SKENARIO D BLOK 17
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkankepadaTuhan yang MahaEsaatassegalarahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapatmenyelesaikanlaporan tutorial yang berjudul“Laporan Tutorial
Skenario D Blok 17”sebagaitugaskompetensikelompok.
Kami menyadaribahwalaporan tutorial inijauhdarisempurna. Oleh karenaitu kami
mengharapkankritik dan saran yang bersifatmembangungunaperbaikan di masa mendatang.
Dalampenyelesaianlaporan tutorial ini, kami banyakmendapatbantuan, bimbingan dan saran.
Pada kesempatanini, kami inginmenyampaikansyukur, hormat, dan terimakasihkepada:
1. Tuhan yang MahaEsa, yang telahmerahmati kami dengankelancarandiskusi tutorial;
2. Dr. dr.Legiran, M.Kes., selaku tutor kelompok G4; dan
3. teman-temansejawat FK Unsri, terutamakelas PSPD GAMMA 2017.
SemogaTuhanmemberikanbalasanpahalaatassegalaamal yang diberikankepadasemua orang
yang telahmendukung kami dan semogalaporan tutorial inibermanfaatbagikita dan
perkembanganilmupengetahuan. SemogakitaselaludalamlindunganTuhan.
Penulis
KegiatanDiskusi ........................................................................................................... 4
Skenario ....................................................................................................................... 6
I. KlarifikasiIstilah ............................................................................................. 7
II. IdentifikasiMasalah......................................................................................... 8
III. AnalisisMasalah.............................................................................................. 9
V. Sintesis ............................................................................................................ 33
Peraturanselama tutorial :
1. Jika bertanya atau mengajukan pendapat harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
2. Jika ingin keluar dari ruangan izin dengan moderator terlebih dahulu,
3. Boleh minum,
4. Tidak boleh ada forum dalam forum,
5. Tidak memotong pembicaraan orang lain,
6. Menggunakan hp saat diperlukan.
Prosedur tutorial:
1. Tutorial tahap 1
a. Semuaanggotakelompokmasukruang tutorial dan duduk di kursi yang telahdisediakan.
b. Sekretari spapanmenyalakanlayar LCD dan mempersiapkan laptop untukmengetik ide
selama tutorial.
c. Moderator memimpindoasebelum tutorial.
d. Moderator menyebutkanperaturanselama tutorial.
e. Moderator membacakanskenario.
f. Anggotamengklarifikasiistilahdalam scenario.
g. Anggotamenentukanfakta dan masalahdalamskenario,
lalumenentukanprioritasmasalahnyadisertaidenganalasan yang logis.
h. Anggotasalingmengajukanpertanyaan di analisismasalah.
i. Anggotamendiskusikanmengenaikaitanantarmasalah.
Laporan Tutorial Skeario D Blok 17 Page 4
j. AnggotamenentukanLearning issue dan moderator membagi LI kemasing-
masinganggotakelompok.
k. Tutorial ditutup oleh moderator.
2. Belajarmandiri
3. Tutorial tahap 2
a. Semuaanggotakelompokmasukruang tutorial dan duduk di kursi yang telahdisediakan.
b. Sekretarispapanmenyalakanlayar LCD dan mempersiapkan laptop untukmengetik ide
selama tutorial.
c. Moderator memimpindoasebelum tutorial.
d. Moderator mempersilakankepadamasing-masinganggotauntukmemaparkanhasilbelajarnya.
Moderator mengaturdiskusi yang meliputimempersilakananggota lain menambahkan ide
dan sesitanya-jawab.
e. Anggotamerancangkerangkakonsepbersama-sama dan membuat resume
darikerangkakonsep.
f. Anggotamenjawabpertanyaan yang ada di analisismasalah.
g. Anggotamenarikkesimpulandari LI dan skenario yang ada.
h. Tutorial ditutup oleh moderator.
4. Penyusunanlaporanpleno
Seorang laki-laki, usia 3 tahun datang dengan kejang disertai demam. Sekitar tiga jam yang lalu
terjadi satu kali bankitan berupa seluruh badan kaku, mata mengelidik ke atas, pasien tidak sadar,
berlangsung kurang lebih 20 menit, berhenti setelah diberkan diazepam rektal 10mg di unit gawat
darurat.
Dari anamnesis terhadap ibu penderita sekitar 6 jam yang lalu pasien mulai demam tinggi, suhu
diukur oleh ibu pasien sesaat sebelum kejang 39,5C. pasien mengalami pilek tapi tidak batuk.
Tidak ada muntah-muntah, makan dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun sedikit rewel.
Sebelumnya pasien sudah pernah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai demam, yaitu
5 bulan dan 2 bulan yang lalu, masing-masing satu kali dengan lamanya kurangdari lima menit.
Pasien berobat ke dokter, dikatakan kejam demam, tidak diberi obat kejang oral, namun diberi
bekal diazepam rektal 10mg dan diinstrusikan diberi saat kejang. Saat episode ini orang tua pasien
tidak memberi diazepam rektal karena alasan takut salah. Tidak terdapatriwayat kejang pada
keluarga. Orang tua pasien menanyakan apakah dibutuhkan pemeriksaaan rekam otak
(elektroensefalografi) atau CT scan kepala, apakah perlu mendapat obat untuk kejangnya dan
adakah kemungkinan efek samping obat, bagaimana kemungkinan epilepsi dan pengatuh kejang
kecerdasan anak.
Riwayat kelahiran pasien lahir spontan, langsung menangit, berat lahir 3000 gram. Riwayat
perkembangan dapat berjalan usia 13 bulan. Saat ini bicara pasien sudah sepenuhnya dapat
dimengerti orang lain, riwayat umunisasai BCG 1x (scar+), DPT-Hepatitis B-Hib 4x, campak 1x,
MR 1X. saat ini sudah makan makanan keluarga.
Pemeriksaan neurologis:
Nervi kranialis tidak Nampak ada paresis. Tonus otot normal, pergelakan luas, tidak ada paresis
otok.refleks tendon dalam batas normal. Tidak ada reflex patologis atau klonus. Kaku kuduk tidak
ada , tanda Brudzinski I dan II negative, kernig negatif
1. Kejang kontraksi otot yang terjadi secara terus menerus tanpa disertai
relaksasi.
2. Demam peningkatan suhu tubuh 37,5C
7. Diazepam rektal lini pertama pada kejang yang diberikan lewat rectum.
9. Kejang demam kejang yang disebabkan karena demam bukan karena infeksi
sistem saraf pusat.
10 Obat kejang oral lini pertama pada kejang yang diberikan lewat oral.
19 MR mumps rubella
22. Lingkar kepala ukuran kepala mulai dari glabella sampai ke bagian kepala
belakang yang paling menonjol.
26. Eksudat cairan patologis yang berasal dari ekstravaskular yang berada pad
faring dan tonsil.
30. Refleks tendon gerakan yang tidak disadari pada fascia yang menghubungakan
tulang dengan otot.
diberi obat kejang oral, namun diberi bekal diazepam rektal 10mg
dan diinstrusikan diberi saat kejang.
Saat episode ini orang tua pasien tidak memberi diazepam rektal
5. karena alasan takut salah. VV
Pemeriksaan neurologis:
Nervi kranialis tidak Nampak ada paresis. Tonus otot normal,
pergerakan luas, tidak ada paresis otok.refleks tendon dalam batas
12. VVV
normal. Tidak ada reflex patologis atau klonus. Kaku kuduk tidak
ada , tanda Brudzinski I dan II negative, kernig negative vvv
2. Tiga jam yang lalu: 1x bangkitan, selama 20 menit dengan badan kaku, mata mendelik
keatas dan pasien tidak sadar dan diberikan diazepam rektal 10mg.
a. Bagaimana gejala yang muncul saat kejang? 10 11 12
b. Bangkitan apasaja yang dapat mencetuskan demam? 7 8 9
c. Bagaimana mekanisme bangkitan pada kasus? 4 5 6
d. Bagaimana mekanisme badan kaku pada kasus?1 2 3
e. Bagaimana mekanisme mata mendelik keatas pada kasus? 1 2 3
f. Bagaimana mekanisme pasien tidak sadar pada kasus? 4 5 6
g. Bagimana makna kejang yang berlangsung selama 20 menit? 7 8 9
3. 6 jam yang lalu pasien mulai demam tinggi, suhu diukur oleh ibu pasien sesaat sebelum
kejang 39,5C. pasien mengalami pilek tapi tidak batuk. Tidak ada muntah-muntah, makan
dan minum tidak ada keluhan, anak sadar namun sedikit rewel.
a. Apa yang dimaksud dengan demam tinggi?10 11 12
b. Bagaimana gejala yang muncul saat demam tinggi? 10 11 12
c. Bagaimana hubungan demam tinggi dengan demam kejang pada kasus? 7 8 9
d. Bagaimana makna pasien pilek tapi tidak batuk? 4 5 6
e. Bagimana makna tidak ada muntah?1 2 3
4. Sebelumnya pasien sudah pernah dua kali mengalami bangkitan serupa yang disertai
demam, yaitu 5 bulan dan 2 bulan yang lalu, masing-masing satu kali dengan lamanya
kurangdari lima menit.Pasien berobat ke dokter, dikatakan kejam demam, tidak diberi obat
kejang oral, namun diberi bekal diazepam rektal 10mg dan diinstrusikan diberi saat kejang.
a. Bagaimana makna kejang kurang dari lima menit? 1 2 3
b. Bagaimana makna pasien sudah pernah dua kali kejang? 4 5 6
c. Mengapa pasien tidak diberikan obat kejang oral tetapi diberikan lewat rektal?
(indikasi) 7 8 9
5. Saat episode ini orang tua pasien tidak memberi diazepam rektal karena alasan takut salah.
a. - 😊
8. Riwayat kelahiran pasien lahir spontan, langsung menangis, berat lahir 3000 gram.
a. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran pada kasus? 4 5 6
9. Riwayat perkembangan dapat berjalan usia 13 bulan. Saat ini bicara pasien sudah
sepenuhnya dapat dimengerti orang lain, saat ini sudah makan makanan keluarga.
a. Bagaimana hubungan riwayat perkembanganpada kasus? 7 8 9
b. Bagaimana hubungan riwayat berbicara pasien pada kasus? 10 11 12
c. Bagaimana hubungan riwayat sudah makan makanan keluarga pada kasus? 10 11 12
10. riwayat umunisasai BCG 1x (scar+), DPT-Hepatitis B-Hib 4x, campak 1x, MR 1X.
a. Bagaimana hubungan riwayat imunisasi dengan kejang? 7 8 9
IV. KeterbatasanIlmuPengetahuan
What I
What I
Learning Have
What I know don’t How I learn
Issues to
know
prove
Penjarasan pada
Jurnal, Internet, Atlas
pedis, anatomi
Kejang AnatomiManusiaSobottaEdisi
pedis,
demam pada 23, KamusSakuKedokteran
kompartemen - -
anak Dorland Edisi 29, dan Ilmu
pada tarsal
Penyakit Dalam FKUI Edisi
tunnel, dll
VI.
Definisi, etiologi,
patofisiologi,
tatalaksana,
Diazepam diagnosis
banding,
pemeriksaanfisik,
dll.
VII. Kesimpulan
Leis, A., Vicente, C. 2000. Tarsal tunnel syndrome, In: Atlas of electromyography in
extraspinalsciatica, Arch. Neurol.
Mackinnon SE, Novak CB. 2001. Tarsal tunnel syndrome. Louis.
Rica T. 2011. Kombinasiintervensiterapilatihan dan ultrasound (US)
lebihbaikdaripadamasase dan ultrasound (US) untukpenurunannyeri pada kondisi
plantar fascitis. Bali.
Persich, G. 2018. Tarsal Tunnel Syndrome. Diakses pada 17 September 2019 link:
https://emedicine.medscape.com/article/1236852-overview
Setyohadi, B. (2014). NeuropatiKompresi. In S. S, et al, Buku Ajar IlmuPenyakitDalam
(pp. 3551-3554). Jakarta: InternaPublishing
Singh SK, Wilson MG, Chiodo CP. Tarsal tunnel syndrome and its surgical treatment.
Jamaika plain; p.96-99
Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. 2014. Tarsal tunnel
syndrome. Buku ajar ilmubedahsjamsuhidajat-de jong, ed.3. Jakarta.
William,S.P. 2007. Entrapment neurophaties and other focal neurophaties. In: Jhonson’s
Practical Electromyography. 4th ed. New York: Lippincott Williams&Wilkins.