Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PBL KEDOKTERAN KERJA

INDUSTRI SABLON
MODUL KOMPREHENSIF

KELOMPOK VI (17)

PEMBIMBING : dr. Reza Tandean, MHSc (OM), Sp.OK


ANGGOTA KELOMPOK :
1. RIA SEPTI HARMIA
2. WAHYU HASANAH
3. SETEPHANY
4. NURUL INDAH TYLASARI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 28 OKTOBER 2016

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada industri sablon.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang kesehatan dan
keselamatan kerja pada industri sablon untuk masyarakan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar isi .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................
2.2 Faktor Hazard pada Penyablon ....................................................................
2.3 Alat dan Cara Kerja .....................................................................................
2.5 ketersedian obat P3K ...................................................................................
2.5 Pemeriksaan Kesehatan................................................................................
2.6 pemeriksaan kesehatan .................................................................................
2.7 Resiko penyakit yang dapat muncul ............................................................
BAB III HASIL PBL .................................................................................................
3.1 Profil Perusahaan ..........................................................................................
3.2 Sanitasi tempat kerja .....................................................................................
3.3 Lingkungan kerja ..........................................................................................
3.4 Alur kerja ......................................................................................................
BAB V PEMBAHASAN ...........................................................................................
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
Lampiran 1. Foto kegiatan .........................................................................................
Lampiran 2. Tabel POA ............................................................................................
Lampiran 3. Urutan kegiatan .....................................................................................
Lampiran 4. Identifikasi hazard .................................................................................
Lampiran 5. Menafsirkan besar risiko .......................................................................
Lampiran 6. Tabel Meminimalkan Risiko .................................................................
Lampiran 7. Kuesioner ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan
kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteran
para pekerjanya akan tetapi jauh dari keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas keberlanjutan produktifitas kerja.1
Keselamatan kerja dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan safety. Dalam
istilah keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakan dan penyakit akibat kerja.2
Dalam melakukan suatu pekerjaan tentu saja harus memperhatikan keselamatan
dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai tukang sablon pada
industri konveksi memang merupakan salah satu aspek penting di lingkungan kerja.
Setiap orang yang bekerja sebagai tukang sablon pada industri konveksi seharusnya
memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain pekerjaan harus
terselesaikan juga harus dapat menjamin kesehatan dan keamanannya, dibutuhkan
kesadaaran dan tenaga kerjanya dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja, dan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada.2
Pelaksanaan keamanan dan kesehatan kerja harus memenuhi sasaran yaitu untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah timbulnya penyakit akibat kerja,
mencegah/mengurangi kematian dan cacat tetap, pemeliharaan terhadap peralatan
kerja, dapat meningkatkan produktifitas kerja sehingga tenaga kerja tidak harus
memeras tenaganya, dapat menjamin keadaan tempat kerja yang aman dan sehat ,
dapat memperlancar kegiatan dan pekerjaan pada industri konveksi tersebut.2
Sama halnya dengan pekerjaan lain, usaha penyablonan memiliki berbagai
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri.2
Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada penyablon, penyakit
akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja (penyablon)
apalagi pada usaha yang informal. Hal ini disebabkan karena pada biasanya mereka
bekerja dengan peralatan apa adanya tanpa memenuhi syarat ergonomik alat tersebut
serta jam kerja yang tidak menentu.2
Penyablonan pada industri rumah tangga merupakan sampel yang dipilih,
dimana kegiatan penyablon dalam melakukan usahanya menghasilkan pakaian
sehingga mereka masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan tradisional.
Berdasarkan landasan diatas maka timbul pamikiran dan keinginan untuk
mensurvei kesehatan dan keselamatan kerja pada sektor usaha informal yaitu usaha
penyablonan. Selain itu survei ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk
memenuhi tugas mata kuliah dimodul komprehensif.
1.2 Tujuan Utama :
1.2.1 Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja penyablon
pada industri konveksi khusus faktor bahaya lingkungan kerja.
1.3 Tujuan Khusus :
1.3.1 Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami penyablon
1.3.2 Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/ proses yang digunakan yang
dapat mengganggu kesehatan penyablon
1.3.3 Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan penyablon
1.3.4 Untuk mengetahui risiko penyakit yang mungkin timbul berhubungan dengan
pekerjaan penyablon
1.3.5 Menyusun rencana untuk menanggulangi hazard yang ada di industri sablon.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi penulis : untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan kerja
1.4.2 Manfaat bagi pekerja : untuk mengetahui hazard yang ada di tempat kerja dan
agar dapat menghindari dan menanggulangi hazard tersebut.
1.4.3 Manfaat bagi pemilik perusahaan : untuk meningkatkan kepedulian akan
kesehatan pekerja juga untuk mengurangi kecelakaan akibat kerja.
1.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah : faktor risiko dan perilaku apa saja yang ditemukan pada tempat
kerja sehingga pekerja dapat menderita penyakit tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja
agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan
mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang
tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja, program K3
adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai
upaya pencegahan timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja
dengan lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit kerja.

Keselamatan kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia kerja. Kondisi


ini bukan hanya disebabkan oleh aturan atau regulasi pemerintah dalam bidang
ketenagakerjaan yang semakin ketat tapi juga demi keberlanjutan bisnis dari
perusahaan itu sendiri. Secara umum, kesehatan dapat diartikan sebagai perlindungan
terhadap tubuh dan pikiran dari penyakit yang berasal dari material, proses dan
prosedur yang digunakan ditempat kerja. Sedangkan keselamatan dapat didefinisikan
sebagai perlindungan dari luka fisik. Batasan antara kesehatan dan keselamatan adalah
kondisi yang dikenal dengan sakit. Kedua kata ini sering digunakan secara bersama-
sama untuk mengindikasikan penampakan fisik dari kesehatan mental dari individu di
tempat kerja.[1]

Dalam konteks yang sedikit berbeda, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai
segala sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan kerja. Dalam hal
ini keselamatan yang dimaksud bertalian erat dengan mesin, alat kerja dalam proses
landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan
keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan setiap orang yang berada di lokasi
kerja dan melindungi keamanan peralatan serta sumber produksi agar selalu dapat
digunakan secara efisien.[2]

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja


diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu: [3]
1. Moral
Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang
mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum
Terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur keselamatan
dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan
cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat
dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata tidak
bertanggung jawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi
Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi
cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil. Asuransi
kompensasi karyawan ditujukan untuk ganti rugi kepada pegawai yang mengalami
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat
melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik, maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:[3]
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan rasa kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan secara substansial.

2.2 Faktor Hazard pada Penyablon


Hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk
mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh
tenaga kerja atau instansi. Sedangkan kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut risiko. Baik hazard maupun risiko tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendalian dilaksanakan dengan baik.[3]
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1
menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.3
Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya atau hazard
ditempat kerja. Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan pengendalian. Didalam
usaha penyablonan terdapat faktor-faktor yang dapat mengganggu keselamatan kerja,.
Faktor yang dapat menimbulkan risiko diantaranya:[4]
1. Faktor fisik
Faktor fisik diantaranya kebisingan akibat penggunaan mesin, temperature pada
tempat kerja, vibrasi akibat alat yang digunakan.
2. Faktor ergonomik
Posisi tubuh saat melakukan pekerjaan penyablonan dapat mempengaruhi
kesehatan seperti posisi berdiri yang terlalu lama atau duduk yang terlalu lama.
3. Faktor psikososial
Dapat terjadi stres yang berat karena beban kerja, hubungan antar pekerja, jam
kerja.
4. Faktor kimia
Faktor kimia yang terdapat pada usaha penyablonan adalah dalam bentuk larutan
yaitu tinta sablon.

2.3 Alat dan Cara Kerja


1. Peralatan dalam penyablonan
Screen (kain kasa terbuat dari polyester/nylon) untuk menyablon kaos/kain.
Rakel (alat sapu terbuat dari karet sintesis)
Obat afdruk (cairan kental/emulsion)
Mika/kuas cat/coater (alat pemoles obat afdruk)
Bantalan hitam (untuk mengepres film pada screen)
Kaca dengan tebal 0,2-0,5 mm.
Semprotan air (pengembang gambar hasil afdruk)
Tinta/cat (khusus sablon) untuk kaos biasanya menggunakan pasta warna
(rubber).

2. Proses pengafdrukan

Proses pengafdrukan biasanya dilakukan sebelum melakukan pencetakan,


tujuannya adalah menciptakan bentuk yang sesuai dengan yang diinginkan diatas
kain saring (screen), proses afdruk yaitu:

Bersihkan screen yang akan digunakan, bersihkan dengan sabun colek /krim
dan kain perca lalu keringkan dengan cahaya matahari
Oleskan obat afdruk pada screen secukupnya di bagian depan dan belakang
screen, ratakan obat afdruk dengan menggunakan rakel, kemudian
dikeringkan
Setelah kering, siapkan film sablon yang telah dibuat dan rekatkan pada
screen tersebut di posisi yang diinginkan
Kemudian lakukan penyinaran/exposing
Setelah proses penyinaran, maka image/bentuk yang anda inginkan akan
terlihat (agak samar-samar) diatas screen yang telah diberi obat afdruk
tersebut
Segera siram dengan air bertekanan tinggi atau benamkan dalam air untuk
merontokkan obat tersebut
Setelah image/bentuk yang anda inginkan bersih sempurna dari gangguan
obat yang masih tersisa di screen, screen dikeringkan, lalu oleskan obat
penguat screen
3. Tahap Penyablonan
Pinggiran gambar yang akan disablon diplester agar cat tidak mengalir
kemana-mana
Letakkan pasta/rubber yang sudah dicampur pigment/warna yang diinginkan
Sebelumnya gunakan alat papan triplex pada bagian dalam kaos agar cat tidak
tembus kebelakang
Gunakan rakel untuk menyapu cat, lalu keringkan kaos
Jika sudah selesai, sebaiknya screen langsung dicuci dengan sabun krim
tertentu dengan kain perca sebagai sikatnya.
2.3 Penggunaan alat pelindung diri pada penyablon
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,
peralatan dan lingkungan kerja. Namun terkadang keadaan bahaya masih belum dapat
dikendalikan sepenuhnya,sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (personal
protective Services). Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan:[6]
- Enak dipakai
- Tidak mengganggu kerja
- Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan jari-jari, kaki,
alat pernafasan, telinga dan tubuh.
Pada pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak
menggunakan. APD (Alat Pelindung Diri) dalam bentuk apapun. APD diklasifikasikan
berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya. Pada
bidang konveksi ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu :[7]
a. Kacamata
Dengan menggunakan kacamata, para tukang sablon diharapkan dapat terlindung
dari zat pewarna yang digunakan pada proses pewarnaan pakaian yang dapat
mengakibatkan perih pada mata.
b. Sarung tangan
Dengan menggunakan sarung tangan, para tukang sablon dapat melindungi bagian
tangan dari benda tajam, risiko terbakar atau tersengat listrik, bahan kimia,
ataupun infeksi kulit.
c. Masker
Dengan pemakaian masker dimulut dan hidung akan terlindung dari debu.
d. Pakaian lengan panjang
Dengan menggunakan pakaian lengan panjang saat bekerja sangat penting pada
perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari penetrasi benda tajam (jarum jahit,
gunting).
e. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu nyaman agar
terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam dan benda jatuh.
f. Kursi yang dilengkapi dengan sandaran
Agar sewaktu-waktu jika punggung terasa lelah, dapat di refleksikan pada
bantalan kursi.
2.4 Ketersediaan obat P3K
Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap
tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun
kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk meyelamatkan nyawa atau mencegah
kematian, mencegah cacat yang lebih berat, dan menunjang penyembuhan.[7]

2.5 Pemeriksaan kesehatan


Pengusaha harus mengadakan pemerikaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang
telah memiliki sertifikasi.
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja
sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita
penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum
bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang
melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus
juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka
derita.[2,7]

2.6 Resiko penyakit yang dapat muncul


Bahan hazard dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang-orang
ditempat kerja. Gangguan tersebut dapat terjadi secara langsung dalam proses kerja,
yang dihasilkan oleh aktivitas kerja atau terjadi secara alami. Cat jenis tertentu diduga
mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik. Sebagian besar pajanan cat
melalui inhalasi walaupun dapat juga melalui kontak kulit atau oral. Beberapa bahan
dalam cat yang dapat menyebabkan kanker paru antara lain timah, kromium,
molybdenum, asbestos, arsenic, titanium dan mineral oil.[8]
Arsen dan pewarna cat yang mengandung metal seperti titanium oksida,
kromium dan besi saat ini jarang digunakan karena sejak tahun 1960 digunakan cat
dengan berbahan dasar air yang hanya sedikit mengandung pelarut dan kurang
berbahaya.[8]
Isosianat sering diidentifikasi sebagai penyebab asma kerja pada pekerja cat
semprot yang dikenal sebagai isocyanate-induced asthma. Prevalensi isocyanate-
induced asthma diperkirakan berkisar antara 5-15% dan sering dijumpai di Negara
berkembang. Isosianat merupakan bahan utama cat semprot, selain itu dapat juga
dijumpai pada vanis, lem dan polyurethane. [8]
Isosianat merupakan bahan kimia reaktif yang dapat mengiritasi saluran napas
dan membrane mukosa. Dahulu toluene diisocyanate (TDI) sering digunakan dalam
komponen cat semprot kendaraan bermotor, saat ini digantikan oleh 1,6
hexamethylene diisocyanate (OCN(CH2)6NCO (HDI) dan methylene diphenyl (MDI).
HDI merupakan diisosianat alifatik; HDI monomer sangat mudah menguap, sehingga
sebagian besar HDI dalam bentuk prepolimer. [8]
Pajanan isosianat yang tinggi dapat menyebabkan iritasi mata, sensitisasi dan
inflamasi kulit serta edema paru. Pada pekerja yang telah tersensitisasi oleh isosianat,
pajanan dosis kecil (kurang dari 1 ppb = parts per billion) dapat menyebabkan asma
yang dapat tetap diderita bertahun-tahun setelah pajanan dihentikan. Tanda dan gejala
yang sering yaitu batuk dengan atau tanpa produksi sputum, sesak atau rasa berat
didada, mengi, menggigil, malaise, nyeri otot, dan gejala seperti flu (flu like
symptoms) pada saat bekerja. Demam disertai leukositosis dapat juga dijumpai pada
asma kerja (5%). Pada beberapa pasien dapat dijumpai gejala yang tidak khas seperti
batuk kronik atau bronchitis. Foto dada biasanya normal walaupun dapat juga
ditemukan infiltrate interstisial atau menyebar. Pada pemeriksaan arus paksa ekspirasi
serial (APE) didapatkan nilai APE yang lebih rendah saat berada dilingkungan
pekerjaan. [8]
Isosianat merupakan senyawa dengan berat molekul rendah (kurang dari 5000
dalton); mekanismenya sebagai penyebab asma belum jelas; diperkirakan melalui
mekanisme imunologi dan non-imunologi. Mekanisme isocyanate-induced asthma
melalui non-IgE dependent karena antibody IgE yang spesifik terhadap protein
konjugat hanya sedikit dijumpai (10-30%). [8]
Eosinofil jarang dijumpai pada asma kerja, berhubungan dengan beratnya
penyakit dan peningkatan reversibilitas terhadap bronkodilator. Hidrokarbon adalah
bahan kimia yang terdapat didalam cat, lem, pelarut dan bahan bakar (bensin),
merupakan komponen organic yang terdiri atas molekul karbon dan hydrogen, terbagi
atas jenis hidrokarbon aromatic dan alifatik. [8]
Toksisitas hidrokarbon disebabkan karena bahan ini mudah menguap (volatil)
sehingga mempengaruhi organ respirasi (paru), disamping itu dapat juga
mempengaruhi system saraf, jantung, ginjal, hati dan gastrointestinal. Hidrokarbon
volatile seperti bensen, toluene dan silen dapat memberikan sensasi euphoria dan
halusinasi sehingga sering disalahgunakan. Sejak dua decade terakhir terjadi
peningkatan penyalahgunaan cat semprot yang mengandung hidrokarbon pada remaja
dengan sosial ekonomi rendah karena murah dan mudah didapat. [8]
Teknik inhalasi melalui hidung, mulut atau cat disemprotkan ke kantong
kemudian dihirup. Cat semprot yang disukai adalah cat semprot warna metalik karena
mengandung toluene konsentrasi tinggi. [8]
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran,
dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara memperlakukan peralatan
seperti macam gerak, arah, dan kekuatan. [9]
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk
atau berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh yang tidak alami harus
dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar
beban statis diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha).
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas. [10]
Pada posisi duduk, berat badan seseorang secara parsial ditopang oleh tempat
duduk tetapi konsumsi energi dan ketegangan saat posisi duduk lebih tinggi bila
dibandingkan dengan posisi berbaring karena tangan bisa bergerak bebas tapi ruang
gerak sangat terbatas oleh luas tempat duduk. [11]
Beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan lamanya kerja
fisik atau mental, lingkungan (iklim, pencahayaan, dan kebisingan), irama circardian,
masalah psikis (seperti tanggung jawab, pikiran dan konflik), penyakit yang dialami
dan nutrisi. Gejala kelelahan yang penting perasaan letih, mengantuk, pusing, dan tidak
enak dalam bekerja. Gejala kelelahan lainnya adalah semakin lamban dalam berpikir,
menurunnya kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja,
penurunan kinerja tubuh dan mental. Apabila kelelahan tidak disembuhkan, suatu saat
akan menjadi kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya ketidakstabilan
psikis, depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan meningkatnya kecendrungan sakit.
[12]
BAB III
HASIL PBL

3.1 Profil Perusahaan terdiri dari:


Jenis usaha : home industry sablon
Bidang : pencetakan sablon
Tahun berdiri : 2010
Alamat : jl. Akasia dalam kompleks pergudangan kecil no. 889 RW 012 RT15
Jumlah pekerja : 15 orang
Tata ruang

Kamar tidur Alat cetak


Tempat pencucian cetakan Kamar mandi
design

ttem

Tempat kain

M12 M11 M10 M9 M8 M7 M6 M5 M4 M3 M2 M1


Ruang design

Oven

Ket :
- M1- M4 : meja pola baju
- M5- M6 : meja sablon
- M9- M12 : meja drying
Jam kerja :
Jam kerja produktif : pukul 08.00 17.00 WIB
Jam kerja lembur : pukul 08.00 20.00 WIB
3.2 Sanitasi tempat kerja
Lantai : Kondisi lantai diplester tidak ada ubin, lantai berdebu
Dinding : dinding berdebu dan banyak terdapat sarang laba-laba
Kebersihan langit-langit : banyak sarang laba-laba dan banyak tergantung pakaian
basah.
Kebersihan peralatan kerja : meja penyablonan bersih
Tempat sampah : terdapat tempat sampah pada ruangan kerja
Penyedian air minum : tersedia namun letaknya tepat diatas tempat sampah
Tidak terdapat tempat cuci tangan seperti wastafel
Terdapat kamar mandi namun tidak terjaga kebersihannya
3.3 Lingkungan kerja
Pencahayaan : cukup
Ventilasi : cukup
Suhu : 35,90C
Kelembaban relatif lingkungan : 51 RH % (normal )
3.4 Alur kerja
Alur produksi :

Pembuatan
cetakan Pencetakan Pengeringan Pengovenan
Design pola
sablon cat (dryer) (finishing)
(afdruk)

Kegiatan yang dilakukan :


- Design pola dilakukan didalam komputer
- Pencetakan pola pada kaca cetakan untuk nantinya digunakan untuk penyablonan
- Kemudian kaca yang telah cetak pola dijemur dibawah sinar matahari sampai
beberapa jam
- Pencetakan sablon pada kain
- Pengeringan cat dengan menggunakan dryer selama 15 menit
- Pengovenan untuk finishing
- Membersihkan alat cetakan dengan menggunakan air dan kalsium hipoklorid
Bahan dan alat yang dipakai :
Bahan
- Kain
- Cat
- Lem
- Kalsium hipoklorid
- Clean colour
Alat
- Cetakan berbahan kain berbingkai kayu
- Afdruk
- Oven
- Dryer
- Selang pembersih cetakan
3.5 Identifikasi faktor hazard di tempat kerja (lihat lampiran 4)
3.6 Aplikasi program kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja:
Pada pekerja menderita penyakit seperti demam, nyeri punggung bawah
didapatkan pada 3 bulan terakhir serta kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi
adalah kaki pekerja tertimpa mesin dryer. Untuk upaya pencegahan terhadap risiko
penyakit akibat kerja dapat dilakukan:
Untuk menganggulangi suhu yang tinggi dapat menggunakan kipas angin pada
ruangan kerja jika arus listrik tidak kuat maka dapat difikirkan untuk pembuatan
beberapa jendela supaya angin dapat masuk dan pada getaran akibat alat dryer
bisa menggunakan sarung tangan untuk meminimalkan getaran yang ada.
Faktor kimia untuk menanggulanginya dapat menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti masker, sarung tangan latek, clear safety glasses, boot, apron.
Faktor ergonomik untuk menanggulangi posisi berdiri dan bungkuk yang terlalu
lama yaitu dengan menyesuaikan design tempat kerja dan alat kerja dengan
kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara peregangan, dan untuk posisi duduk
dapat mengubah posisi duduk menjadi posisi yang ergonomis.
Faktor psikososial untuk menanggulangi dengan cara menetapkan jam kerja yang
jelas, membina hubungan yang baik antar pekerja dan pimpinan.
Untuk pencegahan kecelakaan kerja dapat menggunakan APD seperti sepatu boot
untuk menghindari ketimpa dryer seperti yang terjadi pada pekerja.

3.7 Temuan-temuan kasus penyakit akibat kerja


Ada pekerja yang mengalami cedera pada kaki karena tertimpa dryer yang masih
menyala yang menyebabkan luka pada kaki.
Ada pekerja yang pernah terkena demam berdarah mungkin diakibatkan karena
tempat menginap penderita kurang bersih, dekat dengan genangan air dan banyak
baju yang tergantung.
3.8 Temuan-temuan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan yang dilakukan oleh
mahasiswa
Bapak Sudarsono Ruri
-BB : 80,5 Kg -BB: 43,2 Kg
-TB : 177 cm -TB: 152 cm
-TD : 130/90 mmHg -TD: 110/80 mmHg
-HR: 96 x/menit -HR: 72 x/menit
-T : 36,2 o C -T : 36,7o C
Abdullah Sasono
-BB: 58,5 Kg -BB: 51,9 Kg
-TB: 160 cm -TB: 180 cm
-TD: 100/70 mmHg -TD: 100/80 mmHg
-HR: 84 x/menit -HR: 78 x/menit
-T : 36,5o C -T : 36,2o C
Alwi Abi
-BB: 57,3 Kg -BB: 50,4 Kg
-TB: 176 Cm -TB: 167 Cm
-TD: 120/80 mmHg -TD: 110/80 mmHg
-HR: 92 x/menit -HR: 96 x/menit
-T : 36,5o C -T : 36,6o C

Fahri
-BB: 63,6 Kg
-TB: 165 Cm
-TD: 120/90 mmHg
-HR: 90 x/menit
-T : 36,6o C

Pada pemeriksaan tanda vital dan status antropometri pekerja didapatkan rata-
rata dalam batas normal, serta ada beberapa pekerja yang mengeluh sedang menderita
infeksi pada saluran napas atas (flu dan batuk).
BAB IV
PEMBAHASAN

5.1 Analisa risiko dan pengurangan risiko


Faktor risiko adalah sesuatu kemungkinan yang dapat menimbulkan
kemungkinan potensi bahaya namun tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik, diantaranya faktor yang dapat
menimbulkan risiko yaitu:
Faktor fisik diantaranya adalah temperature dari penggunaan mesin dan
temperature tempat kerja yang tinggi, juga adanya getaran dari mesin dryer yang
digunakan untuk pengeringan, yang dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome.
Faktor kimia yang terdapat pada usaha penyablonan adalah dalam bentuk larutan
yaitu tinta sablon dan paparan langsung dari kalsium hipoklorid (kaporit) saat
pembersihan cetakan
Faktor ergonomik posisi tubuh saat melakukan pekerjaan penyablonan dapat
mempengaruhi kesehatan seperti posisi berdiri yang terlalu lama, duduk yang
terlalu lama, posisi duduk yang tidak ergonomis saat didepan komputer dan posisi
membungkuk yang terlalu lama.
Faktor Psikososial dapat terjadi stres yang berat karena beban kerja, hubungan
antar pekerja, jam kerja.
5.2 Pengurangan dan meminimalkan risiko yang dapat kita lakukan:
Faktor fisik untuk menganggulangi suhu yang tinggi dapat menggunakan kipas
angin pada ruangan kerja dan pada getaran akibat alat dryer bisa menggunakan
sarung tangan untuk meminimalkan getaran yang ada.
Faktor kimia untuk menanggulanginya dapat menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti masker, sarung tangan latek, clear safety glasses, boot, apron.
Faktor ergonomik untuk menanggulangi posisi berdiri dan bungkuk yang terlalu
lama yaitu dengan menyesuaikan desain tempat kerja dan alat kerja dengan
kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara peregangan, dan untuk posisi duduk
dapat mengubah posisi duduk menjadi posisi yang ergonomis.
Faktor psikososial untuk menanggulangi dengan cara menetapkan jam kerja yang
jelas, membina hubungan yang baik antar pekerja.
BAB V
KASIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pekerja sablon secara keseluruhan terpapar pada hazard umum di tempat kerja
berupa faktor fisik yaitu kebisingan dan cuaca yang panas, faktor kimia yaitu
bahan baku yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, saluran nafas, saluran
cerna dan mata, faktor ergonomik yaitu sebagian pekerja bekerja dengan posisi
berdiri atau duduk dan psikososial yaitu beban kerja dan gaji yang bervariasi
sesuai dengan jumlah orderan.
Alat yang digunakan memiliki risiko rendah yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
Pekerja sablon tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap.
Pekerja sablon tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, namun
pemilik usaha menjamin pengobatan pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja.
Beberapa pekerja sablon memiliki keluhan terkait pekerjaan yang dilakukannya
diantaranya nyeri pinggang bawah, kesemutan, sakit kepala.
Secara keseluruhan pekerja sablon belum memiliki pengetahuan, belum mendapat
pelatihan, tidak pernah melakukan pemantauan hazard dan tidak pernah mendapat
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
1.2 Saran
Bagi pekerja, perlunya pemakaian penutup telinga apabila kebisingan
mengganggu pekerjaan dan ruangan dilengkapi ventilasi yang baik, desain tempat
duduk yang sesuai dengan tinggi alat yang digunakan. Penerapan waktu istirahat
yang cukup untuk pekerja agar pekerja tidak selalu berdiri sehingga dapat
mengubah posisi. Perlunya penggunaan alat perlindungan diri seperti sarung
tangan dan masker untuk penggunaan secara rutin.
Bagi perusahaan, perlunya pengadaan kotak P3K dan APAR untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan kerja dan kondisi darurat pada kebakaran pabrik.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memantau
kesehatan pekerja serta jaminan asuransi terhadap pekerja. Perlunya diadakan
penyuluhan dan pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja di tempat
penyablonan
Bagi institusi pemerintah, menetapkan kebijakan untuk standar sebuah perusahaan
sebelum mendirikan usaha seperti, penetapan jam kerja, penyediaan APD,
penerapan K3.
Bagi institusi pendidikan, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hughes, Phill, Ed F. Introduction to Health and Safety at Work, 5th edition. Oxford
and Massachusets: Elsevier, 2011.
2. Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya
Identifikasi Potensi Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007.
3. Sakinah, Rifah. Penilaian Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri
Informal (Konveksi). Available at http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-rifah-
sakinah.html. Accessed at October 26, 2016.
4. Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia. Program Pelatihan & Sertifikasi Higienis
sIndustri Muda (HIMU). Jakarta; 2010.
5. Ibrahim J. K. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Karyawan
Bitratex Industries Semarang. Available at http://eprints.undipac.id/26498/2/Jurnal.pdf.
Accessed at October 26, 2016.
6. Putri, DRO Penerapan K3 pada Industri Konveksi. Available at
http://k3tium.com/2012/11/14/makalah-observasi-k3-di-konveksi-busana/html.
Accessed at October 26, 2016.
7. Azhar, Rofa Y. Proses pembuatan cat dan bahaya yang ditimbulkannya. Available at
http://rofayaliaazhar.com 2012/06/artikel-proses-pembuatan-cat-dan-bahaya.html.
Accessed at October 26, 2016.
8. Soleman, A. Pedoman Keselamatan Kerja pada Industri Konveksi. Ambon:
Universitas Pattimura, 2011.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Sistem Kesehatan Nasional. (Online)
http://dinkes.bantulkab.go.id/documents/20090721100343-skn-2004.pdf diakses pada
tanggal 26 oktober 2016
10. Hamid, Fatmawati. Faktor risiko keluhan dermatitis kontak pada pekerja percetakan di
Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini Makassar tahun 2012. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.2012
11. Riyadina, Woro. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja Industri Di
Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. (online) http:// repository. usu.ac.id/bitstream/
123456789/19340/1/ikm-des2007-11%20(13).pdf ,diakses tanggal 26 Oktober 2016
12. Sumamur P.K. Hyperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Jakarta: Dharma Sakit
Menara Agung. 2011
13. Tambusai, M. Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk Meningkatkan
Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 2013

Lampiran 1. Foto kegiatan

Gambar 1. Desain Gambar 2. Alat pencetakan pola


pola

Gambar 4. Menyiapkan kain

Gambar 3. Pembuatan cetakan (afdruk)

Gambar 5. Pencetakan Gambar 6. Pengeringan (dryer)


Sablon
Gambar 7. Cat sablon Gambar 8. Komposisi Cat

Gambar 9. Pengovenan (finishing) Gambar 10. Distribusi kain


Gambar 11. Pembersihan alat cetakan Gambar 12. Kondisi atap pabrik

Gambar 13. Pemeriksaan kesehatan

Gambar 14. Air minum Gambar 15. Kamar mandi


Lampiran 2. Tabel POA
No Kegiatan Tujuan Sarana Sasaran Tempat Yang Waktu Biaya Metode Tolak ukur
melaksanakan (WIB) ( Rp ) keberhasilan
kegiatan
1 Promosi Meningkatkan leaflet Pekerja Home industry Mahasiswa 12.00 12.30 45.000 Penyuluhan Pengetahuan pekerja
kesehatan K3 pengetahuan sablon sablon meningkat
pekerja
2 stretching Meregangkan Video Pekerja Home industry Mahasiwa 12.00 12.30 200.000 Penyuluhan Pekerja dapat
otot yang dan sablon sablon melakukan stretching
tegang karna music tanpa instruktur
tidak ada
perubahan
posisi tubuh
dalam waktu
yang lama
Lampiran 3. Urutan Kegiatan
Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko kecelakaan
kegiatan Fisika Kimia Biologi Ergonomi Psikologi kesehatan yang kerja
mungkin terjadi
Desain pola Suhu ruangan - Mata lelah akibat Pekerjaan - Sakit kepala Mata lelah karena
panas (tidak ada - - menatap komputer monoton - Kesemutan menatap monitor
kipas/air terlalu lama - Low back selama 8 jam kerja
conditioner) - Posisi duduk terlalu pain
rendah dan meja
terlalu tinggi.
- Posisi tangan tidak
ergonomis
Pembuatan - Suhu panas - Polivinil - Mengangkat dan - Pekerjaan - Iritasi saluran - Bahan kimia
cetakan alcohol - menahan cetakan monoton, nafas mengiritasi mata
(afdruk) - Chromatin dengan posisi tertekan - Iritasi kulit dan terhirup atau
bichromat hiperekstensi karena dikejar - Iritasi mata terpapar ke kulit
- Posisi berdiri terus target - Depresi ssp - Kaki tertimpa
menerus - komunikasi - Atralgia pada cetakan berbahan
antar pekerja sendi lutut kain yang
kurang. - Low back pain dibingkai dengan
- Stres kayu

Pencetakan - Debu kain - Timah (Sn) - Posisi berdiri terus - Pekerjaan - isocyanate - Bahan kimia
sablon - Kromium - menerus monoton, induced mengiritasi mata
(Cr) - Repetitive tertekan asthma dan terhirup atau
- Molybdenu movement pada karena dikejar - iritasi mata terpapar ke kulit
m pergelangan tangan. target - iritasi kulit - Kaki tertimpa
- Asbes - komunikasi - edema paru cetakan berbahan
- Arsen antar pekerja - bronchitis kain yang
- Titanium kurang. - batuk kronis dibingkai dengan
- Mineral oil - Low back kayu
- Isosianat pain
- Stres
- Atralgia

Pengeringan - Suhu panas - Posisi berdiri terus Pekerjaan - Dehidrasi - Terlilit kabel listrik
cat (dryer ) - Getaran dryer - - menerus monoton, - Low back - Kesetrum
- Sengatan listrik - Posisi tangan saat tertekan pain - Luka bakar
memegang dryer karena dikejar - Tangan
tidak ergonomis target kesemutan
komunikasi - Atralgia
antar pekerja - Stres
kurang

Pengovenan Suhu panas - - - Posisi berdiri terus - Pekerjaan - Low back - Luka bakar
(burning) menerus monoton, pain - Tertimpa
- Mengangkat tertekan - Tangan tumpukan kain
tumpukan kain dalam karena dikejar kesemutan - Tangan terjepit alat
jumlah besar target - Atralgia press
- komunikasi - Stres
antar pekerja
kurang.

Pembersihan Bising Calcium - Posisi membungkuk - Pekerjaan - iritasi mata - Pekerja terpleset
alat cetakan hypochlorite terus menerus monoton, - iritasi kulit - Mata terkena
Ca(CIO)2 tertekan - iritasi saluran cipratan cairan
karena dikejar nafas pembersih
target - Low back - Bau kaporit atau
-komunikasi pain Ca(CIO)2 yang
antar pekerja - Stres menyengat
kurang.
Lampiran 4. Identifikasi hazard

Bahaya Akibat Bahaya


(Aktivitas Penyablonan )

Didepan komputer terlalu lama Mata lelah, kepala pusing, low


dan posisi tubuh tidak ergonomis back pain, tangan kesemutan
Berdiri terus menerus Varises, atralgia
Suhu panas karena dryer dan Mudah dehidrasi, risiko miliaria
ruangan yang panas
Paparan zat kimia (cat afdruk Dermatitis, konjungtivitis,
dan kalsium hipoklorid) rhinitis, sinusitis, asthma
Gerakan tangan yang berulang- Carpal tunnel syndrome,
ulang (repetitive movement) tendinitis

Pekerjaan monoton dan dikejar Stres


target
Kaki tertimpa dryer Luka memar
Terkena debu kain Dermatitis, konjungtivitis,
rhinitis, sinusitis, asthma
Posisi bungkuk yang terlalu lama Low Back Pain
Lampiran 5. Menafsirkan besar risiko

Keterangan :
H (High) : 3 apabila hazard hampir selalu terjadi
M (Medium) : 2 apabila hazard sering terjadi
L (Low) : 1 apabila hazard jarang terjadi

Bahaya Akibat Bahaya E P R


(Aktivitas Penyablonan ) (Efek) (Probability) (Risiko)

Paparan bahan kimia Dermatitis, M H H


konjungtivitis,
rhinitis, sinusitis,
asthma
Berdiri terus menerus Varises, Atralgia L H M
Getaran dari dryer Carpal tunnel L H M
syndrom
Paparan debu kain Gangguan saluran L H M
nafas
Lampiran 6. Tabel Meminimalkan Risiko

Aktivitas : Penyablonan kain


Bahaya Akibat Bahaya E P R Mengurangi resiko Resiko
dengan sisa
Paparan bahan Dermatitis, M H H Menggunakan APD
kimia seperti konjungtivitis, seperti masker, sarung
cipratan rhinitis, tangan latex, clear safety
sinusitis, glasses, boot dan apron
asthma
Berdiri terus Varises, atralgia L H M Peregangan (stretching)
menerus
Getaran dari dryer Carpal tunnel L H M Menggunakan sarung
syndrome tangan
Paparan dabu kain Dermatitis, L H M Menggunkan APD
konjungtivitis, seperti masker
rhinitis,
sinusitis,
asthma
Penaksiran Akhir : Aktivitas penyablonan kain dapat Resiko keseluruhan L
terus dilaksanakan dengan menerapkan pencegahan
tersebut di atas.

Anda mungkin juga menyukai