Puja dan puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
kami dapat menyelesaikan proposal mata kuliah Keselamatan Pasien &
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan berjudul “Proposal Dan
Laporan Hasil Observasi Dalam Upaya Pengurangan Resiko Penyakit Akibat
Kerja (PAK) Dan Hazard Pada Pegawai Pabrik Roti Laris Di Daerah Babakan
Mataram” ini.
Penyusunan proposal ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan proposal ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
proposal ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan proposal ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada pegawai atau pekerja Pabrik Roti Laris di
Babakan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pegawai atau
pekerja Pabrik Roti Laris di Babakan
b. Untuk mengetahui tentang keluhan atau penyakit yang dialami yang
berhubungan dengan pekerjaan pada pegawai atau pekerja Pabrik Roti
Laris di Babakan
c. Untuk mengetahui sumber-sumber resiko penyebab PAK terhadap
pegawai atau pekerja Pabrik Roti Laris di Babakan.
d. Untuk mengetahui upaya penerapan K3 yang dijalankan oleh Pabrik
Roti Laris di Babakan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori K3
2.1.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan untuk mencapai
tujuan yang produktivitas setinggi-tingginya. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan
seperti proyek pembangunan gedung seperti apartemen dan tanpa
terkecuali di bidang kesehatan yaitu di rumah sakit dan lain-lain, karena
penerapan K3 itu sendiri dapat mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen
dalam upaya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Ketimpangan tersebut menjadi penyebab dasar terjadinya kecelakaan
kerja. Dengan semakin meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan kerugian
akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam proses
produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif, menyeluruh, dan
terintegrasi dalam manajemen perusahaan. Manajemen K3 dalam
organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan semangat
pekerja dan memungkinkan mereka memiliki keyakinan dalam
pengelolaan organisasi.
Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi
bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi(
Rijanto, 2010 ).
2.1.2 Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bermanfaat untuk memelihara
dan melindungi derajat kesehatan tenaga kerja dari faktor/ bahaya yang
dihadapi di tempat kerja untuk mencapai produktivitas dan kesejahteraan
tenaga kerja.
3
2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja menurut Joint ILO/WHO Committee tahun 1995
antara lain :
a. Mempromosikan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan
sosial pekerja.
b. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja.
c. Melindungi pekerja dari resiko terhadap faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam lingkungan kerja yang
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.
e. Menyesuaikan manusia pada pekerjaannya.
2.1.4 Aspek Terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat terkait dengan kesehatan tenaga
kerja, yang dipengaruhi oleh 3 faktor berikut, yaitu :
1. Beban kerja baik beban secara fisik maupun mental
2. Kapasitas kerja , yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Keterampilan
b. Kesegaran jasmani dan rohani
c. Status kesehatan dan gizi
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Ukuran tubuh
3. Lingkungan kerja, meliputi antara lain :
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi
d. Ergonomic
e. Psikologi
4
2.2 Konsep Teori Penyakit Akibat Kerja
2.2.1 Penyakit Akibat Kerja
Pekerjaan yang dikerjakan dengan cara kerja yang tidak tepat, serta
fasilitas lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan ergonomi kerja dalam
jangka waktu tertentu akan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
akibat kerja. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permenaker No.1 Tahun 1981).
Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa PAK sangat terkait erat
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, untuk jangka waktu
tertentu.
5
Getaran Reynold disease
Tekanan Caisons disease
2. Faktor Ergonomi
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Beban Kerja Hernia
Cara Kerja Trauma otot dan sendi
Posisi Kerja Tidak Penyakit musculoskeletal
Ergonomis
Gerak Repetitive Carpal tunnel syndrom
Kontraksi Statis Kelelahan
3. Faktor Kimia
FAKTOR FISIK PENYAKIT
Zat Iritan Iritasi selaput lendir
Zat Korosif Luka bakar
Zat Karsinogenik Kanker
Zat Alergen Dermatitis, Asma
Zat Mutagenik Mutasi genetik/kanker
6
1. Alat
Gunakan alat pelindung diri atau pilihlah peralatan yang lebih aman
untuk digunakan khususnya pada beberapa peralatan yang dapat
berdampak pada kesehatan antara lain , computer, mesin jahit,peralatan
yang bergetar atau menimbulkan bising dan peralatan lain-lain.
2. Manusia
Faktor manusia yang menjadi penyebab terjadinya PAK adalah cara
melakukan pekerjaan atau cara kerja. Cara kerja yang tidak benar akan
mempengaruhi postur tubuh, misalnya saat mengangkat barang, saat
memindahkan barang dan lain-lain. Untuk mencegah PAK berkaitan
dengan perubahan postur tubuh, maka perhatikan aturan-aturan
berikut :
a. Hindari kegiatan melekukkan kepala dan leher kedepan
(menunduk) atau melekukkan kebelakang (mendongak).
b. Hindari melekukkan badan kedepan (membungkuk).
c. Hindari gerakan memutar dan asimetrik. Jika harus berputar
usahakan hanya sampai dua pertiga putaran.
d. Usahakan untuk menggunakan kursi dengan sandaran
(backrest), dan duduk pada posisi bersandar pada sandaran
(posisi tegak).
e. Pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar, posisi tubuh
tegak dan lekukan siku pada posisi 90-120 derajat, sehingga
tubuh berada optimal untuk mengeluarkan tenaga.
f. Jika bekerja pada posisi berdiri, usahakan dapat sesekali duduk
pada waktu senggang untuk relaksasi otot kaki.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja
antara lain faktor lingkungan fisik, kimia dan lingkungan sosial. Untuk
mencegah terjadinya PAK, maka lingkungan fisik dan kimia perlu
didisain sesuai dengan standar kesehatan kerja. Disamping itu perlu
diciptakan hubungan sosial yang erat antar pekerja yang akan
7
membantu terwujudnya kesehatan kerja. Faktor lingkungan yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya PAK antara lain :
a. Pengaturan beban kerja, antaralain :
1) Pembebanan tidak melebihi 30-40% dari kemampuan kerja
maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
2) Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban maksimum untuk
tenaga kerja Indonesia adalah 40kg.
3) Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali
maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan.
4) Denyut nadi setelah bekerja tidak melebihi 30-40x/menit di
atas denyut nadi sebelum bekerja.
5) Tidak mengangkat beban lebih dari 4,5 kg pada posisi duduk.
6) Tidak mengangkat beban lebih dari 16-20 kg saat berdiri.
7) Alat bantu mekanik dan tim mengangkat harus di rancang
untuk megurangi risiko cidera yang berkaitan dengan beban 16
kg s.d 55 kg.
8) Tidak mengangkat, menurunkan atau membawa beban lebih
dari 55 kg tanpa bantuan mekanis yang tersedia.
b. Letak objek kerja 10 s.d 20 cm lebih tinggi dari siku untuk
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian.
c. Letak objek kerja 10 s.d 20 cm lebih rendah dari siku untuk
pekerjaan yang membutuhkan penekanan dengan tangan.
d. Bahan kimia yang digunakan saat bekerja dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja, misalnya pestisida, insektisida, atau bahan
saniter, dan bahan kimia lainnya dapat menyebabkan PAK.
Tempatkan bahan kimia berbahaya bagi kesehatan di ruang
penyimpanan khusus dan wadah tertutup rapat.
2.3 Konsep Teori Hazard
2.3.1 Pengertian Hazard
Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa
pada barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi), misalnya
pestisida yang ada pada sayuran ataupun panas yang keluar dari mesin
8
pesawat. Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa menimbulkan
dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila tidak
ada kontak (exposure) dengan manusia. Sebagai contoh, panas yang
keluar dari mesin pesawat tidak akan menimbulkan kecelakaan jika kita
tidak menyentuhnya. Proses kontak antara bahaya dengan manusia ini
dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Manusia yang menghampiri bahaya.
2. Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.
9
b. Bahaya elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus
listrik.
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang
bersifat flammable (mudah terbakar)
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang
bersifat explosive
2. Bahaya kesehatan kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.
Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan antara lain :
a. Bahaya fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non
pengion, suhu ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau
bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, fumes, gas
c. Bahaya biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk
hidup yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus,
jamur yang bersifat patogen.
d. Bahaya psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat,
hubungan dengan kondisi kerja yang tidak nyaman.
2.4 Konsep Teori Pabrik Roti
2.4.1 Definisi Pabrik Roti
Pabrik roti adalah tempat memproduksi makanan yang berbahan dasar
tepung dan dipanggang di dalam oven. Perang Dunia II mempengaruhi
industri roti secara signifikan di Britania Raya. Sekolah pembuat roti
ditutup, sehingga tidak ada regenerasi pembuat roti yang terampil. Hal
ini pun mendorong pengembangan metode baru untuk memenuhi
permintaan roti. Metode tersebut antara lain penambahan bahan kimia
ke dalam adonan, dan pembuatan mesin-mesin baru. Metode pembuatan
roti tradisional pun hampir seluruhnya tergantikan oleh metode baru.
Metode lama dianggap kurang efektif dan lebih mahal, sehingga pada
masa itu pembuat roti tradisional makin sulit dijumpai.
10
2.4.2 Bahan Dasar Pembuatan Roti
1. Beras Ketan
Komponen kimia yang utama pada serealia adalah karbohidrat
terutama pati kira-kira 80 % dari bahan kering, protein kira-kira 15
% dari bahan kering, dan lemak kira-kira 5 % dari bahan kering
serta mineral kira-kira 2 % (Buckle, 1985).
2. Mentega
Fungsi mentega dalam bahan pangan khususnya dalam kue dan
roti antara lain: memperbesar volume bahan pangan, menyerap
udara, stabilizer, membentuk cream, memperbaiki keeping quality
dan memberikan cita rasa gurih dalam bahan pangan.
3. Telur
Selain meningkatkan nilai gizi masakan, telur juga penting
dalam masak-memasak karena telur mempunyai beberapa sifat fisik
yang bermanfaat meliputi:
a. Pengental dan pengikat. Karena putih telur terkoagulasi jika
dipanaskan. Telur digunakan sebagai agensia pengental dalam
masakan seperti puding telur dan sebagai agensia pengikat pada
produk seperti risoles.
b. Pengemulsi. Kuning telur mengandung leshitin (suatu agensia
pengemulsi dan dapat digunakan dalam penyiapan mayones
serta emulsi lain).
c. Pembusa. Apabila putih telur dikocok, udara akan terjebak dan
protein terkoagulasi sebagian, membentuk busa ini adalah dasar
meringue.
4. Gula
Gula adalah istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri
pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang
diperoleh dari tebu (Buckle, 1985).
Penggunaan gula dalam adonan selain memberi rasa manis juga
berfungsi mengempukkan adonan dan sebagai anti oksidan.
11
Penambahan gula terlalu banyak dapat menyebabkan adonan hancur
atau meleleh saat pemanggangan, karena terbentuknya butiran keras
(set form) akibat koagulasi pati dan gluten tepung (Ketaren, 1986)
5. Soda Kue
Tepung soda kue merupakan bahan pengembang adonan yang
umum digunakan dalam pembuatan roti. Bahan ini terdiri NaHCO3
dan tepung. Ada dua macam soda kue yaitu soda kue dengan
aktivitas lambat atau aktivitas ganda dan soda kue dengan aktivitas
cepat atau aktivitas tinggi. Pemilihan jenis soda kue akan
mempengaruhi elastisitas dan plastisitas adonan. Soda kue aktivitas
lambat melepaskan CO2 setelah adonan terbentuk menghasilkan
retak-retak pada tepi biskuit. Bila digunakan suhu awal
(pembakaran roti) rendah maka diperoleh volume produk yang lebih
besar. Tetapi bila kenaikan suhu kurang cepat, volume akan kecil
dan untuk menghindarinya, suhu pembakaran dibuat merata
(Winarno, 2002).
2.4.3 Proses Pengolahan Roti
1. Pencuncian dan Perendaman
Proses pencucian dan perendaman biasa dilakukan terhadap produk
hasil pertanian sebelum mengalami proses lebih lanjut. Tujuan
pencucian dan perendaman yang utama adalah :
a. Menghilangkan bahan asing yang terdapat pada hasil pertanian
yang dapat mempengaruhi mutunya.
b. Mengurangi jumlah bakteri atau jenis mikroba lain.
c. Menginaktifkan enzim apabila digunakan air panas (hangat)
untuk perlakuan pencucian atau perendaman.
d. Mendapatkan kenampakan hasil pertanian yang bersih dan
menarik.
2. Penggilingan
Penggunaan proses penghancuran yang paling luas dalam industri
pangan kemungkinan adalah penggilingan butir-butir gandum
menjadi tepung, akan tetapi penghancuran ini digunakan untuk
12
berbagai tujuan seperti pengolahan jagung menjadi tepung jagung,
penggilingan gula dan pengolahan bahan kering seperti sayuran.
3. Penyaringan
Bahan digoyang atau digerakkan di atas saringan halus atau kain
saring, sehingga partikel yang lebih kecil dari ukuran lubang
saringan dapat lolos ke bawah dengan pengaruh gaya gravitasi.
4. Pengocokan Telur
Perlakuan mekanis seperti mengocok putih telur menyebabkan
terjadinya koagulasi parsial pada protein. Protein pada putih telur
tersebut adalah albumin yang mengurung buih sehingga buih
menjadi stabil. Buih pada putih telur tersebut dapat dibuat lebih
stabil dengan penambahan gula secara perlahan.
5. Pencampuran Adonan
Pencampuran adalah penyebaran satu komponen ke komponen lain
yang dimulai dengan mengelompokkan masing-masing komponen
dalam wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama
lain dalam bentuk komponen murni. Jadi apabila contoh diambil
dari tiap wadah, setelah dianalisa maka akan terlihat keseragaman
jenis komponen tersebut. Ketika pencampuran dilakukan contoh
akan menunjukkan peningkatan proporsi salah satu komponen
daripada proporsi yang diperkirakan dari seluruh proporsi dalam
wadah. Pencampuran yang sempurna kemudian didefinisikan bahwa
besar proporsi masing-masing komponen dalam campuran adalah
sama.
6. Proses Pengembangan
Proses pemanggangan roti sebenarnya adalah merupakan langkah
akhir dan sangat penting dalam memproduksi roti. Melalui suatu
penghantar panas suatu masa adonan yang tidak polatabel diubah
menjadi suatu produk yang ringan, mudah dicerna, dan sangat
komplek dan mendasar. Aktivitas biologi yang telah terjadi dalam
adonan dihentikan oleh pemanggangan disertai hancurnya mikrobia
dan enzim yang ada.
13
2.5 Konsep Teori Ergonomi
2.5.1 Definisi Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON
(KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) . Dengan ini dimaksudkan
dengan ergonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam
hubungannya dengan pekerjaan . Ergonomi adalah ilmu, seni dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik
maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi
lebih baik.
Tujuan dari studi ergonomi adalah merancang benda-benda
fasilitas dan lingkungan , sehingga efektifitas fungsionalnya meningkat
dan segi-segi kemanusiaan seperi kesehatan, keamanan dan kepuasan
dapat terpelihara. Ergonomi memiliki 2 (dua) aspek sebagai cirinya,
yaitu: Efektifitas sistem-sistem dengan manusia didalamnya dan sifat
memperlakukan manusia secara manusiawi. Untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut pendekatan Ergonomi, merupakan penerapan
pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia secara sistematis
dalam perancangan sistem-sistem Manusia-Benda, Manusia-Fasilitas
dan Manusia-Lingkungan. Dengan kata lain perkataan Ergonomi adalah
suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam beinteraksi dengan objek-
objek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari.
2.5.2 Manfaat Ergonomi
Menurut Pheasant (2003) ada beberapa manfaat ergonomi, yaitu :
1. Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara
ekonomi. Hal ini antara lain disebabkan oleh:
a. Efisiensi waktu kerja yang meningkat.
b. Meningkatnya kualitas kerja.
c. Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif
rendah.
2. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan, yang berarti:
14
a. Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Hal ini cukup
berarti karena biaya untuk pengobatan lebih besar daripada
biaya untuk pencegahan.
b. Dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat
darurat.
3. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau
didesain:
a. Pakaian kerja
b. Workspace
c. Lingkungan kerja
d. Peralatan/ mesin
e. Consumer product
2.5.3 Prinsip Ergonomi
Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi aman bagi
pekerja/manusia dan efisiensi kerja meningkat maka tercapai
kesejahteraan manusia. Keberhasilan aplikasi ilmu ergonomi dilihat dari
adanya perbaikan produktivitas, efisiensi, keselamatan dan diterimanya
sistem desain yang dihasilkan (mudah, nyaman dan sebagainya)
(Pheasant, 1999). Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat
ditentukan pekerjaan apa yang layak digunakan agar mengurangi
kemungkinan keluhan dan menunjang produktivitas. Penerapan
ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan (Anies, 2005), yaitu:
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, modifikasi atau
perbaikan dari proses yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini
adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya
terkait dengan tenaga kerja dan proses kerja yang sedang
berlangsung.
2. Pendekatan Konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat
efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika terkait
15
dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi,
prinsipprinsip ergonomi telah diterapkan. Penerapannya bersama-
sama dengan kajian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial
budaya dan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan
pendekatan teknologi tepat guna.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi
(Anies, 2005) :
1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin
sehingga didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
3. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi
tubuh dan anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan
efisien.
4. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah
meningkat 10 s/d 20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-
otot yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih
banyak.
5. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan
dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk
merencanakan tempat kerja dan perlengkapan yang dipergunakan,
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling
alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang
dibutuhkan.
2.5.4 Solusi Yang Ditawarkan
Pada Pabrik Roti Laris solusi yang ditawarkan mahasiswa untuk
mengurangi resiko penyakit akibat kerja (PAK) terutama pada faktor
ergonomis yaitu :
1. Memanajemen waktu kerja sesuai dengan standar kepegawaian
yaitu 8 jam sehari.
2. Meminimalkan beban kerja dengan membagi-bagi pekerja sesuai
dengan keahliannya.
16
3. Meminimalkan resiko ergonomis seperti nyeri sendi dan otot
dengan mengoptimalkan pemanfaatan alat-alat seperti mixer untuk
menguleni adonan.
17
BAB III
HASIL OBSERVASI
18
5. Alat pemadam Kebakarn terjadi tidak Pabrik harus menyediakan
kebakaran dan ada alat penanganan alat penanganan pertama
P3K pertama dan jika seperti alat pemadam dan
terjadi kecelakaan kotak P3K untuk
kerja kotak P3K tidak karyawannya.
ada tersedia.
II Lingkungan
Biologis
1. Atap Jatuh akibat atap yang Menggunakan atap yang
terlalu rapih dan terbuka agar asap atau
kurang kuat karena radiasi panas yang
terbuat dari seng yang dihasilkan oleh oven
mudah korosif. ataupun kompor dapat
menyebar ke udara dan
tidak menumpuk di
ruangan.
2. Lantai Terpeleset karena Harus selalu
lantai yang licin membersihkan lantai
terkena tumpahan tempat bekerja untuk
minyak tidak di menghindari terpeleset
bersihkan kembali. atau tergelincir.
3. Limbah Penumpukan limbah Harus di buatkan tempat
dapat menyebabkan pembuangan limbah di
sumber penyakit baik luar ruangan agar tidak
bagi pekerja dan berdekatan dengan
terkontaminasi pada produksi roti di dalam
makanan yang ruangan.
diproduksi.
III Kimiawi
1. Bahan Kimia Tidak ada Seharusnya tetap
penanggulangan diajarkan dan di berikan
terkait bahan kimia pendidikan terkait
19
pada pabrik ini karena penanganan bahan kimia.
pembuatan roti tidak
menggunakan
pengawet ataupun
bahan kimia apapun.
IV Lingkungan
Psikosisoal
1. Jamsostek Jika terjadi kecelakaan Seharunya perusahaan
perusahaan tidak menyediakan jaminan
menanggung berupa kesehatan untuk karyawan
jaminan kesehatan agar terjamin keselamatan
tapi hanya kerja mereka di
memberikan uang lingkungan perusahaan.
ganti rugi.
2. Asuransi Perusahaan tidak Sedikit ataupun banyak
kebakaran, peledak menanggung asuransi karyawan jika tentang
dsb apapun dengan alas an keselamatan tetap pabrik
pabrik usaha kecil ataupun perusahaan
dengan karyawan menjamin keselamatan
yang sedikit. para pekerjanya.
3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan/ pabrik
yang bernama Pabrik Roti Laris maka dapat diambil kesimpulan secara umum
yang ada di Pabrik Roti Laris yaitu:
1. Perusahaan kurang memperhatikan kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi optimalisasi pekerjaan karyawan.
2. Perusahaan kurang mengoptimalkan alat-alat perusahaan yang dapat
meminimalkan beban kerja karyawan.
3. Perusahaan kurang meningkatkan SOP yang ada di perusahaan, untuk
lebih mementingkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
20
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN
4.1 Latar Belakang Hazard dan Penyakit Akibat Kerja di Pabrik Roti
Setelah melakukan observasi dan pengamatan di Pabrik Roti Laris dan
mendapatkan hasil, mahasiswa melakukan pendidikan kesehatan mengenai
bahaya ergonomic dan stretching untuk mengurangi resiko nyeri sendi dan
otot pada pegawai pabrik roti terutama pada pekerja yang bertugas menguleni
adonan. Dan sangat penting memberikan pendidikan kesehatan ini guna
meminimalkan resiko PAK dan mengurangi bahaya pada faktor ergonomic
untuk para perkerja Pabrik Roti Laris.
K3 khususnya di toko Roti untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja,
stress, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja lingkungan kerja harus
didesain sedemikian rupa agar memenuhi persyaratan fisik sesuai peraturan
kesehatan kerja. Persyaratan fisik tempat pengolahan makanan antara lain
meliputi 6 yaitu: Desain bangunan tempat kerja, Desain perabot kerja, Desain
penyimpanan peralatan, Desain lantai dan saluran pembuangan limbah,
Penerangan dan Ventilasi pertukaran udara di ruang pengolahan.
Secara umum ada beberapa bentuk hazard dan penyakit pada pegawai
pabrik yaitu :
1. Hernia : akibat sering membawa beban berat.
2. Gangguan otot dan sendi : cara mengangkat yang salah, kelelahan
3. Varises : berdiri terlalu lama.
4. Kejang panas : terlalu lama terpapar panas dan suhu panas.
5. Stress : monoton, isolasi pekerjaan, tekanan pekerjaan.
Pada hasil penelitian jurnal dengan judul “Workstation Improvement Dan
Pemberian Stretching Karyawan Pembersihan Injeksi Menurunkan
Kebosanan Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, Dan Meningkatkan
Produktivitas Pada Industri Perak Di Cv Jps” keluhan muskuloskeletal pada
karyawan dipicu terutama akibat sikap kerja duduk statis dengan gerakan
yang monoton dalam waktu 8 jam. Workstation improvement berupa
perbaikan kursi yang sesuai antropometri dan pemberian stretching karyawan
dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal dikarenakan penelitian ini
21
berhubungan dengan menurunnya spasme otot dan peningkatan sirkulasi
darah pada otot dikarenakan adanya peregangan otot disela pekerjaan dan
perbaikan kondisi kerja.
Hal ini sesuai dengan penelitian Adiatmika (2007) bahwa perbaikan
kondisi kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat menurunkan keluhan
muskuloskeletal sebesar 5,24% pada perajin pengecatan logam di Kediri
tabanan. Total ergonomi ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
pekerja dengan mengurangi keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan keluhan
lainnya (Susihono, 2017). Penelitian lain yang mendukung penelitian ini
dilakukan Surata (2011) bahwa redesain alat dan sistem kerja menurunkan
keluhan muskuloskeletal sebesar 56,15%. Penelitian lainnya yang sesuai
dengan penelitian ini juga dilakukan Wahyono (2014) terhadap pengaruh
workplace exercise terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerja di bagian
sewing CV. Cahyo Nugroho jati (CNJ) Sukoharjo, setelah diberikan
stretching selama 3 minggu berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi
keluhan muskuloskeletal pada pekerja wanita di bagian sewing.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas mahasiwa ingin memberikan
pendidikan kesehatan dan pemberian intervensi berupa stretching dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal dikarenakan adanya perbaikan kondisi
stasiun kerja dan peregangan pada bagian otot tubuh di sela pekerjaan yang
menyebabkan keluhan otot berkurang.
4.2 Tujuan
4.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan ini guna untuk mengurangi dan
meminimalkan resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan faktor
ergonomic pada pegawai Pabrik Roti Laris di Babakan terutama pada
masalah nyeri sendi dan otot.
4.2.2 Tujuan Khusus
1. Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan ini untuk mengatasi saat
pekerja merasakan keluhan berupa nyeri otot dan sendi.
2. Memberikan pelatihan bagaimana cara streaching yang baik untuk
meminimalkan penyakit nyeri sendi dan otot pada pegawai.
22
4.3 Metode Pelaksanaan
4.3.1 Tahap Persiapan
1. Kelompok kami menentukan lokasi yang akan di observasi
2. Kelompok mempersiapkan lembar observasi yang akan menjadi
bahan observasi
3. Kelompok mendatangi lokasi yang telah ditentukan
4. Kelompok melakukan observasi
5. Kelompok menyusun materi yang akan disampaikan saat pendidikan
kesehatan
4.3.2 Tahap Pelaksanaan
Job Description:
1. Moderator : Darmi Echi Anatia
2. Pemateri : Ni Nyoman Chrisna Ayu PD
3. Anggota : Wiwin Hendriyani
Kasfiatul Izzati
Tahapan Pelaksanaan
Pembukaan - Anggota menyiapkan dan
( 3 menit) membagikan leaflet
- Moderator memperkenalkan diri dan
seluruh anggota
- Moderator menyampaikan tujuan
- Moderator menanyakan kesedian
pekerja dan melakukan kontrak waktu
Kerja - Pemateri memberikan pra test mengenai
(10 menit) pemahaman pekerja sebelum
penyamapaian materi
- Pemateri mejelaskan tentang pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja, Hazard
dan penyakit akibat kerja serta pemateri
menjelaskan penyebab serta cara
menghindarinya
- Pemateri memberikan kesempatan pekerja
23
untuk bertanya
- Pemateri post test mengene materi yang
disampaikan untuk mengtahui sejauh
mana pekerja memahami materi yang
telah disampaikan
Penutup Anggota melakukan
(2menit) pendokumntasian bersama
pekerja
Pemeriksaan Melakukan cek tensi pada
Kesehatan pegawai pabrik Roti Laris secara
(10 menit) bersamaan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
A Manajemen K3
I Lingkungan Fisik ✓
26
Apakah semua pengaman “interlock” mesin maupun ✓
13
listrik dalam keadaan baik?
27
direncanakan sebelumnya?
28
Apakah hidran kebakaran dan persediaan air selalu ✓
38 cukup untuk digunakan oleh regu pemadam
kebakaran ?
II Lingkungan Biologis
29
Apakah dilakukan penanganan terhadap limbah ✓
4
padat?
IV Lingkungan Psikososial
30
Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan ✓
dan Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai
1
tugas dan fungsinya menurut Undang-undang No. 1
Tahun 1970?
31
Lampiran 2 : Dokumentasi
32
Lampiran 3 : Jurnal
33
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
ABSTRAK
CV. ROTI GOLDEN yang bergerak dalam usaha makanan, dalam produksinya masih mengalami
kecelakan kerja seperti ledakan oven serta tumpahan minyak dari penggorengan. Hal ini dapat terjadi
karena minimnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui potensi bahaya yang akan terjadi, seberapa parah bahaya tersebut serta bagaimana
pencegahannya. Metode yang digunakan yaitu dengan metode Preliminary Hazard Analysis. Hasil
penelitian didapatkan bahwa potensi bahaya yg terjadi adalah terpotong, tumpahan minyak goreng,
tersetrum, ledakan/kebakaran, dengan masing-masing keparahan Minor, Major dan Catastrophic,
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai
dan sesuai di setiap bagian produksi.
1. Pendahuluan
Di suatu perusahaan industri, faktor keselamatan kerja menjadi peranan yang sangat
penting. Oleh karena itu, harus banyak diperhatikan dan dijaga agar perusahaan mampu
mengantisipasi secepat mungkin terjadinya kecelakaan akibat kerja, yaitu timbulnya kecelakaan
yang berhubungan dengan aktivitas kerja, baik secara langsung dan secara tidak langsung di
perusahaan.
Keselamatan kerja mempunyai latar belakang sosial-ekonomis dan kultural yang lebih
luas. Seperti pada Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan, kebiasaan, kepercayaan, dan
lain-lain sangat erat bersangkutan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Keadaan ekonomi
bersangkutan dengan permasalahan keselamatan kerja.
Tujuan dari keselamatan kerja diantaranya yaitu untuk melindungi tenaga kerja atas
keselamatannya untuk melalukan pekerjaan,meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan atau
pekerja, meningkatkan produksi serta menjaga agar sumber-sumber produksi dapat terpelihara
dengan baik sehingga dapat dipergunakan secara efisien dan aman dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
Namun usia muda terkadang lebih sering pula mengalami kasus kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa dan terkesan
ingin lebih instan dalam bekerja (Tresnaningsih, 1991).
Setiap perusahaan atau hampir semua perusahaan yang menerapkan sistem keselamatan
menetapkan indikator keberhasilan adalah tidak terjadinya kecelakaan atau kehilangan waktu
kerja karena kecelakaan. Target yang ditetapkan adalah nol kecelakaan (Zero Acciden) atau nol
cedera waktu yang hilang (Zero Lost Time Injury). Angka zero accident atau zero lost time
injury adalah hasil dari suatu proses pengendalian bahaya atau sumber bahaya sehingga tidak
terjadi kecelakaan.
K3 khususnya di toko Roti untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja, stress, kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja lingkungan kerja harus didesain sedemikian rupa agar memenuhi
persyaratan fisik sesuai peraturan kesehatan kerja. Persyaratan fisik tempat pengolahan
makanan antara lain meliputi 6 yaitu: Desain bangunan tempat kerja, Desain perabot kerja,
A02.1
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
Desain penyimpanan peralatan, Desain lantai dan saluran pembuangan limbah, Penerangan dan
Ventilasi pertukaran udara di ruang pengolahan.
Contoh kasusnya jika tempat perabotan atau peralatan memasak yang ada di tiko roti
tersebut tidak ergonomi maka akan terjadi kecelakaan terhadap si pekerja atau badan menjadi
pegal-pegal akibat tidak ergonomi nya desain tempat tersebut, lalu jika lantai yang ada di toko
roti tersebut licin maka akan terjadi nya kecelakaan yang sangatlah berbahaya bagi si pekerja,
kemudian jika tempat tersebut kurang dalam pencahayaan nya maka, akan tidak efisien dan
efektifbagi si pekerja dan akan menimbulkan kecelakaan juga.
CV. ROTI GOLDEN yang berada di kampung sinagar desa bojong kecamatan
karangtengah kabupaten Cianjur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan roti
yang merupakan untuk kebutuhan makanan yang dijual/dipasarkan di dalam pasar. CV. ROTI
GOLDEN ini melakukan proses produksi roti tanpa ada pemesanan khusus, akan tetapi ada juga
yang memesan secara khusus, dan bahan-bahan roti tersebut adalah tepung terigu, gula, garam,
margarine, ragi, rasa. menurut informasi yang didapatkan perusahaan ini merupakan anak
perusahaan dari CV. ROTI GOLDEN yang berada di daerah Ciamis.
Adapun permasalahan di perusahaan ini tidak adanya alat pelindungan diri (APD) dan
penerapan K3 nya pun kurang atau pun kadang tidak digunakan diperusahaan CV. ROTI
GOLDEN ini, kadang setiap perusahaan banyak yang menyepelekan terhadap penerapan K3.
Sehingga hal yang tidak diinginkan pun bisa terjadi seperti, oven yang bisa meledak,
tangan bisa melepuh akibat terkena panasnya oven atau minyak goreng ketika tidak
menggunakan alat perlindung diri, kemudian kaki bisa tertimpa loyang yang berisi banyak roti,
dan lain sebagainya.
Metode penelitian di sini menggunakan Preliminary Hazard Analysis di sini untuk
mengidentifikasi bahaya atau mengetahui bahaya yang akan terjadi di C.V. ROTI GOLDEN,
dan untuk memecahkan masalah yang ada di pabrik tersebut, mengapa menggunakan metode
ini karena di pabrik tersebut masih banyak yang tidak menggunakan alat pelindung diri(APD)
dan peneliti akan membuat tabel pertanyaan kepada karyawan dan mengambil data langsung
ke lapangan/pabrik tersebut (PHA) disini merupakan metode analisis risiko yang bersifat semi
kuantitatif yang dilakukan untuk:
• Mengidentifikasi semua bahaya yang ada di suatu tempat bekerja dan kejadian kecelakaan
potensial yang dapat menyebabkan terjadinya accident.
• Mengurutkan kejadian kecelakaan yang telah teridentifikasi berdasarkan tingkat
keparahannya.
• Mengidentifikasi pengendalian bahaya yang dibutuhkan oleh pekerja serta melakukan
follow up.
2. Metode
Lokasi penelitian dilakukan di C.V. ROTI GOLDEN di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat . Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan. Adapun identifikasi
bahaya langsung datang ke lapangan di sini untuk mengetahui langsung bahaya apa saja yang
akan terjadi di C.V. ROTI GOLDEN, kemudian peneliti akan melakukan observasi dengan
identifikasi bahaya tersebut, peneliti juga akan langsung mendapatkan data yang real yang
terjadi di lapangan atau di C.V. ROTI GOLDEN. Metode yang di gunakan yaitu dengan metode
Preliminary Hazard Alalysis dimana metode ini agar bisa mengidentifikasi bahaya atau
kecelakaan yang ada di pabrik CV. ROTI GOLDEN.
Secara terperinci, langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1
Flowchart Penelitian.
A02.2
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
A02.3
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
A02.4
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
Tabel di atas adalah tabel identifikasi kecelakaan tabel disini merupakan kecelakaan yang
pernah terjadi di CV ROTI GOLDEN.
A02.5
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
akan terjadi yaitu terkena tumpahan minyak panas saat proses memasukan roti ke
penggorengan tersebut karena saat akan menjatuhkan roti ke penggorengan di situ terjadi
tumpahan minyak ke bagian tubuh seperti tangan badan dan lain sebagainya. Dampaknya kulit
bisa melepuh. Akibat tidak menggunakan sarung tangan, apron dada/celemek dan APD lainnya.
• Mesin paking/pengemasan
Di bagian mesin ini APD yang di gunakan tidak ada/tidak menggunakan alat APD, maka
dari itu bahaya yang akan terjadi yaitu tersetrum dan terkena lelehan plastik kemasan,dampak
dari bahaya tersebut adalah pekerja meninggal jika tersetrum kemudian jika terkena lelehan
plastik kemasan pekerja akan melepuh bagian tubuhnya. Mengapa demikian karena tidak
menggunakan sarung tangan dan sepatu/sandal ketika menggunakan mesin ini.
• Mesin cutting
Di bagian ini APD yang di guakan tidak ada atau tidak menggunakan alat APD, maka
bahaya yang akan terjadi yaitu tangan atau jari bisa terpotong oleh mesin tersebut,saat proses
pemotongan plastik kemasan atau ketika pekerja melamun, mengapa demikian karena pekerja
tidak menggunakan sarung tangan dan juga kurang hati-hati, serta bisa akibat dari kelalaian
pekerja seperti melamun saat bekerja.
• Identifikasi seberapa parah bahaya yang akan terjadi di CV. ROTI GOLDEN
Berdasarkan Nilai Tingkat Keparahan yang sudah di dapat dari pengolahan data yang
berada pada tabel 3.5, ada lima keparahan dan peringkatnya yaitu: Catastrophic=5, Major=4,
Moderate=3, Minor=2, Negligible=1.
• Mixer
Tingkat keparahan yang terjadi pada bagian mixer yaitu: Major. Major disini yaitu hilang hari
kerja, cacat permanen/sebagian, kerusakan lingkungan yang sedang, kerugian finansial yang
besar, biaya pengobatan <50 juta.
• Mesin Betlen
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian mesin Betlen yaitu: Catastrophic.
Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan lingkungan yang
parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan >50 juta.
• Pembakaran/ oven besar
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian pembakaran/ oven besar yaitu:
Catastrophic.Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan
>50 juta.
• Pembakaran/ oven kecil
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian pembakaran/ oven kecil yaitu:
Catastrophic.Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan
>50 juta.
• Penggorengan
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian Penggorengan yaitu: Minor.
Minor disini yaitu penanganan P3K, tidak terlalu memerlukan bantuan dari luar, biaya finansial
sedag, biaya pengobatan < 1 juta.
• Mesin Paking/ pengemasan
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian Mesin Paking/pengamasan yaitu:
Catastrophic.Catastrophic disini yaitu meniggal dunia, cacat permanen/serius, kerusakan
lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan
>50 juta.
A02.7
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
• Mesin Cutting
Tingkat keparahan yang akan terjadi pada bagian Mesin Cutting yaitu: Major
Major disini yaitu hilang hari kerja, cacat permanen/sebagian, kerusakan lingkungan yang
sedang, kerugian finansial yang besar, biaya pengobatan <50 juta.
• Identifikasi pencegahan bahaya di CV. ROTI GOLDEN
Berdasarkan data yang di dapat dari hasil observasi dan sekaligus dari pengolahan data
yang sudah di olah, hal ini dapat memudahkan untuk memberikan pencegahan bahaya pada CV.
ROTI GOLDEN.
• Mixer
Pada bagian ini untuk pencegahan nya dengan menggunakan sarung tangan, alat untuk
memasukan adonan ke dalam mixer jangan sampai hanya dengan tangan kosong kemudian
tidak melamun saat bekerja dan selalu fokus saat bekerja.
• Mesin Betlen
Pada bagian ini untuk selalu menggunakan APD seperti sarung tangan, sandal/sepatu untuk
menghindari terkena aliran listrik. Karena dengan menggunakan alat APD yang lengkap
pekerja akan terlindungi dari bahaya yang akan terjadi.
• Pembakaran/oven besar
Pada bagian ini hal yang harus di perhatikan untuk mencegah terjadinya bahaya yaitu
dengan menggunakan sarung tangan, sepatu/sandal kemudian mempunyai tabung APAR dan
memakai masker, untuk siaga jika terjadinya kebakaran di pabrik tersebut dan untuk
menghindari bahaya untuk pekerja jika menggunakan APD yang sesuai dan lengkap, dan tidak
lupa untuk selalu ada pengecekan di bagian oven ini.
• Pembakaran/oven kecil
Kemudian untuk bagian ini juga sama hal nya seperti oven besar di atas, untuk mencegah
terjadinya bahaya yaitu dengan menggunakan sarung tangan, sepatu/sandal kemudian
mempunyai tabung APAR dan memakai masker, untuk siaga jika terjadinya kebakaran di
pabrik tersebut dan untuk menghindari bahaya untuk pekerja jika menggunakan APD yang
sesuai dan lengkap, dan tidak lupa untuk selalu ada pengecekan di bagian oven ini.
• Penggorengan
Pada bagian penggorengan ini hal yang harus di perhatikan yaitu penggunaan APD seperti
celemek/apron dada dan sarung tangan, agar terhindar dari bahaya terkena tumpahan minyak
panas.
• Mesin paking/pengemasan
Di mesin pengemasan ini untuk pecegahan bahaya tersebut harus menggunakan sarung
tangan, sandal/sepatu dan juga apron dada/celemek, Agar tidak terkena lelehan plastik dan tidak
terkena aliran listrik.
• Mesin cutting
Di bagian mesin ini yang harus di gunakan untuk mencegah terjadinya bahaya yaitu dengan
menggunakan sarung tangan untuk kebutuhan dan untuk perlindungan tangan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan/ pabrik yang
bernama CV. ROTI GOLDEN maka dapat diambil kesimpulan secara umum yang ada di CV.
ROTI GOLDEN yaitu:
• Tingkat kesadaran karyawan yang sangat rendah terhadap pemakaian alat pelindung
diri (APD)
• Perusahaan kurang meningkatkan SOP yang ada di perusahaan, untuk lebih
mementingkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
• Perusahaan kurang memperlengkapi alat pelindung diri (APD) yang seharusnya ada di
A02.8
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2020 ISSN: 2579-6429
2 November 2020
Daftar Pustaka
Busyairi, M., Safar Tosungku, & Oktaviani, A. (2014, desember). PENGARUH
KESELAMATAN KERJA DAN. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 13, 112-124.
Fridayanti, N., & Kusumasmoro, R. (2016, juni). Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
JURNAL ADMINISTRASI KANTOR, 4, 211-234.
Hasibuan. (2008). Variabel yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja. 188. jakarta : PT.
Bumi Aksara
Hunter. (2008). Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat
kerja. Journal Of Anatomy, Exercise and Osteoarthritis,
www.physicaltherapyprotocol.com.
Mangkunegara. (2005). Variabel yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja. Penerbit
Refika Abimana, Bandung. 162.
Masrofah, I., & Hermawan, F. (2020). Analisis Pengaruh Kecelakaan Kerja Terhadap
pemenuhan Target Produksi Dengan Regresi linier di PD Tahu Al-Barokah. jurnal
Media Teknik dan Sistem Industri, 95-100.
Sihombing, D., Walangitan, D., & Pratasis, P. (2014, maret). IMPLEMENTASI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3). Jurnal Sipil Statik, 2, 124-130.
Suhartini. (2013). Penerapan Komunikasi keselamatan dan Kesehatan Kerja. jurnal Institut
Teknologi Adhi Tama, Surabaya.
Suma'mur. (2004). Kecelakaan Kerja. Jakarta : CV Sagung Seto
Suma'mur. (1989). Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah
baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang
bersangkutan. jakarta: Masagung
sugiyono. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bandung : ALFABETA
Tresnaningsih. (2008). Namun umur muda terkadang sering pula mengalami kasus kecelakaan
akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa.
A02.9
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
ABSTRAK
Kondisi kerja industri kerajinan perak di Bali masih ditemukannya beberapa masalah
ergonomi khususnya proses pembersihan injeksi. Sikap kerja duduk statis dan monoton serta
peralatan kerja tidak sesuai antropometri dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan
kebosanan. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan workstation improvement dan stretching
menurunkan kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan peningkatan produktivitas.
Telah dilakukan penelitian di industri perak CV JPS Gianyar, dengan rancangan sama subjek
terhadap 10 orang karyawan. Periode I (P0) proses pembersihan injeksi tanpa intervensi. Periode
II (P1) proses pembersihan injeksi dengan intervensi workstation improvement dan stretching.
Kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja antar Periode I dan Periode II.
Dianalisis dengan uji Paired Samples Test untuk perbedaan kemaknaan antar kelompok variabel
kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas kerja pada tingkat kemaknaan
. .
Hasil penelitian menunjukkan workstation improvement dan pemberian stretching dapat
mengurangi kebosanan kerja Periode I 118,40±4,42; Periode II 108,50±4,78; terjadi penurunan
sebesar 8,4%. Mengurangi keluhan muskuloskeletal Periode I sebelum kerja 41,90±4,72 dan
sesudah kerja 71,70±8,4; Periode II sebelum kerja 37,20±3,29 dan sesudah kerja 56,20±4,47;
terjadi penurunan sebesar 21,61%; Meningkatkan produktivitas Periode I 0,13±0,04 dan Periode
II 0,19±0,06; terjadi peningkatan sebesar 46,15%. Terjadi penurunan kebosanan kerja, keluhan
muskuloskeletal, dan peningkatan produktivitas yang berbeda bermakna (p<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa workstation improvement dan pemberian stretching dapat
menurunkan kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan produktivitas kerja
karyawan pembersihan injeksi di industri perak CV JPS. Disarankan untuk diterapkan di industri
perak agar dapat mengurangi kebosanan kerja dan keluhan akibat proses kerja.
18
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
Working conditions silverware in Bali still found few problems ergonomic especially
processes injection cleaning. Static and monotonous working postures and inappropriate
anthropometry work tools may cause musculoskeletal and boredom disturbances. The purpose of
this research to prove workstation improvement and stretching in reducing boredom of work,
musculoskeletal disorders and increasing productivity.
The research has been conducted in silver industry at CV JPS Gianyar, with treatment
by subject design toward 10 employees subjects. Period I (P0) injection cleaning process without
any intervention. Period II (P1) the process of injection cleaning with work station improvement
and giving stretching intervention. Work boredom, musculoskeletal complaint and work
productivity the data between Period I and Period II. Analyzed with Paired Samples Test for
differences of meaning between groups variable boredom of work, musculoskeletal disorders,
ZRUNLQJ SURGXFWLYLW\ WR OHYHO RI PHDQLQJ . .
The result of research showed that workstation improvement and giving stretching can
reduce the boredom of work Period I 118.40±4.42; Period II 108.50±4.78; decrease of 8.4%.
Reduce musculoskeletal complaint Period I before work 41.90±4.72 and after work 71.70±8.42;
Period II before work 37.20±3.29 and after work 56.20±4.47; decrease of 21.61%. Increase
productivity Period I 0.13±0.04 and Period II 0.19±0.06; increase of 46.15%. There was a
decrease in boredom, musculoskeletal complaint, and increase productivity with significan level
(p<0.05).
The conclusion that the workstation improvement and giving stretching can reduce
boredom, musculoskeletal complaint and increase work productivity of employees injection
cleaning at silver industry CV JPS. So it is suggested to apply in the silver industry to reduce
boredom and complaints effect to work process.
19
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
20
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
21
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
sedangkan dari segi masa kerja subjek Tabel 3 Hasil Uji Beda Keluhan
termasuk dalam kategori berpengalaman Muskuloskeletal Menggunakan Paitrd
atau cukup lama bekerja. Samples Test
Analisis Produktivitas
Data produktivitas diperoleh dari
perbandingan antara keluaran (output) yaitu
waktu kerja efektif membersihkan injeksi,
masukan (input) yaitu beban kerja yang
Uji beda kebosanan kerja diterima pekerja selama bekerja yang
menggunakan Paired Samples Test sesudah ditentukan berdasarkan denyut nadi kerja
intervensi menunjukan p=0,000 adanya (denyut/menit), dan waktu (time) lama kerja
perbedaan bermakna pada Periode I dan dalam sehari. Uji dengan Shapiro-Wilk test
Periode II. Penurunan skor kebosanan kerja data berdistribusi normal (p>0,05).
sebesar 9,9 pada Periode II setelah diberikan Uji Paired Samples Test dilakukan
intervensi selama 3 minggu. dengan membandingkan skor produktivitas
pada periode I dan periode II. Hasil uji
Analisis Keluhan Muskuloskeletal
dengan Paired Samples Test disajikan pada
Rerata keluhan muskuloskeletal di
Tabel 4
uji dengan Shapiro-Wilk test. data
berdistribusi normal (p>0,05).
Tabel 4 Hasil Uji Beda Produktivitas
Uji Paired Samples Test dilakukan
Menggunakan Paired Samples Test
dengan membandingkan skor keluhan
muskuloskeletal pada Periode I dan Periode
II. Hasil uji dengan Paired Samples Test
disajikan pada Tabel 3
22
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
Uji beda produktivitas menggunakan yang diukur pada hari sabtu sesudah kerja.
Paired Samples Test sesudah intervensi Rerata kebosanan kerja Periode I sesudah
menunjukan p=0,019 adanya perbedaan bekerja adalah 118±4,42. Sedangkan rerata
bermakna pada Periode I dan Periode II kebosanan kerja Periode II sesudah bekerja
(p<0,05). Peningkatan produktivitas sebesar adalah 108±3,02. Hasil analisis menunjukan
0,06 pada Periode II setelah diberikan ada perbedaan bermakna (p<0,05). Adanya
intervensi selama 3 minggu. penurunan jumlah skor kebosanan kerja
sebesar 8,4% pada saat setelah dilakukannya
PEMBAHASAN intervensi.
Karakteristik Subjek Penelitian Workstation improvement berupa
Umur subjek yang terlibat dalam
perbaikan kursi yang sesuai antropometri
penelitian ini antara 24-38 tahun dengan
pada pekerja dapat mengurangi dampak
rerata 30±4,19 tahun. Rerata umur tersebut
kebosanan, ini dikarenakan jika pekerja
tergolong usia produktif. Menurut UU No.
nyaman dengan kondisi stasiun kerja maka
13 tahun 2003 bahwa batas usia kerja yang
akan meningkatkan kinerja, serta pemberian
berlaku di Indonesia adalah berumur 15-64
stretching disela pekerjaan merupakan
tahun. Seiring bertambahnya umur maka
variasi kerja yang dapat mengurangi
kekuatan otot akan menurun dan pada umur
ketegangan otot, meningkatkan kondisi
50-60 tahun kekuatan otot mencapai 75-
fisiologis tubuh, mengurangi kelelahan
85% kekuatan otot sewaktu masih muda
sehingga membuat pekerja merasa lebih
(Pheasant, 2003; Adrianto, 2014).
baik dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini
Rerata masa kerja karyawan yang
sesuai dengan pernyataan Sutjana (2008)
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
istirahat pendek di sela pekerjaan setiap 2
3,3 tahun dengan rentangan lama bekerja
jam kerja selama 5-10 menit maka kesiapan
antara 1-6 tahun. Masa kerja adalah
kerja tetap di atas ambang.
panjangnya waktu terhitung mulai pertama
Pekerjaan di pembersihan injeksi
kali pekerja masuk kerja, hingga saat
yang setiap hari dihadapi ditempat kerja
penelitian masuk (Amalia, 2007). Tingkat
hanya material sheet yang sama dan
pengalaman kerja seseorang akan
dilakukan secara berulang dan terus menerus
mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja
dalam waktu yang relatif lama tanpa adanya
dan timbul keluhan fisik (Umiyati, 2009).
variasi dapat menimbulkan kebosanan kerja,
Seseorang dapat dikatakan produktif jika
tipe pekerjaan yang monoton dapat
telah memiliki pengalaman kerja 0-2 tahun
menurunkan stimulasi mental sehingga
dalam bidang yang sama dan dapat bekerja
terjadi penurunan sirkulasi oksigen dan
secara efektif, efisien dan berkualitas
nutrien ke otak sehingga perhatian pekerja
(Maryam, 2007).
menurun dan bahkan sering kali
Kebosanan Kerja menimbulkan perasaan mengantuk hal ini
Kebosanan kerja pada bagian tentunya akan menurunkan produktivitas
pembersihan injeksi dihitung dengan pekerja.
menggunakan kuesioner kebosanan kerja
23
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
24
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
25
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
26
ISSN Print : 1411 ± 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Jurnal Ergonomi Indonesia
(The Indonesian Journal of Ergonomic) Vol 4., No.1 : 1 Januari - Juni 2018
27
Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716
Ni Luh Putu Gita Karunia Saraswati1, Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2, Putu Yudi
Pramana Putra3
1,3
Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
2
Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Pascasarjana, Universitas Udayana
e-mail korespondensi: gitakaruniasaraswati@gmail.com
doi:https://doi.org/10.24843/JEI.2019.v05.i02.p03
Article Received: 13 Oktober 2019; Accepted: 30 Desember 2019; Published: 31 Desember 2019
Abstrak
Penjahit merupakan salah satu aset penting untuk memenangkan persaingan industri
teksil. Sikap kerja selama menjahit dan bekerja dalam jangka waktu yang lama akan memicu
timbulnya keluhan muskuloskeletal seperti ketegangan otot dan rasa nyeri pada area
punggung bawah. Keluhan ini akan berdampak pada penurunan kemampuan fungsional
punggung bawah, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas. Hasil wawancara dan
penilaian menggunakan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) didapatkan hasil sikap kerja
penjahit berada di level 6 yang diintepretasikan sebagai posisi kerja penjahit perlu segera
dirubah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian static stretching exercise
dapat meningkatkan kemampuan fungsional punggung bawah pada penjahit. Metode
penelitian ini adalah eksperimental dengan one group pre test post test design. Penelitian
dilakukan pada bulan April 2018 dengan pengulangan 3 kali seminggu selama 4 minggu.
Sampel penelitian berjumlah 15 orang. Pengukuran fungsional punggung bawah
menggunakan modified-modified Schoober test. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan
Paired Sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan setelah
pemberian static stretching exercise (p<0,05). Disimpulkan pada penelitian ini adalah
kemampuan fungsional punggung bawah dapat ditingkatkan melalui static stretching
exercise.
Kata kunci: fungsional punggung bawah, penjahit, Rapid Upper Limb Assesment (RULA),
static stretching exercise
Abstract
Tailor is the most important asset among the textil industry resources to win the competition.
Work posture when tailoring and work will generate musculaskeletal disorders such as muscle
tension and pain in the lower back area. Both complaints will have an impact on the decreased
functional ability of the lower back which leads to a decrease in productivity. The results of the initial
interview and assessment using the Rapid Upper Limb Assessment (RULA) found the work attitudes of
the tailor to be at level 6 interpreted as the work position of the tailor needs to be changed
immediately. The goal of this study is to prove the static stretching exercises can improve the
functional ability of the lower back area. This research method is experimental with one group pre
67
Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716
test design post test design. The study was conducted in April 2018 with repetition 3 times a week for
4 weeks. The research sample of 15 people. Functional measurement of the lower back using a
modified-modified Schoober test. Based on the results of data analysis using Paired Sample t-test
indicates that there are significant changes after giving static stretching exercise (p<0.05). The
conclusion of this study is that static stretching exercise can improve the functional ability of the
lower back.
Keywords: functional lower back, Rapid Upper Limb Assesment (RULA), static stretching exercise,
tailor
PENDAHULUAN
Guna menghasilkan produk tekstil yang berkualitas di era persaingan dunia industri
yang semakin ketat, Industri tekstil berlomba-lomba untuk mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki (Sinyo, 2015). Sektor Industri informal mulai banyak berkembang di Indonesia
khususnya wilayah Denpasar Bali, Salah satu sektor industri informal adalah Industri Tekstil.
Kebutuhan dan kepentingan masyarakat akan pakaian jadi terus meningkat dari tahun ke
tahun, sehingga industri tekstil mulai berkembang dari skala rumah tangga hingga skala
industri menengah keatas seperti garmen.
Garmen “X” merupakan industri garmen berskala menengah yang berada di kota
Denpasar, Provinsi Bali, yang bergerak dibidang produksi kaos. Industri garmen ini sudah
berdiri kurang lebih 30 tahun yang, dimana didalamnya terdapat beberapa jenis pekerjaan
seperti penjahit, tukang pola, tukang potong, tukang packing dan pekerjaan lainnya.
Distribusi karyawan terbesar adalah pada tenaga kerja penjahit. Tenaga kerja penjahit di
garmen “X” masih berada pada usia produktif yaitu rentangan umur 20 – 35 tahun, rata-rata
mereka sudah bekerja selama lebih dari 1 tahun. Karyawan khususnya penjahit bekerja
selama 6 hari dalam seminggu, dengan waktu kerja adalah selama 8 jam per hari. Apabila
orderan sedang menumpuk dan harus mengejar deadline jam kerjanya bisa mencapai 10-12
jam per hari. Para penjahit memiliki waktu untuk beristrahat selama 1 jam selama jam kerja.
Jam istirahat biasanya mereka isi dengan makan siang dan mengobrol dengan teman-
temannya.
Risiko kelelahan hampir terdapat pada setiap pekerjaan. Salah satu faktor yang
menyebabkan prestasi kerja menurun adalah kelelahan akibat kerja, Dampak yang
ditimbulkan dari kelelahan kerja adalah perasaan kurang nyaman pada tubuh, serta
menurunnya produktivitas kerja (Fitrihana, 2008). Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja
dan menambah tingkat kecelakaan akibat kerja (Nurmianto, 2003). Faktor risiko yang
berpotensi terhadap kelelahan kerja pada penjahit adalah sikap kerja seperti posisi statis dan
monoton, Posisi badan saat duduk yang dibungkukan ke arah mesin jahit. Faktor risiko
tersebut berasal dari sikap kerja, gerakan simultan yang berulang, ketidaksesuaian desain
tempat duduk, tinggi meja yang tidak sesuai, penchayaan yang kurang, posisi kaki yang
cenderung ditekuk karena posisi pedal dimesin jahit (Kaergaard & Andersen, 2000).
Cara pemeriksaan dengan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) merupakan suatu
metode pemeriksaan risiko sikap atau posisi kerja dengan menganalisa postur tubuh untuk
memperkirakan terjadinya kemungkinan problematika musculoskeletal. Setelah pemeriksaan
dengan RULA diharapkan kenyamanan kerja, produktivitas kerja dapat ditingkatkan sehingga
peningkatan kualitas produksi, setelah dilakukannya perbaikan sikap kerja (Tarwaka, 2010).
Hasil screening dengan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) pada posisi kerja penjahit
didapatkan hasil dengan nilai rata-rata 6 dimana nilai ini menunjukan posisi kerja penjahit
perlu segera dirubah dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencegah terjadinya
kecelakaan akibat kerja.
68
Nyeri atau sakit punggung adalah keluhan umum yang sangat sering terjadi di
masyarakat dan berdasarkan hasil survey diperkirakan mengenai 65% dari seluruh populasi.
Pada penelitian terdahulu diperoleh data bahwa 82,5% penjahit mengalami keluhan rasa
kurang nyaman pada area pinggang, lalu 60% pada area bokong, 57,5% , pada leher bagian
bawah 47,5% dan pada leher bagian atas adalah 45% (Rivai, dkk., 2014). Sikap kerja pada
penjahit akan berdampak pada reaksi tegangan otot yang imbalance dalam waktu yang
panjang. Posisi postur tubuh yang kurang ergonomis juga menyebabkan terjadi mekanisme
proteksi alami dari otot-otot tulang belakang untuk menjaga dan mempertahankan stabilitas
postural, sehingga timbul manifestasi penggunaan yang berlebih pada salah satu sisi otot
secara terus-menerus sehingga muncul dampak ketidakseimbangan postur tubuh yang
dominan salah satu sisi. Keterbatasan range of motion (ROM) disebabkan oleh berkurangnya
fleksibilitas otot.
Kemampuan fungsional punggung bawah berperan dalam berbagai gerak tubuh
misalnya memutar badan, mengangkat, membungkuk. Penjahit yang dominan pekerjaannya
didominasi dengan sikap kerja yang monoton seperti duduk membungkuk statis dengan
jangka waktu yang panjang berisiko mengalami penurunan kemampuan fungsional dari area
punggung bawah. Penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara posisi
duduk statis dalam jangka waktu yang panjang dengan fleksibilitas lumbal pada pembatik di
Surakarta (Dewi, 2015. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan pemeriksaan RULA
didapatkan adanya risiko seorang penjahit mengalami penurunan fleksibilitas lumbal
sehingga perlu dilakuan suatu usaha intervensi fisioterapi yang bertujuan mencegah, menjaga,
mengembangkan dan memulihkan fungsi gerak tubuh penjahit. Salah satu metode intervensi
fisioterapi yang data digunakan adalah static stretching exercise.
Static stretching exercise adalah latihan peregangan yang bertujuan untuk dapat
memperbaiki kelenturan atau fleksibilitas, mengurangi ketegangan otot tubuh, memperbaiki
sirkulasi, mengurangi keluhan nyeri otot, dan meminimalisir risiko cidera. Metode latihan
peregangan umumnya dapat dibedakan menjadi peregangan statis dan dinamis. Pada saat
posisi latihan kelompok otot sasaran diregangkan dengan cara mempertahankan posisi dalam
waktu tertentu (Pulcheria, 2016).
Penelitian terdahulu yang diteliti oleh Garcia, dkk. (2013) terhadap 148 pasien yang
mengalami keluhan nyeri punggung bawah dengan kondisi kronis dengan perlakuan latihan
peregangan yang mengarahkan punggung kearah ekstensi atau lebih terkenal dengan sebutan
back school exercise selama 4 minggu, didapatkan hasil bahwa back school exercise lebih
efektif dalam memperbaiki keterbatasan fungsional. Static stretching exercise yang dilakukan
secara baik dan benar dalam waktu yang relatif lama akan meningkatkan elastisitas otot,
mengurangi ketegangan otot, rileksasi otot dan memperbaiki struktur otot. Peningkatan
elastisitas otot juga mempunyai efek peningkatan endurance otot terhadap perubahan
gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis. Static stretching exercise juga akan
memperbaiki sistem sirkulasi darah sehingga mengatasi terjadinya spasme atau ketegangan
otot yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi (Borenstein & David, 1989).
METODE
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan one group pre test
post test design. Terdapat 1 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan dengan static
stretching exercise. Penelitian ini dilakukan di Garmen “X” pada Bulan April 2018.
Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 4 minggu. Sampel penelitian
berjumlah 15 orang. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi terpilih sebagai
subjek penelitian. Kriteria inklusi adalah berusia 20-35 tahun, dalam keadaan umum baik
69
(vital sign normal), menjadi penjahit minimal 1 tahun, tidak mengalami indikasi cidera
punggung bawah seperti hernia nucleus pulposus (HNP), fraktur vertebra, spondilolistesis,
tidak dalam kondisi hamil, memiliki IMT normal, dan bersedia secara sukarela menjadi
subjek penelitian dari awal penelitian sampai akhir dengan menandatangani informed
consent. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menganalisis umur, jenis
kelamin, dan lama bekerja, dan analitik untuk menguji fungsional punggung bawah dengan
paired t-test karena data berdistribusi normal.
Sampel penelitian yang mengikuti sampai akir adalah 15 orang. Sampel merupakan
penjahit wanita. Tabel 1 menampilkan karakteristik sampel berdasarkan umur, IMT, dan lama
bekerj.
Tabel 1
Karakteristik Sampel
Karakteristik N Rerata±SB
Umur (Th) 15 26,26±3,45
IMT (Kg/m2) 15 20,97±1,32
Lama Bekerja (Th) 15 3,80±1,47
Usia sampel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah rentangan 20-35
tahun dengan rerata adalah 26,26±3,45 yang berarti subjek penelitian masih berada pada usia
produktif. Pada rentang umur tersebut seseorang baik laki-laki ataupun perempuan akan
memiliki kekuatan fisik yang optimal. Kemampuan fisik mencapai kerja maksimalnya pada
umur antara 25-35 tahun dan berangsur menurun seiring dengn bertambahnya usia. Pada
industri Garmen “X” memperkerjakan pekerja dengan usia produktif. Usia produktif
menurut undang-undang No. 13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang tergolong usia
produktif untuk bekerja yang berlaku di Indonesia adalah usia 15-64 tahun. (Dinata, 2013)
Berdasarkan rerata IMT yaitu 20,97±1,32, dapat disimpulkan bahwa total seluruh
sampel memiliki IMT normal, sesuai dengan kriteria inklusi sampel penelitian. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Paramurthi (2014) didapatkan hasil bahwa IMT akan
berpengaruh terhadap fleksibilitas lumbal. Azwar (2004) mengatakan orang yang memiliki
IMT tidak normal akan berdampak pada penurunan kekuatan pada otot abdominal, yang akan
mengubah titik pusat gravitasi ke depan tubuh sehingga L5-S1 mengalami peningkatan beban
axial dan terjadi penambahan tekanan yang dalam jangka panjang akan menyebabkan
fleksibilitas sendi lumbal menurun.
Nilai rerata masa kerja adalah 3,80±1,47 tahun. Berdasarkan rentang waktu bekerja
sebagai penjahit sampel penelitian sudah memenuhi kriteria inklusi dan dianggap dalam
kategori berpengalaman. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh
terhadap munculnya keluhan fisik atau resiko kelelahan kerja lainnya (Wijayanti, 2013).
Berdasarkan hasil observasi langsung ke garmen “X” ditemukan bahwa sikap kerja dan
peralatan kerja yang digunakan penjahit kurang ergonomis sehingga memungkinkan
terjadinya beberapa keluhan. Menimbang dari hasil observasi yang didapatkan, maka
dilakukan pemeriksaan sikap kerja yang lebih objektif untuk menilai resiko terjadinya
keluhan akibat kerja dengan menggunakan Rapid Upper Limb Assesment (RULA). Penjahit
memiliki karakteristik sikap kerja yang sama, yaitu dengan sikap kerja duduk statis,
70
membungkukkan bagian kepala dan punggung, serta posisi siku dan lutut yang ditekuk. Hasil
pengukuran RULA disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2
Rekap Perhitungan Skor RULA Pada Sikap Kerja Penjahit
Hasil yang didapat dari pemeriksaan dengan RULA pada penjahit adalah level 6,
dengan intepretasi memerlukan investigasi lebih lanjut dan segera dilakukan perubahan. Dari
rekap perhitungan RULA dapat dilihat bahwa point yang memberikan kontribusi nilai RULA
pada region upper arm, lower arm, wrist, neck, trunk, dan leg memiliki nilai atau potensi
yang sama terhadap terjadinya keluahan musculoskeletal yang diakui dialami oleh penjahit.
Skor RULA yang dianggap berisiko tersebut dikarenakan sikap kerja pada penjahit yang
monoton dan statis seperti duduk membungkuk yang dilakukan dalam jangka waktu yang
panjang, Regio leher dan punggung memiliki beban yang besar dalam menjaga postural
selama bekerja. Rivai, dkk (2014) juga melakukan penelitian pada penjahit dan diperoleh data
bahwa 82,5% penjahit mengalami keluhan rasa kurang nyaman pada area pinggang, lalu 60%
pada area bokong, 57,5%, pada leher bagian bawah 47,5% dan pada leher bagian atas adalah
45%.
Berkurangnya kemampuan fungsional area punggung bawah penjahit juga dimulai dari
sikap kerja yang tidak tepat, sehingga terjadi ketidakseimbangan kerja otot antara otot-otot
global dan otot-otot core saat mempertahankan posisi postur tubuh selama bekerja.
Tabel 3.
Uji kemampuan fungsional punggung bawah dengan Paired Sample t-test
Gerakan Pengukuran Rerata+SB p
Fleksi Sebelum latihan 19,96±1,2 0,001
Sesudah latihan 21,36±1,1
Ekstensi Sebelum latihan 12,13±0,44 0,001
Sesudah latihan 13,23±0,4
71
(p<0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada peningkatan
fleksibilitas lumbal sebelum dan setelah perlakuan pada static stretching exercise.
Berdasarkan hasil paired sample t-test yang diberikan perlakuan static stretching
exercise, didapatkan rerata nilai fleksibilitas lumbal pada kemampuan gerak fleksi adalah
19,96±1,2 dan pada kemampuan gerak ekstensi 13,23±0,49 pada saat sebelum latihan.
Setelah latihan diperoleh nilai rerata 21,36±1,1 pada kemampuan gerak fleksi dan 12,13±0,44
pada kemampuan gerak ekstensi. Selain nilai rerata sebelum dan sesudah latihan, diperoleh
nilai p pada kemampuan gerak fleksi dan gerak ekstensi pada kelompok 1 yaitu p = 0,001
(p<0,05) yang dimana hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai
fleksibilitas lumbal sebelum dan setelah pemberian static stretching exercise. Dengan
demikian disimpulkan bahwa static stretching exercise dapat meningkatkan kemampuan
fungsional punggung bawah dalam bentuk fleksibilitas lumbal pada penjahit.
Berdasarkan beberapa kajian teori, static stretching exercise merupakan salah satu
bentuk latihan yang diberikan untuk memperbaiki sirkulasi, mengurangi tegangan otot,
meningkatkan elastisitas jaringan sekitar, mengurangi nyeri otot, dan mencegah cedera.
Target utama diberikannya static stretching exercise pada penjahit adalah membantu
memberikan penguluran pada otot-otot yang mengalami ketegangan atau kekakuan akibat
posisi kerja yang menyebabkan terjadinya kerja yang tidak seimbang (imbalance) pada
seluruh tubuh terutama area leher, punggung, dan paha belakang untuk mempertahankan
postur tubuh saat duduk membungkuk di mesin jahit (Pulcheria, 2016).
Static stretching exercise pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan regangan otot-otot yang berperan dalam fleksibilitas lumbal. Kurangnya
fleksibilitas pada area hamstring, hip fleksor, dan area gluteal dapat memicu terjadinya nyeri
pada punggung bawah dan terbatasnya gerakan pada area punggung bawah. Bila saat
melakukan static stretching exercise pasien merasakan nyeri, maka ada kemungkinan
kemampuan fleksibilitas ototnya mengalami penurunan. Static stretching exercise yang
dilakukan dengan tepat dalam jangka waktu yang panjang akan meningkatkan elastisitas otot,
mengurangi ketegangan otot, rileksasi otot dan memperbaiki struktur otot. Meningkatknya
daya tahan otot disebabkan oleh peningkatan elastisitas otot, perubahan gerakan atau
pembebanan secara statis dan dinamis. Static stretching exercise juga akan membantu
sirkulasi peredaran darah sehingga mencegah terjadinya spasme atau ketegangan otot yang
dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi. (Borenstein & David, 1989).
SIMPULAN
Pemberian static stretching exercise sebagai upaya pencegahan untuk koreksi postural
dengan aktivasi otot-otot core meningkatkan lingkup gerak fleksi maupun ekstensi pada area
lumbal yang diukur dengan modified – modified schoober test. Hasil analisis data juga
menunjukan peningkatan kemampuan fungsional punggung bawah (p<0,05) yang berarti
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada peningkatan fleksibilitas lumbal sebelum dan
setelah perlakuan. Static stretching exercise adalah latihan yang dapat berguna sebagai upaya
preventif atau upaya pencegahan terhadap terjadinya keluhan musculoskeletal bagi para
penjahit, khususnya adalah keluhan pada area punggung bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Akutota, V., Ferreiro, A., Moore, T., and Fredericson, M. 2008. Core Stability Exercise
Principle. Current Sport Medicine Reports, Vol. 7(1):39-44.
Azwar, A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Dimasa yang Akan Datang.
Jakarta.
72
Brandon dan Raphael. 2009. Core stability training and Core stability program. Available
from: http://www.sportinjurybulletin.com/archive/core-stability.html. [diakses Maret
2018]
Depkes.go.id. 2019. Publikasi Data dan Informasi. Retrieved from Depkes.go.id:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-web-content-publikasi-data.html
Dewi,F.K.2015. “Hubungan Duduk Lama Statis dalam Membatik dengan Fleksibilitas
Lumbal di Perusahaan Batik Danar Hadi Surakarta” (skripsi). Surakarta: Program Studi
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dinata, K. 2013. “Sikap Kerja Duduk Berdiri Bergantian Menurunkan Kelelahan, Keluhan
Musculoskeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja Penyetrika Wanita di
Rumah Tangga” (thesis). Denpasar: Program Pasca Sarjana Udayana.
Frankl, D. 1999. Anatomical Limitations of Flexibility : Physiological Basis of Flexibility..
Los Angeles: Department of Kinesiology and Physical Education.
Irfan, M. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke edisi pertama. Yogjakarta: Graha Ilmu. pp. 22-
52.
Kaergaard, A., Andersen, J.H., 2000. Musculosceletal Disorders of The Neck and Shoulders
in Female Sewing Machine Operators. Prevalence, Incidene, and Prognosis.
Occupational Environment Medicine, Vol. 57:528-534.
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya
Polajnar, A; Marjan, L; dan Nataza, V.H. 2010 Muscular-Skeletal Diseases Require
Scientifically Designed Sewing Workstations. Slovenia: University of Maribror,
Faculty of Mechanical Enginering, Slovenia.
Paramurthi, P. 2016. “Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan aktivitas olahraga
terhadap fleksibilotas lumbal pada Mahasiswa Fakultas Kedokeran Universitas
Udayana” (skripsi). Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pramita, I. 2014. “Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional
Dari Pada William’s Flexion Excercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik”
(thesis). Denpasar: Program Studi Fisiologi Olahraga Pascasarjana Universitas
Udayana.
Pulat, B.M. 2006. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice Hall.
Pulcheria, Meryl dan Muliartha. 2016. “Fleksibilitas Mahasiswa Universitas Udayana yang
berlatih taichi lebih baik daripada yang tidak berlatih tai chi” (skripsi). Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Rahim, A. H. 2012. Vertebra. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Rivai, W. Ekawati.T., Jayanti S. 2014. Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja
Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu. JKM, Vol. 2(3).
Sinyo, 2015. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja
Karyawan PT. New Union jaya di Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.
3(4):1952-1963.
Wang, X. Q., Zheng, J.J., Yu, Z.W., Xia B, Lou, S.J., Liu, J., Cai, B., Hua, Y.H., Wu, M.,
Wei, M.L., Shen, H.M., Chen, Y., Pan, Y.J., Xu, G.H., Chen, P.J. 2012. A Meta-
Analysis of Core Stability Exercise versus General Exercise for Chronic Low Back
Pain. Plosone, Vol.7(12).
Wijayanti, T., Catur, Y., dan Supriyono, A. 2013. Hubungan antara Posisi Kerja Duduk
dengan Keluhan Subyektif Nyeri Pinggang Pada Penjahit di Garmen PT. Apac Inti
Corpora Kabupaten Semarang. Semarang: Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
73