada usia
produktif. Pada rentang umur tersebut seseorang baik laki-laki ataupun perempuan akan
memiliki kekuatan fisik yang optimal. Kemampuan fisik mencapai kerja maksimalnya pada
umur antara 25-35 tahun dan berangsur menurun seiring dengn bertambahnya usia. Pada
industri Garmen “X” memperkerjakan pekerja dengan usia produktif. Usia produktif
menurut undang-undang No. 13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang tergolong usia
produktif untuk bekerja yang berlaku di Indonesia adalah usia 15-64 tahun. (Dinata, 2013)
Berdasarkan rerata IMT yaitu 20,97±1,32, dapat disimpulkan bahwa total seluruh
sampel memiliki IMT normal, sesuai dengan kriteria inklusi sampel penelitian. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Paramurthi (2014) didapatkan hasil bahwa IMT akan
berpengaruh terhadap fleksibilitas lumbal. Azwar (2004) mengatakan orang yang memiliki
IMT tidak normal akan berdampak pada penurunan kekuatan pada otot abdominal, yang akan
mengubah titik pusat gravitasi ke depan tubuh sehingga L5-S1 mengalami peningkatan beban
axial dan terjadi penambahan tekanan yang dalam jangka panjang akan menyebabkan
fleksibilitas sendi lumbal menurun.
Nilai rerata masa kerja adalah 3,80±1,47 tahun. Berdasarkan rentang waktu bekerja
sebagai penjahit sampel penelitian sudah memenuhi kriteria inklusi dan dianggap dalam
kategori berpengalaman. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh
terhadap munculnya keluhan fisik atau resiko kelelahan kerja lainnya (Wijayanti, 2013).
Berdasarkan hasil observasi langsung ke garmen “X” ditemukan bahwa sikap kerja dan
peralatan kerja yang digunakan penjahit kurang ergonomis sehingga memungkinkan
terjadinya beberapa keluhan. Menimbang dari hasil observasi yang didapatkan, maka
dilakukan pemeriksaan sikap kerja yang lebih objektif untuk menilai resiko terjadinya
keluhan akibat kerja dengan menggunakan Rapid Upper Limb Assesment (RULA). Penjahit
memiliki karakteristik sikap kerja yang sama, yaitu dengan sikap kerja duduk statis,

70
membungkukkan bagian kepala dan punggung, serta posisi siku dan lutut yang ditekuk. Hasil
pengukuran RULA disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2
Rekap Perhitungan Skor RULA Pada Sikap Kerja Penjahit

Point Ukur Skor Point Ukur Skor


Upper Arm +4
Lower Arm +2
Posture Score A +4
Wrist +2
Wrist Twist +1
Muscle Use +1
Force Load +0
Final Wrist, Arm, Score (Total Score 1) +5
Neck +3
Trunk +3 Posture Score B +4
Leg +1
Muscle Use +1
Force Load +0
Final Neck, Trunk dan Leg Score (Total Score II) +5
Score C (Final Score) 6

Hasil yang didapat dari pemeriksaan dengan RULA pada penjahit adalah level 6,
dengan intepretasi memerlukan investigasi lebih lanjut dan segera dilakukan perubahan. Dari
rekap perhitungan RULA dapat dilihat bahwa point yang memberikan kontribusi nilai RULA
pada region upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan leg memiliki nilai atau potensi
yang sama terhadap terjadinya keluahan musculoskeletal yang diakui dialami oleh penjahit.
Skor RULA yang dianggap berisiko tersebut dikarenakan sikap kerja pada penjahit yang
monoton dan statis seperti duduk membungkuk yang dilakukan dalam jangka waktu yang
panjang, Regio leher dan punggung memiliki beban yang besar dalam menjaga postural
selama bekerja. Rivai, dkk (2014) juga melakukan penelitian pada penjahit dan diperoleh data
bahwa 82,5% penjahit mengalami keluhan rasa kurang nyaman pada area pinggang, lalu 60%
pada area bokong, 57,5%, pada leher bagian bawah 47,5% dan pada leher bagian atas adalah
45%.
Berkurangnya kemampuan fungsional area punggung bawah penjahit juga dimulai dari
sikap kerja yang tidak tepat, sehingga terjadi ketidakseimbangan kerja otot antara otot-otot
global dan otot-otot core saat mempertahankan posisi postur tubuh selama bekerja.

Tabel 3.
Uji kemampuan fungsional punggung bawah dengan Paired Sample t-test
Gerakan Pengukuran Rerata+SB p
Fleksi Sebelum latihan 19,96±1,2 0,001
Sesudah latihan 21,36±1,1
Ekstensi Sebelum latihan 12,13±0,44 0,001
Sesudah latihan 13,23±0,4

Tabel 3 menyajikan hasil ujia kemampuan fnsional punggung bawah menggunakan


paired sample t-test. sebelum dan setelah pemberian latihan baik pada kemampuan gerak
fleksi atau gerak ekstensi. Pada keseluruhan variabel gerakan didapatkan nilai p = 0,001

71
(p<0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada peningkatan
fleksibilitas lumbal sebelum dan setelah perlakuan pada static stretching exercise.
Berdasarkan hasil paired sample t-test yang diberikan perlakuan static stretching
exercise, didapatkan rerata nilai fleksibilitas lumbal pada kemampuan gerak fleksi adalah
19,96±1,2 dan pada kemampuan gerak ekstensi 13,23±0,49 pada saat sebelum latihan.
Setelah latihan diperoleh nilai rerata 21,36±1,1 pada kemampuan gerak fleksi dan 12,13±0,44
pada kemampuan gerak ekstensi. Selain nilai rerata sebelum dan sesudah latihan, diperoleh
nilai p pada kemampuan gerak fleksi dan gerak ekstensi pada kelompok 1 yaitu p = 0,001
(p<0,05) yang dimana hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai
fleksibilitas lumbal sebelum dan setelah pemberian static stretching exercise. Dengan
demikian disimpulkan bahwa static stretching exercise dapat meningkatkan kemampuan
fungsional punggung bawah dalam bentuk fleksibilitas lumbal pada penjahit.
Berdasarkan beberapa kajian teori, static stretching exercise merupakan salah satu
bentuk latihan yang diberikan untuk memperbaiki sirkulasi, mengurangi tegangan otot,
meningkatkan elastisitas jaringan sekitar, mengurangi nyeri otot, dan mencegah cedera.
Target utama diberikannya static stretching exercise pada penjahit adalah membantu
memberikan penguluran pada otot-otot yang mengalami ketegangan atau kekakuan akibat
posisi kerja yang menyebabkan terjadinya kerja yang tidak seimbang (imbalance) pada
seluruh tubuh terutama area leher, punggung, dan paha belakang untuk mempertahankan
postur tubuh saat duduk membungkuk di mesin jahit (Pulcheria, 2016).
Static stretching exercise pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan regangan otot-otot yang berperan dalam fleksibilitas lumbal. Kurangnya
fleksibilitas pada area hamstring, hip fleksor, dan area gluteal dapat memicu terjadinya nyeri
pada punggung bawah dan terbatasnya gerakan pada area punggung bawah. Bila saat
melakukan static stretching exercise pasien merasakan nyeri, maka ada kemungkinan
kemampuan fleksibilitas ototnya mengalami penurunan. Static stretching exercise yang
dilakukan dengan tepat dalam jangka waktu yang panjang akan meningkatkan elastisitas otot,
mengurangi ketegangan otot, rileksasi otot dan memperbaiki struktur otot. Meningkatknya
daya tahan otot disebabkan oleh peningkatan elastisitas otot, perubahan gerakan atau
pembebanan secara statis dan dinamis. Static stretching exercise juga akan membantu
sirkulasi peredaran darah sehingga mencegah terjadinya spasme atau ketegangan otot yang
dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi. (Borenstein & David, 1989).

SIMPULAN

Pemberian static stretching exercise sebagai upaya pencegahan untuk koreksi postural
dengan aktivasi otot-otot core meningkatkan lingkup gerak fleksi maupun ekstensi pada area
lumbal yang diukur dengan modified – modified schoober test. Hasil analisis data juga
menunjukan peningkatan kemampuan fungsional punggung bawah (p<0,05) yang berarti
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada peningkatan fleksibilitas lumbal sebelum dan
setelah perlakuan. Static stretching exercise adalah latihan yang dapat berguna sebagai upaya
preventif atau upaya pencegahan terhadap terjadinya keluhan musculoskeletal bagi para
penjahit, khususnya adalah keluhan pada area punggung bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Akutota, V., Ferreiro, A., Moore, T., and Fredericson, M. 2008. Core Stability Exercise
Principle. Current Sport Medicine Reports, Vol. 7(1):39-44.
Azwar, A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Dimasa yang Akan Datang.
Jakarta.

72
Brandon dan Raphael. 2009. Core stability training and Core stability program. Available
from: http://www.sportinjurybulletin.com/archive/core-stability.html. [diakses Maret
2018]
Depkes.go.id. 2019. Publikasi Data dan Informasi. Retrieved from Depkes.go.id:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-web-content-publikasi-data.html
Dewi,F.K.2015. “Hubungan Duduk Lama Statis dalam Membatik dengan Fleksibilitas
Lumbal di Perusahaan Batik Danar Hadi Surakarta” (skripsi). Surakarta: Program Studi
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dinata, K. 2013. “Sikap Kerja Duduk Berdiri Bergantian Menurunkan Kelelahan, Keluhan
Musculoskeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja Penyetrika Wanita di
Rumah Tangga” (thesis). Denpasar: Program Pasca Sarjana Udayana.
Frankl, D. 1999. Anatomical Limitations of Flexibility : Physiological Basis of Flexibility..
Los Angeles: Department of Kinesiology and Physical Education.
Irfan, M. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke edisi pertama. Yogjakarta: Graha Ilmu. pp. 22-
52.
Kaergaard, A., Andersen, J.H., 2000. Musculosceletal Disorders of The Neck and Shoulders
in Female Sewing Machine Operators. Prevalence, Incidene, and Prognosis.
Occupational Environment Medicine, Vol. 57:528-534.
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya
Polajnar, A; Marjan, L; dan Nataza, V.H. 2010 Muscular-Skeletal Diseases Require
Scientifically Designed Sewing Workstations. Slovenia: University of Maribror,
Faculty of Mechanical Enginering, Slovenia.
Paramurthi, P. 2016. “Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan aktivitas olahraga
terhadap fleksibilotas lumbal pada Mahasiswa Fakultas Kedokeran Universitas
Udayana” (skripsi). Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pramita, I. 2014. “Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional
Dari Pada William’s Flexion Excercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik”
(thesis). Denpasar: Program Studi Fisiologi Olahraga Pascasarjana Universitas
Udayana.
Pulat, B.M. 2006. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice Hall.
Pulcheria, Meryl dan Muliartha. 2016. “Fleksibilitas Mahasiswa Universitas Udayana yang
berlatih taichi lebih baik daripada yang tidak berlatih tai chi” (skripsi). Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Rahim, A. H. 2012. Vertebra. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rivai, W. Ekawati.T., Jayanti S. 2014. Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja
Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu. JKM, Vol. 2(3).
Sinyo, 2015. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja
Karyawan PT. New Union jaya di Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.
3(4):1952-1963.
Wang, X. Q., Zheng, J.J., Yu, Z.W., Xia B, Lou, S.J., Liu, J., Cai, B., Hua, Y.H., Wu, M.,
Wei, M.L., Shen, H.M., Chen, Y., Pan, Y.J., Xu, G.H., Chen, P.J. 2012. A Meta-
Analysis of Core Stability Exercise versus General Exercise for Chronic Low Back
Pain. Plosone, Vol.7(12).
Wijayanti, T., Catur, Y., dan Supriyono, A. 2013. Hubungan antara Posisi Kerja Duduk
dengan Keluhan Subyektif Nyeri Pinggang Pada Penjahit di Garmen PT. Apac Inti
Corpora Kabupaten Semarang. Semarang: Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.

73

Anda mungkin juga menyukai